• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengobatan antihipertensi pada geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dengan formula Modifification of Diet in Renal Disease (MDRD) di rumah sakit Se-kotamadya Yogyakarta periode 2009 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis pengobatan antihipertensi pada geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dengan formula Modifification of Diet in Renal Disease (MDRD) di rumah sakit Se-kotamadya Yogyakarta periode 2009 - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN FORMULAMODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE(MDRD) DI

RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Rosanna Olivia Hartono NIM : 078114109

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

ANALISIS PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI PADA GERIATRI

BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN

FORMULAMODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE(MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Rosanna Olivia Hartono

NIM : 078114109

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

iii

ANALISIS PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI PADA GERIATRI

BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN

FORMULAMODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE(MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009

Skripsi yang diajukan oleh :

Rosanna Olivia Hartono

NIM : 078114109

telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

(4)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

ANALISIS PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI PADA GERIATRI

BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN

FORMULAMODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE(MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009

Skripsi yang diajukan oleh : Rosanna Olivia Hartono

NIM : 078114109

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 13 Juni 2011

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Ipang Djunarko S.Si., Apt., M.Sc.)

Panitia Penguji : Tanda Tangan

1. dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. ...

2. Maria Wisnu Donowati M.Si., Apt ...

(5)

v

Setiap perjalanan hidup memiliki

kesan dan maknanya masing-masing.

Terkadang manis namun

terkadang juga pahit.

Setiap langkah yang kita ambil

akan membuat ukiran kisah baru

dalam hidup ini.

Jadi jangan pernah menyesali

apa yang sudah kita ambil

karena itu adalah PILIHAN.

Rosanna Olivia H.

Kupersembahkan untuk

Tuhan Yesus yang kucinta

Papi dan mami serta kedua kakakku yang tersayang

Saudara-Saudaraku yang tersayang

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Rosanna Olivia Hartono

Nomor Mahasiswa : 07 8114 109

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN FORMULAMODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE(MDRD) DI

RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal : 6 Juli 2011

Yang menyatakan

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Yogyakarta, 27 Mei 2011

Penulis

(8)

viii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat dan kasih karunia yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengobatan

Antihipertensi Pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)

Dengan FormulaModification of Diet in Renal Disease(MDRD) Di Rumah Sakit

Se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009” dengan baik sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung baik

berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan banyak

terima kasih kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian di RS Panti Rapih.

2. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian di RS Bethesda.

3. Direktur Rumah Sakit Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian di RS Kota Yogyakarta.

4. Direktur Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta yang telah

(9)

ix

5. Seluruh Apoteker, praktisi laboratorium, dan petugas rekam medis di RS Panti Rapih

Yogyakarta, RS Bethesda Yogyakarta, RS Kota Yogyakarta, dan RS Bethesda

Lempuyangwangi, yang telah membantu selama proses pengambilan data.

6. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini, dan telah

memberikan saran serta dukungan selama penyusunan skripsi ini.

7. dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan kepada penulis

selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

8. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing proyek payung serta

penguji yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan

serta dukungan kepada penulis selama proses penelitian skripsi.

9. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku penguji yang memberikan saran dan kritikan serta

dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan naskah skripsi.

10. Papi dan mami terima kasih atas kasih sayang, doa, dukungan semangat, pengertian

serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Kedua kakakku yang telah memberikan doa, motivasi, dan semangat hingga

terselesaikannya skripsi.

12. Saudara-saudaraku yang telah mendoakan dan mendukung sehingga skripsi ini dapat

(10)

x

13. Teman-teman kelompok payung, yaitu Dita, Frissa, Sano, Tika, Mayan, Bimo, Nila,

dan Toi yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada peneliti serta

bersama-sama menjalani suka dan duka selama menjalankan penelitian ini.

14. Sahabatku Susi dan Devi yang telah memberikan dorongan semangat dan banyak

membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

15. Teman-teman kelas FKK B 2007, terima kasih atas kebersamaannya dan pengalaman

yang tak terlupakan selama menjalani kuliah dan praktikum serta dorongan semangat

yang telah diberikan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

16. Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu disini, baik

secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu terselesaikannya

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat

menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

untuk menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PERSEMBAHAN...

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……….

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

PRAKATA...

BAB I PENGANTAR...

A. Latar Belakang...

1. Permasalahan...

2. Keaslian penelitian...

3. Manfaat penelitian...

B. Tujuan Penelitian...

(12)

xii

1. Tujuan Umum...

2. Tujuan Khusus...

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………...

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal...

B. Glomerolus Filtration Rate (GFR)...

C. Geriatri...

D. Obat Antihipertensi ...

E. Efek Obat Antihipertensi terhadap Penurunan GFR...

F. Landasan Teori...

G. Keterangan Empiris...

BAB III METODE PENELITIAN...

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...

B. Variabel dan Definisi Operasional...

C. Subjek Penelitian...

D. Bahan Penelitian...

E. Tata Cara Penelitian...

1. Analisis Situasi...

2. Pengambilan Data...

3. Pengolahan Data...

F. Tata Cara Analisis Hasil...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

(13)

xiii

A. Profil Pasien Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus...

B. Penyesuaian Obat Antihipertensi...

C. Perlakuan dalam Terapi Obat Antihipertensi...

D. Jenis Obat Antihipertensi yang Tidak Sesuai Dosis...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

A. Kesimpulan...

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

BIOGRAFI PENULIS...

29

34

38

40

46

46

46

48

51

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. TahapChronic Kidney Disease(CKD) Berdasarkan LFG…..

Tabel II. Contoh dan Regimen Dosis Obat Antihipertensi Menurut

Amir………...

Tabel III. Contoh dan Regimen Dosis Obat Antihipertensi Menurut

Drug Information Handbook………...

Tabel IV. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula

MDRD yang Menggunakan Obat Antihipertensi di Empat

Sampel Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta Periode

2009………...

Tabel V. Presentase Jumlah Pasien Chronic Kidney Diease (CKD)

Berdasarkan Usia yang Menggunakan Obat Antihipertensi

di Empat Sampel Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarata

Periode 2009……...………...

Tabel VI. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat Antihipertensi

Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di

Yogyakarta Periode 2009………...

Tabel VII. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian

Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Golongan

Angiotensin II Reseptor Blocker Pada Pasien Geriatri di

12

15

16

30

33

(15)

xv

Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode

2009...

Tabel VIII. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase

Ketidaksesuaian Peresepan Terapi Obat Antihipertensi

Golongan Angiotensin II Reseptor Blocker kombinasi

Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di

Yogyakarta Periode 2009...

Tabel IX. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian

Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Golongan ACE

inhibitor Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah

Sakit di Yogyakarta Periode 2009...

Tabel X. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian

Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Golongan Beta

Adrenergik Blocker Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel

Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009...

Tabel XI. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian

Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Golongan Beta

Blocker Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah

Sakit di Yogyakarta Periode 2009...

Tabel XII. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian

Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Golongan Kalsium

42

42

43

43

(16)

xvi

Channel Blocker Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel

Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009...

Tabel XIII. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase

Ketidaksesuaian Peresepan Terapi Obat Antihipertensi

Golongan Diuretik Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel

Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009...

44

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Ginjal...

Gambar 2. Struktur Nefron...

Gambar 3. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan

Formula MDRD yang Menggunakan Obat Antihipertensi

se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009...

Gambar 4. Persentase Nilai LFG Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya

Yogyakarta yang Memperoleh Obat Antihipertensi Pada

Tahun 2009 Terkait Jenis Kelamin...

Gambar 5. Peran Angiotensin II pada Ginjal...

Gambar 6. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan

Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Periode 2009…....

Gambar 7. Persentase Peresepan Pasien se-Kotamadya Yogyakarta

yang Memerlukan Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi

Periode 2009...

Gambar 8. Persentase Perlakuan pada Pasien Geriatri yang

menggunakan Obat Antihipertensi se-Kotamadya

Yogyakarta Periode 2009...

Gambar 9. Persentase Berbagai Golongan Obat Antihipertensi yang

Tidak Sesuai Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya

Yogyakarta Periode 2009...

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Menurut

Drug Information Handbook 2006, British National

Formulary 2009 dan Informasi Obat Nasional

Indonesia 2000...

Lampiran 2. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Panti Rapih...

Lampiran 3. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda...

Lampiran 4. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Lempuyangwangi...

Lampiran 5. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Wirosaban...

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dinas Kota Yogyakarta...

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Kota Yogyakarta...

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta………...

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta………...

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Bethesda

Lempuyangwangi Yogyakarta...

51

53

70

79

81

87

89

90

91

(19)

xix INTISARI

Di Indonesia hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 yaitu sebesar 6,7% (DepKes, 2010). Menurut Lee (2006), obat angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors dan diuretik memberikan kontribusi 29% kasus gagal ginjal akut pada pasien hipertensi. Pasien geriatri mengalami penurunan fungsi ginjal dengan nilai LFG < 60 ml/min/1,73 m2(Schulz, et. al, 2008). Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) menurut formula Modification of Diet in Renal Disease(MDRD) di Rumah Sakit Kotamadya Yogyakarta Periode 2009.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional deskriptif dengan desain cross sectional yang bersifat retrospektif dengan menggunakan 486 pasien dan 778 kasus peresepan. Tata cara analisis hasil dengan membahas data kualitatif yang diperoleh dalam bentuk uraian serta bentuk tabel dan atau gambar diagram.

Pada penelitian ini dapat dilihat pada pasien geriatri se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 yang memiliki nilai LFG paling besar terjadi pada tahap 2 (39%), dimana terdapat sedikit penurunan fungsi ginjal. Banyaknya pasien yang memerlukan penyesuaian dosis adalah 57% (446 kasus) dan yang memiliki ketidaksesuaian dosis sebesar 9% (41 kasus) yaitu golongan ACE inhibitor 29%, ARB 21,60%, beta blocker 5,3%. Hasil ini menunjukkan perlunya penyesuaian antara penurunan fungsi ginjal dan pelaksanaan terapi obat antihipertensi pada pasien geriatri.

(20)

xx ABSTRACT

In Indonesia, hypertension is a cause of death number 3, ie by 6.7% (MOH, 2010). According to Lee (2006), drug angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors and diuretics to contribute 29% of cases of acute renal failure in patients with hypertension. Geriatric patients with decreased kidney function value of GFR <60 ml/min/1.73 m2 (Schulz, et. al, 2008). So this study aims to determine the use of antihypertensive drugs in geriatric patients based on Glomerulus Filtration Rate (GFR) according to the formula of Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) in Yogyakarta Municipality Hospital Period 2009.

Research carried out an observational descriptive cross sectional design with retrospective nature using 486 patients and 778 cases of prescribing. The procedure for analysis of the results by discussing the qualitative data obtained in the form of the description and the form of tables and diagrams or pictures.

In this research can be seen in geriatric patients after the 2009 Yogyakarta Municipality which has the greatest value of LFG occurs in stage 2 (39%), where there is a slight decrease in kidney function. The number of patients requiring dosage adjustment is 57% (446 cases) and who have a dose discrepancy of 9% (41 cases) of ACE inhibitor class of 29%, 21.60% ARB, beta blockers 5.3%. These results demonstrate for adjustment between the decline in kidney function and implementation of antihypertensive drug therapy in geriatric patients.

(21)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pasien geriatri yang berusia 60 tahun ke atas merupakan pasien yang memiliki

sensitivitas lebih tinggi pada berbagai bentuk aksi obat dalam hal interaksi

farmakodinamika obat dengan reseptornya (Katzung, 2004).Schulzet al.(2008) dalam

penelitiannya menemukan bahwa pasien geriatri yang telah berumur 65 tahun ke atas

mengalami penurunan fungsi ginjal dengan nilai LFG kurang dari 60 ml/min/1.73

m2.Prevalensinya sebesar 43% saat nilai LFG dihitung dengan formula MDRD.Adapun 52% pasien geriatri yang ditemukan mengalami penurunan LFG

perlu menyesuakan dosis obat yang dikonsumsinya (Schulz, 2008).

Ginjal merupakan organ penting dalam mengatur tingkat cairan tubuh,

keseimbangan elektrolit, dan limbah metabolik dan pembuangan obat dari tubuh.

Penurunan fungsi renal mengarah tidak hanya untuk gangguan dalam keseimbangan

elektrolit dan cairan, tetapi juga menyebabkan perubahan fisiologis dan metabolik

yang dapat mengubah farmakokinetik dan farmakodinamik suatu obat (Shargel,2004)

Laju filtrasi glomerulus (GFR) adalah uji yang digunakan untuk memeriksa

seberapa baik ginjal bekerja khususnya memperkirakan berapa banyak darah

(22)

menit(Johnsonet.al,2004).Formula MDRD tidak memerlukan pengetahuan dari berat

penderita itu, tidak memerlukan koreksi luas permukaan tubuh dan karenanya tidak

memerlukan data tinggi badan pasien. Perhitungan LFG dengan formulaModification

of Diet in Renal Disease(MDRD) hanya membutuhkan data kreatinin serum, umur,

suku bangsa, dan jenis kelamin (Johnson,2005). Hal ini berkaitan dengan penelitian

yang bersifat retrospektif dari rekam medis sehingga akan sulit menemukan data berat

badan pasien. Selain itu perkiraan nilai GFR menggunakan formula MDRD lebih

akurat daripada dengan mengukur klirens kreatinin sejak 24 jam pengambilan urin,

MDRD juga lebih akurat dibandingkan formula Cockcroft-Gault (National Kidney

Disease). Pengukuran nilai LFG dengan formula CG dan MDRD menghasilkan

estimasi LFG yang sedikit berbeda. Namun adanya perbedaan tersebut akan

menimbulkan rejimen dosis yang berbeda secara signifikan (Golik, 2008).

Menurut Sica,et al. (1991) beberapa penelitian yang menunjukkan obat

antihipertensi yang seluruhnya dieliminasi melalui ginjal akan menumpuk pada

penderita dengan gangguan fungsi ginjal, oleh karena itu diperlukan penyesuaian

dosis, sedangkan obat antihipertensi yang tidak seluruhnya dieliminasi melalui ginjal

dapat bersifat lebih renoprotektif (Nasution, 2001).

Adapun pemilihan Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta karena penelitian

ini dimaksudkan untuk menganalisi secara jelas apakah terjadi peresepan obat

antihipertensi yang tidak sesuai pada pasien geriatri dengan ditunjukkan adanya

(23)

Terjadinya ketidaksesuaian peresepan obat antihipertensi tersebut dapat menyebabkan

kerusakan atau gagal ginjal kronik.

1. Perumusan masalah

a) Seperti apakah profil pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG

berdasarkan formula MDRD di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta

periode 2009 meliputi jenis kelamin, umur, suku bangsa, dan nilai kreatinin

serum pasien?

b) Berapa banyak pasien geriatri yang memperoleh ketidaksesuaian pengobatan

antihipertensi berdasarkan formula MDRD di Rumah Sakit se-Kotamadya

Yogyakarta periode 2009?

c) Bagaimana evaluasi ketidaksesuaian pengobatan antihipertensi pada pasien

geriatri berdasarkan formula MDRD di Rumah Sakit se-Kotamadya

Yogyakarta periode 2009?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan peresepan obat Antihipertensi

terhadap penurunan laju filtrasi glomerolus yang pernah dilakukan, antara lain:

1. Antihypertensive drug treatment and renal function in geriatric emergency

patiens, dengan hasil yang didapatkan adalah peresepan obat antihipertensi

memberikan kontribusi yang signifikan untuk polifarmasi pada pasien geriatri dengan

kondisi darurat. Sekitar dua pertiga pasien ini secara klinis memiliki penurunan

(24)

2. Laju Filtrasi Glomerulus pada Orang Dewasa Berdasarkan Tes Klirens

Kreatinin Menggunakan Persamaan Cockroftgault dan Modification Of Diet

in Renal Disease, dengan hasil kadar kreatinin pada laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan dan terdapat perbedaan yang nyata antara keduanya,

selain itu nilai LFG yang diperoleh dari ketiga persamaan lebih rendah

daripada nilai rujukan NKF K/DOQI baik pada laki-laki maupun pada

perempuan, dengan nilai LFG yang lebih mendekati nilai rujukan

berturut-turut adalah nilai LFG C-G dengan standarisasi, MDRD dan C-G tanpa

standarisasi (Nurhayana, 2005).

3. Limitations of Various Formulae and Other Ways of Assessing GFR in the

Elderly: Is There a Role for Cystatin C?Dengan hasil yang didapatkan adalah

GFR merupakan indeks terbaik untuk menilai fungsi ginjal, keadaan seperti

penyesuaian dosis obat dan dalam beberapa pilihan kasus transplantasi, pada

prakteknya, perubahan GFR lebih penting daripada nilai mutlak cut-off.Saat

ini MDRD adalah metode yang paling banyak digunakan untuk

memperkirakan GFR pada orang tua (Devraj,2009).

4. Analisis Pengobatan Antihipertensi Pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi

Glomerulus (LFG) Dengan FormulaModification of Diet in Renal

Disease(MDRD)Di Rumah Sakit KabupatenBantul Periode 2009, dengan

(25)

pun dosis obat yang perlu disesuaikan adalah amlodipin (3,9%), captopril

(8,7%), dan furosemid injeksi (1,9%) (Doja,2011).

Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai “Analisis

Pengobatan Antihipertensi Pada Geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerolus

dengan Formula Modification of Diet in Renal Disease di Rumah Sakit

se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009” belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai

analisis pengobatan antihipertensi pada geriatri berdasarkan LFG yang dihitung

dengan formulaMDRD dalam pengambilan keputusan oleh farmasis dan tenaga

kesehatan lain dalam mempraktekkan pelayanan kesehatan sehingga dapat

mencegah terjadinya pengobatan antihipertensi yang tidak sesuai.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri berdasarkan

Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) menurut formula Modification of Diet in

Renal Disease (MDRD) di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode

(26)

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui seperti apakah profil pasien geriatri yang mengalami

penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan formula MDRD di Rumah

Sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 meliputi jenis kelamin,

umur, suku bangsa, dan nilai kreatinin serum pasien.

b) Mengetahui jumlah pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi

glomerulus berdasarkan formula MDRD serta mendapatkan pengobatan

antihipertensi yang tidak sesuai di Rumah Sakit se-Kotamadya

Yogyakarta periode 2009.

c) Mengevaluasi dosis obat antihipertensi pada pasien geriatri yang

(27)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak

retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati.

Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak

setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari 600.000 nefron. Nefron terdiri atas

glomerulus dengan sebuah kapiler yang berfungsi sebagai filter. Penyaringan terjadi

di dalam sel-sel epitelial yang menghubungkan setiap glomerulus (Setiadi, 2007).

Gambar 1. Anatomi Ginjal

(28)

Ginjal merupakan organ terpenting dari tubuh manusia maka dari itu ginjal

mempunyai beberapa fungsi seperti : mengatur keseimbangan cairan tubuh dan

elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorpsi

selektif air, elektrolit dan non elektrolit, serta mengekskresikan kelebihannya sebagai

kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan

asam urat) dan zat kimia asing. Akhirnya selain regulasi dan ekskresi, ginjal juga

mensekresi renin yang penting untuk mengatur tekanan darah, juga bentuk aktif

vitamin D yaitu penting untuk mengatur kalsium, serta eritropoeitin yang penting

untuk sintesis darah (Setiadi, 2007).

Pada lansia ginjal berukuran lebih kecil dibanding dengan ginjal pada usia

muda. Pada usia 90 tahun beratnya berkurang 20-30% atau 110-150 gram bersamaan

dengan pengurangan ukuran ginjal.Pada studi kasus dari McLachlan dan Wasserman

tentang panjang, luas dan kemampuan untuk berkembang dari ginjal yang mendapat

urogram i.v, mereka menemukan bahwa panjang ginjal berkurang 0,5 cm per dekade

setelah mencapai usia 50 tahun. Dengan bertambahnya usia, banyak jaringan yang

hilang dari korteks ginjal, glomerulus dan tubulus. Jumlah total glomerulus berkurang

30-40% pada usia 80 tahun, dan permukaan glomerulus berkurang secara progresif

setelah 40 tahun, dan yang terpenting adalah terjadi penambahan dari jumlah jaringan

sklerotik. Meskipun kurang dari 1% glomerulus sklerotik pada usia muda, persentase

(29)

Terdapat beberapa perubahan pada pembuluh darah ginjal pada lansia. Pada

korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang berarti terjadi

pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus. Atrofi arteri aferen dan

eferen pada jukstaglomerulus terjadi tidak simetris sehingga timbul fistel. Jadi ketika

aliran darah di korteks berkurang, aliran di jukstaglomerular akan meningkat. Ini

berpengaruh pada konsentrasi urin yang berkurang pada usia lanjut akibat gangguan

pengaturan sistem keseimbangan(Yozi, 2010).

Penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada saat seseorang mulai memasuki

usia 30 tahun dan 60 tahun, fungsi ginjal menurun sampai 50% yang diakibatkan

karena berkurangnya jumlah nefron dan tidak adanya kemampuan untuk regenerasi.

Beberapa hal yang berkaitan dengan faal ginjal pada lanjut usia antara lain :

1. Fungsi konsentrasi dan pengenceran menurun.

2. Keseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah terganggu bila

dibandingkan dengan usia muda.

3. Ureum darah normal karena masukan protein terbatas dan produksi

ureum yang menurun. Kreatinin darah normal karena produksi yang

menurun serta massa otot yang berkurang. Maka yang paling tepat untuk

menilai faal ginjal pada lanjut usia adalah dengan memeriksa Creatinine

Clearance.

4. Renal Plasma Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR)

(30)

Gambar 2. Laju filtrasi glomerulus

(Weinman, 2009)

Salah satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah laju filtrasi

glomerulus (GFR). Pada usia lanjut terjadi penurunan GFR. Hal ini dapat disebabkan

karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan jumlah glomerulus.

Pada beberapa penelitian yang menggunakan bermacam-macam metode,

menunjukkan bahwa GFR tetap stabil setelah usia remaja hingga usia 30-35 tahun,

kemudian menurun hingga 8-10 ml/menit/1,73 m2/dekade (Hardjoenoet.al, 2005).

B. Glomerolus Filtration Rate(GFR)

Glomerolus Filtration Rate(GFR) adalah perhitungan seberapa efisien ginjal

menyaring kotoran dari darah. Perhitungan GFR tradisional memerlukan suntikan ke

dalam aliran darah dari sebuah substansi yang kemudian diukur dalam koleksi urin 24

(31)

suntikan atau koleksi urin. Perhitungan eGFR hanya membutuhkan pengukuran

kreatinin dalam suatu sampel darah (Johnson,2005).

Berdasarkan estimasi GFR kreatinin serum saja bukan metode yang ideal,

khususnya orang tua karena dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti usia, jenis

kelamin, massa otot, diet, dan obat bahwa sekresi tubular blok kreatinin. Meskipun

penurunan GFR untuk 60 ml / menit per 1,73 m2, mungkin tidak ada peningkatan yang signifikan di kreatinin dalam orang tua dengan penurunan massa otot. Di sisi

lain, jika massa otot dan diet yang stabil, kreatinin serum dapat digunakan untuk

memantau GFR lebih dekat. Secara umum, perubahan kreatinin serum 15% ini

mungkin mengindikasikan penurunan yang signifikan dalam GFR pada individu

pasien bukan disebabkan oleh biologis sederhana dan analitis variasi (Devraj,2009).

Faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus (GFR) antara lain :

a. Tekanan arteri

Apabila tekanan arteri meningkat maka tekanan dalam glomerolus juga

meningkat sehingga GFR meningkat.

b. Efek konstriksi arteriol aferen

Konstriksi arteriol aferen akan menurunkan laju aliran darah maka menurunkan

tekanan glomerolus sehingga GFR menurun.

c. Efek konstriksi arteri eferen

Konstriksi arteri eferen akan meningkatkan aliran darah yang keluar dari

(32)

sehingga aliran darah menjadi sangat terhalang justru akan membuat GFR

menurun.

d. Efek aliran darah glomerolus atas laju filtrasi glomerolus

Saat arteri aferen dan eferen berkontraksi maka jumlah darah yang mengalir ke

dalam glomerolus tiap menitnya akan berkurang sehingga tekanan koloid osmotik

plasma dalam glomerolus akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan GFR

menurun meskipun tekanan glomerolus tinggi(Setiadi, 2007).

Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan secara luas sebagai indeks fungsi

ginjal, berikut ini adalah gambaran nilai GFR terhadap fungsi ginjal:

Tabel I. Tingkat Penyakit Ginjal Kronik

(33)

C. Geriatri

Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan

(menurut WHO), yaitu :

a) Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,

b) Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun

c) Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun

(Walker, 2003)

D. Obat Antihipertensi

Menurut WHO pada tahun 2003, ada beberapa Obat Antihipertensi yang

direkomendasikan antara lain diuretik, ACE inhibitor, beta blocker,angiotensin

receptor blocker,calcium channel blocker(Novartis,2005).

Banyak jenis obat yang digunakan, sendiri atau dalam kombinasi dengan obat

lain, untuk mengobati tekanan darah tinggi. Kategori-kategori utama:

Angiotensin-converting enzyme(ACE) inhibitor, seperti benazepril (Lotensin),

kaptopril (Capoten), enalapril (Vasotec), lisinopril (Prinivil, Zestril), quinapril

(Accupril), dan ramipril (Altace). Angiotensin-converting enzyme ACE

inhibitor bekerja dengan mencegah zat kimia dalam darah, angiotensin I, dari

diubah menjadi suatu zat yang meningkatkan retensi garam dan air dalam

tubuh.Obat ini juga membuat pembuluh darah rileks, yang selanjutnya

(34)

 Antagonis reseptor angiotensin II seperti losartan (Cozaar) dan losartan

dengan hidroklorotiazid (Hyzaar). Obat ini bertindak pada langkah

selanjutnya dalam proses yang sama bahwa ACE inhibitor mempengaruhi.

Seperti inhibitor ACE, mereka menurunkan tekanan darah dengan pembuluh

relaxingblood.

 Beta blockers, seperti atenolol (Tenormin), metoprolol (Lopressor), nadolol

(Corgard), propranolol (Inderal), dan timolol (Blocadren). Penyekat beta

mempengaruhi respon tubuh terhadap impuls saraf tertentu. Hal ini, pada

gilirannya, mengurangi kekuatan dan kecepatan kontraksi jantung, yang

menurunkan tekanan darah.

 Dilator pembuluh darah (vasodilator), seperti hydralazine (Apresoline) dan

minoxidil (Loniten). Obat ini menurunkan tekanan darah dengan relaksasi

otot-otot pada dinding pembuluh darah.

 Obat blocker saluran kalsium, seperti amlopidine (Norvasc), diltiazem

(Cardizem), isradipine (DynaCirc), nifedipin (Adalat, Procardia), dan

verapamil (Calan, Isoptin, Verelan). Di grup ini memperlambat gerakan

kalsium ke dalam sel pembuluh darah. Ini menenangkan pembuluh darah dan

menurunkan tekanan darah.

 Diuretik, seperti chlorthalidone (Hygroton), furosemid (Lasix),

hidroklorotiazid (Esidrix, Hydrodiuril), dan metolazone (Zaroxolyn). Obat ini

mengontrol tekanan darah dengan menghilangkan kelebihan garam dan air

(35)

Tabel II. Penyesuain Dosis ACE Inhibitor

0.25-0.5 6-12 2 Renal

Benazepril Lotensin®

2.5-20 b.i.d

1 24 11 Renal/Hepatik

Fosinopril Monopril®

10-40 daily

1 24 12 Renal/Hepatik

Enalapril

1 24 2-4 Renal/Fecal

Ramipril Altace®

2.5-10 daily

1 24 8-14 Renal/Fecal

Trandolapril Mavik®

1-4 daily

0.5-1.0 24 16-24 Renal/Fecal

Moexipril Univasc®

7.5-30 daily

1 24 16-24 Renal/Fecal

Perindopril Aceon®

4-8 daily

1 24 >24 Renal

(36)

Tabel III. Penyesuaian Dosis Antagonis Reseptor Angiotensin II

Drug Hypertension CHF Renal Dysfungsion

Benzapril (Lotensin)

20-80mg/day Max: 80mg qd

Not FDA Approved LV dysfunction:20-40mg/day in 1-2 divided dose

Clcr < 30mL/min: 5mg/day initialy Max: 40mg qd

Candesarta n

(Alacand)

8-3mg qd Max: 32mg qd

Not FDA Approved No dose adjustement necessary

Captopril (Capoten)

25-150mg qd Max: 450mg qd

6,25-100mg bid Max:450mg qd

Clcr 10-50mL/min: 75% of usual dose

Clcr < 10ml/min: 50% of usual dose Enalapril

(Vasolac)

5-40mg qd Max: 40mg qd

2,5-20mg bid Max: 20mg bid

Clcr 30-80mL/min: 5mg/day initialy Clcr < 30ml/min: 2,5mg/day initialy Enalaprilat 0,625mg,1,25mg

, 2,5mg q6h Max: 5mg q6h

Not FDA Approved Clcr < 30mL/min: 0,625mg

Eprosartan (Tevelan)

400-800mg qd Qd-bid

Not FDA Approved No dose adjustement necessary

Fosinopril (Monopril)

10-40mg qd Max: 80mg qd

10-40mg qd No dose adjustement necessary

Irbesartan (Avapro)

150mg qd Max: 300mg qd

Not FDA Approved No dose adjustement necessary

Lisinopril (Prinivil)

10-40mg qd Max: 80mg qd

5-20mg qd Clcr 10-30mL/min: 5mg/day initialy Clcr < 10ml/min: 2,5mg/day initialy Losartan

(Coszer)

25-100mg qd or bid

Not FDA Approved No dose adjustement necessary

Moexipril (Univasc)

7,5-30mg qd Max: 30mg qd

Not FDA Approved Clcr < 30mL/min: 3,75mg/day initialy

Max: 15mg/day Olmesarta

n (Benicar)

5-40mg qd Not FDA Approved No dose adjustement necessary

Perindopril (Aceon)

4-16mg qd 4mg qd

(Not FDA Approved)

Clcr 30-60mL/min: 2mg qd Clcr 15-29 mL/min 2mg bid

Clcr < 15mL/min: 2mg on dialysis day

Quinapril (Accupril)

10-80mg qd qd-bid

5-20mg bid Clcr 30-50mL/min: 5mg/day initialy Clcr <10mL/min: 2,5mg qd initialy

(37)

Menurut Sicaet al. (1991) beberapa penelitian yang menunjukkan obat

antihipertensi yang seluruhnya dieliminasi melalui ginjal akan menumpuk pada

penderita dengan gangguan fungsi ginjal, oleh karena itu diperlukan penyesuaian

dosis, sedangkan obat antihipertensi yang tidak seluruhnya dieliminasi melalui ginjal

dapat bersifat lebih renoprotektif (Nasution, 2001).

E. Efek Obat Antihipertensi terhadap Penurunan GFR

Glomerular Filtration Rate (GFR) ini sebagian besar dikuasai dari arteriol

aferen dan eferen. Arteriola aferen yang banyak terlibat dalam sistem

renin-angiotensin-aldosteron.Saat perfusi ginjal jatuh, aktivasi sistem ini akan membantu

untuk mengontrol tekanan filtrasi glomerulus melintasi individu. Angiotensin II

melakukan ini melalui vasokonstriksi dari arteriola eferen glomerulus.

Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor mencegah konversi angiotensin I menjadi

angiotensin II dalam sistem renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin II adalah

vasokonstriktor kuat dari tempat sistemik dan vaskuler ginjal. Akibatnya, inhibitor

ACE menghasilkan vasodilatasi sistemik dan ginjal, sehingga tekanan darah menurun

dan peningkatan aliran darah ginjal. Sebagai vasodilatasi ginjal terutama dimediasi

oleh arteriola eferen, tekanan filtrasi berkurang oleh inhibisi ACE. Tekanan filtrasi

yang lebih rendah tidak secara otomatis menyebabkan penurunan GFR, tetapi hal ini

dapat terjadi dalam beberapa situasi. Insiden keseluruhan ARF pada pasien yang

memakai inhibitor ACE kurang dari 1%. Namun, itu meningkat menjadi 25% pada

pasien dengan penyakit ginjal bilateral karena itu penting untuk memantau fungsi

(38)

Angiotensin II reseptor beberapa telah diidentifikasi, tapi efek hemodinamik

dari angotensin II tampaknya dimediasi terutama melalui stimulasi reseptor

angiotensin. Data klinis menunjukkan bahwa reseptor angiotensin II, menghasilkan

efek yang sama hemodinamik sistemik dan ginjal sebagai inhibitor ACE. Oleh karena

itu, agen ini harus digunakan dengan tindakan yang sama sebagai inhibitor ACE

(39)

F. Landasan Teori

Obat antihipertensi seperti angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat dari

tempat sistemik dan vaskuler ginjal. Akibatnya, inhibitor ACE menghasilkan

vasodilatasi sistemik dan ginjal, sehingga tekanan darah menurun dan akan

mempengaruhi fungsi ginjal.

Pada pasien geriatri yang telah mengalami penurunan fungsi ginjal,

pemberian obat antihipertensi dapat membuat penurunan ginjal yang lebih

parah.Penurunan fungsi ginjal dapat dilihat dari nilai GFR yang dilihat dari rekam

medis yang ada di rumah sakit.Nilai GFR dapat dihitung dengan menggunakan

metode MDRD.Fungsi ginjal dikelompokkan dalam 5stage menurut nilai LFG yang

diperoleh. Apabila nilai estimasi LFG yang diperoleh lebih dari 60 ml/menit/1,73 m2 (tap 1 dan 2) maka pasien belum memerlukan penyesuaian dosis. Formula MDRD

merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam menghitung LFG dengan

membutuhkan data umur, jenis kelamin, suku bangsa, dan nilai kreatinin serum

pasien.

Obat-obat antihipertensi banyak digunakan pada pasien geriatri yang

mengalami hipertensi untuk menurukan tekanan darah sehingga menjadi

normal.Obat-obat hipertensi yang berpengaruh pada fungsi ginjal adalah obat-obatan

dari seluruh golongan obat antihipertensi yaitu diuretik, ACE inhibitor, angiotensin,

calcium channel blocker, dan beta blocker.Maka dari itu diperlukan adanya

(40)

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta membandingkan

evaluasi peresepan obat antihipertensi pada pasien geriatri yang telah mengalami

penurunan nilai GFR saat dihitung dengan formula MDRD untuk meningkatkan

(41)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Pengobatan Antihipertensi pada Geriatri

berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dengan FormulaModification of Diet in Renal

Disease di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009 merupakan jenis

penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan desain cross sectional yang

bersifat retrospektif.

Penelitian observasional merupakan penelitian dengan menggunakan teknik

pendekatan guna mendapatkan data primer dengan cara langsung mengamati objek

datanya (Jogiyanto, 2008). Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena tujuan

penelitian yaitu memberikan gambaran dan evaluasi mengenai penggunaan obat

antihipertensi pada pasien geriatri berdasarkan LFG menurut formula

MDRD.Penelitiancross sectional merupakan penelitian yang mempelajari hubungan

faktor risiko dengan efek dengan cara observasi pada suatu waktu dan langsung

mengukur karakter subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2002).

Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada

(42)

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel utama

a) Varibel bebas:

Laju filtrasi glomerulus (LFG) yang diperoleh dengan menggunakan formula

MDRD.

b) Variabel tergantung :

Penyesuaian dosis antihipertensi akibat dari penurunan nilai perhitungan LFG.

2. Variabel terkendali

a) Umur

b) Jenis kelamin

c) Suku bangsa

3. Variabel tak terkendali

a) Kondisi pasien yang sebenarnya

b) Penyakit penyerta

4. Pasien geriatri adalah pasien berusia 60 tahun keatas (Walker dan Edward, 2003)

dimana pada rekam medis tercantum data laboratorium kreatinin serum serta

pasien yang telah menerima terapi obat antihipertensi.

5. Karakteristik pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG adalah pasien yang

belum terdiagnosis telah mengalami penurunan LFG, belum mencapai tahap

gagal ginjal, dan belum menjalani hemodialisis pada saat pasien dirawat di

(43)

6. Nilai LFG dihitung dengan formula MDRD. Formula MDRD membutuhkan

beberapa data pasien meliputi kreatinin serum, umur, suku bangsa, dan jenis

kelamin, dan formula MDRD dalam menghitung LFG adalah sebagai berikut:

LFG (mL/min/1.73 m2) =186x (Scr/88.4)-1.154x (Age)-0.203x (0.742 jika

wanita) x (1.212 bila African-American) (SI units)

7. Rumah sakit yang akan diambil sebagai sampel adalah Rumah Sakit Umum

Daerah Wirosaban, Rumah Sakit Panti Rapih, Rumah Sakit Bethesda, dan Rumah

Sakit Bethesda Lempuyangwangi. Alasan pemilihan tersebut karena keempat

rumah sakit tersebut dirasa mampu mewakili (representatif) seluruh rumah sakit

se-Kotamadya Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pasien geriatri yang telah mengalami

pemeriksaan laboratorium nilai kreatinin serum di rumah sakit se-Kotamadya

Yogyakarta periode 2009, kemudian diambil sesuai kriteria inklusi yaitu pasien

dengan usia 60 tahun keatas yang telah menerima terapi obat antihipertensi, serta

dengan kriteria eksklusi berupa diagnosa gagal ginjal akut dan atau sedang menjalani

hemodialisis.

Penentuan ukuran sampel subjek penelitian tiap rumah sakit dihitung dengan

menggunakan rumus Slovin dengan taraf kepercayaan 95% (d=0,05) dan dengan

minimal pengambilan sampel sebanyak 200 pasien. Adapun rumus slovin adalah

(44)

Perhitungan pengambilan sampel dari tiap rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Rumah Sakit Lempuyangwangi diambil sampel sesuai dengan populasi, maka

jumlah seluruh sampel yang diambil sebanyak 54 pasien

2. Rumah Sakit Daerah Wirosaban dengan polupasi 355 pasien, maka jumlah

seluruh sampel yang diambil sebanyak 200 pasien.

3. Rumah Sakit Bethesda dengan populasi 2061 pasien, maka jumlah seluruh sampel

yang diambil sebanyak 335 pasien.

4. Rumah Sakit Panti Rapih dengan populasi 2749 , maka jumlah seluruh sampel

yang diambil sebanyak 351 pasien.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar rekam

medis pasien geriatri yang telah menjalani uji laboratorium terkait kreatinin serum

dan mengkonsumsi obat antihipertensi di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta

(45)

E. Tata Cara Penelitian

1. Analisis situasi

Analisis situasi dengan melihat data laboratorium mengenai kreatinin

serum dan obat antihipertensi yang digunakan oleh pasien geriatri yang dirawat di

rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 yang diperoleh dari instalasi

laboratorium dan catatan medik rumah sakit pada bulan Januari 2009 hingga

Desember 2009.

2. Pengambilan data

Data pasien yang diperoleh dari lembar rekam medis dipilih sesuai

dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh penulis. Tahap pengambilan

data dilakukan melalui beberapa proses:

a) Penelusuran data, yang dilakukan dengan melihat data komputer ataupun data

tertulis di instalasi laboratorium patologi klinik yang memuat laporan

mengenai data laboratorium (nilai kreatinin serum), nomor rekam medis, dan

umur pasien geriatri yang pernah dirawat di rumah sakit bersangkutan.

b) Pengumpulan data, pada tahap ini dilakukan pencarian pasien geriatri yang

sesuai dengan definisi operasional di atas berdasarkan nomor rekam medis

yang didapat. Apabila terdapat data yang kurang jelas dan kurang lengkap,

peneliti hendaknya melakukan tanya jawab dengan Apoteker yang berada di

rumah sakit terkait.

c) Pencacatan data, dilakukan dengan mencatat data pasien geriatri yang telah

(46)

mendapatkan terapi antihipertensi pada periode 2009 berdasarkan rekam

medis.

Data yang dikumpulkan meliputi nomor rekam medis, umur, jenis

kelamin, suku bangsa, data laboratorium (nilai kreatinin serum), serta dosis dan

frekuensi penggunaan terapi antihipertensi yang diberikan.

3. Pengolahan data

Data yang diperoleh akan dievaluasi menurut formula MDRD untuk

menentukan nilai LFG kemudian dilakukan evaluasi terkait kesesuaian dosis obat

antihipertensi. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel, diagram

batang, dan atau diagram pie.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data kualitatif yang diperoleh dibahas dalam bentuk uraian dan secara

deskriptif dalam bentuk tabel dan atau gambar diagram.Adapun data pasien akan

dikelompokkan terlebih dahulu sebagai berikut ini:

1. Persentase pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan

formula MDRD dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang teridentifikasi

dengan MDRD dibagi total kasus dikali 100%.

2. Persentase pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan

formula MDRD serta telah menerima terapi antihipertensi dengan dosis tepat

dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang memperoleh dosis tepat dibagi

(47)

3. Persentase pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan

formula MDRD serta telah menerima terapi antihipertensi dengan dosis tidak

sesuai dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang memperoleh dosis tidak

sesuai dibagi total kasus menurut formula MDRD dikali 100%.

4. Persentase tiap jenis obat antihipertensi yang mengalami penyeuaian dosis pasien

geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD

dengan menghitung jumlah tiap jenis obat antihipertensi dengan dosis yang sesuai

dibagi total kasus dikali 100%.

5. Persentase tiap jenis obat antihipertensi yang tidak mengalami penyeuaian dosis

pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan formula

MDRD dengan menghitung jumlah tiap jenis obat antihipertensi dengan dosis

(48)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan mengetahui profil nilai laju filtrasi glomerulus (LFG)

menurut FormulaModification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan mengevaluasi

pengobatan antihipertensi terhadap pasien geriatri dengan penurunan nilai LFG di

Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009. Berdasarkan nilai LFG subyek

penelitian yang masuk kriteria inklusi (pasien dengan usia diatas 60 tahun dan tidak

terdiagnosis gagal ginjal), dalam penelitian ini berisi tentang informasi mengenai

profil pasien berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan kesesuaian dosis obat

antihipertensi yang diresepkan kepada subyek penelitian dalam periode 2009.

Pengambilan sampel dilakukan di empat rumah sakit yakni RS Kota

Yogyakarta, RS Bethesda Lempuyangwangi, RS Panti Rapih dan RS Bethesda Pusat.

Setelah melalui tahap random sampling didapatkan 940 pasien dengan kriteria:

berusia lebih dari 60 tahun, tidak terdiagnosis gagal ginjal dan menjalani pemeriksaan

kreatinin serum.Sebanyak 486 pasien mendapatkan pengobatan antihipertensi satu

atau lebih dari satu kasus peresepan. Jumlah kasus peresepan RS Kota Yogyakarta

sebanyak 83 kasus peresepan obat antihipertensi, RS Bethesda Lempuyangwangi

sebanyak 38 kasus peresepan obat antihipertensi, RS Panti Rapih sebanyak 451 kasus

peresepan obat antihipertensi, dan RS Bethesda Pusat sebanyak 206 kasus peresepan

(49)

A. Profil Pa

Mayoritas pas

sering tidak diketahui.

glomerulus (LFG)

menggambarkan terja

se-Kotamadya Yogya

Gambar 3. Persentase Mengguna 2009

Menurut peneli

besar pada gambar 2

tahap 2 yaitu pada r 18% 12%

6%

Nilai L

Formula

Pasien Berdasarkan Nilai Laju Filtrasi Glom

asien geriatri umumnya mengalami penurunan

hui.Penurunan fungsi ginjal dapat diketahui da

) pada hasil pemeriksaan laboratoriu

rjadinya penurunan nilai LFG pada pasien ger

yakarta.Nilai LFG dihitung dengan menggunak

se Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Form nakan Obat Antihipertensi se-Kotamadya Yogy

nelitian di wilayah kotamadya Yogyakarta tahu

r 2 terdapat 39 % total pasien geriatri memili

a rentang 60-89 mL/min/1,73m2 dimana pad 17%

39% 18%

12%

6% 7%

ilai LFG pasien geriatri berdasark

ula MDRD se-Kotamadya Yogyak

periode 2009

Tahap 1 (≥90

Tahap 2

(60-Tahap 3A (45 m²)

Tahap 3B (30 m²)

Tahap 4

(15-Tahap 5 (≤15

lomerulus (LFG)

an fungsi ginjal yang

dari nilai laju filtrasi

orium.Penelitian ini

eriatri di rumah sakit

akan metode MDRD.

rmula MDRD yang gyakarta Periode

hun 2009 secara garis

iliki nilai LFG pada

ada tahap ini pasien

asarkan

gyakarta

≥90 mL/min/1,73 m²)

-89 mL/min/1,73 m²)

(45-59 mL/min/1,73

(30-44 mL/min/1,73

-29 mL/min/1,73 m²)

(50)

mengalami sedikit penurunan fungsi ginjal. Schulz,et al.(2008) dalam penelitiannya

menemukan bahwa pasien geriatri yang telah berumur 65 tahun ke atas mengalami

penurunan fungsi ginjal dengan nilai LFG kurang dari 60 ml/min/1.73

m2.Prevalensinya sebesar 43% saat nilai LFG dihitung dengan formula MDRD. Pada hasil penelitian di Amerika sampai bulan Februari 2002, adanya

faktor-faktor lain menyebabkan sebagian besar pasien dengan gejala pada tahap awal

penyakit ginjal kronik belum cukup mendapatkan perawatan dengan baik.The Third

National Health and Examination Survey(NHANES III) mendapatkan prevalensi

sebanyak 3,3% (5,9 million pasien) pada tahap 1, 3% (5,3 million pasien) pada tahap

2, 4,3% (7,6 million pasien) pada tahap 3, 0,2% (400.000 pasien) pada tahap 4 dan

0,2% (300.000 pasien) pada tahap 5 (Arora,2010).

Tabel IV. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula MDRD yang Menggunakan Obat Antihipertensi di Empat Sampel Rumah Sakit di

Kotamadya Yogyakarta Periode 2009

Tahapan

(51)

Hasil yang ditu

menunjukkan bahwa

didapatkan pada masin

sebesar 46,6 %, RS B

sebesar 42,3 % dan RS

Gambar 4. Persentase yang Memp Kelamin

Pada gambar 4

masing tahapan CKD

dengan pasien yang b

LFG yang didapatkan Tahap 41

Pr

ditunjukkan pada masing – masing rumah sakit

a sebagian besar pasien berada pada tahap

asing – masing rumah sakit adalah sebagai ber

S Bethesda Pusat sebesar 24 %, RS Bethesda

RS Kota Yogyakarta sebesar 41,2 %.

se Nilai LFG Pada Pasien Geriatri se-Kotamady mperoleh Obat Antihipertensi Pada Tahun 2009

r 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar prevale

D terjadi pada pasien dengan jenis kelamin lak

g berjenis kelamin perempuan.Menurut Khoury

an dari kreatinin serum bergantung pada umur, hap 1 Tahap 2 Tahap

3A

Tahap 3B

Tahap 4 Tahap 5 101

Prevalensi Tahapan Nilai GFR

Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

kit yaitu pada tabel III

ap 2.Persentase yang

erikut RS Panti rapih

sda Lempuyangwangi

adya Yogyakarta 09 Terkait Jenis

alensi pada masing –

laki-laki dibandingkan

uryet al. (2008), nilai

ur, jenis kelamin, dan p 5

(52)

ras dari pasien. Hal ini dipengaruhi massa otot perempuan yang lebih kecil

dibandingkan dengan massa otot laki-laki.

Hasil Penelitian the USRDS Annual Data Report tahun 2004 menyatakan bahwa

tingkat kejadian kasus kerusakan ginjal pada stadium akhir lebih tinggi pada pasien

dengan jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan pasien yang berjenis kelamin

perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh massa otot yang dimiliki perempuan lebih

sedikit dibandingkan oleh laki-laki.

Suatu penelitian menunjukkan bahwa nilai LFG < 60 ml/menit/1,73 m2, > 60 ml/menit/1,73 m2, maupun < 30 ml/menit/1,73 m2 pada perempuan memiliki nilai persentase yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Pada > 60 ml/menit/1,73

m2terdapat 38% laki-laki dan 62% perempuan, LFG < 60 ml/menit/1,73 m2terdapat 37% laki-laki dan 63% perempuan, dan pada LFG < 30 ml/menit/1,73 m2 terdapat 33% laki-laki dan 67% perempuan (Rothberget al., 2008).

Pada penelitian Sweileh (2008) menyatakan bahwa pada perempuan dikatakan

memiliki nilai LFG rendah jika LFG < 59,25 ml/menit/1,73 m2sedangkan pada laki-laki nilai LFG dikatakan rendah bila LFG < 64,25 ml/menit/1,73 m2. Hasil penelitiannya menunjukkan 26,5% perempuan dan 31,4% laki-laki tergolong

(53)

Tabel V. Persentase Jumlah PasienChronic Kidney Diease(CKD) Berdasarkan Usia yang Menggunakan Obat Antihipertensi di Empat Sampel Rumah Sakit

se-Kotamadya Yogyakarata Periode 2009

Tahapan CKD

Lansia (elderly) 34 20 1 8

Tua (old) 6 9 1 5

Sangat tua (very old) Tahap 2 (60-89 mL/min/1,73m²)

Lansia (elderly) 71 23 5 17

Tua (old) 40 15 6 11

Sangat tua (very old) 3 Tahap 3A (45-59

mL/min/1,73m²)

Lansia (elderly) 27 22 3 7

Tua (old) 17 3 2 9

Sangat tua (very old) Tahap 3B (30-44 mL/min/1,73m²)

Lansia (elderly) 17 16 2 5

Tua (old) 12 2 1 2

Sangat tua (very old) Tahap 4 (15-29 mL/min/1,73

m²)

Lansia (elderly) 7 15 3 1

Tua (old) 1 3 1

Sangat tua (very old) Tahap 5 (≤15 mL/min/1,73 m²)

Lansia (elderly) 10 16 1 2

Tua (old) 2 2 1

Sangat tua (very old)

(54)

Pada Tabel V dapat dilihat bahwa jumlah pasien terbanyak terdapat pada pasien

lansia (elderly) untuk masing-masing tahapan. Pada tahap 1, total persentase pasien

lansia (elderly) sebesar 63%, tua (old) sebesar 2%, sangat tua (very old) sebesar

0%.Pada tahap 2, total persentase pasien lansia (elderly) sebesar 116%, tua (old)

sebesar 72%, sangat tua (very old) sebesar 3%. Pada tahap 3, total persentase pasien

lansia (elderly) sebesar 40%, tua (old) sebesar 17%, sangat tua (very old) sebesar 0%.

Pada tahap 4, total persentase pasien lansia (elderly) sebesar 26%, tua (old) sebesar

5%, sangat tua (very old) sebesar 0%. Pada tahap 5, total persentase pasien lansia

(elderly) sebesar 29%, tua (old) sebesar 5%, sangat tua (very old) sebesar 0%.

B. Penyesuaian Obat Antihipertensi

Menurut Davidmanet al. (cit., Lee, 2006) pada sebuah analisis dinyatakan bahwa

obat memberikan kontribusi sampai 29% pada seluruh kasus dari gagal ginjal akut

pada pasien di rumah sakit dengan obat antibiotik, obat antiinflamasi non-steroid

(NSAID), ACE inhibitor dan diuretik yang paling banyak ditemukan.

Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor menghasilkan vasodilatasi sistemik yang akan

menyebabkan penurunan fungsi ginjal, terutama penurunan yang diperantarai oleh

eferen arteri, sehingga tekanan filtrasi berkurang oleh adanya inhibisi ACE. Tekanan

filtrasi yang lebih rendah tidak secara otomatis mengakibatkan penurunan GFR, tapi

ini mungkin terjadi dalam beberapa situasi. Pasien berisiko termasuk mereka dengan

stenosis arteri ginjal, stenosis terutama bilateral, mereka dengan gagal jantung berat

(55)

Gambar 5.Peran Angiotensin II pada Ginjal

Pada saat sistem dihambat dengan penghambat enzim

angiotensin-converting(ACEI), angiotensin II tipe 1 reseptor blocker (ARB), atau inhibitor enzim

renin, mengalami gangguan dan menyebabkan over ekspresi renin. Kelebihan

produksi renin akan meningkatkan angiotensinII(Ang II) konversi, sehingga

menurunkan efektivitas penghambatan RAS. Aktivasi RAS dannuclear factor kappa

B(NF-kappaB) hasil dalam peningkatan produksi sitokin, termasuk mengubah faktor

pertumbuhan β1 (TGF-β1), yang berperan penting dalam menyebabkan kerusakan

ginjal.Hal tersebut yang menyebabkan perlunya penyesuaian dosis pada pasien yang

menggunakan obat antihipertensi (Li dan Batuman, 2009).

Penelitian Neumann et.al. 2007 menyatakan bahwa dari 74 pasien tanpa

penggunaan obat antihipertensi, 31 pasien diberikan enalapril(10 mgPO),

(56)

dengan kontrol seb

menggunakan obat an

penurunan tekanan arte

Gambar 6. Persenta

Pada gambar 6

tidak memerlukan pe

pada pasien yang me

Rapih sebesar 72,30%

rumah sakit yang l

memerlukan penyesua

obat yang tidak meme 47

Pers

sebanyak 82 pasien didapatkan hasil bah

t antihipertensi memiliki resiko CKD lebih be

arteri dan hiperaktivitas simpatik.

entase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlu Dosis Obat Antihipertensi Periode 200

ar 6 menunjukkan bahwa persentase peresepan

penyesuaian dosis obat antihipertensi lebih be

memerlukan penyesuaian dosis terjadi pada R

30% dan Rumah Sakit Bethesda Pusat sebes

lain terjadi hal sebaliknya, dimana persen

suaian dosis obat antihipertensi lebih besar dib

merlukan penyesuaian dosis. 74

rsentase Pasien yang Memerluk

Penyesuaian Dosis

Perlu Penyesuaian (%) Tidak Perlu Penyesuaian

bahwa pasien yang

besar karena adanya

rlukan Penyesuaian 009

pan pada pasien yang

besar dari peresepan

a Rumah Sakit Panti

besar 13,25%.Pada 2

sentase pasien yang

dibandingkan dengan 27

erlukan

(57)

Gambar 7. Pers Memer

Pada gambar 7

yang memerlukan pen

memerlukan penyesua

oleh nilai LFG, pada

yang memiliki LFG an

Hasil penelitian

teridentifikasi telah m

dikonsumsinya yaitu

penelitian Dijk et.al(2

membutuhkan penyes

< 51 ml.menit/1,73 m

Pres

Pen

ersentase Peresepan Pasien se-Kotamadya Yog erlukan Penyesuaian Dosis Obat Antihipertens

7 menunjukkan total persentasepasiense-Kota

penyesuaian lebih besar daripada presentasi pe

suaian dosis yaitu sebesar 57% (446 kasus). H

da data didapatkan sebagian besar subjek uji b

antara 60-89 mL/min/1,73 m² dengan persenta

ianSchulz, et al. (2009) menyebutkan bahwa p

mengalami penurunan LFG perlu menyesuaik

itu sebanyak52% pasien dari total sampel

(2006) menggambarkan 411 resep dari 1718

esuaian dosis berdasarkan kondisi ginjal pasien

m2.

57% 43%

resentase Pasien yang Memerlu

Penyesuaian Dosis se- Kotamady

Yogyakarta

Perlu Penyesuaian Tidak Perlu penyesuaian

ogyakarta yang ensi Periode 2009

otamadya Yogyakarta

peresepan yang tidak

). Hal ini dipengaruhi

ji berada pada tahap 2

ntase sebesar 39%.

a pasien geriatri yang

aikan dosis obat yang

el 221 pasien. Pada

18 peresepan (23,9%)

sien dengan nilai LFG

erlukan

adya

(58)

C.

Nilai LFG sa

antihipertensi. Hal in

menyatakan bahwa

serum.Penelitian Dijk

penyesuaian dosis da

dosis. Risiko dosis ya

< 35 ml/menit/1,73 m

Gambar 8. Persen A

Pada diagra

pasien geriatri se-Kot

Perlak

se

C. Perlakuan dalam Terapi Obat Antihipert

sangat diperlukan bagi pasien yang me

ini didukung dengan pernyataan Hawkins

a ACE inhibitor dapat meningkatkan

ijk et al. (2006) menggambarkan 242 resep (

dan sebanyak 169 resep (41,1%) tidak dilak

yang tidak disesuaikan secara signifikan berko

m2(p<0,05).

entase Perlakuan pada Pasien Geriatri yang men Antihipertensi se-Kotamadya Yogyakarta Perio

gram terlihat, pemberian obat antihipertensi

otamadya Yogyakarta sebesar 91 %. Hasil t 91%

9%

erlakuan Terapi Obat Antihiperte

se-Kotamadya Yogyakarta period

2009

Sesuai Tidak Sesuai

ertensi

mengkonsumsi obat

ns etal. (1997) yang

n jumlah kreatinin

p (58,9%) mengalami

ilakukan penyesuaian

rkorelasi dengan ClCr

enggunakan Obat eriode 2009

si yang sesuai pada

il tersebut lebih besar

ertensi

(59)

bila dibandingkan dengan pemberian obat antihipertensi yang tidak sesuai pada

pasien geriatri se-Kotamadya Yogyakarta yaitu sebesar 9%.

Tabel VI. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009

Sesuai Tidak Sesuai

Panti Rapih 92% 8%

Bethesda 93% 7%

Lempuyangwangi 82% 18%

Wirosaban 84% 16%

Pada tabel VI dapat dilihat bahwa jumlah peresepan obat antihipertensi yang

sesuai lebih kecil dibandingkan dengan jumlah peresepan obat yang tidak sesuai

menurut DIH, BNF 2009 dan IONI 2000. Pada Rumah Sakit Panti Rapih memiliki

jumlah peresepan yang sesuai sebanyak 92%, Rumah Sakit Bethesda Pusat sebanyak

93%, Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi sebanyak 82%, dan Rumah Sakit

Wirosaban sebanyak84%.

Pada penelitian Bangash dan Agarwal (2009) menyatakan bahwa di antara 980

pasien yang mengalami CKD sekitar 40,4% disebabkan oleh penggunaan obat

antihipertensi yang telah didapatkan sebelumnya dengan taraf kepercayaan 95% CI

35.1 to 45.7%. Sekitar 8,3% pasien mengalami CKD karena adanya penyakit

(60)

D. Jenis Obat

Beberapa macam

reseptor blockers (AR

beta-blockers, dan c

memiliki penyesuaia

persentase ketidaksesu

sakit se-Kotamadya Y

Gambar 9. Persen Pada P

Pada gambar 9 da

tidak sesuai adalah go

reseptor blocker sebe 0.00 1.75

Golon

at Antihipertensi yang Tidak Sesuai Dosis da

m golongan obat antihipertensi antara lain diu

ARB), angiotensin converting enzyme inhibitor

calcium channel blockers (Rassell, 2000)

aian dosis masing-masing, penelitian ini

esuaian setiap macam obat antihipertensi di em

Yogyakarta.

sentase Berbagai Golongan Obat Antihipertensi a Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta Pe

dapat dilihat bahwa persentase golongan obat

golongan ACE inhibitor sebesar 75,44%, golo

ebesar 19,30%, golongan beta blocker sebesa 19.30

olongan Obat Antihipertensi yang

Tidak Sesuai

Golongan An

Reseptor Bloc

s dalam Peresepan

diuretic, angiotensin

itors (ACE inhibitors),

0). Setiap golongan

ini menggambarkan

empat sampel rumah

nsi yang Tidak Sesuai Periode 2009

at antihipertensi yang

longan angiotensin II

(61)

kalsium channel blocker sebesar 1,75%, golongan diuretik sebesar 1,75%, sedangkan

golongan angiotensin II reseptor blocker kombinasi dan golongan beta adrenergik

blocker memiliki persentase yang sama sebesar 0%. Golongan yang paling besar

ketidaksesuaiannya adalah golongan ACE inhibitor (75,44%) pada peresepan obat

(62)

42 Angiotensin II Reseptor Blocker Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009

Tabel VIII. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Golongan Angiotensin II Reseptor Blocker kombinasi Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode

2009

Dosis Tidak Sesuai n (%)

Irbesartan 3 7 9 19 9 (47,4%)

Lorsatan 7 10 17

-Valsartan 11 1 12

-Telmisartan 2 1 3 2 (66,7%)

Total 51 11 (21,6%)

Golongan

Dosis Tidak Sesuai n (%)

Irbesartan dan HCT 2 2

(63)

-43 inhibitor Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009

Golongan

RS Panti Rapih (n)

RS Bethesda Pusat (n)

RS se-Kotamadya Yogyakarta (n)

Dosis Tidak Sesuai n (%)

Captopril 22 8 48 19 97 25 (25,7%)

Ramipril 13 8 21 1 (4,8%)

Imidapril 7 7 2 (28,6%)

Lisinopril 13 6 3 22 15 (68,2%)

Moexipril 1 1

-Total 148 43 (29%)

Tabel X. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Golongan Beta Adrenergik Blocker Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009

Golongan Beta

(64)

44 Blocker Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009

Golongan

RS Panti Rapih (n)

Tabel XII. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian Peresepan Terapi Obat Antihipertensi Golongan Kalsium Channel Blocker Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009

Golongan

RS Panti Rapih (n)

(65)

45 Diuretik Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009

Golongan Diuretik

RS Kota Yogyakarta (n)

RS Bethesda Lempuyang Wangi

(n)

RS Panti Rapih (n)

RS Bethesda Pusat (n)

RS se-Kotamadya Yogyakarta (n)

Dosis Tidak Sesuai n (%)

Furosemid 35 8 109 58 210

-Spironolacton 1 21 2 24 1 (4,2%)

Candesartan 1 3 26 10 40

-HCT 1 3 5 1 10

-Clonidin 1 16 3 20

Gambar

Tabel VII. Jumlah Kasus Kesesuaian dan Presentase Ketidaksesuaian
TabelVIII.
Gambar 4. Persentase Nilai LFG Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya
Gambar 1. Anatomi Ginjal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akhirnya, para pengecer prihatin bahwa berbagai display serta material P-O-P lainnya hanya membantu peningkatan penjualan dari suatu merek khusus dari produsen selama periode display

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan adalah: Limbah ikan tuna produk proses biologis memiliki nilai kecernaan (bahan kering, bahan organik dan protein kasar) dan

suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk

Sementara dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Badan

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan

Dengan sistem yang sedang berjalan saat ini masih dirasakan kurang baik dimana terdapat beberapa kelemahan, yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengajuan

Singapura Hongkong Malaysia Arab Saudi Papua Nugini Kuwait Bangladesh Lebanon Cina Israel Uni Emirat Arab Korea Oman Syria Yaman Mongolia Iran Sri Lanka Filipina Thailand Nepal

Dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka persepsi mahasiswa semester 4 yang belum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi dan mahasiswa