• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANDALAN FORMULA KEKUATAN TEKAN RATA-RATA PERLU BETON NORMAL BERDASARKAN SNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANDALAN FORMULA KEKUATAN TEKAN RATA-RATA PERLU BETON NORMAL BERDASARKAN SNI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEANDALAN FORMULA KEKUATAN TEKAN RATA-RATA

PERLU BETON NORMAL BERDASARKAN SNI 03-2847-2002

Muhamad Abduh, Yoyo Lukiman

1 PENDAHULUAN

Peraturan atau code yang digunakan saat ini sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung di Indonesia adalah SNI 03-2847-2002 “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”, yang selanjutnya disebut SNI 2002. Peraturan ini dikembangkan berdasarkan Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971 dan merupakan hasil revisi dari SNI sebelumnya yaitu SNI 03-2847-1992. Peraturan ini merupakan acuan bagi perencana dan pelaksana konstruksi Indonesia untuk mendesain struktur beton bertulang yang aman dan ekonomis tanpa melanggar ketentuan minimum yang telah ditetapkan.

SNI 2002 ini sendiri dikembangkan dengan mengadopsi peraturan ACI 318M-99 dan ACI 318-02 yang digunakan di Amerika Serikat. Adopsi dilakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian untuk penetapan koefisien dan formulasi tertentu dalam perhitungan beton bertulang di Indonesia masih sangat minim. Peraturan ini dianggap memadai untuk diterapkan di Indonesia meskipun SNI 2002 ini diadopsi dari peraturan suatu negara maju yang memiliki tingkat kualitas material, pekerja, dan sistem pengendaliannya relatif lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, maka adalah relevan untuk melakukan pembuktian seberapa efektif peraturan ini untuk diimplementasikan dalam dunia konstruksi Indonesia.

Pasal 7, SNI 2002 menyatakan prosedur perencanaan pekerjaan beton yang berupa formula kekuatan tekan rata-rata perlu (fcr’) yang ditetapkan berdasarkan kekuatan tekan

rencana (fc’) dengan penambahan suatu faktor tertentu sesuai dengan simpangan baku

(deviasi standar) kuat tekan beton populasi (s). Terdapat kendala dalam implementasi pasal tersebut terkait dengan penetapan standar deviasi kuat tekan beton populasi. Menurut SNI 2002, nilai deviasi standar dapat diperoleh jika suatu fasilitas produksi beton mempunyai catatan hasil uji tertentu. Dengan demikian, formula ini hanya diperuntukkan untuk pekerjaan beton dengan jumlah besar yang diproduksi oleh suatu fasilitas produksi beton yang mempunyai sistem penjaminan mutu yang baik. Sedangkan untuk produksi beton yang dilakukan di lapangan secara otomatis tidak akan dapat menerapkan formula ini.

Untuk dapat mudah diterapkan di lapangan, SNI 2002 membatasi kemungkinan penggunaan formula pada pasal tersebut di atas untuk beton dengan mutu normal dan rendah yang banyak digunakan di lapangan. Untuk mutu beton dengan kekuatan antara 21 MPa hingga 35 MPa, terdapat penetapan kekuatan tekan rata-rata perlu yang tidak mengacu kepada deviasi standar kuat tekan beton populasi, tetapi kepada suatu formula yang tergantung pada kuat tekan rencana (fc’) ditambah dengan suatu konstanta tertentu

antara 7 MPa hingga 10 MPa, yang sebenarnya mencerminkan nilai faktor keamanan yang diadopsi oleh peraturan tersebut (lihat Tabel 1). Dalam SNI-2002 tersebut, tidak disebutkan secara tertulis seberapa besar tingkat kegagalan yang diakomodasi untuk faktor keamanan tersebut, tetapi di dalam ACI, yang menjadi acuan adopsi dalam SNI-2002, disebutkan probabilitas kegagalannya adalah 1%.

(2)

Tabel 1 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia untuk Menetapkan

Deviasi Standar (SNI 03-2847-s2002 Pasal 7)

Persyaratan Kuat Tekan, fc'

(MPa)

Kuat Tekan Rata-Rata Perlu, fcr'

(MPa)

Kurang dari 21 f’c + 7.0

21 sampai dengan 35 f’c+ 8.5

Lebih dari 35 f’c + 10.0

Karena formula ini diadopsi dari peraturan yang digunakan di suatu negara maju yang mempunyai tingkat kualitas material, pekerja, dan sistem pengendaliannya relatif lebih baik, maka tentunya perlu dilakukan penelitian seberapa besar tingkat keandalan formula tersebut jika diimplementasikan di Indonesia. Jika formula tersebut ternyata tidak cukup andal maka dapat menyebabkan kegagalan yang terjadi pada struktur akibat kegagalan beton untuk mencapai kinerja yang direncanakan. Untuk itu, tentunya perlu dilakukan penyelidikan secara seksama untuk mendapatkan keandalan masing-masing formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu tersebut agar mengurangi resiko kegagalan struktural yang terjadi di lapangan dan dapat menjadi bagian dari usaha penjaminan dan kendali mutu (quality assurance and control) pekerjaan beton.

2 METODA PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari tingkat keandalan tata cara perhitungan

struktur beton mutu normal (21 – 35 MPa) yang ditetapkan pada SNI 2002. Data yang

digunakan dalam penelitian ini sendiri didapat melalui mekanisme pengambilan data historis dari hasil pengujian mutu beton di Laboratorium Struktur dan Bahan, FTSL, ITB. Dari data tersebut akan diperoleh suatu distribusi tertentu yang memberikan gambaran

distribusi kekuatan tekan beton mutu normal (21 – 35 MPa) yang dikerjakan di wilayah

kota Bandung dan sekitarnya. Dengan adanya informasi yang terkait, maka dapat diketahui fungsi densitas probabilitas atau fungsi distribusi probabilitas yang tepat untuk data kuat tekan beton tersebut sehingga dapat ditetapkan tingkat keandalan setiap formula yang ditetapkan dalam SNI 2002.

Adapun tahapan penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan data hasil uji kekuatan tekan beton historis dari Laboratorium Struktur dan Bahan, FTSL, ITB.

2. Pengelompokkan data serta normalisasi umur beton untuk memperkirakan kekuatan tekan beton 28 hari.

3. Membuat histogram dari data kuat tekan beton yang telah dinormalisasi kemudian menentukan suatu distribusi probabilitas asumsi untuk masing-masing kelompok data.

4. Melakukan goodness-of-fit test terhadap distribusi probabilitas asumsi untuk menguji kecocokan data dengan distribusi tersebut.

5. Menentukan tingkat keandalan masing-masing formula perencanaan kekuatan tekan rata-rata perlu beton mutu normal yang berdasarkan SNI 2002.

6.

Analisis terhadap tingkat keandalan yang didapatkan untuk masing-masing formula serta saran lebih lanjut terkait dengan metoda perencanaan dan pelaksanaan untuk penjaminan kualitas beton mutu normal di lapangan.

(3)

Dalam penelitian ini, data uji tekan beton yang dipergunakan adalah data kuat tekan yang benda ujinya berbentuk silinder sehingga data yang benda ujinya berbentuk kubus dikonversi terlebih dahulu ke kuat tekan dalam bentuk silinder. Konversi dapat dilakukan dengan mengalikan data kuat tekan dalam kubus dengan 0.83. Selanjutnya data tersebut perlu diubah lagi ke satuan MPa dari satuan semulanya yang biasa masih dalam kg/cm2. Pengubahan satuan dari kg/cm2 ke MPa dilakukan dengan cara membagi data dengan 10,2 (asumsi percepatan gravitasi adalah 9,8 m/s2).

Setelah data melalui beberapa tahap konversi dari konversi penyeragaman data untuk benda uji yang bervariasi hingga normalisasi umur beton dan konversi satuan dari kg/cm2 menjadi MPa, maka langkah selanjutnya adalah pengelompokan data berdasarkan kuat tekan rencana yang diharapkan dari perencananya agar diperoleh data yang sesuai untuk penelitian ini. Pengelompokan dilakukan terhadap data yang memiliki kekuatan tekan rencana (fc’) yang sama.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji tingkat keandalan masing-masing formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang ditentukan berdasarkan kuat tekan rencana seperti yang tercantum dalam SNI, maka data akan dibagi dalam 3 kelompok, yaitu untuk kuat tekan rencana lebih kecil dari 21 MPa, antara 21-35 MPa, dan lebih besar dari 35 MPa. Karena keterbatasan jumlah data, selanjutnya akan dipilih masing-masing satu nilai kuat tekan rencana untuk mewakili masing-masing kelompok sehingga diperoleh satu nilai untuk kuat tekan rencana lebih kecil dari 21 MPa, satu nilai untuk kuat tekan rencana antara 21-35 MPa, dan satu nilai untuk kuat tekan rencana lebih besar dari 35 MPa.

Setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan kuat tekan rencananya dan pemilihan

secara seksama, maka diambil nilai kuat tekan rencana fc’ = 20,34 MPa untuk mewakili

kuat tekan rencana yang lebih kecil dari 21 MPa, nilai kuat tekan rencana fc’ = 30 MPa untuk mewakili kuat tekan rencana antara 21-35 MPa, dan nilai kuat tekan rencana fc’ = 40,67 MPa untuk mewakili kuat tekan rencana lebih besar dari 35 MPa. Pemilihan ketiga nilai kuat tekan tersebut untuk mewakili masing-masing kelompok kuat tekan rencana yang diteliti didasarkan pada jumlah data uji terbanyak yang terkumpul dari masing-masing nilai kuat tekan rencana. Jumlah data uji untuk masing-masing-masing-masing nilai kuat tekan rencana tersebut pun berbeda-beda di antaranya untuk fc’ = 20,34 MPa jumlah data ujinya adalah sebanyak 182, untuk fc’ = 30 MPa jumlah data ujinya adalah sebanyak 193, dan untuk fc’ = 40,67 MPa jumlah data ujinya adalah sebanyak 81.

3 HASIL PENELITIAN

1.1. Uji Fungsi Distribusi Probabilitas

Untuk mempermudah pengolahan data, maka digunakan perangkat lunak SPSS yang digunakan untuk menampilkan histogram dan kurva distribusi normal dari data kuat tekan rata perlu. Selain itu SPSS juga dapat digunakan untuk menentukan nilai

rata-rata dan deviasi standar dari kurva yang bersangkutan serta melakukan goodness-of-fit

test terhadap distribusi yang diasumsikan, dalam hal ini adalah distribusi normal dan lognormal. Hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3, yang juga menunjukkan nilai mean dan standar deviasi masing-masing kelompok data.

(4)

Gambar 1 Histogram dan Kurva Distribusi Normal untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (fc')

20,34 MPa (Lukiman, 2010)

Gambar 2 Histogram dan Kurva Distribusi Normal untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (fc')

(5)

Gambar 3 Histogram dan Kurva Distribusi Normal untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (fc')

40,67 Mpa (Lukiman, 2010)

Setelah didapatkan gambaran kurva distribusi normal untuk masing-masing data yang ditinjau, maka selanjutnya dilakukan goodness-of-fit test terhadap distribusi yang diasumsikan untuk mengetahui apakah distribusi probabilitas yang diasumsikan tersebut merupakan model yang valid untuk data yang diperoleh. Pengujian ini dilakukan hanya dengan metoda Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model distribusi yang tepat untuk menggambarkan data kuat tekan < 21 MPa, 21 – 35 MPa, dan > 35 MPa masing-masing adalah distribusi lognormal, distribusi lognormal, dan distribusi normal sebagaimana terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Probabilitas untuk Masing-masing Kelompok Kuat Tekan (Lukiman, 2010)

Kuat Tekan Rencana (fc') Distribusi Probabilitas

< 21 Lognormal

21 – 35 Lognormal

> 35 Normal

1.2. Kuat Tekan Rata-rata Perlu

Setelah distribusi yang diasumsikan telah dinyatakan cocok untuk menggambarkan data yang sedang diteliti, maka langkah selanjutnya adalah menentukan formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu (fcr’) yang diperoleh. Untuk formula perhitungan kuat tekan

rata-rata perlu dengan kuat tekan rencananya < 21 MPa akan diwakili oleh data penelitian dengan kuat tekan rencana 20.34 MPa, sedangkan yang kuat tekan

(6)

rencana 30 MPa, dan yang kuat tekan rencananya > 35 MPa akan diwakili oleh data penelitian dengan kuat tekan rencana 40.67 MPa.

Nilai mean yang diperoleh merupakan nilai kuat tekan rata-rata perlu (fcr’) sehingga akan

didapat suatu formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang merupakan penambahan nilai kuat tekan rencana (fc’) dengan suatu konstanta tertentu seperti

halnya formula yang ditetapkan dalam SNI 2002.

Formula-formula yang diperoleh untuk masing-masing kuat tekan rencana (fc’) dari data

kuat tekan rata-rata perlu (fcr’), adalah sebagai berikut:

Untuk fc’ < 21 MPa fcr’ = fc’ + 5,34 (1)

Untuk fc’ antara 21 – 35 MPa fcr’ = fc’ + 4,35 (2)

Untuk fc’ > 35 MPa fcr’ = fc’ + 3,39 (3)

Jika dilihat sekilas, maka nampak rumus 1, 2, dan 3 tidak sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI-2002, seperti pada Tabel 1. Pertanyaan selanjutnya adalah dengan rumus temuan seperti itu adalah seberapa andal rumus tersebut atau dengan kata lain berapa probabilitas kegagalan dari data yang ada. Untuk itu, maka perlu dicari nilai simpangan bakunya terlebih dahulu.

1.3. Simpangan Baku

Formula kuat tekan rata-rata perlu (fcr’) pada code ditetapkan dengan asumsi probabilitas

kegagalan yang terjadi adalah 1 dalam 100 percobaan. Dengan kata lain, probabilitas kegagalan untuk formula tersebut adalah sebesar 1 %. Selanjutnya, berdasarkaan formula tersebut di atas, dihitung simpangan baku code dan juga simpangan baku aktual. Deviasi standar code adalah deviasi standar yang digunakan dalam code dengan asumsi probabilitas kegagalan sebesar 1 % sedangkan deviasi standar aktual adalah deviasi standar yang diperoleh dari penelitian. Adapun nilai yang didapat adalah seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan antara Deviasi Standar Code dengan Deviasi Standar Aktual

(Lukiman, 2010) Kuat Tekan

Rencana (fc')

Deviasi Standar Code Deviasi Standar Aktual

(MPa) (

code) (aktual)

< 21 3.004 3.134

21 – 35 3.648 2.654

> 35 4.292 4.434

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara deviasi standar dalam code dengan deviasi standar yang diperoleh dari penelitian. Bahkan untuk kuat tekan rencana antara 21 – 35 MPa, deviasi standar aktual lebih kecil daripada deviasi standar code. Hal ini menunjukkan bahwa variasi pekerjaan beton (kualitas material, cara kerja, sistem produksi, dll.), untuk data yang diteliti, di Indonesia tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, karena data sebagian besar berasal dari produksi ready-mixed yang sudah pasti terkendali.

(7)

1.4. Keandalan Formula

Keandalan formula ditetapkan berdasarkan kepada probabilitas kegagalan aktual. Probabilitas kegagalan aktual ini adalah nilai probabilitas kegagalan yang terjadi pada formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang diperoleh dari penelitian. Probabilitas kegagalan aktual ini perlu dicari untuk dibandingkan dengan probabilitas

kegagalan yang digunakan dalam code, yaitu sebesar 1 %. Tabel 4 menunjukkan hasil

perhitungannya.

Tabel 4 Perbandingan antara Probabilitas Kegagalan Aktual dengan Probabilitas

Kegagalan Code (Lukiman, 2010)

Kuat Tekan Rencana (fc') Probabilitas Kegagalan Probabilitas Kegagalan

(MPa) Code Aktual

< 21 1% 3.14 %

21 – 35 1% 4.75 %

> 35 1% 22.06 %

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa formula-formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang diperoleh dari penelitian mempunyai nilai probabilitas kegagalan yang lebih besar dari 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun deviasi standar sudah sesuai dengan yang terdapat dalam SNI-2002, namun pekerjaan beton di Indonesia belum

memberikan keandalan yang diharapkan dalam code yang berlaku.

4 USULAN FORMULA KUAT TEKAN RATA-RATA PERLU DAN BATAS

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditetapkan kuat tekan rata-rata perlu yang seharusnya yang merupakan nilai kuat tekan rata-rata perlu untuk mencapai probabilitas kegagalan sebesar 1 %. Tabel 5 berikut adalah formula hasil perhitungannya dibandingkan dengan formula yang ada pada SNI-2002.

Tabel 5 Perbandingan antara Formula Perhitungan Kuat Tekan Rata-Rata Perlu dari

Code dan yang Seharusnya (Lukiman, 2010)

Kuat Tekan Rencana (fc') Kuat Tekan Rata2 Perlu (fcr') Kuat Tekan Rata2 Perlu (fcr')

(MPa) (code) (seharusnya)

< 21 fc' + 7 fc' + 6.89

21 – 35 fc' + 8.5 fc' + 6

> 35 fc' + 10 fc' + 10.33

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk kuat tekan rencana > 35 MPa, konstanta dalam formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang seharusnya dengan code

tidak berbeda jauh. Hal ini disebabkan oleh nilai deviasi standar aktual dan code yang juga tidak berbeda jauh. Sedangkan untuk kuat tekan rencana < 21 MPa dan antara 21 –

(8)

sehingga dapat disimpulkan bahwa formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu code

untuk kedua kelompok ini sudah relatif aman untuk diterapkan di Indonesia

Berdasarkan formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu aktual di atas, maka dapat direkomendasikan suatu formula perbaikan untuk sebagai berikut.

Untuk fc’ < 21 MPa fcr’ = fc’ + 7 (4)

Untuk fc’ antara 21 – 35 MPa fcr’ = fc’ + 8.5 (5)

Untuk fc’ > 35 MPa fcr’ = fc’ + 10.5 (6)

Konstanta-konstanta penambah di atas diperoleh berdasarkan nilai kuat tekan rata-rata perlu aktual seharusnya pada Tabel 5. Untuk kuat tekan rencana < 21 MPa dan antara 21 – 35 MPa, diambil konstanta penambahnya sebesar 7 dan 8.5 yang sesuai dengan code karena formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu code untuk kedua kelompok ini dianggap sudah relatif aman diterapkan di Indonesia. Sedangkan untuk kuat tekan rencana > 35 MPa, konstanta penambah yang diambil berasal dari konstanta penambah pada kuat tekan rata-rata perlu aktual seharusnya yang diperoleh dalam perhitungan subbab sebelumnya, yaitu sebesar 10.33. Dengan tujuan untuk lebih meningkatkan faktor keamanannya maka diambil konstanta penambah sebesar 10.5 yang merupakan pembulatan ke atas dari 10.33. Namun karena rumus kuat tekan rata-rata perlu untuk beton > 35 MPa ini hanya didapat dari 81 buat data, maka adalah bijak berharap konstanta 10 sudah mencukupi.

Dengan demikian, usulan perbaikan pada rumus 4, 5, dan 6 nampak tidak signifikan jika dibanding dengan SNI-2002. Untuk kepraktisan, maka usulan lebih lanjut adalah tetap menggunakan rumus yang ada pada SNI-2002. Ini berarti keandalannya akan meningkat meningkat. Namun demikian, masih tetap ada pertanyaan lebih lanjut, bagaimana jika ditemukan di lapangan nilai yang tidak sesuai dengan rumus tersebut. Maka dibutuhkan nilai batas terima kuat tekan rata-rata di lapangan. Selanjutnya akan ditetapkan nilai batas diterimanya suatu kuat tekan rata-rata perlu yang berada di bawah rekomendasi formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu di atas.

Nilai batas ini ditetapkan dari perhitungan untuk kuat tekan rata-rata perlu aktual dengan probabilitas kegagalan sebesar 5 %. Probabilitas kegagalan ini diambil berdasarkan PBI 1971 Bab 4 yang mensyaratkan bahwa nilai kemungkinan kekuatan tekan yang diuji kurang dari kuat tekan rencananya diperbolehkan terbatas sampai 5 % saja. Hal ini diusulkan untuk kemudahan pelaksanaan praktek di lapangan, dibandingkan dengan harusnya dicek data secara statistik.

Nilai batas yang diperoleh dari perhitungan merupakan toleransi diterimanya suatu kuat tekan rata-rata di lapangan yang nilainya kurang dari kuat tekan rata-rata perlu yang direkomendasikan. Sebagai contoh bila terdapat hasil uji tekan beton untuk kuat tekan rencana < 21 MPa dan diperoleh nilai kuat tekan rata-ratanya lebih kecil dari fc’ + 4.7

maka harus ditolak karena lebih kecil dari kuat tekan rata-rata batas. Sedangkan jika nilai kuat tekan rata-ratanya berada di bawah kuat tekan rata-rata perlu rekomendasi sebesar fc’ + 7 namun masih di atas fc’ + 4.7, maka hasil uji tersebut masih boleh

diterima. Tabel 6 berikut menunjukkan formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu rekomendasi beserta kuat tekan rata-rata batas terimanya.

(9)

Tabel 6 Formula Perhitungan Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Rekomendasi dan Kuat Tekan Rata-rata Batas

Kuat Tekan Rencana (fc') Kuat Tekan Rata2 Perlu (fcr') Kuat Tekan Rata2

(MPa) Rekomendasi dan SNI Batas

< 21 fc' + 7 fc' + 4.7

21 – 35 fc' + 8.5 fc' + 6.5

> 35 fc' + 10 fc' + 7.3

Satu hal yang patut dicatat di sini adalah formula pada Tabel 6 dikembangkan atas data yang jumlahnya masih terbatas dengan sumber dari produksi beton ready-mixed di wilayah Bandung dan sekitarnya.

5 KESIMPULAN

Tidak terdapat perbedaan yang besar antara deviasi standar dalam code dengan deviasi

standar yang diperoleh dari penelitian bahkan untuk kuat tekan rencana antara 21 - 35 MPa, deviasi standar aktual lebih kecil daripada deviasi standar code. Hal ini menunjukkan bahwa variasi pekerjaan beton (kualitas material, cara kerja, sistem produksi, dll.) di Indonesia sudah cukup baik dan tidak jauh berbeda jika dibandingkan

dengan Amerika Serikat. Artinya produsen beton ready-mixed di Indonesia sudah

melakukan prosedur produksi dengan cukup baik.

Namun demikian, karena kualitas material, keandalan formula SNI-2002 masih rendah dibandingkan yang diharapkan dalam ACI, yaitu 1%. Formula-formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang diperoleh dari penelitian mempunyai nilai probabilitas kegagalan yang lebih besar dari 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan beton di Indonesia belum bisa sepenuhnya mengikuti code yang berlaku. Apalagi pekerjaan

beton yang di lakukan di lapangan dengan tidak menggunakan beton ready-mixed akan

sangat dipertanyakan kompatibilitas terhadap SNI-2002, begitu pula keandalannya. Hal ini tetap memberikan peringatan kepada praktisi di Indonesia untuk hati-hati menerapkan formula yang ada di SNI-2002 ini.

Untuk lebih meyakinkan hasil penelitian awal ini, maka adalah suatu upaya yang sangat strategis jika penelitian seperti ini dilanjutkan dengan jumlah data yang lebih banyak, baik dari produksi beton ready-mixed maupun dari produksi beton di lapangan, dan dari sumber data seluruh Indonesia. Dengan demikian, keyakinan akan keandalah formula yang ada di SNI 2002 dapat diverifikasi dengan meyakinkan. Selain itu, untuk lebih lanjutnya, prosedur pengendalian kualitas beton di lapangan harus segera dibuat agar implementasi SNI-2002 ini dapat efektif. Usulan formula kuat tekan rata-rata perlu dan kuat tekan rata-rata batas hanya sebagai upaya pragmatis yang dapat dilakukan dalam penelelitian yang terbatas ini. Penelitian lebih lanjut untuk mendukung prosedur pengendalian mutu beton di lapangan harus dilakukan.

(10)

6 DAFTAR PUSTAKA

ACI 318 (2005). ”Buildings Code Requirements for Structural Concrete”. Chapter 5. Ang, A. dan Tang, W. (1992). ”Konsep-Konsep Probabilitas dalam Perencanaan dan

Perancangan Rekayasa”. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Lukiman, Y. (2010). Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB.

Montgomery, D. C. (2009) ”Introduction to Statistical Quality Control, Sixth Edition ”. John Wiley & Sons, Inc.

SNI – 03 – 2847 – S2002 (2002). ”Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”.

Makalah ini disampaikan dalam rangka diseminasi informasi melalui Seminar HAKI. Isi makalah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis, dan tidak mewakili pendapat HAKI.

Gambar

Gambar 1  Histogram dan Kurva Distribusi Normal untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (f c ')
Gambar 3  Histogram dan Kurva Distribusi Normal untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (f c ')
Tabel 3  Perbandingan antara Deviasi Standar Code dengan Deviasi Standar Aktual  (Lukiman, 2010)
Tabel 5  Perbandingan antara Formula Perhitungan Kuat Tekan Rata-Rata Perlu dari
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengendalian manajemen menjadi penting untuk diterapkan agar karyawan dapat bertindak selaras dengan tujuan badan usaha dan mampu menciptakan prestasi kerja seperti

Analisis (Analysis) / C4 : Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian

Renja Dinas Pertanian Peternakan Kelautan dan Perikanan berpedoman pada Perda Kabupaten Purworejo nomor 2 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Berdasarkan hasil pengolahan data spektrum frekuensi yang dilakukan pada rekaman sinyal gempa vulkanik Gunung Guntur yang telah diseleksi, maka diperoleh nilai

Busur api merupakan fenomena percikan api yang timbul akibat adanya arus gangguan hubung singkat, oleh sebab itu dengan adanya analisa terhadap busur api ini nantinya

Metode penerapan Ipteks yang digunakan yaitu mengevaluasi bagaimana berjalannya system akuntansi penggajian pegawai negeri sipil pada Dinas Lingkungan Hidup Daerah

Hasil penelitian menyatakan bahwa pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran buah belimbing organik pada Kelompok Tani Sekar Sari Subak Mambal jumlah