HASlL DAN PEMBAHASAN
pH DagingHasil pengukuran secara obyektif untuk pH (derajat keasaman)
dagingUSie Reubohn dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Rataan nilai pH daging "Sie Reuboh"
1
TingkatI
' ~ u ~ e r s k r i ~ yang berbeda menunjukkan pe&edaan yang nyata (p < 0.05) I
Lama Penyimpanan ( Faktor B) I
I
Pemberian Asam, Cuka ( Faktor A )
Hasil dari analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa tingkat pemberian
asam cuka (asetat) berpengaruh nyata terhadap nilai pH. Dimana terlihat I
B1 (0 hari)
1
82 (7 hari)pada hari pertama setelah pengolahan terjadi penurunan nilai pH dari "Sie
Reubohn dengan penambahan tingkat pemberian asam cuka. Lama !
83 (14 hari)
penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap derajat keasamannya. Hal ini
B4 (21 hari)
dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.
Dari Gambar 6 terlihat level pemberian asam cuka berpengaruh
nyata (p < 0.05) terhadap nilai pH dan terjadi penurunan nilai pH secara
signifikan (Lampiran 10). Hasil penelitian Fuadi (1994) menunjukkan bahwa
penurunan pH daging. Derajat keasaman (pH) berhubungan dengan kualitas
fisik daging. Keasaman (pH) juga merupakan salah satu indikator yang
Penting dari kualitas daging (Huffman, 1990).
I 1
50 60 70 80
Tingkat Pemberbn Awm
- - - -- -- - - - - . - - - - -. - -
I
- --- - - -
Gambar 6. Tingkat pemberian asam cuka ierhadap derajat keasaman.
Menurut Pearson (1987), penurunan pH pasca mati ditentukan oleh
kandungan asam laktat yang terakumulasi dalam otot yang selanjutnya
ditentukan oleh kandungan glikogen dalam jaringan dan penanganan
sebelum pemotongan dan penimbunan
asam
laktat akan terhenti setelahcadangan glikogen otot haws atau setelah kondisi tercapai pada pH yang
cukup rendah untuk menghentikan aktivitas enzim glikolitik di dalam proses
glikolisis anaerobik. Keadaan glikogen otot pada saat pemotongan akan tetap
tinggi jika hewan diberi diet yang baik (Meyer, 1982). pH ultimat normal
sebahagian besar protein daging termasuk protein miofibril. Pada umumnya
glikogen tidak ditemukan pada pH antara 5,4
-
5,5 (Lawrie, 1991).7 14
Hari
Gambar 7. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai pH.
Menurut Lawrie (IQQI), faktor yang mempengaruhi laju dan besarnya
penurunan pH postmortem dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor instrinsik
dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi spesies, tipe otot, glikogen otot
dan variabilitas diantara ternak, sedangkan faktor ekstrinsik adalah
temperatur lingkungan, perlakuan bahan aditif sebelum pemotongan dan
stress sebelum pemotongan. Menurut Buckle et at., (1987) rendahnya
glikogen otot berkorelasi dengan istirahat dan ketenangan ternak.
Palupi (1 986) menyatakan bahwa asam asetat lebih banyak terdapat
pada produk-produk pangan hasil fermentasi. Pemberian asam ke dalam
mendapatkan cita rasa yang diinginkan serta berkasiat dalam mencegah dan
menghambat pertumbuhan mikroba, karena dapat menurunkan pH dan
menghambat dissosiasi daya zat-zat yang bersifat racun (Jenie, 1987).
Daging segar pada umumnya mempunyai kisaran pH antara 5.1-6.8.
Tinggi rendahnya pH daging sangat tergantung dari keadaan ternak sebelum,
pada saat dan sesudah penyembelihan (Gurnadi, 1986). Penambahan asam
asetat dapat mempengaruhi pH daging (Brock dan Brock, 1978).
6.2 6 5 3 56 5,4 5.2 5 50 60 70 80 90 100
Tingkat Pembarian Awm
Gambar 8. Hasil interaksi tingkat pemberian asam asetat dan lamanya penyimpanan terhadap nilai pH 'Sie Reubohn
Dari Gambar 8 terlihat interaksi hari dan asam signifikan. Dimana pola
penurunannya adalah linier. Pada uji lanjut terlihat level pemberian asam
memberi hasil yang berbeda, sedangkan untuk hari terlihat pada hari ke-0
dan ke-7 berbeda, hari ke-7 dan 14 berbeda sedangkan hari ke-14 dan k&21
Keempukan Daging
Hasil uji keempukan daging dengan alat pemutus Warner Bratzler
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan nilai keempukan daging "Sie Reuboh"
Dari hasil analisa sidik ragam bahwa tingkat pemberian asam cuka
(asetat) berpengaruh nyata terhadap keempukan (p < 0.05). Lama penyim-
panan juga berpengaruh nyata terhadap keempukan "Sie Reuboh" (Lampiran
11 dan Lampiran 19). Tingkat Pemberian Asam Cuka ( Faktor A ) A1 50 g A2 6 0 g A3 7 0 g A4 80 g A5 90 g A6 100 g ,
Ting kat Pem berian Asam
+
Har~ 0--f Hari 7 Han 14
L .
Hari 21 Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0.05)
Lama Penyimpanan ( Faktor
6)
Gambar 9. Hasil interaksi tingkat pemberian asam asetat dan lamanya penyimpanan terhadap keempukan "Sie Reuboh"
B1 )(O hari 9.73+0.23a 9.36+0.5Ia 8.36+0.21bC 7.96k0.1 5* 7.60k0.44~~' 7.23k0.80eh 82 (7 hari) 8.66k0.32~ 8.10k0.17* 7.26k0.15~'~ 7.03k0.1 5gh 7.20k0.1 7eh 6.73k0.21 ghl , 83 (14 hari) 7.70k0.36~~ 7.13+0.15~~~ 6.70+-0.20h' 6.46k0.25" 5.80k0.45~' 5.63k0.06~' , - 84 (21 hari) 6.83k0.1 lghl 6.36+0.07IJ 6.03k0.07~~ 5.50k0.17' 4.60+0.30m 4.13k0.15"'
Dari gambar 9 terlihat bahwa semakin tinggi level asam yang diberikan
semakin empuk daya putus Warner Bratzler. Untuk uji lanjut pengaruh tingkat
pemberian asam asetat, pengaruh hari penyimpanan dan interaksi keduanya
adalah signifikan, pengaruh hari dan asam polanya linier.
Pearson 1963) mengelompokkan keempukan daging berdasarkan nilai
shear force yang diukur dengan alat Warner Braztler terbagi dalam empat
kelompok, shear force 0
-
3 kglcm2 empuk. > 3-
6 kg/cm2 cukup empuk, > 6- 11
kg/cm2 alot dan diatas 11 kg/cm2 termasuk kategori tidak layak dikonsumsi. Nilai kempukan yang diperoleh dari Warner Braztler berkisar4.13
- 9.73
kg/cm2 , mencerminkan tingkat keempukan "Sie Reuboh" bewariasi dari cukup empuk sampai alot. Selanjutnya Benhold (1975)menyatakan sifat keempukan daging adalah daging yang telah dimasak
dengan kemudahannya dikunyah tanpa kehilangan sifat-sifat jaringan yang
la yak.
Jumlah Total Bakteri
Hasil pengamatan jumlah total bakteri daging "Sie Reuboh" dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Rataan jumlah total bakteri "Sie Reuboh"
1 I I I
Hasil analisa sidik ragam perlakuan level pemberian asam
berpengaruh nyata terhadap jumlah total mikroba (P < 0.05), demikian juga
terhadap lama penyimpanan signifikan. Hal ini menunjukkan semakin lama
penyirnpanan "Sie Reubohn berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri,
dimana semakin lama waktu penyimpanan semakin besar jumlah total
bakteri. Tidak ada perbedaan yang nyata (P > 0.05) terhadap interaksi hari
3
I
penyimpanan dan level pemberian asam. Dari uji lanjut didapat 3 pola yang
menunjukkan bahwa pada penyimpanan 0 dan 7 hari kondisi sama, 7 dan 14 hari serta 14 dan 21 hari kondisinya sama (Lampiran 12 dan Lampiran 20).
50 60 70 80 90 100 , i
Tingkat Pemberian Asam I
I
Gambar 10. Hasil interaksi tingkat pemberian asam asetat dan lamanya penyimpanan terhadap total mikroba "Sie Reubohn
Dari grafik di atas terlihat adanya fluktuasi dari jumlah total mikroba.
Pada hari ke-0 tanpa vakum jumlah mikroba menurun sejalan dengan
peningkatan level pemberian cuka, kecuali pada level 100 g jumlah mikroba
asam untuk perkembangannya. Goddard et a/., (1995), irisan daging yang
diberi asam memiliki penurunan bakteri anaerob secara nyata (p < 0.05) dan
mengindikasikan bahwa pemberian asam sebelum pengepakan dapat
mengurangi beberapa spesies dari bakteri tanpa mengurangi kualitas fisik
dari produk yang disimpan. Fenomena yang menarik terlihat pada hari ke- 7,
14 dan 21 penyimpanan vakum, dimana kurva yang terlihat persis dengan
fase pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Frazier (1967) pertumbuhan
mikroorganisme melalui beberapa fase, yaitu fase permulaan, fase logaritma,
fase pertumbuhan yang mulai terhambat fase stationer yang maksimum dan
fase kematian. Pada level pemberian 70 g terjadi peningkatan jumlah
mikroba, kemungkinan ada beberapa jenis bakteri yang suka hidup kondisi
asam level ini. Buckle et a1.,(1985) menyatakan, pada umumnya bakteri tidal<
dapat tumbuh pada pH di bawah 5, sementara beberapa bakteri seperti
Bacilli dan bakteri asam laktat masih dapat tumbuh pada pH 4. Terjadinya
penurunan total mikroba kemungkinan disebabkan oleh penambahan
bumbulrempah pada proses pembuatan 'Sie Reuboh" dimana bersifat
sebagai penghambat mikroba, bahan pengawet dan bakterisidal (Suwanto,
1983). Di samping itu cara pengemasan vakum juga dapat menghambat
pertumbuhan mikroba dalarn bahan makanan. Dimana terlihat pada
penelitian pendahuluan pada penyimpanan hari ke-4 sudah terlihat adanya
jamur dan kapang pada produk olahan 'Sie Reuboh". Menurut Jeremiah et
dapat mencegah kontaminasi bahan-bahan dari luar dan dapat
mempertahankan mutu daging olahan. Sedangkan Tatum et a1.,(1977)
menyatakan bahwa potongan daging yang dikemas vakum dapat mencegah
berkembangnya bakteri.
Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang diamati meliputi keempukan, aroma, wama, rasa
asam dan penampakan dari "Sie Reuboh".
Hasil pengamatan uji organoleptik untuk keempukan dapat dilihat pada
Tabel 6. Rataan uji organoleptik untuk keempukan 'Sie Reubohn
t
I
/
Asam Cuka/
B1 (0 hari)1
I32 (7 hari),
I33 (14 hari) 1 84 (21 hari)1
Tingkat
Pem berian
Lama Penyimpanan ( Faktor B) I
I
( Faktor A )
A1 50g 1.96k0.32" A2 60g 2 . 4 8 ~ 0 . 2 5 ~ "
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang
nyata (p < 0.05) dari rata-mta panelis terhadap kesukaan keempukan daging
1
2.0M0.14n1
2 . 8 ( ~ 0 . 3 6 ~ ' I 2 . 7 7 ~ . 4 1 * 11
5 . t ~ f l . 4 6 " A3 70 g A4 80 g A5 90g A6 100 g"Sie Reubohn selama penyimpanan (Lampiran 13 dan Lampiran 21). Makin
I
I 3.13*0.53-
3 . 8 ~ 0 . 6 9 ~ ~
1
Superskrip yang b e h d a menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0.05)
3.20f0.32~' 4.76k0.7p 5 . 3 8 ~ . 4 5 & 5.69f0.4gbc
tinggi level pemberian asam semakin empuk daging yang dihasilkan. Hal ini
4 . 3 ~ 0 . 5 2 ~ '
1
4.90f1. lgdg 5 . 6 4 f 0 . 5 2 ~ 6.3W0.678 3.61f0.44~' 4.56k0.54~ 5.14f0.570de 5.8750.46~~ 3.8&0.64Y 5 . 0 2 0 . 5 5 ~ ~ 5 . 5 7 ~ . 4 4 ~ ~ ~ 5.94f0.5gabReuboh" selama penyimpanan (Lampiran 14 dan Lampiran 22).
- . .- - - - - - - -- - -
HARl
Gambar 11. Hasil organoleptik level pemberian asam cuka dan lama penyimpanan terhadap keempukan "Sie Reuboh"
Hasil pengamatan uji organoleptik untuk aroma dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7. Rataan uji organoleptik untuk aroma "Sie Reuboh"
I
TingkatI
Lama Penyimpanan ( Faktor B)Asam Cuka
1
81 (0 hari)/
62 (7 hari)1
63 ( I 4 hari)/
( Faktor A )
Pemberian
I I I I I I
Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0.05)
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang
nyata (PC 0.05) dari rata-rata panelis terhadap kesukaan aroma daging "Sie
Reuboh" selama penyimpanan (lampiran 14 dan lampiran 22). Kemungkinan
hat ini disebabkan oleh komponen aromatik dari bumbulrempah yang
digunakan dalam pembuatan "Sie Reubohl1.Menurut Romans et a/., (1994)
pemanasan dapat menyebabkan protein asam amino bebas dari daging, dan
terbentuk komponen-komponen volatil. Akibat pemecahan lemak daging juiga
akan terbentuk komponen volatil seperti aldehid, keton, alcohol, asam dan
hidrokarbon. Aroma dari suatu produk daging sebagian besar disebabkan
oleh komponen-komponen volatil tersebut.
Gambar 12. Hasil organoleptik level pemberian asam cuka dan lama penyimpanan terhadap aroma "Sie Reuboh"
ini disebabkan oleh komponen volatil pembentuk aroma dari bumbulrempah
yang digunakan. Hasil pengamatan uji organoleptik untuk warna dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Rataan uji organoleptik untuk warna "Sie Reuboh"
I
TingkatI
Lama Penyimpanan ( Faktor B)I
1 I I I I I
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan tidak terdapat perbedaan Pemberian Asam
Cuka ( Faktor A )
yang nyata dari rata-rata panelis terhadap kesukaan warna daging "Sie
Reuboh" selama penyimpanan (Lampiran 16 dan Lampiran 24) B1 (0 hari)
0 7 14 2 1
HARl
- .
Gambar 13. Hasil organoleptik level pemberian asam cuka dan lama penyimpanan terhadap warna "Sie Reuboh"
B2 (7 hari) 83 (14 hari) B4 (21 hari)
Dari gambar diatas terlihat bahwa uji organoleptik terhadap warna
untuk tingkat pemberian asam tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap
perubahan warna daging "Sie Reuboh". Kemungkinan ha1 ini karena
pemberian kunyit, yang mempunyai komponen volatil serbagai pewarna dan
sebagai bahan pengawet sehingga dengan cara vakum tidak akan
memberikan perubahan terhadap warna. Menurut Barton et a/., (1988)
pudarnya warna dari produk-produk daging daging olahan disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu ; terkena cahaya ultraviolet secara langsung, pudar
karena ketengikan dan kerusakan kimia karena oksidasi.Hasil pengamatan uji
organoleptik untuk rasa dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan uji organoleptik untuk rasa "Sie Reuboh"
Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0.05)
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang
nyata (p < 0.05) dari rata-rata panelis terhadap kesukaan rasa asam daging
"Sie Reuboh" selama penyimpanan (Lampiran 15 dan Lampiran 23). Semakin Tingkat
Pem berian Asam Cuka
( Faktor A )
tinggi level asam diberikan terjadi peningkatan terhadap uji organoleptik. Lama Penyimpanan ( Faktor B)
Penyimpanan pada hari ke-7 terjadi sedikit penurunan terhadap rasa,
selanjutnya pada hari ke-14 dan 21 terjadi lagi peningkatan.
HARl
Gambar 14. Hasil organoleptik level pemberian asam cuka dan lama penyimpanan terhadap rasa "Sie Reuboh"
Lama penyimpanan dan interaksinya terhadap ievel asam memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap rasa asam "Sie Reuboh". Dalam keadaan segar dan setelah pemakuman mempunyai rasa yang tidak jauh berbeda. Hasil pengamatan uji organoleptik untuk penarnpakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Rataan uji organoleptik untuk penarnpakan "Sie Reuboh"
1
Tingkat Lama Penyimpanan ( Faktor B)I I I I I 1
Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0.05) Pem berian Asam
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang
nyata (p < 0.05) dari rata-rata panelis terhadap kesukaan penampakan
daging "Sie Reuboh" selama penyimpanan (Lampiran 17 dan Lampiran 25).
Nilai kesukaan penampakan rata-rata dipengaruhi oleh lama penyimpanan,
panampakan "Sie Reuboh" sebelum divakum rata-rata lebih bagus daripada
setelah pemakuman. Hal ini disebabkan kemungkinan terdenaturasinya
protein dan kerusakan oleh mikroorganisme yang tahan terhadap keadaan
kondisi anaerob. Selama penyimpanan terjadi penurunan kesukaan terhadap
penampakan. Pada hari ke-7 terjadi peningkatan dibandingkan hari ke-14
dan 21, kecuali pada level pemberian cuka 70 g terjadi peningkatan.
Gambar 15. Hasil organoleptik level pemberian asam cuka dan lama penyimpanan terhadap penampakan "Sie Reuboh"