• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Kedatangan Orang India Tamil di Kota Medan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Kedatangan Orang India Tamil di Kota Medan dan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Singkat Kedatangan Orang India Tamil di Kota Medan dan Kampung Kubur.

Kedatangan orang-orang India dalam jumlah besar dan hingga sekarang menetap dan membentuk komunitas di berbagai wilayah Sumatera Timur dan khususnya Medan terjadi sejak pertengahan abad ke-14, yaitu sejak dibukanya industri perkebunan di Tanah Deli, mereka ingin mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Menurut catatan Lukman Sinar (2001) pada tahun 1874 dibuka 22 perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina sebanyak 4.476, kuli Tamil 459 orang dan orang Jawa 316 orang. Pada tahun 1873 rombongan pertama orang Tamil yang datang ke Medan sebanyak 25 orang, mereka dipekerjakan oleh Nienhuys, seorang keturunan Belanda sebagai pengusaha perkebunan tembakau yang dikenal sebagai tembakau Deli. Tembakau inilah yang membuat tanah deli menjadi termasyur di dunia Internasional, yang mana pada akhirnya dikenal sebagai “Tanah Sejuta Dollar”. Oleh sebab itu semakin banyak saja para buruh dan tenaga-tenaga kerja yang didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli baik sebagai buruh perkebunan, supir, penjaga malam serta buruh-buruh bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu.

Kampung Kubur merupakan salah satu bagian dari deaerah Kampung Keling yang saat ini telah berganti nama menjadi Kampung Madras yang letaknya di sekitar kawasan Jl. Zainul Arifin (dulu bernama Jalan Calcuta). Daerah tersebut merupakan salah satu lokasi pemukiman (tempat tinggal) suku bangsa India Tamil

(2)

di Kota Medan. Pada awalnya Kampung Kubur merupakan tanah wakaf atau tanah pemberian dari Pemerintah Belanda bagi orang-orang keturunan India yang beragama Islam (Muslim).

Daerah ini diberi nama Kampung Kubur oleh penduduk setempat karena pada awalnya daerah ini merupakan sebuah lokasi pekuburan. Lokasi pekuburan ini letaknya berada tepat di belakang Mesjid Gaudiyah. Mesjid ini terletak di jalan Zainul Arifin yang dibangun oleh Perkumpulan Etnis India Selatan yang beragama Islam (South India Muslims Foundation) pada tahun 1887. Masjid Gaudiyah sangat terkenal dengan arsitekturnya bergaya India yang sangat kental, sehingga dari gerbangnya saja orang-orang akan langsung menduga bahwa itu adalah mesjid bergaya India. Dari sebuah tanah wakaf inilah warga India Tamil membentuk sebuah pemukiman, sebab mereka merasa bahwa tanah ini merupakan tanah pemberian yang diberikan pada mereka oleh pemerintah Belanda walaupun hanya sebuah tanah perkuburan, sehingga pada akhirnya mereka menjadikan sebagai sebuah pemukiman akibat tanah atau lahan yang ada di kota Medan telah banyak dihuni atau ditempati oleh warga atau suku bangsa yang lainnya.

2.1.1. Hubungan-Hubungan Sosial yang Dijalin oleh orang India Tamil Komunitas India Tamil telah hadir dan menjadi bagian yang signifikan dalam perkembangan Kebudayaan di Nusantara sejak beberapa abad yang lalu, terutama disebagian masyarakat yang ada di pulau Sumatera, interaksi mereka sudah panjang dalam bilangan sejarah dengan komunitas masyarakat lokal di Nusantara. Pengaruh kebudayaan India sangat kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia sudah menjadi pengetahuan awam dan tidak diragukan lagi, dan proses penyerapan ini juga masih berlangsung hingga hari ini (Y. Subbarayalu, 2002a).

(3)

Di Sumatera Utara kehadiran orang-orang India sudah terekam dalam sebuah prasasti bertarik 1010 saka atau 1088M tentang perkumpulan pedagang Tamil di Barus yang ditemukan pada tahun 1873 di Situs Lobu Tua (Barus), sebuah kota purba di pinggir pantai Samudera Hindia.

Pada abad ke-11 Masehi sekumpulan orang Tamil telah tinggal di Sumatera secara permanen atau semi permanen, mereka adalah para tukang-tukang yang mahir mengukir prasasti. Keberadaan kaum pedagang Tamil pada abab ke-11 di pantai barat Sumatera terdesak oleh kekuatan armada pedagang-pedagang dari Arab/Mesir (Oragma Putrom, 1979). Orang India Tamil yang terdesak dari Barus kemudian terasimilasi dengan Suku Karo yang tinggal di Dataran Tinggi Tanah Karo, kemudian akhirnya adanya perkawinan campuran antara orang India Tamil dengan Suku Karo hingga menjadi keturunan marga (klen) Sembiring yang terbagi lagi menjadi sub yang lebih kecil seperti (Maha, Meliala, Brahmana, Depari), Sinulingga, Pandia, Colia, Capah dan sebagainya. Kehadiran India Tamil juga berada di Nanggroe Aceh Darussalam, kini mereka telah menyatu sebagai warga Aceh tulen, berbahasa dan beradat istiadat Aceh. Di daerah Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan keberadaan mereka dapat dilihat dari peninggalan Candi di daerah Portibi, Saba Biara di Simangambat. Dalam segi bahasa juga India Tamil dapat memberikan istilah seperti ‘banua holing’, ‘tumbaga holing’ , ‘pijor holing’, dan lain sebagainya. Tetapi kedatangan orang-orang India dalam jumlah besar hingga sekarang menetap dan membentuk komunitas di Wilayah Sumatera khususnya medan sejak pertengahan abad ke-19, yaitu sejak dibukanya Industri Perkebunan di Tanah Deli. Migran dari India yang

(4)

datang untuk berdagang antara lain adalah orang-orang dari India Selatan (Tamil Muslim) dan juga orang Bombay serta Punjabi.

Selain mereka yang didatangkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan sebagai kuli, ada juga orang-orang India lain yang datang ke Medan untuk berpartisipasi memajukan beberapa sektor usaha di Kota Medan, seperti kaum

Chehtiars atau Chethis (yang berprofesi sebagai pembunga uang, pedagang dan pengusaha kecil), kaum Vellalars dan Mudaliars (Kasta petani yang juga terlibat dalam usaha dagang), kaum Sikh dan orang-orang Uthar Pradesh. Selain itu juga terdapat orang-orang Sindi, Telegu, Bamen, Bujarah, Meratti (maha Rasthra), dan lain-lain (Lubis, 2009). Tetapi pada umumnya orang-orang Indonesia tidak dapat mengenali secara pasti perbedaan-perbedaan dari orang-orang India. Orang Indonesia lebih sering menyebut mereka sebagai orang Keling. Orang-orang Punjabi yang beragama Sikh biasanya bekerja sebagai penjaga keamanan, pengawal di Istana dan kantor-kantor, penjaga tokoh dan lain-lain. Sementara orang Sikh yang bekerja di perkebunan juga bertugas sebagai penjaga malam dan pengantar surat juga memelihara ternak sapi untuk memproduksi susu yang saat ini kita ketahui orang Sikh lah yang menjual susu sapi di Kota Medan.

Ada banyak istilah yang digunakan untuk memanggil orang keturunan India, ada yang memanggil dengan istilah Keling atau Hulia yang biasanya digunakan untuk memanggil keturunan India Tamil, ada juga istilah Benggali untuk menyebut mereka yang penganut Sikh. Saat ini, keturunan India yang ada di kota Medan bukanlah mereka yang datang langsung dari India, tetapi mereka adalah generasi yang ketiga atau keempat dari pendatang pada awalnya. Keturunan India saat ini menolak disebut bangsa India, karena mereka

(5)

menganggap mereka sudah lahir di Indonesia dan menjadi warga Negara Indonesia. Seperti menurut salah satu pengakuan informan ( Nirmala Rauter, 50 Tahun) mengatakan bahwa :

“Kebudayaan saya memang India, tapi saya orang Indonesia”.

Dari pernyataan salah seorang dari keturunan India dapat menjelaskan bahwa mereka lebih mampu beradaptasi dengan penduduk pribumi dibandingkan warga keturunan Cina. Dalam pandangan kaum awam, warga keturunan di Medan cenderung eksklusif dan relatif kurang bergaul dengan penduduk pribumi. Sementara pada awalnya orang-orang Cina yang datang ke Medan juga sebagai kuli perkebunan, tetapi kemudian saat ini telah berkembang menjadi satu kelompok yang menguasai perekonomian.

Sementara orang-orang keturunan India yang juga datang dalam kurun waktu yang sama dan dengan status yang sama, tetapi tidak memperlihatkan kemajuan penguasaan ekonomi semaju yang diraih orang Cina.

2.1.2. Hubungan Sosial di Bidang Keagamaan

Adaptasi yang dilakukan oleh warga Tamil pasti akan menimbulkan hubungan sosial di tengah masyarakat di Kampung Kubur, hubungan sosial tersebut diantaranya adanya hubungan di bidang keagamaan. Hubungan tersebut dengan sendirinya akan muncul di tengah masyarakat akibat faktor kesamaan dari agama yang mereka yakini. Tetapi sejauh ini tidak ada organisasi yang dapat menghimpun warga Tamil dalam satu kesatuan. Mereka pada umumnya lebih terikat oleh kesatuan berdasarkan agama, terutama dikalangan penganut Hindu, Budha dan Katolik. Sementara mereka yang beragama Islam (Muslim) lebih

(6)

cenderung melebur menjadi komunitas muslim dimana mereka tinggal atau bermukim.

Adapun bentuk beradaptasi yang dilakukan warga Tamil di Kota Medan dalam bidang keagamaan adalah bagi penganut agama Hindu mereka terhimpun dalam satu wadah yaitu Kuil yang terdapat di Kota Medan. Semua penganut Hindu yang juga bukan dari Warga Tamil saja secara kultural menyatu dalam suatu perhimpunan Shri Mariamman Kuil. Shri Mariamman Kuil ini terletak di daerah Kampung Madras dimana kuil ini dibangun pada tahun 1884. Kuil Shri Mariamman merupakan sebuah payung atau tonggak bagi kuil-kuil lain yang terdapat di Kota Medan.

Hampir semua kuil yang dibangun warga Tamil di Kota Medan menggunakan nama Shri Mariamman, yang mana ini juga menghimpun pemuda-pemudi yang aktif di kuil dalam sebuah perhimpunan muda-mudi kuil. Bagi warga Tamil yang beragama Budha mereka terhimpun dalam suatu wadah yaitu Vihara dan Organisasi yang disebut Adi-Dravida Sabah, sementara untuk kaum remaja mereka tergolong kedalam sebuah organisasi bernama muda-mudi Budha Tamil. Kaum Budha Tamil juga memiliki sejumlah Vihara sebagai tempat beribadah, diantaranya adalah Vihara Badhi Gaya dan Vihara Lokasanti yang berada di Kampung Anggrung serta Vihara Ashoka yang berada di Kawasan Polonia, dan sejumlah Vihara di tempat-tempat lain. Kaum Budha Tamil secara kelembagaan menyatu dalam suatu wadah Perwalian Umat Budha Indonesia (Walubi) yang berpusat di Vihara Borobudur.

(7)

Warga Tamil Katolik memiliki sebuah gereja Katolik yang dibangun pada tahun 1912, yang anggotanya sebagian besar tergolong Tamil Adi – Dravida. Tengku Lukman Sinar (2001:76) menyebutkan bahwa sejak tahun 1912 telah ada missionaris Katolik Khusus untuk orang-orang India Tamil di Medan ada juga sebuah gereja lain yang dibangun pada tahun 1935 oleh seorang Pastor Reverend Father James (Sami, 1980:83). Ada juga Warga Tamil Kristen dan Katolik yang bermukim di sebuah lokasi yang disebut Kampung Kristen. Pastor James Bharata Putra datang ke Indonesia pada tahun 1967 dan bertugas di Medan sejak 1972, saat itu Pastor James Bharata Putra pernah mendirikan sekolah khusus untuk orang-orang India Tamil yang miskin dengan nama Lembaga Sosial dan Pendidikan Karya Dharma.

Namun saat ini sekolah itu telah di ambil oleh Yayasan Don Bosco, dan menjadi sebuah sekolah dasar dengan St. Thomas, kemudian Pastor James membeli sebidang tanah di kawasan Tanjung Selamat pada 1979 yang direncanakan untuk tempat pemukiman baru bagi orang-orang Tamil Katolik yang tinggal disekitar Jl. Hayam Wuruk. Pada tahun 2001 Pastor James juga membangun sebuah Kapel untuk umat Tamil Katolik, yang kemudian diresmikan oleh Uskup Agung Medan yaitu Mgr. A.G.P Batubara, OFM, Cap dan disebelah banguan Kapel itu sekarang berdiri sebuah gedung yang dibangun dengan nama

Graha Bunda Man Annai Velangkani. Bagi warga Tamil beragama Islam atau muslim sejak 1887 sudah memiliki sebuah Lembaga Sosial yang bernama South Indian Moslem Foundation and Welfare Comitte pada zaman Kesultanan Deli Warga Tamil yang beragama Islam (Muslim) mendapat 2 (dua) bidang tanah dari Sultan Deli, yang mana 2 (dua) bidang tanah ini diberikan khusus untuk tempat

(8)

membangun Mesjid dan perkuburan bagi warga Tamil Islam (Muslim) di Kota Medan.

Sementara lembaga Sosial South Indian Moslem Foundation and Walfare Comitter membangun 2 (dua) buah mesjid, satu terletak di Jalan Kejaksaan Kebun Bunga dan satu lagi di Jl. Zainul Arifin. Tanah wakaf atau tanah perkuburan yang diberikan oleh Sultan Deli tersebut berada dilokasi kebun bunga cukup luas sekitar 4000 meter persegi sedangkan lokasi Mesjid Gaudiyah memiliki luas sekitar 1000 meter persegi. Saat ini sebagian dari tanah wakaf yang berada di mesjid Gaudiyah dimanfaatkan untuk lokasi pembangunan ruko yang disewakan kepada orang lain dan kemudian uangnya digunakan untuk kemakmuran mesjid dan meyantuni kaum Muslim Tamil yang miskin. Sampai sekarang yayasan yang menaungi mesjid itu terus dilakukan dan saat ini telah di urus oleh oleh Keturunan Tamil Muslim.

Pada tahun 1970-an setiap tahunnya dilakukan Perayaan hari besar keagamaan yang menghadirkan orang-orang Tamil Muslim di seluruh kota Medan bahkan warga Tamil yang tinggal di Tebing Tinggi hingga Pematang Siantar. Kesempatan seperti ini juga sekaligus dijadikan sebagai forum silahturahmi bagi warga Tamil Muslim. Namun perayaan seperti ini saat ini sudah tidak pernah lagi berlangsung. Selain dalam hubungan sosial yang berbasis keagamaan yang disebutkan di atas, tetapi pada tahun 1960-an terdapat sejumlah organisasi yang bertujuan mempromosikan kebudayaan dan pendidikan Tamil, diantaranya adalah The Deli Hindu Sabah, Adi-Dravida Hindu Sabah, Khrisna Sabah yang bergerak di bidang keagamaan, sosial dan aktifitas Kebudayaan (Mani, 1980:63)

(9)

Juga ada The Indian Boy Scout Movement, Indonesian Hindu Youth Organization, dan North Sumatera Welfare Association dan lain-lan.

Pada masa sekarang ini hampir semua organisasi sosial tersebut sudah tidak aktif lagi. Tetapi sampai saat ini masih bisa kita menemukan beberapa Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh orang Tamil di kota Medan, antara lain Perguruan Raksana dan Lembaga Kursus Bahasa Inggris Harcourt International yang memiliki 5 buah cabang di kota Medan. Tetapi sebuah keprihatinan muncul di kalangan generasi tua Tamil saat ini melihat kenyataan bahwa semakin lama warga Tamil kehilangan identitas kebudayaan Tamil. Sebagian besar generasi muda Tamil tidak bisa berbahasa Tamil, bahkan orang tua juga banyak tidak mampu lagi menggunakan bahasa Tamil di lingkungan keluarga. Pelaksanaan peribadatan di kuil-kuil Hindu saat ini juga tidak lagi sepenuhnya dilakukan menurut ketentuan penggunaan mantra-mantra yang berbahasa Tamil maupun sansekerta, bahkan sebuah upacara penyucian kuil (Kumbhabisegam) yang dilakukan di Shri Mariamman Kuil yang berada di Kampung Durian pada tanggal 13 Juli 2003 harus di pimpin oleh Pendeta yang khusus diundang dari Malaysia (Lubis, 2009).

2.2. Lokasi-lokasi pemukiman orang Tamil di Kota Medan.

Pada masa Kolonial orang-orang Tamil bermukim di sekitar lokasi-lokasi Perkebunan yang ada disekitar Kota Medan dan Sumatera Timur. Tetapi setelah masa kemerdekaan, warga Tamil bediam disekitar kota, yaitu disekitar kota Medan, Binjai, Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi. Pemukiman warga Tamil yang tertua di kota Medan terdapat ditempat yang dulu dikenal dengan nama Kampung

(10)

Madras., yaitu di kawasan Jl. Zainul Arifin (yang dulunya bernama Jalan Calcutta), tetapi kawasan ini lebih sering dikenal dengan sebutan Kampung Keling. Lokasi perkampungan warga Tamil terletak di pinggiran Sungai Babura yaitu sebuah sungai yang membelah kota Medan merupakan jalur utama transportasi di masa lampau.

Pada saat sekarang ini pemukiman orang Tamil sudah menyebar di sejumlah tempat di seluruh Medan dan sekitarnya, seperti tabel berikut ini.

Tabel Pemukiman Orang Tamil di Kota Medan dan Sekitarnya.

No. NAMA LOKASI MAYORITAS AGAMA

1. Jl. Teratai dan Jl. Dr. Cipto Hindu, Budha

2. Kesawan Hindu, Islam

3. Pondok Seng (Jl. T. Cik Ditiro) Dulunya Kristen, Budha, Hindu

4. Kebun Bunga Hindu, Islam

5. Kampung Keling / Desa Madras Hulu Hindu

6. Kampung Kubur Hindu, Islam, Budha, Kristen

7. Jl. Taruma / Kediri Hindu

8. Komplek Jl. Kangkung / Orang Telenggu Hindu, Budha

9. Kampung Anggrung / Jl. Polonia / Gang A, B, C, D, E / Jl. Karya Kasih

Hindu, Budha, Islam, Katolik

10. Pantai Burung, Kampung Aur, Sukaraja, Kebun Sayur / Dekat Kowilhan : Jl. Mangkubumi

Hindu, Budha, Kristen, Islam

11. Jl. Pasundan, Jl. PWS, Sikambing, Jl. Sekip Hindu, Budha

12. Kampung Durian / Medan Timur Hindu

13. Jl. S. Parman / Gg. Pasir, Gg. Sauh / Jl. Hayam Wuruk, Pabrik Es (Jl. S.Parman / dkt St. Thomas)

Budha, Hindu, Kristen

14. Jl. Malaka, Jl. Gaharu, Jl. Serdang Hindu

15. Glugur, Jl. Bilal, Pulo Brayan / Lr. 7, 21 , 22, 23, Sampali, Mabar

Hindu, Budha

16. Pasar III Pd Bulan, Jl. Sei Serayu Karang Sari Polonia, Tanjung Sari, Medan Sunggal

Hindu, Budha, Islam

(11)

No. NAMA LOKASI MAYORITAS AGAMA

18. Kampung Lalang, Diski Katolik, Hindu, Budha

19. Kuala Berkala, Tuntungan / Pondok Keling (Daerah Kebun)

Islam, Hindu

20. Binjai / Timbang Langkat Hindu, Budha, Islam

21 Langkat / Padang Cermin (daerah kebun), Tj. Beringin, Tanjung Jati (daerah kebun), Tanjung Pura

Hindu, Islam

22 Lubuk Pakam, Batang Kuis Hindu, Budha, Islam

23 Tebing Tinggi / Kampung Keling Hindu, Budha, Islam

24 Perumbukan / Deli Serdang Hindu, Islam

25 Kisaran / Asahan Hindu

Sumber data : Makalah dalam Seminar Nasional Kebudayaan Etnis India Tamil di Sumatera Utara diselenggarakan oleh Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan (PUSSIS-UNIMED), di Medan 28 Mei 2009.

2.3. Komunitas India Tamil di kampung Kubur

Kampung Kubur merupakan salah satu bagian dari daerah Kampung Keling yang saat ini telah berganti nama menjadi Kampung Madras yang letaknya berada di sekitar kawasan Jl. Zainul Arifin (dulu bernama Jalan Calcutta). Daerah tersebut merupakan salah satu lokasi pemukiman (tempat tinggal) suku bangsa India Tamil yang mana daerah ini dulunya merupakan sebuah tanah wakaf atau tanah pemberian dari pemerintah Belanda bagi orang – orang keturunan India yang beragama Islam (muslim).

(12)

Foto 1

Foto 2

(13)

Daerah ini diberi nama Kampung Kubur oleh penduduk setempat karena pada awalnya daerah ini hanya merupakan lokasi pekuburan bagi keturunan India yang beragama Islam (muslim). Oleh sebab itu kemudian daerah ini diberi nama Kampung Kubur karena tempat ini telah berubah menjadi sebuah pemukiman (tempat tinggal). Lokasi pekuburan ini berada tepat dibelakang mesjid

Gaudiyah yang mana dulunya merupakan tempat beribadah bagi orang – orang keturunan India yang beragama Islam, tetapi saat ini mesjid ini dapat di pergunakan bagi siapa saja masyarakat Kampung Kubur yang beragama Islam (muslim).

Penduduk Kampung Kubur pada awalnya ditempati oleh orang – orang keturunan India yang beragama Islam (muslim), seiring dengan perjalanan waktu hingga saat ini daerah Kampung Kubur telah dihuni oleh beragam suku bangsa. Walaupun demikian, penduduk yang paling dominan adalah orang – orang dari keturunan India seperti India Tamil bila dibandingkan dengan orang – orang dari keturunan suku bangsa yang lainnya.

Suku bangsa yang ada di daerah Kampung Kubur ini terdiri dari suku bangsa India Tamil, Cina, Padang, Melayu, Jawa, Mandailing, Batak, dan Betawi, dalam 1 (satu) Kelurahan terdapat 17 Lingkungan. Suku bangsa India Tamil di daerah Kampung Kubur cukup lumayan banyak sekitar 60 KK (Kepala Keluarga). Suasana kehidupan di daerah Kampung Kubur ini selalu ramai, sebab tempat pemukiman ini sangat padat penduduknya yang mana jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya hanya berjarak sekitar 2 meter saja. Letak rumah mereka saling berhadapan, suasana keakraban antar multi etnis dapat terlihat ketika sore.

(14)

Pada saat itu masyarakat yang tinggal di Kampung Kubur ini selalu berkumpul atau mungkin hanya untuk sekedar berbicara atau bercanda di depan rumah di sekitar tempat tinggal mereka, tidak jarang ditemui ibu – ibu keturunan India Tamil berbicara dan bercanda dengan ibu – ibu keturunan orang Cina (Tionghoa) begitu juga suku bangsa yang lainnya yang bermukim di daerah Kampung Kubur tersebut. Tidak hanya ibu – ibunya saja yang dapat melakukan hal yang sama tetapi anak – anaknya juga dapat menyatu dan berbaur dengan anak –anak yang berbeda budaya dan suku bangsa di antara satu sama lain yang tinggal di daerah tersebut, mereka dapat saling menerima kekurangan dan kelebihan mereka masing – masing dalam berinteraksi. Berikut merupakan gambar lokasi Kampung Kubur:

(15)

Foto 7 Foto 8

Foto 9 Foto 10

Wilayah Kampung Kubur terletak di Kota Medan tepatnya di daerah Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan petisah. Batas – batasnya antara lain:

 Sebelah Timur berbatasan dengan Lingkungan 3 (tiga) Kelurahan Petisah Tengah

(16)

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Petisah

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Petisah

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di daerah Kampung Kubur sebagai salah satu lokasi yang mewakili daerah pemukiman (tempat tinggal) suku bangsa keturunan India Tamil di kota Medan. Jumlah luas areal di daerah Kampung Kubur sekitar 127 hektar, terdiri dari luas pemukiman sekitar 13 hektar, kuburan 0,5 hektar, pekarangan 3 hektar, taman 0,5 hektar, dan prasarana umum 100 hektar.

Dari segi ekonomi orang – orang India Tamil hampir semua bermata pencaharian sebagai pedagang. Di daerah Kampung Kubur sendiri, hampir semua penduduk keturunan India tamil yang tinggal bermata pencaharian sebagai pedagang, baik pedagang rumahan atau disebut dengai kedai ada juga pedagang makanan yang berada di sekitar kawasan Jl.Zainul Arifin. Orang India Tamil yang tinggal di kampung Kubur umumnya berjualan makanan seperti martabak, burger, mie goreng, sate, nasi goreng, mie balap, bubur candil dan lain – lain. Orang – orang India tamil yang berdagang di rumah biasanya barang dagangannya berupa makanan atau jajanan anak kecil, sebab di daerah Kampung Kubur ini banyak sekali terdapat anak – anak kecil dari berbagai suku bangsa. Tetapi tidak jarang juga orang – orang India Tamil bermata pencaharian dari hasil Salon, Laundry dan ada juga yang hanya sebagai tukang parkir.

(17)

Foto 11 Foto 12

(18)

Foto 15 Foto 16

2.3. Kependudukan dan Komposisi berdasarkan Suku bangsa, Agama, dan Pendidikan

Penduduk daerah Kampung Kubur dihuni oleh beberapa suku bangsa, yakni: suku bangsa India Tamil, Cina, Padang, Melayu, Jawa, Mandailing, Batak, Betawi. Orang – Orang India Tamil merupakan penduduk yang pertama kali menempati daerah Kampung Kubur sebab dulunya tanah ini merupakan tanah wakaf atau tanah pemberian bagi orang – orang keturunan India Tamil yang beragama Islam atau muslim sementara suku bangsa yang lainnya merupakan kelompok masyarakat pendatang. Saat ini penduduk daerah Kampung Kubur mayoritas bersuku bangsa India Tamil. Suku bangsa India Tamil memiliki jumlah yang paling banyak disebabkan oleh suku bangsa yang menempati daerah Kampung Kubur saat pertama kali adalah suku bangsa India Tamil.

(19)

Komposisi penduduk di kampung Kubur berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL 1

Komposisi Pendduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Kampung Kubur

No. Suku Bangsa Jumlah (Jiwa) Persentasi(%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tamil Nias Melayu Minang Mandailing Batak Jawa Aceh Cina 9700 Jiwa 57 Jiwa 636 Jiwa 840 Jiwa 974 Jiwa 406 Jiwa 995 Jiwa 195 Jiwa 1307 J iwa ( 64,2) ( 0,3 ) ( 4,2 ) ( 5,5 ) ( 6,4 ) ( 2,7 ) ( 6,5 ) ( 1,3 ) ( 8,6 ) Jumlah 15.110 Jiwa 100

Sumber : Data Lingkungan I kampung Kubur 2009

Berdasarkan pada tabel di atas komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa di Linkungan I Kampung Kubur yang terbanyak adalah suku – suku bangsa keturunan negara asing seperti India Tamil dan Cina akan tetapi suku yang paling mendominasi adalah suku bangsa keturunan India Tamil. Disusul dengan suku bangsa lainnya yang di anggap pendatang seperti suku Batak, Nias, Melayu, Minang, Mandailing, Karo, Jawa dan Aceh. Suku bangsa India Tamil memiliki jumlah yang paling banyak di akibatkan suku bangsa India Tamil merupakan masyarakat yang pertama kali menempati daerah Kampung Kubur sejak Belanda

(20)

memberikan tanah ini kepada orang – orang keturunan India yang beragama Islam (muslim).

Sama halya dari segi agama, penduduk di Kampung Kubur juga berbeda dengan jumlah agama terbanyak di Kelurahan Petisah Tengah. Jumlah agama tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

TABEL 2

Komposisi Penduduk berdasarkan Agama No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Islam 4.766 Jiwa 31,542025

2. Kristen Protestan 1.099 Jiwa 7,2733289 3. Kristen Katolik 2.662 Jiwa 17,617472

4. Budha 448 Jiwa 2,9649239

5. Hindu 6.135 Jiwa 40,60225

Jumlah 15.110 Jiwa 100

Sumber : Data Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2007

Pada tabel 2 (dua) dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Petisah Tengah lebih banyak beragama Budha, namun lain halnya dengan daerah Kampung Kubur jumlah agama Islam lebih banyak dibandingkan dengan agama lainnya. Faktor lebih banyaknya agama Islam dikarenakan pada awalnya daerah Kampung Kubur ini memang diperuntukkan bagi orang – orang keturunan India

(21)

yang beragama muslim sehingga tidak heran agama Islam menjadi agama yang paling dominan di daerah Kampung Kubur ini.

Dari usianya penduduk Kelurahan Petisah Tengah dengan Kampung Kubur memiliki jumlah yang tidak berbeda jauh dalam hal produktif usia muda dan usia lebih tua dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

TABEL 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Kewarga-negaraan Banyak nya Rumah Tangga (RT) Jenis

Kelamin Menurut Umur (Tahun) LK PR 0-6 7-10 11-16 17-55 56 keatas WNI ASLI 1164 2848 3090 785 789 874 3108 382 WNI TRN. ASING 2204 4586 4821 833 992 1088 6050 444 W.N. ASING 2 2 2 JUMLAH 3370 7436 7913 1618 1781 1962 9158 830 Sumber : Data Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2007

Berdasarkan tabel 3 di atas jumlah komposisi usia dan jenis kelamin wanita lebih besar dibandingkan jumlah komposisi usia dan jenis kelamin laki – laki baik dari warga negara asli maupun dari warga turunan asing. Jumlah komposisi wanita 7.913 jiwa dan kompoisi laki – laki adalah 7.436 jiwa.

Jumlah usia produktif dengan jumlah golongan tua berbeda jauh. Jumlah usia produktif lebih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah golongan tua.

(22)

Sama halnya dengan Jumlah Kampung Kubur, jumlah usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah golongan tua.

TABEL 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

Belum sekolah

Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah

Pernah sekolah SD tetapi tidak tidak tamat Tamat SD/ sederajat SLTP/ sederajat SLTA/ sederajat Diploma a. D-1 b. D-2 c. D-3 Sarjana a. S-1 b. S-2 c. S-3 880 orang 7 orang 54 orang 3.006 orang 3417 orang 3742 orang - 906 orang 95 orang 1.539 orang - 1.302 orang 158 orang 4 orang

Jumlah Total 15.110 orang

Sumber : Data Kelurahan Petisah Tengah tahun 2007

Berdasarkan tabel 4 di atas di dalam Kelurahan Petisah Tengah sudah banyak yang melanjutkan sekolahnya hingga ketahap yang lebih tinggi. Ini menandakan adanya semangat dan pentingnya untuk bersekolah. Bila di daerah Kampung Kubur juga banyak yang bersekolah hingga meneruskan ke perguruan

(23)

tinggi. Itu menandakan di daerah Kampung Kubur pemikirannya sudah maju dan setiap keluarga sudah meyadari pentingnya dunia pendidikan. Walaupun orang tua mereka hanya sebagai pedagang, buruh bangunan, tukang parkir. Namun anak – anak mereka harus mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan orang tua mereka dahulu. Tujuannya adalah agar kelak masa depan mereka lebih terjamin dan lebih baik lagi dibandingkan dengan orang tua mereka.

2.4. Jenis Mata Pencaharian

Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan hal yang sangat penting atau sangat vital bagi kehidupan manusia saat ini, karena manusia tanpa pekerjaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kehidupannya. Oleh karena itu, setiap orang harus berusaha untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian juga halnya penduduk di Kampung Kubur, mata pencahariannya terdiri dari:1) Pedagang; 2) Wiraswasta; 3) Buruh bangunan; 4) Tukang parkir; 5) PNS; 6) dll. Penduduk daerah kampung kubur mayoritas bekerja sebagai pedagang. Dikatakan pedagang karena bila memasuki daerah lokasi kampung kubur maka akan langsung menemukan pedagang yang sedang berdagang di sekitar area pinggiran jalan. Orang-orang keturunan India Tamil merupakan warga dari Kampung Kubur yang memiliki mata pencaharian yang mayoritas sebagai pedagang. Jenis-jenis yang biasa mereka jual merupakan jenis makanan seperti martabak, burger, mie goreng, sate, nasi goreng, mie balap, bubur candil dan lain – lain. Tetapi, ada juga warga keturunan India Tamil memiliki usaha seperti toko laundry dan salon.

(24)

Berbeda dengan di daerah Kampung Kubur mata pencaharian di kelurahan Petisah Tengah lebih beraneka ragam dan sudah lebih maju ditandai dari berbagai profesi. Mata pencaharian tersebut pada tabel dibawah ini :

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang)

1. Buruh/swasta 3.603 2. Pegawai Negeri 105 3. Pengrajin 6 4. Pedagang 1.001 5. Penjahit 4 6. Tukang Batu 20 7. Tukang kayu 7 8. Peternak 1 9. Nelayan - 10. Montir 25 11. Dokter 12 12. Sopir 50 13. Pengemudi Bajaj - 14. Pengemudi Becak 10 15. TNI/POLRI 54 16. Pengusaha 959

Sumber: Data Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat banyaknya variasi pekerjaan yang ada di Kelurahan Petisah Tengah. Dari data tersebut dapat memperlihatkan bahwa penduduk kelurahan Petisah Tengah sudah sedikit maju. Sebagian pekerjaan yang ada di Kelurahan Petisah Tengah terdapat juga di kampung Kubur seperti

(25)

pedagang, buruh, pengusaha juga termasuk pelukis Mehendi tetapi belum masuk ke dalam data Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2007.

2.5. Sistem Kekerabatan

Dari distribusi penduduk menurut suku bangsa terlihat suku bangsa keturunan India Tamil mendominasi jumlah penduduk di daerah kampung Kubur. Hal tersebut dikarenakan mereka adalah penghuni pertama daerah kampung Kubur tersebut.

Dengan beragamnya suku bangsa di daerah kampung kubur maka tidak heran adanya perkawinan campuran antara suku bangsa India Tamil dengan suku bangsa seperti Jawa, Karo, Betawi, Cina, Toba, dan sebagainya. Dengan adanya perkawinan campuran yang ada di daerah kampung Kubur membuat ikatan kekerabatan semakin dekat dan membentuk sebuah keluarga.

Perkawinan campuran yang dilakukan suku bangsa India Tamil merupakan salah satu bentuk adaptasi yang mereka lakukan di daerah perantauan khususnya di kampung Kubur. Biasanya anak yang sudah menikah tinggal tidak jauh dari rumah orang tuanya, misalnya anak yang menikah akan tinggal di daerah kampung Kubur itu juga atau mereka juga biasanya tinggal satu rumah bersama orangtuanya, dengan cara mereka membuat loteng untuk tempat tinggal mereka.

(26)

2.6. Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi yang terdapat di daerah Kampung Kubur adalah sebuah lembaga umum. Lembaga umum yang dimaksud adalah sebuah wadah atau perkumpulan yang mengurusi kepentingan umum, seperti STM (Serikat Tolong Menolong), dan perangkat desa lainnya. Lembaga umum yang pertama yaitu STM, STM tersebut di bedakan berdasarkan agama misalnya STM yang beragam Islam berbeda dengan STM yang beragama Kristen (Protestan dan Khatolik). Lembaga umum di atas memiliki struktur dan kelembagan yang diakui oleh masyarakat daerah Kampung Kubur. Walaupun dalam hal ini organisasi kemasyarakatan dibedakan berdasarkan dari agama, namun organisasi ini tetap terus berjalan di wilayah Kampung Kubur dan sama – sama saling mendukung agar semua dapat aktif digunakan sebagai salah satu wadah untuk mengekspresikan diri.

2.7. Sarana dan Prasarana

TABEL 6

Sarana dan Prasarana Menurut Tempat Peribadatan No. Jenis Sarana Ibadah Jumlah Kondisi Rusak/Baik

1. Masjid 8 Baik

2. Langgar/surau/mushola 2 Baik

3. Gereja Kristen Protestan 3 Baik

4. Gereja Khatolik 1 Baik

5. Vihara 5 Baik

6. Pura 2 Baik

(27)

Berdasarkan Tabel 6 (enam) di atas terlihat jumlah peribadatan di Kelurahan Petisah Tengah sudah lumayan cukup banyak untuk dalam satu kelurahan. Di daerah Kampung Kubur sendiri terdapat 2 buah mesjid yaitu mesjid Gaudiah dan mesjid Al- Amin. Tetapi untuk peribadatan seperti gereja baik untuk Khatolik ataupun Kristen Protestan di daerah Kampung Kubur belum ada biasanya bagi warga Kampung Kubur yang beragama Khatolik atau Kristen Protestan hendak beribadah mereka terpaksa harus keluar dari daerah Kampung Kubur.

Untuk peribadatan seperti Vihara sudah ada di daerah Kampung Kubur, jadi bagi mereka ingin beribadah tidak harus keluar dari daerah Kampung Kubur.

TABEL 7

Sarana dan Prasarana Pendidikan No. Jenis Prasarana

Keterangan Jumlah Kondisi

1. Perguruan Tinggi 1 Baik

2. SLTA/SEDERAJAT 3 Baik

3. SLTP/SEDERAJAT 3 Baik

4. SD/SEDERAJAT 2 Baik

5. TK 2 Baik

6. TPA/SEDERAJAT 1 Baik

Sumber : Data Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 7 (tujuh) di atas sarana pendidikan di Kelurahan Petisah Tengah sudah di katakan lengkap, mulai dari perguruan tinggi hingga TPA juga ada walaupun perguruan tinggi jumlahnya cuma hanya 1 (satu) saja, seharusnya jumlah perguruan tinggi di Kelurahan Petisah Tengah sudah harus

(28)

bertambah mengingat semakin banyaknya jumlah anak yang ingin melanjutkan pendidikannya ke tahap yang lebih tinggi lagi.

TABEL 8

Sarana dan Prasaranna Menurut Perhubungan Darat

No. Jenis Prasarana Keterangan

Ada/Tidak Kondisi

1. Terminal Tidak -

2. Jalan Aspal Ada Baik

3. Jalan Bebatuan Ada Baik

4. Jalan Tanah Ada Baik

5. Jembatan Ada Baik

6. Stasiun Kereta Api Tidak -

Sumber : Data Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas sarana / prasarana dalam perhubungan darat di Kelurahan Petisah Tengah cukup baik. Sama halnya juga di lingkungan 1 (satu) di Kampung kubur kondisi daerah ini telah dapat dikatakan baik juga sebab dari kualitas jalan yang digunakan cukup baik bila dipakai untuk pengendara roda dua, empat dan para pejalan kaki karena jalan yang digunakan sudah beraspal, sehingga kita dengan sangat mudah apabila ingin memasuki daerah Kampung kubur.

Gambar

Tabel Pemukiman Orang Tamil di Kota Medan dan Sekitarnya.

Referensi

Dokumen terkait

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | x 33 Kemitraan Pemasaran Benih Padi di Kabupaten Hulu Sungai

Banyaknya bilangan yang berbeda yang terdiri atas dua angka yang dapat dibentuk dari angka-angka tersebut di atas jika angka-angkanya tidak boleh berulang adalah..,. Ada

Memiliki wewenang untuk mengawasi kegiatan DSO. Tugasnya adalah mengawasi kegiatan aktivitas promosi yang dilakukan oleh salesman dan melakukan pendistribusian rokok yang

Saya �dak perlu menjalani operasi rongga mulut dan tes�s saya, saya hanya menjalani pengobatan (minum obat) untuk paru-paru saya saja. Padahal secara manusia, kondisi saya

Supriyanto Kartodarsono, dr., Sp.PD selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan, dan motivasi yang membangun kepada

Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke Selatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah sekitar 90 km, sedangkan

1. Tercapainya hasil penyelenggaraan Program Studi di bidang Pendidikan Dokter berupa lulusan yang beriman, bertaqwa, berakhlak terpuji, berwawasan biomedik dan

 Jaringan penyusun akar, batang, dan daun tumbuhan dijelaskan berdasarkan struktur dan fungsinya  Macam-macam jaringan yang.. menyusun akar, batang, dan