i
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK
DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI
PADA REMAJA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Amanda Puspa Chandra NIM : 079114064
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO
K eberhasilan adalah kemampuan untuk
melewati dan mengatasi dari satu kegagalan
ke kegagalan berikutnya
tanpa kehilangan semangat.
(W inston Chuchill)
K ebanggaan kita yang terbesar adalah
bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Confusius)
Apa yang ada di belakang kita
Dan apa yang ada di depan kita
M erupakan hal kecil dibanding dengan apa yang ada di dalam kita
v
K upersembahkan karya sederhana ini untuk :
Papa dan M ama tercinta
D iella dan A gung, saudaraku tersayang
Pacarku
vii
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI
PADA REMAJA
Amanda Puspa Chandra
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat kepercayaan diri pada remaja. Hipotesis dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi adalah remaja yang tidak merokok, sedangkan remaja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah adalah remaja yang merokok. Subjek penelitian ini adalah 100 remaja yang menuntut ilmu di Yogyakarta, yang terdiri dari 50 remaja yang merokok dan 50 remaja yang tidak merokok, dengan rentang usia antara 17 hingga 21 tahun. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik regresi logistik. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai Chi-Square sebesar 8,930 dan nilai B sebesar 0,0052 serta nilai p sebesar 0,006 sehingga p < 0,05 yang mengindikasikan bahwa hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat kepercayaan diri pada remaja dapat diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat kepercayaan diri pada remaja.
viii
RELATIONSHIP BETWEEN SMOKING BEHAVIOR AND CONFIDENCE LEVEL
IN ADOLESCENT
Amanda Puspa Chandra
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the difference levels of confidence between teenager who smoke and who does not smoke. The hypothesis of this research is teenager who does not smoke is more confidence than the smoking one. The subject of this research are 100 teenager who studying in Yogyakarta, consisting of 50 smoking and 50 non-smoking teenager with ages range between 17 to 21 years old. Research data was analyzed by using logistic regression techniques. Chi-Square Values obtained from the calculations of 8.930 and value of B 0.0052 with p 0.006 so as p <0.05 indicating that the association between smoking behavior with the level of confidence to adolescents is acceptable. This means that the research hypothesis is accepted, that there is a relationship between smoking behavior with the level of confidence in adolescents.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu
menyertai dan memberi kasih yang sempurna kepada penulis, sehingga skripsi
yang berjudul “Hubungan Antara Perilaku Merokok Dengan Tingkat Kepercayaan
Diri Pada Remaja” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan informasi,
waktu, tenaga, pikiran dan nasehat serta dukungan yang tiada henti dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih setulusnya kepada:
1. Papa dan Mama, terima kasih atas segala cinta dan kasih sayang, bimbingan,
semangat, nasehat, pengertian, dorongan, dan doa yang selalu diberikan
kepada penulis.
2. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.
3. Titik Kristiyani, M. Psi selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
4. MM. Nimas Eki Suprawati, S. Psi., Psi., M. Si selaku dosen pembimbing
skripsi dan dosen pembimbing akademik, yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat bagi
penulis. Terima kasih juga atas kesabaran dan ketulusannya selama
xi
5. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama masa studi.
6. Pak Gie, Mas Gandung, Mas Mudji, mbak Nanik dan Mas Doni, yang telah
memberi bantuan dan kemudahan kepada penulis selama studi.
7. Saudaraku terkasih, Ce Diella (“ cece “) dan Agung yang telah banyak
membantu dalam moril maupun materiil, memberi dukungan dan semangat
untuk selalu menjadi lebih baik.
8. Agustinus P. Eldo Babaro, my special one. Terima kasih telah setia
menemani, mendampingi, memberikan dorongan dan semangat sehingga
skripsi ini dapat selesai.
9. Seluruh teman-teman Psikologi, angkatan 2007 yang selalu senasib dan
seperjuangan. Terima kasih atas pertemanan dan kerjasamanya. Semoga
sukses selalu!
10. Teman-teman yang telah meluangkan waktu mengisi skala uji coba dan skala
penelitian. Terima kasih telah menyempatkan waktu di sela-sela kesibukan
kalian.
11. Sahabat-sahabatku Susan, Udin, Tyas, Dena, Budi, Ela, Itin, Erin, Adel, Riko.
12. Teman-teman di Kost Cinta: Lily Hertati, Mega, Irena Winda, Ninda, Lia,
Grace, Esri Laka, Cicil, Gloria Simanjuntak, Nova Vita, Tyastri Alita, Irma
Wedew, Niken, dan Tata.
13. Teman-teman di kampung halaman: Lydia Junita, Vina, Dienty Sitompul,
Stephanie Valensia, John, Suat Fei, Bergitha Maria Nova, dan Yanna. Terima
xii
14. Terima kasih juga kepada teman-teman yang bersedia membantu mengisi
skala yang telah dibuat oleh penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
15. Terima kasih pula bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, yang telah membantu kelancaran studi penulis.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap karya tulis ini
sehingga di masa yang akan dating karya-karya penulis dapat menjadi lebih baik
lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.
Yogyakarta, 10 April 2012
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
xiv
A. Remaja ... 6
1. Pengertian Remaja ... 6
2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 7
3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja ... 9
4. Remaja dan Pertemanan ... 10
B. Kepercayaan Diri ... 11
1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 11
2. Ciri-ciri Orang Percaya Diri ... 13
C. Perilaku Merokok ... 15
1. Pengertian Perilaku Merokok ... 15
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja ... 15
3. Dampak Perilaku Merokok ... 17
D. Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Remaja ... 18
E. Hipotesis ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Variabel Penelitian ... 22
C. Definisi Operasional ... 22
1. Merokok ... 22
2. Kepercayaan Diri ... 22
xv
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 24
F. Kredibilitas Alat Ukur ... 26
G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur ... 28
H. Metode Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Pelaksanaan Penelitian ... 33
B. Hasil Penelitian ... 33
1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 33
2. Hasil Analisis Data ... 34
C. Pembahasan ... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 41
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penskoran Item Favorabel dan Unfavorabel ... 25
Tabel 2. Blue Print Skala Kepercayaan Diri ... 25
Tabel 3. Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri ... 26
Tabel 4. Item yang Gugur pada Skala Kepercayaan Diri Remaja yang Merokok dan yang Tidak Merokok ... 30
Tabel 5. Item yang Direvisi pada Skala Kepercayaan Diri Remaja yang Merokok dan yang Tidak Merokok ... 31
Tabel 6. Item Kepercayaan Diri pada Remaja yang Merokok dan yang Tidak Merokok yang Sudah diurutkan ... 32
Tabel 7. Distribusi Jenis Kelamin Kelompok Merokok dan Kelompok Tidak Merokok ... 34
Tabel 8. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek ... 34
Tabel 9. Chi-Square ... 35
Tabel 10. Nilai B untuk Variabel Kepercayaan Diri ... 35
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Skala Kepercayaan Diri Uji Coba ... 44
Lampiran 2. Skala Kepercayaan Diri Penelitian ... 52
Lampiran 3. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item ... 58
Lampiran 4. Chi-Square ... 74
Lampiran 5. Nilai B untuk Variabel Kepercayaan Diri ... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku
merokok, tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan
kegiatan yang “fenomenal”. Artinya, meskipun telah diketahui akibat
negatif dari merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun,
melainkan semakin meningkat dan usia merokok semakin muda
(Komalasari & Helmi, 2000). Para ahli Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa di negara industri sekitar sepertiga kaum pria
berumur di atas 15 tahun punya kebiasaan merokok (Aditama, 1997). Hasil
riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (Republika dalam
Komalasari & Helmi, 2000) melaporkan bahwa anak-anak di Indonesia
sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun.
Tandra (dalam Hasnida dan Kemala, 2005) menyayangkan jumlah
perokok di kalangan remaja mengalami peningkatan meskipun telah
mengetahui dampak buruk yang ditimbulkan rokok bagi kesehatan, dan
menyebutkan bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remaja
dengan rentang usia antara 15 hingga 21 tahun.
Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Smet
pertama kali merokok berkisar antara usia 11 hingga 13 tahun dan pada
umumnya mereka merokok sebelum berusia 18 tahun.
Perilaku merokok pada umumnya di mulai pada masa remaja, karena
pada masa tersebut remaja mengalami masa peralihan dari masa anak-anak
ke masa dewasa. Salah satu kecenderungan remaja saat ini adalah mencoba
hal yang baru dan modern (Monks dkk dalam Laksono, 2008). Begitu juga
dengan merokok, pada awalnya hanya ingin mencoba menghisapnya namun
pada akhirnya berkembang menjadi penggunaan yang tetap (Insight dalam
Laksono, 2008).
Menurut E.L. Kelly (Mappiare, 1982) masa remaja merupakan masa
di mana seseorang akan mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja ditandai dengan kebutuhan remaja akan pertemanan. Rasa
ketergantungan remaja pada keluarga juga mulai berkurang karena pada
masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan remaja lebih
sering menghabiskan waktunya dengan teman-temannya (Monks, 2002).
Thornburg (dalam Herawati, 2003) mengatakan bahwa kelompok
sebaya menjadi alternatif model tingkah laku sesuai dengan nilai yang
berlaku di masyarakat. Secara otomatis remaja yang tergabung dalam suatu
kelompok akan berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan
teman-temannya. Peran teman sebaya sangat mempengaruhi remaja dalam
pergaulan, baik dalam cara berpakaian, cara berbicara, serta kesamaan sikap
dan perilaku yang termasuk perilaku merokok (Herawati, 2003). Salah satu
sebaya, karena sekitar 75% pengalaman pertama remaja menghisap rokok
dilakukan bersama teman-temannya dan jika seseorang tidak ikut-ikutan
merokok maka ia akan ditolak oleh kelompoknya, diisolasi dan
dikesampingkan (Aditama, 1997).
Sikap konformitas pada remaja menunjukkan bahwa adanya
kemungkinan remaja yang merokok sebenarnya tidak mempunyai rasa
kepercayaan diri karena ia dituntut untuk mengikuti kebiasaan kelompok,
menyesuaikan diri dengan teman-teman yang ada di kelompok agar diterima
dengan baik.
Kepercayaan diri memegang peranan penting karena tanpa
kepercayaan diri yang cukup remaja akan merasa canggung dan rendah diri
ketika sedang berinteraksi (Kusumastuti, 2005). Kepercayaan diri
merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap aspek yang dimilikinya dan
keyakinan tersebut akan membuat seseorang merasa mampu untuk
mencapai tujuan hidupnya (Hakim dalam Kusumastuti, 2005).
Percaya diri merupakan kemampuan untuk mengatur diri sendiri,
mampu menentukan nasib sendiri, bertanggung jawab atas tindakan dan
perasaannya sendiri (Sukadji dalam Hasnida dan Kemala, 2005). Rasa
percaya diri ditandai dengan adanya kemampuan berpikir secara original.
berprestasi, aktif, dan mampu memecahkan masalah. Orang yang percaya
diri selalu bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambilnya serta
melihat fakta dan realita secara objektif sesuai dengan kemampuan dan
Jika seseorang memiliki harga diri yang tinggi, maka akan merasa
lebih tenang dan percaya diri, serta tidak akan mudah terpengaruh oleh
teman sebaya mereka sendiri. Jika harga diri tersebut hilang, maka
kepercayaan diri akan ikut menghilang dan segalanya akan terlihat kacau.
Remaja akan merasa dirinya rendah, tidak mampu dan akan sangat
bergantung pada orang lain. Hal tersebut bisa mengakibatkan remaja lebih
mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Oleh karena itu, kepercayaan diri
sangatlah penting dimiliki oleh remaja. Sebaliknya, rasa percaya diri yang
positif akan sangat berperan dalam pembentukan pribadi yang sehat, mampu
menentukan pilihan, tidak terpengaruh oleh teman sebaya dan berani
menolak hal-hal yang negatif seperti merokok.
Berdasarkan uraian di atas, maka tampaknya ada hubungan antara
perilaku merokok dengan kepercayaan diri. Sebenarnya tema ini sudah
pernah diteliti oleh Adityo (2010) dengan tema hubungan antara
kepercayaan diri dengan frekuensi merokok yang dilakukan pada subjek
yang merokok yang berusia antara 17 hingga 21 tahun, namun pada
penelitian tersebut tidak ditemukan adanya hubungan antara kepercayaan
diri dan frekuensi merokok. Padahal peneliti melihat adanya kemungkinan
hubungan antara perilaku merokok dengan kepercayaan diri, sehingga
peneliti mengangkat tema sejenis, yaitu hubungan antara perilaku merokok
dengan tingkat kepercayaan diri pada remaja yang dilakukan pada subjek
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan yang menjadi fokus permasalahan adalah adakah hubungan
antara perilaku merokok dengan tingkat kepercayaan diri pada remaja?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
perilaku merokok dengan tingkat kepercayaan diri pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep
atau teori yang menyokong perkembangan ilmu Psikologi yang terkait
dengan perilaku merokok, serta dapat memperkaya hasil penelitian
yang telah ada dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock (1999), masa remaja merupakan masa peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual
matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Remaja
juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari transisi
antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perkembangan
fisik, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 1995). Monks dkk (2002)
remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, karena ia tidak termasuk
dalam golongan anak dan tidak juga masuk dalam golongan dewasa.
Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau
masa peralihan (Calon dalam Monks dkk, 2002).
Menurut Monks dkk (2002), remaja adalah individu yang berusia
antara 12 sampai 21 tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa
anak-anak ke dewasa, dengan pembagian 12 sampai 15 tahun adalah
masa remaja awal, 15 sampai 18 tahun adalah masa remaja pertengahan,
dan 18 sampai 21 tahun adalah masa remaja akhir. Sedangkan menurut
Hurlock (Mappiare, 1982) pembagian rentang usia remaja antara 13
sampai 21 tahun, dengan pembagian 13/14 tahun sampai 17 tahun adalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
berusia 12 tahun hingga 21 tahun, serta diikuti dengan perkembangan
fisik, kognitif, dan sosioemosional.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock (1999) Ciri-ciri masa remaja antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat
dan penting. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan
perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap
perkembangan berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi
sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang dan akan mempengaruhi pola
perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang
sikap yang juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun,
maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
Permasalahan yang sering terjadi pada masa remaja sering
menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki
maupun anak perempuan. Yang menjadi alasannya adalah
pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak
sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua,
remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka menolak bantuan
orang tua dan guru-guru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
Penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada
bersikap individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada
remaja awal masih tetap penting, namun lambat laun mereka
mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain menjadi
pribadi yang berbeda dengan orang lain.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapi, tidak dapat dipercaya, dan berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal cita-cita.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja
mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa yaitu merokok, minum minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku tersebut akan memberi citra
yang mereka inginkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ciri-ciri masa
remaja sebagai masa yang penting, melewati periode peralihan dan
perubahan. Selain itu, masa remaja juga sebagai usia bermasalah dan
masa pencarian identitas diri. Masa remaja merupakan masa dimana usia
yang menimbulkan ketakutan, tidak realistik, dan sebagai ambang masa
dewasa.
3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
Havighurst (Hurlock, 1999) menyatakan Tugas-tugas
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman
sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja adalah menjalin hubungan
baru dan mencapai peran sosialnya. bertanggung jawab dan mencapai
kemandirian emosionalnya agar ia dapat mempersiapkan karirnya
sehingga ia dapat mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
4. Remaja dan Pertemanan
Pada masa remaja kebutuhan akan pertemanan sangat diperlukan,
karena remaja mulai belajar untuk berinteraksi dengan orang lain di luar
oleh remaja. Karena tanpa rasa percaya diri tersebut remaja akan merasa
canggung dan rendah diri jika sedang berinteraksi dengan orang lain.
Ketika remaja mulai merasa canggung, remaja akan bergabung dengan
kelompok teman sebaya. Dengan begitu akan menutupi kelemahan dan
kekurangan yang mereka miliki sehingga tidak akan menimbulkan rasa
rendah diri (Kusumastuti, 2005).
Czikszentmilhayi menemukan bahwa remaja lebih sering
menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan kelompoknya
daripada dengan orang dewasa (Kusumastuti, 2005). Hal tersebut
menunjukkan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam
kehidupan remaja.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
remaja sering menghabiskan waktunya untuk berkumpul bersama
kelompoknya karena mereka mulai belajar untuk berinteraksi dengan
orang lain.
B. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah satu dari antara aspek-aspek kepribadian
yang penting dalam kehidupan manusia yang terbentuk melalui interaksi
individu dengan lingkungannya (Lauster; Burns; Walgito dalam Afiatin,
Dalam kamus Psikologi juga disebutkan bahwa, percaya diri
adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan
menyadari kemampuannya yang dimiliki, serta dapat memanfaatkan
secara tepat (Anshari, 1996).
Percaya diri merupakan kemampuan untuk mengatur diri sendiri,
mampu menentukan nasib sendiri, bertanggung jawab atas tindakan dan
perasaannya sendiri (Sukadji dalam Hasnida dan Kemala, 2005).
Rasa percaya diri menurut Hakim (dalam Kusumastuti, 2005)
secara sederhana bisa dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai tujuan di dalam
hidupnya.
Rasa percaya diri ditandai dengan adanya kemampuan berpikir
secara original, berprestasi, aktif, dan mampu memecahkan masalah.
Orang yang percaya diri selalu bertanggung jawab atas keputusan yang
telah diambilnya serta melihat fakta dan realita secara objektif sesuai
dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya (Hasnida dan
Kemala, 2005).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri merupakan aspek-aspek kepribadian yang penting
dalam kehidupan manusiasehingga memiliki kemampuan untuk
mengatur diri sendiri, mengatur nasib sendiri.. Selain itu, kepercayaan
seseorang mampu untuk memecahkan masalah dan bertanggung jawab
atas keputusan yang telah dibuatnya sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya.
2. Ciri-ciri Orang Percaya Diri
Selain mengartikan tentang Kepercayaan Diri, beberapa ahli
psikologi juga memaparkan beberapa ciri orang yang percaya diri, antara
lain:
a. Ambisi normal
Memiliki ambisi yang normal berarti ingin memperoleh pengakuan
dari hasil yang dicapai (Lauster, 2008); mempunyai sense of efficacy terhadap tugas yang dikerjakan sehingga diharapkan dapat dikerjakan sampai selesai (Aziz dalam Lestari, 2004).
b. Mandiri
Mandiri adalah tidak tergantung atau mengharapkan bantuan orang
lain, berani menerima dan menghadapi penolakan dari orang lain
serta berani menjadi diri sendiri (Rini, 2002); tidak memerlukan
dukungan orang lain dalam melakukan tindakan dan bertindak
sesuai dengan keinginan (Lauster, 2008).
c. Optimis
Optimis adalah memandang keberhasilan atau kegagalan
nasib/keadaan (Rini, 2002); mempunyai pandangan dan harapan
yang positif mengenai diri sendiri dan masa depan (Lauster, 2008).
d. Rasa aman
Perasaan aman berarti mampu bersikap tenang (Hakim dalam
Noviyanti, 2009); tidak mudah gugup dan bersikap tenang ketika
menghadapi berbagai situasi (Afiatin dkk dalam Jati, 2005).
e. Toleran
Menurut Lauster (2008) toleransi berhubungan erat dengan
kepercayaan diri. Seseorang dikatakan toleran jika dapat menerima
perbedaan orang lain (Lauster, 2008). Toleran diartikan sebagai
berani mengakui kekurangan yang ada pada diri sendiri (Daves
dalam Jati, 2005).
f. Yakin akan dirinya
Yakin akan dirinya berarti mempunyai keyakinan pada kemampuan
pribadi (Aziz dalam Lestari, 2004); memiliki kemampuan atas apa
yang dilakukan (Afiatin dkk dalam Jati, 2005); percaya akan
kompetensi/kemampuan diri (Rini, 2002); tidak membandingkan
diri dengan orang lain (Lauster, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ciri-ciri
orang yang percaya diri adalah orang yang memiliki ambisi normal,
mampu bersikap mandiri, optimis, mempunyai rasa aman, toleran, dan
C. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Morgan dkk (dalam Adityo, 2010) perilaku didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang dilakukan individu dan dapat diobservasi secara
langsung ataupun tidak.
Levy (dalam Nasution, 2007) menyatakan bahwa perilaku
merokok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
berupa membakar dan menghisap serta dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas
subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur
melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam
kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku merokok merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang berupa
membakar dan menghisap serta dapat menimbulkan asap yang dapat
terhisap oleh orang yang berada disekitarnya dan dapat diukur melalui
intensitas, waktu, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja
Perilaku merokok sangat berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih
banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika
perokok mulai merokok antara umur 11 dan 13 tahun dan 85% sampai
95% sebelum berumur 18 tahun (Laventhal dan Dhuyvettere dalam
Nasution, 2007).
Menurut Mu’tadin (dalam Amelia, 2009; Nasution, 2007)
mengemukakan bahwa alasan remaja merokok, antara lain:
a. Pengaruh Orang Tua
Menurut Baer & Corado (dalam Nasution, 2007)
remaja perokok adalah remaja yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia, karena orang tuanya tidak
memberikan kasih sayang yang cukup. Perilaku merokok
lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu
orang tua ( single parent ). Faktor yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua remaja tersebut sebagai
perokok berat, maka ada kemungkinan anaknya akan
mencontohnya perilaku orang tuanya tersebut (Nasution,
2007).
b. Pengaruh Teman
Merokok biasanya dilakukan untuk mengikuti
kebiasaan yang ada di dalam kelompok (umumnya pada
remaja dan anak-anak), identifikasi dengan kelompok lain,
dan untuk menentukan image diri seseorang (Laventhal & Clearly dalam Nasution, 2007). Selain itu, remaja merokok
sebaliknya yaitu teman-temannya yang dipengaruhi oleh
remaja tersebut.
c. Faktor Kepribadian
Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang dan
kecemasan yang timbul akibat adanya interaksi dengan orang
lain (Laventhal & Clearly dalam Nasution, 2007). Menurut
Amelia (2009) orang yang mencoba untuk merokok karena
alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit
fisik atau jiwa, serta membebaskan diri dari kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
Gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan
atau glamour yang ditampilkan pada iklan di media massa
dan media elektronik, membuat remaja seringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut (Nasution, 2007).
3. Dampak perilaku merokok
Dampak perilaku merokok dibagi menjadi dua menurut Ogden
(dalam Nasution, 2007), antara lain adalah:
a. Dampak Positif
Graham (dalam Nasution, 2007) menyatakan bahwa
merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu
didukung oleh Smet (dalam Nasution, 2007) yang menyebutkan
bahwa keuntungan dari merokok (terutama bagi perokok) yaitu
dapat mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi,
dukungan sosial dan menyenangkan.
b. Dampak Negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang
sangat berpengaruh bagi kesehatan (Ogden dalam Nasution,
2007). Sebenarnya, merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi
dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian. Kematian akibat merokok telah terbukti
berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai
alat tubuh manusia (Tjandra dalam Nasution, 2007), seperti kanker
paru, bronchitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru
lainnya. Selain itu adalah kanker mulut, tenggorok, pankreas dan
kandung kencing, penyakit pembuluh darah, maag (ulkus
peptikum), dan lain-lain.
D. Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan Tingkat Kepercayaan Diri
Pada Remaja
Bagi remaja, pengaruh kelompok mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kehidupannya, karena pada masa tersebut remaja mulai
memisahkan diri dari orang tua dan mulai bergabung dengan kelompok
bersama teman-temannya sebagai kelompok, maka pengaruh kelompok
terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku terkadang
lebih besar pengaruhnya daripada pengaruh keluarga (Fatimah, 2010). Salah
satu bentuk dari pengaruh sosial yang dialami remaja adalah terpengaruh
pada kelompok sebayanya.
Adanya kebutuhan untuk diterima dalam kelompoknya sering kali
membuat remaja berbuat apa saja (Monk, dkk, 2002). Remaja yang
mengadaptasi perilaku yang ada di dalam kelompok merupakan suatu
bentuk usaha yang dilakukan agar dapat diterima. Sikap tersebut akan
muncul ketika remaja mulai bergabung dengan suatu kelompok. Salah satu
perilaku yang diadaptasi tersebut adalah merokok.
Fenomena merokok yang pada umumnya dijumpai pada kalangan
remaja merupakan bentuk penyesuaian diri seorang remaja dengan tujuan
agar diterima dalam kelompok. Menampilkan perilaku yang sama dengan
anggota kelompok lain akan menimbulkan rasa percaya diri dan akan
mendapat kesempatan untuk diterima di dalam kelompok lebih besar
(Fatimah, 2010). Kecenderungan remaja untuk merokok akan meningkat
apabila kelompok teman sebayanya adalah perokok (Hubungan antara
Peran, 2007).
Remaja yang terpengaruh oleh kelompoknya untuk merokok
merupakan remaja yang tidak memiliki kepercayaan diri. Remaja tersebut
juga cenderung memiliki sifat yang ingin diakui oleh kelompoknya dan
remaja tersebut tidak memiliki rasa percaya diri karena ia ingin menjadi
seperti apa yang diharapkan oleh kelompoknya sehingga ia akan meniru
kebiasaan yang ada di dalam kelompok, yaitu merokok.
Sedangkan remaja yang tidak terpengaruh oleh kelompoknya untuk
merokok merupakan remaja yang memiliki kepercayaan diri. Remaja
tersebut akan menjadi individu yang berani mengakui kekurangan, tidak
tergantung pada orang lain, dan berani menjadi diri sendiri. Artinya remaja
yang tidak terpengaruh tersebut akan menjadi dirinya sendiri tanpa harus
mengikuti kebiasaan orang lain dengan begitu ia akan tidak akan meniru
kebiasaan yang ada di dalam kelompok, sehingga ia tidak merokok.
Dalam penelitian ini, ada kemungkinan bahwa remaja yang tidak
percaya diri akan merokok dan sebaliknya remaja yang percaya diri tidak
akan merokok terkait dengan perilaku merokok ditinjau dari tingkat
kepercayaan diri remaja.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: remaja yang memiliki tingkat
kepercayaan diri yang tinggi adalah remaja yang tidak merokok, sedangkan
remaja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah adalah remaja
Gambar 1 Skema Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan Tingkat Kepercayaan Diri pada Remaja Pengaruh
Kelompok untuk Merokok
Remaja
Tidak Percaya Diri
Percaya Diri
Ingin diakui oleh kelompok
Tidak tergantung atau mengharapkan bantuan
orang lain
Merokok
Tidak merokok Berani menjadi diri sendiri
Berani mengakui kekurangan Tidak berani menerima
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, yang bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat
kepercayaan diri pada remaja.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Dependen : Perilaku merokok
2. Variabel Independen : Kepercayaan Diri
C. Definisi Operasional
1. Merokok
Levy (dalam Nasution,2007) menyatakan bahwa merokok adalah
sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya
serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang
disekitarnya. Adapun kriteria merokok adalah minimal pernah merokok
sekurang-kurangnya 1 batang dalam sepanjang hidupnya.
2. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah satu dari antara aspek-aspek kepribadian
individu dengan lingkungannya (Lauster; Burns; Walgito dalam Afiatin,
1996).
Rasa percaya diri menurut Hakim (dalam Kusumastuti, 2005)
secara sederhana bisa dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai tujuan di dalam
hidupnya.
Tingkat kepercayaan diri subjek diungkap dengan menggunakan
skala kepercayaan diri dengan beberapa Ciri-ciri orang yang percaya diri.
Tinggi-rendahnya tingkat kepercayaan diri subjek ditentukan oleh total
nilai yang diperoleh. Semakin tinggi nilai yang diperoleh subjek maka
tingkat kepercayaan diri semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah nilai
yang diperoleh subjek maka tingkat kepercayaan diri semakin rendah.
Ciri-ciri yang akan digunakan untuk mengukur kepercayaan diri subjek
tersebut adalah ambisi normal, mandiri, optimis, rasa aman, toleran, dan
yakin akan dirinya (Rini, 2002; Aziz dalam Lestari, 2004; Hakim dalam
Noviyanti, 2009; Afiatin dkk dalam Jati, 2005).
D. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja yang
menuntut ilmu di Yogyakarta yang terdiri dari remaja yang merokok dan
remaja yang tidak merokok, dengan rentang usia remaja 17 hingga 21 tahun.
convenience sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada kemudahan akses peneliti (Narimawati dan Munandar, 2008). Contohnya
pada saat berada di sebuah cafe di Yogyakarta peneliti memilih pengunjung
yang datang dan meminta untuk mengisi skala. Pengambilan sampel
sebanyak 100 orang ini diharapkan mampu mewakili populasi remaja yang
merokok dan yang tidak merokok di Yogyakarta.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala. Model skala yang akan digunakan adalah dengan skala Likert untuk
mengukur perilaku merokok ditinjau dari tingkat kepercayaan diri remaja.
Metode ini menggunakan respon subjek penelitian sebagai dasar penentuan
skalanya. Skala Likert disusun dari pernyataan favorabel dan unfavorabel
serta menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk item yang
bersifat favorabel diberi skor 4 – 1 sesuai dengan alternatif jawaban,
sedangkan untuk item yang bersifat unfavorabel diberi skor dari 1 - 4 sesuai
dengan alternatif jawaban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Tabel 1 Penskoran Item Favorabel dan Unfavorabel
Alternatif Jawaban Skor
Favorabel Unfavorabel
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Sebelum membuat skala, peneliti menyusun blue print yang merupakan perencanaan dari isi skala. Blue Print ini berupa batasan-batasan kawasan perilaku atau objek yang diukur, sehingga dapat dibuat butir-butir
yang representatif demi menghindari hal-hal yang tidak relevan.
Tabel 2 Blue Print Skala Kepercayaan Diri
No Aspek Jumlah Item Jumlah
Favorabel Unfavorabel
1. Ambisi normal 8 (8,89%) 7 (7,78%) 15 (16,67%)
2. Mandiri 7 (7,78%) 8 (8,89%) 15 (16,67%)
3. Optimis 8 (8,89%) 7(7,78%) 15 (16,67%)
4. Rasa aman 7 (7,78%) 8 (8,89%) 15 (16,67%)
5. Toleran 8 (8,89%) 7 (7,78%) 15 (16,67%)
6. Yakin akan dirinya 7 (7,78%) 8 (8,89%) 15 (16,67%)
Tabel 3 Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri
F. Kredibilitas Alat Ukur
Dalam penelitian ini, pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan
untuk skala kepercayaan diri.
1. Validitas
Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan
berfungsi untuk mengetahui apakah skala psikologis mampu
menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya
(Azwar, 2008).
Agar sesuai dengan sifat dan fungsinya, tipe validitas yang
digunakan adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau
lewat professional judgment (dosen pembimbing), yaitu dengan konsultasi mengenai item-item yang telah disusun sesuai dengan
batasan domain (blue print) serta memeriksa apakah item-item tersebut
telah sesuai dengan indikator perilaku yang mau diungkap.
2. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran, yaitu
keajegan hasil pengukuran skala atau sejauhmana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2008). Dalam penelitian ini,
reliabilitasnya diuji menggunakan pendekatan konsistensi internal yaitu
dengan melihat konsistensi antar item dalam tes itu sendiri. Rumus
untuk mencari estimasi reliabilitas konsistensi internal adalah dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach yang penyajiannya tunggal (single trial administration) yang dihitung dengan bantuan program
3. Seleksi Item
Dalam seleksi item skala psikologi, parameter yang paling
penting adalah indeks daya beda atau indeks daya diskriminasi item.
Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan
individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan
diukur (Azwar, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
batasan > 0,30 dalam melakukan seleksi item, tapi ada beberapa item
yang menggunakan batasan < 0,30. Jadi, semua pernyataan yang
memiliki korelasi dengan skor skala kurang daripada 0,30 dapat
disisihkan dan pernyataan yang akan diikutkan dalam skala sikap
diambil dari item yang memiliki korelasi diatas 0,30 dengan pengertian
semakin tinggi koefisien korelasi yang mendekati angka 1,00 maka
semakin baik pula konsistensinya (Azwar, 1999).
G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur
1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Uji coba dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan seleksi
item. Uji coba alat ukur kepercayaan diri berjumlah 90 item dilaksanakan
pada tanggal 12 November 2011 sampai dengan 17 November 2011. Uji
coba dilakukan terhadap 50 subjek yang memiliki karakteristik yang
sama dengan subjek penelitian. Subjek uji coba adalah remaja yang
Subjek uji coba mengisi skala kepercayaan diri yang disebar di
lingkungan kampus dan tempat tinggal sementara (rumah kontrakan/kos).
Karena jumlah item cukup banyak maka peneliti memberikan waktu
beberapa hari kepada subjek untuk mengisi skala tersebut. Skala yang
telah disebar kemudian dikumpulkan kembali beberapa hari setelah
penyebaran.
2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Peneliti melakukan estimasi reliabilitas dengan menggunakan
rumus koefisien korelasi yang dihitung dengan bantuan program
komputer SPSS version 16.0 for Windows. Item-item yang memiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,30 akan dibuang dan akan dilakukan
penghitungan reliabilitas kembali hingga tidak ditemukan lagi nilai
koefisien korelasi yang berada di bawah 0,30. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan reliabilitas skala kepercayaan diri, karena dengan
membuang item yang nilai koefisien korelasi di bawah 0,30 maka
reliabilitasnya akan meningkat.
Seleksi item dilakukan dalam beberapa hitungan. Hasil
Cronbach’s Alpha pada hitungan yang pertama adalah sebesar 0,915. Dalam penghitungan pertama jumlah item yang gugur ada 32 item dan
item yang masih tersisa ada 58 item. Kemudian dilakukan penghitungan
reliabilitas kembali. Pada penghitungan reliabilitas yang kedua nilai
Lalu dilakukan kembali perhitungan nilai reliabilitas yang ketiga
dan keempat, namun nilai Cronbach’s Alpha tidak berubah yaitu 0,941 tetapi ada 4 item yang gugur dan item yang tersisa ada 54 item.
Pada perhitungan nilai reliabilitas yang kelima nilai Cronbach’s Alpha menjadi 0,942 dengan total keseluruhan item yang gugur ada 38 dan total item yang masih tersisa ada 52 item. Keseluruhan item yang
gugur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Item yang Gugur pada Skala Kepercayaan Diri Remaja yang
Merokok dan yang Tidak Merokok
No Aspek Nomor item Total
Favorabel Unfavorabel
1. Ambisi normal 73, 74 27, 28, 75 5
2. Mandiri 29, 30, 53, 54, 76 7, 8, 32, 56, 78 10
3. Optimis 58 12, 35 3
4. Rasa aman 13, 14, 37, 38, 82 15, 16, 39, 40, 84 10
5. Toleran 17, 86 19, 43, 44, 87 6
6. Yakin akan
dirinya
21, 70 48, 89 4
Jumlah 17 21 38
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa jumlah item pada
masing-masing aspek kurang seimbang. Oleh karena itu peneliti melakukan
revisi pada 11 item yang telah gugur, yakni 4 item pada aspek mandiri, 5
akan dirinya (Tabel 5). Item yang direvisi adalah item yang memiliki
nilai koefisien korelasi yang paling mendekati 0,30. Selain merevisi item
yang nilai koefisien korelasi yang paling mendekati 0,30, peneliti juga
menggugurkan item yang nilai koefisien korelasinya paling kecil dari
masing-masing aspek guna menyeimbangkan jumlah antara item yang
favorabel dan unfavorabel sehingga item yang tersisa berjumlah 61 item
(Tabel 6).
Tabel 5 Item yang Direvisi pada Skala Kepercayaan Diri Remaja
yang Merokok dan yang Tidak Merokok
No Aspek Item Valid Total
Favorabel Unfavorabel
1. Ambisi normal - - 0
2. Mandiri 30, 53 56, 78 4
3. Optimis - - 0
4. Rasa aman 14, 82 16, 40, 84 5
5. Toleran - 87 1
6. Yakin akan
dirinya
- 48 1
Tabel 6 Item Kepercayaan Diri pada Remaja yang Merokok dan yang Tidak
Merokok yang Sudah Diurutkan
No Aspek Nomor Item Total
H. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis kuantitatif
berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data
untuk penelitian ini menggunakan teknik regresi logistik. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan satu variable independen atau lebih
(X) terhadap satu variable dependen (Y). Program yang dipakai untuk
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 21 November
2011 sampai 28 November 2011. Subjek penelitian yang terlibat dalam
penelitian ini adalah mahasiswa dengan total 100 orang yang terbagi menjadi
50 remaja yang merokok dan 50 remaja yang tidak merokok.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala di lingkungan
kampus dan tempat tinggal sementara (rumah kontrakan/kos) serta di sebuah
cafe di Yogyakarta. Dalam menyebar skala, peneliti dibantu oleh saudara dan
teman peneliti yang memiliki kenalan sesuai dengan kriteria subjek yang akan
diteliti.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
convenience sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada kemudahan akses peneliti (Narimawati dan Munandar, 2008). Kriteria
subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan jenis kelamin laki-laki
dan perempuan yang merokok maupun yang tidak merokok dan berusia
Tabel 7 Distribusi Jenis Kelamin Kelompok Merokok dan Kelompok Tidak
Merokok
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Merokok Pria 25 25%
Wanita 25 25%
Tidak merokok Pria 25 25%
wanita 25 25%
Total 50 100%
Tabel 8 Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek
Usia Pria Jumlah Usia Wanita Jumlah
Merokok Tidak Merokok Tidak
17
2. Hasil Analisis Data
a. Korelasi Antara Kepercayaan Diri dan Perilaku Merokok
Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan teknik Regresi
Windows. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai Chi-square
sebesar 8,930 dan nilai p sebesar 0,003 sehingga p < 0,05 yang
mengindikasikan bahwa model yang menggambarkan hubungan
dapat diterima. Selain itu, diperoleh juga nilai B sebesar 0,052 dan
nilai p sebesar 0,006 sehingga p < 0,05 yang mengindikasikan bahwa
hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat kepercayaan diri
pada remaja dapat diterima. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 9 dan 10.
Tabel 9 Chi-Square
Tabel 10 Nilai B untuk Variabel Kepercayaan Diri
b. Effect Size
Hasil uji effect size yang diperoleh dari teknik Regresi Logistik ini berupa persentase (%), yaitu sebesar 11,4% yang
menunjukkan bahwa hasil perhitungan akurasi prediksinya kurang
baik.
Chi-square df Sig. Step 1 Step 8.930 1 .003
Block 8.930 1 .003 Mode
l
8.930 1 .003
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step
1a
Tabel 11 Effect Size Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan Tingkat Kepercayaan Diri
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
terdapat perbedaan perilaku merokok yang ditinjau dari tingkat kepercayaan
diri remaja. Yang mengidentifikasikan bahwa pada remaja dengan tingkat
kepercayaan diri yang tinggi maka ia tidak akan merokok, dan sebaliknya
pada remaja dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah maka ia akan
merokok.
Bagi remaja, pengaruh kelompok memegang peranan yang penting
bagi kehidupan remaja tersebut, karena remaja mulai memisahkan dirinya
dari orang tua dan lebih sering bergabung dan menghabiskan waktunya
dengan kelompok (Monks, dkk, 2002). Pengaruh teman sebaya yang terjadi
pada remaja merupakan salah satu bentuk dari pengaruh sosial.
Adanya kebutuhan remaja yang ingin diterima dalam kelompoknya
seringkali membuat remaja berbuat apa saja (Monk, dkk, 2002). Salah satu
bentuk penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja adalah mengubah
kepribadiannya dengan tujuan agar sejalan dengan harapan kelompok
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
(Kallgren, Reno, & Cialdini dalam NurSanti, 2009). Contoh perilaku yang
akan dilakukan remaja agar dapat diterima oleh kelompok adalah merokok.
Fenomena merokok merupakan bentuk penyesuaian diri seorang
remaja agar diterima dalam kelompok. Hal tersebut juga didukung oleh
Fatimah (2010) yang mengatakan bahwa menampilkan perilaku yang sama
dengan anggota kelompok akan menimbulkan rasa percaya diri dan akan
mendapat kesempatan yang lebih besar untuk diterima dalam kelompok.
Remaja yang ingin diakui oleh anggota kelompoknya serta tidak berani
menerima dan menghadapi penolakan dari orang lain merupakan remaja
yang sudah terpengaruh oleh kelompoknya, karena ia akan melakukan apa
saja agar diterima dalam kelompok dan ia ingin menjadi individu yang
diharapkan oleh kelompoknya. Dengan demikian, remaja tersebut
menunjukkan bahwa ia memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah
sehingga ia akan terpengaruh oleh kelompoknya untuk merokok dengan
harapan agar mendapat kesempatan yang lebih besar untuk diterima di
dalam kelompok.
Dan sebaliknya, remaja yang berani mengakui kekurangan yang ada
pada dirinya, tidak tergantung pada orang lain, serta berani menjadi diri
sendiri merupakan sikap remaja yang tidak terpengaruh oleh kelompoknya.
Artinya remaja yang tidak terpengaruh tersebut akan berani menjadi dirinya
sendiri tanpa harus mengadaptasi dan mengikuti kebiasaan atau perilaku
individu yang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi sehingga ia tidak
perlu meniru kebiasaan orang lain seperti perilaku merokok.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
remaja yang tidak terpengaruh oleh kelompok akan berani tampil apa
adanya serta tidak akan tergantung pada orang lain. Hal tersebut terjadi
karena remaja memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Remaja yang
memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, tidak akan melakukan hal
yang sebenarnya diharapkan oleh kelompoknya, dalam hal ini adalah
perilaku merokok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa remaja yang
terpengaruh oleh kelompok adalah remaja yang tingkat kepercayaan dirinya
rendah. Remaja tersebut ingin menjadi individu yang diterima di dalam
kelompoknya dan tidak berani menjadi dirinya sendiri sehingga ia akan
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa p sebesar 0,003 (p =
0,003) sehingga p lebih kecil dari 0,05 atau 0,003 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat kepercayaan diri pada
remaja, dimana remaja dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi maka ia
tidak akan merokok, sebaliknya pada remaja dengan tingkat kepercayaan diri
yang rendah maka ia akan merokok.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan
oleh peneliti adalah :
1. Ada beberapa yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini,
khususnya dalam hal pengambilan data di lapangan, yaitu peneliti
tidak membatasi jumlah batang rokok yang dihabiskan dalam 1 hari.
Maka peneliti menyarankan bagi peneliti berikutnya agar lebih
memperhatikan batasan kriteria perokok dalam pengambilan data,
agar data yang diperoleh lebih obyektif.
2. Bagi remaja, peneliti menyarankan agar menjadi individu yang lebih
dirinya sendiri tanpa harus mengikuti kebiasaan orang lain atau
kelompok, seperti perilaku merokok. Dengan demikian, diharapkan
41
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y. 1997. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
_____________. 2006. Tuberkulosis, Rokok dan Perempuan. Jakarta: Penerbit FKUI.
Adityo, Y. C. 2010. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan Frekuensi Merokok pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
Amelia, A. 2009. Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Anshari, H. 1996. Kamus Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional Azwar, S. 2006. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2008. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bangun, A. P. 2008. Sikap Bijak Bagi Perokok. (Solusi Tuntas untuk Mengurangi Rokok dan Berhenti Merokok). Jakarta: Indocamp.
Fatimah, N. 2010. Hubungan Terpaan Iklan Produk Rokok di Televisi dan Tingkat Konformitas Kelompok Sebaya Terhadap Kecenderungan Perilaku Merokok. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Diponegoro. Hasnida & Kemala, I. 2005. Hubungan Antara Stress dan Perilaku Merokok pada
Remaja Laki-Laki. Psikologia, Vol. 1 No. 2.
Jati, D. N. 2005. Perbedaan Kepercayaan Diri Antara Wanita Dewasa Dini yang Sudah Menikah dan yang Belum Menikah di Klaten. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
Komalasari, D. dan Helmi, A. F. 2000. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Kusumastuti, S. A. 2005. Hubungan Antara Konformitas dengan Kepercayaan Diri pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
Laksono, W. T. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Intense Berhenti Merokok pada Mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lauster, P. 2008. Test Kepribadian (Edisi 17). Edisi Indonesia. Alih Bahasa: Gulo D. H. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Lestari, H. P. 2004. Hubungan Antara Percaya Diri dengan Kecemasan dalam Komunikasi Interpersonal pada Remaja dengan Lawan Jenis. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Monks. F.J. Knoers, A.M.P. & Haditono, S.R. 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Narimawati, U dan Munandar, D. 2008. Teknik Sampling: Teori dan Praktik dengan Menggunakan SPSS 15. Yogyakarta. Penerbit Gava Media.
Nasution, I. K. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Noviyanti, B. 2009. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Antara PNS dan Wirausahawan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
NurSanti, Y. D. 2009. Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri pada Remaja yang Bergaya Harajuku di Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
Pratiwi, A. D. 2007. Perbedaan Kepercayaan Diri Antara Perokok Pria dan Perokok Wanita dalam Pergaulan Sehari-hari. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
Purnaningrum, B. S. 2008. Peran Dukungan Sosial Pasangan terhadap Intensi Berhenti Merokok. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
Ria, A. S. 2009. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang Bertato dan yang Tidak Bertato di Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi USD.
Rini, J. F. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri, diambil 18 November, 2011 dari http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=84
Santrock, J. W. 2002. Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Setiaji, B. (tanpa tahun). Merokok Sebuah Perilaku yang Irasional, diambil 16
September, 2011 dari
http://www.promosikesehatan.com/?act=article&id=510
Supratiknya, A. 2007. Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Trihendradi, C. 2005. Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset
Lampiran 1. Skala Kepercayaan Diri Uji Coba
Identitas
Jenis kelamin : Pria / Wanita *)
Usia :
Merokok : Ya / Tidak *)
Berapa batang rokok yang Anda hisap dalam waktu 1 minggu?
Jawaban: . . . batang
*) coret yang tidak perlu
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Kemudian Anda diminta untuk
mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan
diri Anda, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban
yang tersedia.
KETERANGAN :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda, karena itu pilihlah jawaban
No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya menyadari tugas mana
yang mampu saya selesaikan
2. Saya berani bertanggung jawab atas perbuatan yang saya lakukan
3. Saya tidak dapat
menyelesaikan tugas tepat waktu
4. Saya sulit membuat target yang akan saya capai 5. Saya bisa mengandalkan
diri saya untuk
menyelesaikan suatu tugas 6. Saya termasuk orang yang
berpendirian kuat 7. Saya merasa lebih berani
mengambil keputusan jika didukung oleh teman-teman 8. Saya meminta persetujuan
orang lain saat mengerjakan sesuatu
9. Saya bisa berhasil seperti orang lain
10. Saya tidak mudah menyerah jika mengalami kegagalan 11. Saya sering merasa gagal
ketika melakukan suatu tugas
12. Saya merasa curiga kepada orang yang baru saya kenal 13. Saya tetap merasa nyaman
ketika mengikuti suatu acara yang sangat asing bagi saya 14. Saya tidak takut jika harus
pergi sendirian
16. Saya mudah cemas dalam menghadapi suatu masalah 17. Saya tidak pernah memaksa
orang
18. Saya menerima kekurangan yang ada pada diri saya 19. Saya ingin teman-teman
memahami kebutuhan saya 20. Saya tidak suka menerima
kritikan
21. Saya merasa mampu menyelesaikan semua tugas saya dengan hasil yang sempurna
22. Saya percaya dengan
kemampuan yang saya miliki 23. Saya selalu merasa terganggu dengan penilaian orang lain terhadap saya
24. Saya tidak yakin dapat menyelesaikan permasalahan yang sulit
25. Saya dapat menyelesaikan tugas dengan baik
26. Saya selalu bekerja secara maksimal
27. Saya akan memaksakan diri untuk mendapatkan hasil yang sempurna dalam segala hal
28. Saya memaksakan diri untuk menyelesaikan semua tugas 29. Saya mampu mengambil
keputusan tanpa bergantung pada saran orang lain 30. Saya bisa mengandalkan diri
31. Saya cemas bila teman-teman meninggalkan saya 32. Saya membutuhkan bantuan
orang lain untuk mengambil keputusan
33. Saya yakin rencana saya dalam meraih masa depan akan terlaksana
34. Saya yakin bisa melakukan banyak hal positif di masa depan
35. Saya tidak memiliki banyak teman sebagai tempat berbagi ketika saya sedang ada masalah
36. Saya termasuk orang yang mudah menyerah
37. Saya merasa aman berteman dengan siapa saja
38. Saya merasa diterima di lingkungan sekitar saya 39. Jika saya ingin bepergian,
saya akan mengajak teman 40. Saya menjadi salah tingkah
jika saya menjadi pusat perhatian
41. Saya menerima kritikan tentang saya
42. Saya menghargai teman-teman saya
43. Saya akan marah jika saya gagal
44. Saya ingin orang lain setuju dengan pendapat saya 45. Saya yakin dapat
46. Saya yakin apa yang saya lakukan saat ini akan berguna untuk masa depan saya
47. Saya merasa ragu-ragu dalam mengambil keputusan 48. Saya suka membandingkan
kemampuan yang saya miliki dengan kemampuan orang lain dalam segala hal 49. Saya akan bekerja keras
untuk mendapatkan sesuatu 50. Saya memahami
kemampuan yang saya miliki terhadap suatu tugas 51. Saya bermalas-malasan jika
mengerjakan tugas yang sulit
52. Saya tidak akan
bertanggung jawab atas kesalahan yang telah saya buat dalam tugas saya 53. Saya tidak terpengaruh
pendapat orang lain saat saya mengambil keputusan 54. Saya tidak merasa
tergantung dengan teman-teman dalam mengerjakan suatu tugas
55. Saya termasuk orang yang tidak berpendirian kuat 56. Saya selalu mencari teman
untuk membantu saya menyelesaikan suatu masalah