• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gitosudarmo (2002:81), piutang merupakan aktiva atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gitosudarmo (2002:81), piutang merupakan aktiva atau"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Piutang

Menurut Gitosudarmo (2002:81), “piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit”. Pos piutang yang terdapat dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Piutang

Perputaran piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah penjualan kredit, sehingga didalam usaha pengendalian piutang dilakukan oleh perusahaan adalah melalui kebijaksanaan kredit yaitu harus memperhatikan tentang besarnya kebijaksanaan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan terhadap hasil produksinya. Menurut Riyanto (2002:85) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang, yaitu:

a. Volume Penjualan Kredit

Makin besar volume penjualan kredit yang dilakukan, makin besar pula investasi yang ditanamkan dalam piutang. Semakin besarnya volume penjualan kredit tiap tahunnyaberarti perusahaan itu harus menyediakan investasi lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar jumlah piutang berarti semakin besar resikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitasnya.

(2)

b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayar penjualan kredit dapat bersipat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada profitabilitasnya. Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya.

c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Pembatasan kredit juga harus ditetapkan oleh perusahaan dalam memberikan kredit. Makin tinggi pembatasan kredit yang ditetapkan bagi masing-masing langganan, berarti semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.

d. Kebijakan Dalam Mengumpulkan Piutang

Kebijakan pengumpulan piutang oleh perusahaan dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Apabila perusahaan menerapkan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif, artinya perusahaan melakukan penagihan sendiri, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Namun hal ini berbeda jika perusahaan menerapkan pengumpulan piutang secara pasif, maka investasi yang ditanamkan dalam piutang akan lebih besar.

e. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan

Kebiasaan membayar ini menyangkut pemenfaatan discount period oleh pelanggan, artinya semakin langganan ini memanfaatkan discount period, semakin kecil investasi yang ditanamkan dalam piutang.

3. Variabel-Variabel Penting Dalam Piutang

Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa variabel penting tersebut akan dijelaskan dibawah ini.

a. Standar kredit

Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang diberi kredit dan berapa jumlah yang dapat diberikan.

b. Persyaratan kredit

Adapun yang dimaksud dengan persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para langganan. 6

(3)

Menurut Syamsudin (2000:2006), “Persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu : potongan tunai, periode potongan tunai, dan periode kredit.”

c. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang

Kebijakan kredit ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan pengumpulan piutang berdasarkan pada umur piutang yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebijakan penagihan piutang menurut Sundjaja dan Barlian (2007:252) adalah “sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang dagang pada saat jatuh tempo”.

4. Rasio Perputaran Piutang

Rasio perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munawir (2002:75) yaitu:

Semakin tinggi (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

Maka menurut Syamsuddin (2000:49) tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

(4)

Rata-rata piutang diperoleh dengan cara sebagai berikut :

Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai.

5. Persediaan

Menurut Riyanto (2008:70), ”Persediaan merupakan elemen utama dari modal kerja yang berupa aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan.

Menurut IAI (2009:14.2), Persediaan adalah aktiva: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Menurut Soemarso (2002:384), “Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali.”

Persediaan mewakili barang yang diproduksi atau ditempatkan untuk produksi dalam perusahaan manufaktur, sedangkan dalam perusahaan dagang,

(5)

persediaan mewakili barang-barang yang tersedia untuk dijual. Definisi barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan berbeda sesuai dengan lingkup aktivitas dalam operasi perusahaan yang secara berkesinambungan dibutuhkan, diganti atau dijual kembali.

6. Jenis Persediaan

Dalam perusahaan dagang pada dasarnya hanya ada satu golongan persediaan yang sering disebut dengan persediaan barang dagangan, sedangkan menurut Riyanto (2008:71) persediaan dalam perusahaan manufaktur pada umumnya dapat digolongkan dalam 3 kategori utama, yaitu:

a. Persediaan bahan mentah (raw material inventory)

b. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) c. Persediaan barang jadi (finished good inventory)

7. Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Menurut Riyanto (2008:75), besar kecilnya persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

a. volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan.

b. volume produksi yang direncanakan

c. besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian d. estimasi tentang fluktuasi harga

e. peraturan pemerintah menyangkut persediaan minimal f. harga pembelian bahan mentah

g. biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang h. tingkat kecepatan material menjadi rusak

(6)

Kekurangan dapat berakibat larinya pelanggan, sedangkan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin kelancaran proses produksi. Para pedagang yang berhasil akan membeli dengan hati-hati untuk tetap menjaga perputaran barang yang diusahakannya tetap dalam tempo yang cepat.

8. Rasio Perputaran Persediaan

Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi penjualan dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil.

9. Rentabilitas dan Rentabilitas Ekonomis

Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba secara teratur. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan ukuran bahwa perusahaan tersebut rentabel, dengan demikian yang harus diperhatikan oleh manajemen atau pihak-pihak lain, ialah tidak hanya

(7)

bagaimana usaha untuk memperbesar laba tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.

Untuk mendapatkan laba yang baik maka perusahaan harus meningkatkan efisiensi atas penggunaan modal yang dimiliki perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Riyanto (2008: 29), yaitu :

“Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode waktu tertentu dan umumnya dirumuskan dengan L / M x 100% , dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang dihasilkan untuk menghasilkan laba tersebut .”

Rentabilitas suatu perusahaan diukur dari kemajuan perusahaan dan kemampuannya dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.

Modal yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas modal sendiri dan modal asing, sehubungan dengan adanya dua modal tersebut maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu :

a. Rentabilitas ekonomis menunjukkan persentase perbandingan antara laba operasi dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan. Yang dirumuskan sebagi berikut :

Laba operasi

RE = x 100% Modal asing + modal sendiri

(8)

b. Rentabilitas modal sendiri (return on equity) menunjukkan persentase perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik (laba setelah pajak) dengan modal sendiri. Yang dirumuskan sebagi berikut:

Laba bersih

RMS = x 100% Modal sendiri

Kedua rentabilitas tersebut mempunyai hubungan yang erat, sehingga dapat dipakai untuk mengambil keputusan yaitu :

a. Apabila rentabilitas ekonomis lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal asing.

b. Apabila rentabilitas ekonomis lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal asing. Karena rentabilitas modal asing akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal sendiri.

Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomis dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk menghasilkan laba.

Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital / asset). Demikian pula dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis

(9)

hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka laba yang diperoleh dari usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya deviden, kupon, dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.

Pendapat yang sejalan juga dikemukakan oleh Wild,et al (2005:65), yaitu : “Pengembalian suatu perusahaan dapat dinilai dari perspektif dasar

pendanaan keseluruhan, yaitu kewajiban ditambah ekuitas atau total aktiva. Pengembalian atas total aktiva merupakan ukuran efisiensi yang relevan. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (pendanaan) yang diberikan pada perusahaan.”

Rentabilitas ekonomis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Riyanto (2008:35), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis:

a. Profit margin, yaitu perbandingan antara net operating income (laba

opearsi) dengan net sales (penjualan bersih)yang dinyatakan dalam persentase. Dimana semakin tinggi profit margin maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis.

b. Turn Over of Operating Asset (Tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating asset (aktiva usaha) dalam suatu periode tertentu, yang diperoleh dengan membandingkan penjualan dengan total aktiva. Dimana semakin tinggi perputaran aktiva maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomis, maka dapat diketahui perkalian antara suatu rasio keuangan dengan rasio keuangan lainnya yang membentuk rasio rentabilitas ekonomis, yaitu:

RE = Profit Margin x Turn Over of Operating asset Net Operating Income Net sales

= x

Net Sales Operating Asset

Net Operating Income

=

(10)

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan maka rentabilitas ekonomis dapat diformulasikan sebagai berikut :

Laba sebelum bunga dan pajak

RE = x 100%

Total Aktiva

B.Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tabel penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan

tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1. Josephine H. Silalahi (2009) Pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI

- Perputaran persediaan - ROI

- Perputaran persediaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap rentabilitas ekonomis 2. Dian Hesti Pratiwi

(2007) Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI - Perputaran persediaan - ROI - perputaran persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomis,

3. Siti Kania (2006) Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi terhadap Tingkat Rentabilitas pada PT Pindad (Persero) Bandung - Perputaran persediaan - ROI - Perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi

4. Eka Priliya Dinantri

(2006)

pengaruh piutang terhadap rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk. - Perputaran piutang - ROI - Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi Sumber : Peneliti, 2009

(11)

1. Josephine H. Silalahi (2009)

Judul penelitian “Pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI”. Penelitian ini menggunakan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 2005-2007. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis.

2. Dian Hesti Pratiwi (2007)

Judul penelitian ”Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”. Penelitian ini menggunakan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 2004-2005. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

3. Siti Kania (2006)

Judul penelitian ”Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi terhadap Tingkat Rentabilitas pada PT Pindad (Persero) Bandung”. Penelitian ini menggunakan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan

(12)

menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 1997-2004. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif perputaran persediaan barang jadi terhadap rentabilitas ekonomis.

4. Eka Priliya Dinantri (2006)

Judu l penelitian “pengaruh piutang terhadap rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk.” Penelitian ini menggnakan Return On Euity (ROE) dalam mengukur rentabilitas. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pengaruh piutang terhadap profitabilitas memiliki pengaruh yang bernilai positif, searah dan sangat kuat.

C.Kerangka konseptual

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka konseptual ROI (Y) Perputaran piutang (X1) Perputaran Persediaan (X2)

Variabel independen Variabel dependen

H1

H2

H2

(13)

Menurut Syamsuddin (2000:49), semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang tertanam pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai. Dengan demikian, semakin meningkat perputaran piutang semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Menurut Riyanto (2008:69), adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Demikian sebaliknya, investasi yang terlalu kecil dalam persediaan akan mempunyai efek menekan keuntungan karena kekurangan material maka perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal.

Menurut Syamsuddin (2000:48), semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin efisien perusahaan dalam melakukan operasinya. Hal ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Pada umumnya rentabilitas perusahaan digunakan sebagai alat ukur pengendalian modal di dalam suatu perusahaan, karena dengan peningkatan laba saja masih belum cukup sebagai ukuran bahwa perusahaan telah menggunakan modal kerja secara efisien. Oleh karena itu perusahaan umumnya lebih mengarahkan usaha untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba

(14)

maksimal, dimana ROI (Return On Investment) sebagai alat ukur dari rentabilitas ekonomis.

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh dengan rentabilitas ekonomis, yang artinya semakin besar perputaran persediaan maka kemampuan perusahaan menghasilkan laba juga akan semakin meningkat, sementara perputaran piutang juga memiliki pengaruh terhadap rentabilitas ekonomis.

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2007:41), ”Menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

H1 : perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas

ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H2 : perputaran persediaan secar parsial berpengaruh terhadap rentabilitas

ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H3 : perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap

rentabilitas ekonomis secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Referensi

Dokumen terkait

Pilih prodi kemudian klik tombol Lanjut>>, maka akan tampil daftar dosen sesuai prodi yang dipilih pada daftar dosen tersebut terdapat jumlah mahasiswa yang diampu yang

Bagan alir view laporan menggambarkan aliran data yang dapat diakses oleh kepala tata usaha untuk melihat data laporan kunjungan, pengajuan usulan pustaka,

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena dengan berkat, rahmat, dan bimbingan – Nya, maka skripsi dengan judul Analisis Strategi Persaingan Bisnis

karena atas berkat, rahmat dan cinta-Nya yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efek Antiinflamasi Benzoil Eugenol secara Topikal terhadap Edema Kaki

Oleh karena itu, struktur pembentukan identitas etnik dalam arena ekonomi politik merupakan relasi dialektikal antara aktor dengan kelompok etnik sehingga membentuk

Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia mengundurkan diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia dapat

Melihat kuantitas dilakukan dengan cara analisis beban kerja untuk mengetahui jumlah optimal pegawai yang dibutuhkan untuk setiap Laboratorium yang didahului oleh

Tunjangan alat kelengkapan DPRD adalah tunjangan yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan atau Anggota DPRD Kabupaten Brebes sehubungan dengan kedudukannya sebagai Ketua atau