• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengendali Jarak Jauh Menggunakan Handphone Pada Lampu Rumah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pengendali Jarak Jauh Menggunakan Handphone Pada Lampu Rumah"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGENDALI JARAK JAUH MENGGUNAKAN HANDPHONE PADA LAMPU RUMAH

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

RIADI 052408063

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERSETUJUAN

Judul : SISTEM PENGENDALI JARAK JAUH

MENGGUNAKAN HANDPHONE PADA LAMPU RUMAH

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : RIADI

Nomor Induk Mahasiswa : 0524063

Program Studi : AHLIMADYA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di: Medan 18 Juli 2008

Diketahuai oleh Ketua Program Studi,

D3 Fisika Instrumentasi Pembimbing

Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc Drs.Kerista Tarigan,M.Eng,Sc Nip.132050870 Nip.131 569 411

(3)

PERNYATAAN

SISTEM PENGENDALI JARAK JAUH MENGGUNAKAN HANDPHONE PADA LAMPU RUMAH

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa laporan ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia serta perlindungan-Nya kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan

(5)

ABSTRAK

Ponsel yang kita miliki, selain dapat digunakan sebagai alat komunikasi juga dapat digunakan untuk mengendalikan peralatan-peralatan elektronik dari jarak jauh, dengan memanfaatkan komunikasi DTMF (Dual Tone Multi Frequency).

Saat terjadi penekanan pada salah satu tombol yang ada pada ponsel, maka akan dihasilkan tone yang akan dikirimkan ke ponsel penerima. Tone ini kemudian diterjemahkan oleh IC DTMF dekoder (IC MT8870) sehingga menjadi data biner. Data biner ini kemudian diolah oleh stasiun pengendali dan dianggap sebagai suatu perintah untuk menghidupkan/mematikan lampu tertentu yang terdapat pada stasiun pengendali.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ... ..ii

Pernyataan. ... .iii

Penghargaan. ... .iv

Abstrak... ..v

2.1. Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF) ... ..6

2.2. Transistor Sebagai Saklar... ..7

2.3 Relay ... 11

2.4 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 ... 13

2.5 Kontruksi AT89S51 ... 14

2.6 Perangkat Lunak ... 20

2.6.1 Bahasa Assembly MCS-51 ... 20

2.6.2Program yang diisi pada Mikrokontroler AT89s51 pada alat ... 24

2.6.3Software 8051 Editor,Assembler,Simulator (IDE)………...30

2.6.4 Software Downloader ... 31

BAB III Perancangan Sistem ... 32

3.1 Diagram Blok ... 32

3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA) ... 34

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 ... 35

3.4. Perancangan Rangkaian Penguat ... 37

3.5. Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder ... 38

3.6. Perancangan Rangkaian DTMF Generator ... 39

3.7. Perancangan Rangkaian Relay ... 41

3.8. Perancangan Rangkaian Sensor Arus ... 43

(7)

BAB IV Pengujian Dan Analisa Sistem ... 48

4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya ... 48

4.2 Pengujian Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 ... 48

4.3. Pengujian Rangkaian Penguat ... 50

4.4. Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder ... 50

4.5 Pengujian Rangkaian Relay ... 51

4.6. Pengujian Rangkaian Sensor Arus ... 52

4.7. Pengujian Rangkaian Buzzer...52

BAB V Kesimpulan Dan Saran ... 54

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA... 57

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.5 Fungsi –fungsi dari Port 3 pada Mikrokontroler AT89S5 ... 18

Tabel 3.6 Kombinasi nada tone ... 40

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran tegangan input OP-Amp ... 50

Tabel 4.4 Hasil output yang dihasilkan dari tombol-tombol Handphone ... 51

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Keyset Equitment Telepon DTMF ... .7

Gambar 2.2 Transistor sebagai Saklar ON... .8

Gambar 2.2.1 Karakteristik daerah saturasi pada transistor ... ..9

Gambar 2.2.2 Transistor Sebagai Saklar OFF ... 10

Gambar 2.3 Simbol Relay dan Rangkaian Driver ... 12

Gambar 2.5 IC Mikrokontroler AT89S51 ... 17

Gambar 2.6.3 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) ... 30

Gambar 2.6.4 Software ISP- Flash Programmer 3.0a ... 31

Gambar 3.1 Diagram blok rangkaian ... 32

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA) ... 34

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 ... 35

Gambar 3.4 Rangkaian Penguat ... 37

Gambar 3.5 Rangkaian DTMF Dekoder ... 38

Gambar 3.6 Rancangan Rangkaian DTMF Generator ... 39

Gambar 3.7 Rangkaian Relay ... 41

Gambar 3.8 Rangkaian Sensor Arus ... 43

Gambar 3.9 Flowchart ... 45

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sistem pengendalian merupakan hal yang penting di bidang teknologi dan industri. Banyaknya peralatan, terutama peralatan elektronik yang harus dikendalikan atau luasnya suatu wilayah (misalnya gedung atau pabrik) yang peralatan-peralatan elektroniknya harus dikendalikan, sehingga dibutuhkan suatu ruang kendali yang dapat mengendalikan peralatan-peralatan elektronik tersebut.

Namun akan ada masalah jika ruang kendali ada di beberapa tempat, sehingga untuk mengendalikan peralatan elektronik tersebut, seseorang harus berpindah dari satu tempat pengendalian ke tempat pengendalian berikutnya, cara seperti ini akan memakan banyak waktu.

(11)

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas diperlukan suatu alat yang dapat mengendalikan lampu-lampu atau peralatan-peralatan elektronika dari jarak jauh, misalnya dengan menggunakan ponsel. Sehingga dengan demikian semua peralatan elektronik dapat dikendalikan dari jarak yang jauh dengan menggunakan ponsel.

Untuk merancang alat seperti ini dibutuhkan sebuah sebuah alat/komponen yang dapat mengendalikan peralatan peralatan elektronika tersebut. Kemampuan ini dimiliki oleh sebuah komputer (PC), namun tidaklah efisien jika harus menggunakan komputer hanya untuk keperluan tersebut diatas. Untuk itu komputer dapat digantikan dengan sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan sebuah chip atau IC yang di dalamnya terdapat sebuah prosessor dan flash memori yang dapat dibaca/tulis sampai 1000 kali, sehingga biaya pengembangan menjadi murah karena dapat dihapus kemudian diisi kembali dengan program lain sesuai dengan kebutuhan.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah alat yang dapat mengendalikan peralatan elektonik dari jarak jauh dengan menggunakan ponsel berbasis mikrokontroler AT89S51.

(12)

akan dikendalikan. Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak dari sistem, yang berfungsi mengambil data yang diterima dari IC DTMF decoder kemudian mengolahnya untuk dapat mengendalikan hidup/matinya lampu, setelah itu memerintahkan IC DTMF generator untuk mengirimkan sinyal kepada pemilik yang menunjukkan lampu-lampu mana yang hidup.

I.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai pusat kendali dari sistem pengendalian peralatan elektronik dari jarak jauh dengan menggunakan ponsel.

2. Memanfaatkan ponsel untuk mengendalikan peralatan-peralatan elektronik dari jarak jauh.

3. Membuat alat sederhana yang dapat mengendalikan peralatan-peralatan elektronik dari jarak jauh.

I.4 Batasan Masalah

Mengacu pada hal diatas, saya membuat alat yang dapat mengendalikan peralatan elektronik dari jarak jauh dengan menggunakan ponsel dengan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S51.

(13)

3. Lampu dapat dihidupkan/dimatikan dengan menekan tombol-tombol pada ponsel pemilik.

4. Ponsel yang digunakan adalah jenis Nokia.

I.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat yang dapat mengendalikan peralatan elektronik dari jarak jauh dengan menggunakan ponsel, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II. DASAR TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware dan software), serta bahasa program yang digunakan.

(14)

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat yang mempunyai enam blok utama, yaitu DTMF decoder dan DTMF Generator serta cara kerjanya, mikrokontroler AT89S51, Relay, Lampu beban dan sensor arus. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB IV. PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktifkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(15)

DASAR TEORI

2.1. Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF)

Dewasa ini hampir semua telepon yang ada sudah menggunakan tombol tekan yang disebut pesawat Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF). Pada pesawat telepon jenis ini setiap tombol membangkitkan nada sebagai pengganti pulsa dial. Nada ini dihasilkan dari kombinasi dua frequensi yang berbeda. Kedelapan frekuensi ini dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok frekuensi rendah dan kelompok frekuensi tinggi. Gambar 2.2 memperlihatkan keyset equitment dari sebuah pesawat telepon DTMF.

(16)

Gambar 2.1 : Keyset Equitment Telepon DTMF

2.2. Transistor Sebagai Saklar

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti pada gambar 2.2

(17)

Gambar 2.2 : Transistor sebagai Saklar ON

Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturi adalah :

Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB

(18)

BE

Jika tegangan VB BE

B

telah mencapai , maka transistor akan saturasi,

dengan Ic mencapai maksimum.

Gambar 2.21 dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat) adalah harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan pada lembar data. Biasanya VCE

Gambar 2.2.1 : Karakteristik daerah saturasi pada transistor

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open). Keadaan ini menyebabkan tegangan (V

(sat) hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada arus kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar 2.21 dikenal sebagai daerah saturasi.

CB) sama dengan tegangan sumber (Vcc). Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat

Titik Sumbat (Cut off)

(19)

arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini2.2.2.

Gambar 2.2.2 :Transistor Sebagai Saklar OFF

Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan tegangan kerja transistor (VBE) sehingga arus basis (IB

hfe I

I C

B =

) = 0 maka :

………(2.19)

IC = IB . hfe ….………(2.20)

IC = 0 . hfe ………..………(2.21)

IC = 0 ………..(2.22) Hal ini menyebabkan VCE sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :

Vcc = Vc + VCE …………..………(2.23)

VCE = Vcc – (Ic . Rc) …..………(2.24) Saklar Off

Vcc Vcc

IC R

RB

VB

IB VBE

(20)

VCE

a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus

= Vcc …..………(2.25)

2.3 Relay

Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan dalam suatu rangkaian.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :

b. Normaly Close (OFF), saklar akan tertutup bila dialiri arus

(21)

terminal A, sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor.

Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada gulungan kawat. Bentuk relay yang digunakan da bentuk relay dengan rangkaian driver dapat dilihat pada gambar2.3.

Gambar 2.3 : Simbol Relay dan Rangkaian Driver Vcc

Tr VB

Dioda

(22)

2.4Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara missal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebetuhan pasar, mikrokontelor hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat Bantu dan mainan yang lebih canggih.

Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam penggunaan mikrokontroler adalah aplikasi mesin tiket dalam arena permainan yang saat ini terkenal di Indonesia. Jika kita sudah selesai bermain, maka akan diberikan suatu nilai, nilai inilah yang menentukan berapa jumlah tiket yang bisa diperoleh dan jika dikumpulkan dapat ditukar dengan berbagai macam hadiah. Sistem tiket ini ditangani dengan mikrokontroler, karena tidak mungkin menggunakan computer PC yang harus dipasang disamping (atau di belakang) mesin permainan yang bersangkutan.

(23)

Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu sistem akuisisi data sekaligus sistem pengiriman data secara serial (melalui pemancar), yang semuanya itu bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada sistem computer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

2.5Kontruksi AT89S51

(24)

frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi rangkaian osilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler. Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori progam. Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah baku dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

(25)

Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup. Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasa. AT89S51

mempunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7).

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri (RXD dan TXD) diletakan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1 di kaki nomor 2 dan 3, seningga kalau sarana input/ouput yang bekerja menurut fungsi waktu. Clock penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1. T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/ouput parelel kalau T0 dan T1 dipakai.

(26)

Gambar 2.5 : IC Mikrokontroler AT89S51

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 : VCC (Pin 40)

Suplai tegangan GND (Pin 20) Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

(27)

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, por ini akan mempunyai internal pull up.

Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial) P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial) P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal) P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal) P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0) P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori) P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

(28)

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle. ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal. EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal. XTAL2 (pin 18)

(29)

2.6 Perangkat Lunak

2.6.1 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10 instruksi. Instruksi –instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai. Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h ...

... MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

(30)

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol. Contoh ,

MOV R0,#80h Loop: ...

...

DJNZ R0,Loop ...

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh : ...

ACALL TUNDA ...

TUNDA:

... .

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,

(31)

TUNDA:

... RET

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh, Loop:

... ... JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:

JB P1.0,Loop ...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:

(32)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu. Contoh,

Loop:

...

CJNE R0,#20h,Loop ...

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya.

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

DEC R0 R0 = R0 – 1 ...

10. Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

(33)

11. Dan lain sebagainya

2.6.2 Program yang diisi pada Mikrokontroler AT89S51 pada alat

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

2.6.3 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya pada gambar 2.6.3.

Gambar 2.6.3 : 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble (di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

(40)

2.6.4 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet. Tampilannya seperti gambar 2.6.4:

Gambar 2.6.4 : Software ISP- Flash Programmer 3.0a

(41)

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

3.1. Diagram Blok

Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan menggunakan HP, memiliki 6 blok utama. Yaitu DTMF dekoder, DTMF transmiter, Mikrokontroler AT89S51, relay, lampu beban dan sensor arus. Diagram blok rangkaian tampak seperti gambar 3.1 berikut :

(42)

Gambar di atas merupakan gambar diagram blok dari rangkaian pengendali peralatan elektronik jarak jauh dengan menggunakan HP. Jika ada yang menghubungi HP, maka akan terjadi komunikasi DTMF antara HP pengguna dengan HP yang berada pada rangkaian, Selanjutnya mikrokontroler akan mengambil data dari output IC DTMF dekoder. IC DTMF dekoder ini berfungsi untuk mengubah data tone yang dikirimkan oleh HP menjadi 4-bit data biner sebagai outputnya. Output ini dihubungkan ke mikrokontroler AT89S51, sehingga mikrokontroler AT89S51 mendeteksi 4-bit data biner tersebut dan data ini akan dianggap oleh mikrokontroler sebagai perintah untuk mengerjakan sesuatu (mengaktifkan/menonaktifkan relay). Langkah selanjutnya mikrokontroler akan membandingkan data yang masuk dengan data yang telah diprogramkan dalam mikrokontroler, kemudian mengerjakan perintah (mengaktifkan/menonaktifkan relay tertentu) sesuai dengan data yang diterima. Relay yang aktif akan menyebabkan lampu yang dihubungkan ke relay tersebut menyala. Setiap lampu dihubungkan ke sensor arus, sehingga jika lampu menyala, maka sensor arus yang terhubung ke lampu tersebut akan aktif dan mengirimkan sinyal tertentu ke mikrokontroler AT89S51.

(43)

Vreg

3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari tiga keluaran, yaitu (+) 5 volt, (+) 12 volt dan (–) 12 volt. Keluaran (+) 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian,

keluaran (+) 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay dan keluaran (-) 12 volt untuk mensupplay tegangan negatif Op-Amp. Rangkaian tampak seperti gambar 3.2 di bawah ini:

Gambar 3.2 : Rangkaian Power Supplay (PSA)

(44)

5V

dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan (+) 12 volt DC langsung dihasilkan oleh regulator

tegangan LM7812. Dan tegangan (-) 12 volt dihasilkan oleh regulator tegangan LM7912.

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian mikrokontroler ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh rangkaian yang ada pada alat ini. Gambar rangkaian mikrokontroler AT89S51 ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut ini :

(45)

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3. Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground. Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.

Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke positif dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen ini berfungsi agar programpada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah power aktif. Lamanya waktu antara aktifnya power pada IC mikrokontroler dan aktinya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika dihitung maka lama waktunya adalah :

10 10 1 det

t= =ΩR x C K =x µF m ik

Jadi 1 mili detik setelah power aktif pada IC kemudian program aktif.

(46)

300

3.4. Perancangan Rangkaian Penguat

Rangkaian penguat ini berfungsi untuk menguatkan sinyal yang diterima oleh HP (kabel speaker pada hansfree). Karena sinyal yang diterima oleh HP sangat kecil, sehingga dibutuhkan penguat. Rangkaian penguat dapat dilihat pada gambar 3.4

Gambar 3.4. Rangkaian Penguat

Komponen utama dari rangkaian ini adalah Op Amp 741, yang merupakan IC penguat. Pada rangkaian ini terjadi penguatan sebesar :

(47)

Vc

3.5. Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder.

Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah nada tone yang diterima menjadi 4 bit data biner. Rangkaian DTMF decoder datunjukkan oleh gambar 3.5 berikut ini :

Gambar 3.5. Rangkaian DTMF Dekoder.

Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC MT8870. IC ini merupakan IC DTMF decoder. IC ini akan merubah tone yang ada pada inputnya menjadi 4 bit data biner. Jika tone yang diterimanya tone 1, maka output dari rangkaian ini adalah 0001, tone yang diterimanya tone 2, maka output dari rangkaian ini adalah 0010, demikian seterusnya.

(48)

R4

yang dikirimkan oleh rangkaian ini untuk kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk melaksanakan instruksi selanjutnya.

3.6. Perancangan Rangkaian DTMF Generator

Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah data biner menjadi tone untuk kemudian dikirimkan melalui line telepon, sehingga hp penerima dapat mengetahui nada tone yang dikirim. Rangkaian DTMF generator ditunjukkan oleh gambar 3.6 berikut ini.

Gambar 3.6 : Rancangan Rangkaian DTMF Generator

(49)

Kombinasi yang diperlukan untuk mengirimkan nada tone tertentu adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 : Kombinasi nada tone

(50)

4.7k

2SC945 Relay VCC

12V

Sensor Arus

Lampu Beban

Mikrokontroler

3.7. Perancangan Rangkaian Relay.

Rangkaian relay ini berfungsi untuk menghidupkan/mematikan lampu beban. Rangkaian relay ini ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut ini :

Gambar 3.7 : Rangkaian Relay

Komponen utama dari rangkaian ini adalah relay. Relay ini memisahkan tegangan rendah dari rangkaian dengan tegangan tinggi dari lampu beban yang dihubungkan dengan sumber tegangan 220 volt PLN.

(51)

Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan transistor tipe NPN. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif relay dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt, keadaan ini menyebabkan tidak aktif.

Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika relay dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini. Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara normal dioda ini tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinonaktifkan, pada saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor, yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.

(52)

opto

Relay

1.0k

100nF

4.7k

VCC 5V

Mikrokontroler Lampu Beban

3.8. Perancangan Rangkaian Sensor Arus

Rangkaian sensor arus ini berfungsi untuk mengetahui apakan lampu dalam keadaan hidup atau mati. Rangkaian sensor arus ditunjukkan oleh gambar 3.8 di bawah ini :

Gambar 3.8 . Rangkaian Sensor Arus.

(53)
(54)
(55)

Keterangan Flowchart:

Program diawali dengan start yang berarti rangkaian diaktifkan. Kemudian program akan menunggu sinyal DTMF. Jika ada sinyal DTMF maka program akan membandingkan nilai yang masuk dengan nilai 9 atau * atau #. Nilai 9 merupakan perintah untuk menghidupkan lampu, Nilai * merupakan perintah untuk mematikan lampu dan Nilai # merupakan perintah untuk mengetahui status lampu.

Jika nilai yang masuk sama dengan 9 ,maka program akan membandingkan nilai berikutnya dengan nilai 1, 2, 3 sampai 8. Jika nilai yang diterima sama dengan 1, maka program akan menghidupkan lampu 1, selanjutnya program akan kembali ke rutin awal untuk mendeteksi pengiriman sinyal DTMF berikutnya. Jika nilai yang diterima sama dengan 2, maka program akan menghidupkan lampu 2. Hal yang sama juga terjadi untuk nilai 3 sampai dengan nilai 8.

Jika nilai yang masuk sama dengan * ,maka program akan membandingkan nilai berikutnya dengan nilai 1, 2, 3 sampai 8. Jika nilai yang diterima sama dengan 1, maka program akan mematikan lampu 1, selanjutnya program akan kembali ke rutin awal untuk mendeteksi pengiriman sinyal DTMF berikutnya. Jika nilai yang diterima sama dengan 2, maka program akan mematikan lampu 2. Hal yang sama juga terjadi untuk nilai 3 sampai dengan nilai 8.

(56)
(57)

PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya

Pengujian pada bagian rangkaian catu daya ini dapat dilakukan dengan mengukur

tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Dari

hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran pertama sebesar + 4,9 volt. Sedangkan

tegangan keluaran kedua adalah sebesar +11,9 volt. Dan tegangan keluaran ketiga

sebesar – 12,1 volt.

4.2 Pengujian Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51

Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini

dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah LED indikator,

dimana transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan hidup/mati

LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktif dan sebaliknya LED

akan mati jika transistor tidak aktif. Tipe transistor yang digunakan adalah PNP A733,

dimana transistor ini akan aktif (saturasi) jika pada basis diberi tegangan 0 volt (logika

low) dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan 5 volt (logika

high). Basis transistor ini dihubungkan ke pin I/O mikrokontroler yaitu pada kaki 28

(58)

Langkah selanjutnya adalah mengisikan program sederhana ke mikrokontroler

AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut :

Loop:

Cpl P2.7

Acall tunda

sjmp loop

tunda:

mov r7,#255

tnd:

mov r6,#255

djnz r6,$

djnz r7,tnd

ret

Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P2.7 selama selang

waktu tunda. Jika logika pada P2.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian jiga

sebaliknya jika logika pada P2.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.

Logika low akan mengaktifkan transistor sehingga LED akan menyala dan

logika high akan menonaktifkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian

program ini akan membuat LED berkedip terus-menerus. Jika LED telah berkedip

terus menerus sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian

(59)

4.3. Pengujian Rangkaian Penguat

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan cara mengukur tegangan pada

input dari Op-Amp dan tegangan pada outputnya. Dari hasil pengukuran didapat nilai

tegangan yang ditampilkan pada table 4.3 sebagai berikut :

Kondisi Input Output

Tidak ada sinyal 0,9 mV 172,2 mV

Ada sinyal 18,3 mV 1,93 V

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran tegangan input OP-Amp

Dari data yang ada, didapatkan penguatan yang dihasilkan oleh rangkaian sebesar 191

kali untuk kondisi tidak ada sinyal dan 105 kali penguatan untuk kondisi ketika ada

sinyal (penekanan pada salah satu tombol HP).

4.4. Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder.

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengubungkan input dari

rangkaian ini ke rangkaian penguat, kemudian menghubungkannya dengan kabel

speaker pada HP. Selanjutnya tombol pada HP ditekan dan dilihat outpunya. Dari

(60)

Tombol LED1 LED2 LED3 LED4

1 ON OFF OFF OFF

2 OFF ON OFF OFF

3 ON ON OFF OFF

4 OFF OFF ON OFF

5 ON OFF ON OFF

6 OFF ON ON OFF

7 ON ON ON OFF

8 OFF OFF OFF ON

9 ON OFF OFF ON

0 OFF ON OFF ON

* ON ON OFF ON

# OFF OFF ON ON

Tabel 4.4.Hasil output yang dihasilkan dari tombol-tombol Handphone

4.5 Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0

volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN,

transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif

jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan

(61)

dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika

relay tidak aktif maka lampu beban akan mati, sebaliknya jika relay aktif, maka lampu

beban akan menyala. Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada

basis transistor, jika relay aktif dan lan lampu beban menyala maka rangkaian ini telah

berfungsi dengan baik.

4.6. Pengujian Rangkaian Sensor Arus

Pengujian pada rangkaian dapat dilakukan dengan mengukur tegangan pada sensor

arus. Dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tegangan saat beban hidup Tegangan saat beban mati

Tegangan pada sensor

arus

2,4 volt 0,6 volt

Tegangan pada kolektor

(optocoupler)

4,9 volt 0,3 volt

Tabel 4.6 hasil pengukuran pada sensor arus

4.7. Pengujian Rangkaian Buzzer

Pengujian pada rangkaian buzzer ini dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5

volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis

NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak

aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan membunyikan

(62)

Selanjutnya buzzer dihubungkan dengan mikrokontroler dan mikrokontroler

diberi program sederhana untuk megaktifkan buzzer. Program yang diisikan ke

mikrokontroler untuk mengaktifkan buzzer adalah :

Setb P0.0

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika high (1) atau tegangan 5 volt. pada P0.0,

(63)
(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Sistem pengendalian merupakan hal yang penting di bidang teknologi dan industri.

Banyaknya peralatan, terutama peralatan elektronik yang harus dikendalikan atau

luasnya suatu wilayah (misalnya gedung atau pabrik) yang peralatan-peralatan

elektroniknya harus dikendalikan, sehingga dibutuhkan suatu ruang kendali yang

dapat mengendalikan peralatan-peralatan elektronik tersebut.

Namun akan ada masalah jika ruang kendali ada di beberapa tempat, sehingga

untuk mengendalikan peralatan elektronik tersebut, seseorang harus berpindah dari

satu tempat pengendalian ke tempat pengendalian berikutnya, cara seperti ini akan

memakan banyak waktu. Misalnya saat seseorang meninggalkan rumah, mungkin

sebagian orang lupa mematikan salah satu lampu listrik yang ada di rumahnya. Jika

hal ini terjadi akan sangat merepotkan jika orang tersebut harus kembali ke rumah

hanya untuk mematikan lampu tersebut. Atau kalau dibiarkan lampu itu tetap

menyala, maka ini merupakan suatu pemborosan.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas penulis membuat suatu

tugas proyek, yaitu suatu alat yang dapat mengendalikan lampu-lampu atau

(65)

demikian semua peralatan elektronik dapat dikendalikan dari jarak jauh bahkan

dimanapun tempat kita berada hanya dengan menggunakan ponsel.

Pada alat ini digunakan sebuah mikrokontroler AT89S51, sebuah ponsel yang

dihubungkan ke alat untuk menerima sinyal dari ponsel pemilik, sebuah IC DTMF

decoder, IC DTMF generator, dan beberapa buah lampu sebagai beban yang akan

dikendalikan. Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak dari sistem, yang berfungsi

mengambil data yang diterima dari IC DTMF decoder kemudian mengolahnya untuk

dapat mengendalikan hidup/matinya lampu, setelah itu memerintahkan IC DTMF

generator untuk mengirimkan sinyal kepada pemilik yang menunjukkan lampu-lampu

mana yang hidup.

Dalam tugas proyek ini penulis menggunakan bahasa program Assembly

MCS-51. Sedangkan untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ke

(66)

5.2Saran

Dari hasil proyek yang dikerjakan, penulis menyarankan kepada para pembaca

sebagai berikut:

1. Dalam pengoperasian perangkat perlu dicermati kualitas komponen pada

rangkaian apakah baik atau tidak agar alat dapat bekerja secara optimal

2. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar alat ini dapat

dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain

(67)

Daftar Pustaka

Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler

AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003

Cooper, William D, Instrumentasi Elektronik Dan Teknik Pengukuran, Edisi Kedua,

Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999

Lister, Eugene C, Mesin Dan Rangkaian Listrik, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga,

Jakarta, 1993

Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Ketiga, Penerbit:

Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

Sulhan Setiawan, Mudah Dan Menyenangkan Belajar Mikrokontroller, Penerbit Andi,

Yogyakarta, 2006

Tokheim, Roger L, Elektronika Digital, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta,

1995

Wasito S, Vademekum Elektronika, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1990

Widodo, S.Si, Mkom, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Penerbit: Elex

(68)

LAMPIRAN

Gambar

Gambar 2.1 : Keyset Equitment Telepon DTMF
Gambar 2.2 : Transistor sebagai Saklar ON
Gambar  2.2.1 : Karakteristik daerah saturasi pada transistor
Gambar 2.2.2 :Transistor Sebagai Saklar OFF
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi siswa, memberikan gambaran mengenai kemalasan sosial dalam mengerjakan tugas kelompok atau kelompok kerja, sehingga siswa dapat menghindari kemalasan sosial serta

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maulinda, pola makan lansia berhubungan dengan status gizinya, dimana apabila pola makan berada dalam kategori baik maka pada

Pada dasarnya, prinsip kerja motor induksi 1-fasa sama dengan motor induksi 2-fasa yang tidak simetris karena pada kumparan statornya dibuat dua kumparan (yaitu kumparan bantu

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara

Dalam pemberian penjelasan ini (Aanwijzing ) tidak satu pun penyedia yang bertanya tentang dokumen pengadaan yang telah di terbitkan oleh Pokja ULPD Provinsi Maluku Utara

Salah satu polemik dari perubahan Kurikulum 2013 ialah penghapusan matapelajaran TIK yang di integrasikan ke dalam matapelajaran lain, penelitian bermaksud untuk

apapun yang dilakukan setiap karyawan akan berhasil dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan salak pondoh terhadap pendapatan keluarga menurut ketinggian tempat yang berbeda di Desa Plumbungan Kecamatan