• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Matapelajaran TIK dan Persiapan Menghadapi Kurikulum 2013 Tingkat SMA Wilayah Kota Salatiga T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Matapelajaran TIK dan Persiapan Menghadapi Kurikulum 2013 Tingkat SMA Wilayah Kota Salatiga T1 Full text"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

Evaluasi Matapelajaran TIK dan Persiapan Menghadapi

Kurikulum 2013 Tingkat SMA Wilayah Kota Salatiga

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti:

Nila Isti Khoeriyah (702010059)

Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

1

Evaluasi Matapelajaran TIK dan Persiapan Menghadapi

Kurikulum 2013 Tingkat SMA Wilayah Kota Salatiga

1)

Nila Isti Khoeriyah 2)Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

Email: 1) 702010059@student.uksw.edu, 2) mila.paseleng@staff.uksw.edu

ABSTRACT

One of the polemics of curriculum change in 2013 is the elimination of subjects ICT integrated into another lesson, the study intends to evaluate the ICT lesson as a process giving consideration to the value and meaning of ICT as well as the ability of teachers to integrate ICT into teaching to support the implementation of the curriculum in 2013. the method used is descriptive research. Evaluation of ICT lessons in terms of quality and output learning lesson shows that ICT has a good quality and produces output in the form of learning life skills such as skills in technology, while the readiness of teachers in ICT integration at the stage of emerging and fasilita on applying stage so that the integration of ICT still requires a lot of preparation.

Keyword: evaluate ICT lesson,ICT integration, 2013 curriculum.

ABSTRAK

Salah satu polemik dari perubahan Kurikulum 2013 ialah penghapusan matapelajaran TIK yang di integrasikan ke dalam matapelajaran lain, penelitian bermaksud untuk mengevaluasi matapelajaran TIK sebagai proses pertimbangan pemberian nilai dan arti terhadap pembelajaran TIK serta kemampuan guru dalam mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran guna mendukung implementasi kurikulum 2013. Metode penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif. Evaluasi pelajaran TIK dari segi kualitas dan output pembelajaran menunjukan bahwa matapelajaran TIK memiliki kualitas yang baik serta menghasilkan output pembelajaran yang berupa kecakapan hidup berupa keterampilan dalam teknologi sedangkan kesiapan guru dalam integrasi TIK berada pada tahap emerging dan fasilita pada tahap applying sehingga pengintegrasian TIK masih membutuhkan banyak persiapan.

Kata kunci : evaluasi matapelajaran TIK, integrasi TIK, kurikulum 2013

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan

Komputer Universitas Kristen Satya Wacana 2)

(8)

1. PENDAHULUAN

Indonesia perlu melakukan terobosan agar secara efektif dapat mempercepat pendayagunaan TIK yang potensinya sangat besar. Maka kurikulum KTSP telah dengan cepat merespon perkembangan dengan memasukkan materi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ke dalam kurikulum. Penerapan aplikasi Teknologi Informasi yang tepat dalam sekolah dan dunia pendidikan merupakan salah satu faktor kunci penting untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dari bangsa-bangsa lain [1].

Salah satu polemik perubahan kurikulum 2013 adalah dihapuskannya matapelajaran TIK. Pemerintah beranggapan, pelajaran TIK sebaiknya dintegrasikan dalam semua matapelajaran karena TIK hanya sebuah alat yang mudah dikuasai oleh siswa. Dalam pengintegrasian TIK tentunya membutuhkan kesiapan penguasaan TIK kepada setiap guru matapelajaran agar nantinya dapat mengintegrasikan TIK dengan maksimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukannya evaluasi terhadap mata pelajaran TIK untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran TIK terhadap penguasaan penggunaan teknologi yang dimiliki oleh siswa. Evaluasi yang sering dilakukan dalam pembelajaran TIK ialah mengevaluasi hasil belajar siswa sehingga evaluasi terhadap kualitas kurang diperhatikan. Penilaian hasil belajar TIK siswa lebih difokuskan pada kecakapan akademik, kurang memperhatikan kecakapan sosial dan personal sehinga dalam penelitiaan ini akan mengevaluasi pelajaran TIK dari segi kualitas dan output pembelajaran yang meliputi kecakapan akedemik, personal dan sosial.

Penelitian ini dapat memberikan feedback kepada guru maupun siswa untuk membantu implementasi pengintegrasian TIK kedalam proses pembelajaran dikarenakan kesiapan guru matapelajaran dalam mengintegrasikan perangkat TIK kedalam proses pembelajaran guna mendukung implementasi kurikulum 2013 memerlukan kemampuan guru dalam mengunakan perangkat TIK, kemampuan siswa dalam menggunakan TIK dan kertersediaan fasilitas yang dimiliki sekolah agar nantinya dapat mengintegrasikan TIK dengan maksimal sesuai dengan konten yang dijarkan.

Diperlukan adanya ruang lingkup pembahasan sebagai batasan penelitian agar lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam. Batasan penelitian ini adalah mengkaji evaluasi mapel TIK dan pengintegrasian TIK pada tingkat SMA wilayah kota Salatiga.

2. TINJAUAN PUSTAKA

(9)

dan grafik. Standar isi (SK-KD) matapelajaran TIK yang ada saat ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan TIK. Penelitian lain dilakukan oleh Abel Sianturi dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Studi Pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri Se-Kabupaten Kudus Tahun Ajaran 2008/2009” [2].Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan KTSP pada pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri se Kabupaten Kudus tergolong sangat baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan.

Persamaan dengan penelitian sebelumnya ialah sama-sama mengkaji kurikulum KTSP pada matapelajaran TIK, Sedangkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaan waktu, tempat dan obyek penelitian, selain itu perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh kemendikbud ialah penelitian yang dilakukan oleh kemendikbud lebih menekankan pada kajian isi yaitu standart kompetensi dan kompetensi dasar TIK namun dalam penelitian ini lebih mengevaluasi pembelajaran TIK dari segi kualitas pembelajaran dan output pembelajaran TIK pada kurikulum KTSP serta kemampuan guru mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran guna mendukung implementasi kurikulum 2013.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Dalam kurikulum KTSP terdapat matapelajaran TIK yang merupakan matapelajaran penyedia sebuah perspektif yang luas tentang teknologi, bagaimana menggunakan dan menerapkan berbagai macam teknologi dan dampak TIK terhadap individu dan masyarakat.Siswa SMP/MTS sampai SMA/MA didorong untuk berkecimpung dengan kompleksitas teknologi dan juga kelebihan serta kelemahan teknologi dalam kehidupan kita dan dunia kerja. Kompetensi siswa terbentuk dari aspek konsep, pengetahuan, dan operasi dasar atau aspek pengolahan informasi untuk produktifitas akan membangun kompetensi dari aspek pemecahan masalah, eksplorasi dan komunikasi. Teknologi merupakan alat atau sarana teknis yang digunakan manusia untuk meningkatkan perbaikan atau penyempurnaan lingkungannya. Teknologi merupakan suatu pengetahuan tentang cara menggunakan alat dan mesin untuk melaksanakan tugas secara efisien.Teknologi dapat bena-benar membantu siswa mengembangkan semua jenis keterampilan, mulai dari tingkat yang sangat mendasar sampai dengan tingkat keterampilan berfikir kritis yang lebih tinggi.

Tabel 1. Standart Kompetensi Lulusan matapelajaran TIK SMA[5] No SKL TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi ) SMA/MA

(10)

Model EKOP

Kualitas pembelajaran

Output pembelajaran

Kinerja guru

Fasilitas pembelajaran

Iklim kelas

Sikap siswa

Motivasi belajar siswa

Kecakapan akademik

Kecakapan sosial

Kecakapan personal

2 Menggunakan perangkat pengolah kata, pengolah angka, pembuat grafis dan pembuat presentasi dengan variasi tabel, grafik, gambar dan diagram untuk menghasilkan informasi

3 Memahami prinsip dasar Internet/intranet dan menggunakannya untuk memperoleh informasi, berkomunikasi dan bertukar informasi

Evaluasi matapelajaran TIK menggunakan model EKOP (Evaluasi Kualitas dan Output Pembelajaran). Model ini menggunakan pendekatan proses dan hasil dengan menggunakan pendekatan yang mempunyai dua komponen yaitu kualitas pembelajaran dan output pembelajaraan. Komponen kualitas pembelajaran memiliki indikator: kinerja guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi siswa, sedangkan komponen output pembelajaraan memiliki indikator kecakapan akademik, kecakapan personal dan kecakapan sosial.[6]

Gambar 1 komponen indikator evaluasi matapelajaran TIK dengan menggunakan model EKOP

Penjabaran Indikator kualitas pembelajaran dengan penelitian model EKOP terdiri dari pertama kinerja guru didalam kelas yang merupakan keterampilan atau kompetensi pada waktu mengajar dikelas, didalam kinerja guru terdapat penilaian tentang keberhasilan guru dalam perencanaan pembelajaran, pemahaman karakteristik siswa, kemampuan mengelola pembelajaran, aspek penguasaan srategi pembelajaran dan kemampuan melaksanakan penilaian. Kedua indikator fasilitas pembelajaran dalam penelitian ini terdapat 3 indikator yaitu kondisi ruang pembelajaran beserta perangkat TIK, kondisi dan kelengkapan media pembelajaran (LCD dankoneksi internet), kelengkapan buku-buku maupun sumber belajar TIK. Ketiga iklim kelas memiliki 4 indikator yaitu kekompakan siswa dalam kelas, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran, dan dukungan guru dalam mengikuti pembelajaran. Keempat indikator pengukuran sikap siswa ialah pemahaman atau keyakinan terhadap pembelajaran TIK, rasa senang terhadap pembelajaran TIK,

(11)

dan kecenderungan bertindak dalam pembelajaran TIK. Kelima motivasi belajar siswa yang difokuskan pada motivasi berprestasi dengan berorientasi terhadap keberhasilan meningkatkan prestasi, antisipasi kegagalan terhadap pencapaian target, inovatif dalam hal menemukan sesuatu yang lebih mudah, serta bertanggungjawab dengan kesempurnaan dan penyelesaian tugas.

Indikator mengenai output pembelajaran penelitian model EKOP terdiri dari pertama indikator kecakapan akademik yaitu siswa mampu memahami materi dan menganalisis suatu permasalahan. Kedua indikator kecakapan personal yaitu siswa mampu memecahkan masalah, mengidentifikasi sebab-akibat permasalahan dan menentukan alternative atau strategi pemencahan masalah kemudian mengimplementasikan strategi tersebut. Ketiga indikator kecakapan sosial yaitu siswa mampu bekerja sama dalam tim dan mampu menghargai pendapat orang lain

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.[7]

Tujuan pengembangan kurikulum 2013 bahwa melalui pengembangannya kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang ; produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemontrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara konseptual. Peran guru TIK dalam kurikulum 2013 ialah (a).Membimbing peserta didik SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, serta menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran; (b). Memfasilitasi sesama guru SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, serta menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran; dan (c). Memfasilitasi tenaga kependidikan SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasisTIK.[8]

(12)

Gambar 2 Model rangkaian tahapan integrasi TIK di pendidikan dan sekolah (UNESCO)

Model integrasi TIK seperti pada gambar memiliki dua dimensi: teknologi dan pedagogi. Teknologi merujuk untuk semua teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan pedagogi adalah seni dan ilmu mengajar.Dimensi teknologi mewakili jumlah dari penggunaan TIK yang semakin meningkat/beragam.Dimensi pedagogi juga mewakili perubahan praktek mengajar yang dihasilkan dari penerapan TIK. Dalam dua dimensi ini terdap;at empat tahapan model integrasi TIK pada sistem pendidikan dan sekolah. Keempat tahapan ini merupakan tahapan kontinum, yang oleh UNESCO diistilahkan dengan Emerging, Applying, Infusing dan Transforming.

1) Tahap Emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh sekolah pada tahap permulaan dimana sekolah belum memiliki fasilitas TIK yang memadai, kemampuan guru dan tenaga berada pada tahap ekplorasi,pada tahap ini pembelajaran masih menggunakan metode konvensional dan guru menggunakan perangkat TIK untuk tujuan professional mereka sendiri. 2). Tahap Applying dicirikan dengan sudah adanya pemahaman tentang kontribusi dan upaya menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan pembelajaran, Sekolah juga sudah mencoba mengadaptasi kurikulum agar dapat lebih banyak menggunakan TIK dalam berbagai mata pelajaran dengan piranti lunak yang tertentu. 3). Tahap Infusing menuntut adanya upaya untuk mengintegrasikan dan memasukkan TIK ke dalam kurikulum, sekolah telah menerapkan teknologi berbasis komputer di laboratorium, kelas, dan bagian administrasi. Guru berada pada tahap mengeksplorasi cara atau metode baru di mana TIK mengubah produktivitas dan pekerjaan profesional mereka untuk meningkatkan belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran. 4). Tahap Transforming dicirikan dengan adanya upaya sekolah untuk merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih kreatif. TIK sebagai alat yang digunakan secara rutin untuk membantu belajar sedemikian rupa sehingga sepenuhnya terintegrasi di semua pembelajaran di kelas. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered (berpusat pada peserta didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan dunia nyata.

3. METODELOGI PENELITIAN

(13)

pengontegrasian TIK pada kurikulum 2013 pada tingkat SMA di daerah salatiga dan sekitarnya. Berikut adalah alur atau tahapan yang dilakukan dalam peneltian

Gambar 3 skema alur penelitian

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah dengan observasi awal untuk identifikasi masalah dengan melihat isu-isu atau fenomena yang terjadi tentang penghapusan matapelajaran TIK dari stuktur kurikulum 2013. Studi literatur dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mempelajari konsep-konsep yang mendukung penelitian ini yang telah dijelaskan sebelumnya pada tinjauan pustaka.

Perencanaan penelitian dilakukan dengan penyusunan instrumen, instrumen yang digunakan dalam pengambilan data berupa kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi.Selanjutnya instrumen tersebut di validasi isi yaitu isi dari instrumen sesuai dengan indikator yang di ukur mengenai evaluasi pembelajaran TIK dan pengintegrasian TIK kedalam semua matapelajaran. Instrumen kuesioner diberikan kepada guru TIK terdiri dari 30 butir pertanyaan dan kuesioner untuk siswa terdiri dari 65 butir pertayaan dengan jawaban tertutup, kuesioner untuk guru matapelajaran terdiri dari beberapa pertanyaan dengan jawaban terbuka dan tertutup, serta kuesioner tentang fasilitas yang diberikan kepada guru bagian sapras. Instrumen pedoman wawancara kepada guru TIK berjumlah 8 pertanyaan tentang proses pembelajaran TIK. Instrumen dokumentasi mengenai silabus, RPP, Prota yang digunakan dan daftar nilai siswa pada matapelajaran TIK.

Tabel 2. kisi-kisi penilaian kualitas pembelajaran

No. Indikator Penjelasan

1. Kinerja Guru dalam Kelas 1. Penguasaan materi

2. Pemahaman karakteristik siswa 3. Kemampuan mengelolah pembelajaran 4. Penguasaan strategi pembelajaran 5. Kemampuan melaksanakan penilaian

Guru mampu menjelaskan materi dengan baik, menggunankan berbagai sumber belajar, menjalin keakraban dengan siswa, mererapkan berbagai strategi pembelajaran, memberikan feedback terhadap tugas yang dikerjakan siswa.

Analisa data

Penulisan laporan

Identifikasi masalah dan studiliteratur

Perencanaa penelitian

Pelaksanaan penelitian dan

(14)

2. Iklim kelas

1. Kekompakan siswa dalam kelas 2. Keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3. Kepuasan siswa selama mengikuti pelajaran 4. Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran

Guru dan siswa mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif.

3. Sikap siswa terhadap materi pembelajaran TIK 1. Keyakinan tentang manfaat pelajaran TIK 2. Rasa senang terhadap pelajaran TIK

3. Konasi dalam menghadapi pembelajaran TIK

Siswa mampu menunjukan sikap yang positive dalam menggunakan TIK

4. Motivasi belajar TIK

1. Berusaha untuk menjadi yang terbaik 2. Berusaha untuk dapat mengerjakan tugas

dengan baik

3. Kesungguhan dalam memperoleh pengetahuan dalam pembelajaran TIK

Siswa mampu mengikuti kegiatan untuk mencapai prestasi unggul, percaya diri dan tangguh dalam menyelesaikan tugas.

Setelah penyusunan instrumen tahap perencanaan selanjutnya ialah menentukan subjek penelitian melalui teknik pengambilan sampel dari datapopulasimelalui dinas pendidikan kota Salatiga yang berjumlah 11 SMA yang berstatus negeri dan swasta kemudian mengambil beberapa sekolah yang terpilih melalui teknik Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan tempat dan waktu terpilihlah 4 SMA yaitu 2 SMA negeri dan 2 SMA swasta.

Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data guna mengevaluasi matapelajaran TIK pada kurikulum KTSP dari segi kualitas pembelajaran dengan indikator kinerja guru TIK tentang keberhasilan guru dalam menyusun silabus, RPP, Prota, dan bahan ajar TIK dilakukan melalui pembagian kuesioner kepada guru TIK pada 4 SMA,selanjutnya kualitas pembelajaran dengan indikator iklim kelas, sikap siswa dan motivasi dilakukan dengan membagi kuesioner kepada siswa kelas XII. Selain membagi kuesioner pengumpulan data dilakukan dengan wawancarakepada guru TIK ditiap sekolah untuk mengetahui proses pembelajaran TIK yang terjadi disekolah danmelakukan observasi mengenai fasilitas maupun keadaan sekolah serta dokumentasi perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, prota. Kemudian evaluasi dari segi output pembelajaran dilakukan dengan dokumentasi daftar nilai serta wawancara dan pengisian kuesioner kepada guru TIK mengenai pandangan guru terhadap kecakapan siswa dalam menguasai TIK. Pengumpulan data mengenai integrasi TIK dalam pembelajaran dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada guru matapelajaran untuk mengetahui kemampuan guru menggunakan TIK dalam pembelajaran serta kesiapan sekolah dari segi fasilitas yang digunakan untuk mengeintegrasikan TIK.

(15)

perhitungan rerata skor tiap butir pertanyaan selanjutnya di rerata lagi skor pada tiap indikator,kemudian hasil rerata tiap indikator dikonsultasikan dengan tabel standart konversi data kuantitatif ke data kualitatif model EKOP dibawah ini

Tabel 3. Standart konversi data kuantitatif ke datakualitatif pada evaluasi matapelajaran TIK dalam kurikulum KTSP [6]

Rerata Skor Klasifikasi Kesimpulan

>4,2 Sangat Baik Dapat dilanjutkan

>3,4 - 4,2 Baik Dapat dilanjutkan tanpa perbaikan >2,6 – 3,4 Cukup Baik Dapat dilanjutkan dengan sedikit perbaikan

1,8 – 2,6 Kurang Baik Dapat dilanjutkan dengan banyak perbaikan

≤ 1,8 Tidak Baik Belum dapat dilanjutkan

Evaluasi pembelajaran TIK selain menggunakan instrumen kuesioner, hasil analisa dilakukan pula dengan instrumen wawancara kepada guru mengenai pelaksanaan pembelajaran TIK serta intrumen dokumentasi berupa mengumpulkan dokumen silabus, RPP, dan daftar nilai siswa.Analisa mengenai kemampuan guru matapelajaran mengintegrasikan perangkat TIK kedalam proses pembelajaran serta sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 dapat dijawab dengan kuesioner guru matapelajaran serta kuesioner sapras selanjutnya dianalisa dengan menghitung presentase jumlah gurukemudian di analisis menggunakan model rangkaian tahapan integrasi TIK di pendidikan dan sekolah (UNESCO).

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hakikat proses pembelajaran TIK adalah merupakan interaksi antara guru dengan siswa yang terjadi dalam konteks ruang kelas atau labolatorium komputer dengan dukungan fasilitas pembelajaran serta perangkat TIK tertentu. Pola interaksi antara guru dan siswa akan menumbuhkan iklim kelas tertentu, sehingga kualitas pembelajaran akan tergantung pada perilaku guru dalam mengajar dan perilaku siswa belajar dikelas, fasilitas pembelajaran dan iklim pembelajaran. Perilaku guru TIK dalam pembelajaran merupakan manisfestasi dari kinerja guru sedangkan perilaku siswa dalam belajar merupakan refleksi dari sikap dan motivasi belajar yang ada pada dirinya [11].

Bedasarkan model evaluasi EKOP dalam matapelajaran TIK dihasilkan hasil penelitian sebagai berikut : Evaluasi Kualitas dilakukan dengan indikator kinerja guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi siswa [6].

Profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Selain itu agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan penilaian kinerja guru yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan [3].

Tabel 4. Hasil analisa kinerja guru

Indikator Skor rerata Klasifikasi

Kinerja Guru dalam Kelas 1. Penguasaan materi

2. Pemahaman karakteristik siswa

3.70 4.13

(16)

3. Kemampuan mengelolah pembelajaran Salatiga termasuk dalam kategori baik dimana terbukti bahwa guru mampu mengelola pembelajaran dengan menguasai materi yang diajarkan dan menciptakan pembelajaran dengan metode yang beragam.

Fasilitas pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menunjang dan mempermudah jalannya proses pembelajaran. Mengenai fasilitas pembelajaran TIK hasil penelitian menunjukan bahwa sekolah SMA di Salatiga telah memiliki labolatorium komputer sebanyak 2 lab komputer. Idealnya dikondisikan1 komputer untuk 1 siswa dan tersedianya LCD agar memudahkan guru dalam menjelaskan materi serta tersedianya koneksi internet di lab komputer sekolah, koneksi internet ini pada dasaranya guna mendukung kemudahan akses informasi bagi guru maupun siswa.

Tabel 5. Jumlah fasilitas yang tersedia di ruang labolatorium komputer Nama

Fasilitas sekolah dapat dikatakan memadai jika jumlah fasilitas sebanding dengan jumlah siswa. Hasil penelitian menunjukan sekolah A dan B yang merupakan sekolah negeri memiliki jumlah siswa yang cukup banyak dengan 1 kelas terdapat 30-40 siswasehingga biasanya ada siswa yang menggunakan 1 komputer untuk 2 orang dan sekolah C dan D merupakan sekolah swasta dengan jumlah siswa perkelas 20-35 siswa sehingga dapat dikondisikan 1 komputer untuk 1 siswa. Berdasarkan hasil observasi dan pengisian kuesioner, fasilitas pembelajaran TIK dihampir sekolah di Salatiga memiliki kondisi ruang yang nyaman dengan dilengkapi dengan LCD, jumlah komputer dengan spesifikasi yang memadai untuk setiap siswa, serta memiliki kelengkapan buku maupun sumber belajar.Namun dari hasil penjabaran diatas dapat dikatakan SMA swasta memang lebih memadai dari segi fasilitas karena jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dengan jumlah komputer yang sebanding dengan jumlah siswa, tetapi secara keseluruhan fasilititas pembelajaran TIK pada sekolah negeri dan swasta di Salatiga yang dimiliki sekolah cukup memadai.

(17)

dengan pernyataan bahwa adanya kekompakan siswa dalam kelas saat pembelajaran TIK, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran TIK, serta dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran TIK sehingga menciptakan iklim kelas yang baik, nyaman dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebab iklim kelas diyakini berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa.

Pembelajaran merupakan segala usaha yang dilakukan seorang pendidik agar terjadi belajar pada diri siswanya. Sedangkan belajar adalah proses perubahan sikap [12]. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Kualitas pembelajaran TIK di pengaruhi oleh sikap siswa dari hasil penelitian melalui 8 pertanyaan dengan indikator sikap siswa mendapat rerata skor 4.00 hal ini menunjukan bahwa indikator sikap siswa terpenuhi dengan baik artinya siswa mampu mengikuti pembelajaran TIK dengan menunjukan sikap yang baik dan mengikuti intruksi yang diberikan oleh guru TIK saat pembelajaran berlangsung.

Motivasi siswa dalam belajar perlu diciptakan, dalam penelitian ini motivasi siswa difokuskan kedalam motivasi siswa guna memperoleh prestasi yang tinggi dalam pembelajaran TIK. Hasil penelitian menunjukan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran TIK mendapatkan rerata skor 4.00 dari 14 butir pertanyaan sehingga dapat dikatakan terpenuhi dengan baik yang artinya siswa menyadari petingnya belajar TIK dengan mengatasi setiap kendala yang menghambat pencapaian prestasinya, selalu mempunyai cara untuk memahami pelajaran TIK dan mengerjakan tugas TIK dengan kemampuannya sendiri.

Penjelasan dari komponen indikator kualitas pembelajaran atau evaluasi kualitas dapat disimpulkan dalam tabel berikut

Tabel 6.Hasil analisa indikator evaluasi kualitas matapelajaran TIK Indikator kualitas Skor Klasifikasi

Kinerja guru 3.87 Baik

Iklim kelas 4.00 Baik

Sikap siswa 4.00 Baik

Motivasi siswa 4.00 Baik

Rerata 3.96 Baik

Dari hasil penelitian pada indikator evaluasi kualitas memperoleh rerata skor 3.96. Apabila dikonsultasikan dengan tabel standart konversi data kuantitatif ke kualitatif panduan evaluasi model EKOP, nilai 3.97 termasuk kategori baik dan dapat dilanjutkan. Pada dasarnya pembelajaran TIK yang ada pada kurikulum KTSP mempunyai kualitas pembelajaran yang baik sehingga dapat digunakan dalam kurikulum selanjutnya.

Output pembelajaran TIK terbagi menjadi 3 indikator yaitu kecakapan akademik, kecakapan personal, dan kecakapan social, ketiga kecapakan tersebut termasuk kedalam kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup penting dikarenakan dalam menjalani kehidupan seseorang memerlukan suatu keterampilan untuk dapat mempertahankan hidupnya.

(18)

kemampuan kognitif siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi yang digunakan untuk menngetahui kemampuan akademik dengan adanya tes atau ulangan dan siswa di SMA A 90% mencapai niali ditas KKM, SMA B 80%, SMA C 85% dan SMA D 95% sehingga dapat disimpulkan bahwa pencapaian akademik siswa SMA di Salatiga untuk mapel TIK sudah dalam kategori presentase yang sangat baik.

Kecakapan personal dilihat dari ranah afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) untuk matapelajaran TIK kecakapan personal dilihat dari sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, penggunaan internet dengan baik dan benar, mampu menumbuhkan rasa percaya diri dengan berani mengemukakan pendapat. Evaluasi terhadap kecakapan personal dalam mapel TIK ialah dengan hasil observasi guru yang dilakukan pada setiap jam pembelajaran TIK. Hasil observasi tersebut ialah siswa mampu memenuhi kecakapan personalnya dengan menunjukan sikap yang baik saat pembelajaran serta mampu mengaplikasikan keterampilan TIK dengan kehidupan mereka.

Kecakapan sosial dilihat dari siswa mampu berkomunikasi secara empati antar siswa dan guru serta kemampuan siswa dalam bekerja sama. Hasil penelitian melalui wawancara dengan guru yang memonitoring kegiatan siswa selama pembelajaran maupun melalui media sosial. Guru TIK di masing-masing sekolah menyatakan bahwa selama ini siswa mampu bersosialisasi dengan melakukan kerja sama maupun diskusi menggunakan bantuan teknologi, sehingga terlihat kecakapan sosial siswa dan melalui kegiatan tersebut terlihat bahwa dengan teknologi siswa mampu memiliki kecakapan sosial yang baik.

Melalui penjabaran hasil evaluasi mapel TIK dapat dibuktikan bahwa siswa menyukai pembelajaran TIK dengan adanya iklim kelas yang kondusif yang diciptakan oleh siswa dan guru , sikap dan motivasi yang baik dari siswa untuk mapel TIK dan kecakapan akademik, personal serta sosial siswa mengenai teknologi didapat dari pembelajaran TIK yang berlangsung disekolah. Adanya mapel TIK memberikan bekal keterampilan dasar penguasaan perangkat TIK kepada siswa terutama dalam menghadapi lapangan kerja dikemudian hari dan penyajian materi pada matapelajaran TIK mengarahkan pada penguasaan kemampuan dasar tersebut serta sikap positif dalam penggunaan perangkat TIK. Sehingga sulit rasanya jika siswa harus belajar tentang TIK secara otodidak dan tidak dilakukan secara intensif seperti pembelajaran didalam kelas.

(19)

Sesuai pernyataan tersebut maka dalam penelitian ini akan meneliti tentang kemampuan serta keterampilan guru dalam menggunakan TIK. Setiap guru wajib memiliki keterampilan TIK guna mendukung implementasi kurikulum 2013. Kurikulum ini mewajibkan guru dapat mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran yang diampunya. Kesiapan mengintegrasikan TIK pada kurikulum 2013 diteliti dengan indikator kemampuan guru dalam menggunakan TIK, indikator penggunaan TIK dalam kegiatan belajar mengajar, dan indikator fasilitas sebagai pendukung integrasi TIK. Penelitian dilakukan dengan 45 responden yang merupakan guru mapel IPA, IPS, Matematika, Bahasa, Kesenian, Agama dll. Responden berasal dari 4 sekolah SMA, di 2 SMA Negeri dan 2 SMA swasta di kota Salatiga.

Dari hasil penelitian diperoleh 95,5% responden menyatakan memiliki keterampilan dalam menggunakan perangkat TIK, didukung dengan sebanyak 97,8 % responden memiliki komputer/laptop dirumah. Intensitas penggunaan perangkat TIK dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh responden menghasilkan data berikut:

Gambar 4 Grafik Presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan perangkat TIK dalam pembelajaran

Pada gambar 4 guru menyatakan penggunaan perangkat TIK tersebut seperti komputer digunakan untuk membuat perangkat pembelajaran, mengolah nilai, mengajar, LCD guna menampilkan presentasi, printer mencetak perangkat pembelajaran, scanner menyalin foto/gambar pendukung materi

Software atau perangkat lunak merupakan sekumpulan data elektronik yang disimpan dan di atur oleh komputer. Data elektronik yang disimpan itu dapat berupa program atau intruksi untuk menjalankan sesuatu perintah [11]. Dalam dunia pendidikan ada beberapa software yang membantu mempermudah proses pembelajaran dan administrasi sekolah. Untuk mengetahui seberapa besar intensitas penggunaannya akan dijabarkan hasil penelitian sebagai berikut :

84.4%

(20)

Gambar 5 Grafik presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan software TIK

Pernyataan guru pada hasil presentase tabel 5 ialah software pengolah kata, angka dan presentasi sering digunakan sebab mudah dalam mengoperasikan dan sesuai kebutuhan guru yaitu untuk membuat laporan, perangkat pembelajaran (silabus, RPP, materi, soal ulangan dll), mengolah data nilai siswa serta presentasi. Kemudian software yang memiliki presentase tinggi dalam kategori jarang digunakan ialah software multimedia, dari penggunaannya guru yang menjawab sering menyatakan software multimedia digunakan untuk menampilkan drama atau film, menampilkan animasi gerak parabola. Untuk software database dan pemprograman memperoleh presentase tertinggi dalam kategori tidak pernah digunakan, menurut para guru software database dan pemprograman sulit untuk diaplikasikan pada saat pembelajaran. Kemampuan guru dalam menguasai software tersebut dapat dikatakan masih secara sederhana belum ada inovasi yang dilakukan oleh guru dan kemampuan dalam menggunakan software masih terbatas pada software tertentu untuk itu pemerintah perlu berperan dalam membuat guru tertarik menggunakan TIK antara lain dengan cara memberikan guru pengetahuan dan pelatihan dasar TIK agar guru dapat mengajar dengan baik, menyenangkan, simple, tetapi materi yang disampaikan diterima dengan baik oleh siswa.

Selain software yang disebutkan diatas terdapat pula software penunjang informasi yaitu internet, blog, email, sosial media.

Gambar 6 Grafik. Presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan aplikasi informasi

Penggunaan aplikasi ini oleh guru digunakan untuk mencari sumber referensi bahan ajar dan mencari media pembelajaran. Kemudian dalam kategori jarang digunakan ialah blog, email, sosial media. Aplikasi ini menurut para guru digunakan untuk upload tugas, memberi materi pembelajaran, mengirim tugas, berkomunikasi serta monitoring kegiatan siswa dengan sosial media namun jarang digunakan sebab pembelajaran yang selama ini ada di SMA kota Salatiga

66.7%

Grafik presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan software TIK

(21)

belum begitu memerlukan aplikasi ini karena pemberian materi , tugas dan penilaian masih dilakukan secara manual dengan tatap muka dikelas.

Analisa hasil penelitian dari intensitas penggunaan perangkat TIK, penguasaan software aplikasi dan internet apabila dianalisa menggunakan model rangkaian integrasi TIK kedalam pembelajaran hasil penelitian menunjukan bahwa integrasi TIK pada tingkat SMA kota Salatiga terdapat pada tahap emerging atau tingkat pemula. Guru pada tahap ini sering menggunakan peralatan yang tersedia untuk tujuan profesional mereka sendiri, seperti pengolah kata untuk mempersiapkan laporan perangkat pembelajaran, spreadsheet untuk mengelola daftar nilai kelas dan, ketersediaan internet, untuk mencari informasi atau berkomunikasi melalui e-mail. Dengan cara ini, guru mengembangkan keterampilan literasi TIK mereka dan belajar bagaimana menerapkan TIK untuk berbagai tugas profesional dan pribadi. Sehingga pengintegrasian TIK yang guru laksanakan pada saat ini belum menunjukan adanya kesiapan berdasarkan kemampuan, masih banyak hal yang perlu dipersiapkan bagi guru maupun pemerintah guna mengintegrasikan TIK.

Keterampilan mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran seharusnya didasari dengan keterampilan dan pengetahuan praktis TIK yang memadai. Pemerintah bertanggung jawab menyediakan pelatihan pengembangan profesionalisme mengajar guru dalam menggunakan media TIK.

Selain analisa kemampuan dan penggunaannya analisa terhadap fasilitas/ sarana dan prasarana TIK perlu dilakukan. Fasilitas perangkat TIK dapat berupa perangkat keras atau hardware yang dimiliki oleh sekolah guna mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran.

Gambar 7 Grafik perbandingan jumlah perangkat TIK di SMA Salatiga

Kepemilikan hardware di masing-masing sekolah tentunya terdapat perbandingan, dapat dilihat pada gambar 7 dimana kebutuhan masing-masing sekolah pastinya berbeda serta dana pengadaan fasilitas juga berbeda dimana SMA A dan B yang merupakan SMA negeri memiliki fasilitas yang cukup banyak hal ini di karenakan mendapat bantuan yang cukup banyak dari pemerintah dan bantuan orang tua siswa sebab SMA negeri di Salatiga termasuk sekolah favorit, orang tua lebih senang jika anaknya bersekolah di sekolah negeri sehingga sekolah negeri memiliki jumlah siswa yang lebih banyak daripada sekolah swasta. sedangkan SMA C dan D merupakan SMA swasta dengan jumlah kepemilikan hardware yang masih sedikit dikarenakan bantuan dari pemerintah yang terbatas dan jumlah siswa yang terbatas.

30

Laptop (unit) Printer (unit) Scanner (unit) LCD (unit) TV (unit) Camdig (unit) handycam (unit)

SMA A SMA B SMA C SMA D

Grafik perbandingan jumlah perangkat TIK di SMA Salatiga

(22)

Namun fasilitas di beberapa sekolah ini telah sebanding dengan jumlah siswa sehingga menunjukan adanya upaya sekolah untuk mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis TIK, setiap kelas minimal harus memiliki sebuah LCD proyektor dan satu unit komputer atau laptop, untuk penyampaian materi pelajaran yang interaktif [13]. Pernyataan tersebut juga telah mendapatkan solusi dimana tiap SMA di Salatiga ini memiliki LCD dan laptop. SMA A memiliki 50 LCD dan 30 laptop dan perangkat TIK lain tentunya sSMA A dapat dengan mudah mengintegrasikan TIK kedalam pembelajran. SMA B memiliki 25 LCD , 13 Laptop, 20 printer dan perangkat TIK yang lain SMA B yang sama berstatus SMA Negeri ternyata fasilitasnya masih kalah dibandingkan dengan SMA A. Kemudian SMA C memiliki 22 unit LCD dan 2 laptop jumlah laptop yang dimiliki sekolah memang terbatas namun kebanyakan guru di SMA C memiliki laptop pribadi sehingga SMA C mampu mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran. SMA D memiliki 2 LCD dan 10 laptop fasilitas di SMA D memang masih minim sehingga untuk mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran SMA D perlu melengkapi fasilitas yang ada.

Gambar 8 Grafik perbandingan jumlah komputer tiap ruang Lab di SMA Salatiga

Dari hasil penelitian pada gambar 8 menunjukan terdapat beberapa komputer di ruang perpustakaan, ruang lab. IPA, ruang lab. bahasa, semua komputer diruangan tersebut terkoneksi dengan internet namun berdasarkan hasil observasi koneksi internet yang ada terkadang tidak stabil dan tidak tersambung padahal komputer di beberapa ruang lab ini ditempatkan guna mempermudah akses internet serta dapat membantu proses pembelajaran yang berlangsung dalam ruangan tersebut. Perpustakaan pada SMA A memiliki jumlah komputer 11 hal ini dikarenakan ruang perpus SMA A yang luas dan siswa yang banyak sehingga sekolah perlu menempatkan banyak komputer serta akses internet pada perpustakaan kemudian untuk jumlah komputer pada lab komputer 60 unit ini dibagi kedalam 2 lab sehingga setiap lab memiliki jumlah 30 unit komputer. SMA B memiliki 4 komputer pada ruang perpus dan 40 unit di ruang lab komputer yang dibagi menjadi 2 sehingga tiap lab komputer memiliki 20 unit komputer. SMA C memiliki 2 komputer di perpustakaan dan 36 komputer di lab komputer, koneksi internet yang di gunakan pada SMA C ialah wifi sehingga siswa dapat mengakses internet dari berbgai sudut sekolah sehingga komputer yang ada pada perpus hanya digunakan oleh petugas perpus. SMA D memiliki 8 komputer di

Ruang kelas Perpus Lab. komputer Lab. Ipa Lab. Bahasa

Ruang labolatorium

SMA A SMA B SMA C SMA D

Grafik perbandingan jumlah komputer tiap lab di SMA Salatiga

(23)

komputer dapat digunakan oleh siswa untuk mencari referensi pembelajran dengan adanya koneksi internet. Untuk ruang lab bahasa maupun lab IPA di tiap sekplah komputer lebih sering digunakan oleh guru. Kebutuhan tiap sekolah tentunya berbeda dengan jumlah komputer yang disesuaikan.

Selain dibeberapa ruang lab diatas terdapat pula komputer diruangan kerja guru yang dijelaskan dengan tabel berikut:

Gambar 9 Grafik. Presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan aplikasi informasi

Gambar 9 menunjukan jumlah komputer pada ruang kerja guru, komputer tersebut digunakan oleh guru guna mempermudah pekerjaan administrasi sekolah maka beberapa ruangan guru dan staff diberi komputer. Ruang guru, Ruang Tata usaha, Ruang Kurikulum, Ruang kesiswaan, humas dan sapras terdapat beberapa unit komputer yang jumlahnya dapat dilihat pada gambar 9, semua komputer tersebut semuanya terkoneksi dengan internet menurut guru penempatan komputer diruang tersebut selain guna mengolah data sekolah, mengolah data siswa juga untuk mencari informasi lewat internet atau berkomunikasi dengan guru lain maupun siswa. Fasilitas komputer diruang ini dapat membantu peran guru TIK dalam kurikulum 2013 dimana guru TIK diharapkan dapat membimbing guru serta tenaga kependidikan dalam memanfaatkan TIK serta mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK. Namun fasilitas yang ada perlu di perhatikan karena dalam mengembangan manajemen sekolah berbasis TIK fasilitas di beberapa SMA di Salatiga masih belum memadai, dapat dilihat bahwa beberapa ruang tersebut masih ada yang tidak terdapat komputer serta koneksi internet.

Hasil analisa fasilitas menggunakan tahapan integrasi TIK di pendidikan dan sekolah (UNESCO) menunjukan SMA di Salatiga berada pada tahap infusing dicirikan dengan sudah adanya pemahaman tentang kontribusi menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan pembelajaran sekolah dengan sudah ada kepedulian tentang bagaimana pentingnya penggunaan TIK tersebut dalam konteks pendidikan dilihat dari fasilitas ruang kelas yang beberapa ruang tersebut telah dilengkapi dengan LCD. Dilihat dari segi ketersediaan fasilitas TIK di sekolah, semua sekolah telah mempunyai berbagai macam perangkat TIK yang cukup lengkap dan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Akan tetapi masih ada sekolah yang fasilitasnya masih kurang untuk mencukupi kebutuhan belajar siswa.

Ruang kurikulum Ruang kesiswaan Ruang sapras Ruang humas

SMA A SMA B SMA C SMA D

(24)

5. SIMPULAN

Penelitian evaluasi matapelajaran TIK dikota Salatiga dengan menggunakan model EKOP (evaluasi kualitas dan output pembelajaran). Hasil penelitian menunjukan pemenuhan indikator kualitas yang didalamnya mencakup kinerja guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap, motivasi siswa dan output pembelajaran dari indikator kecakapan personal, akademik dan sosial dalam menggunakan teknologi dan informasi. Kualitas pembelajaran memperoleh rerata 3.96 dengan klasifikasi baik yaitu dapat dilanjutkan tanpa perbaikan yang berarti pembelajaran TIK yang diberikan kepada siswa selama ini sudah berkualitas dari segi kinerja guru, fasilitas, sikap dan motivasi siswa, sedangkan output mapel TIK tersebut menunjukan bahwa adanya mapel TIK di sekolah memberikan bekal keterampilan dasar penguasaan perangkat TIK kepada siswa.

Selanjutnya integrasi TIK kedalam matapelajaran guna mendukung implementasi kurikulum 2013 membutuhkan suatu kesiapan dari segi kemampuan dan keterampilan guru dan siswa dalam menggunakan perangkat TIK serta ketersediaan fasilitas TIK [13]. Hasil analisa evaluasi mapel TIK menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan perangkat TIK didapatkan dari pembelajaran TIK di sekolah. Hasil analisa kemampuan guru dan fasilitas dalam pengintegrasian TIK menggunakan model rangkaian integrasi TIK kedalam pembelajaran (UNESCO) menunjukan bahwa integrasi TIK dari segi kemampuan guru serta fasilitas pada tingkat SMA kota Salatiga rata-rata masihterdapat pada tahap emerging atau tingkat pemula, pada tahap ini fasilitas disekolah masih terbatas serta guru baru mencoba mengenali fungsi kegunaan perangkat TIK, pada tahap emerging kemampuan guru menekankan akan kemelekan TIK (ICT literacy) dan keterampilan dasar sehingga guru sering menggunakan peralatan TIK yang tersedia untuk tujuan profesional mereka sendiri dan praktek kelas masih sangat banyak berpusat pada guru padahal fasilitas TIK sudah pada tahap applying dimana fasilitas sudah mengupayakan memasukan TIK kedalam pembelajaran .

Sehingga dapat disimpulkan apabila mapel TIK ditiadakan berarti siswa tidak memiliki kemampuan dalam menggunakan TIK padahal idealnya pengintegrasian TIK dalam pembelajaran membutuhkan kemampuan guru serta siswa menggunakan perangkat TIK dan fasilitas yang memadai namum kenyataannya kemampuan guru dan fasilitas TIK di sekolah masih terbatas dan TIK yang merupakan sarana media pembelajaran semua matapelajaran di kurikulum 2013 idealnya harus diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri untuk mendukung pembelajaran berbasis TIK dan mengembangkan atribut pengetahuan, keterampilan dan kompetensi TIK bagi siswa.

(25)

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] [Kemendikbud]. Kementrian pendidikan dan kebudayaan. 2007 Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Matapelajaran TIK. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

[2] Sianturi, Abel, 2009. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Studi Pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri Se-Kabupaten Kudus Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

[3] Sukmadinata, Nana Saodih. 2005. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

[4] Mulyasa , E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rodaskarya

[5] [Permendiknas] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP.

[6] Widoyoko, Eko Putro.2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

[7] Iskandar H. 2013. Desain Induk Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

[8] [Permendikbud] Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia .2014. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi Dan Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : BSNP

[9] UNESCO. 2002. Information Communication Technology in Education A Curriculum For School Programme of Teacher Development. Prancis :UNESCO

[10] Syah, Hidayat.2010. Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Verivikatif. Pekanbaru : Suska Pres.

[11] Istiningsih. 2012. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Yogyakarta : PT.Skripta Media Creative

[12] Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

[13] Suprayitno, Totok (2011). Panduan Implementasi Pembelajaran Berbasis

TIK di SMA. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah,

Gambar

Gambar 1 komponen indikator evaluasi matapelajaran TIK dengan menggunakan model EKOP
Gambar 2 Model rangkaian tahapan integrasi TIK di pendidikan dan sekolah (UNESCO)
Gambar 3 skema alur penelitian
Tabel 4. Hasil analisa kinerja guru  Skor rerata
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum pendidikan Indonesia mengisyaratkan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran di sekolah. Evaluasi penggunaan TIK dalam pendidikan sangat diperlukan karena dapat

Berdasarkan tabel pada fase 1, hasil menunjukkan bahwa guru rumpun mata pelajaran Bahasa Inggris, TIK, Fisika, Sejarah, Sosiologi dan Geografi sudah melewati batas minimal

Penelitian yang dilakuan dengan sampel data yang diambil pada penelitian terhadap peran guru TIK di SMP Negeri 2 Salatiga dan SMP Negeri 3 Salatiga sebagai perwakilan dari

Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang sudah diterapkan di semua sekolah adalah hasil proses revisi dan perubahan dari Kurikulum 2013 yang sebelumnya.. Penelitian ini bertujuan

Beberapa guru juga sudah mendapatkan pelatihan dan bimbingan teknis (bimtek) tentang penerapan Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Tetapi dalam penerapannya, masih muncul

Nilai akhir TIK dari keseluruhan kelas VIII hanya mencapai ketuntasan 71%, diharapkan oleh guru TIK adalah nilai ketuntasan 85%. Ini disebabkan karena media belajar

Tahun 2014 tentang Peran dan Tugas Guru TIK/KKPI dalam.. Implementasi Kurikulum

TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain sesuai dengan salah satu tujuan pedoman pembelajaran yang tercantum