• Tidak ada hasil yang ditemukan

i TUGAS AKHIR - Sistem takar obat serbuk (puyer) - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "i TUGAS AKHIR - Sistem takar obat serbuk (puyer) - USD Repository"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR

SISTEM TAKAR OBAT SERBUK (

PUYER

)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Elektro

Oleh:

EKO ARIANTO

NIM : 085114020

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

FINAL PROJECT

MEASURING SYSTEM DOSE SIZE OF POWDERS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Electrical Engineering Study Program

EKO ARIANTO

NIM : 085114020

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP

MOTTO:

Hidup itu Sederhana,

Ambil Kuputusan dan Jangan Menyesalinya

(7)
(8)

viii

INTISARI

Penggunaan obat serbuk masih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Saat ini dokter juga menyarankan penggunaan obat serbuk bagi mereka yang kesulitan mengkonsumsi obat tablet atau kapsul, seperti pasien anak-anak atau pasien lanjut usia. Untuk mendapatkan obat serbuk terkadang pasien harus menunggu lama karena waktu pembuatan, penakaran/penimbangan ke dalam dosis-dosis yang masih manual. Bahkan dewasa ini peresepan obat puyer juga mengalami penurunan kualitas, karena beberapa permasalahan berhubungan dengan takaran obat serbuk seperti akurasi, efisiensi, dan

Human error. Sistem takaran obat otomatis adalah sebuah gagasan yang diharapkan dapat membantu permasalahan berhubungan dengan takaran obat serbuk. Pada sistem takar ini sistem akan membagi atau menakar obat serbuk otomatis dengan bantuan komputer, kontroler, dan perangkat mekanik.

Sistem takaran ini terdiri dari dua bagian utama yaitu hardware dan software. Bagian hardware terdiri dari perangkat mekanik dan rangkaian-rangkaian elektronis sebagai driver dan pengontrol. Sedangkan bagian software terdiri dari sistem kontrol seperti Visual Basic dan PLC (Programmable Logic Controller) yang bertugas memberikan semua tugas ke bagian hardware. Semua input atau perintah dilakukan melalui komputer (Visual Basic) yang kemudian akan meneruskannya ke PLC, kemudian PLC memerintahkan informasi dari komputer untuk dilaksanakan oleh bagian hardware. Alat ukur yang digunakan untuk melakukan penakaran adalah dengan menggunakan sensor berat Loadcell.

Sistem takaran obat serbuk ini sudah berhasil dibuat. Semua sistem hardware

dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan, seperti dapat melakukan pengukuran dan penakaran obat serbuk dengan output berupa tegangan dengan ketelitian sampai satuan

gram.

(9)

ix

ABSTRACT

The use of powder drugs are still in great demand by the people of Indonesia. Currently, doctors also recommend the use of the drug powder for those who have difficulty taking tablets or capsules, such as pediatric patients or elderly patients. To get the drug powder is sometimes patients have to wait long because the time of manufacture, dosing into the doses those are still manual. Even today prescribing the drug powder also decreased the quality, because some of the problems associated with dose powdered drug such as accuracy, efficiency, and human error. Automatic drug dosing system is an idea that is expected to help the problems associated with dose powdered drug. In this peck system will divide the system or automatic powder measure drug with the help of computers, controllers, and mechanical devices.

Dosing system consists of two main parts: hardware and software. Hardware part consists of mechanical devices and electronic circuits as drivers and controllers. While the software part consists of the control system such as Visual Basic and PLC (Programmable Logic Controller) which is responsible for providing all the tasks to the hardware. All input is done through a computer or command (Visual Basic), which will then forward it to the PLC, and PLC ordered information from the computer to be implemented by the hardware. The meter is used to make dosing is to use a weight sensor Loadcell.

This powder drug dosing system has been successfully established. All systems can work as expected, such as drug dosing can do powder into sections according to the size of the input with accuracy to the unit gram.

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN JUDUL...ii

LEMBAR PERSETUJUAN...iii

LEMBAR PENGESAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii

INTISARI...viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR TABEL...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar belakang...1

1.2Tujuan dan manfaat...2

1.3Batasan masalah...2

1.4Metodologi penelitian...3

BAB II DASAR TEORI...4

(12)

xii

2.2 Inverting Amplifier...5

2.3 Konfigurasi IC LM741...6

2.4 Komparator tegangan...6

2.5 Limitswitch...7

2.6 Solenoid...8

2.7 Modul Analog Digital (CPM1A-MAD01)...9

BAB III PERANCANGAN PENELITIAN………...12

3.1 Bentuk umum alat...12

3.2 Perancangan timbangan menggunakan loadcell...14

3.3 Perancangan Meja putar...15

3.4 Perancangan Tabung obat...16

3.5 Perancangan tampungan gelas dan laci cadangan...17

3.6 Perancangan sensor...18

3.7 Perancangan gerak meja putar...19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...21

4.1 Hasil implementasi alat...21

4.1.1 Perubahan konstruksi timbangan...21

4.1.2 Penggunaan solenoid digantikan dengan konstruksi motor DC...22

4.1.3 Perubahan posisi kotak penyimpanan...23

4.1.4 Penambahan sensor LDR……….24

4.1.5 Penambahan LPF pada rangkaian penguat………..25

(13)

xiii

4.2.1 Pengujian sensor infrared...28

4.2.2 Pengujian sensor LDR...29

4.2.3 Pengujian limitswitch dan meja putar...29

4.2.4 Pengujian katup motor…...……….……….31

4.2.5 Pengujian pengkondisi sinyal output loadcell...31

KESIMPULAN DAN SARAN...36

5.1 Kesimpulan...36

5.2 Saran...36

DAFTAR PUSTAKA...37

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Loadcell...4

Gambar 2.2 Rangkaian jembatan whetstone...5

Gambar 2.3 Rangkaian penguat inverting...5

Gambar 2.4 Konfigurasi pin LM741...6

Gambar 2.5 Rangkaian komparator sederhana...7

Gambar 2.6 Konfigurasi kaki-kaki limitswitch...8

Gambar 2.7 Solenoid...8

Gambar 2.8 Ilustrasi masukan/keluaran pada MAD01...9

Gambar 3.1 Konsep dasar sistem...12

Gambar 3.21 Diagram gerak manual meja putar...13

Gambar 3.22 Diagram gerak manual penakar obat...13

Gambar 3.3 Skema rancangan timbangan...14

Gambar 3.4 Rangkaian penguat tegangan...15

Gambar 3.5 Desain meja...15

Gambar 3.6 Motor DC powerwindow...16

Gambar 3.7 Rancangan tabung...16

Gambar 3.8 Rancangan tampungan gelas takar...17

Gambar 3.9 Rancangan laci cadangan...18

Gambar 3.10 Perancangan sensor infrared...18

Gambar 3.11 Komparator tegangan...19

(15)

xv

Gambar 3.13 Rangkaian pemutar meja...20

Gambar 3.14 Diagram leader penyederhanaan...20

Gambar 4.1 Hasil implementasi alat...21

Gambar 4.2 Timbangan dengan sistem pengungkit...22

Gambar 4.3 Sistem konstruksi katup motor DC...22

Gambar 4.4 Hasil implementasi katup motor DC...23

Gambar 4.5 Rangkaian driver motor DC...23

Gambar 4.6 Tampilan kotak penyimpanan...24

Gambar 4.7 Rangkaian sensor LDR...24

Gambar 4.8 Posisi penempatan sensor LDR...25

Gambar 4.9 Rangkaian penguat non-inverting dengan LPF...26

Gambar 4.10 Rangkaian inverting sebagai penguat ketiga...27

Gambar 4.11 Hasil pengkabelan port input...28

Gambar 4.12 Hasil pengkabelan port output...28

Gambar 4.13 Posisi pemasangan limitswitch...30

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konfigurasi kaki-kaki limitswitch...8

Tabel 2.2 Spesifikasi masukan MAD01...9

Tabel 2.3 Spesifikasi keluaran MAD01...10

Tabel 2.4 Alokasi IR pada MAD01...10

Tabel 2.5 Alokasi chanel MAD01...11

Tabel 2.6 Seting range MAD01...11

Tabel 3.1 Data pengujian awal loadcell...14

Tabel 4.1 Hasil penguatan loadcell...27

Tabel 4.2 Hasil pengujian output sensor infrared...29

Tabel 4.3 Hasil pengujian output sensor LDR...29

Tabel 4.4 Hasil pengujian output limitswitch...30

Tabel 4.5 Hasil pengujian input meja putar...30

Tabel 4.6 Hasil pengujian input pada motor katup...31

Tabel 4.7 Hasil pengujian output rangkaian penguat...32

Tabel 4.8 Perbandingan hasil rangkaian penguat dengan perancangan...32

Tabel 4.9 Pengujian ketelitian timbangan dengan beban kecil...34

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Penggunaan obat serbuk, atau puyer, masih banyak diminati oleh masyarakat

Indonesia karena beberapa faktor yaitu :

1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan anak secara lebih tepat.

2. Biayanya bisa ditekan menjadi lebih murah.

3. Obat yang diserahkan kepada pasien hanya satu macam, walaupun mengandung

banyak komponen.

Sampai saat ini obat serbuk ( puyer ) disarankan oleh dokter atau sang apoteker, bagi para

pasien yang mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi obat tablet atau kapsul, seperti

pasien anak-anak atau pasien yang sudah lanjut usia. Sayangnya sang pasien harus lebih

lama menunggu di apotik sebelum membawa pulang obatnya, karena pembuatan puyer

membutuhkan waktu dalam proses penggerusan, pembagian / penakaran ke dalam

dosis-dosis sekali minum, maupun pada proses pengemasannya [1].

Dewasa ini peresepan obat puyer juga mengalami penurunan kualitas, karena

beberapa permasalahan berhubungan dengan takaran obat serbuk yang akan diteliti,

diantaranya:

1. Akurasi ( kerataan/kesamaan pembagian ).

Pada takaran obat secara manual, yang seringkali dilakukan dengan

menggunakan sendok takar, hasilnya tidak selalu sama antara sendokan pertama,

kedua, ketiga dan seterusnya mengingat bahwa proses ini memang tidak presisi,

padahal takaran dosis obat serbuk menggunakan satuan ukuran milligram (mg)

[1].

2. Efisiensi.

Ini berhubungan dengan waktu kerja. Biasanya untuk obat-obat tertentu yang

memerlukan ketelitian tinggi yang wajib menggunakan timbangan dalam

penakarannya akan membutuhkan waktu yang lama jika dilakukan dengan

(18)

2

3. Human error.

Metode manual yang hampir semua prosesnya dilakukan langsung oleh manusia

memiliki prosentase Human Error yang tinggi. Dalam proses pembuatan obat

serbuk ( puyer ), proses yang banyak memakan waktu adalah proses pembagian

takaran dosis agar dapat langsung dikonsumsi. Hal ini dikarenakan dalam proses

pembagian dosis dari hasil gerusan obat tersebut, masih banyak apotik maupun

rumah sakit masih menggunakan metode manual yaitu dengan sendok takar atau

timbangan manual. Hal ini tentu kurang efektif jika dilihat dari segi waktu. Selain

itu penggunakan metode manual dapat menghasilkan takaran obat yang tidak

akurat. Ini bisa saja menjadi dampak yang sangat berbahaya mengingat ini adalah

ukuran obat. Sedikit saja kelebihan takaran/dosis bisa berakibat fatal pada

pengguna.[1]

Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu alat yang dapat membagi / menakar hasil

gerusan obat tersebut dengan bobot seragam dan lebih presisi. Selagi alat tersebut

melakukan tugasnya, yaitu membagi hasil gerusan obat yang sudah jadi, sang apoteker

dapat melakukan pekerjaan lain seperti menggerus bahan obat lainnya, sehingga efektifitas

waktu bertambah. Pada kesempatan ini, peneliti mencoba untuk membuat alat tersebut

sehingga ilmu yang di pelajari di perkuliahan dapat diterapkan untuk membantu mencoba

mencari solusi yang dapat berguna.

1.2.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan alat penakar dosis obat serbuk (puyer)

dengan output berupa tegangan, serta mempunyai manfat secara spesifik yaitu :

a. Sebagai penyedia input untuk langkah otomatisasi alat takar obat serbuk.

b. Alat ini merupakan hardware yang berfungsi sebagai acuan untuk menciptakan alat

takar obat serbuk otomatis.

1.3.

Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

(19)

3

b. Hardware lain yang dibuat untuk kelengkapan sitem adalah tempat gelas, meja

putar, dan laci cadangan.

c. Menitik beratkan pada ketelitian timbangan.

d. Menggunakan sensor berat loadcell dengan kapasitas rendah untuk mencapai

ketelitian milligram.

e. Berat maksimal yang dapat ditakar adalah 150 gram.

f. Ketelitian maksimum dalam satuan miligram.

g. Uji hardware selain timbangan akan dijalankan manual sebatas untuk pengujian

yang nantinya akan digabungkan dengan sistem lain.

h. Akan digunakan juga beberapa sensor untuk kelengkapan sistem ini.

1.4.

Metodologi Penelitian

Beberapa langkah yang akan dilaksanakan sebagai metode untuk penulisan skripsi

ini yaitu :

a. Pengumpulan bahan-bahan referensi berupa buku dan jurnal-jurnal.

b. Perancangan subsistem hardware dan software . Tahap ini bertujuan untuk mencari

bentuk model yang optimal dari sistem yang akan dibuat dengan

mempertimbangkan berbagai faktor permasalahan dan kebutuhan.

c. Pembuatan hardware. Setelah melihat hasil dari perancangan yang sudah dilakukan

tahap selanjutnya adalah membuat hardware yaitu dengan memulai membuat

bagian per bagian yaitu mulai dari kerangka, dudukan timbangan, sampai dengan

bagian-bagian kecil dari bentuk utuh yang telah dirancang kemudian dilanjutkan

dengan perakitan. Setelah semua perakitan hardware selesai maka akan dilanjutkan

dengan pengujian hardware secara manual.

d. Proses pengambilan data. Proses pengambilan data pertama dilakukan dengan cara

mencoba sistem yang telah dibuat, yaitu dengan mencoba memberikan input secara

manual dan mencoba menjalankan fungsi sistem hardware tersebut.

e. Analisa dan penyimpulan. Setelah dilakukan pengambilan data maka keakuratan

dan kepresisian sistem akan diketahui sehingga dapat disimpulkan kalau sistem ini

dapat bekerja sebagaimana fungsinya. Penyimpulan hasil percobaan dapat

(20)

4

BAB II

DASAR TEORI

2.1

Loadcell

Loadcell adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk merubah gaya tekan atau

gaya tarik menjadi besaran tegangan listrik. Sebenarnya loadcell ini dibentuk dari

tranduser atau sensor tekan yang biasa disebut Strain gage. Dibentuk dengan konfigurasi

Bridge (jembatan resistansi), untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.1.

Gambar 2.1 Loadcell

Kedua ujung yang pertama diberi tegangan atau di eksitasi, sedangkan kedua

ujung lainnya sebagai output. Karena Loadcell ini dibentuk dari empat buah straingage

dimana tiap straingage akan mengalami perubahan resistansi bila diberi gaya tekan. Maka

sesuai dengan teori Bridge maka akan terjadi perubahan atau beda tegangan pada tiap

ujung Bridge tadi. Tapi karena perubahan tegangan output yang terjadi akibat tekanan

sangat kecil, maka untuk digunakan dalam sebuah sistem kontrol harus dimasukan ke

dalam signal amplifier untuk dikuatkan [4]

Rangkaian jembatan Whetstone dapat dilihat pada gambar 2.2, dari rangkaian itu

diaplikasi menjadi sebuah Loadcell. Dari gambar 2.2 tersebut terdapat beberapa persamaan

(21)

5

Gambar 2.2 Rangkaian jembatan Whetstone

Pada gambar 2.2 obyek dengan tanda Vch adalah detektor setimbang yang

digunakan untuk membandingkan potensial titik B dan C dari rangkaian. Jika detektor

setimbang dianggap tidak terhingga nilainya maka:

ΔV = VB – VC (2.1) VB adalah potensial titik B terhadap titik D dan VC potensial titik C terhadap titik D, maka:

VB=

(2.2)

VC= (2.2)

Dari kombinasi persamaan 2.1, 2.2, dan 2.3 didapat persamaan 2.4 yaitu:

R2 x R3=R1 x R4 (2.4)

2.2

Inverting Amplifier

Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar

2.3, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti namanya bahwa

fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada

rangkaian ini, umpanbalik negatif di bangun melalui resistor R2 [3].

(22)

6

Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground atau v+

Vout=

-

x Vin (2.5)

= 0.

Untuk menentukan nilai-nilai komponennya dapat digunakan persamaan berikut:

2.3

Konfigurasi IC LM741

Dalam penelitian ini IC Op-Amp yang digunakan adalah LM741. LM741 dipilih

karena banyak tersedia dipasar dengan harga yang relatif murah sehingga peneliti dapat

dengan mudah mendapatkannya [5]

Gambar 2.4 Konfigurasipin LM741

Konfigurasi pin LM 741 dapat dilihat pada gambar 2.4.

a. Pin 4 (-V) dan pin 7 (+V). Pin ini berfungsi sebagai input supply LM741.

b. Pin 2 merupakan inverting input.

c. Pin 3merupakan Non-inverting input yang berfungsi sebagai titik referensi

yang berguna untuk membalik input inverting.

d. Pin 6 merupakan pin yang berfungsi sebagai output dari LM741.

e. Pin 1, 5, dan 8 adalah Offset null dan NC.

2.4

Komparator Tegangan

Komparator tegangan adalah sebuat rangkaian yang dapat membandingkan besar

tegangan input. Komparator tegangan biasanya menggunakan Op-Amp sebagai piranti

(23)

7

Gambar 2.5 Rangkaian komparator sederhana

Pada rangkaian R1 dan R2 digunakan sebagai pembagi tegangan, sehingga

tegangan yang direferensikan adalah sebesar Vref yang besarnya bisa dihitung dengan

persamaan 2.6.

Vref = x Vsupply (2.6)

Op-Amp tersebut akan membandingkan input inverting (-) dan input non-inverting

(+). Jika Vin lebih besar dari Vref maka output sebesar –Vsupply, sebaliknya jika Vin lebih

kecil Vref maka outputnya adalah sebesar +Vsuplly [2].

2.5

Limitswitch

Limitswitch adalah sensor yang bersifat mekanis dan mendeteksi sesuatu setelah

terjadi kontak fisik. Limitswitch memiliki dua kontak, yaitu normally open dan normally

close. Saat sistem menggunakan kontak normally open dari limitswitch, maka dalam

keadaan normal limitswitch tidak mengalirkan arus dari satu penghantar ke penghantar

yang lain. Limitswitch akan mengalirkan arus ketika kepala limitswitch tertekan. Begitu

pula sebaliknya, jika sistem menggunakan kontak normally close dari limitswitch, maka

dalam keadaan normal limitswitch akan mengalirkan arus dari satu penghantar ke

penghantar yang lain. Limitswitch akan memutuskan kontak ketika kepala limitswitch

(24)

8

Gambar 2.6 Konfigurasi Kaki-kaki Limit Switch [11]

Tabel 2.1 Konfigurasi Kaki-kaki Limit Switch [10]

No. Kaki Keterangan

1 Common

2 Normally Open

3 Kepala Limit Switch

4 Normally Close

2.6

Solenoid

[9]

Suatu solenoid adalah suatu alat dasar yang mengkonversi suatu sinyal listrik ke

dalam gerakan mekanis, pada umumnya seperti garis. Seperti ditunjukkan Gambar 2.7

solenoid terdiri dari suatu kumparan dan alat pengisap. Pengisap tersebut mungkin adalah

freestanding atau dimuati pegas. Kumparan mempunyai beberapa rating tegangan atau arus

dan tipenya mungkin DC atau AC.

Spesifikasi Solenoid meliputi rating listrik dan gaya pengisap menarik atau

mendorong ketika yang diberi tegangan tertentu. Gaya ini mungkin dinyatakan dalam

newton atau kilogram di dalam sistem SI, dan dalam pound atau ons dalam Sistem Inggris.

Beberapa solenoid terbatas hanya untuk tugas sebentar-sebentar oleh karena batasan yang

berkenaan dengan panas. Dalam hal ini, duty cycle maksimum (persentase total waktu)

akan ditetapkan.

(25)

9

2.7

Modul Analog Digital (CPM1A - MAD01)

MAD01 mempunyai dua fungsi, yaitu mengubah sinyal analog menjadi sinyal

digital dan sebaliknya, mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Dalam MAD01

terdapat empat masukan analog, masing-masing dua input arus dan dua input tegangan,

kemudian juga terdapat dua output analog, yaitu tegangan dan arus. Data input atau output

delapan bit yang dihubungkan dengan PLC dapat diatur sebagai input atau output,

tergantung apakah MAD01 difungsikan sebagai pengubah analog ke digital atau

sebaliknya. Gambar 2.8 memperlihatkan ilustrasi masukan / keluaran pada MAD01.

ADC CPM1A MAD01

V- i n 1 I - i n 1 V- i n 2 I - i n 2

Data Masukan / Keluaran

Vou t I - ou t

Ke PLC

Gambar 2.8 Ilustrasi masukan / keluaran pada MAD01

Tabel 2.2 memperlihatkan spesifikasi masukan pada MAD01 dan Tabel 2.3

memperlihatkan spesifikasi keluarannya.

Tabel 2.2 Spesifikasi masukan MAD01

Range sinyal

Masukan

Tegangan masukan 0V s/d 10V atau +1V s/d +5V

Arus masukan 4mA s/d 20mA

Resolusi

Tegangan masukan 1/ 256

Arus masukan 1/ 256

Akurasi

Tegangan masukan 1.0 % max (skala maksimum)

Arus masukan 1.0 % max (skala maksimum)

Sinyal masukan

maksimal

Tegangan masukan ± 15V kontinyu

(26)

10

Setelah diketahui spesifikasi masukan atau keluaran juga hal-hal yang berkaitan

dengan instalasi, perlu juga mengetahui alokasi bit Internal Relay (IR). Tabel 2.3

memperlihatkan alokasi Internal Relay (IR) pada MAD01.

Tabel 2.3 Spesifikasi keluaran MAD01

Range sinyal

keluaran

Tegangan keluaran 0V s/d 10V atau -10V s/d +10V

Arus keluaran 4mA s/d 20mA

Resolusi

Tegangan keluaran

1/ 256 (0V s/d 10V)

1/ 512 (-10V s/d 10V)

Arus keluaran 1/ 256

Akurasi

Tegangan keluaran 1.0 % max (skala maksimum)

Arus keluaran 1.0 % max (skala maksimum)

Tabel 2.4 Alokasi IR pada MAD01

15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

s/b x x x x x x x d d d d d d d d

Keterangan table 2.4 :

• Bit 0 s/d 7 : bit data

• Bit 8 s/d 14 : bit tidak digunakan

• Bit 15 : s adalah sign bit; jika 0 tegangan output positif, kalau 1 keluaran

negatif

: b adalah broken wire bit; jika 0 maka tidak ada kerusakan, kalau 1

ada kerusakan.

Untuk dapat membaca tegangan input, maka pada MAD01 perlu diketahui alokasi

channel yang akan digunakan. Alokasi channel MAD01 yang diberikan tergantung dengan

(27)

11

Tabel 2.5 Alokasi channel MAD01

CPU Channel keluaran

MAD01

Channel masukan1

MAD01

Channel masukan2

MAD01

10CDx 11 1 2

20CDx 11 1 2

30CDx 12 2 3

40CDx 12 2 3

Langkah selanjutnya menempatkan MAD01 tersebut pada range yang di

kehendaki. Setting range diberikan saat inisialisasi MAD01. Setting range MAD01

ditunjukkan pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Setting range MAD01

Kode set

range Keluaran Masukan1 Masukan2

FF00 0-10V / 4-20mA 0-10V 0-10V

FF01 -10-10V / 4-20mA 0-10V 0-10V

FF02 0-10V / 4-20mA 1-5V / 4-20mA 0-10V

FF03 -10-10V / 4-20mA 1-5V / 4-20mA 0-10V

FF04 0-10V / 4-20mA 0-10V 1-5V / 4-20mA

FF05 -10-10V / 4-20mA 0-10V 1-5V / 4-20mA

FF06 0-10V / 4-20mA 1-5V / 4-20mA 1-5V / 4-20mA

(28)

12

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

1.1

Bentuk Umum Alat

Sistem ini merupakan sistem yang keseluruhan bagiannya terdiri dari hardware,

karena sistem ini ditekankan pada bagian timbangan untuk ketelitiannya dan penakar obat

puyer. Bagian-bagian sistem ini diantaranya adalah:

a. Bagian utama berupa timbangan

b. Tampungan obat serbuk

c. Tampungan gelas

d. Katup sebagai kran kontrol

e. Meja putar beserta dudukan gelas

f. Dan beberapa sensor yang dipasang pada bagian tampungan gelas, meja putar, dan

pada laci penyimpanan.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat konsep rancangan umumnya yang ditunjukkan

pada gambar 3.1.

(29)

13

Alur/urutan kerja dari sistem keseluruhan dimulai dari proses menjatuhkan gelas

dari tampungan gelas ke meja putar dimana sudah ada dudukan gelasnya. Saat gelas sudah

dijatuhkan ke dudukan maka meja putar akan berputar berlawanan arah jarum jam sebesar

90 derajat, lalu katup pada tampungan obat serbuk akan membuka dan mengisikan obat

serbuk ke dalam gelas sampai ukuran yang diinginkan yang kemudian setelah terpenuhi

katup akan tertutup kembali. Pada proses pengisian ini buka tutup katup berdasarkan hasil

pembacaan timbangan. Setelah selesai pengisian dan katup telah tertutup maka tampungan

gelas akan menjatuhkan gelas lagi dan meja putar akan berputar kembali sebesar 90°.

Gelas yang sudah berisi siap diambil oleh operator yang kemudian proses dapat berlanjut.

Untuk mengantisipasi kemungkinan operator tidak ada di tempat agar sistem tetap berjalan.

Oleh karena itu alat tersebut dilengkapi dengan laci penyimpanan yang akan menampung

gelas yang sudah berisi obat yang tidak terambil oleh operator. Konsep gerakan manualnya

bisa dilihat gambar 3.21 dan gambar 3.22.

Gambar 3.21 Diagram gerak manual meja putar

Gambar 3.22 Diagram gerak manual penakar obat

Melepas gelas dari tampungan

Meja

berputar 90°

Katup ON (buka) obat mengalir ke dalam gelas Timbangan menunjukkan pengurangan Meja berhenti

Katup OFF (tutup) Start

Start

(30)

14

1.2

Perancangan Timbangan dengan Menggunakan

Loadcell

Rancangan timbangan ini menggunakan loadcell sebagai sensor beratnya. Untuk

lebih jelasnya lihat gambar 3.3.

Gambar 3.3. Skema rancangan timbangan

Saat loadcell mendapat tekanan (terbebani) maka akan keluar output yang berupa

tegangan. Tegangan output loadcell nilainya sangat kecil yaitu dalam satuan milivolt. Data

output loadcell yang digunakan setelah dilakukan pengujian awal dapat dilihat pada tabel

3.1. Pada pengujian digunakan sumber tegangan sebesar 5V.

Tabel 3.1 Data pengujian awal output loadcell

Beban uji (gram) Output loadcell (mV)

Tanpa beban 0,20

10,2 (obat) 0,23

20,4 (obat) 0,26

30,6 (obat) 0,29

40,8 (obat) 0,32

51 (obat) 0,35

99,2

( Handphone)

0,47

150,1

( Gula )

0,65

Sistem dalam penelitian ini akan digabungkan dengan sistem peneliti lain yang

berupa kontrol PLC. Untuk memberi input ke ADC (Analog to Digital Converter) pada

PLC output dari loadcell terlalu kecil. Pada tabel 2.2 tegangan input MAD01 adalah 0V s/d

10V dengan resolusi 1/256, untuk keamanan tegangan masukan yang digunakan adalah 0V

s/d 5V. Pada pengujian awal loadcell seperti pada tabel 3.1 kenaikan output pada beban

maksimal 150,1 gram adalah sebesar 0,45 mV, maka penguatan pada output beban

maksimum 5V/0,45mV yaitu sebesar 11.111,11 dan dibulatkan menjadi 10.000 kali supaya

(31)

15

lebih mudah dalam mencari ukuran komponen penguat. Pada rangkaian penguat tegangan

menggunakan tiga resistor R1, R2, R3 dan sebuah potensiometer. Nilai-nilai resistor yang

digunakan adalah R1= R3= 1kΩ , R2= 100kΩ, dan besarnya potensiometeradalah 100kΩ. Penguat ini menggunakan rangkaian inverting amplifier dengan perhitungan nilai-nilai

komponennya mengacu pada persamaan 2.1 di bagian dasar teori untuk lebih jelasnya lihat

gambar 3.4.

Gambar 3.4. Rangkaian penguat tegangan

1.3

Perancangan Meja Putar

Rancangan meja putar berbentuk lingkaran yang digerakkan menggunakan motor

DC. Ukuran dan bentuk rancangan bisa dilihat pada gambar 3.5.

(32)

16

Motor DC yang digunakan adalah motor DC powerwindow karena dilengkapi

dengan Internal Gearbox dengan susunan ulir cacing sehingga mempunyai torsi yang

tinggi dan juga saat motor berhenti tidak terjadi kelembaman. Keuntungan lain adalah

suplai tegangan input yang dibutuhkan relatif kecil yaitu 12 Vdc [7]. Bentuk motor DC

powerwindow dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Motor DC Powerwindow

1.4

Perancangan Tabung Obat

Tabung obat adalah tempat penampung obat sebelum ditakar. Tabung inilah yang

terkait/terhubung dengan timbangan sehingga berat obat bisa diketahui. Rancangan tabung

pada bagian ujung dibuat dengan kemiringan sudut 35° supaya aliran obat saat pengisian

ke dalam gelas lancar [6]. Kemiringan sudut dan detail rancangan bisa dilihat pada gambar

3.7.

(33)

17

Pada ujung tabung obat akan dipasang sebuah solenoid valve yang berfungsi

sebagai kran untuk membuka dan menutup tabung obat. Jadi aliran obat akan dikendalikan

oleh solenoid melalui sebuah tombol push-button.

1.5

Perancangan Tampungan Gelas dan Laci Cadangan

a. Tampungan gelas

Tampungan gelas terletak di sebelah kiri tabung obat (lihat gambar 3.1). Tujuan

tampungan gelas ini adalah sebagai tempat tumpukan gelas sebelum dilepaskan

otomatis saat proses dimulai. Untuk melepas gelas digunakan solenoid model

push. Rancangan bentuknya dapat dilihat pada gambar 3.8.

Gambar 3.8 Rancangan tampungan gelas takar

b. Laci cadangan

Laci berfungsi sebagai tempat cadangan jika gelas takar yang sudah terisi obat

tidak diambil operator. Bagian meja putar dilubangi pada bagian bawah sehingga

saat ada gelas yang tidak diambil operator gelas tersebut akan jatuh ke dalam laci

cadangan tersebut. Di bagian atas lubang tersebut terpasang sensor infrared untuk

mendeteksi bahwa gelas sudah masuk ke dalam laci cadangan. Bentuk detailnya

(34)

18

Gambar 3.9 Rancangan laci cadangan

1.6

Perancangan Sensor

Pada sistem ini ada tiga sensor di luar timbangan yaitu:

a. Sensor pada tampungan gelas, digunakan sensor infrared.

b. Sensor pada meja putar yang berfungsi untuk memberikan perintah saat meja putar

harus berhenti, menggunakan limit switch.

c. Sensor pada laci cadangan untuk mendeteksi bahwa gelas sudah masuk ke dalam laci,

menggunakan sensor infrared.

Perancangan sensor infrared seperti terlihat pada gambar 3.10. komponen yang

digunakan yaitu 2 buah resistor R1 dan R2 masing-masing bernilai 220 ohm dan 5000

ohm[8].

(35)

19

Kemudian output dari sensor akan dilanjutkan sebagai input rangkaian

komparator. Rancangan komparator tegangan mengacu pada gambar 2.4 dan persamaan

2.2 pada bagian dasar teori. Gambar rangkaiannya adalah seperti pada gambar 3.11.

Gambar 3.11 Komparator tegangan

R1 yang digunakan sebesar 1000 ohm, R2 dan R3 sebesar 1000 ohm dengan

tujuan untuk mendapatkan nilai Vref setengah dari Vsuplly mengacu dari persamaan 2.2

pada dasar teori.

1.7

Perancangan Rangkaian Gerak Meja Putar

Rangkaian ini berfungsi untuk melakukan pengujian pada meja putar. Untuk

memberikan input melalui tombol sampai proses selesai dibutuhkan 4 buah limit switch

sebuah tombol push-button dan 2 buah relay.

(36)

20

Posisi limit switch dapat dilihat pada gambar 3.12. Bagian yang menonjol

berwarna hitam itu adalah stoper yang berfungsi sebagai pemberi input pada limit switch.

Saat meja berputar kemudian stopper menyetuh salah satu dari limit switch maka motor

penggerak meja akan berhenti. Rangkaiannya bisa dilihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13 Rangkaian pemutar meja

Empat buah Limit switch pada rangkaian tersusun seri masing-masing

menggunakan kaki normally close sedangkan dua buah relay masing-masing

menggunakan kaki normally open. Jika rangkaian pada gambar 3.13 dilihat dalam bentuk

ladder maka akan menjadi seperti pada gambar 3.14.

(37)

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Implementasi Alat

Hasil implementasi alat tidak sepenuhnya sesuai dengan perancangan. Ada perubahan di

beberapa bagian mekanik karena penyesuaian ukuran dan fungsi. Perbandingan hasil

implementasi alat dengan perancangan bisa dilihat pada gambar 3.1 pada bagian

perancangan dan hasil implementasinya pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hasil implementasi alat

4.1.1

Perubahan Bentuk Konstruksi Timbangan (

Loadcell

)

Timbangan dibuat dengan sistem pengungkit dengan beban akan menumpu

langsung pada loadcell. Pada titik berat pengukit digunakan sepasang bearing untuk

memperkecil gesekan sehingga pengukuran lebih baik. Perubahan ini dilakukan karena

pembuatan sistem sesuai perancangan tidak memungkinkan melihat bentuk dan ukuran

(38)

22

Gambar 4.2 Timbangan dengan sistem pengungkit

4.1.2

Penggunaan

Solenoid

Sebagai Katup Digantikan dengan

Konstruksi Motor DC.

Alasan tidak menggunakan solenoid adalah karena sulitnya mendapatkan barang

tersebut. Penulis sudah mencoba mencari informasi kepada distributor-distributor dan

ternyata hasilnya nihil. Oleh karena itu penulis menggunakan konstruksi dengan penggerak

motor DC sebagai katupnya. Motor digunakan untuk menggerakkan sebuah katup yang

akan bergeser bolak-balik sehingga bisa menutup dan membuka lubang keluaran pada

tampungan obat. Pada saat motor berputar searah jarum jam maka katup akan menutup

lubang saluran obat dan kebalikanya jika motor bergerak berlawanan arah jarum jam maka

katup akan membuka. Ada dua stoper yang digunakan sebagai penahan supaya katup

berfungsi. Sistem konstruksi katup dapat dilihat pada gambar 4.3, sedangkan gambar hasil

implementasinya dapat dilihat pada gambar 4.4.

(39)

23

Gambar 4.4 Hasil implementasi katup motor DC

Sebagai kontrol untuk putaran bolak-balik motor digunakan rangkaian driver

dengan menggunakan relay. Rangkaian tersebut dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Rangkaian driver motor DC katup

RL1 dan RL2 berfungsi sebagai kontak positif dan ground yaitu masing-masing relay

memiliki dua common. RL3 dan RL4 berfungsi sebagai pengaman untuk saling memutus

sehingga tidak terjadi dua input yang bersamaan.

4.1.3

Penempatan

Tempat Penyimpanan Hasil Takaran Obat

Sementara.

Perubahan penempatan kotak penyimpanan yang berfungsi untuk menyimpan

gelas takar yang sudah terisi obat ini hanya pada posisinya. Pada perancangan kotak ini

ditempatkan di bagian depan alat, sedangkan pada implementasinya penulis mengubahnya

ke bagian sisi kiri alat. Perubahan ini dilakukan penulis karena pada bagian sisi depan alat

(40)

24

Selain itu, jika ditempatkan pada sisi kiri kotak penyimpanan ini akan berfungsi lebih baik

dan lebih sederhana dalam konstruksi. Tampilan hasil implementasinya dapat dilihat pada

gambar 4.6.

Gambar 4.6 Tampilan kotak penyimpanan

4.1.4

Penambahan Sensor LDR (

Light Dependent Resistor

)

Pada perancangan terdapat dua sensor yaitu sebagai pendeteksi keberadaan gelas

takar dan pada bagian kotak penyimpanan. Pada perkembangannya dibutuhkan sensor

tambahan pada setiap posisi gelas takar, yaitu sebanyak empat posisi. Tiga posisi

digunakan sensor LDR dan satu posisi pada kotak penyimpanan penulis menggunakan

sensor infrared dengan alasan fungsional mekanik. Skema rangkaian elektriknya dapat

dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Rangkaian sensor LDR

Ada empat posisi pada meja putar yang dilalui gelas takar, dan tiga diantaranya

terpasang sensor LDR yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan gelas takar.

Penempatan sensor LDR bisa dilihat pada gambar 4.8 yaitu dengan cara dibenamkan pada

(41)

25

Gambar 4.8 Posisi penempatan sensor LDR

4.1.5

Penambahan Rangkaian LPF (

Low Pass Filter

) pada Penguat

Tegangan Output

Loadcell

.

Tegangan output dari Loadcell sangat kecil yaitu hanya dalam satuan milivolt.

Semua tidak sesuai dengan yang direncanakan pada perancangan, rangkaian penguat yang

dirancang penulis untuk output loadcell mengalami kegagalan. Penelitian pertama penulis

menggunakan IC LM741 sebagai penguat dan tidak berhasil, kemudian penulis mencoba

IC lain seperti LM324 dan LM358 namun hasilnya sama. Dari penelitian itu diketahui

bahwa ternyata IC yang telah digunakan tidak mempunyai input offset tegangan yang

cukup untuk input dalam satuan milivolt. Setelah mencari banyak informasi penulis

menemukan jenis IC Op Amp dengan input offset tegangan kecil sekitar 75 V yaitu IC

OP07. Walaupun secara teori menggunakan IC ini sudah mencukupi dan seharusnya

mampu memberikan penguatan tetapi ternyata penelitian mengalami kesulitan karena

rangkaian penguat tetap tidak berhasil. Lebih dari satu bulan penelitian tentang penguatan

tegangan ouput loadcell dilakukan, mulai dari rangkaian penguat inverting sampai

rangkaian instrumentasi.

Loadcell yang terbuat dari logam bisa saja menangkap sinyal liar layaknya sebuah

antena, karena output dari loadcell merupakan sinyal berfrekuensi rendah maka pada

penelitian selanjutnya dipasang sebuah filter untuk menghilangkan sinyal frekuensi tinggi

yang tidak lain adalah noise. Filter yang digunakan sebelum output loadcell dikuatkan

adalah LPF pasif, gambar rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 4.9 dengan IC yang

(42)

26

Gambar 4.9 Rangkaian penguat non-inverting dengan LPF

Besarnya penguatan (A) non-inverting dapat dihitung dengan persamaan 4.1.

A= ...(4.1)

Besarnya frekuensi cutoff (Fc) pada LPF dapat dihitung dengan persamaan 4.2.

Fc=

.

...(4.2)

Besarnya frekuensi cut-off LPF, yaitu

Fc = = 1,59 Hz

Pada saat nilai minimal, yaitu R10 = 0Ω.

Amin =

Amin = 31

Pada saat nilai maksimal, yaitu R10 = 100kΩ.

Amin = = 41

Nilai penguatan pada penguatan kedua adalah:

(43)

27

Jadi jumlah penguatan rangkaian pada gambar 4.9 adalah 241,8 sampai dengan

319,8 kali, yaitu saat R10 minimal sebesar 241,8 kali dan saat R10 maksimal sebesar 319,8

kali. Karena dari penguatan tersebut output yang didapat adalah tegangan minus dan

nilainya masih terlalu kecil untuk input PLC maka ditambahkan sebuah penguat inverting.

Rangkaian penguat ketiga dengan menggunakan IC OP07 dapat dilihat pada gambar

rangkaian 4.10.

Gambar 4.10 Rangkaian inverting sebagai penguat ketiga.

Besar penguatan ketiga ini adalah sebesar RF/R1 yaitu sebesar 45,45 kali. Dengan

ditambahkannya penguat ketiga ini maka penguatan total mencapai 10.989,01 sampai

14.534,91 kali. Hasil semua perhitungan penguatan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil penguatan output Loadcell.

Rangkaian

penguat

Besarnya penguatan

secara teori

Masing-masing

penguat

Output penguatan secara teori

Potensiometer R10

Minimal (0Ω)

Potensiometer R10

Maksimal (100Ω)

Penguat I 31 - 41 31 41

Penguat II 7,8 241,8 319,8

(44)

28

Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk memenuhi tujuan dari penelitian

walaupun hasilnya belum maksimal. Setelah pengerjaan semua perangkat selesai maka

penulis melakukan pengkabelan dari semua input dan ouput yang ada untuk

dikomunikasikan dengan PLC. Dari semua bagian perangkat mekanik keseluruhan terdapat

sepuluh input ouput (IO) dan sebuah saluran untuk ground (GND). Dari semua IO tersebut

penulis membaginya menjadi dua bagian dengan port yang berbeda, yaitu delapan pin

dalam satu port berupa inputan PLC dan tiga pin dalam port lain berupa output dari PLC.

Hasil pengkabelan dapat diliat pada gambar 4.11 dan gambar 4.12.

Gambar 4.11 Hasil pengkabelan port input

Gambar 4.12 Hasil pengkabelan port output

4.2

Hasil Pengujian

4.2.1

Pengujian Sensor

Infrared

Sensor ini dipasang untuk mendeteksi kotak penyimpanan jika gelas takar yang

ditampung penuh. Pengujian dilakukan dengan menempatkan gelas takar di depan sensor

dan diukur tegangan outputnya. Dari hasil pengujian sensor ini bekerja dengan baik,

(45)

29

Tabel 4.2 Hasil pengujian output Sensor Infrared

Pengujian Output tegangan ( Volt )

Tidak ada gelas takar Ada gelas takar

Sensor Infrared 0 10,50

Pada perancangan sensor infrared dilewatkan rangkaian pembanding sehingga seharusnya

outputnya adalah sebesar tegangan supply yaitu 12V. Pada hasil implementasinya hanya

didapat output sebesar 10,50 V seperti pada tabel 4.1, namun demikian sensor ini masih

bekerja dengan baik karena PLC masih bisa membaca input sebesar itu.

4.2.2

Pengujian Sensor LDR

Pengujian sensor ini dilakukan dengan meletakkan gelas takar pada posisi

dudukan di meja putar sehingga gelas takar menutup LDR dari sinar luar. Pada saat

pengujian tegangan output diukur dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil pengujian output Sensor LDR

Pengujian Tegangan output ( volt )

Tidak ada gelas takar Ada gelas takar

Sensor LDR I 0 10,36

Sensor LDR II 0 10,41

Sensor LDR III 0 10,40

Pada rangkain sensor ini menggunakan relay sebagai kontak seperti pada gambar 4.7.

Output seharusnya jika melihat gambar 4.7 adalah sebesar 12V namun pada pengujian

hasilnya hanya sekitar 10,40 V. Walaupun outputnya tidak sesuai dengan perancangan,

namun sensor ini bekerja dengan baik karena tegangan sebesar 10,40V masih dapat dibaca

PLC sebagai input.

4.2.3

Pengujian

Limitswitch

dan Meja Putar

Ada empat buah limitswitch yang terpasang di tiap posisi, pengujian dilakukan

(46)

30

pemasangan limitswitch dapat dilihat pada gambar 4.13. Dari hasil pengujian didapatkan

hasil seperti pada tabel 4.4.

Gambar 4.13 Posisi pemasangan limitswitch

Tabel 4.4 Hasil pengujian output Iimitswitch

Pengujian Input Output (V)

Limitswitch I Ditekan 10,53

Tidak ditekan 0

Limitswitch II Ditekan 10,52

Tidak ditekan 0

Limitswitch III Ditekan 10,53

Tidak ditekan 0

Limitswitch IV Ditekan 10,54

Tidak ditekan 0

Limitswitch dihubungkan pada sumber tegangan seperti pada tabel 4.4 bahwa outputnya

sekitar 10,53V yang masih bisa dibaca PLC dengan baik.

Meja putar dan limitswitch akan saling berhubungan, limitswitch berfungsi untuk

menghentikan putaran meja. Terdapat empat buah limitswitch artinya meja putar akan

berhenti di empat posisi setiap limitswitch tertekan. Pengujian meja putar adalah dengan

memberikan input 0V atau ground karena output PLC berupa output transistor dengan

kontak ground. Pada meja putar hanya ada satu input, itu artinya meja putar hanya akan

berputar searah saja. Data pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil pengujian input Meja Putar

Pengujian Input Output

(47)

31

4.2.4

Pengujian Katup Motor

Karena merupakan bagian unit output maka pengujiannya adalah dengan cara

memberikan input pada driver motor DC yg digunakan sebagai penggerak katup. Inputan

adalah berupa ground karena pada PLC yang digunakan mempunyai output jenis transistor.

Karena motor sebagai penggerak katup ini harus berputar dalam dua arah maka

memerlukan dua inputan pada rangkaian pembalik putaran. Data hasil pengujian dapat

dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil pengujian input Motor Katup

Pengujian Input Output

(putaran)

I II

Motor DC

Penggerak katup

GND Tanpa input searah jarum jam

Tanpa input GND berlawanan arah

jarum jam

GND GND Kondisi race

Dari pengujian yang dilakukan katup bekerja dengan baik, tidak terjadi kebocoran pada

saat katup menutup dan aliran serbuk lancar ketika katup membuka. Pada pengujian

digunakan serbuk kristal yang digunakan sebagai pelicin pada permainan karambol. Pada

pengujian sebelumnya dicoba menggunakan serbuk bedak namun aliran serbuk kurang

baik. Aliran tidak lancar saat pengujian dengan serbuk bedak diakibatkan karena serbuk

yang terlalu lembut sehingga banyak menempel pada dinding tampungan dan seperti

menggumpal sehingga tidak bisa mengalir.

4.2.5

Pengujian Pengkondisi Sinyal Output

Loadcell

dan Beban

Maksimum

Pengujian dilakukan dengan mengukur tegangan output dari loadcell dan output

pengkondisi sinyal yaitu rangkaian penguatnya. Pengukuran itu menggunakan contoh

beberapa beban sekaligus untuk melihat tingkat linear output. Hasil pengujian tegangan

(48)

32

Tabel 4.7 Hasil pengujian output rangkaian penguat

Beban

(gram)

Output

loadcell (mV)

Output penguat

(mV)

Rata-rata output

(mV)

Output tanpa offset

(mV)

Tanpa beban 0,20 23 s/d 46 34,5(offset) 0

10,2 0,23 512 s/d 524 518 483,5

20,4 0,26 986 s/d 998 992 957,5

30,6 0,29 1546 s/d 1551 1548,5 1514

40,8 0,32 2219 s/d 2241 2230 2195,5

51 0,35 2822 s/d 2834 2828 2793,5

99,2 0,47 5481 s/d 5504 5492,5 5458

150,1 0,65 8207 s/d 8223 8215 8180,5

160,5 0,69 8521 (Saturasi)

Dari data pengujian tabel 4.7 beban maksimal yang masih dapat dibaca adalah 150,1 gram,

penulis mencoba dengan beban 160,5 gram dan hasilnya output rangkaian penguat adalah

saturasi. Perubahan rangkaian penguat pada implementasi dengan perancangan adalah pada

penguatan (Gain). Perbandingannya dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Perbandingan hasil rangkaian penguat dengan perancangan.

Beban

( gram )

Output

loadcell

( mV )

Gain Perancangan 10000 Gain Maksimal Hasil implementasi 14534,91

Perbandingan Hasil perhitungan

Perancangan (mV) Hasil Pengujian (mV) Tanpa beban

0,20 2000

(offset)

2906,98

(offset)

Tanpa offset Tanpa offset

10,2 0,23 2300 3343,03 300 483,5

20,4 0,26 2600 3779,08 600 957,5

30,6 0,29 2900 4215,12 900 1514

40,8 0,32 3200 4651,17 1200 2195,5

51 0,35 3500 5087,22 1500 2793,5

(49)

33

Pada pengujian loadcell menggunakan sumber tegangan 5V. Perubahan yang terjadi adalah

pada rentang tegangan output, pada perancangan adalah 0V s/d 5V kemudian pada

implementasinya rentang outputnya adalah dari 0V sampai dengan tegangan saturasi IC

OP-AMP OP-07 dengan sumber tegangan baterai 9V yaitu 8,5V sesuai datasheet.

Pengukuran linearitas digunakan grafik dan dihitung persamaan beban terhadap

output dan bisa langsung dilihat koefisien korelasi yang menunjukkan linearitas output

loadcell. Grafiknya dapat dilihat pada gambar 4.14.

Gambar 4.14 Grafik linearitas output loadcell dan penguatnya

Dari gambar 4.14 dapat dilihat dua hasil yaitu persamaan garis data pengujian dan nilai

koefisien korelasi. Semua data input grafik mengacu pada tabel pengujian output penguat

pada tabel 4.7. Persamaan yang dihasilkan pada gambar grafik 4.14 adalah seperti pada

persamaan 4.3.

Y = 54,221 X - 15,109 ...(4.3)

0; 34,5 10,2; 518 20,4; 992 30,6; 1548,5 40,8; 2230 51; 2828 99,2; 5492,5

150,1; 8215160,5; 8521 y = 54,221x - 15,109

R² = 0,999

-1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

0 50 100 150 200

O ut put P e ng ua t (m V ) Beban (gram)

Data Pengujian

Data Pengujian
(50)

34

Sumbu Y adalah output tegangan rangkaian penguat dan sumbu X adalah beban.

Kemudian nilai koefisien korelasi adalah 0,999 atau kalau diubah menjadi persen menjadi

99,9%.

Selain pengujian output dan linearitas dilakukan juga pengujian dan perhitungan

mengenai ketelitian loadcell dan penguat sebagai timbangan. Untuk melihat ketelitian

loadcell bisa dilihat pada tabel 3.1, dari tabel tersebut tercatat kenaikan pada output

loadcell setiap 10,2 gram rata-rata adalah sebesar 0,03 mV. Dengan alat ukur yang

digunakan penulis yang mempunyai ketelitian maksimum 0,01 mV, maka tingkat

sensitifitas loadcell hanya sebesar 10,2/3 yaitu 3,4 gram atau 0,01 mV tiap 3,4 gram.

Dengan begitu alat ukur sudah tidak bisa membaca kenaikan beban dibawah 3,4 gram.

Hasil pengujian dari output penguatnya dapat dilhat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Data pengujian ketelitian dengan beban kecil

Beban (mg) Output penguat (mV) Rata-rata output (mV) Kenaikan output (mV)

Tanpa beban 34 s/d 78 56,0 Tidak ada

251 37 s/d 76 56,5 0,5

521 36 s/d 79 57,5 1,5

761 37 s/d 80 58,5 2,5

1052 78 s/d 119 98,5 42,5

2580 153 s/d 197 175,0 119,0

Dari pengujian tabel 4.9 dapat dilihat pada beban 571 mg s/d 761 mg output penguat tidak

mengalami perubahan yang berarti dan lebih dikarenakan pengaruh dari osilasi. Jika

melihat pada tabel 2.2 maka resolusi input MAD01 hanya sebesar 1/256 dari tegangan

maksimum penguat (saturasi) yaitu seperti tabel 4.7 sebesar 8521 mV. Perhitungannya

resolusi input MAD01 adalah 8521/256 yaitu sebesar 33,28 mV. Dengan begitu MAD01

akan membaca kenaikan input setiap 33,28 mV dan itu berarti jika melihat hasil pada tabel

4.9 maka timbangan tidak berhasil mencapai ketelitian miligram.

Pengujian juga dilakukan pada saat penakaran, pengujian ini adalah untuk

(51)

35

menggunakan serbuk kristal yang digunakan pada permainan karambol. Pengujian

dilakukan dengan pedoman output dari rangkaian penguat loadcell karena komunikasi

Visualbasic dengan PLC gagal. Data pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Data pengujian keseragaman takaran

Berat total beban

( gram ) Jumlah

pembagian

Berat tiap bagian

secara teori

( gram )

Hasil pembagian

( gram )

Galat

Keseragaman

(%)

20,04 2 10,02 1. 9,44

2. 10,28 8,17

50,21 3 16,73 1. 16.24

2. 16,26

3. 16,80

3,33

Pada pengujian penakaran hasilnya tidak akurat, hampir setiap bagian punya berat yang

berbeda. Berat total hasil tidak sama dengan berat total sebelum ditakar, selalu ada

pengurangan. Hal ini terjadi karena ada serbuk yang tersisa karena melekat pada dinding

(52)

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Dari hasil implementasi dan analisa sistem takar obat serbuk yang digunakan

sebagai sistem konstruksi hardware dan timbangan ini dapat disimpulkan beberapa hal,

diantaranya adalah:

1. Loadcell dan rangkaian penguat sebagai timbangan sudah bekerja, walaupun tidak

sesuai dengan perancangan.

2. Semua output sensor seperti sensor LDR, sensor infrared dan juga limitswitch tidak

sesuai dengan perancangan yang seharusnya 12V. Outputnya sekitar 10,50V dan

masih bekerja dengan baik sebagai input PLC.

3. Mekanisme lain seperti meja putar dan kotak penyimpanan berfungsi sesuai

perancangan dengan beberapa perubahan.

4. Tampungan obat dan katup motor sudah berfungsi walaupun tidak sempurna, hal

itu terjadi bila sebuk terlalu lembut karena banyak yang melekat pada dinding

tampungan dan menyebabkan macet. Pada pengujian dengan serbuk kristal

tampungan beserta katup bekerja dengan baik.

5.2

Saran

Dari hasil penelitian banyak sekali bagian yang perlu perbaikan dan

pengembangan lebih lanjut. Sedikit saran dari penulis yang mungkin berguna untuk

pengembangan alat ini selanjutnya, yaitu:

1. Gunakan loadcell yang lebih teliti dan sensitif.

2. Penelitian lanjutan untuk rangkaian pengkondisi sinyal dan osilasi.

3. Sistem timbangan dibuat lebih bagus dan presisi, juga membuat penutup pada

bagian timbangan khususnya loadcell untuk menghindari pengaruh beban dari luar

seperti hembusan angin atau semacamnya.

(53)

37

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sugijanto, Lulut. 2009. Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Kadar Sediaan

Pulveres yang Dibuat Apotek di Yogyakarta,

http://sehat-bugar.blogspot.com/2009/02/sehat-digest-number-9663.html

[2]

, diakses

tanggal 30 Maret 2009.

http://atmelmikrokontroler.wordpress.com/2009/06/25/komparator-tegangan

[3] Operational Amplifier,

, diakses

tanggal 17 Desember.

http://electroniclab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=18:op-amp-bagian-ke-dua&catid=7:labanalog&Itemid=8,

[4] Loadcell.

diakses tanggal 11 Desember 2009.

http://electricomatic.com/?p=17

[5] Konfigurasi LM741.

, diakses tanggal 11 Desember 2009.

[6] Sudarsono, Arief. 2000. Studi Sifat Mampu Alir Pasir Kuarsa di Dalam Bin. JTM 7:3. http://digilib.petra.ac.id, diakses tanggal 12 Desember 2009.

http://www.fttm.itb.ac.id/jtm/index.php?content=journal&id=98&lang=in,

[7] DC power window motor.

diakses

tanggal 26Maret 2009.

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://i600.photobucket.com/albums/tt82/ele

ctroboter/Power-Window-Motor-HT420-1-.jpg&imgrefurl,

[8]

diakses tanggal 15

Desember 2009

http://pentriloquist.wordpress.com/2009/01/09/membuat-robot-line-follower-sederhana/#blogkonten1

[9]

, diakses tanggal 16 Desember 2009.

http://www.elektro.undip.ac.id/sumardi/www/komponen/7_4.htm ,

[10]

diakses tanggal 17

Desember 2009.

http://www.omron.com.au/produk_info

[11]

, diakses tanggal 11 Desember 2009.

http://www.clark-garage.com/grafik/sunruf-late-limit-switch.jpg

[12]

, diakses tanggal 12

Desember 2009.

http://www.elektro.undip.ac.id/sumardi/www/komponen/bab2non.pdf, diakses tanggal

(54)

38

(55)

Gambar Hasil implementasi alat

(56)

Gambar Hasil pengkabelan port input dan output

Tabel pengambilan data sensor

Pengujian Tegangan output ( volt )

Tidak ada gelas takar Ada gelas takar

Sensor LDR I 0 10,36

Sensor LDR II 0 10,41

Sensor LDR III 0 10,40

Infrared 0 10,50

Tidak ditekan Ditekan

Limitswitch 10,53 0

Tabel pengambilan data output motor

Pengujian Input Output

I II

Motor DC

Penggerak katup

GND Tanpa input Motor berputar

searah jarum jam

Tanpa input GND Motor berputar

berlawanan arah

jarum jam

GND GND Kondisi race

Meja putar GND

Berputar berlawanan

(57)

Tabel pengambilan data output timbangan

Beban

(gram)

Output

loadcell (mV)

Output penguat

(mV)

Rata-rata output

(mV)

Output tanpa offset

(mV)

Tanpa beban 0,20 23 s/d 46 34,5(offset) 0

10,2 0,23 512 s/d 524 518 483,5

20,4 0,26 986 s/d 998 992 957,5

30,6 0,29 1546 s/d 1551 1548,5 1514

40,8 0,32 2219 s/d 2241 2230 2195,5

51 0,35 2822 s/d 2834 2828 2793,5

99,2 0,47 5481 s/d 5504 5492,5 5458

150,1 0,65 8207 s/d 8223 8215 8180,5

160,5 0,69 8521 (Saturasi)

Tabel hasil pengujian dengan beban kecil

Beban (mg) Output penguat (mV) Rata-rata output (mV) Kenaikan output (mV)

Tanpa beban 34 s/d 78 56,0 Tidak ada

251 37 s/d 76 56,5 0,5

521 36 s/d 79 57,5 1,5

761 37 s/d 80 58,5 2,5

1052 78 s/d 119 98,5 42,5

Gambar

Gambar 2.1 Loadcell
Gambar 2.3 Rangkaian dasar penguat inverting
Gambar 2.5 Rangkaian komparator sederhana
Gambar 2.6 Konfigurasi Kaki-kaki Limit Switch [11]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Standar Kompetensi Nasional Indonesia khususnya untuk sektor konstruksi ini, disusun melalui suatu proses yang relatif cukup panjang dan dimulai dari workshop untuk menggali

Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi media tanam tidak berpengaruh terhadap semua parameter pertumbuhan dan hasil pembibitan sengon laut, kecuali pada suhu tanah

landraad yaitu mengadili dalam perkara landraad yaitu mengadili dalam perkara perdata dan pidana bagi orang indonesia. perdata dan pidana bagi

Selanjutnya dalam pasal 129 disebutkan bahwa Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

Berbeda dengan reaktor 150 ml reaktor 16,6 ml baik tanpa pengadukan maupun dengan pengadukan cenderung menghasilkan volume gas dalam jumlah yang besar di hari awal

beberapa waktu lalu, terjadi banyak kejadian dan fenomena sosial yang berawal dari perbedaan dan keragaman. Misalnya kasus dugaan penistaan agama yang gagal dipahami

Bertolak dari hal tersebut maka peneliti mencoba menerapkan pelatihan Bar Twist pada atlet Neo Judo Club Bangli tahun 2015 dengan harapan dapat memberikan kontribusi

M embaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu di miliki siswa untuk dapat memasuki dunia belajar. Keberhasilan membaca pada siswa sekolah dasar ikut