• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nyoto Harsoyo 1, Mardiyana 2, Riyadi 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nyoto Harsoyo 1, Mardiyana 2, Riyadi 3"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED LEARNING

DAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN MEDIA GEOMETER’S

SCATCHPAD PADA MATERI GEOMETRI BIDANG DATAR DITINJAU DARI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA KELAS X MIPA SMA NEGERI SE-KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Nyoto Harsoyo1, Mardiyana2, Riyadi3 1,2,3

Prodi Magister Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract:The purpose of this paper to know the results of experimentation learning model Problem Based Learning and Creative Problem Solving assisted Geometer's Scatchpad media on geometry plane material viewed from Communication Skills Mathematics XMIPA class Senior High School in Kudus District Lesson Year 2015/2016. This research used the quasi experimental research method with the factorial design of 3x3. The population of the research was all of the students in Grade X of the Natural Science Program of Senior Secondary Schools of Kudus regency in Academic Year 2015/2016. The samples of the research were taken by using cluster random sampling. The samples consisted of three schools, namely: Senior Secondary School 1, Senior Secondary School 2, and Senior Secondary School 1 of Bae. The Instruments of this research were test of learning achievement and test of mathematics communication of ability. The data of the research were analyzed by using the two-way analysis of variance (ANAVA) with unbalanced cells.The results of the analysis show that: (1) the Geometer’s scatchpad-based PBL type results in the same learning achievement in the topic of Plan Geometry as the Geometer’s Scatchpad based CPS type, but the two former types result in a better learning achievement in the topic of Plan Geometry than the direct learning model, (2) the students with the high mathematics communication of ability have a better learning achievement in the topic of Plan Geometry than those with the medium mathematics communication of ability and those with the low mathematics communication of ability, and those with the medium mathematics communication of ability have a better learning achievement in the topic of Plan Geometry than those with the low mathematics communication of ability, (3) in the three learning models, the students with the high mathematics communication of ability have a better learning achievement in the topic of Plan Geometry than those with the medium mathematics communication of ability and those with the low mathematics communication of ability, and those with the medium mathematics communication of ability have a better learning achievement in the topic of Plan Geometry than those with the low mathematics communication of ability, and (4) the students with the high, medium and low mathematics communication of ability, the Geometer’s scatchpad -based PBL type results in the same learning achievement in the topic of Plan Geometry as the Geometer’s scatchpad based CPS type, but the two former types result in a better learning achievement in the topic of Plan Geometry than the direct learning model.

Keywords: Learning Based Problem (PBL), Solving Problem Creative (CPS) and Geometer’s Scatchpad.

PENDAHULUAN

Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 (KTSP) adalah munculnya terminologi peminatan yang merupakan pengganti dari konsep penjurusan, walupun konsepnya peminatan dan penjurusan tidak sama persis. Ada 3 macam peminatan dalam Kurikulum 2013, yaitu Matematika

(2)

commit to user

2

dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu Bahasa dan Budaya (IBB). Untuk siswa yang mengambil peminatan MIPA maka mendapatkan dua macam mata pelajaran matematika, yaitu Matematika wajib (4 jam pelajaran) dan Matematika peminatan (3 jam pelajaran untuk kelas X dan 4 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII). Pada Matematika Peminatan, materinya lebih dalam bila dibandingkan dengan materi pada Kurikulum 2006 bahkan banyak materi baru, dimana materi-materi tersebut tidak terdapat pada Kurikulum 2006 salah satu materi baru tersebut yaitu geometri bidang datar.

Kabupaten Kudus terdapat 17 Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta, dengan 7 SMA Negeri, yang ditunjuk untuk melaksanakan Kurikulum 2013 tersisa 3 sekolah negeri, yaitu SMA Negeri 1 Kudus, SMA Negeri 1 Bae Kudus, dan SMA Negeri 2 Kudus. Untuk materi matematika pada bidang peminatan MIPA kelas X terdapat materi geometri bidang datar, materi tersebut merupakan materi baru, berdasarkan hasil pertemuan musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika sekolah pelaksana Kurikulum 2013, mengadakan kegiatan membuat kisi-kisi dan soal ulangan geometri bidang datar secara bersama, dan digunakan untuk melaksanakan Ulangan Tengah Semester (UTS) bersama pada tahun pelajaran 2014/2015, Batas minimal nilai siswa dikatakan tuntas mempelajari materi adalah 2.66 skala 4 atau setara dengan 66.67 skala 100, akan tetapi hasil UTS materi geometri bidang datar tersebut SMA 1 Kudus mencapai rerata 72.63, SMA 1 Bae Kudus mencapai rerata 58.70, dan SMA 2 Kudus mencapai rerata 56.54, dari hasil ulangan tengah semester bersama tersebut diketahui hasilnya untuk materi geometri bidang datar kurang memuaskan.

Siswa membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan masalah tentang geometri bidang datar, karena masalah geometri bidang datar biasanya disajikan dalam kalimat yang relatif banyak simbol matematik dan gambarnya sehingga siswa harus mempunyai kemampuan memahami simbol matematik dan gambarnya, menggambarkan dan menuangkan kembali ide dan gagasan dalam simbol matematika, guru perlu membantu siswa mempermudah memahami materi geometri bidang datar menggunakan media komputer diantaranya program Geometer’s Scatcpad, Chew and Lim (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa Geometer’s scatchpad (GSP) adalah program software geometri dinamis untuk membangun dan menyelidiki objek matematika. Ini adalah alat yang dinamis untuk konstruksi, demonstrasi dan eksplorasi yang menambahkan dimensi yang kuat untuk belajar geometri dan banyak daerah lain matematika. Selanjutnya, penelitian telah menunjukkan bahwa GSP dapat menjadi alat yang inovatif untuk meningkatkan pembelajaran siswa dari geometri bidang datar. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction).

(3)

commit to user

3

Problem Based Learning (PBL) dan Creative Problem Solving (CPS) merupakan model pembelajaran saintifik yang mempunyai kemiripan. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran Nurhadi dan Senduk (2009:16). simulasi masalah dapat menggunakan program komputer. Media Geometer’s Scatchpad

merupakan salah satu program komputer yang digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran, sedangkan Creative problem solving (CPS) adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat Hamalik (1994:151). Pada saat menemukan dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat dapat dibantu menggunakan program komputer Geometer’s Scatchpad. Dalam pembelajaran geometri bidang datar, guru perlu menumbuhkan keingintahuan siswa sehingga dapat menyelesaikan masalah bidang datar dengan cepat dan tepat. Masalah bidang datar dapat diselesaikan dengan dimilikinya pemahaman tentang konsep, definisi maupun dalil oleh siswa, oleh karena itu maka proses pembelajaran matematika di kelas seharusnya dilakukan perubahan dengan cara konsep matematika harus dibangun melalui pemahaman siswa sendiri. Untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran pada materi bidang datar, peneliti merancang dan menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning

(PBL) berbantuan media Geometer’s scatchpad dan model pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) berbantuan media Geometer’s scatchpad.

Asikin (2001:1) menyatakan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling hubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas, komunikasi di lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat secara tertulis maupun lisan yang disampaikan guru kepada peserta didik untuk saling komunikasi, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan sebaliknya jika komunikasi antara siswa dengan guru tidak berjalan dengan baik maka akan rendahnya kemampuan komunikasi matematik. Kemampuan komunikasi matematik tersebut terangkum dalam 4 aspek yang meliputi: kemampuan tata bahasa (grammatical competence), kemampuan memahami wacana (discourse competence), kemampuan sosiolinguistik (sociolinguistic competence), dan kemampuan strategis (strategic competence) agar siswa tertantang untuk berpikir dan benalar secara matematis, namun, pada kenyataannya komunikasi

(4)

commit to user

4

merupakan salah satu masalah yang kerap dialami oleh siswa, dimana siswa sering kali tidak dapat menyelesaikan permasalahan matematika karena siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan ide gagasannya dalam hal ini kemampuan komunikasi matematika dalam bentuk tulisan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: 1) manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada materi geometri bidang datar, model pembelajaran PBL berbantuan media

Geometer’s scatchpad, model pembelajaran CPS berbantuan media Geometer’s scatchpad atau dengan model pembelajaran langsung, 2) manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik pada materi Geometri Bidang Datar, siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi, sedang atau rendah, 3) pada masing-masing model pembelajaran, kemampuan komunikasi matematika manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada materi Geometri Bidang Datar, siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi, sedang atau rendah, 4) pada masing-masing kemampuan komunikasi matematika, manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada materi Geometri Bidang Datar, model pembelajaran PBL berbantuan media

Geometer’s Scatchpad, model pembelajaran CPS berbantuan media Geometer’s scatchpad atau model pembelajaran langsung.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Budiyono (2003), menyatakan bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan, dengan desain faktorial 33.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA SMA Negeri Se-Kabupaten Kudus pelaksana Kurikulum 2013 (K13) Tahun Pelajaran 2015/2016, teknik pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling, cluster dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA dari tiga SMA Negeri di Kabupaten Kudus yang melaksanakan Kurikulum 2013.

Random sampling, dari masing-masing sekolah diambil secara acak 3 kelas, keseluruhan kelas untuk penelitian berjumlah 9 kelas, dengan jumlah siswa sebanyak 305 siswa sebagai sampel penelitian.

Instrumen penelitian berupa tes prestasi belajar dan tes kemampuan komunikasi matematika, sebelum digunakan kedua instrumen tersebut diuji validitas, konsistensi internal dan reliabilitasnya. Butir-butir tes yang telah memenuhi uji, digunakan sebagai instrumen penelitian.

Data awal penelitian berupa data nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil kelas X MIPA SMA Negeri pelaksana Kurikulum 2013 (K13) tahun pelajaran 2015/2016, diperoleh dengan teknik dokumentasi. Sebelum data digunakan dilakukan uji normalitas mengguakan metode Lilliefors, uji

(5)

commit to user

5

homogenitas mengggunakan uji Bartlett, dilanjutkan uji keseimbangan dan uji beda rerata dengan menggunakan metode ANAVA satu jalan dengan sel taksama.

Teknik analisis data adalah teknik statistik dengan uji analisis variansi dua jalan 3x3 dengan sel tak sama. Sebelum dilakukan analisis variansi, dilakukan uji persyaratan analisis variansi, yaitu uji normalitas populasi dan uji homogenitas variansi. Uji normalitas untuk tes prestasi belajar pada model pembelajaran dan uji normalitas tes prestasi belajar pada kategori kemampuan komunikasi matematika dilanjutkan dengan uji homogenitas untuk tes prestasi belajar pada model pembelajaran dan uji homogenitas untuk tes prestasi belajar pada kategori kemampuan komunikasi matematika. Uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Uji Komparasi Ganda (pasca anava menggunakan uji Scheffe’) sebagai tindak lanjut dari uji ANAVA jika hasil dari analisis variansi menunjukkan hipotesis nol ditolak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data kemampuan awal pada penelitian ini adalah nilai Ulangan Ahir Semester Ganjil (UAS) tahun pelajaran 2015/1016, pada model PBL nilai rerata 78.28, pada model CPS nilai rerata 78.93 dan pada model langsung nilai rerata adalah 80.18.

Uji normalitas data kemampuan awal yaitu nilai ulangan akhir semester ganjil kelas X MIPA SMA pelaksana Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2015/2016 menggunakan metode Lilliefors dengan taraf signifikansi 5%.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Nilai UAS

No Model

Pembelajaran L obs L tabel DK Keputusan Kesimpulan

1. 2. 3. PBL berbantuan Geometer’s Scatchpad CPS berbantuan Geometer’s Scatchpad Konvensional atau langsung 0,0869 0,0800 0,0707 0,0886 0,0865 0,0886 {L/L>0,0866} {L/L>0,0865} {L/L>0,0866} H0 diterima H0 diterima H0 diterima Normal Normal Normal Dari Tabel 1. diperoleh hasil bahwa ketiga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah diketahui bahwa ketiga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal selanjutnya dilanjutkan dengan Uji Homogenitas menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungan diperoleh nilai =5,991 dan 2=3,9341

,

DK={ 2 | 2>5,991}

,

bukan anggota daerah kritis maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi dari

(6)

commit to user

6

Selanjutnya dilakukan uji keseimbangan rata-rata, peneliti menggunakan analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama

,

seperti diperlihatkan tabel 2.

Tabel 2 Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan Dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fobs

F

Keputusan uji

Model(A) Galat (G) 189,10 13975,87 2 302 94,55 46,28 2,0430 - 3,00 - Ho diterima Total (T) 14164,97 304 - - -

Analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama menunjukkan keputusan uji Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga populasi mempunyai kemampuan awal yang sama.

Uji Lanjut dilaksanakan dengan melaksanakan Uji normalitas hasil tes prestasi belajar pada setiap model pembelajaran ditunjukkan pada Tabel3.

Tabel 3 Rangkuman Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Pada Model Pembelajaran

No Model Pembelajaran L obs L tabel Keputusan Kesimpulan

1. 2. 3. PBL berbantuan mediaGeometer’s scatchpad CPS berbantuan mediaGeometer’s scatchpad Konvensional atau langsung 0,0781 0,0841 0,0753 0,0886 0,0865 0,0886 H0 diterima H0 diterima H0 diterima Normal Normal Normal Dari uji normalitas tes prestasi belajar pada model pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa ketiga sampel model pembelajaran berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji normalitas hasil tes prestasi belajar pada setiap kategori kemampuan komunikasi matematika ditunjukkan pada tabel4.

Tabel 4. Rangkuman Uji Normalitas Tes Kategori Kemampuan KomunikasiMatematika

No Kemampuan Komunikasi

Matematika L obs L tabel Keputusan Kesimpulan

1. 2. 3. Kategori Tinggi Kategori Sedang Kategori Rendah 0,0911 0,0738 0,0981 0,0961 0,0746 0,0997 H0 diterima H0 diterima H0 diterima Normal Normal Normal

(7)

commit to user

7

Dari uji normalitas tes prestasi belajar pada kemampuan komunikasi matematika diperoleh kesimpulan bahwa ketiga sampel kemampuan komunikasi matematika berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji homogenitas untuk tes prestasi belajar pada model pembelajaran (

) diperoleh kesimpulan bahwa variansi dari ketiga populasi model pembelajaran adalah sama,

uji homogenitas tes prestasi belajar kemampuan komunikasi matematika ( diperoleh kesimpulan variansi ketiga populasi kemampuan komunikasi matematika adalah sama.

Setelah dipenuhi sifat normalitas dan homogenitas pada tes prestasi belajar materi geometri bidang datar maka analisis variansi dapat dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.

Tabel 5. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama

Sumber Variansi JK df RK Fhitung Ftabel Keputusan

Model Pembelajaran (A)

Kemampuan

komunikasi matematika (B)

Model dan Kemampuan komunikasi matematika (AB) Galat 2248,6468 12471,1769 986,0103 55334,99 2 2 4 296 1124,3234 6235,5885 246,5026 186,9425 6,0143 33,3556 1,3186 - 6,00 6,00 6,00 H0A ditolak H0B ditolak H0AB diterima Total 71040,824 304 - -

Dari Tabel 5.disimpulkan bahwa: a) terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran PBL berbantuan media Geometer’s scatchpad, model pembelajaran CPS berbantuan media Geometer’s Scatchpad dan model pembelajaran konvensional atau langsung terhadap prestasi belajar matematika, b) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika tinggi, siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika sedang, dan siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika rendah terhadap prestasi belajar, c) tidak ada interaksi antara model pembelajaran PBL berbantuan media Geometer’s scatchpad, model pembelajaran CPS berbantuan media

Geometer’s Scatchpad dan model pembelajaran konvensional atau langsung dengan kemampuan komunikasi matematika siswa tinggi, sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika materi geometri bidang datar.

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan ANAVA dua jalan dengan sel tak sama, diperlukan data rerata pada masing masing sel dan rerata marginalnya, seperti Tabel 6 berikut ini.

(8)

commit to user

8

Tabel 6 : Rerata Pada Masing-Masing Sel dan Rerata Marginal

Model Pembelajaran

Kemampuann Komunikasi Matematika

Rerata marginal

Tinggi sedang rendah

Model PBL Model CPS Konvensional 84,77 79,73 77,67 76,77 75,53 70,53 64,48 69,83 55,20 75,96 75,43 69,14 Rerata marginal 80,99 74,13 64,10 73,44

Dari Tabel 6. Memuat data rerata untuk model pembelajaran PBL, Model Pembelajaran CPS dan model pembelajaran konvensional atau langsung beserta rerata marginalnya, demikian pula data rerata untuk kemampuan komunikasi matematika tinggi, kemampuan komunikasi matematika sedang dan kemampuan komunikasi matematika rendah beserta rerata marginalnya.

Berdasarkan hasil uji ANAVA dua jalan dengan sel taksama pada Tabel 5. diperoleh keputusan HOA, ditolak, selanjutnya dilakukan uji komparasi ganda antar baris menggunakan uji Scheffe’seperti ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris

Ho H1 Fobs

2

F

0.05:2:249 Keputusan   1 2  

1 3  

2 3  

1 2  

1 3  

2 3 0,2778 13,5588 11,8986 (2)(3,00)=6,00 (2)(3,00)=6,00 (2)(3,00)=6,00 Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada Tabel 7. Berdasarkan uji hipotesis Ho:

 

2

1

diperoleh keputusan H0 diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan

prestasi belajar pada materi geometri bidang datar antara siswa yang dikenai model pembelajaran PBL berbantuan media Geometer’s Scatchpad dengan siswa yang dikenai model pembelajaran CPS berbantuan media Geometer’s Scatchpad. Berdasarkan uji hipotesis Ho:

1 3 diperoleh keputusan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan prestasi

belajar pada materi geometri bidang datar antara siswa yang dikenai model pembelajaran PBL berbantuan media Geometer’s Scatchpad dengan prestasi belajar siswa dikenai model pembelajaran konvensional atau langsung. Rerata marginal prestasi belajar pada materi geometri bidang datar siswa yang dikenai model pembelajaran PBL berbantuan media Geometer’s

Scatchpad 75,96 lebih besar dari rerata marginal prestasi belajar pada materi geometri bidang datar siswa dikenai model pembelajaran konvensional atau langsung 69,14. Kesimpulannya pada materi geometri bidang datar prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran PBL berbantuan media Geometer’s Scatchpad lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran konvensional atau langsung. Berdasarkan uji hipotesis H0:

(9)

commit to user

9

 

2 3 diperoleh keputusan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan prestasi

belajar pada materi geometri bidang datar antara siswa yang dikenai model pembelajaran CPS berbantuan media Geometer’s Scatchpad dengan prestasi belajar siswa dikenai model pembelajaran konvensional atau langsung. Rerata marginal prestasi belajar pada materi geometri bidang datar siswa dikenai model pembelajaran CPS berbantuan media Geometer’s Scatchpad 75,43 lebih besar dari rerata marginal prestasi belajar pada materi geometri bidang datar siswa dikenai model pembelajaran konvensional atau langsung 69,14. Kesimpulannya pada materi geometri bidang datar prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran CPS berbantuan media

Geometer’s Scatchpad lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran langsung atau konvensional.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Manoy (2014) yang menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model CPS dan PBL dan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran CPS dan PBL dapat meningkatkan kemampuan masalah matematis siswa.

Berdasarkan hasil uji ANAVA dua jalan dengan sel taksama pada Tabel 5. diperoleh keputusan H0B ditolak, selanjutnya dilakukan uji komparasi ganda antar kolom menggunakan uji

Scheffe’ seperti ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel8: Rangkuman Komparasi Ganda Antar Kolom

Ho H1 Fobs

2

F

0.05:2:249 Keputusan 2 1  

3 1  

3 2  

2 1  

3 1     3 2  

21,62296 127,6224 45,2896 (2)(3,00)=6,00 (2)(3,00)=6,00 (2)(3,00)=6,00 Ho ditolak Ho ditolak Ho ditolak

Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada Tabel 8. Berdasarkan uji hipotesis Ho: 2

1 

diperoleh keputusan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan prestasi

belajar matematika pada materi geometri bidang datar antara siswa berkemampuan komunikasi matematika tinggi dengan prestasi belajar siswa berkemampuan komunikasi matematika sedang. Rerata marginal prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar siswa berkemampuan komunikasi matematika tinggi 80,99 lebih besar dari rerata marginal prestasi belajar pada materi geometri bidang datar siswa berkemampuan komunikasi matematika sedang 74,13. Kesimpulannya prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa dengan kemampuan komunikasi matematika sedang. Berdasarkan uji hipotesis Ho:

1

3diperoleh keputusan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan prestasi

(10)

commit to user

10

belajar matematika pada materi geometri bidang datar antara siswa berkemampuan komunikasi matematika tinggi dengan prestasi belajar siswa berkemampuan komunikasi matematika rendah. Rerata marginal prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar untuk siswa berkemampuan komunikasi matematika tinggi 80,99 lebih besar dari rerata marginal prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar untuk siswa berkemampuan komunikasi matematika rendah 64,103. Kesimpulannya prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar siswa dengan kemampuan komunikasi tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar siswa dengan kemampuan komunikasi rendah. Berdasarkan uji hipotesis Ho:

2

3diperoleh keputusan H0 ditolak.

Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar antara siswa berkemampuan komunikasi matematika sedang dengan prestasi belajar siswa berkemampuan komunikasi matematika rendah. Rerata marginal prestasi belajar matematika siswa pada materi geometri bidang datar untuk siswa berkemampuan komunikasi matematika sedang 74.13 lebih besar dari rerata marginal prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar untuk siswa berkemampuan komunikasi matematika rendah 64,103. Kesimpulannya prestasi belajar matematika pada materi geometri bidang datar siswa dengan kemampuan komunikasi sedang lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar siswa dengan kemampuan komunikasi rendah.

Hasil penelitian siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi mempunyai ciri-ciri memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide atau pemikiran matematik dalam bentuk simbol, diagram, gambar atau ekspresi matematika dengan kemampuan sendiri. Dengan ciri-ciri kemampuan komunikasi matematika tersebut tersebut maka siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi mampu memahami materi pelajaran tentang geometri bidang datar secara optimal dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika sedang dan rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Apriliana (2015) yang menyimpulkan bahwa peserta didik dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada peserta didik dengan kemampuan matematika rendah tetapi sama dengan peserta didik dengan kemampuan matematika sedang, dan peserta didik dengan kempuan matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan peserta didik dengan kemampuan matematika rendah.

Berdasarkan hasil uji ANAVA dua jalan dengan sel taksama pada Tabel 3. diperoleh keputusan H0AB diterima, hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran PBL

(11)

commit to user

11

Scatchpad dan model pembelajaran konvensional atau langsung dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi, sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika materi geometri bidang datar. Pada model pembelajaran PBL berbantuan Geometer’s Scatchpad, model pembelajaran CPS berbantuan Geometer’s Scatchpad maupun pada model pembelajaran konvensional atau langsung, prestasi belajar matematika pada kemampuan komunikasi matematika tinggi lebih baik dari kemampuan komunikasi matematika sedang dan rendah dan prestasi belajar matematika pada kemampuan komunikasi matematika sedang lebih baik dari kemampuan komunikasi matematika rendah. Pada kemampuan komunikasi matematika tinggi, sedang maupun rendah, prestasi belajar matematika pada model pembelajaran PBL berbantuan Geometer’s Scatchpad sama dengan prestasi belajar matematika pada model pembelajaran CPS berbantuan Geometer’s Scatchpad dan keduanya lebih baik dari model pembelajaran konvensional atau langsung.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1) Prestasi belajar siswa pada model pembelajaran PBL berbantuan media Geometer’s Scatchpad sama baiknya dengan model pembelajaran CPS berbantuan media Geometer’s Scatchpad dan keduanya lebih baik dari model pembelajaran langsung atau konvensional. 2) Prestasi belajar siswa dengankemampuan komunikasi matematika tinggi lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika sedang dan rendah sedangkan prestasi belajar siswa dengan kemampuan komunikasi matematika sedang lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika rendah. 3) Pada model pembelajaran PBL berbantuan Geometer’s Scatchpad, model pembelajaran CPS berbantuan Geometer’s Scatchpad maupun pada model pembelajaran konvensional atau langsung, prestasi belajar matematika materi geometri bidang datar pada kemampuan komunikasi matematika tinggi lebih baik dari kemampuan komunikasi matematika sedang dan rendah dan prestasi belajar matematika pada kemampuan komunikasi matematika sedang lebih baik dari kemampuan komunikasi matematika rendah. 4) Pada kemampuan komunikasi matematika tinggi, sedang maupun rendah, prestasi belajar matematika materi geometri bidang datar pada model pembelajaran PBL berbantuan Geometer’s

Scatchpad, sama baiknya dengan prestasi belajar matematika pada model pembelajaran CPS berbantuan Geometer’s Scatchpad dan keduanya lebih baik dari model pembelajaran konvensional atau langsung.

Saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1) Bagi guru, hendaknya untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen, guru-guru matematika diharapkan untuk mencoba menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan media Geometer’s Scatchpad, model pembelajaran CPS berbantuan media Geometer’s Scatchpad. Guru matematika hendaknya mempunyai kreativitas dalam mengembangkan model pembelajaran dalam proses pembelajaran, sehingga dapat merangsang siswa lebih aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Guru

(12)

commit to user

12

matematika hendaknya dapat menggunakan media komputer dengan program tertentu yang dapat memperjelas pemahaman siswa tentang bangun geometri misalnya Geometer’s Scatchpad. Guru matematika senantiasa mengadakan evaluasi jangka pendek guna mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap setiap materi dan konsep yang sudah diajarkan dengan memberikan ulangan harian. 2) Kepada pihak sekolah, hendaknya menghimbau dan memotivasi para guru untuk menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi dengan memodifikasi atau mengkombinasi beberapa model pembelajaran dan berbagai aplikasi program komputer sesuai kebutuhan pembelajaran di kelas sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliana A. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Resource Based Learning (RBL) Dan Problem Based Learning (Pbl) Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematika Peserta Didik Kelas XI SMA Sekabupaten Kudus Tahun 2013/201.

Surakarta Program Pascasarjana UNS. (Tidak dipublikasikan) Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press

Callahan, Joseph F. and Leonard H. Clark. 1977, Teaching in the Middle and Secondary Schools, New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Chew, C. M, and Lim, C. S. 2011. Enhancing pre-service secondary mathematics teachers’ skills of using the Geometer’s Sketchpad through lesson study. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, 34 (1), 90-110

Manoy J.T. 2014, “Creative Problem Solving” (CPS) dalam Pembelajaran Matematika,Makalah KNM 17 ITS Surabaya

Asikin M. 2001. Komunikasi Matematika dalam RME. Makalah Seminar. Disajikan dalam Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Darma Yogyakarta., 14-15 Nopember 2001

Nurhadi dan Senduk A.G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: JP Books Hamalik O. (1994). Kurikulum dan pembelajaran. Bandung. Bumi Aksara

Dwiningsih P. 2015.Eksperimentasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving, Think Aloud Pair Problem Solving Dan Student Team Achievement Division Dengan Pendekatan Saintifik Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Ditinjau Dari Kecerdasan Logis Matematis Siswa SMP Negeri Se-Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015. Surakarta Program Pascasarjana UNS. (Tidak dipublikasikan)

Powers, R., and Blubaugh, W. 2005, “Technology in mathematics education: Preparing

teachers for the future‟, Contemporary Issues in Technology and Teacher Education. Vol. 5, No. (3/4), pp. 254-270

Laolek S. 2015, The Effectiveness of Mathematics Teaching Outcome Taught with Geometer’s Sketchpad Program (GSP) toward Mathematical Concept and Attitude of Tenth Grade Students. Suan Sunandha Rajabhat University 1 U – Thong nok Rd., Dusit, Bangkok, Thailand

Sindelar T. M. 2010. The Effectiveness Of Problem- Based Learning In The High School Science Classroom.Wichita State University

Gambar

Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Nilai UAS  No  Model
Tabel 3 Rangkuman Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Pada Model Pembelajaran
Tabel 5. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Tabel  6 :  Rerata Pada Masing-Masing  Sel dan Rerata Marginal  Model

Referensi

Dokumen terkait

Ada pengaruh peer group education tentang SADARI terhadap tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) di SMAN 1 Gondang

Dengan sistem penjualan model Multi Level Marketing ini, perusahaan yang bergerak di bidang Multi Level ini memotong jalur distribusi yang ada pada penjualan konvensional,

3. Validasi dan Kesimpulan Data Subjek JW Untuk mengetahui validitas data terhadap konsep dalam pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari persepsi subjek JW dalam

maka lokasi wisata dan informasi satwa serta fasilitas umum dialamnya dapat ditampilkan sehingga pengguna dapat melihat langsung letak dan posisi lokasi yang dimaksud

Himpunan vertex S dikatakan himpunan pembeda kuat dari G jika untuk setiap dua vertex di G dibedakan kuat oleh suatu vertex..

Hal ini berarti bahwa pengusaha mikro dan kecil di Jawa Timur selalu memberikan perhatian lebih terhadap bisnis atau usaha yang digeluti serta bersedia mengganti

Dengan demikian model joyful learning dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah drama siswa kelas VIII di MTs NU Putra 2 Buntet Pesantren dapat dikatakan berhasil

Food Indonesia Tbk (FAST) pada tahun 2012. Nilai rata-rata variabel Perputaran Piutang adalah sebesar 13,399 dengan standar deviasi sebesar 17,881 dimana nilai standar deviasi