• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur. Makan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur. Makan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Tangga

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur. Makan dari satu dapur berarti pembiayaan keperluan apabila pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama (Badan Pusat Statistik, 2013).

Rumah tangga menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 1 (1990) adalah tempat tinggal atau bangunan untuk tinggal manusia. Rumah tangga memiliki pengertian tempat tinggal beserta penghuninya dan segala yang ada di dalamnya. Rumah tangga adalah unit perumahan dasar dimana produksi ekonomi, konsumsi, warisan, membesarkan anak, dan tempat tinggal yang terorganisasi dan dilaksanakan.

Anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal disuatu rumah, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada (Mantra, 2003). Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat tinggal 6 bulan dianggap sebagai anggota rumah tangga.

(2)

Jenis rumah tangga terdiri dari beberapa kategori dan dibedakan menurut jenis permukiman, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus. Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Rumah tangga terdiri dari bapak, ibu, dan anak. Rumah tangga termasuk juga seorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi makannya diurus sendiri. Keluarga yang tinggal pada dua bangunan sensus tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus terdapat dalam blok yang sama. Pondokan dengan pemondoknya kurang dari 10 orang. Pemondokan dianggap sebagai anggota rumah tangga induk. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.

Rumah tangga khusus terdiri dari orang-orang yang tinggal di asrama yaitu tempat tinggal yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan. Orang-orang yang tinggal di lembaga permasyarakatan, panti asuhan, dan rumah tahanan. Sekelompok orang yang mondok dengan makan yang berjumlah lebih besar atau sama dengan sepuluh orang.

2.2 Pengertian Iklim dan Perubahan Iklim

Iklim didefinisikan sebagai kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate

(3)

sebagai konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980) dalam LAPAN (2009). Menurut Gibbs dalam LAPAN (2009) iklim adalah peluang statistik berbagai keadaan atmosfer antara lain suhu, tekanan, angin, dan kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang.

Glossary of Meteorology disebutkan bahwa iklim adalah keseluruhan dari cuaca

yang meliputi jangka waktu panjang di suatu wilayah.

Perubahan iklim adalah perubahan kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004). Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.

LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (umumnya dekade atau lebih).

Perubahan iklim merupakan perubahan pada variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun yang telah terukur sejak pertengahan abad ke-19. Pada dasarnya iklim bumi senantiasa mengalami perubahan. Keadaan perubahan iklim di masa lampau berlangsung secara alamiah, sedangkan saat ini perubahan tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), terutama

(4)

yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih guna lahan. Kegiatan manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O). Gas-gas tersebut yang selanjutnya menentukan peningkatan suhu udara, karena sifatnya yang seperti kaca yaitu dapat meneruskan radiasi gelombang pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan radiasi gelombang panjang yang bersifat panas. Hal tersebut mengakibatkan atmosfer bumi semakin memanas dengan laju yang setara dengan laju perubahan konsentrasi gas rumah kaca.

2.3 Pengertian Emisi Gas Rumah Kaca

Kehidupan di bumi tergantung pada energi dari matahari. Sekitar 30% dari sinar matahari yang menuju bumi dibelokkan oleh atmosfer luar dan tersebar kembali ke ruang angkasa. Sisanya mencapai permukaan bumi dan direfleksikan ke atmosfer lagi sebagai suatu jenis energi yang bergerak lamban dan disebut radiasi inframerah. Panas yang disebabkan oleh radiasi inframerah ini diserap oleh gas rumah kaca seperti uap air, karbondiokasida, ozon dan metana, yang memperlambat lolos dari atmosfer.

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang menjebak panas di atmosfer. Beberapa gas rumah kaca seperti karbondioksida terjadi secara alami dan dipancarkan ke atmosfer melalui proses alam dan kegiatan manusia. Efek yang ditimbulkan dari gas-gas ini disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca menurut Soedomo (1999)

(5)

adalah suatu keadaan yang timbul akibat semakin banyaknya gas buang ke lapisan atmosfer yang memiliki sifat penyerap panas yang ada.

Pembakaran bahan bakar berkontribusi terhadap tiga per empat dari peningkatan CO2 dari kegiatan manusia selama 20 tahun terakhir, sementara sisanya berasal dari perubahan tata guna lahan dan penggundulan hutan. Gas rumah kaca lain diciptakan dan dipancarkan hanya melalui aktivitas manusia. Gas rumah kaca utama yang memasuki atmosfer karena kegiatan manusia adalah yang menghasilkan karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O), dan gas yang mengandung fluorida.

Karbondioksida memasuki atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas alam, dan batubara), limbah padat, pohon, produksi kayu, dan juga sebagai akibat dari reaksi kimia lain. Karbondioksida dapat menghilang dari atmosfer ketika diserap oleh tanaman sebagai bagian dari siklus karbon biologis. Karbondioksida dapat diemisikan dengan beberapa cara. Secara alami melalui siklus karbon dan melalui aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil. Sumber alami karbondioksida terjadi dalam siklus karbon dimana miliaran ton karbondioksida atmosfer dihilangkan dari atmosfer oleh lautan dan tanaman yang tumbuh dan dipancarkan kembali ke atmosfer setiap tahun. Ketika dalam keadaan keseimbangan, jumlah dan perpindahan emisi karbondioksida dari seluruh siklus karbon mendekati sama.

Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tetapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk

(6)

mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakar utama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul karbondioksida (CO2) dan dua molekul air (H2O). Metana dihasilkan selama produksi dan transportasi menggunakan batubara, gas alam, dan minyak. Emisi gas metana juga merupakan hasil dari peternakan dan praktek pertanian lainnya, serta akibat pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah.

Nitrogen oksida (N2O) adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Nitrogen oksida dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 % apabila dibandingkan masa praindustri. Nitrogen oksida merupakan gas atmosfer yang penting dan diemisikan paling banyak dari tanah dan air. Walaupun N2O memiliki konsentrasi yang rendah dibandingkan dengan CO2 dan H2O, namun N2O sangat berpengaruh terhadap gas rumah kaca. Nitrogen oksida di atmosfer memiliki waktu hidup yang relatif lama, serta memiliki kapasitas penyerapan energi (radiasi matahari dalam bentuk gelombang pendek) yang tinggi per molekul. Sumber N2O berasal dari lahan, pembakaran biomassa, kegiatan pertanian, dan proses industri.

Gas yang mengandung fluorida contohnya seperti hidrofluorokarbon, perfluokarbon, sulfur heksafluorida adalah gas rumah kaca yang sintetik dan kuat dari berbagai proses industri. Gas terflourinasi kadang-kadang digunakan sebagai pengganti untuk zat yang dapat merusak ozon (CFC, HCFC, dan Halons). Gas-gas

(7)

ini biasanya dipancarkan dalam jumlah yang lebih kecil, tetapi karena gas tersebut adalah gas-gas rumah kaca yang potensial menyebabkan pemanasan global.

Faktor emisi merupakan nilai rata-rata suatu parameter pencemar udara yang dikeluarkan sumber spesifik. Faktor-faktor ini biasanya dinyatakan sebagai berat polutan dibagi dengan satuan berat, volume, jarak, atau lamanya aktivitas yang dapat mengeluarkan polutan. Adanya variasi tersebut menimbulkan faktor emisi dengan unit yang berbeda.

Faktor emisi digunakan untuk membuat perkiraan sumber emisi spesifik pada suatu area. Pendataan memiliki banyak tujuan termasuk pemodelan dan analisis disperse ambient. Pada beberapa sumber, faktor emisi dapat disajikan melalui fasilitas yang memiliki peralatan kontrol polusi udara di tempatnya. Sumber emisi biasanya diuji ketika masih baru dan ketika diyakini telah beroperasi dengan benar, sehingga hasil yang didapat sangat berbeda. Pada Tabel 2.1 disajikan faktor emisi berdasarkan aktivitas yang berbeda.

Tabel 2.1

Faktor Emisi Berdasarkan Aktivitas yang Berbeda

Aktivitas Faktor Emisi Satuan

Pembangkit listrik 0,725 kg/kWh

Botol Kemasan 842 g/botol

AC 1 PK 668 g/jam

Setrika 446 g/jam

Rice Cooker 267 g/jam

Kertas HVS 70g 227 g/lembar

Perangkat Computer 223 g/jam

TV LCD 111 g/jam

Radio 53,5 g/jam

Lampu 10 watt 8,91 g/jam

LPG 17,2 g/kg

LNG 17,5 kg/GJ

(8)

Aktivitas Faktor Emisi Satuan

Sepeda motor <125cc/Ojek 0,085 kg/km

Sepeda motor >125-500cc 0,103 kg/km

Sepeda motor >500cc 0,137 kg/km

Mobil bensin >1400-2000cc/Taksi 0,215 kg/km

Mobil bensin >2000cc 0,299 kg/km

Mobil diesel <1700 cc 0,145 kg/km

Mobil diesel >1700-2000 cc 0,181 kg/km

Mobil diesel >2000 cc 0,245 kg/km

Bus kota 0,03 kg/km-penumpang

Sampah 0,075 kg/km

Sumber : IPCC, 2006

2.4 Pemanasan Global

Pemanasan bumi disebabkan karena gas-gas tertentu dalam atmosfer bumi seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O) dan uap air membiarkan radiasi matahari menembus dan memanasi bumi, menghambat pemantulan sinar infra merah dan menyebabkan efek rumah kaca. Naiknya konsentrasi gas-gas tersebut, maka akan lebih banyak panas tertekan di dalam atmosfer dan menyebabkan suhu bumi meningkat (Mulyanto, 2007).

Peristiwa perubahan iklim akan berakibat buruk bagi kehidupan di permukaan bumi, seperti pada bidang pertanian, perubahan ekosistem alam, meluasnya padang rumput dan gurun, areal hutan menyusut dan bergeraknya suhu panas ke arah kutub. Akibat dari meningkatnya suhu air laut adalah mencairnya bongkahan es dan lambat laun mengakibatkan banyak daerah pantai yang terendam. Pemanasan global dapat menimbulkan berbagai kerusakan melalui dampak terhadap gejala geosfer dan terakhir terhadap manusia. Semua dampak akan menimbulkan bencana bagi umat manusia, baik yang melakukan pencemaran maupun yang tidak melakukannya (Wardhana, 2010).

(9)

IPCC (2001) menyebutkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Hal yang serupa dinyatakan dalam America’s Climate Choice

Full Report (2010), bahwa peningkatan rata-rata suhu global merujuk ke aktivitas

manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca ke atmosfer. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer yang tercatat selama 150 tahun terakhir. Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer dapat disebabkan oleh meningkatnya emisi CO2 dari aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan perubahan tata guna lahan. Selain CO2, konsentrasi gas rumah kaca lainnya seperti metana, oksida nitrogen, dan beberapa gas halogen juga meningkat akibat aktivitas manusia.

2.5 Pengertian Jejak Karbon

Jejak karbon adalah ukuran dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, dan perubahan iklim tertentu. Hal ini terkait dengan jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pembakaran bahan bakar fosil untuk listrik, pemanasan dan transportasi dan hal lainnya. Jejak karbon merupakan jumlah total dari hasil emisi karbondioksida secara langsung maupun tidak langsung dan merupakan akumulasi dari penggunaan produk dalam kehidupan sehari-hari Wiedmann & Minx (2008). Satuan jejak karbon adalah ton setara CO2 (tCO2e) atau kg-setara-CO2 (kgCO2e).

(10)

Jejak karbon dapat dihitung dengan beberapa cara. Pertama dengan melihat penggunaan bahan bakar fosil yang digunakan. Penggunaan tersebut berupa penggunaan bahan bakar fosil berupa minyak bumi atapun gas alam. Bahan bakar fosil tersebut secara langsung dapat menghasilkan karbondioksida (CO2). Kedua dengan melihat penggunaan listrik untuk keperluan sehari-hari. Aktivitas penggunaan listrik memproduksi sejumlah CO2 yang berasal dari pembangkit listrik pemasok energi listrik yang dipakai.

Jejak karbon merupakan sebuah metode untuk memperkirakan jumlah emisi gas rumah kaca pada persamaan karbon dari hasil silang daur ulang proses produksi bahan dasar yang digunakan di industri, pembuangan pada produk akhir (www.carbontrust.com).

2.5.1 Jejak Karbon Primer

Jejak karbon primer merupakan ukuran emisi CO2 yang bersifat langsung. Jejak karbon primer didapat dari hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti memasak dan transportasi. Setiap kegiatan atau aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar dapat menghasilkan jejak karbon yang berbeda-beda tergantung dari lama menggunakan bahan bakar seperti LPG dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor emisi adalah massa dari suatu polutan yang dihasilkan relatif untuk setiap unit proses, per satuan massa bahan bakar yang dikonsumsi atau per unit produksi (Porteous, 1996). Faktor emisi primer adalah faktor emisi yang nantinya akan dikalikan dengan jumlah penggunaan bahan bakar dalam sebulan.

(11)

Faktor emisi dari LPG adalah sebesar 17,2 g karbon/MJ dengan berat bersih 48,85 MJ/kg (IPCC, 1996). Rumus perhitungan bahan bakar LPG adalah sebagai berikut:

Pey = EF x Fcy LPG x NCV (2.1)

keterangan:

Pey = Total emisi CO2

EF CO2 = Faktor emisi LPG 17,2 g karbon/MJ

Fcy = Konsumsi LPG

NCV = Berat bersih LPG 48,852 MJ/kg

2.5.2 Jejak Karbon Sekunder

Jejak karbon sekunder merupakan emisi karbondioksida yang bersifat tidak langsung. Jejak karbon sekunder dihasilkan dari peralatan-peralatan elektronik rumah tangga dimana peralatan elektronik tersebut dapat difungsikan dengan menggunakan daya listrik. Daya listrik bersumber dari pembangkit listrik yang produksinya menggunakan bahan bakar fosil. Secara tidak langsung konsumen pengguna daya listrik telah melakukan pembakaran bahan bakar fosil untuk mendapatkan sumber energi listrik. Hal ini tentu menunjukkan hubungan bahwa jejak karbon sekunder tidak terlepas dari karbon primer yang dihasilkan.

Faktor emisi karbon dari konsumsi listrik yang dihitung dari penyediaan produksi listrik oleh pembangkit listrik terdapat dalam panduan metode ACM 002, persamaannya sebagai berikut:

(12)

EF = SFC x NCV x CEF x Oxid x 44/12 (2.2) keterangan :

EF = Faktor emisi CO2 konsumsi listrik (satuan massa/MWh)

SFC = Spesific Fuel consumption

NCV = Nilai Net Calorific Volume (energy content) per unit massa atau volume bahan bakar (TJ/ton fuel)

CEF = Carbon Emission Factor (ton CO2/TJ)

Oxid = Oxidation Factor

Setelah didapat faktor emisi, kemudian dilakukan perhitungan emisi karbon yang dihasilkan dengan menggunakan rumus berikut ini:

Emisi = EF x konsumsi listrik (kWh) (2.3) keterangan :

EF = Faktor emisi konsumsi listrik 586 g karbon/kWh

Penyediaan listrik ditentukan oleh PT. PLN Pusat dengan produksi pembangkit listrik menggunakan sistem interkoneksi dalam satu area besar yaitu Jawa, Madura, dan Bali (Gusman, 2009). Nilai faktor emisi ditentukan berdasarkan bahan bakar pembangkit listrik. Nilai SFC, NCV, CEF dan Oxidation

(13)

Tabel 2.2 Faktor Emisi Sekunder No Pembangkit Jenis Pembangkit Bahan Bakar Pembakaran Efisien (tCO2/GWh)

1 PLTU OCB Generator Batubara 1.066,88

2 PLTU OCB Generator MFO 641,10

3 PLTU OCB Generator Gas 404,27

4 PLTGU OCB Generator HSD 546,16

5 PLTGU OCB Generator Gas 392,86

6 PLTGU OCB Generator HSD 647,51

7 PLTGU OCB Generator Gas 404,27

8 PLTGU OCB Generator HSD 647,51

Sumber : IPCC 1996

Tabel 2.3

IPCC Indonesia Spesifik NVCs

Fuel CEF Units

Crude Oil 42,66 tC/TJ Natural gas 42,77 tC/TJ Sub Bituminous 23 tC/TJ Gas/Diesel oil 42,66 tC/TJ Sumber : IPCC 1996 Tabel 2.4

Konversi Massa Karbon Per Unit dari Konsumsi Bahan Bakar

Fuel Faktor Units

Crude Oil 0,0009 Kt fuel/ kiloliter

Natural Gas 0,019922 Kt fuel/ kiloliter

Sub Bitominous Coal 1 Kt fuel/ kiloliter

Gas/ Diesel Oil 0,009 Kt fuel/ kiloliter

Sumber : IPCC 1996

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

Dasar temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti dapat dijadikan bagian tersendiri

(14)

adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan nilai jejak karbon. Hasil-hasil penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5

Hasil Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Wicaksono, Andria Muchlisin (2010) Studi carbon footprint (CO2) dari kegiatan permukiman di Surabaya Bagian Barat - Jumlah bahan bakar - Alat listrik yang digunakan - Waktu pemakaian alat listrik - Daya listrik rumah - Tipe rumah Faktor yang mempengaruhi emisi CO2 adalah jumlah penggunaan bahan bakar, alat-alat listrik yang digunakan di rumah tangga, waktu pemakaian alat-alat listrik, daya listrik dan tipe rumah. 2. Setiawan, Yusdianto Ricky (2011) Kajian carbon footprint dari kegiatan industri di Kota Surabaya - Jumlah emisi berdasarkan komoditi industri - Jumlah emisi berdasarkan jenis industri

Hasil komoditi industri paling besar berasal dari industri kimia yaitu sebesar 8523,61 ton CO2/bulan dan paling kecil dari industri alat angkut sebesar 68,26 ton CO2/bulan. 3. Astari, Gita Ratih (2012) Studi Jejak Karbon dari aktivitas Permukiman di Kecamatan Pademangan Kotamadya Jakarta Utara - Daya listrik rumah - Tipe rumah - Jumlah penghasilan

Hasil analisis dan uji statistik, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai emisi yang dihasilkan dari suatu rumah tangga yaitu tipe rumah, daya listrik, dan jumlah penghasilan. 4. Wulandari, Mira Tri (2013) Kajian Emisi CO2 Berdasarkan Penggunaan Energi Rumah - Penggunaan bahan bakar di rumah tangga dan BBM 1. Perbedaan tingkatan perumahan/ pemukiman berpengaruh dalam penggunaan energi

(15)

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Tangga Sebagai Penyebab Pemanasan Global (Studi Kasus Perumahan Sebantengan, Gedang Asri, Susukan RW 07 Kab. Semarang) kendaraan bermotor - Peralatan elektronik rumah tangga - Daya listrik rumah setiap bulan - Tipe rumah rumah tangga 2. Perumahan kelas atas

atau dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi menggunakan energi rumah tangga lebih besar sehingga menghasilkan emisi CO2 yang lebih besar.

Dari beberapa hasil penelitian pada Tabel 2.5, dapat digambarkan beberapa persamaan dan perbedaan dari penelitian ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada variabel yang digunakan dalam membahas pokok permasalahan. Variabel pokok yang dicari adalah untuk mengetahui berapa besaran emisi karbon yang dihasilkan. Variabel lain yang digunakan adalah untuk melihat hubungan nilai jejak karbon adalah jumlah konsumsi bahan bakar, jumlah alat-alat yang menggunakan daya listrik, dan jumlah konsumsi daya listrik yang digunakan.

Perbedaan dari penelitian ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada variabel yang mempengaruhi nilai jejak karbon. Pada penelitian ini menggunakan variabel anggota rumah tangga dan jumlah alat-alat yang menggunakan bahan bakar fosil seperti LPG atau minyak tanah. Pada penelitian lain variabel yang digunakan yaitu tipe rumah dan jumlah penghasilan untuk memberikan gambaran mengenai hubungan nilai karbon.

Gambar

Tabel 2.2  Faktor Emisi Sekunder  No  Pembangkit  Jenis  Pembangkit  Bahan Bakar  Pembakaran Efisien (tCO2/GWh)

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Pengolahan Bahan Koleksi dapat diketahui bahwa 50% respon- den menyatakan setuju, 35% responden menyatakan sangat setuju sedangkan yang tidak setuju dan responden

Upaya – upaya untuk meningkatkan kualitas proses pelatihan bola voli dalam penelitian ini dapat dijadikan gambaran pemecahan suatu masalah pengaruh latihan servis

Langkah-langkah dalam pengecekkan televisi yang rusak adalah sebagai berikut , Pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa bagian catu dayanya, apakah sudah ada tegangan yang

Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat stres dengan kejadian sindrom premenstruasi ( p = 0,40 ) sehingga stres merupakan

Cooperative and Exercise) untuk melatihkan kemampuan berpikir kreatif siswa ini masih jauh dari kata sempurna terutama pada aspek pembagian waktu dalam proses

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam

PT Nusa Halmahera Minerals (PT NHM) adalah entitas ventura bersama antara Newcrest Mining Limited (NML) dengan Antam yang kepemilikannya dimiliki oleh NML melalui

Tujuan penelitian ini untuk pengembangan olahan jagung menjadi produk yang memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh dan untuk mengetahui kesukaan konsumen terhadap