• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 39/ 06/ 61/ Th XIX , 1 Juli 2016

I

NDEKS

P

EMBANGUNAN

M

ANUSIA

(IPM)

T

AHUN

2015

1.

Perkembangan IPM Kalimantan Barat Tahun 2010-2015

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

IPM Kalimantan Barat Tahun 2015

Pembangunan manusia di Kalimantan Barat pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat. Pada tahun 2015, IPM Kalimantan Barat telah mencapai 65,59. Angka ini meningkat sebesar 0,70 poin dibandingkan dengan IPM Kalimantan Barat pada tahun 2014 yang sebesar 64,89

Pada tahun 2015, pembangunan manusia di Kalimantan Barat masih berstatus “sedang”, masih sama dengan statusnya pada tahun 2014. IPM Kalimantan Barat pada tahun 2015 tumbuh sebesar 1,08 persen dibandingkan tahun 2014.

Selama periode 2014 hingga 2015, komponen pembentuk IPM juga mengalami peningkatan. Bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 69,87 tahun, meningkat 0,11 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama 12,25 tahun, meningkat 0,36 tahun dibandingkan pada 2014. Sementara itu, penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 6,93 tahun, meningkat 0,11 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) masyarakat telah mencapai 8,28 juta rupiah pada tahun 2015, meningkat Rp 104,35 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.

(2)

didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.

IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.

IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Kalimantan Barat terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2015. IPM Kalimantan Barat meningkat dari 61,97 pada tahun 2010 menjadi 65,59 pada tahun 2015. Selama periode tersebut, IPM Kalimantan Barat rata-rata tumbuh sebesar 1,14 persen per tahun. Pada periode 2014-2015, IPM Kalimantan Barat tumbuh 1,08 persen. Pertumbuhan pada periode tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kenaikan pada perode 2013-2014, hanya tumbuh sebesar 0,91 persen. Meskipun selama periode 2010 hingga 2015 IPM Kalimantan Barat menunjukkan kemajuan yang besar, status pembangunan manusia Kalimantan Barat masih stagnan. Hingga saat ini, pembangunan manusia Kalimantan Barat masih berstatus “sedang”, dan masih sama sejak tahun 2010.

Gambar 1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat, 2010-2015

61.97 62.35 63.41 64.3 64.89 65.59 60 61 62 63 64 65 66 2010 2011 2012 2013 2014 2015

2.

Pencapaian Kapabilitas Dasar Manusia

Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, indeks masing-masing komponen IPM juga menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.

(3)

Tabel 1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat Menurut Komponen,

2010-2015

Komponen Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Angka harapan hidup saat lahir (AHH) Tahun 69.06 69.26 69.46 69.66 69.76 69.87 Harapan lama sekolah (HLS) Tahun 10.79 10.80 11.11 11.60 11.89 12.25 Rata-rata lama sekolah (RLS) Tahun 6.27 6.32 6.62 6.69 6.83 6.93 Pengeluaran per kapita disesuaikan Rp 000 7,654 7,825 8,002 8,127 8,175 8,279

IPM 61.97 62.35 63.41 64.30 64.89 65.59

Pertumbuhan IPM % 0.63 1.70 1.39 0.91 1.08

A. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Angka Harapan Hidup saat lahir yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2015, Kalimantan Barat telah berhasil meningkatkan Angka Harapan Hidup saat lahir sebesar 0,81 tahun. Selama periode tersebut, secara rata-rata Angka Harapan Hidup tumbuh sebesar 0,23 persen per tahun. Pada tahun 2010, Angka Harapan Hidup saat lahir di Kalimantan Barat hanya sebesar 69,06 tahun, dan pada tahun 2015 telah mencapai 69,87 tahun.

Gambar 2

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Kalimantan Barat (tahun), 2010-2015

(4)

penduduk yang bersekolah. Di tahun 2015, Harapan Lama Sekolah di Kalimantan Barat telah mencapai 12,25 yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA atau D1. Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah di Kalimantan Barat tumbuh 2,03 persen per tahun selama periode 2010 hingga 2015. Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia Kalimantan Barat yang lebih baik. Hingga tahun 2015, secara rata-rata penduduk Kalimantan Barat usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingg kelas VII (SMP kelas I).

Gambar 3

Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Kalimantan Barat(tahun),

2010-2015

C. Dimensi Standard Hidup Layak

Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standard hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (harga konstan 2012). Pada tahun 2015, pengeluaran per kapita masyarakat Kalimantan Barat mencapai Rp 8,28 juta per tahun. Selama lima tahun terakhir, rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat meningkat sebesar 129 ribu per tahun.

Gambar 4

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan di Kalimantan Barat, (Rp 000), 2010-2015 7,654 7,825 8,002 8,127 8,175 8,279 2010 2011 2012 2013 2014 2015 10.79 10.80 11.11 11.60 11.89 12.25 6.27 6.32 6.62 6.69 6.83 6.93 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(5)

3.

Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota

Pada tahun 2015, pencapaian pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar antara 60,09 (Kayong Utara) hingga 77,52 (Kota Pontianak). Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 67,33 tahun (Kayong Utara) hingga 72,99 tahun (Bengkayang). Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara 10,67 tahun (Sanggau) hingga 14,48 tahun (Kota Pontianak), serta Rata-rata Lama Sekolah berkisar antara 5,37 tahun (Kayong Utara) hingga 9,77 tahun (Kota Pontianak). Sedangkan, pengeluaran per kapita disesuaikan di tingkat kabupaten/kota berkisar antara 6,64 juta rupiah per tahun (Kapuas Hulu) hingga 13,74 juta rupiah per tahun (Kota Pontianak).

Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2015 juga terlihat dari perubahan status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Dari 14 kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Barat, tahun 2015 terdapat 2(dua) kota berstatus “tinggi” yaitu kota Pontianak dan kota Singkawang, sedangkan 13 kabupaten/kota lainnya berstatus “sedang”. Keadaan ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mana pada tahun 2014 kota Singkawang berstatus “sedang” dan kabupaten Kayong Utara berstatus “rendah” .

Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga tercermin pada level kabupaten/kota. Selama periode 2014 hingga 2015, seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM. Pada periode ini, tiga kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Kayong Utara (2,69%), Kabupaten Sanggau (1,60%), dan Kabupaten Sintang (1,56%). Kemajuan pembangunan manusia di 3(tiga) kabupaten tersebut didorong oleh dimensi pendidikan.

(6)

Tabel 2

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota, 2014-2015

Provinsi/Kabupaten/ Kota

AHH HLS RLS Pengeluaran IPM

2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 KALIMANTAN BARAT 69.76 69.87 11.89 12.25 6.83 6.93 8,175 8,279 64.89 65.59 Sambas 67.74 67.94 11.46 11.70 5.80 6.13 9,153 9,195 63.28 64.14 Bengkayang 72.89 72.99 11.11 11.14 5.97 5.98 8,363 8,489 64.40 64.65 Landak 71.97 72.07 12.00 12.03 7.05 7.06 6,417 6,670 63.59 64.12 Pontianak 70.28 70.28 11.75 11.91 6.33 6.45 7,063 7,238 62.78 63.37 Sanggau 70.28 70.58 10.60 10.67 6.37 6.74 7,411 7,622 62.06 63.05 Ketapang 70.51 70.51 10.90 10.95 6.22 6.56 8,159 8,350 63.27 64.03 Sintang 70.95 71.05 10.25 10.84 6.63 6.70 8,098 8,224 63.19 64.18 Kapuas Hulu 71.94 71.94 11.80 11.83 6.65 7.00 6,440 6,640 62.90 63.73 Sekadau 70.80 70.90 11.12 11.23 6.54 6.55 6,689 6,795 61.98 62.34 Melawai 72.38 72.38 10.65 10.78 6.00 6.42 7,727 7,841 62.89 63.78 Kayong Utara 67.03 67.33 10.89 11.74 5.19 5.37 6,769 6,950 58.52 60.09 Kubu Raya 69.64 69.74 12.34 12.55 6.41 6.56 7,973 7,994 64.52 65.02 Kota Pontianak 72.01 72.11 13.84 14.48 9.62 9.77 13,706 13,737 76.63 77.52 Kota Singkawang 70.84 71.04 12.80 12.84 7.26 7.28 10,950 10,982 69.84 70.03 Keterangan :

AHH : Angka Harapan Hidup saat lahir HLS : Harapan Lama Sekolah RLS : Rata-rata Lama Sekolah

(7)

CATATAN TEKNIS I. Sumber Data

o Angka Harapan Hidup saat lahir: Sensus Penduduk 2010 (SP-2010), Proyeksi Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS).

o Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan: Survei Sosial Ekonomi Nasional dan (SUSENAS)

II. Penyusunan Indeks

Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut:

Indeks Kesehatan

Indeks Pendidikan

Indeks Pengeluaran

Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam tabel berikut.

Komponen Satuan Min Max

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH0) Tahun 20 85

Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 0 18

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 0 15

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Rupiah 1.007.436 26.572.352

Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai:

(8)

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Martalena, MM

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Telepon: 0561-735345 E-mail : nwas6100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

terfermentasi sebagai pakan pada ikan patin belum ada maka perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tepung ampas kelapa terfermentasi sebagai bahan dalam

PEKERJAAN : : PENGADAAN PENGADAAN DAN DAN PEMASANGAN PEMASANGAN FLOOD FLOOD LIGHT LIGHT TIANG GANDA. TIANG

Multimedia interaktif sebagai media pem- belajaran yang efektif dalam mata pelajaran menggambar busana dapat: 1) memperjelas pe- san agar tidak terlalu verbalistis; 2) mengatasi

Di Indonesia, penelitian disclosure dan corpo- rate governance juga dilakukan, antara lain oleh Khomsiyah (2003) yang menunjukkan bahwa indeks corporate governance

Sedangkan Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan Perundang-Undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan

Objek dalam penelitian ini adalah kualitas soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berdasarkan analisis validitas, reliabilitas, kesukaran item, daya pembeda

Pada posisi problematis inilah pentingnya penelitian ini dilakukan dan potensi hasil yang daharapkan sesuai dengan Rencana Induk Penelitian Universitas Udayana

21 Seperti yang dikatakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah sudah meresahkan. Untuk menciptakan Indonesia yang bersih dan