KEMERDEKAAN INDONESIA DI YOGYAKARTA
TAHUN 1945 sampai 1949
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Oleh
TATO IRI YANTO 014314011
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Hidup untuk berjuang..
Dalam berjuang penuh dengan tantangan..
Tantangan bukan merupakan sebuah halangan untuk mencapai
kesuksesan...
Penuh semangat, berusaha, dan berdo’a...
v
♥♥
Tuhan Jesus Kristus atas segala karunia dan keajaiban-Mu
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
♥♥
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah karya saya
sendiri, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipanj atau daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 25 Maret 2009
Penulis
viii
Puji syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah Bapa di Surga
atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat
dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Sastra
yang telah memberikan ijin atas penulisan skripsi ini.
2.
Bapak Drs. Hb. Herry Santosa, M.Hum selaku Ketua Prodi Jurusan
Sejarah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menulis skripsi ini. Terima kasih atas masukan-masukan, nasehat, serta
bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
3.
Bapak Prof. DR. P.J. Suwarno, S.H selaku Pembimbing I yang telah sabar
dalam memberikan bimbingan, dorongan, serta koreksi kepada penulis,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4.
Dosen-dosen Ilmu Sejarah : Pak Pur, Pak Sandiwan, Pak Rio, Pak Anton,
Bu Ning, Pak Moedjanto (Alm), Romo Baskara, yang telah banyak
memberikan bekal pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
ix
6.
Seluruh staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.
7.
Kedua orang tuaku tercinta, terima kasih atas segala usaha, kerja keras,
dan air mata serta do’a yang telah kalian berikan. Tidak pernah akan
terlupakan jerih payah yang telah kalian curahkan kepadaku sampai akhir
hayat.
8.
Kekasih sekaligus adik yang terbaik “Via” terima kasih atas dukungan,
do’a, cinta, serta kasih sayang, sehingga dapat menjadikan kekuatanku
untuk terus maju dalam menyelesaikan skripsi ini.
9.
Teman-teman Ilmu Sejarah 2001: Erna, Ajeng, Lazarus, Henry “Ndower”,
Gagax “Tholo”, Thaji, Enno, Lina, Riska, Eka “Pak Lurah”, Eddy, Adit,
Eko, krisna “Pakem”, Krisna “Kaka”, dan Bertha, terima kasih semuanya,
kalian adalah sahabat-sahabatku yang telah menjadikan suatu kenangan di
kota gudeg ini. Kapan kita kumpul lagi?
10.
Teman-teman kost : Irwan “ Lencung”, Teguh, Remond “Menthok”,
Plethot dan Olive, Dedi dan Deni, Tejo, Ledheng, Fadli, Eka “Pak Lurah”,
Ronald, Udi, Budi, dan Dodo. Terima kasih kalian adalah teman sekaligus
saudara-saudaraku di kota Jogja ini.
11.
Teman-teman M@G: Boz Irwan, Githa, Pak Rudi, Bemby “PeTe”, Pak
Bambang, Renny ex M@G, Pak Wawan, Pak Santo “Paijo”, Herman, dan
x
13.
Habil thank’s bro udah minjemin printernya, Eka, Thank udah minjemin
kertasnya..
14.
Anton, thank’s bro atas bantuannya selama ini...
15.
Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Untuk itu,
penulis dengan senang hati bersedia menerima kritik dan saran yang masih sangat
diperlukan untuk kesempurnaan penulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta, 25 Maret 2009
xi
HALAMAN JUDUL………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii
HALAMAN MOTTO……….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……….... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi
LEMBAR PERNYATAAN……….. vii
KATA PENGANTAR………... viii
DAFTAR ISI………. xi
ABSTRAK...xiii
ABSTRACT... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……….… 1
B.
Indentifikasi dan Pembatasan Masalah……….... 5
C.
Perumusan Masalah………..… 5
D.
Tujuan Penelitian………...6
E.
Manfaat Penelitian……….7
F.
Tinjauan Pustaka………8
G.
Landasan Teori...9
H.
Hipotesis...11
I.
Metode Penelitian... 12
J.
Sistematika Penulisan... 13
BAB II PENGARUH PENDUDUKAN JEPANG TERHADAP PEMUDA
YOGYAKARTA DI BIDANG MILITER... 15
A.
Masuknya Jepang ke Yogyakarta... 15
B.
Sambutan Rakyat Yogyakarta terhadap Proklamasi Kemerdekaan... 17
C.
Pemuda Yogyakarta menghadapi Jepang di Kota Baru... 20
1.
Semangat Pemuda Yogyakarta... 20
xii
c.
Pembentukan Tentara Nasional Indonesia... 27
d.
Lahirnya Akademi Militer Yogyakarta... 30
BAB III KEDATANGAN DAN PENGUASAAN BELANDA DI INDONESIA... 34
A.
Kedatangan Sekutu ke Indonesia... 34
B.
Kembalinya Belanda ke Yogyakarta... 40
C.
Perundingan Linggajati... 43
D.
Perundingan Renville... 47
BAB IV PERGERAKAN DAN PERLAWANAN PEMUDA ATAS BELANDA DI
YOGYAKARTA... 52
A.
Masa Menjelang Agresi Militer... 52
B.
Perjuangan Pemuda Pada Masa Kemerdekaan... 55
1.
Agresi Militer I... 55
2.
Agresi Militer Belanda II... 59
C.
Serangan Umum 1 Maret 1949... 65
1.
Perencanaan Serangan Umum... 65
2.
Pelaksanaan Operasi Serangan Umum 1 Maret 1949... 68
BAB V KESIMPULAN...72
xiii
Penelitian ini berjudul “Peran Pemuda Yogyakarta Dalam Mempertahankan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta Tahun 1945 sampai 1949”.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dari peran pemuda Yogyakarta dalam
mempertahankan kota Yogyakarta setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa perjuangan dari para pemuda Yogyakarta dalam
memperjuangkan kemerdekaan yang telah di capai pada tanggal 17 Agustus 1945.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka tulisan ini mencoba untuk melihat pengaruh
pendudukan Jepang di bidang militer dan perlawanan pemuda Yogyakarta terhadap
Belanda. Tulisan ini juga melihat kedatangan atau kembalinya Belanda ke
Yogyakarta pada awal tahun 1947.
Penelitian ini merupakan penulisan sejarah deskriptif-analitis, sehingga dalam
penulisannya digunakan teori dan metodologi sejarah. Untuk itu digunakan
pendekatan ilmu-ilmu sosial secara multidimensional. Dalam penelitian ini penulis
juga menggunakan pendekatan sosiologi. Penulisan ini merupakan hasil dari studi
pustaka. Data-data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari sumber-sumber
tertulis seperti, buku-buku, majalah, dan bahan-bahan tulisan lainnya yang berkaitan
dengan penulisan ini.
Dalam penelitian ini dapat menunjukkan bahwa peran pemuda Yogyakarta
dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia sangat terlihat sekali.
Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, para pemuda
dilatih militer oleh Jepang yang akhirnya para pemuda dapat memperoleh pendidikan
militer dan dapat menguasai strategi dalam perlawanan terhadap penjajah. Pendidikan
militer yang didapatkan para pemuda sangat berguna untuk mengamankan keadaan
wilayah Indonesia. Perjuangan pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan wilayah
Yogyakarta dari tangan Belanda sangat gigih, tidak hanya mengobarkan harta
bendanya, tetapi juga mengorbankan jiwa-raganya. Usaha yang telah diraih oleh
pemuda Yogyakarta merupakan usaha untuk membela rakyat Yogyakarta yang telah
lama diperbudak oleh bangsa asing. Dengan usaha dan perjuangan yang gigih,
Yogyakarta dapat terbebas dari pendudukan bangsa asing, sehingga rakyat
xiv
Indonesia independence in Yogyakarta in 1945 to 1949. The aim of this research is to
see the role of the youth of Yogyakarta in defending the Yogyakarta city after the
proclamation of the Indonesian Independence Day. As we know that the struggle of
the youth of Yogyakarta in defending it had been achieved in August 17, 1945. In
order to achieve that goal this research tries to see the influence of Japanese
occupation in military field and the Yogyakarta’s youth resistance toward Holland.
This research is also seen the arrival or the Holland’s return to Yogyakarta in early
1947.
This research is a historical paper of descriptive-analytic paper; that is why it
use historical theory and methodology. Moreover, social approaches are used in
multidimensional. In this research the writer uses also sociological approaches. This
paper is the result of literary study. The source of the data in this paper comes from
books, magazines, and other related papers.
1
Bangsa Indonesia, termasuk Yogyakarta, telah dijajah bangsa asing selama ratusan tahun. Penjajahan bangsa Belanda merupakan awal dari penderitaan bangsa Indonesia untuk menjadi tawanan dan budak mereka. Pada masa penjajahan Belanda, rakyat Indonesia menjadi miskin dan tersiksa hidupnya. Rakyat Indonesia dipaksa kerja keras untuk kepentingan pemerintah Belanda.
Perjuangan pergerakan melawan penindasan dari para penjajah sudah diawali sejak berdirinya Boedi Oetomo atau Budi Utomo oleh mahasiswa - mahasiswa Stovia pada tanggal 20 Mei 1908.1 Berdirinya organisasi ini dapat mengukuhkan semangat juang para pemuda Yogyakarta untuk melawan penindasan para penjajah. Rakyat Yogyakarta bergabung menjadi satu wadah untuk melepaskan penderitaan dan siksaan dari belenggu penjajahan, khususnya para pemuda.
Pemuda adalah warga masyarakat atau orang awam mempunyai jiwa dan semangat juang yang sangat tinggi serta tidak mudah menyerah.2 Jiwa muda adalah daya energi dan modal pokok bagi setiap pemuda untuk mencapai keberhasilan dalam memperjuangkan setiap ambisinya. Dengan kekuatan yang mereka miliki, para pemuda ikut berjuang mengusir penjajah yang masih berkuasa di Indonesia. Semangat perjuangan pemuda Yogyakarta untuk merebut wilayah
1
G. Moedjanto, M. A., Indonesia Abad ke-20, Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggajati, Kanisius, Yogyakarta, 1998.
2 Ben Anderson,
kekuasaan Indonesia, khususnya Yogyakarta yang telah lama diinjak-injak bangsa asing ini dapat dijadikan pegangan untuk dapat melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
Kedatangan Jepang dapat meringankan penderitaan rakyat Yogyakarta. Rakyat Yogyakarta merasa senang, karena Jepang berhasil mengusir Belanda dari wilayah Yogyakarta. Jepang di Indonesia dianggap sebagai saudara tua yang akan memberikan perubahan kehidupan bagi rakyat Indonesia. Pada saat itu, Jepang mempunyai semboyan yang disebut Gerakan Tiga A, artinya Jepang sebagai Cahaya Asia, Pelindung Asia, dan Pemimpin Asia.
Pergerakan pemuda pada zaman pemerintahan Jepang dibagi menjadi tiga kelompok atau organisasi, yaitu : organisasi pemuda yang sifatnya militer, semi militer, dan organisasi bawah tanah. Organisasi - organisasi bentukan Jepang ini nantinya secara diam-diam dibelokkan oleh pemimpin pemuda menjadi gerakan bawah tanah.3 Organisasi pemuda dibentuk oleh Jepang pada tanggal 29 Maret 1943. Organisasi pemuda bentukan pemerintah Jepang antara lain : Djawa Seinendan, Heiho, PETA, dan Keibondan.
Berkat didikan dari pemerintah Jepang di bidang militer, pemuda Indonesia menjadi semakin kuat untuk merobohkan pertahanan dan kekuatan penjajah dan mengusirnya dari bumi pertiwi. Karena kegigihan dan semangat pemuda Yogyakarta dalam berlatih militer, mereka mendapatkan hasil yang maksimal. Tujuan pemerintah Jepang mengajak para pemuda Yogyakarta untuk melatih militer adalah memberdayakan rakyat Yogyakarta untuk membantu
3 Ahmaddani G. Martha, dkk.,
Jepang menghadapi perang pasifik antara Jepang dengan tentara Sekutu. Dengan taktik ini, bangsa Jepang dengan mudah untuk menguasai kota Yogyakarta.
Jepang merupakan negara terkuat di dunia yang tidak bisa dikalahkan. Para pemuda Indonesia kagum terhadap prajurit-prajurit Jepang yang ramah, tidak seperti serdadu-serdadu kompeni yang terkenal keji dan sadis selama di Indonesia.4 Keberadaan bangsa Jepang di Indonesia hanya tiga tahun lamanya, yaitu tahun 1942 sampai 1945. Jepang akhirnya berkuasa di Indonesia setelah berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. Selama di Yogyakarta, Jepang dapat mengubah keadaan dan dapat mengembangkan potensi para pemuda Yogyakarta di bidang militer. Bulan Agustus 1945 merupakan detik-detik terakhir Jepang menguasai Indonesia. Kekuatan militer Jepang mulai melemah setelah dua kota besar Jepang di jatuhi bom atom oleh tentara Sekutu pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Hancurnya dua kota besar di Jepang ini mempengaruhi kekuatan bala tentara Jepang di Indonesia, karena Hiroshima dan Nagasaki merupakan pusat perindustrian terbesar di Jepang. Dengan melemahnya kekuatan Jepang ini, para pemuda Yogyakarta memanfaatkan keadaan dan situasi untuk melakukan genjatan senjata dan melucuti senjata-senjata tentara Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah pada Sekutu tanpa syarat. Berita kekalahan Jepang terdengar oleh segenap pemuda Indonesia, termasuk pemuda Yogyakarta melalui radio Domei milik pemerintahan Jepang. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pemuda Indonesia untuk segera mengambil alih kekuasaan yang telah dikuasai bangsa Jepang. Berakhirnya
4 Dr. A. H. Nasution,
pendudukan Jepang di Indonesia dapat membuka jalan untuk menuju pintu kemerdekaan. Pergerakan pemuda pada saat itu sangat cepat untuk mengambil alih kekuasaan Indonesia. Dalam waktu singkat, para pemuda dapat mempengaruhi tokoh golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta oleh Ir. Soekarno didampingi oleh Drs. Moh. Hatta.5 Pembacaan teks proklamasi disaksikan oleh rakyat serta para pemuda pejuang Indonesia.
Setelah Proklamasi Pemerdekaan Indonesia selesai dikumandangkan, rakyat Indonesia menyambut dengan gembira. Dalam waktu yang singkat, berita tentang proklamasi kemerdekaan sampai ke seluruh Indonesia. Berita ini disiarkan melalui radio Domei milik pemerintah Jepang di Jakarta.6 Pemerintah Jepang melarang pemuda Indonesia untuk menyebarluaskan berita proklamasi ini melalui radio Domei yang masih dikuasai Jepang. Akan tetapi para pemuda berhasil merebut dan menyiarkan berita ini sampai ke seluruh penjuru tanah air.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Untuk mengetahui Peran Pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta diperlukan pemahaman yang mendalam. Oleh karena itu, yang akan diteliti oleh penulis, yaitu bagaimana para pemuda ikut melakukan pergerakan dalam mempertahankan kemerdekaan di Yogyakarta.
5
Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, Hari-hari Menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Balai Pustaka, Jakarta,1998.
6 Sejarah Perjuangan,
Pemuda Yogyakarta pada dasarnya tetap mempertahankan Kemerdekaan yang telah di raih oleh bangsa Indonesia di Yogyakarta. Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, para pemuda bertekad untuk melakukan perlawanan terhadap bangsa Belanda yang kembali ke Indonesia untuk menguasai wilayah Indonesia untuk kedua kalinya. Perlawanan pemuda terhadap bangsa Belanda yang terjadi di Yogyakarta merupakan salah satu perwujudan partisipasi pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta.
Pada tanggal 3 januari 1946, pusat pemerintahan Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta karena keadaan di Jakarta sangat genting.7 Pada saat itu, Belanda sudah menguasai kota Jakarta. Perlawanan pemuda Yogyakarta diawali sejak pusat pemerintahan pindah ke Yogyakarta. Berawal dari agresi militer ini, pemuda Yogyakarta mulai bergerak dan melakukan perlawanan terhadap bangsa Belanda yang ingin kembali menguasai Yogyakarta. Perlawanan pemuda Yogyakarta merupakan tonggak perjuangan untuk menentukan kehidupan yang layak dan mencapai keadilan sosial. Hal ini dapat membebaskan rakyat Yogyakarta dari belenggu penjajahan.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Rumusan tersebut adalah sebagai berikut 1. Bagaimana pengaruh pendudukan Jepang di Yogyakarta pasca Kemerdekaan
di bidang militer?
7 Mohamad Roem, dkk.,
2. Mengapa Belanda kembali ke Yogyakarta dan ingin menguasai kota Yogyakarta?
3. Bagaimana perlawanan pemuda Yogyakarta dalam menghadapi Belanda di Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Tulisan ini bertujuan sebagai berikut :
Pertama, mendeskripsikan pengaruh pendudukan Jepang di Yogyakarta pasca Kemerdekaan dibidang politik dan militer.
Kedua, mendeskripsikan dan menganalisis kembalinya Belanda ke Yogyakarta dan menguasai kota Yogyakarta.
Ketiga, mendeskripsikan perlawanan pemuda Yogyakarta menghadapi Belanda di Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Dalam penulisan ini ada 3 (tiga) manfaat, antara lain : 1. Bagi Penulis
Penulisan ini dapat menambah wawasan arti pentingnya perjuangan para pemuda Yogyakarta pada tahun 1945.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
3. Bagi Masyarakat Umum
Penulisan ini dapat memberikan pengetahuan akan arti pentingnya perjuangan pemuda Yogyakarta pada masa kemerdekaan Indonesia.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan ilmiah mengenai “ Peran Pemuda Yogyakarta Dalam Pergerakan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta Tahun 1945
sampai 1949 “ diperlukan pemahaman tentang arti pemuda, kekuasaan, dan
perjuangan. Perlunya pemahaman ini agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang peran pemuda dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia oleh segenap pembaca.
Buku pertama karangan Ben Anderson yang berjudul “ Revolusi Pemoeda : Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946”, menjelaskan tentang
pengertian dari Pemuda. Pemuda merupakan bagian masyarakat atau orang awam mempunyai jiwa dan semangat juang yang kuat serta tidak mudah menyerah. Dengan kekuatan dan jiwa semangat yang tinggi, para pemuda mampu melakukan pergerakan untuk melawan penjajah. Selain itu juga bukunya Anton E. Lucas “ One Soul One Struggle : Peristiwa Tiga Daerah dalam Revolusi Indonesia”
Belanda menguasai Indonesia sejak tahun 1800an hingga 1942. Dengan kedatangan Jepang di Indonesia tahun 1942, Belanda dapat diusir dari wilayah Indonesia. Jepang menggantikan posisi Belanda untuk menguasai Indonesia. Kekuasaan Jepang atas Indonesia hanya bertahan selama tiga tahun. Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Jepang menyerah kepada diketahui oleh pemuda Indonesia. Dengan penuh semangat dan perjuangan, pemuda Indonesia dapat merebut kembali dari tangan Jepang.
Selain itu juga buku yang berjudul “ Pemuda Indonesia dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa” karangan Ahmaddani G. Martha, dkk, menjelaskan
tentang organisasi-organisasi pemuda baik dari bentukan Jepang maupun bentukan dari para pemuda Indonesia sendiri. Pemuda Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah Jepang untuk dilatih militer. Organisasi buatan Jepang adalah Heiho, PETA, Keibodan, Seinendan, Fujinkai, dan Gakukatami. Banyak hal yang diperoleh para pemuda Indonesia atas didikan pemerintah Jepang, salah satunya adalah pendidikan dalam bidang militer.
Buku yang keempat karangan B.M. Diah, yang berjudul ”Angkatan Baru ‘45” menjelaskan tentang lahirnya Gerakan Angkatan Baru yang merupakan
Bertentangan dari kepustakaan diatas, dari beberapa sumber yang digunakan sebagai referensi pada tulisan ini, tidak dijumpai sumber yang mendeskripsikan tentang peran pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia secara lengkap. Dalam penulisan mulai dari pengaruh pendudukan Jepang di Yogyakarta pasa kemerdekaan dibidang militer sampai pada perlawanan pemuda Yogyakarta terhadap Belanda.
G. Landasan Teori
Skripsi ini berjudul Peran Pemuda Yogyakarta dalam Pergerakan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta (1945-1949). Dalam menjelaskan penulisan diatas yang lebih dalam, maka dibutuhkan beberapa konsep yang dapat dijadikan acuan untuk membantu permasalahan diatas.
Pemuda Yogyakarta nantinya akan menjadikan pelopor masa depan sebagai para pemimpin bangsa. Pemuda Yogyakarta pada hakekatnya memiliki semangat yang sangat kuat, sehingga dapat meraih semua yang akan dicapai, termasuk kemerdekaan Indonesia.8
Selain peran pemuda terdapat juga Pergerakan. Pergerakan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang akan dicapai. Pergerakan pemuda Yogyakarta merupakan suatu kegiatan pemberontakan terhadap penjajah yang telah menguasai daerahnya.9 Perjuangan pemuda Yogyakarta merupakan ujung tombak dari daerah yang telah dikuasai oleh bangsa asing untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai.
8
Ahmaddani G. Martha, dkk.op.cit. hal. 164.
9
Bangsa Indonesia mempunyai gambaran akan datangnya masa depan yang cerah. Hal ini dapat menghilangkan dan menghapus penjajahan yang ada di Indonesia. Gambaran masa depan itu merupakan adanya kekuatan-kekuatan yang timbul dalam suatu pergerakan.10 Kekuatan itu akan membuka jalan bagi bangsa Indonesia untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan, renovasi, dan regenerasi. Harapan ini akan membangkitkan semangat para revolusioner untuk mencapai tatanan bangsa yang merdeka.
Suasana yang penuh dengan rasa ketegangan mengakibatkan adanya pertentangan atau konflik antar golongan. Suatu situasi yang mengandung bahaya akan munculnya kekacauan serta rusaknya orde sosial.11 Pergolakan pemuda dalam melakukan pergerakan untuk meraih cita-cita dalam mempertahankan kekuasaan Indonesia yang telah merdeka. Kekosongan kekuasaan terjadi pada pemerintah Indonesia sebelum pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Dalam suatu penulisan sejarah untuk menentukan kebenaran dapat menggunakan pendekatan multidimensional, yaitu untuk melihat berbagai segi atau aspeknya.12 Pendekatan ini dapat dilihat dari berbagi segi atau aspek, yaitu segi sosial, politik, ekonomi, maupun kultur.13
10
Sartono Kartodirdjo, Ungkapan-ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur, P.T. Gramedia, Jakarta, 1986.
11
Lihat Sartono Kartodirdjo, Kata Pengantar Anton E. Lucas, ONE SOUL ONE STRUGLLE: Peristiwa Tiga Daerah, Resist Book, Yogyakarta, 2004. hal. V.
12
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Gramedia, Jakarta, 1992.
13
Dalam penulisan ini, pendekatan pertama yang digunakan adalah pendekatan politik. Dengan menggunakan pendekatan politik dapat diketahui tentang penguasaan Belanda di Indonesia. Hal ini sekaligus dapat menganalisa peran pemuda dalam memperebutkan kekuasaan suatu wilayah di Indonesia. Pendekatan ini juga digunakan untuk mengetahui kedatangan pihak Belanda untuk menguasai Indonesia kembali.
Penulisan ini juga menggunakan pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi digunakan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pasca kemerdekaan di Yogyakarta. Pendekatan ini dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di wilayah Yogyakarta dalam melihat dari sudut pandang perubahan sosial yang terjadi di Yogyakarta pada zaman penjajahan Jepang dan Belanda berkuasa di Yogyakarta.
H. Hipotesis
1. Pendudukan Jepang di Yogyakarta banyak mengadakan pelatihan militer, maka pengaruhnya pasca kemerdekaan di bidang militer sangat besar.
2. Belanda masih merasa menjadi penjajah di Indonesia, maka Belanda berusaha kembali dan menguasai Indonesia.
I. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Data yang akan digunakan untuk penelitian ini berupa pernyataan-pernyataan. Lois Gottchalk memberikan pengertian bahwa sejarah merupakan pengujian analisa peristiwa pada masa lampau yang dikaji dan dianalisis secara kritis untuk memperoleh kebenaran dari fakta-fakta yang diperoleh dalam proses historigrafi.14 Oleh karena itu, penulis dapat menghasikan tulisan yang berdasarkan fakta-fakta yang sebenarnya.
Metode yang digunakan mempunyai langkah-langkah untuk menentukan suatu obyek, antara lain sebagai berikut :
a. Pengumpulan sumber
Penelitian ini menggunakan sumber tertulis yang antara lain, buku, majalah, surat kabar yang berkaitan dengan permasalahan, dan lain-lain yang bersifat primer maupun sekunder. Sumber tersebut dapat diperoleh di perpustakaan dan museum tempat-tempat bersejarah.
Kritik sumber merupakan tahap penelitian sejarah setelah pengumpulan data atau sumber. Kritik sumber bertujuan untuk mengetahui secara kritis mengenai kredibilitas dan otentisitas sumber.15 Oleh karena itu, kritik sumber dapat dikatakan sebagai pengujian terhadap sumber-sumber atau data yang telah terkumpul. Kritik sumber ini digunakan untuk mengantisipasi adanya kepalsuan
14
Lois Gottschalk, Mengerti Sejarah(Terjemahan Notosusanto)Universitas Indonesia, Djakarta, 1969. hal. 14.
15 Koentowijoyo,
dari suatu sumber atau data yang telah terkumpul. Dalam penulisan ini, penulis akan membandingkan sumber-sumber yang telah diperoleh. Sumber-sumber tersebut antara lain berasal dari buku, majalah, surat kabar yang diperoleh melalui perpustakaan untuk mengetahui kebenaran dalam penulisan ini.
b. Analisis Sumber
Dalam penelitian ini, analisis sumber merupakan hal yang terpenting untuk menentukan suatu penelitian yang berdasarkan obyektifitas yang akan diteliti. Hasil analisa ini akan menunjukkan suatu keberhasilan dalam menentukan penelitian. Dengan menggunakan metode ini, peneliti akan lebih sempurna. Maka untuk mengurangi unsur subyektifitas diperlukan suatu pengolahan data dan analisis yang sangat cermat.16
c. Penulisan Sejarah
Penulisan sejarah dilakukan untuk mengetahui suatu peristiwa yang benar-benar terjadi. Penulisan sejarah merupakan tahap terakhir dalam suatu penelitian.penulisan ini dapat dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan sintesis dan analisis yang telah diolah.
J. Sistematika Penulisan
Penulisan ini akan dibahas dalam lima bab, antara lain :
Bab I, akan membahas tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
16
Bab II, dalam bab ini akan membahas tentang dampak pendudukan Jepang di Yogyakarta pasca kemerdekaan dalam bidang militer. Pendudukan Jepang di Yogyakarta dapat melahirkan kekuatan militer atau barisan-barisan yang bertugas untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta.
Bab III, menjelaskan tentang kembalinya Belanda ke Yogyakarta pada tahun 1946 yang membonceng tentara sekutu masuk ke Indonesia. Belanda masih merasa menjadi penjajah di Indonesia maka Belanda datang kembali dan berusaha menguasai Indonesia untuk kedua kalinya.
Bab IV, menjelaskan tentang perlawanan pemuda Yogyakarta menghadapi Belanda di Yogyakarta. Pemuda Yogyakarta tidak mau dijajah lagi oleh Belanda sehingga pemuda Yogyakarta mengadakan perlawanan yang sangat sengit terhadap Belanda.
15
YOGYAKARTA DI BIDANG MILITER
A. Masuknya Jepang ke Yogyakarta
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam yang cukup untuk keperluan perang bagi negara-negara di dunia. Negara Indonesia menjadi target untuk dijadikan tanah jajahan, karena selain memanfaatkan sumber daya alamnya, mereka juga memanfaatkan rakyat Indonesia. Salah satu negara yang ingin menguasai Indonesia adalah Belanda dan Jepang.
Pada tahun 1942, Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. Jepang berubah menguasai Indonesia. Bersamaan dengan adanya Perang Dunia ke-2, Jepang menyerang Pearl Harbourpada tanggal 8 Desember 1941. Keberhasilan ini yang mengawali Jepang untuk berani ekspansi untuk menguasai wilayah Asia. Disisi lain, perkembangan industri Jepang sudah berkembang pesat dibandingkan dengan negara lain di Asia.
Jepang menduduki Yogyakarta pada tanggal 5 Maret 1942, pertama-tama Jepang berunding dengan Gubernur L. Adam.17 Jepang perlahan-lahan menguasai wilayah Yogyakarta dan melucuti senjata Belanda. Kedatangan Jepang membuat kagum rakyat Yogyakarta. Rakyat Yogyakarta menyambut dengan gembira atas kedatangan Jepang. Mereka menganggap Jepang sebagai penyelamat bagi rakyat Yogyakarta. Jepang membuat rakyat Yogyakarta menjadi berubah kehidupannya, karena tidak ada tekanan apapun dari pemerintahan Jepang. Pemerintah Jepang membuat strategi ini supaya mudah untuk mempengaruhi rakyat Yogyakarta.
Jepang telah menguasai kota Yogyakarta. Kekuatan Jepang di Yogyakarta dapat memukul mundur pasukan Belanda yang ada di Yogyakarta. Penguasaan Yogyakarta atas Jepang dimanfaatkan oleh pemuda Yogyakarta untuk ikut serta dalam pendidikan militer. Di Yogyakarta, Jepang membentuk organisasi barisan pemuda untuk dilatih militer. Dalam bidang militer ini, Jepang membentuk barisan Pemuda antara lain : Heiho, PETA, Keibodan, Seinendan, Suisintai, Fujinkai, dan Gakukotai.18 Tujuan Jepang membentuk organisasi pemuda ini adalah untuk membantu Jepang dalam menghadapi Belanda.19.
Kekuasaan Jepang di Indonesia mulai melemah setelah sekutu menghancurkan dua kota besar di Jepang. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu di Kali Jati. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu dapat
17
P. J. Suwarno, Hamengku Buwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta 1942-1974, Sebuah Tinjauan Historis, Kanisius, Yogyakarta, 1994. hal. 92.
18
Ahmaddani G. Martha, dkk., Pemuda Indonesia Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa, Kurnia Esa, Jakarta, 1985. hal. 164.
19
membuka jalan bagi Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan. Dengan penuh semangat, pemuda Yogyakarta melakukan pergerakan untuk meraih cita-cita dalam melepaskan belenggu penjajahan.
B. Sambutan Rakyat Yogyakarta terhadap Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia telah dikumandangkan. Setelah selesai pembacaan proklamasi, dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera merah-putih sebagai tanda Negara telah merdeka. Hilir mudik para pemimpin maupun rakyat Indonesia mendatangi rumah Ir. Soekarno dengan tujuan ingin menyaksikan pembacaan proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno, akan tetapi banyak yang kecewa karena mereka terlambat untuk menyaksikan pembacaan teks proklamasi.20 Mereka meminta agar teks proklamasi itu dibacakan kembali, tetapi Bung Karno menolak permintaan mereka, karena menurut Bung Karno pembacaan teks proklamasi hanya dibacakan sekali saja.21
Rakyat Indonesia mendengar bahwa Indonesia telah merdeka, kemudian mereka menyebarluaskan berita kemerdekaan dengan gembira dan penuh semangat. Pemuda-pemuda pejuang Indonesia menyebarkan dengan berbagai cara supaya kemerdekaan Indonesia terdengar sampai ke penjuru tanah air. Salah satu yang digunakan pemuda untuk menyebarkan kemerdekaan Indonesia adalah menyiarkan lewat radio Domei milik Jepang di pusat Jakarta. Radio merupakan salah satu alat komunikasi yang dapat menyiarkan segala sesuatu hingga ke seluruh penjuru tanah air. Pada awalnya penyiaran ini dilarang oleh pemerintah Jepang. Para pemuda Indonesia akhirnya dapat menguasai kantor berita milik
20
Ibid. hal. 109.
21
Jepang. Pada akhirnya, proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat tersebarluaskan ke seluruh penjuru tanah air, termasuk Yogyakarta.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia di terima oleh Sri Sultan yang kemudian disampaikan kepada masyarakat Yogyakarta. Proklamasi kemerdekaan ini disambut gembira oleh masyarakat Yogyakarta. Berakhirnya kekuasaan bangsa Jepang, rakyat Yogyakarta terasa nyaman. Penderitaan dan kesengsaraan yang dirasakan rakyat Yogyakarta mulai berkurang. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan wujud dari perjuangan pemuda Indonesia. Masyarakat Yogyakarta dengan antusias menyebarkan berita ini dengan cara mencoret-coret tembok yang berbunyi “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA”, dan lain-lain.
Pada tanggal 20 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwana menyatakan kemerdekaan Indonesia dan mendeklarasikan kepada segenap rakyat Yogyakarta yang berbuyi :
“sekarang kemerdekaan telah berada di tangan kita,telah kita genggam, nasib nusa dan bangsa adalah ditangan kita pula, tergantung pada kita sendiri.
Kita harus menginsafi, bahwa lahirnya Indonesia merdeka itu dalam masa kegentingan. Maka semua, tiada terkecualinya, harus bersedia dan sanggup mengorbankan kepentingan masing-masing untuk kepentingan bersama, ialah menjaga, memelihara, dan membela kemerdekaan nusa dan bangsa”.22
Sri Sultan mengajak segenap rakyat Yogyakarta untuk tetap bersemangat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih dengan jerih
22 A.H. Nasution,
payah para pejuang Indonesia dalam menghadapi penjajah. Pernyataan ini disambut dan laksanakan oleh rakyat Yogyakarta demi keamanan dan ketentraman kota Yogyakarta.
Selain itu, Sri Sultan menyampaikan juga pernyataannya kepada Ir. Soekarno di Jakarta pada tanggal 5 September 1945. Pernyataan Sri Sultan itu berbunyi sebagai berikut :
Kami, Hamengku Buwono IX, Sultan dan Sri Paku Alam Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat menyatakan :
1. Bahwa Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa Republik Indonesia.
2. Bahwa kami sebagai Kepala daerah memegang segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini, segala urusan pemerintahan dalam Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mulai saat ini kami pegang seluruhnya.
3. Bahwa perhubungan antara Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas Negeri kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia.23
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Sri Paku Alam VIII kepada presiden Soekarno di Jakarta. Presiden Soekarno menyerahkan Daerah Istimewa Yogyakarta sepenuhnya dan mempercayakan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII untuk menjaga dan mempertahankan Yogyakarta sebagai bagian dari Negara Republik Indonesia.24
Rakyat Yogyakarta tidak lepas dari pengabdiaannya terhadap Sri Sultan sebagai raja di Yogyakarta. Yogyakarta salah satu daerah yang tidak lepas dari penjajah bangsa asing. Rakyat Yogyakarta menderita dan sengsara akibat di jajah
23 Sejarah Perjuangan,
Yogya Benteng Proklamasi, Badan Musyawarah Musea, Daerah Istimewa Yogyakarta, 1984. hal. 49.
24
oleh bangsa asing yang telah menguasai kota Yogyakarta. Pemuda merupakan salah satu tumpuan bagi rakyat Yogyakarta untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Harapan rakyat Yogyakarta ingin merasakan kehidupan yang layak dan bebas dari penjajah.
C. Pemuda Yogyakarta menghadapi Jepang di Kota Baru
1. Semangat Pemuda Yogyakarta
Pemuda merupakan tulang punggung masyarakat. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara daerah yang mereka tinggali. Mereka lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepantingan pribadi. Ini merupakan modal semangat untuk membuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dapat merebut kekuasaannya atas penjajah.
Pemuda mempunyai semangat juang yang sangat tinggi pada tahun 1945 dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kekuatan yang mereka miliki sangat tinggi, sehingga dapat mempersatukan kekuatannya untuk menghadapi penjajah. Secara militer, Pemuda Yogyakarta memiliki dasar-dasar kemiliteran dan keahlian. Berkat didikan dari pemerintah Jepang dibidang militer, mereka dapat menyembuhkan rasa percaya diri untuk melakukan pergerakan melawan Jepang. Pendidikan di bidang militer yang mereka dapatkan dari pemerintah Jepang sangat bermanfaat bagi pemuda Yogyakarta.
selalu siap siaga untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang yang dipimpin oleh mantan PETA dan Heiho. Semangat dan tekad pemuda Yogyakarta dalam pergerakan melawan Jepang sangat tinggi. Pemuda dibekali dengan alat atau senjata seadanya. Mereka mengandalkan senjata-senjata tradisional, seperti : pedang, golok, bambu runcing, dan lain-lain. Senjata yang dimiliki oleh pemuda Yogyakarta tidak sebanding dengan senjata milik Jepang. Senjata yang dimiliki pemerintah Jepang sudah modern, yaitu senjata api baik laras panjang maupun laras pendek.
Pengorbanan para pemuda Yogyakarta untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia terus berkobar. Mereka rela berkorban jiwa dan raga untuk mempertahankan keutuhan Yogyakarta dari bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, mereka merelakan harta benda yang dimiliki demi tercapainya keadilan sosial. Perjuangan pemuda di Yogyakarta sangat tinggi untuk menegakkan Negara Republik Indonesia. Berkat dukungan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII, perjuangan pemuda Yogyakarta untuk mengusir Jepang dari Yogyakarta semakin kuat, sehingga kekuatan pemuda dapat menyatu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta.
2. Perlawanan di Kotabaru
Pemuda Yogyakarta tetap semangat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Banyak pengorbanan yang dipertaruhkan demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada bulan September 1945, pemuda Yogyakarta melakukan pengambilalihan kekuasaan dari bangsa Jepang.25 Pergerakan pemuda
25
untuk merebut kekuasaan Jepang atas Indonesia terjadi di Kotabaru,Yogyakarta. pergerakan ini diprakarsai para pemimpin pejuang Indonesia yang merupakan mantan dari anggota-anggota PETA, Heiho, dan sebagainya. Pada awal bulan Oktober 1945, perjuangan pemuda Yogyakarta untuk mengambil alih kekuasaan markas Jepang di Kotabaru.26 Seiring dengan rencana pemuda untuk merebut markas Jepang, pemuda membentuk barisan yang datang dari berbagai daerah. Pada tanggal 6 Oktober 1945, pergerakan pemuda mulai memanas.
Pemuda Yogyakarta merebut markas Jepang diawali pada pukul 22.00 WIB. Dengan menyusun strategi sebaik mungkin untuk menghindari banyaknya korban dipihak pemuda Yogyakarta. Susunan strategi yang digunakan pemuda Yogyakarta adalah mengepung markas Jepang di Kotabaru dengan menggunakan senjata apa adanya. Markas Jepang dikelilingi pagar berduri yang dialiri arus listrik dengan tujuan agar markas Jepang aman dari ancaman dari pemuda Yogyakarta. Kawat berduri yang dialiri listrik berusaha dimatikan oleh pemuda Yogyakarta agar dapat menerobos masuk ke markas Jepang. Pemadaman listrik dapat dilakukan pemuda Yogyakarta, sehingga pemuda dapat menerobos masuk ke markas Jepang.27 Penyerbuan ditandai dengan letusan granat yang dilakukan oleh pemuda Yogyakarta sebagai tanda dimulainya perlawanan dan pernyerbuan terhadap markas Jepang.28 Tepat pukul 04.00 pagi, penyerbuan telah dimulai.
Dalam pertempuran perebutan markas Jepang di Kotabaru banyak yang menjadi korban di kedua belah pihak. Di pihak Indonesia yang gugur dalam
26
Ibid. hal. 179
27
P.J. Suwarno, op. cit., hal. 179.
28
pertempuran itu ada 17 orang dan 32 orang mengalami luka-luka.29 Korban pertempuran dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dimakamkan di tempat pemakaman yang diabadikan menjadi Taman Makam Pahlawan, yang sekarang terletak di jalan Kusumanegara Yogyakarta. Pertempuran melawan Jepang dalam perebutan markas Kotabaru dan merebut senjata-senjata Jepang merupakan salah satu perwujudan dari semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Jepang menyerah kepada pemuda Yogyakarta dan menyerahkan senjata-senjatanya pada siang harinya. Akan tetapi perlawanan Jepang tidak berhenti sampai disini. Pada tanggal 13 Oktober 1945, pasukan Jepang akan bergerak dengan senjata yang lengkap serta menggunakan tank-tank berlapis baja yang masih menguasai Bandar Udara Maguwo.30 Pemuda tetap melakukan perlawanan terhadap Jepang. Dengan penuh perjuangan dan tekad yang kuat, pada akhirnya pasukan Jepang di daerah Maguwo dapat dilucuti senjatanya dan dapat menangkap pasukan Jepang. Dalam penangkapannya, pasukan Jepang tidak melakukan perlawanan. Atas izin dari Sri Sultan semua senjata milik Jepang disimpan di Pracimosono, bangunan disebelah barat Pagelaran Keraton Yogyakarta.31
Pada sore harinya, pertempuran antara pemuda Yogyakarta dengan Jepang dapat mereda karena Jepang memutuskan untuk memberikan senjatanya ke pihak Yogyakarta Koo. Penyerahan senjata milik Jepang kepada pihak Yogyakarta Koo
29 P.J. Suwarno,
op.cit.. hal. 182.
30
Ibid. hal. 182-183.
31
diterima oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pemuda Yogyakarta dengan semangat mengambil senjata Jepang digudang markas Jepang. Sri Sultan memerintahkan kepada para pemuda untuk mengambil senjata dan disimpan untuk keperluan perang menghadapi Sekutu apabila datang ke Yogyakarta.
Berkat perjuangan para pemuda Yogyakarta, senjata Jepang dapat direbut. Mereka dapat merebut senjata yang dimiliki oleh Jepang sehingga dapat dijadikan modal untuk melawan penjajahan baru yang akan datang di kota Yogyakarta. Dengan persenjataan yang dimiliki, para pemuda menjadi percaya diri untuk siap manghadapi musuh. Bekal senjata rampasan dari Jepang dan rasa percaya diri, pemuda Yogyakarta siap mempertahan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta. Pada dasarnya, pemuda tidak mempunyai strategi dan pengalaman perang. Pemuda hanya mengandalkan kekuatan, keyakinan, kebulatan tekad tanpa memperdulikan nyawa mereka. Dengan berbekal itu, pemuda Yogyakarta dapat mengusir penjajah Jepang dari Yogyakarta dan siap menghadapi Belanda yang akan datang dan menguasai Yogyakarta
3. Kondisi Yogyakarta Pasca Kemerdekaan di Bidang Militer
a. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Jepang. Oleh karena itu, pemuda Yogyakarta sudah mempunyai strategi kemiliteran.
Selain itu, di Yogyakarta juga di bentuk laskar-laskar rakyat yang melibatkan pemuda Yogyakarta dari berbagai lapisan yang bertujuan untuk membantu BKR dalam menghadapi musuh. Semangat dan kebulatan tekad para pemuda Yogyakarta dalam mempertahan kemerdekaan Indonesia semakin kuat. Awal mulanya, laskar-laskar rakyat terbentuk sebelum membentuk BKR. Selain itu, pemuda Yogyakarta membentuk Tentara Rakyat Mataram (TRM). Tentara Rakyat Mataram dipimpin oleh Sutarjo. Sutarjo merupakan bekas anggota salah satu organisasi bentukan Jepang semasa Jepang melatih militer terhadap pemuda di Yogyakarta.32 Berdirinya laskar rakyat ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Alun-Alun Yogyakarta, dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi panglima tertinggi laskar rakyat, dengan kepala stafnya Selo Soemardjan.33
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Presiden memerintahkan untuk membuat suatu badan yang nantinya dapat menggantikan PETA. Pada tanggal 22 Agustus 1945, PETA dibubarkan. Presiden Soekarno mengeluarkan meklumat yang isinya tentang pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat).34 Tujuan dibentuknya BKR adalah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan menjaga dan mengamankan daerah dari ancaman atau serangan dari musuh. Ide dan gagasan untuk membentuk tentara kebangsaan itu sendiri datang dari pemuda pejuang
32
Ibid. hal 59.
33 Mohamad Roem, dkk.,
Tahta Untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX, P. T. Gramedia, Jakarta.
34
Indonesia yaitu Urip Sumohardjo.35 BKR ini berada dibawah Komite Nasional Indonesia Daerah, dan tidak berhubungan langsung dengan pemerintah. Anggota BKR tidak dilengkapi dengan senjata-senjata yang layak, akan tetapi BKR hanya dibekali senjata seadanya.
Setelah adanya perebutan senjata di Kotabaru terhadap Jepang pada bulan September-Oktober 1945, senjata dari BKR mulai nampak lengkap. Akibat dari perebutan senjata ini, BKR yang beranggotakan bekas-bekas PETA yang dulu pernah latihan militer pada zaman Jepang mulai bisa mengatur strategi dalam hal perang gerilya untuk mempersiapkan kedatangan Sekutu ke Yogyakarta.36 Setelah perkembangan BKR mulai membaik dalam segi kemiliteran, BKR dipercaya untuk ikut andil dalam pergerakan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta siap untuk menghadapi penjajah yang akan menguasai Yogyakarta.
Karena kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh BKR belum sempurna, maka pada tanggal 5 Oktober 1945 BKR diubah dengan nama TKR (Tentara Keamanan Rakyat). TKR ini dibentuk karena mengingat persiapan yang akan disiapkan untuk menghadapi kedatangan Sekutu. Dikabarkan bahwa Sekutu akan mendarat ke Yogyakarta dan akan menguasai wilayah Yogyakarta, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
35 G. Moedjanto,
Indonesi Aabd ke-20 Jilid I,dari Kebangkitan Nasional sampai Linggajati, Kanisius, Yogyakarta, 1988. hal. 119.
36
b. Pembentukan Tentara Pelajar (TP)
Tentara Pelajar terbentuk untuk ikut terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tentara Pelajar ini merupakan bentukan dari Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) yang berpusat di Jakarta. Pada tahun 1946, pusat IPI sudah berpindah ke Yogyakarta karena di Jakarta sudah diduduki oleh Belanda.37 Di Yogyakarta pembentukan ini diprakarsai oleh Martono, Soetomo Honggowongso, Warsito, dan para pelajar lainnya.38 Tentara Pelajar ini dibentuk karena mengingat persatuan pelajar di Yogyakarta sangat kuat, serta melihat keadaan Yogyakarta pada waktu itu menjadi pusat pemerintahan Indonesia. Sebagai pelajar dan pemuda Yogyakarta ikut merasa bertanggung jawab dalam menjaga keamanan dan ketertiban Yogyakarta dari ancaman musuh.
Organisasi IPI yang telah terbentuk di Yogyakarta merupakan suatu organisasi yang bersifat sosial. Para pelajar ikut andil mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia dari ancaman penjajah. Selain semangat dalam belajar, mereka juga semangat dalam mengamankan wilayah Yogyakarta dari anaman musuh.
c. Pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Setelah merdeka, Negara Indonesia mulai membentuk tentara yang bertugas untuk menjaga dan mengamankan Negara Indonesia. Nama tentara awal mulanya adalah Tentara Keamanan Rakyat. Perubahan-perubahan terus terjadi,
37 Drs. Amrin Imran, dkk.,
Peran Pelajar Dalam Perang Kemerdekaan, Pusat sejarah dan Tradisi Angkatan Bersenjata RI, Jakarta, 1985. hal. 129.
38
berawal dari laskar rakyat kemudian diganti dengan nama BKR. Setelah BKR berdiri, kemudia berganti nama menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat).
Pendaratan Sekutu di Indonesia telah menentukan pasukan-pasukan relawan yang siap menghadapi Sekutu. Dalam hal ini yang berperan dalam mengahadapi perlawanan terhadap Belanda yang akan menguasai Indonesia adalah TKR. TKR pada waktu itu bukan Tentara Keamanan Rakyat lagi, akan tetapi Tentara Keselamatan Rakyat. Mengingat keadaan yang tidak memungkinkan dan keselamatan rakyat, maka TKR bertugas untuk mengamankan negara dan rakyat dari ancaman teror tentara pendudukan Sekutu dan NICA.39 Setelah keadaan semakin tidak memungkinkan lagi akibat ancaman Belanda semakin memojokkan kekuatan dari TKR, maka namanya diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Perubahan nama TKR menjadi TRI ini berdasarkan ketetapan pemerintah No. 4/SD tanggal 25 Januari 1946. Dalam hal ini, TRI dapat mencakup keseluruhan dari semua tentara, baik angkatan laut, udara, maupun darat.
Untuk menghadapi keadaan yang semakin memburuk karena kedudukan Belanda semakin meluas, Presiden Soekarno memutuskan untuk menyatukan semua angkatan perang, baik dari laskar-laskar, barisan pemuda pejuang, maupun TRI untuk bersatu dalam wadah tentara nasional untuk menghadapi Belanda. Dalam hal ini, Presiden membentuk panitia untuk mengkoordinir agar penyatuan dari berbagai kelompok ini dapat menjadi satu visi dan misi untuk menegakkan
39
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembentukan panitia ini langsung diketuai oleh Presiden demi kelancaran dari pada penyatuan para angkatan perang.
Pembentukan panitia yang telah disetujui tidak dapat berjalan lancar, karena laskar-laskar tersebut berada dibawah partai-partai atau golongan-golongan yang tidak rela menyerahkan begitu saja kepada pemerintah.40 Pada dasarnya laskar-laskar yang telah terbentuk ini banyak yang terlibat menjadi pelopor dari partai-partai yang sudah dianutnya sehingga mereka lebih cenderung terjun ke politik dalam negeri. Akan tetapi usaha yang dijalankan oleh presiden, wakil presiden serta panglima besar angkatan tidak menyerah untuk menanggulangi masalah ini. Perjuangan mereka untuk tetap menyatukan semua kelompok menjadi satu wadah tentara nasional akhirnya dapat terwujud.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam mempertahankan dan menegakkan Republik Indonesia, Presiden RI mengeluarkan penetapan no. 24 tahun 1947 tanggal 3 Juni 1947 tentang perubahan nama dari Tentara Republik Indonesia menjadi Tentara Nasional Indonesia.41 Keputusan ini berdasarkan Penetapan Pemerintah No. 2/SD tanggal 7 Januari 1946 yang mengubah Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.42 Berdasarkan Penetapan Presiden tanggal 7 Juni 1947, dibentuklah Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang merupakan gabungan dari TRI, laskar-laskar dan barisan pemuda pejuang.43 Berdasarkan penetapan ini, perubahan nama TNI dapat membuat mereka puas dan dapat menerima keputusan itu. TNI bukan lagi sebagai alat
40
Ibid. hal. 51.
41
Ibid. hal. 64.
42
Ibid. hal. 41.
43
negara semata, tetapi juga sebagai alat rakyat dan alat bangsa. Dengan dibentuknya Tentara Nasional Indonesia ini, penyatuan dari berbagai kekuatan yang tergabung dalam satu wadah TNI ini akan dapat menambah kekuatan baru di Indonesia untuk melawan Belanda. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh TNI, pasukan TNI siap memukul mundur pasukan Belanda. Dalam perlawanan dengan Belanda, senjata yang dimiliki oleh TNI tidak seimbang dengan senjata yang dipakai oleh pasukan Belanda. TNI hanya mengandalkan senjata-senjata rampasan dari pasukan Jepang yang dapat ditaklukkan pada waktu perebutan markas di Kotabaru, Yogyakarta.
Baik strategi maupun senjata yang digunakan untuk bertempur, Belanda lebih modern dan strateginyapun lebih sempurna dibandingkan dengan pasukan TNI. Pada sisi lain, pasukan TNI menang dalam hal penguasaan medan pertempuran, sehingga strategi yang digunakan oleh pasukan TNI adalah perang gerilya. Setelah adanya pembentukan Tentara Nasional Indonesia, segala sesuatu yang menyangkut keselamatan negara dan rakyat ditangani oleh TNI. Dalam hal ini, TNI merupakan tulang punggung negara, sehingga TNI diwajibkan untuk menjaga dan mengamankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Lahirnya Akademi Militer Yogyakarta
Pada awal mulanya Akademi Militer ini lahir setelah prokloamasi kemerdekaan Indonesia yang berpusat di Tangerang dengan pimpinan Daan Mogot.44 Setelah adanya sengketa senjata lengkap dengan Jepang, maka banyak
44
siswa yang gugur serta pimpinan Daan Mogot juga gugur dalam peristiwa itu.45 Dengan gugurnya pimpinan serta siswa Akademi Militer ini, kemudian akademi militer ditutup. Akademi Militer ini dilanjutkan di Yogyakarta dan dibuka untuk siswa yang rela berjuang untuk kepentingan nusa dan bangsa. Di Yogyokarta pencetus dari Akademi Militer ini adalah R. Urip Sumoharjo setelah diangkat menjadi kepala staf umum TKR pada bulan Oktober 1945.46
Kelahiran dari Akademi Militer ini ada ikatannya dengan TKR. Hubungan antara TKR dengan Akademi Militer ini adalah pimpinan dari Akademi Militer ini merupakan ex KNIL dan ex PETA. R. Urip Sumoharjo menjadi pemimpin dari Akademi Militer di Yogyakarta setelah di angkat menjadi kepala staf umum TKR di Yogyakarta dan membentuk Markas Besar Umum Tentara Keamanan Rakyat (MBUTKR).47 Di Yogyakarta setelah dapat mandat pemerintah tanggal 20 Oktober 1945, Letnan Jendral R. Urip Sumoharjo membuat MBUTKR yang berpusat di jalan Gondokusuman, Yogyakarta. Setelah membentuk markas besar kemudian menyusun organisasi TKR dan mengatur pertumbuhan dari TKR untuk menjadi suatu tentara nasional yang teratur.48
Setelah membentuk markas umum, Letjen Urip Sumoharjo merencanakan untuk membuka para calon sekolah Akademi Militer di Yogyakarta. Pembukaan bagi calon siswa Akademi Militer ini di buka untuk umum dengan persyaratan mau rela berkorban demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih oleh para pejuang Indonesia. Generasi muda yang dibutuhkan ini untuk
45
Ibid. hal. 72.
46
Ibid. hal. 72.
47
Ibid. hal. 73.
48
menjaga keutuhan bangsa dan negara Imdonesia dari serangan musuh yang datang untuk menguasai Indonesia. Pengumuman ini disiarkan lewat radio dan pers, yang mana pers pada waktu itu yang sudah ada adalah harian Kedaulatan Rakyat (KR).
Pada awal mulanya semua ini sangatlah mendesak, baik dari segi tempat maupun para inspekturnya. Semua persiapan mendadak untuk mendapatkan tempat pelatihan dan guru yang akan mendidik para siswa yang akan masuk akademi militer. Dengan keterbatasan guru yang sangat minim, tetapi pembukaan bagi sekolah militer ini tetap dijalankan demi mendidik dan melatih siswa agar dapat mempunyai strategi perang untuk menghadapi terjadinya bahaya imperalisme Belanda yang akan datang ke wilayah Indonesia.
Dengan persyaratan yang telah ditetapkan itu dengan tujuan agar para pemuda/ siswa yang bergabung dan terdidik di Akademi Militer memiliki kemampuan yang baik. Bergabungnya pemuda di Akademi Militer ini datang dari hati nuraninya sehingga mempunyai tekad untuk mengabdikan dirinya terhadap bangsa Indonesia. Mengingat keadaan yang sangat genting pasca kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Hal ini dapat memicu semangat dari para siswa yang masuk dan bergabung di Akademi Militer dan mempunyai bekal untuk perang. Dengan berlatih dan dididik strategi perang, maka para pemuda dapat mengetahui taktik yang akan dipakai untuk melawan penjajah yang akan datang ke Indonesia.
bulan terakhir belajar lagi di Sekolah Militer.49 Dengan latihan yang telah ditempuh berbulan-bulan lamanya, akhirnya dapat melahirkan pasukan-pasukan yang siap melawan dan memukul mundur musuh yang datang ke Indonesia. Pasukan Akademi Militer yang telah dididik ini nantinya untuk memperkuat kekuatan dari pasukan TNI yang telah dibentuk dan ditetapkan pada tanggal 7 Juni 1947. melatih fisik dan mental merupakan tujuan utama dari pelatihan Akademi Militer ini, karena dengan fisik dan mental yang kuat dapat merobohkan lawan.
49
34
DI INDONESIA
A. Kedatangan Sekutu ke Indonesia
Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945. Indonesia menyatakan telah merdeka dan akan mengambil alih kekuasaan
serta mengatur pemerintahannya sendiri. Setelah Indonesia menyatakan
kemerdekaannya, semua pasukan Jepang ditangkap dan senjatanya dilucuti oleh
pemuda pejuang Indonesia. Pada tanggal 8 September 1945, pasukan Sekutu
didatangkan ke Indonesia dengan tujuan untuk membebaskan tawanan dan
mengembalikan pasukan Jepang ke negerinya. Dengan kedatangan Sekutu yang
dipimpin oleh Mayor A.G. Groenhalgh, pasukan Sekutu diterjunkan dan mendarat
di lapangan terbang Kemayoran, Jakarta bersama tujuh orang perwira sekutu.50
Pada tanggal 19 September 1945, presiden Soekarno mengadakan rapat
raksasa yang diikuti oleh seluruh arakyat Indonesia di lapangan Ikada Jakarta.51
Para pemuda yang tergabung dalam satu tekad untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia berkumpul dalam rapat raksasa tersebut. Mereka akan
membuktikan kepada Sekutu/ Inggris bahwa bangsa Indonesia telah merdeka.
Kemerdekaan Indonesia dapat dicapai dari perjuangan rakyat Indonesia dan
merupakan kehendak dari rakyat Indonesia, bukan tekanan dari bangsa asing/
penjajah.
50 Drs. Soejitno Hardjosoediro,
dari Proklamasi ke Perang Kemerdekaan, Balai Pustaka, Jakarta, 1987. hal. 48.
51
Sekutu pada tanggal 29 September 1945, Letjen Sir Philip Christison
mendarat di Jakarta bersama rombongan. Rombongan Sekutu ini diboncengi oleh
sebagian serdadu-serdadu Belanda. Misi dari rombongan Sekutu dalam
pendaratannya ke Indonesia adalah : melindungi dan mengungsikan
tawanan-tawanan biasa, melucuti senjata-senjata dan menggembalikan serdadu-serdadu
Jepang pulang ke negerinya, dan menjaga keamanan dan ketentraman agar
maksud itu dapat tercapai.52 Dalam misi ini Christison menyatakan tidak ada
maksud untuk mencampuri urusan politik dari pemerintah Indonesia, akan tetapi
Christison akan berusaha merundingkan antara Indonesia dan Belanda agar tidak
terjadi perselihan antara kedua belah pihak.
Pendaratan Sekutu ke Indonesia disambut baik oleh rakyat Indonesia atas
mandat dari presiden Soekarno. Pada tanggal 1 Oktober 1945, Christison sebagai
panglima tertinggi Serkutu di Indonesia mengakui bahwa pemerintah Indonesia
pimpinan Soekarno-Hatta sebagai kekuasaan de facto.53 Pengakuan Christison ini
dapat menghantarkan kepercayaan Indonesia kepada Sekutu. Besama dengan ini,
Christison diantarkan oleh Mr. Syariffudin dan bersama para pemuda Indonesia
untuk mengantarkan ke tempat tawanan pasukan Jepang yang akan ditarik ke
negerinya.
Pada dasarnya rakyat Indonesia tidak setuju dengan kedatangan Sekutu di
Indonesia, karena perintah dari presiaden Soekarno untuk dapat menerima Sekutu
ke Indonesia, maka rakyat Indonesia menjalankan amanahnya. Menurut Soekarno,
kedatangan Sekutu akan membawa perubahan bagi Indonesia. Soekarno berharap
52
Ibid. hal. 50.
53
Sekutu dapat menyelesaikan perselisihan Indonesia dengan Belanda dan dapat
menciptakan perdamaian di Republik Indonesia. Mengingat amanat dari presiden
Soekarno, rakyat Indonesia mendiamkan pasukan Sekutu masuk ke Indonesia..
Tanpa ada halangan dan rintangan, pasukan Sekutu menjalankan misinya yaitu
menyelesaikan perselisihan di Republik Indonesia.
Kedatangan Sekutu mulai menyebar ke seluruh wilayah kota. Di wilayah
Jawa Timur, salah satu yang dimasuki oleh pasukan Sekutu adalah kota Surabaya.
Di Surabaya, Sekutu mulai menguasai daerah dan wilayah Surabaya. Pendaratan
di Surabaya melalui pelabuhan Tanjung Perak, dan tanpa adanya koordinasi/
persetujuan dengan Gubernur Surabaya, Soerjo.54 Maksud dan tujuan koordinasi
dengan pemerintah Surabaya, agar dalam pendaratan Sekutu dapat dipersiapkan
segala sesuatu yang akan digunakan/ diperlukan oleh Sekutu, akan tetapi masalah
ini tidak dihiraukan oleh pasukan Sekutu.
Sekutu datang ke Indonesia membawa dampak yang sangat buruk bagi
Indonesia. Dampak dari kedatangan Sekutu ke Indonesia adalah keadaan
Indonesia semakin kacau, baik dari bidang ekonomi, sosial, politik, dan militer.
Keadaan Indonesia menjadi berubah karena kedatangan Sekutu diikuti oleh
beberapa pasukan NICA yang ingin menguasai kembali tanah jajahan mereka.
Kehadiran personil militer Belanda yang mendapat bantuan Inggris ini
menyebabkan terjadinya insiden dengan barisan pemuda.55
54
Ibid. hal. 66.
55
Pada tanggal 29 Oktober, presiden Soekarno dan wakil presiden Moh.
Hatta beserta Amir Sjarifudin dan beberapa opsir Inggris serta sejumlah
wartawan luar negeri mendatangi kota Surabaya dengan tujuan untuk
merundingkan dengan pihak Sekutu yang diwakili oleh Inggris.56 Dalam
perundingan ini menghasilkan suatu kesepakatan yaitu menghentikan
tembak-menembak sementara.57 Dalam kesepakatan ini, gencatan senjata sudah mulai
berkurang hingga beberapa saat. Walaupun tidak ada genatan senjata, rasa
ketegangan masih terjadi di kota Surabaya. Keamanan kota Surabaya tidak lagi
terjamin, karena terjadinya ketegangan antara pihak Indonesia dan Inggris, dan di
tambah lagi Belanda sudah memasuki wilayah Surabaya.
Pada tanggal 30 oktober 1945, diadakan lagi pertemuan antara pihak
Indonesia dengan Sekutu. Tujuan dari pertemuan ini adalah menyelesaikan
permasalahan yang ada di Indonesia. Dari pihak Indonesia yang ikut dalam
pertemuan ini adalah gubernur Soerjo, residen Soudirman, Soetomo (Bung
Tomo), dan lain-lain yang mempunyai peranan dalam pertempuran di Surabaya.
Sedangkan dari pihak Inggris adalah Jendral Mallaby. Dalam pertemuan itu
terjadi ketengangan antara kedua belah pihak. Akhirnya pihak Inggris meredakan
perselisihan dengan mengajukan usul bahwa Mallaby beserta staffnya akan masuk
ke gedung Internatio untuk memerintahkan agar anak buahnya tidak menembaki
pemuda Indonesia yang ada disekitar gedung tersebut.58
56
Drs. Soejitno Hardjosoediro, Op. cit. hal. 67.
57
Ibid. hal. 67.
58
Setelah kedatangan Mallaby di gedung Internatio, terjadi suara gemuruh
dan menimbulkan asap tebal. Kekacauan di gedung tersebut menimbulkan banyak
korban, hingga Mallaby tewas dalam kejadian tersebut. Kejadian ini menimbulkan
konflik baru bagi pemerintah Indonesia dan Inggris. Dalam konflikini, pemerintah
Inggris kemudian mengeluarkan ultimatum yang ditujukan kepada gubernur
Soerdjo.59 Isi dari ultimatum ini antara lain :
1. Semua Pemimpin pergerakan Indonesia harus melapor kepada Inggris dalam waktu sampai pukul 18.00.
2. Para pemuda harus berbaris satu-persatu dan menyerahkan senjatanya kepada Inggris.
3. Senjata harus diletakkan pada tempat yang sudah ditentukan.
4. Mereka harus berjalan dengan tangan diatas kepala menuju pos yang telah ditetapkan..
5. Para pemimpin harus menandatangani dokumen sebagai tanda
menyerah tanpa syarat, dan kemudian ditawan.
6. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Inggis akan
menghancurkan kota Surabaya.60
Dengan tegas para pemuda Surabaya menolak ultimatum tersebut dan mempunyai
semboyan lebih baik mati dari pada terhina oleh Inggris. Kesepakan para
pemimpin dengan para pemuda sudah bulat dan semangat.
Akhirnya pertempuran terjadi pada tanggal 9 November 1945 antara
pemuda Indonesia dengan Sekutu (Inggris). Hal ini dipicu kemarahan pemuda
Indonesia terhadap pelecehan yang dilakukan oleh Inggris terhadap pemuda.
Pasukan Inggris dilengkapi dengan senjata lengkap, sedangkan pemuda Indonesia
dengan menggunakan senjata seadanya, seperti bambu runcing, pedang, dan lain
59
Ibid. hal. 69.
60
sebagainya. Pertempuran sengit terjadi di Surabaya demi mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran tejadi di kota-kota lain karena Sekutu telah masuk dan
sebagian menguasai wilayah Indonesia. Di Jakarta salah satu pusat Ibukota negara
telah dikuasai oleh Sekutu. Keadaan Jakarta sangat genting karena Sekutu telah
menguasai sepenuhnya pusat pemerintahan Indonesia. Sehingga dengan terpaksa
pusat pemerintahan Indonesia berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta pada tanggal
4 Januari 1946. Perpindahan ini dilakukan untuk menghindari pengaruh Sekutu
terhadap pemerintah Indonesia dan keadaan di Jakarta pada saat itu sangat kacau.
Pada saat itu juga rombongan presiden dan wakil presiden tiba di Yogyakarta.
Sementara di Jakarta yang diserahkan memegan kendali adalah Sultan Syahrir
selaku Perdana Menteri.
Satuan Brigade 49 yang sebagian tediri dari orang Ghurka masuk ke kota
Yogyakarta dan menyerbu penjara-penjara RI untuk membebaskan tawanan
(Jepang) dan menduduki kota Yogyakarta,61 yang menyebabkan keonaran di
wilayah Yogyakarta. Ketegangan antara pemuda Yogyakarta dengan pasukan
militer Belanda semakin keras. Belanda mulai mengendalikan penguasaannya,
karena Belanda merasa masih memiliki hak atas wilayah Yogyakarta. Ketegangan
terjadi dimana-mana sehingga membuat rakyat Yogyakarta merasa tidak nyaman.
Tindakan Belanda ini sangat bertentangan dengan misi awal dari Sekutu yang
hanya bertugas dalam penyelesaian masalah tawanan perang serta tidak akan
mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Dengan ketledoran Sekutu membawa
61
Belanda ke Indonesia, membuat misi dari Sekutu berubah, sehingga menimbulkan
kekacauan di Indonesia, termasuk Yogyakarta.
B. Kembalinya Belanda ke Yogyakarta
Yogyakarta merupakan daerah kerajaan. Kekuasaan kerajaan Yogyakarta
ini kuasai oleh dua raja yang berkaitan, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono IX
dan Sri Paku Alam VIII. Yogyakarta merupakan daerah istimewa, karena
Yogyakarta mempunyai potensi sehingga pada tanggal 4 Januari 1946 menjadi
pusat pemerintahan Republik Indonesia. Perpindahan Ibu Kota ke Yogyakarta ini
dikarenakan keadaan di Jakarta pada waktu itu sangat genting. Belanda mulai
masuk dan berkuasa kembali ke Indonesia, walaupun Indonesia telah merdeka.
Penguasaan Belanda di Indonesia diawali di Jakarta yang membonceng Sekutu
datang ke Indonesia untuk menghancurkan Jepang.
Dengan perlindungan dari Sekutu, Belanda secara diam-diam menyusun
kekuatannya untuk menguasai Indonesia kembali. Strategi ini dilancarkan oleh
Belanda, karena Belanda ingin berusaha menguasai Indonesia kembali. Dalam
aksinya ini, Belanda serhasil menyusun kekuatan-kekuatan yang akan digunakan
untuk mengepung wilayah kekuasaan Indonesia. Dengan waktu yang relatif
singkat, Belanda dapat menguasai sebagian dari wilayah Indonesia. Kecepatan
Belanda dalam menyusun kekuatan ini sangat berpengaruh dengan keadaan di
Yogyakarta, karena pemerintah Yogyakarta yang sebagai Ibukota negara belum
sempurna dalam mengatur sistem politik dalam negeri. Oleh karena itu dapat
Kemarahan pemuda Yogyakarta tidak dapat dibendung lagi, karena
Belanda akan menguasai Yogyakarta. Rakyat Yogyakarta berusaha menghentikan
usaha-usahanya untuk mengambil alih kekuasaan Ibukota negara yang telah
diperjuangkan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini,
Belanda tidak berhenti untuk menekan pemerintah Yogyakarta agar dapat
menyerahkan kekuasaanya kepada pemerintah Belanda. Rakyat Yogyakarta
berusaha dengan tekad dan semangat yang bulat untuk tetap mempertahankan
Yogyakarta dari tangan penjajah. Pertikaian kedua Negara ini menimbulkan
perselisihan dan mengakibatkan pertempuran yang sangat sengit antara Indonesia
dengan Belanda.
Pada tanggal 20 September 1945, pasukan Belanda yang dikenal dengan
sebutan KNIL mendarat di Semarang, kemudian melanjutkan perjalannanya ke
Ambarawa serta tiba di Magelang bersama rombongan Sekutu.62 Perjalanan
Belanda menuju Yogyakarta tinggal selangkah lagi. Belanda mulai berpatroli
dengan menggunakan jeep dan truk yang berisikan serdadu-serdadu KNIL.
Kemudian perjalanan dari Magelang dilanjutkan menuju Yogyakarta. Rombongan
serdadu-serdadu ini datang ke Yogyakarta dengan mengendarai truk serta jeep
dengan mengibarkan bendera Belanda.
Pasukan Belanda yang melakukan perjalan menuju kota Yogyakarta
dihadang oleh dua batalyon TKR di Yogyakarta, dibawah pimpinan Let. Kol.
Suharto dari Batalyon X dan Batalyon VIII dibawah pimpinan Mayor sardjono.63
62 Drs. Tashadi, dkk.,
Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 di DIY,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta, 1986-1987. hal. 100.
63
Pasukan Indonesia dapat memukul mundur dari gerakan tentara Belanda yang
akan memasuki kota Yogyakarta. Setelah dipaksa mundur, akhirnya usaha-usaha
dari pasukan pejuang Indonesia dapat berhasil. Tidak hanya berhenti sampai
disitu, kekuatan Belanda semakin bertambah besar, sehingga Belanda secara
perlahan-lahan dapat memasuki wilayah Yogyakarta dan membalas pasukan
Indonesia untuk mundur, mengingat Yogyakarta telah diporak-porandakan oleh
Inggris.
Di Yogyakarta, Belanda mulai memasuki daerah-daerah pertahanan yang
telah dikuasai oleh pemuda Yogyakarta.diberbagai sektor, Belanda sudah mulai
menyusup untuk membuat suatu pertahanan kembali. Kekuatan Belanda di
Yogyakarta yang dibangun untuk menguasai daerah yogyakarta, karena
Yogyakarta pada waktuitu merupakan daerah jantung pertahanan pemerintah
Indonesia. Indonesia yang berpusat pemerintahannya di Yogyakarta sudah mulai
dikuasai oleh Belanda yang kedatangannya mengiringi Sekutu ke Indonesia.
Pada bulan Oktober 1945, Belanda mendarat di Yogyakarta mulai
menguasai jantung pusat kota. Selain itu juaga menguasai tempat-tempat yang
akan dipakai hubungan keluar, misalnya Bandar Udara Maguwo (Adi Sutjipto).
Dengan penguasaan Belanda yang makin luas dwilayah Yogyakarta
mengakibatkan pergerakan dari pemuda mulai menyempit. Belanda belum
melakukan kegiatan ataupun penyerangan terhadap Yogyakarta, karena Belanda
baru akan membangun strategi yang akan digunakan untuk melumpuhkan
Pemuda Yogyakarta belum tahu visi dan misi Belanda datang ke
Yogyakarta. Karena belanda datang mengatasnamakan Sekutu ke Indonesia yang
bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan di Indonesia. Perger