• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA

Ni Kadek Dwi Adnyani

1

, Nyoman Jampel

2

, Nyoman Kusmaryatni

3

123

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Adnyanikadek24@yahoo.com, nyoman.jampel@yahoo.com,

nym_kusmariyatni@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014, (2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa Tahun Ajaran 2013/2014, sebanyak 17 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan metode tes. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Data awal persentase aktivitas belajar siswa sebesar 52,5%, terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 68,48% berada pada katagori aktif ternyata terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 76,44% berada pada katagori sangat aktif. (2) implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Data awal persentase hasil belajar siswa sebesar 52,94% , terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 76,47% berada pada katagori baik ternyata terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 88,23% berada pada katagori sangat baik. Jadi, simpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah.

Kata kunci: model pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran IPA, aktivitas, hasil belajar

ABSTRACT

This present study aimed (1) To investigating the improvement of student learning activities in the teaching and learning process with the implementation of problem-based learning in teaching science in IV grade of SD N 1Tigawasa academic year 2013/2014, (2) To improve the student learning outcomes after the implementation of problem based in teaching science in class IV of SD N 1Tigawasa in the academic year 2013/2014. This study is a classroom action research was conducted in two cycles. The subjects were students of class IV of SD N 1 Tigawasa in the academic Year2013/2014, there are 17 students. The data collection in this study was conducted using of observation and tests. Data were analyzed using descriptive-quantitative analysis method. The results showed that, (1) the implementation of problem-based learning can improve student learning activities in teaching science in

(2)

class IV of SD N 1Tigawasa in the academic year 2013/2014. The data preliminary observation on percentage of students' learning activity by 52.5%, and increase in cycle I to 68.48% in the active category and increase in cycle II to 76.44% at the very active category. (2) The implementation of problem-based learning model can improve student learning outcomes in science teaching Fourth Grade SD Negeri 1 Tigawasa Buleleng in the academic Year 2013/2014. The data The data preliminary on percentage of student learning outcomes at 52.94%, an increase in cycle I to 76.47% in the category of well that was an improvement in cycle II to 88.23% at the very good category. The conclusion of this study there is an improvement activity and student learning outcomes in learning science with the implementation of problem-based learning.

Keywords: Problem-based learning, learning science, activities, learning outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama untuk membangun bangsa dan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam kehidupan berbangsa dan negara. Tujuan Pendidikan Nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berpijak dari tujuan pendidikan tersebut, pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, melalui program pendidikan terus diupayakan dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan manusia Indonesia yang seutuhnya, dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan menentukan mutu kehidupan bangsa untuk mengatasi persoalan maupun tantangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang.

Upaya untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya dan sumber daya manusia yang berkualitas sangat terlihat jelas, pemerintah dengan menganggarkan dana 20% dari APBN di bidang pendidikan dan terobosan terus dilakukan, baik memberikan tunjangan sertifikasi untuk menghargai tingkat keprofesionalan guru dalam mendidik dan mengajar, serta

kurikulum terus disempurnakan seiring dengan perkembangan jaman.

Berbagai usaha dan terobosan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun setiap tahunnya, pada pelaksanaan UAN masih ada beberapa siswa yang tidak lulus. Tidak lulusannya beberapa siswa pada pelaksanaan UAN merupakan masalah yang harus dicermati agar ditemukan solusi pemecahannya.

Dari permasalahan yang diatas, sekarang kembalikan kepelaksana pendidikan yang ada di sekolah, baik guru maupun murid. Peningkatan kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh peningkatan kualitas pembelajaran yang banyak ditentukan oleh pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru. Karena besarnya peranan tersebut akan menjadikan baik atau buruk dan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh faktor guru, murid, metode, sarana, pemerintah serta lingkungan pendidikan dan sebagainya. Menyiapkan pembelajaran yang baik akan berhasil bila disajikan dengan cara yang tepat. Oleh karena itu guru senantiasa diharapkan mengembangkan model pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi optimal.

Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru itu sendiri, guru diharapkan bisa mengembangkan pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang bermakna. Untuk menjadikan pembelajaran yang bermakna tersebut, pembelajaran hendaknya diarahkan ke kontruktivisme dan mengembangkan model pembelajaran yang

(3)

inovatif, yang nantinya pengetahuan siswa dibangun melalui pengetahuan awal yang dimilikinya. Selain membangun pengetahuan awal yang dimiliki siswa, proses pembelajaran dapat melatih keterampilan, dan pembelajaran diharapkan menyenangkan dan menantang. Mengingat karakteristik anak SD adalah bermain dan sangat dekat dengan lingkungan, guru harus memahami karakteristik peserta didik dan diharuskan bisa menciptakan suasana belajar dalam pembelajaran, sehingga siswa termotivasi dan pembelajaran tersebut akan dirasakan ada manfaatnya dalam kehidupan nyata.

Pembelajaran yang bermakna merupakan pembelajaran yang di dalam proses pembelajaran siswa belajar memahami dan merasakan apa yang telah dipelajari. Akan tetapi realita di lapangan menunjukkan hal yang berbeda, guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kegiatan ekplorasi sangat jarang dilakukan, sehingga pengetahuan awal siswa tidak terbangun dan tidak sesuaianya metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga menyebabkan siswa merasa enggan dan bosan untuk belajar, dan mengakibatkan siswa kurang aktif dan kreatif, sehingga aktivitas belajar siswa sangat kurang. Kemudian dalam proses pembelajaran guru juga kurang mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas dengan masalah nyata yang dihadapi siswa, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Kurang bermaknanya proses pembelajaran yang disajikan, menimbulkan rasa tidak tertarik pada diri siswa untuk mengikuti pembelajaran, karena mereka memiliki anggapan proses pembelajaran yang diikutinya tidak memberikan manfaat atau tambahan ilmu yang dapat diterapkan dalam masalah kehidupan dunia nyata.

Dari permasalahan yang diungkapkan tersebut menyebabkan aktivitas belajar siswa menjadi menurun dan pada akhirnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari bersifat abstrak dan masih rendah. Menurunnya aktivitas belajar pada siswa akan mempengaruhi rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

oleh guru mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa itu sendiri.

Aktivitas belajar siswa yang mengalami penurunan tersebut dapat dilihat pada siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Tigawasa. Dalam proses pembelajaran hanya melatih kemampuan kognitifnya, sedangkan aspek afektif dan psikomotor siswa belum terlihat dan belum terlatih. Oleh karena itu aktivitas belajar siswa masih tergolong rendah yang dicerminkan pada kesehariannya siswa kurang aktif dan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dari 17 orang siswa, katagori aktif sebanyak 6 orang (35, 30%), katagori cukup aktif sebanyak 8 orang (47, 059%), dan siswa dalam katagori kurang aktif sebanyak 3 orang (17, 651%). Jadi data aktifitas belajar siswa pada pembelajaran IPA secara klasikal sebesar 52, 5% berada pada katagori cukup aktif. Aktifitas belajar siswa dikatakan berhasil minimal berada pada katagori aktif.

Dari pencatatan tersebut, sebagai peneliti dan sekaligus sebagai salah satu guru di SD Negeri 1 Tigawasa merasa perlu untuk mengintrofeksi diri untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa. Karena aktivitas belajar siswa rendah otomatis akan mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada daftar nilai dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa, bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Dari kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai pada mata pelajaran IPA adalah 62, sedangkan dari hasil belajar keseharian siswa, dapat diketahui bahwa dari 17 siswa hanya 8 siswa atau 47, 06 % mencapai kreteria ketuntasan minimal yang ditentukan, sedangkan 9 siswa atau 52, 94 % di bawah kretiria ketuntasan minimal. Dan kriteria ketuntasan minimal secara klasikal harus mencapai 75 %.

Berdasarkan dokumentasi nilai dan permasalahan yang tertera di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa masih rendah. Karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih cendrung bersifat konvensional yang

(4)

Perencanaa n SIKLUS I Pelaksanaa n Observ asi Perenca naan SIKLUS II Pelaksanaa n Observasi Refleks i Refleks i lebih dinominasi oleh guru, materi

pembelajaran yang disajikan kurang kontektual atau tidak diarahkan kepermasalahan kehidupan nyata yang ada dilingkungan siswa, akibatnya siswa enggan untuk belajar, sehingga menyebabkan siswa kurang mampu memahami materi yang dipelajari, dan akhirnya berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa itu sendiri. Oleh karena itu implementasi model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat membantu mengatasi masalah tersebut, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa Kelas IVSD Negeri 1 Tigawasa tahun pelajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dirancang ke dalam tiap siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi (Arikunto, 2006)..

Berdasarkan dokumentasi nilai dan permasalahan yang tertera di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa masih rendah. Karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih cendrung bersifat konvensional yang lebih dinominasi oleh guru, materi pembelajaran yang disajikan kurang kontektual atau tidak diarahkan kepermasalahan kehidupan nyata yang ada dilingkungan siswa, akibatnya siswa enggan untuk belajar, sehingga menyebabkan siswa kurang mampu memahami materi yang dipelajari, dan akhirnya berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa itu sendiri. Oleh karena itu implementasi model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat membantu mengatasi masalah tersebut, karena model ini yang dapat mengarahakan siswa untuk belajar aktif yaitu belajar penemuan dengan mengedepankan siswa pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dilaksanakan penelitian yang berjudul”Implementasi

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa Kelas IVSD Negeri 1 Tigawasa tahun pelajaran 2013/2014.”

Gambar 1. Desain Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006)

Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus yang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan April-Mei Tahun pelajaran 2013/2014 dengan mengambil tempat di SD Negeri 1 Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa yang berjumlah 17 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.

Dalam penelitian ini diperlukan hasil berupa data yang digunakan sebagai dasar menarik simpulan. Untuk memperoleh data yang valid, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas belajar siswa, dan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa.

Data dari aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Evaluasi hasil belajar siswa berpedoman pada kriteria penilaian.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data Siklus I

Data aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah diperoleh melalui observasi terhadap kemunculan tiap indikator aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA, sesuai dengan yang tertera pada lembar observasi dalam proses pembelajaran IPA. Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dapat diketahui jumlah persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus I adalah 68,48%, dan jumlah siswa sebanyak 17 orang. Jadi rata-rata persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 68, 48%. Jika dilihat dari kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar siswa pada siklus I secara klasikal tergolong katagori aktif.

Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa secara individu sebagai berikut: 13 orang siswa nilainya di atas kriteria minimal ketuntasan (KKM), dikatakan tuntas secara individu, dan 4 orang siswa nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dikatakan tidak tuntas secara individu. Berdasarkan analisis data hasil belajar penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus I, tingkat penguasaan materi secara klasikal atau ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada pembelajaran IPA mencapai 76,47%. Jika dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) sekala lima berada pada rentangan 75% - 84% tergolong dalam katagori baik.

Melihat analisis data pada siklus I, rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai 68,48% tergolong dalam kategori baik, dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 76,47% termasuk dalam kategori baik. Meskipun aktivitas belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah mencapai kriteria yang ditentukan, pelaksanaan akan tetap dilanjutkan untuk memproleh hasil yang lebih optimal dan terjadi peningkatan pada penelitian tindakan kelas pada siklus II, karena ada 4 siswa (23,52%) yang nilainya belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM 62). Namun pelaksanaan tindakan kelas tersebut sudah menunjukkan adanya peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA. Kendala-kendala yang ditemui selama proses pembelajaran dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut. 1) Model pembelajaran berbasis masalah merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga terasa asing bagi siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa di tuntut untuk menemukan konsep berdasarkan masalah. 2) Dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah, siswa masih ragu-ragu dan takut untuk mengungkapkan solusi yang mereka temukan. Ini disebabkan, karena mereka belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi data awal siswa Kelas IV pada pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Tigawasa menunjukkan persentase tingkat aktivitas belajar siswa sebesar 52,5%. Melihat data awal tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa persentase tingkat aktivitas belajar siswa berada pada katagori cukup aktif dan secara klasikal aktivitas belajar belum memenuhi standar tingkat aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa secara klasikal dikatakan berhasil apabila minimal berada pada katagori aktif. Bertolak dari data awal tersebut, peneliti mencoba memberikan alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa.

Setelah dilaksanakan tindakan dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada siklus I, hasil analisis data persentase tingkat aktifitas belajar siswa secara klasikal menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 68,48%. Dilihat dari kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar siswa pada siklus I secara klasikal berada pada katagori aktif dan sudah memenuhi standar tingkat aktivitas belajar siswa yang sudah ditentukan. Berdasarkan data pada siklus I, peneliti merefleksi tindakan yang dilakukan

(6)

pada siklus I dan melanjutkan tindakan pada siklus II, ternyata pada pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II persentase tingkat aktifitas belajar siswa secara klasikal kembali menunjukkan terjadi peningkatan menjadi 76,44%. Berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar siswa secara klasikal tergolong pada katagori sangat aktif.

Data tersebut menyatakan, bahwa terjadinya peningkatan terhadap aktifitas belajar siswa dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA.

Terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk aktif memperoleh informasi untuk menemukan suatu konsep, dan siswa belajar dan menemukan konsep berdasarkan masalah nyata yang dihadapi siswa. Mengingat pembelajaran yang dipelajari ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, siswa dalam proses pembelajaran langsung mengalami apa yang dipelajari, serta siswa bebas mengungkapkan pendapat atau solusi berdasarkan konsep yang mereka temukan. Sehingga terjadi interaksi antar siswa, siswa dengan guru dalam mencapai keberhasilan menemukan konsep.

Oleh sebab itu pelaksanaan tindakan kelas perlu dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan beberapa penyempurnaan pembelajaran. Penyempurnaan dilakukan dengan memperbaiki kendala-kendala pada siklus I sehingga aktivitas dan hasil belajar IPA pada siklus II. Adapun penyempurnaan yang dilakukan sebagai berikut. 1) Membimbing siswa dalam penyelidikan masalah dan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep berdasarkan masalah yang dipelajari. 2) Memotivasi siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa dalam proses pembelajaran, agar siswa tidak ragu-ragu dan takut untuk mengungkapkan konsep atau solusi yang mereka temukan.

Data Siklus II

Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dapat diketahui jumlah

persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus II adalah 76,44%, dan jumlah siswa sebanyak 17 orang. Jadi rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 76, 44%. Jika dilihat dari kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar siswa pada siklus II secara klasikal tergolong katagori sangat aktif. Berdasarkan analisis data menunjukkan, bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 68,48% tergolong pada katagori aktif, dan menjadi 76,44% pada siklus II sebesar yang tergolong katagori sangat aktif.

Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh diketahui siswa secara individu sebagai berikut: 15 orang siswa nilainya di atas kriteria minimal ketuntasan (KKM), dikatakan tuntas secara individu, dan 2 orang siswa nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dikatakan tidak tuntas secara individu.

Berdasarkan analisis data penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus II, tingkat penguasaan materi secara klasikal atau ketuntasan belajar secara klasikal pada pembelajaran IPA mencapai 88, 32%. Jika dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) sekala lima berada pada rentangan 85% - 100% tergolong katagori sangat baik. Dengan tercapainya penelitian tindakan kelas tersebut maka penelitian dihentikan karena penelitian sudah memenuhi syarat ketuntasan secara klasikal yaitu 75% yang berlaku di SD Negeri 1 Tigawasa.

Berdasarkan analisis data menunjukkan, bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 76,47% tergolong katagori baik dan menjadi 88,32% pada siklus II sebesar yang tergolong katagori sangat baik.

Pembahasan Aktivitas belajar

Berdasarkan observasi data awal siswa Kelas IV pada pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Tigawasa menunjukkan persentase tingkat aktivitas belajar siswa sebesar 52,5%. Melihat data awal tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa persentase tingkat aktivitas belajar siswa

(7)

berada pada katagori cukup aktif dan secara klasikal aktivitas belajar belum memenuhi standar tingkat aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa secara klasikal dikatakan berhasil apabila minimal berada pada katagori aktif. Bertolak dari data awal tersebut, peneliti mencoba memberikan alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa.

Setelah dilaksanakan tindakan dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada siklus I, hasil analisis data persentase tingkat aktifitas belajar siswa secara klasikal menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 68,48%. Dilihat dari kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar siswa pada siklus I secara klasikal berada pada katagori aktif dan sudah memenuhi standar tingkat aktivitas belajar siswa yang sudah ditentukan. Berdasarkan data pada siklus I, peneliti merefleksi tindakan yang dilakukan pada siklus I dan melanjutkan tindakan pada siklus II, ternyata pada pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II persentase tingkat aktifitas belajar siswa secara klasikal kembali menunjukkan terjadi peningkatan menjadi 76,44%. Berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar siswa secara klasikal tergolong pada katagori sangat aktif.

Data tersebut menyatakan, bahwa terjadinya peningkatan terhadap aktifitas belajar siswa dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA.

Terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk aktif memperoleh informasi untuk menemukan suatu konsep, dan siswa belajar dan menemukan konsep berdasarkan masalah nyata yang dihadapi siswa. Mengingat pembelajaran yang dipelajari ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, siswa dalam proses pembelajaran langsung mengalami apa yang dipelajari, serta siswa bebas mengungkapkan pendapat atau solusi

berdasarkan konsep yang mereka temukan. Sehingga terjadi interaksi antar siswa, siswa dengan guru dalam mencapai keberhasilan menemukan konsep.

Dengan demikian, tujuan penelitian tindakan kelas pada siswa Kelas IV dalam pembelajaran IPA sudah tercapai, bahwa implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 Hasil Belajar

Data awal pada siswa Kelas IV pada pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Tigawasa menunjukkan hasil belajar siswa sebesar 52,94%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat ketuntasan belalar siswa secara klasikal tergolong pada kategori sangat kurang dan secara klasikal belum mencapai standar tingkat ketuntasan belajar siswa yang ditentukan di SD Negeri 1 Tigawasa. Hasil belajar siswa secara klasikal dikatakan tuntas apabila mencapai 75% atau berada pada katagori baik. Berdasarkan dari data awal tersebut, peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa. Proses pembelajaran merupakan suatu interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak mengajar, dan siswa sebagai subjek pokoknya dengan situasi edukatif untuk mencapai suatu tujuan yang dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu komponen yang dapat mendukung proses tersebut.

Model pembelajaran berbasis masalah sejalan dengan paham konstruktivisme yang memandang bahwa pebelajar dengan sendiri membangun pengetahuannya. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran berbasis masalah sangat diperlukan. Siswa dalam pembelajaran berbasis masalah dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka dijalani, serta diarahkan untuk tidak tergantung pada guru. Pembelajaran berbasis masalah membentuk siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses

(8)

pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator atau tutor. Jadi model pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam proses menyelesaikan masalah (Wina Sanjaya, 2009), sehingga model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Penerapan pembelajaran berbasis masalah real mengakibatkan penyimpanan yang lebih lama pada ingatan siswa terhadap informasi yang diterima. Siswa selalu diajak berpikir untuk menghadapi masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan erat dengan materi pelajaran yang dibahas. Melalui proses berpikir ini, diharapkan dapat menyelesaiakan masalah-masalah yang dihadapinya dan dapat menghasilkan keputusan yang tepat, sehingga siswa akan menemukan suatu konsep melalui pemecahan masalah (Wina Sanjaya, 2009), dan pada akhirnya model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Setelah dilaksanakan tindakan dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada siklus I, hasil analisis data ketuntasan belajar siswa secara klasikal menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 76,47%. Dilihat dari kriteria penilaian acuan patokan (PAP) sekala lima, ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I berada pada katagori baik. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah mencapai kriteria yang ditentukan. Akan tetapi, dengan melihat kekurangan-kekurangan dan merefleksi tindakan penelitian pada siklus I penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus II. Dari analisis data ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II, menunjukkan terjadi peningkatan kembali menjadi 88,23%. Dilihat dari kriteria penilaian acuan patokan (PAP) sekala lima, ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus II berada pada katagori sangat baik. Peningkatan hasil belajar pada siswa dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada siswa Kelas IV

dalam pembelajaran IPA terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu di dalam proses pembelajaran siswa mengalami langsung yang sedang dipelajari, dan menyelidi masalah nyata yang di alami siswa. Dengan belajar berdasarkan masalah nyata, siswa selalu diarahkan untuk berpikir kritis, menemukan konsep berdasarkan penemuannya sendiri, dan pembelajaran tidak bersifat abstrak, sehingga siswa lebih memahami isi pelajaran.

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa sesuai dengan teori-teori yang ada, implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian dengan model pembelajaran Berbasis masalah pernah dilaksanakan oleh Ida Bagus Adi Parwata pada tesis yang berjudul tentang Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Banjar. Dalam penelitian tersebut terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. (dalam Parwata, 2009).

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Tigawasa Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan data awal bahwa persentase aktivitas belajar siswa sebesar 52,5%. Terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 68,48% yang berada pada kategori aktif ternyata mengalami peningkatan kembali pada siklus II menjadi 76,44% tergolong pada kategori sangat aktif. 2) Implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar IPA Kelas IV di SD Negeri 1 Tigawasa Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan data awal bahwa persentase hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA sebesar 52,94%. Terjadi peningkatan pada siklus I menjadi

(9)

76,47% berada pada kategori baik, ternyata mengalami peningkatan kembali pada siklus II menjadi 88,23% termasuk pada kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, adapun beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain. 1) Disarankan kepada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tigawasa, agar pada saat mengikuti pembelajaran IPA telah menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental sehingga pembelajaran di kelas dapat berlangsung optimal dan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA secara signifikan. 2) Disarankan kepada guru pengajar IPA di SD untuk mengembangkan kembali implementasi model pembelajaran berbasis masalah, sehingga siswa SD dapat menghasilkan karya/produk yang kreatif. Serta, guru dapat melakukan penelitian serupa, sehingga kelemahan pada penelitian ini dapat disempurnakan kembali. 3) Disarankan kepada kepala sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang lebih bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA, sehingga proses pembelajaran lebih optimal. 4) Disarankan kepada peneliti lainnya dalam proses

pembelajaran dengan

mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah agar lebih meningkatkan kembali aktivitas dan hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN

Arnyana, Ida Bagus Putu. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Singaraja Bali: Bagian Ilmu Fall Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Ardi Wiranata, I Wayan. 2009. Penerapan Model Pembelajaran (Direct Intruction) Berbantuan Media Video

Compac Disc (VCD)Untuk

meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Lompat Jangkit Pada Siswa Kelas XI AP1 SMK Negeri 4

Denpasar Tahun Pelajaran

2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Cetakan Ke-1.Jakarta: Rineka Cipta. Chaniago, Ahmad, Defri. 2010. Aktivitas

Belajar. Tersedia pada:

http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/,

diakses pada tanggal 16 Desember 2010.

Dedekusn. 2009. Tujuan Pendidikan

Nasional. Dikutip dari

http://dedekusn.com/tag/tujuan-pendidikan-nasional/, diakses pada

tanggal 02 Februari.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta. Depdiknas. 2008. Kapita Selekta

Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi.

Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Maisuri, dkk. 2008. Pengaruh Kegiatan

Ektrakurikuler Pengajian Al-Qur’an terhadap Aktivitas Belajar Siswa Kelas I pada Mata Pelajaran PAI di

SMA Islamiah Pontianak.

http://fikrinatuna.blogspot.com/2008/0 6/contoh-proposal-penelitian.hmtl

Mucksir, Agus. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Hasil belajar Gaya Tolak Peluru Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Olahraga Dan Kesehatan Universitas Ganesha Singaraja. Nurkancana, Wayan dan Sumartana. 1983.

Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Parwata, Ida Bagus. 2009. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Motivasi Berprestasi Dan

(10)

Hasil Belajar Matematika Pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Banjar. Tesis

(Tidak Diterbitkan). Program Studi Pendidikan Dasar Pasca Sarjana Undiksha Singaraja.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gambar

Gambar 1.  Desain  Model  Penelitian  Tindakan  Kelas  (Arikunto,  2006)

Referensi

Dokumen terkait

Oxidation rates at 700, 750, and 800 °C for the aluminized steel in steam are higher rate due to the crack formation in the alumina scale and aluminide layer in presence of

jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagian besar adalah untuk pengobatan penyakit dalam yaitu seperti sakit perut, sakit kepala, sakit gigi, maag,

Selain dapat melihat jumlah dan prosentase siswa yang mencapai tuntas sesuai dengan indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80% siswa yang memperolah nilai ≥ 70.

Keywords : Framework Helpdesk Sistem, Linux Terminal Server Project (LTSP), Customer Relationship Management (CRM), Voice Over Internet Protocol (VOIP), SMS Gateway,

Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun

Untuk menentukan bobot masing-masing alternatif, ada dua metode yang biasa digunakan.Metode subjektif, yaitu pengambil keputusan menetapkan suatu nilai sebagai bobot sesuai

untuk mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. 190 Kelompok dampingan dalam memulai kegiatan wirausahanya telah mampu berkomitmen dengan menyatukan visi, cita-cita, dan

Antibiosis adalah salah satu mekanisme keta- hanan tanaman terhadap serangga yang dapat disebabkan oleh pengaruh fisiologis, akibat serangga makan tanaman, baik bersifat semen-