1
Masukan Rancangan Peraturan Presiden RI
tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba
(Versi Raperpres ODT, 17 Maret 2016)
28 Maret 2016
RAPERPRES VERSI PEMERINTAH 17 Maret 2016 INVENTARISASI MASALAH USULAN RUMUSAN YAYASAN PENCINTA DANAU TOBA (YPDT)
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...TAHUN 2016
TENTANG BADAN OTORITA
PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA DANAU TOBA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...TAHUN 2016
TENTANG BADAN OTORITA
PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA DANAU TOBA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka percepatan dan optimalisasi pengelolaan kawasan pariwisata Danau Toba sebagai salah satu kawasan strategis pariwisata nasional, perlu melakukan langkah-langkah terkoordinasi, sistematis, terarah dan terpadu
Prinsip meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan
pembangunan yang berkelanjutan di Kawasan Danau Toba (Sustainability Development Tujuan Sustainability Development Goals)
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka percepatan dan optimalisasi pengelolaan kawasan pariwisata Danau Toba sebagai salah satu kawasan strategis pariwisata nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemerataan pembangunan yang berkelanjutan
2
DANAU TOBA (YPDT) melalui pembentukan Badan Otorita Pengelola
Kawasan Pariwisata Danau Toba;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Otorita Pengelola KawasanPariwisata Danau Toba;
perlu melakukan langkah-langkah terkoordinasi, sistematis, terarah dan terpadu melalui
pembentukan Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Otorita Pengelola KawasanPariwisata Danau Toba;
Mengingat :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1966);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional 2010-2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 5262);
Belum mengatur landasan konstitusi (konsideran) yang cukup diantaranya: 1. Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; tentang pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya.
2. Pasal 13 Undang-Undang nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok Agraria, yang terkait:
- Pasal 5 yaitu “Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara…”.
- Pasal 13 penggunaan tanah untuk meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat (ayat
Mengingat :
1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Pokok-Pokok Agraria;
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan;
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1966);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun
3
DANAU TOBA (YPDT) 5. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentang
Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 147);
6. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan sekitarnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor191);
1) dan mencegah monopoli swasta (ayat 2).
3. Undang-Undang Republik Indonesia no 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
5. Undang-Undang nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang
6. Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan Hidup
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas Tanah;
9. Putusan MK 35/2012 yang
menyatakan bahwa Hutan Adat dan Hutan Milik Desa dikeluarkan dari Hutan Negara.
Catatan:
Sekalipun konsideran ini tidak dituliskan dalam poin Mengingat, hendaknya isi pasal per pasal memberikan penjelasan secara jelas
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas Tanah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional 2010-2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 5262);
12. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 147);
13. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan sekitarnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor191);
4
DANAU TOBA (YPDT) merujuk pasal-pasal yang relevan
berdasarkan konsideran tersebut.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA DANAU TOBA.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA DANAU TOBA. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pengertian Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
(1) Badan Otorita Pengelola Kawasan
Pariwisata Danau Toba adalah lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah yang
memiliki kewenangan Untuk melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan
5
DANAU TOBA (YPDT) Toba.
(2) Kawasan Pariwisata Danau Toba adalah
Kawasan Pariwisata yang meliputi kawasan hutan, air, gunung, situs warisan budaya, perkebunan, tanaman, sejarah batuan geopark, pantai, badan danau.
(3) Danau adalah: sejumlah air tawar yang
terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas .
(4) Air Danau adalah air yang terkumpul pada
cekungan bumi
(5) Danau Toba adalah air yang terkumpul
pada cekungan bumi yang dihasilkan dari letusan gunung Toba.
(6) Dewan Pengarah adalah Menteri yang
terkait dengan percepatan pembangunan kawasan Danau Toba.
(7) Badan Pelaksana adalah Badan yang
melaksanakan percepatan Pembangunan Pariwisata Danau Toba.
(8) Dewan Pengawas adalah Dewan yang
melakukan pengawasan terhadap proses percepatan pembangunan kawasan Danau Toba yang berasal dari unsur Tokoh
6
DANAU TOBA (YPDT)
Danau Toba dengan keanggotaan 11 orang.
(9) dll BAB I
PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN
BAB I Bagian Kedua
Ruang Lingkup dan Kedududukan PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
(1) Untuk melaksanakan pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dengan Peraturan Presiden ini dibentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba, yang selanjutnya disebut Otorita Danau Toba.
(2) Cakupan Kawasan Pariwisata Danau Toba meliputi kawasan Danau Toba sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya
(3) Cakupan Kawasan Pariwisata Danau Toba sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pula kawasan seluas kurang lebih paling sedikit 500 Ha, yang akan diberikan hak pengelolaannya kepada Badan Pelaksana yang digambarkan pada peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
Catatan:
1. 500 Hektar yang dimaksud, harus clear dan clean dahulu menurut ketentuan Kementerian Kehutanan dan tidak boleh bertentangan dengan perundangan yang berlaku (tidak termasuk dalam wilayah adat).
2. Penggunaan tanah seluas 500 ha, diganti dengan wilayah lain yaitu substitusi fungsi hutan seluas 500 ha untuk pemeliharaan lingkungan hidup.
Pasal 1 2
(1) Untuk melaksanakan pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dengan Peraturan Presiden ini dibentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba, yang selanjutnya disebut Otorita Danau Toba.
(2) Cakupan Kawasan Pariwisata Danau Toba meliputi kawasan Danau Toba sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya
(3) Cakupan Kawasan Pariwisata Danau Toba sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pula kawasan hutan negara seluas 500 Ha yang tersebar di 7 kabupaten Kawasan Pariwisata Danau Toba, yang akan diberikan hak pengelolaannya kepada Badan Pelaksana yang digambarkan pada peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
7
DANAU TOBA (YPDT) (4) Otorita Danau Toba sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) merupakan lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(4) Kawasan hutan negara seluas 500 ha yang akan
dipergunakan untuk pengembangan kawasan
Danau Toba sebagaimana dimaksud pada ayat (3) perlu diberikan lahan pengganti ditempat lain untuk menjaga kelestarian lingkungan dan Tangkapan Air Danau Toba.
(5) Otorita Danau Toba sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Pertama Struktur Otorita Danau Toba
Bagian Pertama Struktur Otorita Danau Toba
Pasal 2
Otorita Danau Toba terdiri atas: a. Dewan Pengarah; dan b. Badan Pelaksana.
1. Cek and Balance dalam kelembagaan
2. Dewan Pengawas secara
kelembagaan mewakili masyarakat di Kawasan Danau Toba untuk memberikan masukan dan rekomendasi bagi pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba dalam rangka mewujudkan
Pasal 2 Pasal 3 Otorita Danau Toba terdiri atas:
a. Dewan Pengarah; b. Badan Pelaksana; dan
8
DANAU TOBA (YPDT) partisipasi aktif (fasilitatif) dan
sustainability
(keberlanjutan/kesinambungan kawasan dalam perspektif lokal)
Bagian Kedua Dewan Pengarah
Bagian Kedua Dewan Pengarah
Pasal 3
Dewan Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, mempunyai tugas:
a. memberikan arahan dan menetapkan kebijakan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan kawasan pariwisata Danau Toba;
b. mensinkronkan kebijakan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah; dan
c. mengevaluasi dan menyelenggarakan pengawasan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan kawasan pariwisata Danau Toba.
Tidak ada perubahan
Pasal 4
Dewan Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, terdiri atas:
a. Ketua merangkap anggota
: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;
1. Dewan Pengarah haruslah memberikan aturan main yang dilandasi kepada prinsip rencana kerja pemerintah sebagai visi misi presiden Nawacita.
2. Sinkronisasi perundang-undangan dan koordinasi antar lembaga agar
Pasal 4
Dewan Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, terdiri atas:
a. Ketua merangkap anggota
: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;
9
DANAU TOBA (YPDT)
d.
KetuaPelaksana Harian
: Menteri Pariwisata;
e.
Sekretaris :1.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;2.
Sekretaris Kementerian Pariwisata;d. Anggota :
1.
Menteri Keuangan;2.
Menteri Dalam Negeri;3.
Menteri PendayagunaanAparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;
4.
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas;5.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;6.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional;7.
Menteri Perhubungan;8.
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup;9.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;10.
Menteri Kelautan dan Perikanan;11.
Menteri Koperasi dan Usahadapat terwujud tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
(Nawacita nomor 2)
3. Kementerian pendidikan dan kebudayaan perlu dimasukkan berkaitan dengan pengelolaan aspek budaya dalam pembangunan Kawasan Pariwisata Danau Toba. Sesuai dengan semangat UU Pariwisata Nomor 10 Tahun 2009 pasal 12 ayat:
(1) Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek: a. sumber daya pariwisata
alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata;
b. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya; (2) Kawasan strategis pariwisata
harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat.
b. Anggota :
1.
Menteri Pariwisata2.
Menteri Keuangan;3.
Menteri Dalam Negeri;4.
Menteri PendayagunaanAparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;
5.
Menteri Negara PerencanaanPembangunan Nasional/ Kepala Bappenas;
6.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;7.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan8.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional;9.
Menteri Perhubungan;10.
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup;11.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;12.
Menteri Kelautan dan Perikanan;13.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;14.
Menteri Ketenagakerjaan;15.
Menteri Komunikasi danInformatika;
16.
Menteri Kesehatan;10
DANAU TOBA (YPDT) Kecil Menengah;
12.
Menteri Ketenagakerjaan;13.
Menteri Komunikasi danInformatika;
14.
Menteri Kesehatan;15.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal;16.
Sekretaris Kabinet; dan17.
Gubernur Sumatera Utara.17.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal;18.
Sekretaris Kabinet; dan19.
Gubernur Sumatera Utara.Pasal 5
(1) Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugasnya, Dewan Pengarah dapat dibentuk Sekretariat dan Kelompok Ahli.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara ex-officio oleh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata.
(3) Rincian tugas, susunan organisasi, keanggotaan dan tata kerja Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Ketua Harian Dewan Pengarah.
Pasal 5
(1) Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugasnya, Dewan Pengarah dapat dibentukdibantu Sekretariat. dan Kelompok Ahli.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara ex-officio oleh unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata kerja Kemenko Maritim Dan Sumber Daya.
(3) Rincian tugas, susunan organisasi, keanggotaan dan tata kerja Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Ketua Harian Dewan Pengarah
Pasal 6
Pendanaan pelaksanaan tugas Dewan Pengarah bersumber dari APBN dan sumber yang lain yang sah sesuai peraturan perundang undangan
Tidak ada perubahan, kembali ke kementerian keuangan, apakah pasal ini disatukan dengan pasal di bawah yaitu PENDANAAN
11
DANAU TOBA (YPDT) Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Dewan Pengarah berwenang meminta:
a. penjelasan kepada Badan Pelaksana terhadap hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan kawasan pariwisata Danau Toba;
b. masukan dan/atau mengadakan konsultasi dengan pihak lain yang dipandang perlu.
Tidak ada perubahan.
Bagian Ketiga Badan Pelaksana
Tidak ada perubahan
Pasal 8
(1) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pengarah melalui Menteri Pariwisata.
(2) Menteri Pariwisata membentuk organisasi Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Kementerian Pariwisata paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini diundangkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(3) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sesuai dengan ketentuan
Catatan:
1. Pasal 8 harus sinkron dengan pasal 1 ayat (2) dan pasal 2, dimana Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana merupakan satu kesatuan didalam Badan Otorita yang
dibedakan oleh Tusi, namun melalui kelembagaan ODT baik Badan Pelaksana maupun Dewan Pengarah berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Presiden RI.
2. Hal ini juga mengacu pada saat pelantikan atau dikeluarkannya SK
Pasal 8
(1) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pengarah melalui Menteri Pariwisata.
(2) Dewan Pengarah Menteri Pariwisata membentuk organisasi Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Kementerian Pariwisata paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini diundangkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(3) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
12
DANAU TOBA (YPDT)
perundang-undangan. presiden terhadap badan otorita,
siapa yang memegang mandat? Mohon dipertimbangkan peraturan perundang-undangan lain
menyangkut RANGKAP JABATAN.
Perlu kejelasan Siapa yang di SK kan oleh Presiden? Jikalau yang diSK kan adalah personel BODT, maka BODT baik itu Dewan Pengarah maupun Badan Pelaksana bertanggungjawab kepada Presiden RI.
Pasal 9
(1) Badan Pelaksana berkedudukan di Kawasan Pariwisata Danau Toba.
(2) Dalam hal diperlukan, Badan Pelaksana dapat membuka perwakilan di Jakarta atau di tempat lain.
Pengelolaan tanah bukanlah porto polio dari Kementerian Pariwisata. Dalam hal ini dibentuk suatu badan yang
melaksanakan percepatan dan optimalisasi pariwisata dalam hal ini menyangkut pertanahan.
Jangan terjadi debirokratisasi
Pasal 10
Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, sinkronisasi dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian kawasan pariwisata Danau Toba.
Dalam proses pengelolaan prinsip-prinsip transparansi dan partisipatif menjadi semangat good governance.
Pasal 10
Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, sinkronisasi dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian kawasan pariwisata Danau Toba dengan mengedepankan keterbukaan publik dan pelibatan masyarakat secara efektif.
13
DANAU TOBA (YPDT) Pasal 11
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Badan Pelaksana menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan Rencana Induk dan Rencana Detail Pengembangan dan Pembangunan Kepariwisataan Kawasan Pariwisata Danau Toba;
b. pelaksanaan koordinasi dan penguatan kebijakan pelaksanaan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian kawasan pariwisata Danau Toba;
c. kerja sama pengelolaan kawasan pariwisata Danau Toba;
d. perumusan strategi operasional pengembangan kepariwisataan kawasan Danau Toba;
e. pendampingan terhadap pengembangan kepariwisataan di kawasan Danau Toba; f. fasilitasi dan stimulasi percepatan
pertumbuhan pariwisata di kawasan pariwisata Danau Toba;
g. penyelenggaraan urusan perizinan dan non perizinan pusat dan daerah di kawasan kurang lebih 500 Ha pada Kawasan Pariwisata Danau Toba;
h. penetapan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan perencanaan, pengembangan, pembangunan,
14
DANAU TOBA (YPDT) pengelolaan, dan pengendalian kawasan
pariwisata Danau Toba;
i. pelaksanaan tugas lain terkait pengembangan kawasan pariwisata Danau Toba yang ditetapkan oleh Dewan Pengarah.
Bagian keempat Dewan Pengawas
Pasal 12
(1) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, berada dibawah koordinasi dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengarah.
(2) Dewan Pengarah membentuk Dewan Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersamaan dengan terbentuknya Badan Pelaksana.
(3) Dewan Pengawas berkedudukan di Kawasan
Pariwisata Danau Toba.
(4) Dewan Pengawas mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan baik dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengembangan kawasan Danau Toba berdasarkan masukan yang dikumpulkan dari masyarakat.
(5) Dewan Pengawas mempunyai fungsi sebagai
penyelaras pembangunan dan pengembangan kawasan sehingga sesuai dengan tata nilai dan pranata sosial masyarakat setempat.
(6) Dewan pengawas melaporkan hasil kegiatannya minimal 1 (satu) kali dalam setahun kepada dewan pengarah.
15
DANAU TOBA (YPDT)
Pasal 11A
(1) Rencana Induk Pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba dengan membuat rencana Tataruang Danau Toba dan sekitarnya
(2) Rencana Induk Pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya serta kebijakan Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah terkait bidang pariwisata paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Badan Pelaksana terbentuk.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan pelaksanaan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba diatur oleh Kepala Badan Pelaksana.
Tidak ada perubahan
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pemimpin Badan Pelaksana:
a. Melakukan koordinasi dengan Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Pemerintah Daerah Provinsi, Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota dan Lembaga terkait;
b. memperhatikan aspirasi dan masukan dari masyarakat.
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pemimpin Badan Pelaksana:
a. Melakukan koordinasi dengan Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Pemerintah Daerah Provinsi, Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota dan Lembaga terkait;
b. memperhatikan aspirasi dan masukan dari masyarakat;
16
DANAU TOBA (YPDT)
c. menjunjung tinggi nilai tradisi, adat, dan budaya masyarakat di Kawasan Danau Toba.
Pasal 13
(1) Badan Pelaksana wajib menyusun rencana detail pengembangan dan pembangunan di kawasan seluas kurang lebih 500 (lima ratus) hektar pada Kawasan Pariwisata Danau Toba paling lambat 3 bulan sejak Badan Pelaksana terbentuk.
(2) Rencana detil pengembangan dan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan target capaian sebagai berikut:
a. Tahun 2016 sebesar10% (sepuluh per seratus); b. Tahun 2017 sebesar 20% (duapuluh per seratus); c. Tahun 2018 sebesar30% (tigapuluh per seratus);
dan
d. Tahun 2019 sebesar 40% (empatpuluh per seratus).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana dan pelaksanaan rencana detail pengembangan wisata kawasan Danau Toba sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan Badan Pelaksana.
Pasal 13
(1) Badan Pelaksana wajib menyusun rencana detail pengembangan dan pembangunan di kawasan seluas kurang lebih 500 (lima ratus) hektar pada Kawasan Pariwisata Danau Toba paling lambat 3 bulan sejak Badan Pelaksana terbentuk.
(2) Rencana detil pengembangan dan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan target capaian sebagai berikut:
a. Tahun 2016 sebesar10% (sepuluh per seratus); b. Tahun 2017 sebesar 20% (duapuluh per seratus); c. Tahun 2018 sebesar30% (tigapuluh per seratus);
dan
d. Tahun 2019 sebesar 40% (empatpuluh per seratus).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana dan pelaksanaan rencana detail pengembangan wisata kawasan Danau Toba sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan Badan Pelaksana.
Pasal 14
(1) Susunan organisasi Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, terdiri atas:
a. Pejabat Pengelola; dan b. Dewan Pengawas.
(2) Pejabat Pengelola sebagaimana ayat (1) huruf a terdiri
Prinsip Pembentukan Badan Otorita adalah untuk mempermudah beban kerja Pemerintah Pusat (termasuk Kementerian Pariwisata) dengan adanya pemberian kewenangan kepada Badan Pelaksana. Selain itu, dalam rangka memangkas jalur birokrasi yang sangat
Pasal 14
(1) Susunan organisasi Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, terdiri atas:Pejabat Pengelola Pimpinan Badan Pelaksana Otorita dibantu oleh Pejabat teknis.
17
DANAU TOBA (YPDT) atas:
a. Pemimpin;
b. Pejabat Keuangan; dan c. Pejabat Teknis;
(3) Susunan organisasi dan tata kerja pejabat pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur lebih lanjut oleh Menteri Pariwisata atas hasil uji kemampuan dan kepatutan yang dilaksanakan atas usulan Dewan Pengarah paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.
(4) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dibentuk oleh Menteri Pariwisata setelah Badan Pelaksana beroperasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
panjang dan tidak efektif yang sangat bertentangan dengan prinsip percepatan.
(2) Pimpinan Badan Pelaksana Otorita dibentuk oleh Dewan Pengarah berdasarkan atas seleksi terbuka hasil uji kemampuan dan kepatutan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini diundangkan. (3) Pejabat Pengelola Teknis sebagaimana ayat (1) huruf
b terdiri atas:
a. Pejabat Administrasi b. Pejabat Keuangan; dan c. Pejabat Teknis pembangunan.
(4) Susunan organisasi dan tata kerja pejabat pengelola teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3)huruf a diatur lebih lanjut oleh Badan Pelaksana Otoritangelo Dewan Pengarah. Menteri Pariwisata atas hasil uji kemampuan dan kepatutan yang dilaksanakan atas usulan Dewan Pengarah paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.
(5) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dibentuk oleh Menteri Pariwisata setelah Badan Pelaksana beroperasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
(1) Ketentuan mengenai kepegawaian, penganggaran, pengelolaan Barang Milik Negara, serta pengadaan barang dan jasa oleh Badan Pelaksana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Badan Layanan Umum.
BAB III
PERTANGGUNGJAWABAN DAN LAPORAN
BAB III
18
DANAU TOBA (YPDT) Pasal 16
(1) Badan Pelaksana menyusun laporan pertanggung- jawaban pelaksanaan tugas.
(2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana pada ayat (1) paling kurang memuat laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan serta laporan kinerja.
(3) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Ketua Dewan Pengarah melalui Menteri Pariwisata dalam bentuk laporan semesteran, tahunan dan laporan akhir atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(4) Penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada standar akutansi.
(5) Apabila diperlukan Badan Pelaksana dapat diaudit oleh auditor independen.
(6) Masyarakat dapat memperoleh akses terhadap laporan keuangan, laporan kinerja dan laporan audit mengenai pelaksanaan tugas Otorita Danau Toba.
1. Prinsip transparansi dalam pengelolaan dana publik diluar APBN perlu dilakukan dengan menunjuk auditor independen untuk mewakili kepentingan publik. 2. Prinsip efisiensi organisasi/
birokrasi.
Pasal 16
(1) Badan Pelaksana menyusun laporan pertanggung- jawaban pelaksanaan tugas.
(2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana pada ayat (1) paling kurang memuat laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan serta laporan kinerja.
(3) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Presiden melalui Ketua Dewan Pengarah melalui Menteri Pariwisata dalam bentuk laporan semesteran, tahunan dan laporan akhir atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. (4) Penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada
standar akutansi yang berlaku.
(5) Apabila diperlukan Laporan Badan Pelaksana dapat diaudit oleh auditor independen setiap akhir tahun. (6) Masyarakat dapat memperoleh akses terhadap
laporan keuangan, laporan kinerja dan laporan audit mengenai pelaksanaan tugas Otorita Danau Toba.
BAB IV
PERUNTUKAN DAN PENGGUNAAN TANAH DI KAWASAN PARIWISATA DANAU TOBA
BAB IV
PERUNTUKAN DAN PENGGUNAAN TANAH DI KAWASAN PARIWISATA DANAU TOBA
Pasal 17
(1) Peruntukan dan penggunaan tanah dalam Kawasan Pariwisata Danau Toba untuk keperluan
bangunan-Ketentuan yang mengatur tentang peruntukan dan penggunaan tata guna
Pasal 17
(1) Peruntukan dan penggunaan tanah dalam Kawasan Pariwisata Danau Toba untuk keperluan
bangunan-19
DANAU TOBA (YPDT) bangunan, usaha-usaha dan fasilitas-fasilitas lainnya
yang bersangkutan dengan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan Kawasan Pariwisata Danau Toba mengacu Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya.
(2) Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan, pengelolaan sarana dan prasarana dan/atau pengusahaan kegiatan usaha dan/atau operasional lainnya pada kawasan kurang lebih 500 Ha, kepada Badan Pelaksana diberikan hak pengelolaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Hak pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), memberikan kewenangan kepada Badan Pelaksana untuk:
a. merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut;
b. menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan Kawasan Pariwisata Danau Toba;
c. menyewakan dan/atau mengadakan kerjasama penggunaan, pemanfaatan, dan pengelolaan tanah tersebut dengan pihak ketiga serta menerima uang pembayaran sewa dan/atau uang keuntungan hasil usaha kerjasama.
(4) Dalam rangka perolehan hak pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2):
a. apabila kawasan hak pengelolaan dimaksud merupakan kawasan peruntukan hutan maka dilakukan perubahan peruntukan dan fungsi
tanah harus memperhatikan hak-hak ekonomi sosial budaya masyarakat dengan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan dan partisipasi sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UU Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 dan UU Pemerintahan Daerah Nomor 23 Tahun 2014.
Catatan:
Perlu di defenisikan secara jelas yang dimaksud Kawasan Pariwisata Danau Toba serta cakupan wisata dimaksud. Menurut saya, Kawasan Pariwisata Danau Toba yaitu “suatu lokasi ataupun area dimana isi serta nilai kehidupan masyarakat baik didalam maupun diluar lokasi/area dapat dikelola menjadi objek wisata yang bernilai tinggi dengan tetap
mempertahankan originalitas, historis dan keasrian lokasinya terhadap lokasi disekitarnya.”
Defenisi ini harus ada dan di tempatkan di awal dari peraturan ini.
bangunan, usaha-usaha dan fasilitas-fasilitas lainnya yang bersangkutan dengan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan Kawasan Pariwisata Danau Toba mengacu Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya.
(2) Peruntukan dan penggunaan tanah sebagaimana ayat
(1), sedapat mungkin dilaksanakan dengan
perjanjian antara pemilik tanah dan investor dan diberikan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas Hak Milik Masyarakat;
(3) Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan, pengelolaan sarana dan prasarana dan/atau pengusahaan kegiatan usaha dan/atau operasional lainnya pada kawasan kurang lebih 500 Ha, kepada Badan Pelaksana diberikan hak pengelolaan di atas hak milik atau tanah negara yang dikuasai langsung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Hak pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (3) , memberikan kewenangan kepada Badan Pelaksana untuk:
a. merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut;
b. menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan Kawasan Pariwisata Danau Toba;
c. menyewakan dan/atau mengadakan kerjasama penggunaan, pemanfaatan, dan pengelolaan tanah tersebut dengan pihak ketiga serta
20
DANAU TOBA (YPDT) kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. apabila kawasan hak pengelolaan dimaksud dikuasai pihak ketiga, Badan Pelaksana memberikan ganti rugi yang layak dan adil kepada pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau penyertaan saham (share saham) pihak ketiga dalam pengusahaan oleh Badan Pelaksana yang tata cara dan pelaksanaannya di bawah koordinasi Dewan Pengarah.
menerima uang pembayaran sewa dan/atau uang keuntungan hasil usaha kerjasama.
(5) Dalam rangka perolehan hak pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2):Ayat (3) a. apabila kawasan hak pengelolaan dimaksud
merupakan kawasan peruntukan hutan maka dilakukan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. apabila kawasan hak pengelolaan dimaksud dikuasai pihak ketiga, Badan Pelaksana memberikan ganti rugi yang layak dan adil kepada pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau penyertaan saham (share saham) pihak ketiga dalam pengusahaan oleh Badan Pelaksana yang tata cara dan pelaksanaannya di bawah koordinasi Dewan Pengarah.
Pasal 18
Dalam rangka perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan dan proses perolehan Hak Pengelolaan Lahan pada kawasan kurang lebih 500 Ha di kawasan pariwisata Danau Toba sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (4) :
a. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir mempercepat proses perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan; dan
Nomenklatur dibentuknya badan Otorita Danau Toba yaitu untuk mengelola 7 Kawasan Danau Toba. Pengelolaan fokus pada satu wilayah, akan mendegradasi atau mendelegitimasi keberadaan Otorita Danau Toba itu sendiri yang memang “mengambil alih” penanganan Danau Toba dari 7 CEO menjadi 1 CEO.
Pasal 18
Dalam rangka perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan dan proses perolehan Hak Pengelolaan Lahan pada kawasan kurang lebih 500 Ha di kawasan pariwisata Danau Toba sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (4)Pasal 17 ayat (5)
a. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan seluruh Pemerintah Kabupaten di Kawasan Danau TobaToba Samosir agar mempercepat proses perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan menjadi bukan
21
DANAU TOBA (YPDT) b. Menteri Agraria dan Tata Ruang, Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara, dan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir mempercepat proses perolehan Hak Pengelolaan Lahan.
kawasan hutan dengan memperhatikan status pengukuhan kawasan hutannya; dan
b. Menteri Agraria dan Tata Ruang, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan Pemerintah Kabupaten di seluruh Kawasan Danau Toba Toba Samosir mempercepat proses pemberian atau pengakuan hak yang dikuasai masyarakat dan mempercepat proses perolehan Hak Pengelolaan Lahan.
Bagian Pertama
Kemudahan Pengurusan Perizinan dan Non Perizinan
Pasal 19
(1) Fasilitas dan kemudahan diberikan kepada pihak ketiga yang melakukan pengusahaan pada kawasan kurang lebih 500 Ha di Kawasan Pariwisata Danau Toba.
(2) Fasilitas dan kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bidang pengurusan perizinan dan non perizinan.
(3) Fasilitas dan kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan melalui penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan pada kawasan kurang lebih 500 Ha di Kawasan Pariwisata Danau Toba oleh Badan Pelaksana.
Pasal 19
(1) Fasilitas dan kemudahan diberikan kepada pihak ketiga yang melakukan pengusahaan pada kawasan kurang lebih 500 Ha di Kawasan Pariwisata Danau Toba.
(2) Fasilitas dan kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bidang pengurusan perizinan dan non perizinan dilakukan dengan niat baik tanpa paksaan. (3) Fasilitas dan kemudahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan melalui penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan pada kawasan kurang lebih 500 Ha di Kawasan Pariwisata Danau Toba oleh Badan Pelaksana.
22
DANAU TOBA (YPDT) Pasal 20
(1) Badan Pelaksana menyelenggarakan pelayanan perizinan dan non-perizinan Pusat dan Daerah untuk kawasan kurang lebih paling sedikit 500 Ha di Kawasan Pariwisata Danau Toba.
(2) Penyelenggaraan perizinan dan non-perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi bidang:
a. pekerjaan umum;
b. perumahan dan kawasan pemukiman; c. ketenagakerjaan;
d. lingkungan hidup e. perhubungan; f. penanaman modal g. perdagangan;
h. pertanahan dan tata ruang; i. pariwisata;
j. kehutanan;
k. Kelautan dan Perikanan; dan l. energi dan sumber daya mineral.
(3) Rincian perizinan dan non perizinansebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(4) Tata cara penyelenggaraan perizinan dan non perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada penyerahan kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
23
DANAU TOBA (YPDT) BAB V
PENDANAAN
Pasal 22
(1) Pendanaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Otorita Danau Toba bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Otorita Danau Toba dapat bekerjasama dengan badan usaha dan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Masukan Kementerian Keuangan:
(1) Dalam hal Badan Pelaksana melakukan kerjasama pengelolaan kawasan dengan mitra dengan batasan transaksi tertentu luas lebih .... ha perlu diketahui/disetujui Dewan Pengarah.
(2) Nilai transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Ketua Dewan Pengarah.
(3) Pemberian persetujuan tersebut secara teknis dilaksanakan oleh Sekretariat Dewan Pengarah.
Pasal 23
Penyusunan rencana kerja dan anggaran Badan Pelaksana dikelola oleh Kepala selaku KuasaPengguna Anggaran di lingkungan Badan Pelaksana.
24
DANAU TOBA (YPDT)
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 24
Rincian tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Pelaksana ditetapkan oleh Kepala setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dewan Pengarah dan mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP Pasal 24
Otorita Danau Toba melaksanakan tugas selama 25 (dua puluh lima) tahun, dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2041 dan dapat diperpanjang.
Pasal 26
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal …
25
DANAU TOBA (YPDT) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal …
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...
Catatan:
1. Pentingnya pengaturan tentang penghargaan terhadap budaya lokal
2. Peran Serta Masyarakat masyarakat sebaiknya dibuat pasal tersendiri yaitu terlibat secara aktif dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi pembangunan pariwisata di Kawasan Danau Toba yang dikoordinasikan oleh Badan Otorita Danau Toba secara langsung.
3. Diskusi Rancangan Peraturan Presiden RI tentang Otorita Danau Toba ini sebaiknya dibuka kesempatan untuk melibatkan unsur masyarakat (yayasan) dalam pembahasan bersama pemerintah.