• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir (Final Report)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laporan Akhir (Final Report)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH KEGIATAN PENDAMPINGAN KAB SELAYAR

A. GAMBARAN UMUM SULAWESI SELATAN.

1. Geografi Wilayah

(2)

Kondisi geografis Provinsi Sulawesi Selatan sangat di pengaruhi oleh kondisi

wilayahnya, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah kurang lebih

45.519,24 Km2. Secara administratif dibagi dalam 24 (dua puluh empat) wilayah

kabupaten/kota. Wilayah yang terluas adalah Kabupaten Luwu Utara dengan luas

wilayah kurang lebih 7.502,68 km2 atau 16,48 % dari total luas keseluruhan

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan kabupaten/kota yang memiliki

wilayah terkecil adalah Kota Parepare dengan luas 99,33 km2 atau 0,22 % dari

total luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, secara geografis Provinsi Sulawesi

Selatan berada pada 0º12´ - 8º LS dan 116º48´ - 122º36´ BT dengan batas

administrasi wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

 Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara

 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

2. Kondisi Geologi dan Jenis Tanah

Struktur lapisan dan jenis tanah serta batuan di Provinsi Sulawesi Selatan

pada umumnya terdiri atas 3 jenis batuan beku meliputi Batuan metamorf dan

batuan vulkanik serta endapan alluvial yang hampir mendominasi seluruh wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan. Batuan beku yang dijumpai secara umum terdiri dari

intrusi batuan beku granit dan gabro serta beberapa intrusi kecil lainnya, juga

dijumpai batuan beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku dan

bersusun blastik hingga andesitik. Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu

gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri

dari material yang bersusunan brangkal, kerakal, kerikil, pasir hingga lempung.

Kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan untuk

mendukung pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Hidrologi

Keadaan hidrologi Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan hasil observasi

lapangan yang dilakukan ditemukan daerah-daerah wialayah kota yang mengalami

(3)

di wilayah kab/kota provinsi Sulawesi Selatan. Pada kondisi tertentu terutama pada

saat musim hujan sungai tersebut mempengaruhi sebahagian wilayah kab/kota

provinsi Sulawesi Selatan.

4. Tata Guna Lahan

Kondisi tata guna lahan di Provinsi Sulawesi Selatan secara umum terdiri

atas; sawah, perkebunan, perumahan/permukiman, tambak, fasilitas sosial

ekonomi, dan lahan yang tidak dimanfaatkan (kosong). Pergeseran pemanfaatan

lahan Provinsi Sulawesi Selatan secara umum belum mengalami perubahan yang

cukup siniknifikan hanya pada beberapa bagian wilayah, akibat terjadinya

peningkatan pembangunan yang dilakukan pemerintah,swasta dan masyarakat.

5. Demografi dan Kependudukan

Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan hingga akhir tahun 2010

berdasarkan registrasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan

sebesar 8.034.776 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.896.635

jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.138.141 jiwa.

a. Perkembangan Jumlah Penduduk

Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

2010-2014 untuk masing-masing kabupaten mengalami kenaikan dengan

rata-rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,1 % dengan

tingkat laju pertumbahn tertinggi berada di Kota Palopo sebsar 2,7 persen,

kemudian Kabupaten Luwu Timur dengan tingkat pertubuhan 2,5 persen,

Kabupaten Gowa dengan tingkat pertumbuhan 2,0 persen, Kota Makassar dengan

laju pertumbuhan 1,6 persen. Sementara itu kabupaten/kota dengan laju

pertumbuhan penduduk terendah berada pada Kabupaten Soppeng dengan tingkat

pertumbuhan sebesar 0,2 persen, kemudian Kabupaten Wajo dengan 0,4 persen,

Kabupaten Barru dengan 0,4 persen, Kabupaten Bone 0,6 persen, Kabupaten

Tanah Toraja dan Bantaeng dan Bulukumba 0,7 persen, Kabupaten Sinjai dan

Toraja Utara 0,8 persen. Sementara kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan

(4)

pertumbuhan dan perkembangan penduduk kabupaten/kota di provinsi Sulawesi

Selatan dapat di lihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Jumlah dan Pekembangan Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Dirinci Berdasarkan Kabupaten Tahun 2010-2014

Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

Pada Tabel 2.2 tersebut, menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar

berada di Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1.369.606jiwa. Sedangkan

penduduk terendah berada di Kepulauan Selayar dengan jumlah penduduk

sebanyak 122,055 jiwa.

b. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 berjumlah 8,034,776

jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 176 jiwa/km2. Penduduk Provinsi No Kabupaten/Kota Perkembangan Jumlah Penduduk (Jiwa) PertumbuLaju

han (%)

22 Makassar 1.216.746 1.235.239 1.365.000 1.387.000 1.408.100

23 Parepare 115.008 116.309 131.500 133.400 135.200

24 Palopo 133.293 137.595 152.600 156.600 160.800

(5)

Sulawesi terdistribusi pada 24 (dua puluh empat) wilayah kabupaten/kota, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3, menunjukkan bahwa kepadatan penduduk terbesar berada di

Kota Makassar dengan kepadatan penduduk sebesar 761jiwa/km2, sedangkan

kepadatan penduduk terendah berada di Kabupaten Luwu Timur dengan

kepadatan penduduk sebesar 4 jiwa/km2.

Tabel 6.2. Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Provinsi Sulawesi Tahun

(6)

6. Fasilitas Sosial Ekonomi

Fasilitas diartikan sebagai wadah atau tempat manusia melakukan berbagai

aktifitas, berfungsi melayani kebutuhan masyarakat di dalam suatu unit

lingkungan. Jenis aktifitas pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar, yaitu

fasilitas ekonomi dan fasilitas sosial. Fasilitas sosial diartikan sebagai wadah

aktifitas yang melayani kebutuhan penduduk yang bersifat memberi kepuasan

sosial, mental, dan spiritual dalam bentuk; perumahan, peribadatan, pendidikan,

kesehatan, olah raga dan rekreasi. Fasilitas ekonomi diartikan sebagai wadah

untuk melakukan aktifitas ekonomi dalam bentuk fasilitas perdagangan, industri,

dan aktifitas ekonomi lainnya.

a. Perumahan dan Permukiman

Klasifikasi perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan pada dasarnya dilihat

dari segi; luas kavling, tipe perumahan, kondisi perumahan, dan pola pembentukan

permukiman. Kondisi perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan dibedakan atas tiga

jenis, antara lain; rumah permanen, semi permanen, dan darurat/temporer. Hasil

survey dilapangan secara umum menunjukkan bahwa kondisi bangunan/rumah

yang ada mayoritas termasuk dalam klasifikasi permanen, semi permanen dan

sebagian kecil temporer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh

masyarakat/ perorangan, masih bersifat alami. Pola perumahan yang terbentuk

cenderung mengelompok (concentric) pada suatu kawasan, dan berkembang

secara linear mengikuti jaringan jalan dan garis pantai. Hasil survey lapangan yang

dilakukan menunjukkan perkembangan perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan

menganut pola konsentrik dan linier. Jumlah rumah di Provinsi Sulawesi Selatan

hingga akhir tahun 2014 sebanyak 2.008.696 unit yang tersebar pada 24 wilayah

kabupaten/kota. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 6.3 Jumlah Unit Rumah di Provinsi Sulawesi Selatan

No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk

(7)

3 Bantaeng 181.000 44.173 2,19

Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

Tabel di atas, menujukkan bahwa jumlah rumah terbanyak berada di Kota

Makassar, jumlah rumah sebanyak 334.666 unit atau 16,66 %. Sedangkan jumlah

rumah terkecil berada di Kepulauan Selayar sebanyak 30.514 unit atau 1,52 %.

b. Pendidikan

Ketersediaan sarana pendidikan diperlukan untuk meningkatkan wawasan

dan pengetahuan masyarakat baik melalui pendidikan sekolah maupun pendidikan

luar sekolah. Ketersediaan sarana tersebut merupakan indikator untuk menilai

tingkat pendidikan dan wawasan berpikir masyarakat, termasuk partisipasi

masyarakat dalam pembangunan. Jumlah dan jenis fasilitas pendidikan di Provinsi

(8)

Tabel 6. 4. Jumlah dan Jenis Fasilitas Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan

No Kabupaten/Kota Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit)

TK SD SLTP SMU PT

Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

Tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah fasilitas pendidikan terbanyak

berada di Kota Makassar, dengan total jumlah sarana pendidikan sebanyak 1.348

unit mulai dari tingkat TK sampai Perguruan SMU sederajat. Sedangkan jumlah

fasilitas pendidikan terkecil berada di Kota Parepare, dengan jumlah sarana

pendidikan sebanyak 222 unit mulai dari tingkat TK sampai SMU sederajat.

c. Kesehatan

Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan indikator peningkatan kualitas

hidup masyarakat. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat akan membantu

(9)

terjangkau akan pelayanan kesehatan. Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan di

Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.5 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan

No Kabupaten/

Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

Tabel di atas, menunjukkan bahwa jenis fasilitas kesehatan di Provinsi

Sulawesi Selatan yang dominan adalah Posyandu dengan jumlah 8.944 unit,

sedangkan fasilitas kesehatan yang minimum adalah Rumah Sakit dengan jumlah

72 unit. Untuk fasilitas kesehatan pada tiap kabupaten/kota, yang terbanyak

berada di Kota Makassar dengan jumlah 1.102 unit dan fasilitas kesehatan yang

paling sedikit berda di Kota Parepare dengan jumlah sebanyak 146 unit.

(10)

Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk

melakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Jumlah dan jenis

fasilitas peribadatan di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel di bawah

ini.

Tabel 6.6. Jumlah dan Jenis Fasilitas Peribadatan di Provinsi Sulawesi Selatan

No Jenis Fasilitas

4 Gereja Katholik & Gereja Protestan 2.436 14,16

5 Pura 2.065 12,01

6 Vihara 26 0,15

Jumlah 17.197 100,00

Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

7. Prasarana Wilayah

Aspek prasarana merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu

wilayah. Prasarana yang dimaksud meliputi; prasarana jalan, jaringan irigasi,

jaringan listrik dan jaringan telepon dipergunakan untuk mendukung kelancaran

aktifitas atau kegiatan dalam rangka peningkatan pertumbuhan suatu wilayah.

a. Karakteristik dan Fungsi Jaringan Jalan

Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan

yang berfungsi sebagai prasarana trasnportasi, disamping fungsi tersebut jaringan

jalan dapat digunakan sebagai transformasi aliran barang dan penumpang yang

mempunyai komposisi sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan. Dengan

demikian kondisi tersebut memerlukan pemikiran dengan penataan jaringan agar

tidak terjadi tumpang tindih fungsi setiap jalan.

Hubungan utama antar kawasan internal dan eksternal lokasi perencanaan

dilakukan dengan menggunakan transportasi darat dengan dukungan ketersediaan

jaringan jalan. Sediaan sistem jaringan jalan menurut jenis permukaan di lokasi

(11)

tanah. Kondisi jaringan jalan menurut jenis permukaan di wilayah perencanaan

untuk masing-masing kabupaten umumnya dalam kondisi aspal, jalan perkerasan,

jalan tanah dan sebahagian menggunakan jalan paving blok.

b. Kondisi Jaringan Drainase

Fungsi jaringan drainase digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan air

buangan baik yang bersumber dari air hujan, air buangan rumah tangga dan air

yang bersumber dari jalan. Jaringan drainase di wilayah perencanaan terdiri dari

drainase primer, sekunder dan tersier dengan kondisi permanen dan temporer

(tanah).

c. Kondisi Jaringan Air Bersih

Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena

itu air bersih yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari

rasa, bau dan tidak berwarna. Sumber air bersih yang digunakan masyarakat

diwilayah perencanan bersumber dari PDAM dan air tanah dalam (artesis). Dari

hasil survey lapangan, kondisi air bersih yang ada sampai saat ini masih aman

untuk dikomsumsi dan belum mengalami pencemaran, baik yang disebabkan oleh

kegiatan industri rumah tangga maupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya

menggunakan air.

d. Kondisi Jaringan Listrik

Jaringan listrik merupakan salah satu prasarana yang dibutuhkan untuk

menunjang penerangan rumah tangga, kegiatan industri dan kegiatan lainnya, oleh

karena itu listrik memegang peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan

penerangan. Pemenuhan kebutuhan akan jaringan listrik di wilayah perencanaan

dewasa ini umumnya sudah terlayani jaringan listrik.

e. Kondisi Jaringan Telepon

Salah satu prasarana yang efisien dan cepat untuk mendapatkan akses

pelayanan informasi dan komunikasi adalah penyediaan prasarana jaringan

telepon. Penggunaan jaringan telepon sangat penting dalam penerimaan informasi

(12)

berinteraksi. Ketersediaan prasarana telepon yang ada saat ini berupa telepon

rumah tangga, warung telekomunikasi (wartel) dan penggunaan telepon seluler.

f. Kondisi Sistem Pelayanan Persampahan

Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan.

Kondisi sistem pelayanan persampahan di wilayah perencanaan perlu ditingkatkan

dengan penyediaan tempat pembuangan sementara maupun pembuangan akhir,

sehingga umumnya pola pengolahan sampah saat ini menggunakan sistem

pewadahan dengan tersedianya countainer dan armada pengangkutan ke lokasi

TPA.

g. Kondisi Pengelolaan Air Limbah

Air limbah merupakan air hasil buangan yang memerlukan pewadahan dan

tempat, baik yang bersumber dari limbah domestik (rumah tangga) maupun dari

industri. Kondisi pengolahan air limbah di wilayah perencanaan untuk jangka

pendek tidak membahayakan lingkungan oleh karena produksi limbah umumnya

berasal dari aktifitas limbah hasil rumah tangga, namun untuk jangka panjang

diperlukan suatu pewadahan untuk mengalirkan dan membuang hasil limbah

tersebut. Sedangkan limbah yang berasal dari industri besar umumnya sudah

tersedia tempat penampungan atau pengelolaan limbah yang dikelola oleh unit-unit

industri.

B. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN JENEPONTO

6.1 Kondisi Umum

6.1.1 Profil geografi

6.1.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Wilayah

Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi

Selatan.Apabila dilihat bentang alamnya secara makro, wilayah Kabupaten

Jenepontoterdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah

perbukitan yangterletak pada bagian utara, serta kawasan pantai di sebelah

selatan. Kabupaten Jenepontoterletak di ujung selatan bagian barat dari wilayah

(13)

Kota Bontosunggu, berjarak sekitar 91 km dari Makassar sebagai Ibu Kota Propinsi

SulawesiSelatan. Secara geografis terletak antara 5o16’13” – 5o39’35” LS dan

antara 12o40’19”-12o7’31” BT. Secara administrasi Kabupaten Jeneponto berbatasan:

- Sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar

- Sebelah Selatan dengan Laut Flores

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau 749,79 km2, secara

administrasi terbagi dalam 11 kecamatan yaitu Kecamatan Bangkala, Bangkala

Barat,Tamalatea, Bontoramba, Binamu, Turatea, Batang, Arungkeke, Kelara,

Rumbia danTarowang. Kabupaten Jeneponto mempunyai panjang pantai berkisar

114 km, mencakup 6kecamatan pesisir, yakni Kecamatan : Arungkeke, Bangkala,

Batang, Binamu dan Tamalateadan Tarowang dan terdiri dari 35 desa/kelurahan

pesisir.

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Jeneponto pada umumnya memiliki

permukaanbervariasi, ini dapat dilihat bahwa bagian utara terdiri dataran tinggi dan

bukit – bukityang membentang dari barat ke Timur dengan ketinggian 500 sampai

dengan 1.400 meterdi atas permukaan laut, sehingga daerah ini cocok bila

dijadikan sebagai arealpengembangan tanaman hortikultura dan sayur-sayuran.

Dibagian tengah KabupatenJeneponto meliputi wilayah-wilayah dataran dengan

ketinggian 100 sampai dengan 500meter di atas permukaan laut, daerah ini

memiliki nilai ekonomi yang cukup potensial untukpengembangan tanaman

perkebunan dan pertanian. Pada bagian selatan meliputi wilayahwilayahpesisir

dengan ketinggian 0 sampai 150 meter di atas permukaan laut, daerah inimemiliki

nilai ekonomi yang cukup baik bila dijadikan sebagai areal pengembangan industril

penggaraman dan daerah ini telah tumbuh usaha penggaraman rakyat.

6.1.1.2 Kondisi Meteorologi

Kondisi Meteorologi Kabupaten Jeneponto sangat dipengaruhi adanya dua musim

yangsilih berganti seperti halnya dengan keadaan musim di kabupaten lain dalam

wilayahpropinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Jeneponto mengalami 2 musim yaitu

(14)

sampai Bulan April dan musimkemarau terjadi antara Bulan Mei sampai dengan

Bulan Oktober.Jika dilihat dari curahhujan di wilayah Kabupaten Jeneponto maka

umumnya tidak merata, hal ini menimbulkanadanya wilayah basah dan wilayah

semi kering.Ditinjau dari klasifikasi iklim, maka Kabupaten Jeneponto memiliki type

iklim,yaitu :_ Type iklim D3 dan E4 yaitu wilayah tipe iklim yang mempunyai bulan

kering secarakeseluruhan berkisar 5-6 bulan sedangkan bulan basah 1-3 bulan.

Tipe iklim inimeliputi seluruh wilayah kecamatan, kecuali wilayah kecamatan Kelara

bagian

utara._ Type iklim C2 yaitu type iklim yang memiliki bulan basah 5-6 bulan dan

bulanlembab 2-4 bulan.Type ini dijumpai pada daerah ketinggian 700-1.727 m di

ataspermukaan laut (dpl) yakni pada wilayah Kecamatan Kelara dan Rumbia.

Jumlah rata – rata curah hujan pertahun di Kabupaten Jeneponto selama 5 (lima)

tahunterakhir mencapai 1.535 mm dengan rata – rata hari hujan 92 hari. Curah

hujan tertinggijatuh pada bulan Januari dan Februari sedang curah hujan terendah

yakni pada bulan Juli,Agustus, dan September.

6.1.1.3 Kondisi Geologis

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Jeneponto terdiri dari 6 golongan jenis

tanahyaitu :_ Jenis Tanah Alluvial, jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Bangkala

dan BangkalaBarat. Jenis Alluvial Coklat Kelabu terdapat di Kecamatan Binamu,

Turatea, danTamalatea._ Jenis Tanah Gromosal, Jenis tanah Gromosal Kelabu

terdapat di Kecamatan Bangkaladan Bangkala Barat.Jenis Gromosal Kelabu Tua

dan Hitam terdapat di KecamatanTamalatea, Bontoramba, Binamu dan Batang._

Jenis Tanah Mediteren, jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Bangkala,

Batang,Rumbia dan Kelara.Jenis Mediteren Coklat Kemerah-merahan terdapat di

KecamatanBangkala, Tamalatea, Bontoramba, Binamu dan Kelara._ Jenis Tanah

Lotosal, di Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Tamalatea dan Kelaraterdapat

Jenis Lotosal Coklat Kekuning-kuningan sedang jenis Lotosal

Kemerahmerahanterdapat di Kecamatan Kelara dan Rumbia._ Jenis Tanah Andosil

Kelabu terdapat di Kecamatan Kelara._ Jenis Tanah Regonal Kelabu terdapat di

sepuluh kecamatan dalam wilayah Kabupaten

(15)

6.1.1.4 Kondisi Penggunaan Lahan

Bila dilihat dari jenis penggunaan tanahnya (Land use) pada tahun 2009,

makapengunaan tanah yang terluas adalah lahan kering yaitu seluas 40,701 ha

atau 50,91 %. Luastanah menurut jenis penggunaannya tahun 2009 dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Luas setiap jenis penggunaan lahan di setiap kecamatan Kabupaten Jeneponto.

Sumber : RTRW kabupaten jeneponto tahun 2010-2030

6.1.2 Profil demografi

6.1.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur

Penduduk merupakan salah penentu dalam meningkatkan pembangunan suatu

daerah.Jumlah penduduk kabupaten Jeneponto berdasarkan data terakhir tahun

2009 berjumlah334.175 jiwa yang tersebar di 11 kecamatan terdiri dari

perempuan sebanyak 172.761 jiwadan laki-laki sebanyak 161.414 jiwa, dengan

jumlah penduduk terbesar di KecamatanBinamu yaitu sebanyak 48.878 jiwa dan

jumlah penduduk terkecil di kecamatan Arungkekesebanyak 17.811 jiwa. Secara

(16)

Tabel 2.2

Penduduk kabupaten jeneponto menurut struktur penduduk tahun 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2015

6.1.3 Profil Ekonomi

Kondisi umum perekonomian Kabupaten Jeneponto dapat diukur dalam hasil-hasil

pembangunan secara fisik maupun nonfisik, khususnya pembangunan di bidang

ekonomi.

Salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengamati hasil pembangunan

diKabupaten Jeneponto dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (

PDRB )dengan tujuan untuk mengetahui kondisi struktur perekonomian suatu

daerah atau wilayahtertentu.

Dengan hasil perhitungan PDRB atas dasar harga yang berlaku di

KabupatenJeneponto, maka dapat dilihat hasil-hasil kontribusi yang dihasilkan oleh

beberapa sectorseperti pertanian, pertambangan dan galian, Industri pengolahan,

(17)

angkutan dan komunikasi, keuanganpersewaan & jasa perusahaan serta jasa-jasa

Gambar

Tabel 6.1.
Tabel 6.2.
Tabel 6.3 Jumlah Unit Rumah di Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel di atas, menujukkan bahwa jumlah rumah terbanyak berada di Kota
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selain alasan di atas, kedua organisasi sosial ini (Nahdhatul Ulama dan muhammadiyah) terjun dalam bidang pendidikan, baik formal, non formal dan informal. Sektor pendidikan ini

Hasil yang dicapai pada kegiatan Pengabdian Masyarakat Peningkatan Kapasitas Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Randegan – Sidoarjo secara

Hal tersebut dibuktikannya dengan beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa sistem pemerintahan yang dibangun Indonesia sekarang adalah demokratis, yaitu adanya parlemen

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis bokashi pada umur 4 mst, 6 mst dan 8 mst menunjukkan pengaruh yang nyata dan sangat nyata terhadap jumlah

Selain itu dari hasil pengujian yang telah dilakukan juga dapat diketahui bahwa pada bulan ”Januari-2009” untuk barang ”Door Lock Assy” data penjualan adalah 50, data stok

Setiap aktiviti atau program yang bakal dijalankan perlu dirancang dengan teliti supaya matlamat yang dirancang tercapai dan dapat menghasilkan satu natijah yang baik untuk

Pada uji dominan fasilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Penggunaan dan koefesien regresi mempunyai nilai positif, maka penelitian ini berhasil