• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGENDALI LAMPU DENGAN TEKNOLOGI RS485 BERBASIS MIKROKONTROLER AVR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM PENGENDALI LAMPU DENGAN TEKNOLOGI RS485 BERBASIS MIKROKONTROLER AVR"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

i

MIKROKONTROLER AVR

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

oleh :

Agustinus Robby Sulistiawan

NIM : 025114045

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

TECHNOLOGY

Presented as Partial Fullfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Electrical Engineering Study Program

By :

Agustinus Robby Sulistiawan

Student Number : 025114045

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

v

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka,

sebagaimana layaknya karya ilmiah.”

Yogyakarta, 29 November 2007

Penulis

(6)

vi

Dengan tulus hati penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini kepada :

Alm.Papa Ngadiran, Mama samini, kakakku Asmarani,

Joko dan Adikku Ardhina tercinta

,

yang dengan setia mendoakan, memperhatikan, membimbing, mengasihi

dan menyayangiku.

Yohana Erika Pratama

yang dengan setia memberi spirit, perhatian dan kasih sayang.

Sahabat-sahabatku Teknik Elektro 2002

Yang selalu mendukung, memberi semangat serta masukkan

Konco-konco qu kost Patria

yang selalu mendukung dan memberi semangat.

Almamaterku

(7)

vii

“Segala perkara dapat ku tanggung didalam DIA yang memberi

kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)

Sukses berasal dari ”AKU BISA” gagal berasal dari ”AKUTIDAK

BISA”

(8)

viii

Berkembangnya bidang elektronika sekarang, membuat pengendalian terhadap alat-alat elektronika dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Teknologi RS-485 merupakan salah satu sistem komunikasi yang dapat digunakan dalam sistem pengendalian. Dimana dengan teknologi ini dapat menghubungkan 32 unit peralatan elektronika dengan menggunakan dua kabel saja.

Dengan memanfaatkan teknologi RS-485 maka dibuat suatu alat untuk mengendalikan lampu dari jarak jauh. Pengendalian menggunakan sebuah keypad

untuk menentukan kondisi lampu. Masukan data tersebut kemudian diolah oleh

control unit. Pada bagian ini terdapat 3 buah mikrokontroler ATMega8535 sebagai pusat pengendali. Sebuah mikrokontroler master berfungsi untuk menampilkan pada LCD lampu ke berapa yang ingin dikendalikan. Dan dua buah mikrokontroler slave berfungsi untuk mengolah data masukan dari keypad.

Tranmisi data antara mikrokontroler master dengan mikrokontroler slave

menggunakan sistem komunikasi serial RS-485.

Alat pengendali lampu ini sudah dicoba dan terbukti dapat bekerja dengan baik. Keadaan kondisi lampu sudah sesuai dengan masukan dari keypad.

Kata kunci : Pengendali lampu, aplikasi mikrokontroler ATMega8535, sistem komunikasi serial RS-485.

(9)

ix

controlling electronic apparatus. RS-485 technology is one of the communication system used in the control system. This technology can link 32 electronic apparatus with just two cable line.

By using the RS-485 technology we can construct a remote control for lamp. The control is using a keypad to determine the lamp condition. And then the input data is processed by the control unit. The unit consists of 3 ATMega8535 microcontrollers as the control central. A microcontroller master function is to display on the LCD which lamp to control. The other two microcontrollers function as a slave, the unit processed the input data from the keypad. The transmission data between the microcontroller master and the microcontroller slave is using the RS-485 serial communication system.

The lamp remote control has been tested and proved to work effectively. The lamp condition is the same with the input data from the keypad

Key word: The lamp remote control, ATMega8535 microcontroller application, RS-485 serial communication system.

(10)

x

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia, anugerah, dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Romo Ir. Greg. Heliarko SJ.,SS.,BST.,MA.,MSC Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak B. DjokoUntoro, S.Si., M.T. selaku pembimbing atas segala pemikiran, waktu dan tenaganya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir.

4. Seluruh dosen di Fakultas Teknik Elektro yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, yang telah mendidik dan membimbing penulis dalam memperdalam dunia Teknik Elektronika.

(11)

xi

7. Kakakku Asmarani, Joko dan adikku Ardhina yang telah memberi doa dan pengharapan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Kekasihku Rika yang memberi dukungan doa, semangat, waktu, cinta kasihnya dan kesabarannya.

9. My Big Family Padepokan Pomahan : Mas Gede, Mbak Nyoman, Putu, Mas Alex, Mas Bowo, Kang Ucup dan Kang Jum.

10. Konco-konco qu PATRIA: Andis, Angga, Leo, Yosef, Gompiz, Dadit n Tata, Ridho, Beni, Broto, Dedek, Kura2, Willy, Seul, Dedi n Anna, Ido, Summing, Ade, Bintoro, Dimas. Ayo sukseskan tradisi Patria KONCO.

11. Konco-konco qu teknik Elekro yang sudah membantu : Andis (thx dis bantuannya), Briatma, Iyok, Lele, Dhani, Deri, Andex, Bhule, Andreas PK, Tikus, Hari, Clement, Plentonx, Gepeng, Alex, Eric, Spadic, Koten, Pandu, Dhika, Ari, Rina, Ido, Denny, Sinung. semangat konco...!!

12. Konco-konco qu : Wisnu, Victor, Edit, Ranti. Mari kita berjuang jadi orang yang susses.

(12)

xii

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dari penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca semuanya.

Yogyakarta, November 2007

(13)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN………..III HALAMAN PENGESAHAN... IV HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….V HALAMAN PERSEMBAHAN ………...VI HALAMAN MOTTO...VII INTISARI...VIII ABSTRACT...IX KATA PENGANTAR...X DAFTAR ISI...XIII DAFTAR GAMBAR...XVI DAFTAR TABEL...XIX BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Judul...1

1.2 Latar Belakang...1

1.3 Tujuan Penulisan...2

1.4 Manfaat Penulisan...2

1.5 Perumusan Masalah...2

1.6 Batasan Masalah...3

1.7 Metologi Penelitian...3

1.8 Sistematika Penulisan...4

BAB II. DASAR TEORI 2.1 Mikrokontroler AVR...5

2.2 Mikrokontroler AVR ATMega8535...6

2.2.1 Arsitekture Mikrokontroler AVR ATMega85365...6

2.2.2 Fitur ATMega8535...7

2.2.3 Konfigurasi Pin ATMega8535...8

2.2.4 Peta Memori...10

(14)

xiv

2.4 Sistem RS 485……….……….17

2.4.1 Pengaturan Impedansi Terminal……….………...19

2.4.2 Pemberian Prasikap Pada Jaringan RS 485...20

2.4.3 Pengaman Jaringan RS 485 Terhadap Beda Potensial Listrik...22

2.5 Relay...26

BAB III. PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Blok...27

3.2 Perancangan perangkat keras...27

3.2.1 Minimum sistem mikrokontroler AVR...27

3.2.1.1 Mikrokontroler AVR ATMega8535...30

3.2.2 IC Komunikasi Serial RS 485...31

3.2.2.1 Konfigurasi Jaringan...32

3.2.2.2 Komponen Penyesuai Impedansi...33

3.2.2.3 Pemberian Prasikap pada jaringan...33

3.2.2.4 Pengamanan Beda Potensial Untuk Jaringan...36

3.2.3 Rangkaian Driver Lampu...37

3.2.4 Rangkaian Keypad...38

3.3 Perancangan perangkat lunak...39

3.3.1 Program Utama Master...39

3.3.2 Program Utama Slave...40

3.3.3 Program aktfkan LCD...41

3.3.4 Program Periksa Jalur... 42

3.3.5 Program Kirim Data...43

3.3.6 Program Baca Data Keypad...44

BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Cara Penggunaan Pengendali Lampu Jarak Jauh...48

4.2 Pengujian dengan perintah...49

(15)

xv

4.3.4 Pengamatan Rangkaian Driver...53

4.3.5 Transmisi Data Serial...54

4.4 Pengaruh data kabel terhadap sinyal data...57

4.5 Koneksi kabel...58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN...60

5.2 SARAN...60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

xvi

Gambar 2.1 Tampilan Pin ATMega8535 ... 8

Gambar 2.2 Memori Data dan Memori Program AVR ATMega8535 ... 11

Gambar 2.3 Status Register ATMega8535 ... 12

Gambar 2.4 Rangkaian reset eksternal ... 13

Gambar 2.5 Rangkaian Osilator ... 14

Gambar 2.6 Konstruksi dan cara kerja LCD ... 15

Gambar 2.7 Bentuk dan bagian LCD 16 x 2 ... 16

Gambar 2.7 Sinyal keluaran dari pemancar (driver)... 18

Gambar 2.8 Sinyal masukan untuk penerima (receiver). ... 18

Gambar 2.9 (a) Rangkaian Parallel Termination ... 20

Gambar 2.9 (b) Rangkaian AC-Coupled Termination ... 20

Gambar 2.10 Transceiver dengan resitor prasikap ... 21

Gambar 2.11 Pemisahan ground dengan isolasi optik ... 23

Gambar 2.12 Penyambungan ground data dan ground local dengan koneksi Resistor ... 24

Gambar 2.13 Sistem proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener ... 25

Gambar 2.14 Sistem proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener dan fuse seri ... 25

(17)

xvii

Gambar 3.4 ATMega8535 ... 31

Gambar 3.5 IC SN75176 ... 31

Gambar 3.6 Rangkaian RS-485 dengan konfigurasi multidrop 2 kabel ... 32

Gambar 3.7 Komponen penyesuai impedansi ... 33

Gambar 3.8 Rangkaian sistem komunikasi RS 485 ... 36

Gambar 3.9 Rangkaian pengaman dengan metode shunting device ... 37

Gambar 3.10 Rangkaian Driver Lampu ... 38

Gambar 3.11 Rangkaian keypad 3X4 ... 39

Gambar 3.12 Diagram alir program utama master ... 40

Gambar 3.13 Diagram alir program utama slave ... 41

Gambar 3.14 Diagram alir aktifkan LCD ... 42

Gambar 3.15 Diagram alir program periksa jalur ... 43

Gambar 3.16 Diagram alir program pengiriman data ... 44

Gambar 3.17 Diagram alir baca data keypad ... 45

Gambar 4.1 Alat pengendali lampu jarak jauh dengan teknologi RS-485... 46

Gambar 4.2 Rangkaian Master ... 47

Gambar 4.3 Rangkaian Slave ... 48

Gambar 4.4 Hasil pengamatan sinyal pada line B serial RS-485 ... 55

Gambar 4.5 Hasil pengamatan sinyal pada line A serial RS-485 ... 56

(18)

xviii

(19)

xix

Tabel 2.1 Pin tampilan LCD ... 16

Tabel 4.1 Kondisi lampu dengan perintah ... 50

Tabel 4.2 Hasil pengukuran catu daya ... 51

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul

Sistem Pengendali Lampu dengan teknologi RS 485 berbasis mikrokontroler AVR.

1.2 Latar Belakang

Sistem Penerangan bukanlah hal yang aneh lagi buat masyarakat kita. Bahkan banyak yang bergantung pada penerangan. Untuk penerangan sekarang kebanyakan orang menggunakan lampu. Tetapi terdapat sebuah permasalahan saat semakin banyak tempat yang ingin diterangi sehingga terdapat banyak pula lampu yang digunakan.

(21)

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah terwujudnya suatu alat yang dapat mengendalikan kondisi lampu dari jarak jauh melalui sistem komunikasi RS-485.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah : 1. Dapat dipergunakan di dalam rumah tangga, ataupun di perhotelan

untuk mengendalikan lampu dengan penggunaan kabel yang minimal. 2. Dapat menambah literatur(pustaka) tentang teknologi RS-485

menggunakan mikrokontroler seri ATMega8535 sebagai pengendali jarak jauh.

1.5 Perumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan pada pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengendalikan lampu dari jauh menggunakan mikrokontroler dan komunikasi RS 485?

2. Apakah sistem yang dirancang dapat bekerja dengan baik?

(22)

1.6 Batasan Masalah

Agar permasalahan yang ada tidak berkembang menjadi luas, maka perlu adanya batasan terhadap permasalahan yang akan dibuat yaitu: 1. Pengendalian lampu menggunakan 2 buah lampu.

2. Lampu yang digunakan ialah AC, 220V/5W

3. Unit masukan menggunakan tombol keypad.

4. Unit keluaran dinyatakan dengan kondisi lampu. 5. Unit komunikasi menggunakan RS 485.

6. Unit kendali menggunakan AVR dengan bahasa pemrograman assembly

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembuatan alat yaitu:

1. Mengumpulkan referensi dan literatur dari perpustakaan dan internet. 2. Menyusun referensi dan literatur yang ada dengan berkonsultasi

dengan dosen pembimbing.

3. Perancangan alat yang terkonsep meliputi perancangan perangkat lunak dan perangkat keras.

4. Pembuatan alat berdasarkan pada hasil perancangan. 5. Pengujian alat dan pengambilan data.

(23)

7. Penyusunan laporan.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi judul, latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, perumusan masalah, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Berisi dasar teori mengenai mikrokontroler AVR, LCD(Liquid Cristal Display), dan sistem RS 485.

BAB III PERANCANGAN

Beris perancangan perangkat keras (hardware) dan perancangan perangkat lunak (software) sebelum alat dibuat.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi bahasan tentang hasil pengujian alat dan analisa dari data hasil pengujian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(24)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Mikrokontroler AVR

Bagian ini akan menjabarkan Mikrokontroler AVR yang merupakan inti rangkaian yang dibangun. Beberapa bagian yang akan dibahas diantaranya yaitu mengenai arsitektur mikrokontroler, instruksi, mode pengalamatan memory dan program, serta periferal-periferal pendukung yang terdapat dalam mikrokontroler AVR .

Mikrokontroler adalah salah satu dari bagian dasar dari suatu sistem komputer. Meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari suatu komputer pribadi dan komputer mainframe, mikrokontroler dibangun dari elemen-elemen dasar yang sama. Secara sederhana, komputer akan menghasilkan output spesifik berdasarkan input yang diterima dan program yang dikerjakan.

Selain itu mikrokontroler merupakan alat yang mengerjakan instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya, bagian terpenting dan utama dari suatu sistem terkomputerisasi adalah program itu sendiri yang dibuat oleh seorang programmer. Program ini menginstruksikan komputer untuk melakukan jalinan yang panjang dari aksi-aksi sederhana untuk melakukan tugas yang lebih kompleks yang diinginkan oleh

(25)

Vegard’s Risc processor), mikrokontroler ini telah memiliki kapabilitas yang amat maju, tetapi dengan biaya ekonomis yang cukup minimal.

2.2 Mikrokontroler AVR ATmega8535

2.2.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR ATmega8535

Mikrokontroler AVR ATmega8535 merupakan mikrokontroler CMOS dengan daya rendah yang memiliki arsitektur AVR RISC (Reduced Instruction Set Computer) 8 bit, di mana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian besar instruksi dalam 1 (satu) siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Ini karena dalam MCS51 menggunakan CISC (Complex Instruction Set Computing). Arsitektur ini mendukung kemampuan untuk melaksanakan eksekusi dalam satu siklus clock

osilator. AVR memiliki fitur untuk menghemat konsumsi daya yaitu dengan mode sleep. Mode sleep dalam mikrokontroler AVR ada dua macam yaitu mode idle dan modepower-down .

Mikrokontroler AVR memiliki model arsitektur Harvard di mana memori dan bus untuk program dan data dipisahkan. Dalam arsitektur AVR ini, 32 register umum terhubung langsung ke ALU

processor. Hal ini yang membuat AVR memiliki kecepatan tinggi dalam mengeksekusi instruksi.

(26)

during execution atau memegang sambil mengerjakan. Hal ini berarti, dua operan dibaca dari dua register, dilakukan eksekusi operasi dan hasilnya disimpan kembali dalam satu register. Proses ini dilakukan dalam satu siklus clock.

Mikrokontroler ATmega8535 ini merupakan mikrokontroler 8 bit keluarga AVR yang memiliki beberapa fasilitas seperti :

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D. 2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.

3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan. 4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. Watchdog Timer dengan osilator internal.

6. SRAM sebesar 512 byte.

7. Memori Flash sebesar 8Kb dengan kemampuan Read While Write. 8. Unit interupsi internal dan eksternal.

9. Port antarmuka SPI.

10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi. 11. Antarmuka komparator analog.

12. Port USART untuk komunikasi serial.

2.2.2 Fitur ATmega8535

Kapabilitas detail ATmega8535 adalah sebagai berikut:

(27)

2

2. K E se

3. A 4. P

M 5. E

2.2.3 Kon

Gam ATm

Dari a. V b. A

Kapabilitas EEPROM (E

ebesar 512b ADC interna

Portal komun Mbps. Enam pilihan

figurasi Pin

mbar 2.1 ber mega8535

Gam

tampilan pin VCC : M AVCC : M

memori fla

Electrically

byte.

l dengan fid

nikasi seria

n mode sleep

n ATMega85

rikut ini me

mbar 2.1 Ta

n seperti dia Merupakan p Merupakan p

ash I8 KB,

Erasable P

delitas 10 bit al (USART)

p menghema

536

enunjukkan

ampilan Pin

atas dapat dij pin masukan pin masukan

, SRAM se

Programable

sebanyak 8 dengan kec

at penggunaa

tampilan p

ATmega853

jelaskan seba n tegangan se n tegangan A

ebesar 512

Read Only

channel.

cepatan mak

an daya listri

pin-pin mikr

35

agai berikut ebesar 5 volt ADC

byte dan

(28)

c. AREF : Merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

d. Reset : Merupakan pin reset, mikrokontroler akan merset program jika pin ini berlogika low selama 50ns.

e. GND : Merupakan pin ground

f. Port A : Merupakan pin I/O dua arah kelompok 8-bit bi-directional I/O Port (PA0 – PA7). Pada port ini juga berfungsi sebagai 8 bit channel ADC (ADC0 – ADC7).

g. Port B : Merupakan pin I/O dua arah kelompok 8-bit bi-directional

I/O Port (PB0 – PB7). Port B memiliki beberapa fungsi khusus yaitu T0 untuk input Timer dan T1 untuk input

counter, AIN0 dan AIN1 untuk input analog comparator. SS, MOSI, MISO, SCK untuk komunikasi serial SPI h. Port C : Merupakan pin I/O dua arah kelompok 8-bit bi-directional

I/O Port (PC0 – PC7). Port C memiliki beberapa fungsi khusus yaitu TOSC1,TOSC2, OC2 untuk input Timer Oscilator dan input komunikasi serial I2C yaitu SDA dan SCL.

i. Port D : Merupakan pin I/O dua arah kelompok 8-bit bi-directional I/O Port (PD0 – PD7). Port D memiliki beberapa fungsi khusus yaitu input interupsi eksternal (INTO dan INT1), komunikasi serial USART (TXD dan RXD) dan OC1B, OC1A, ICP1.

(29)

k. X-TAL2 : Merupakan output dari inverting osilator

2.4.1 Peta Memori

AVR ATmega8535 memiliki ruang pengalamatan memori data dan memori program yang terpisah. Memori data yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32 buah register umum, 64 buah register I/O, dan 512 byte

SRAM Internal.

Register keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah, yaitu $00 sampai $1F. Sementara itu, register khusus untuk menangani I/O dan kontrol terhadap mikrokontroler menempati 64 alamat berikutnya, yaitu mulai dari $20 hingga $5F. Register tersebut merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur fungsi terhadap berbagai periferal mikrokontroler, seperti kontrol register,

(30)

Gambar 2.2 Memori Data dan Memori Program AVR ATmega8535

Memori program yang terletak dalam Flash PEROM tersusun dalam word atau 2 byte karena setiap instruksi memiliki lebar 16-bit atau 32-bit. AVR ATmega8535 memiliki 4KbyteX16-bit Flash PEROM

dengan alamat muai dari $000 sampai $FFF tersebut memiliki 12-bit

Program Counter (PC) sehingga mampu mengalamati Flash.

Selain itu AVR ATmega8535 juga memiliki memori data berupa EEPROM 8-bit sebanyak 512 byte. Alamat EEPROM dumulai dari $000 sampai $1FF.

2.4.2 Status Register (SREG)

Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi di eksekusi. SREG merupakan bagian dari inti CPU mikrokontroler. Status Register ditunjukkan pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Status Register ATmega8535

(31)

Mikrokontroler ATmega8535 memiliki 130 macam instruksi. Instruksi-instruksi mikrokontroler AVR dapat dibagi sebagai berikut : a. Instruksi transfer data, instruksi ini berfungsi untuk transfer data antara

register keregister, memori ke memori, register ke memori, antarmuka ke register, dan antarmuka ke memori.

b. Instruksi aritmatika dan logic, instruksi aritmatika meliputi penjumlahan, pengurangan, penambahan satu (increament), dan pengurangan satu (decreament). Instruksi logika dan manipulasi bit, yang melaksanakan operasi AND, OR, XOR, perbandingan, penggeseran, dan komplemen data.

c. Instruksi Bit dan Bit-Test, yaitu instruksi untuk setting kondisi tiap bit, baik set maupun clear, bahkan ada beberapa variasi, seperti instruksi putar, hingga watchdog reset.

d. Instruksi percabangan, yang berfungsi mengubah urutan normal pelaksanaan suatu program menjadi sesuai yang dikehendaki. Dengan instruksi ini program yang sedang dilaksanakan akan mencabang ke suatu alamat tertentu. Instruksi percabangan dibedakan atas percabangan bersyarat dan percabangan tanpa syarat.

e. Instruksi stack, I/O dan kontrol, yang digunakan untuk mengatur penggunaan stack, membaca/menulis port I/O serta pengontrolan-pengontrolan.

(32)

a. Reset Eksternal

Keadaan reset terjadi apabila pin reset mendapat logika 0 selama lebih dari 50ns. Pin reset dihubungkan dengan resistor yang terhubung ke VCC, kapasitor, dan ground. Rangkaian reset eksternal ditunjukkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Rangkaian reset eksternal.

Penentuan reset eksternal dapat dilakukan dengan mengatur nilai resistor dan kapasitornya. Untuk membuat keadaan reset tegangan maksimal yang harus diberikan pada pin ini Vc = 0,85 Vcc (datasheet

AVR ATmega8535 ). Karena (1 RC) t e Vcc Vc − −

= maka dapat dicari nilai C1 dengan :

)

1

(

RC t

e

Vcc

Vc

=

Setelah ditentukan resistor yang digunakan, maka kapasitornya dapat dicari dengan : RC=0,5271×10−3

b. Osilator

(33)

dengan keluarga mikrokontroler MCS-51. AVR ATmega8535 membutuhkan waktu satu siklus clock untuk melakukan eksekusi terhadap suatu instruksi. rangkaian osilator ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rangkaian Osilator

2.3 LCD (Liquid Crystal Display)

(34)

Gambar 2.6 Konstruksi dan cara kerja LCD

Kaca bagian belakang mempolarisasi cahaya secara vertikal, sedang kaca bagian depan mempolarisasi cahaya secara horisontal. Ketika tidak terdapat medan listrik di antara kedua elektroda, kristal cair membentuk pola-pola yang acak, sehingga cahaya yang sudah terpolarisasi vertikal dapat berputar dan menembus kaca bagian depan yang terpolarisasi horisontal. Namun ketika suatu medan listrik diberikan di antara kedua elektroda, kristal cair akan membentuk pola yang seragam dan tidak ada cahaya yang diputar, sehingga tidak ada cahaya yang menembus kaca bagian depan. Dengan susunan dan bentuk pola elektroda

tertentu dapat dihasilkan huruf atau gambar yang akan ditampilkan.

Elektroda-elektroda yang tersusun pembentuk karakter atau gambar dihubungkan pada suatu pengendali. Untuk mengurangi banyaknya koneksi, pengendali menggerakkan elektroda-elektroda secara

multipeks. Namun dengan sistem multipleks mudah terjadi crosstalk.

Level-level tegangan digunakan untuk membagi tegangan catu ke

elektroda dan membentuk waveform tegangan yang dapat mengurangi terjadinya crosstalk. Selain itu level-level tegangan ini membangkitkan tegangan AC murni yang dapat menghindari rusaknya layar LCD akibat

electrophoresis.

(35)

karakter tersebut terbentuk dari susunan dot yang berukuran 8 baris dan 5 kolom dot. Gambar 2.7 merupakan bentuk dan bagian LCD 16x2. Sedangkan Pin pada LCD terdapat pada tabel 2.7.

Tabel 2. 1 Pin tampilan LCD

Nomor Simbol Nomor Simbol

1 VEE (0V) 9 DB2

2 VCC 10 DB3

3 GND 11 DB4

4 RS 12 DB5

5 R/W 13 DB6

6 E 14 DB7

7 DB0 15 A

8 DB1 16 K

2.4 SISTEM RS 485

Sistem RS 485 merupakan standar komunikasi multidrop

dengan menggunakan transmisi berimbang yang terhubung dalam satu jaringan. Dengan kata lain, RS 485 merupakan sistem komunikasi data secara serial yang dipakai untuk komunikasi multipoint seperti jaringan

(36)

memakai arsitektur slave dengan setiap slave mempunyai keunikan alamat dan hanya merespon paket-paket yang ditujukan kepada unit ini.

RS 485 tersedia dalam dua versi yaitu satu atau dua twisted pair. RS 485 yang menggunakan satu twisted pair disini semua alat dihubungkan ke twisted pair, jadi semua harus mempunyai driver dengan

tri_state. komunikasi berlangsung satu jalur di kedua arah. Sangat penting mencegah lebih banyak alat dalam satu pengiriman. RS 485 yang menggunakan dua twisted pair disini master harus mempunyai tri-state output karena alat slave mengirimkan melewati twisted pair yang kedua, yang dimaksudkan untuk mengirim data dari slave ke master. Cara ini memungkinkan untuk melaksanakan komunikasi multipoint dalam sistem. Sistem pentransmisian data secara serial dengan standar komunikasi serial RS-485 dikembangkan sejak tahun 1983 dan mampu mentransmisikan data yang cukup jauh yaitu 1,2 km.

Standar komunikasi serial RS-485 dapat diterapkan pada suatu jaringan telepon tunggal (party line) atau pada jaringan multidrop

(37)

sampai –6 V (sinyal maksimal) yang masih dapat diterima antara terminal A-B seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8b.

Gambar 2.8a Sinyal keluaran dari pemancar (driver)

Gambar 2.8b Sinyal masukan untuk penerima (receiver). 2.4.1 Pengaturan Impedansi Terminal

(38)

Pengaturan impedansi terminal dapat diabaikan bila delay propagasi saluran data lebih rendah dari lebar satu bit data.

Sebagai contoh sebuah sistem yang menggunakan kabel dengan panjang 600 meter, maka delay propagasi saluran dapat dihitung dengan mengalikan panjang kabel dengan kecepatan laju propagasi yang biasanya sebesar 66% sampai 75 % dari kecepatan cahaya (= 3 x108 m/s). Dengan panjang kabel 600 meter maka perjalanan bolak-balik data 1200 meter dengan laju propagasi 0,66 kecepatan cahaya sehingga delay

propagasi sebesar 6,06μs. Bila perjalanan data sebanyak tiga kali bolak-balik, pemantulan akan melemah maka sinyal akan stabil pada 18,18μs.

Padahal lebar satu bit data untuk 9600 baud adalah 104μs sehingga pada

kasus ini pengaturan impedansi terminal dapat diabaikan. Ada dua macam pengaturan impedansi terminal, yaitu:

1. Dengan parallel termination.

Yaitu dengan menambahkan resistor yang dipasang paralel sebagai penyesuai impedansi. Nilai resistor ini pada umumnya sebesar 100 Ω. Nilai ini didapatkan dari nilai impedansi intrinsik kabel penghantar transmisi seperti yang terlihat pada Gambar 2.9a

2. Dengan AC-couple termination.

(39)

kecil yang berfungsi untuk menghilangkan efek pembebanan DC seperti yang terlihat pada Gambar 2.9b.

2.4.2 Pemberian Prasikap Pada Jaringan RS-485

Ketika suatu jaringan RS-485 berada dalam keadaan idle

(menunggu), semua driver RS-485 menjadi penerima. Pada keadaan ini tidak ada driver yang aktif pada jaringan dan semua dalam keadaan

tristate. Tanpa ada yang mengendalikan jaringan, maka sistem dalam keadaan tidak menentu. Untuk menjaga status idle dalam keadaan jaringan kosong, perlu dipasangkan resistor yang dirangkai pullup dengan saluran data B terhadap VCC (umumnya bernilai +5 Volt) dan resistor pulldown

pada saluran data A terhadap ground. Gambar 2.10 memperlihatkan rangkaian transceiver dengan resistor prasikap.

(40)

Gambar 2.10 Transceiver dengan resitor prasikap

Untuk memperoleh nilai resistor prasikap adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing nilai impedansi untuk driver RS-485 adalah 12KΩ ( RS-422 And RS-485 Application Note) dan dirangkai secara paralel, sehingga jumlah beban (Rbeban) adalah

n

beban R R R R

R 1 ... 1 1 1 1 3 2 1 + + + + = ……….(1)

dengan n maksimal = 32

2. Jumlah beban dirangkai paralel dengan 1 resistor penyesuai impedansi, sehingga jumlah beban total (Rtotal) adalah

pi pi beban

total R R R

R

1 1 1

1 = + +

……….(2)

3. Nilai amplitudo sinyal minimal adalah 200mV, sehingga arus ( I )yang dihasilkan total R I 3 10 200× −

(41)

4. Untuk menciptakan arus prasikap sebesar I dengan tegangan catu 5V, sehingga resistor ( R )yang dibutuhkan sebesar

I

R= 5………..(4)

5. Resistor prasikap yang dipasangkan pada dua sisi yaitu antara VCC dengan line B dan line A dengan ground sehingga nilai resistansi prasikap (Rprasikap) adalah

2

R

Rprasikap = ……….(5)

2.4.3 Pengaman Jaringan RS-485 Terhadap Beda Potensial Listrik

Pada sistem komunikasi dengan standar RS-485 yang menggunakan dasar sistem perbedaan potensial sinyal, perbedaan sinyal maksimal 6 Volt, maka untuk sistem dengan jarak yang jauh besar nilai amplitudo sinyal dapat berbeda, karena setiap sistem menggunakan acuan

ground lokal yang berbeda. Untuk itu perlu kiranya dibedakan antara

ground sinyal dengan referensi sinyal komunikasi. Ground sinyal adalah

grounding lokal yang dapat juga mempunyai beda potensial terhadap

ground referensi.

(42)

1. Dengan memisahkan antara ground data dengan ground lokal /

casing / ground power. Caranya dengan menggunakan koneksi optik (dapat berupa optocoupler atau komponen optik yang lain). Gambar 2.11 memperlihatkan pemisahan ground dengan isolasi optik.

2. Menyambungkan ground data dan ground lokal / ground power

dengan menggunakan konektor dengan impedansi rendah / dapat berupa resistor dengan nilai resistansi kecil. Gambar 2.12 memperlihatkan gambar penyambungan ground data dan ground

lokal dengan koneksi resistor.

(43)

Gambar 2.12 Penyambungan ground data dan ground local dengan koneksi resistor.

Ada pula cara pengamanan yang lain yaitu dengan metode

shunting device. Metode ini memiliki dua cara yang memiliki kelebihan masing-masing:

1. Cara pertama dengan memasangkan dioda zener bolak-balik secara shunt terhadap ground ataupun terhadap masing-masing penghantar jaringan. Kelebihan cara ini yaitu dapat memberi proteksi terhadap yang tinggi tetapi kelemahannya memiliki batas ambang tegangan yang tinggi dan tingkat pengamanannya lambat. Gambar 2.13 memperlihatkan gambar sistem proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener.

2 Cara kedua dengan memasangkan dioda zener bolak-balik secara

(44)

(a)

(b)

Gambar 2.13 Sistem proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener

(45)

2.5 Relay

Relay merupakan suatu saklar meka elektronis, karena relay

bekerja secara mekanis dengan membutuhkan tegangan untuk elektronisnya. Relay mempunyai kontaktor seperti pada saklar manual tetapi dikendalikan dengan tegangan dari luar seperti pada Gambar 2.14.

Relay mempunyai dua keadaan yaitu NC (Normally Close) dan NO (Normally Open). Saat tidak ada tegangan yang masuk maka kondisi untuk kaki 5 adalah NC dan kondisi untuk kaki 4 adalah NO.

Gambar 2.15 Relay

LAMPU AC

VCC

K1

3 5

4 1 2

(46)

BAB III

PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok

Sistem pengendali lampu dengan teknologi RS 485 berbasis mikrokontroler AVR adalah suatu alat pengendali untuk menyalakan ataupun mematikan lampu dari jarak jauh. Diagram blok dari sistem kerja alat ini terdapat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Diagram blok rancangan sistem pengendali lampu dengan teknologi RS 485 berbasis mikrokontroler AVR

3.2 Perancangan perangkat keras

3.2.5 Minimum sistem mikrokontroler AVR

a. Reset Eksternal

(47)

Gambar 3.2. Rangkaian reset eksternal.

Pada perancangan ini digunakan waktu 1ms untuk mereset mikrokontroler. Penentuan reset eksternal dapat dilakukan dengan mengatur nilai resistor dan kapasitornya. Untuk membuat keadaan reset,

tegangan maksimal yang harus diberikan pada pin ini Vc = 0,85 Vcc

(datasheet AVR ATmega8535 ). Karena (1 RC) t e Vcc Vc − −

= maka dapat

dicari nilai C1 dengan :

)

1

(

RC t

e

Vcc

Vc

=

Vcc

e

Vcc

RC t

85

,

0

)

1

(

; t = 1ms

85 , 0 ) 1 ( 1 ≤ − −RC

ms e

1

85

,

0

1

RC ms

e

15 , 0 1 − ≤ − −RC
(48)

15 , 0 ln 1 RC ms

RC

ms

×

1

ln

0

,

15

15 , 0 ln

1ms RC≤−

3 10 5271 ,

0 × −

=

RC

Resistor yang digunakan sebesar 10kΩ, sehingga kapasitornya dapat dicari dengan:

3 10 5271 ,

0 × −

= RC 3 10 5271 , 0

10kΩ×C = × −

Ω × = − k C 10 10 5271 , 0 3 9 10 7114 ,

52 × −

=

C

Jadi kapasitor minimum yang dapat digunakan adalah 9

10 7114 ,

52 × − . Pada perancangan ini digunakan kapasitor 56 nF.

b. Osilator

(49)

Pada perancangan ini digunakan kristal osilator 4 MHz sebagai

input clock dengan dua kapasitor C2 dan C3 sebesar 22pF (datasheet AVR Hardware Design Consideration). Rangkaian osilator yang digunakan pada perancangan ini ditunjukan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Osilator kristal yang dihubung ke mikrokontroler AVR

3.2.1.1 Mikrokontroler AVR ATmega8535

ATmega8535 berfungsi sebagai master yang mengirimkan keadaan kondisi lampu, serta menampilkan perintah di LCD. Gambar 3.4 menunjukkan mikrokontroler AVR ATmega8535 .

Gambar 3.4 ATmega8535

AVR ATMega8535 XTAL2 C2 22pF 4 MHz XTAL1 C3 22pF

R SN 75176 D SN 75176 KOL 2 KEY PAD

DE BRS 1 KEY PAD

RS LCD

KOL 3 KEY PAD DB1 LCD

DB0 LCD

RESET RE E LCD DB6 LCD BRS 3 KEY PAD

BRS 4 KEY PAD

DB3 LCD DB7 LCD BRS 2 KEY PAD

DB4 LCD KOL 1 KEY PAD

(50)

3.2.5 IC Komunikasi Serial RS-485.

Komponen utama yang digunakan pada komunikasi serial standar RS-485 pada perancangan ini adalah SN75176 yang merupakan seri 7517x buatan Texas Instrument. Data yang ditransmisikan oleh IC ini dikirim dalam bentuk perbedaan tegangan yang ada pada pin A dan B. Gambar 3.5 menunjukkan IC SN75176

Gambar 3.5 IC SN75176

SN75176 berfungsi sebagai pengirim data atau penerima data tergantung dari kondisi kaki-kaki kontrolnya yaitu DE dan RE. Apabila DE dan RE berlogika ‘0’, maka SN75176 berfungsi sebagai penerima data, sedangkan bila kaki DE dan RE berlogika ‘1’, maka SN75176 berfungsi sebagai pengirim data.

3.2.2.1 Konfigurasi Jaringan

Komunikasi RS-485 memiliki kemampuan tiga keadaan (tristate). Yaitu mengeluarkan sinyal, menerima sinyal dan keadaan terbuka (high impedance) maka dapat dikonfigurasikan untuk komunikasi

half-duplex. Jadi setiap mikrokontroler dari masing-masing rangkaian

(51)

slave dapat mengirimkan data serial secara bergantian. Gambar 3.6 menunjukkan konfigurasi multidrop 2 kabel.

Gambar 3.6 Rangkaian RS-485 dengan konfigurasi multidrop 2 kabel

3.2.2.2 Komponen Penyesuai Impedansi

Penyesuai impedansi pada jaringan diperlukan agar sinyal data yang dikeluarkan dari masing-masing mikrokontroler slave dapat diterima dengan sempurna oleh mikrokontroler master dan menghidari terjadinya

(52)

Gambar 3.7 Komponen penyesuai impedansi

3.2.2.3 Pemberian Prasikap pada Jaringan

Pemberian prasikap tegangan pada jaringan baik prasikap positif maupun prasikap negatif dimaksudkan untuk menghindari keadaan sinyal yang tidak menentu saat tidak ada data (keadaan menunggu / idle). Pemberian prasikap ini dengan cara memasangkan resistor prasikap antara

line B dengan ground dan resistor antara line A dengan VCC (+5V). Rancangan sistem komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Memiliki 2 resistor penyesuai impedansi 120Ω, yang akan dipasangkan paralel dengan rangkaian RS-485.

2. Impedansi tiap rangkaian komunikasi RS-485 sebesar 12KΩ ( RS-422 and RS-485 Application Note) baik untuk pengirim maupun penerima. 3. Direncanakan ada 3 rangkaian komunikasi serial RS-485 (1 buah

pengirim dan 2 buah penerima).

(53)

- Jumlah beban keseluruhan 3 rangkaian, masing-masing nilai impedansinya 12KΩ dan dirangkai secara paralel sehingga jumlah beban adalah 3 2 1 1 1 1 1 R R R

Rbeban = + +

3 3 3 10 12 1 10 12 1 10 12 1 1 × + × + × = beban R 3 10 12 3 1 × = beban R Ω = K Rbeban 4

- Jumlah beban dirangkai paralel dengan 2 resistor penyesuai impedansi 120Ω, hasilnya adalah :

pi beban

total R R

R

2 1

1 = +

120 2 10 4 1 1 3 + × = total R 3 10 12 203 1 × = total R 203 10 12× 3 =

total

R

Ω =59,11 total

R

- Nilai amplitudo sinyal minimal 200mV (perhitungan nilai minimal positif) dibagi dengan nilai beban 59,11Ω menghasilkan arus

11 , 59

10 200× −3

=

(54)

mA I =3,38

- Untuk menciptakan arus prasikap sebesar 3,38mA dengan tegangan catu 5V, resistor yang dibutuhkan sebesar

3 10 38 , 3 5 − × = R Ω =1479,2

R

- Resistor prasikap yang dipasangkan pada dua sisi yaitu antara VCC dengan line B dan line A dengan ground maka nilai resistor prasikap adalah 2 2 , 1479 = prasikap R 6 , 739 = prasikap R

Karena nilai resistor 739,6 Ω tidak terdapat di pasaran, maka dipilih nilai yang mendekati 739,6 Ω yaitu 560Ω diseri dengan 220Ω. Atau harga untuk total resistor adalah 780 Ω. Gambar 3.8 menunjukkan Rangkaian Sistem Komunikasi RS-485

Gambar 3.8 Rangkaian sistem komunikasi RS 485

(55)

3.2.2.4 Pengamanan Beda Potensial Untuk Jaringan

Pada jaringan komunikasi yang menyambungkan antar rangkaian yang masing-masing memiliki catu daya sendiri dibutuhkan suatu pengaman jaringan terhadap beda potensial listrik. Metode yang digunakan pada rangkaian ini yaitu metode shunting device. Metode

shunting device dilakukan dengan memasangkan dioda zener yang dipasang bolak-balik antara line jaringan dan ground.

Nilai dioda zener yang digunakan merupakan nilai maksimal tegangan untuk tiap line jaringan. Dalam hal ini nilai maksimal tegangan tiap line jaringan adalah 6 Volt. Gambar 3.9 menunjukkan rangkaian pengaman dengan metode shunting device.

Gambar 3.9 Rangkaian pengaman dengan metode shunting device.

3.2.5 Rangkaian Driver Lampu

Rangkaian driver lampu berguna untuk menghidupkan lampu. Pada rangkaian ini terdapat resistor, transistor NPN, infra merah,

(56)

terang, sinar infra merah dari LED dapat dipancarkan ke phototransistor. Hal ini membuat phototransistor mendapat suplai arus pada basis dan membuat phototransistor aktif. Keluarannya bernilai besar, dan dianggap

short. Pada keadaan tersebut, maka relay akan terpicu.

Pada saat keadaan gelap, LED infra merah tidak dapat memancarkan cahaya ke phototransistor. Hal ini membuat phototransistor

tidak mendapat suplai arus ke basis yang mengakibatkan phototransistor

tidak aktif. Keluarannya bernilai kecil, pada keadaan itu terjadi threshold. Relay tidak akan terpicu untuk menghidupkan lampu. Gambar 3.10 menunjukkan rangkaian driver lampu

Gambar 3.10 Rangkaian Driver Lampu

Dari rangkaian driver dapat diketahui besar tegangan di kaki

colector (VC) dan besar tegangan di kaki colector emitter (VCE) pada saat lampu menyala atau transistor cut Off.

-Tegangan pada kaki colector (VC) , diketahui VLed adalah 1,4 Volt (data

(57)

3

- T

3.2.4 Kon

kabe kone dan k

peng untu

VC = VC = VC = 5V = 3 V Tegangan pa

VCE = V = 3 = 3 eksi kabel

Kabe el Twisted pa

ektornya dig kabel Twiste

Gambar

Dari giriman data uk level tegan

CC - VR3 - V

CC – I3R3 - V

V - 6mA .100 Volt

ada kaki cole

VC – VE V – 0V Volt

el yang digu

air (TP) yan gunakan RJ 4

ed pair.

3.11 konekt

8 kabel ma a, dua kabel

ngan +12 Vd VLed

VLed

0Ω - 1,4V

ector emiter

unakan untu g didalamny 45. gambar 3

tor RJ 45 dan asing-masing

untuk level dc. Gambar

(VCE)

uk pengirim ya terdapat 8 3.11 menunj

n kabel Twis

g terbagi me l tegangan + 3.12 menunj

man data me 8 buah kabel,

jukkan kone

sted pair

enjadi dua k + 5Vdc dan jukkan kone

nggunakan , dan untuk ektor RJ 45

(58)

Gambar 3.12 Koneksi kabel

3.2.5 Rangkaian Keypad

Pada perancangan ini, keypad yang digunakan adalah keypad

3X4. Sistem kerjanya adalah dengan scanning process, yaitu dengan melakukan pemeriksaan terus menerus yang dilakukan oleh mikrokontroler.

(59)

Gambar 3.13 Rangkaian keypad 3X4

3.3 Perancangan Perangkat lunak

3.3.1 Program Utama Master

Pada perancangan ini, master menggunakan mikrokontroler ATmega8535. Yang mempunyai fungsi memberi perintah kepada slave ATmega8535 untuk menghidupkan lampu dan memberi tampilan di LCD. Sebelum menggunakan sistem komunikasi RS 485, jalur pada sistem komunikasi tersebut akan diperiksa sibuk atau tidak.. Jika jalur sibuk, mikrokontroler akan menunggu sampai jalur tidak sibuk, baru pengiriman data dapat dilakukan. Gambar 3.14 merupakan diagram alir dari program utama master.

(60)

Gambar 3.14 Diagram alir program utama master

3.3.2 Program Utama Slave

(61)

melihat alamat yang dikirimkan oleh master kemudian melakukan eksekusi. Pada Gambar 3.15 merupakan diagram alir dari program utama

slave.

Gambar 3.15 Diagram alir program utama slave

3.3.3 Program Aktifkan LCD

(62)

atau 8x7 dot. Gambar 3.16 merupakan diagram alir program untuk mengaktifkan LCD

Gambar 3.16 Diagram alir aktifkan LCD

3.3.4 Program Periksa Jalur

(63)

START

AKTIFKAN TIMER

CEK BIT RXD

JIKA RXD=1

JALUR TIDAK SIBUK

TUNGGU SAMPAI TIMER OVER FLOW

END

RESET TIMER

YA

TDK

Gambar 3.17 Diagram alir program periksa jalur

3.3.5 Program kirim data

Pengiriman data menggunakan RS 485 berlangsung secara half duplex. Master berfungsi sebagai pengirim,. Begitu juga dengan slave

(64)

Gambar 3.18 Diagram alir program pengiriman data

3.3.6 Program Baca Data Keypad

Tahap pertama mikrokontroler menentukan kolom yang akan diperiksa dengan cara mengirim data ke satu baris. Dengan demikian hanya tedapat satu baris yang aktif. Kemudian mikrokontroler akan membaca kolom yang ditekan secara satu persatu untuk mengetahui tombol yang ditekan.

(65)
(66)

m s d j

H

B menyatakan sesuai denga dapat meng jarak jauh. A

Gamba

HASIL PE

Bab ini akan bahwa alat an perancan endalikan k Alat pengend

ar 4.1 Alat p

ENGAMA

n membahas yang telah d ngannya. Fun keadaaan lam dali lampu ja

pengendali la

BAB IV

ATAN DAN

data yang te dirancang da

ngsi utama mpu menya arak jauh ini

ampu jarak j

N PEMBA

elah diambil apat bekerja dari alat ya ala (ON) at ditunjukkan

auh dengan

AHASAN

l dan pembah dengan baik ang dibuat a tau padam ( n pada gamb

teknologi R

hasan yang k dan sudah adalah agar (OFF) dari bar 4.1

(67)

d R

B

R

A dua (2) slave

Rangkaian m

• Mik • LCD • Keyp

• Ran • Catu Bentuk fisik

Rangkaian s

Alat pengen

e.

master terdir krokontroler D berfungsi s

pad 3x4 ber ngkaian komu

u daya denga k rangkaian m

slave terdiri d Mikrokontr Rangkaian data.

ndali lampu j

ri dari: ATmega 85 sebagai tamp fungsi sebag unikasi RS-4 an level tega

master dapat

Gambar 4

dari : roler ATmeg

komunikas

jarak jauh in

35 berfungs pilan gai input per

485 berfung angan 5 Vdc

t dilihat pada

4.2 Rangkaia

ga 8535 berf si RS-485 b

ni terdiri ata

i sebagai un

rintah ke mik si sebagai si

dan 12Vdc a gambar 4.2

an master

fungsi sebag berfungsi seb

as satu (1) m

nit kontrol

krokontroler istem transm

2.

gai unit kontr bagai sistem

master dan

misi data.

rol

(68)

B

3

Bentuk fisik

3.2.4 Cara

adala peng deng lamp “Lam Deng tamp deng Rangkaian menyala (O k rangkaian s

a Pengguna

Dala ah menghidu gendalian da gan kondisi a Nom pu ke satu. S mpu 1”. Pe

gan meneka pilan ON yan

Untu gan meneka

driver be ON) atau pad

slave dapat d

Gamba

aan Pengend

am menjalan upkan powe

apat dilakuk awal lampu a mor satu (1)

Setelah nom erintah selan an tanda bin

ng menyatak uk membuat an kembali

erfungsi seb dam (OFF) dilihat pada g

ar 4.3 Rangk

dali Lampu

nkan alat ini

er supply. Se an dengan c adalah padam pada keypad

mor 1 ditekan njutnya ada ntang (*) pad

kan bahwa la t kondisi lam

keypad nom

bagai pengko

gambar 4.3

kaian slave

Jarak Jauh

, langkah pe etelah tampi cara meneka m (OFF).

d digunakan n, pada LCD alah memasu da keypad, p ampu nomor

mpu nomor mor satu

ondisi kead

h

ertama yang ilan pada LC an tombol ke

n untuk men D akan kelua

ukkan kond pada LCD a r satu (1) me r satu (1) O (1). Setelah

daan lampu

g dilakukan CD keluar,

eypad 3x4,

ngendalikan ar tampilan disi lampu. akan keluar enyala. OFF adalah

(69)

ditekan, pada LCD akan keluar tampilan “ Lampu 1”. Perintah selanjutnya adalah memasukkan kondisi lampu. Dengan menekan tanda pagar (#) pada keypad, pada LCD akan keluar tampilan OFF yang menyatakan bahwa lampu nomor satu (1) padam.

Nomor dua (2) pada keypad digunakan untuk mengendalikan lampu ke dua. Begitu seterusnya hingga keypad nomor sembilan (9) digunakan untuk mengendalikan lampu ke 9. Tanda bintang (*) pada

keypad digunakan untuk menghidupkan lampu. Sedangkan untuk memadamkan lampu menggunakan tanda pagar (#) pada keypad.

3.2.4 Pengujian dengan perintah

Sesuai perancangan pada pengendali lampu ini, terdapat dua rangkaian slave yang dihubungkan pada rangkaian master. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja dari sistem, jika ada rangkaian slave yang tidak dihubungkan dengan rangkaian master.

4.2.1 Pengujian dengan perintah pada satu

rangkaian slave

Pada kondisi ini menggunakan satu rangkaian master dan satu rangkaian slave. Perintah dari keypad hanya berfungsi untuk lampu ke satu atau untuk lampu ke dua saja. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.1 ternyata perintah dengan menggunakan satu slave

(70)

Tabel 4.1 Kondisi lampu dengan perintah pada satu slave

Slave ke satu

Tombol yang ditekan Lampu ke 1

1 * ON

1 # OFF

2 2 x

1 1 x

Slave ke dua

Tombol yang ditekan Lampu ke 2

2 * ON

2 # OFF

2 2 x

1 1 x

4.2.2 Pengujian dengan perintah pada dua rangkaian slave

Pada kondisi ini menggunakan satu rangkaian master dan dua rangkaian slave. Perintah dari keypad berfungsi untuk lampu ke satu dan lampu ke dua. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.2 ternyata perintah dengan menggunakan dua slave dapat bekerja dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa alat dapat bekerja tanpa bergantung pada jumlah slave

Tabel 4.2 Kondisi lampu dengan perintah pada dua slave

Tombol yang ditekan

Lampu ke I

Lampu ke II

1 * ON

2 * ON

1 # OFF

2 # OFF

1 1 x x

* * x x

Keterangan:

x: tidak ada perubahan

Keterangan:

(71)

3.2.4 Pengujian perangkat keras

Pengujian perangkat keras ini meliputi bagian catu daya, bagian kendali (ATMega 8535), bagian komunikasi (RS-485), bagian

keypad, dan bagian driver.

4.3.1 Rangkaian Catu Daya

Sesuai dalam perancangan, perangkat keras menggunakan satu buah catu yang mempunyai dua level tegangan. Untuk tegangan +5Vdc digunakan LM 7805 yang secara konsisten menyediakan suplai tegangan +5Vdc. Level tegangan +5Vdc digunakan sebagai Vcc bagi mikrokontroler. Sedangkan tegangan +12Vdc digunakan untuk mengaktifkan relay pada driver.

Keluaran LM 7812 adalah 11Vdc. Dengan error sebesar E=

12 11

x 100% = 8,3% tetap dapat untuk mengaktifkan relay sebesar 6Vdc.

Pada data sheet, tegangann Vcc untuk LCD sebesar 5Vdc. Tegangan dari catu sudah memenuhi tegangan referensi LCD. Tabel 4.3 menunjukkan hasil dari pengukuran tegangan catu daya pada tiap rangkaian. Untuk rangkaian slave berjarak 50 cm dari master.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran catu daya

Catu daya 5V (regulator LM7805) Hasil pengukuran

Rangkaian master 5V

Rangkaian slave 1 4,9V

(72)

LCD 5V

Pada tabel, pengamatan dengan mengukur keluaran dari LM 7805 tidak semuanya bernilai 5Vdc. Hal tersebut terjadi dikarenakan pengaruh dari panjangnya kabel yang digunakan. Tabel 4.4 merupakan hasil pengamatan jarak panjang kabel dari master ke slave.

Tabel 4.4 Pengamatan panjang kabel

Jarak Tegangan pada slave

10 Meter 4,1 Volt

20 Meter 3,5 Volt

30 Meter 3,2 Volt

40 Meter 2,9 Volt

Pada pengamatan panjang kabel, terdapat perubahan level tegangan dengan jarak yang berbeda-beda. Semakin panjang kabel, tegangan yang diterima oleh slave akan semakin kecil. Pada jarak 40 meter tegangan yang diterima oleh slave adalah 2,9 volt. Keadaan ini tetap membuat slave masih bekerja, karena tegangan minimum yang dapat diterima oleh mikrokontroler 2,7 volt. Untuk tegangan maksimum yang dapat diterima oleh mikrokontroler 5,5 volt (data sheet microcontroller ATmega8535).

4.3.2 Rangkaian Kendali (Mikrokontroler ATmega 8535)

(73)

slave. Setiap rangkaian terdapat mikrokontroler yang menjadi pengendalinya. Mikrokontroler pada master berfungsi sebagai control unit

dengan input masukan berupa Keypad, display unit yang berupa LCD dan sistem komunikasi RS-485. Sedangkan mikrokontroler pada slave

berfungsi sebagai penerima data dan menjadi sumber input bagi rangkaian

driver.

4.3.3 Pengujian Keypad

Keypad merupakan sumber input bagi mikrokontroler. Data yang masuk harus bisa dibaca oleh mikrokontroler. Dengan sistem

scanning process pemeriksaan dilakukan terus menerus oleh mikrokontroler. Pin pada PC3 yang merupakan baris pertama, diaktifkan dengan memberi logika high, kemudian mikrokontroler akan memberi logika low pada pin PC0 yang merupakan kolom pertama. Jika terdapat perubahan logika pada baris pertama, dari logika high menjadi logika low, hal itu menunjukkan angka pada keypad yang ditekan adalah satu (1).

(74)

juga yang terjadi pada baris kedua, ketiga dan keempat, yang terletak pada pin PC4, pin PC5, dan pin PC6.

• Untuk level tegangan low memiliki batas minimum dan maksimum yaitu:

¾ Batas minimum = ─ 0,5V

¾ Batas maksimum = 0,2Vcc−0,25 = 0,2×5−0,25

= 0,75 Vdc

Untuk level tegangan high memiliki batas minimum dan maksimum yaitu:

¾ Batas minimum = 0,2Vcc+1

= 0,2×5+1

= 2 Vdc

¾ Batas maksimum = Vcc+0,5

= 5+0,5

= 5,5 Vdc

Pada pengujian keypad didapat data level tegangan low sebesar 0Vdc sedangkan level tegangan high sebesar 4Vdc. Data level tegangan yang didapat dari pengamatan atau pengujian dapat dibaca dengan baik oleh mikrokontroler karena tidak melebihi batas minimum dan maksimumnya.

(75)

Rangkaian driver berfungsi untuk memberi kondisi keadaan lampu menyala (ON) atau padam (OFF). Masukan pada rangkaian driver

terhubung pada mikrokontroler ATmega8535 di pin PD4. Pengamatan keluaran tegangan pada rangkaian driver dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data tegangan pada rangkaian driver

Tegangan Keadaan Nyala (ON) Keadaan Padam (OFF)

Vi 0,4 Volt 4,8 Volt

VCE 2,4 Volt 0,5 Volt

VC 2,8 Volt 0,5 Volt

VCE phototransistor 0,1 Vdc 10 Vdc

Sesuai dengan perancangan telah diketahui keluaran tegangan di kaki colector (VC) dan di kaki colector emitter (VCE). Pada tabel 4.6 dapat dilihat keluaran tegangan dengan perhitungan

Tabel 4.6 Perhitungan tegangan pada rangkaian driver

Tegangan Keadaan Nyala (ON) Keadaan Padam (OFF)

Vi 0 Volt 5 Volt

VCE 3 Volt 0 Volt

VC 3 Volt 0 Volt

(76)

Pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 terdapat perbedaan tegangan antara teori dengan perhitungan data. Tabel 4.7 merupakan hasil dari perhitungan galat antara data teori dengan data praktek. Nilai galat yang didapat masih masuk dalam batas toleransi. Hal itu terbukti rangkaian

driver bekerja sesuai dengan input yang diberikan untuk menghasilkan kondisi lampu. % 100 Pr % = − × Teori aktek Teori Galat

Tabel 4.7 Perhitungan galat

Tegangan Keadaan Nyala (ON) Keadaan Padam (OFF)

Vi ~ 4%

VCE 20% ~

VC 6,6% ~

VCE phototransistor ~ 16%

4.3.5 Transmisi data serial

Transmisi data serial pada alat ini adalah transmisi data antara rangkaian master dan rangkaian slave yang menggunakan sistem komunikasi RS-485. Dalam mentransmisikan data dihubungkan dengan kabel twisted pair.

Pada pengamatan ini dilakukan saat rangkaian master

mengirimkan data dengan isyarat informasi 01h ke tiap-tiap rangkaian

(77)

sama maka pada slave akan melanjutkan proses yang berakhir dengan keadaan kondisi lampu. Tetapi jika tidak sama akan diabaikan oleh

slave.

Dengan menggunakan osiloskop digital dapat dilihat bentuk sinyal yang dikirimkan. Sinyal yang tampak pada gambar 4.4 merupakan sinyal pada line B atau sinyal pada saluran transmisi yang terhubung dengan pin 7 IC SN75176 (Output inverting).

Gambar 4.4 Hasil pengamatan sinyal pada line B serial RS-485

(78)

Gam TTL (RX kelu tiap amp Gamba

mbar 4.5 H

IC S L yang berfu D) mikroko aran dari pe bitnya tidak litudonya be

ar 4.6 Siny

Hasil pengam

SN75176 ber ungsi sebaga ontroler AT enerima RS-4 k berbeda de

erubah menja

yal masukan

matan sinyal

rguna untuk ai sinyal ma Tmega8535.

485 berupa engan sinyal

adi 4,4V.

untuk RXD

pada line A

k mengubah asukan untu Dari gamb sinyal digita digital form Mikrokontr

A serial RS-4

sinyal deng uk port seria bar 4.6 terli al format TT mat RS-485

roler ATmeg 85

gan format al pin PD0 ihat sinyal TL, periode

akan tetapi

(79)

3.2.4 Pengaruh panjang kabel terhadap sinyal data

Pada sistem ini, dilakukan pengujian koneksi dari rangkaian master ke rangkaian slave dengan menggunakan kabel penghantar. RS-485 mampu mentransmisi sinyal data pada medium kabel sejauh 1,2 Km. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan kabel sejauh 10 meter, 20 meter, 30 meter dan 40 meter.

• Pengamatan sinyal data pada line A format RS-485 saat koneksi sejauh 10 meter, dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Sinyal data line A format RS-485 pada jarak 10 meter

• Pengamatan sinyal data pada line A format RS-485 saat koneksi sejauh 20 meter, dapat dilihat pada gambar 4.8.

(80)

• Pengamatan sinyal data pada line A format RS-485 saat koneksi sejauh 30 meter, dapat dilihat pada gambar 4.9.

Gambar 4.9 Sinyal data line A format RS-485 pada jarak 30 meter

• Pengamatan sinyal data pada line A format RS-485 saat koneksi sejauh 40 meter, dapat dilihat pada gambar 4.10.

(81)

terjadi linier, dapat dibuat suatu grafik panjang kabel dimana dapat diketahui maksimal panjang kabel yang dapat digunakan. Gambar 4.11 merupakan gambar grafik panjang kabel.

Gambar 4.11 Grafik panjang kabel terhadap tegangan yang dikirim

Dari grafik dapat dilihat, dengan penurunan sebesar 0.3 volt tiap 10 meternya. Pada jarak 100 meter didapat besar amplitudo 400 mV. Dalam hal ini sistem komunikasi serial RS-485 masih mampu untuk menerima sinyal data. Hal itu terjadi dikarenakan pada penerima (reciever) RS-485 secara teoritis mampu menerima data dengan nilai amplitudo sinyal minimal +200mV sampai -200mv (data sheet SN75176). Jarak 100 meter dapat digunakan jika tegangan minimum dan maksimum pada slave adalah 2,7 volt dan 5,5 volt (data sheet microcontroller ATmega8535).

Grafik panjang kabel

3.1 2.8 2.5 2.2 1.9 1.6 1.3 1 0.7 0.4 0.1 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

10 30 50 70 90 110

m eter

vo

(82)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan dan pengujian dari alat yang telah dibuat berdasarkan hasil rancangan, maka pada bab ini dapat diambil kesimpulan dan beberapa saran yang berguna untuk pengembangan alat.

5.1 KESIMPULAN

1. Alat pengendali lampu jarak jauh ini dapat bekerja dengan baik. Hal ini terbukti dari perintah yang diberikan oleh keypad dapat menyalakan (ON) ataupun mematikan (OFF) lampu yang diinginkan.

2. Alat tetap bekerja dengan baik, walaupun hanya terdapat satu rangkain slave yang terhubung pada rangkaian master.

3. Sistem komunikasi serial RS-485 pada alat ini mampu mengendalikan sampai 9 lampu dengan kabel penghantar sejauh 40 meter.

5.2 SARAN

(83)

DAFTAR PUSTAKA

__________,2007, AVR Microcontroller ATmega8535 Datasheet,

http://www.atmel.com, Atmel Semiconductor.

___________, 2007, SN75176 RS 485Datasheet, http://www.datasheet4u.com

Wardhana Lingga,2006, Mikrokontroler AVR seri ATMega8535, ANDI OFFSET, Yogyakarta

__________,1996, Device Specification For PHOTOCOUPLER Model No. PC817 Datasheet,

http://www.datasheetcatalog.com

__________,1992, RS-422 and RS-485 Application Note

Robert Boylestad,1996, Electronic Device And Circuit Theory, PRENTICE HALL Englewood Cliffs, New Jersey

___________, 1999, BC 546; BC 547 NPN general purpose transistorDatasheet, http://www.datasheet4u.com

___________, 1999, The concise LCD data sheet,

http://www.senet.com

(84)
(85)
(86)

; MASTER

.nolist ;Suppress listing of include file .include"m8535def.inc" ;Define chip particulars

.list ;

.equ fclock =4000000 .equ baud_rate =9600

.equ ubbr_value =(fclock/(16*baud_rate))-1 .def digit4 =R07

.def digit3 =R08

.def digit2 =R09 .def digit1 =R10 .def timeout =R11 .def delay1 =R12 .def delay2 =R13 .def delay3 =R14

.def temp =R16

(87)

.cseg

.org 0x000

rjmp RESET

;

RESET:

ldi temp,high(RAMEND)

out SPH,temp

ldi r16,low(RAMEND)

out SPL,temp

ldi temp,0xFF

out DDRA,temp

ldi temp,0b11111000

out DDRC,temp

ldi temp,0b11111111

out PORTC,temp

ldi temp,0xFF

out DDRD,temp

ldi temp,0b00000011

out DDRB,temp

sbi PortC,3

sbi PortC,4

sbi PortC,5

(88)

sbi PortB,2

sbi PortB,3

rcall initlcd rcall initUSART

ldi temp,0b00000001

rcall write_inst

ldi zl,low(Awal*2)

ldi zh,high(Awal*2)

rcall tulis

ldi temp,0b11000000

rcall write_inst

ldi zl,low(Awal1*2)

ldi zh,high(Awal1*2)

rcall tulis

rcall Ldelay

lagi:

cbi PortC,3

sbi PortC,4

sbi PortC,5

sbi PortC,6

rcall delay

sbis PinC,0

(89)

rcall delay

sbis PinC,1

rcall dua

rcall delay

sbis PinC,2

rcall tiga

sbi PortC,3

cbi PortC,4

sbi PortC,5

sbi PortC,6

rcall delay

sbis PinC,0

rcall empat

rcall delay

sbis PinC,1

rcall lima

rcall delay

sbis PinC,2

rcall enam

sbi PortC,3

sbi PortC,4

cbi PortC,5

(90)

rcall delay

sbis PinC,0

rcall tujuh

rcall delay

sbis PinC,1

rcall delapan

rcall delay

sbis PinC,2

rcall sembilan

sbi PortC,3

sbi PortC,4

sbi PortC,5

cbi PortC,6

rcall delay

sbis PinC,0

rcall bintang

rcall delay

sbis PinC,1

rcall nol

rcall delay

sbis PinC,2

rcall kres

(91)

; satu:

ldi temp,0b00000001 rcall write_inst

ldi temp,'L'

rcall write_data

ldi temp,'a'

rcall write_data

ldi temp,'m'

rcall write_data

ldi temp,'p'

rcall write_data

ldi temp,'u'

rcall write_data ldi temp,' ' rcall write_data

ldi temp,'1'

rcall write_data

ldi temp,1

rcall kirimSlave ret

dua:

(92)

rcall write_inst

ldi temp,'L'

rcall write_data

ldi temp,'a'

rcall write_data

ldi temp,'m'

rcall write_data

ldi temp,'p'

rcall write_data

ldi temp,'u'

rcall write_data ldi temp,' ' rcall write_data

ldi temp,'2'

rcall write_data

ldi temp,2

rcall kirimSlave ret

tiga:

ldi temp,0b00000001 rcall write_inst

ldi temp,'L'

(93)

ldi temp,'a' rcall write_data

ldi temp,'m'

rcall write_

Gambar

Gambar 2.3 Status Register ATmega8535
Gambar 2.4 Rangkaian reset eksternal.
Gambar 2.5 Rangkaian Osilator
Gambar 2.8b Sinyal masukan untuk penerima (receiver).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berawal dari kontak sosial dan komunikasi sosial dari keduanya hubungan interaksi sangat berpengaruh antara Etnik Muna dan Etnik Bugis di kelurahan Alolama ada

membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang- undangan perpajakan daerah yang terdapat

menerimanya, 59 sebab dengan harta warisan kebutuhan ekonomi ahli waris akan terpenuhi, tetapi sebagian ahli waris yang tingkat ekonominya telah terpenuhi tidak. mengharapkan lagi

Konservasi adalah sebuah proses yang bertujuan memperpanjang umur warisan budaya bersejarah, dengan cara memlihara dan melindungi keotentikan dan maknanya dari

wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Kedungkandang, Sukun, Klojen, Blimbing dan Lowokwaru. Kota Malang memiliki ketinggian antara 440 – 667 meter di atas permukaan air laut. Kota

If Harga1 Cukup And Harga2 Cukup And Harga3 Baik And Kualitas1 Baik And Kualitas2 Buruk And Kualitas3 Buruk And Harga7 Cukup And Jumlah1 Cukup And Jumlah2

Pelaksanaan penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan menurut ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Skripsi dengan judul “Problematika Pembelajaran Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Studi Kasus di MTs Al-Huda