• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI KE PROVINSI SUMATERA BARAT MASA RESES PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI KE PROVINSI SUMATERA BARAT MASA RESES PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI KE PROVINSI SUMATERA BARAT

MASA RESES PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2008 – 2009

--- I. PENDAHULUAN

A. DASAR KUNJUNGAN KERJA

Berdasarkan Keputusan DPR-RI Nomor: 13D/PIMP/IV/2008-2009 tentang Penugasan kepada Anggota-anggota Komisi I sampai dengan Komisi XI dan Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk melakukan kunjungan kerja berkelompok dalam masa Reses Persidangan IV Tahun Sidang 2008-2009 dan Keputusan Rapat Intern Komisi II DPR-RI pada tanggal 18 Juni 2009.

Tim Kunjungan Kerja Komisi II DPR-RI ke Provinsi Sumatera Barat berjumlah 19 (sembilan belas) orang Anggota yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR-RI Yth. Bapak Drs. EKA SANTOSA/F-PDIP dan anggota tim terdiri dari:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

H. ANDI WAHAB DT. MAJOKAYO NEHEN, SPd, MM

Hj. NURHAYATI YASIN LIMPO MADE SUWENDHA

Dra. EDDY MIHATI, MSi H. FACHRUDDIN

Drs. AGUSTINUS CLARUS H. ROMZI NIHAN, SIP, MSi Drs. HADIMULYO, MSc

BAMBANG SUTJIPTO SYUKUR Drs. BARNSTEIN SAMUEL TUNDAN Drs. H.A.M. FATWA

KHAIDIR M. WAFA

A. Ch. SYAIFUDDIN ZUHRI ALHADI, SIP AGUS PURNOMO, SIP

Ir. H. UNTUNG WAHONO, Msi Drs. ZULHENDRI CHANIAGO PASTOR SAUT M. HASIBUAN

ANGGOTA/F-PD ANGGOTA/F-PG ANGGOTA F-PG ANGGOTA/F-PG ANGGOTA/F-PDIP ANGGOTA/F-PDIP ANGGOTA/F-PDIP ANGGOTA/F-PPP ANGGOTA/F-PPP ANGGOTA/F-PD ANGGOTA/F-PD ANGGOTA/F-PAN ANGGOTA/F-KB ANGGOTA/F-KB ANGGOTA/F-PKS ANGGOTA/F-PKS ANGGOTA/F-PBR ANGGOTA/F-PDS

Tim Kunjungan Kerja didampingi 2 (dua) Staf Sekretariat Komisi II DPR-RI, Tenaga Ahli Komisi II DPR-RI, dan dari Bagian Pemberitaan DPR-RI serta utusan-utusan dari Departemen Dalam Negeri, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Badan Pertanahan Nasional dan Arsip Nasional.

B. RUANG LINGKUP

Pertemuan dengan Asisten II Sekretaris Provinsi Sumatera Barat Sulawesi Selatan beserta jajarannya, Bupati/Walikota beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Selatan, KPUD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Barat dan Ketua Panitia Pengawas Pemilu Provinsi Sumatera Barat, serta peninjauan langsung ke lokasi PNPM (Kota Padang Panjang).

(2)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009 II. HASIL KUNJUNGAN KERJA

A. PEMERINTAHAN DAERAH

1. Evaluasi dan Pelaksanaan PNPM Mandiri

a. Provinsi Sumatera Barat mengikuti PNPM Mandiri Perdesaan sejak tahun 1998 ketika Program ini masih bernama Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Pada saat itu, tercatat 15 kecamatan pada 5 Kabupaten menjadi lokasi dari pelaksanaan program ini. Pada tahun 2008, yaitu pada masa PPK telah berintegrasi dalam PNPM-PPK, jumlah daerah di Provinsi Sumatera Barat yang berpartisipasi dalam program ini adalah sebanyak 102 Kecamatan yang tersebar di 12 Kabupaten, dimana 56 Kecamatan di 7 Kabupaten diantaranya dilaksanakan dengan Pola Khusus Pasca Bencana (Lost Cost Sharing). Khusus untuk tahun 2009, lokasi pelaksanaan PNPM Madiri Perdesaan di Provinsi Sumatera Barat adalah di 123 Kecamatan pada 12 Kabupaten.

b. Jumlah dana yang dialokasikan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 untuk Program PNPM Mandiri adalah sebesar Rp 535.050.000.000,- dengan perincian :

- Berasal dari APBN : Rp 450.305.000.000,- - Berasal dari APBD : Rp 84.745.000.000,-

Sedangkan jumlah dana yang berasal dari hasil Swadaya masyarakat adalah sebesar Rp 7.795.081.064,-

c. Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan program ini, dapat dilihat indikator yang bisa mengukur keberhasilan yang telah dirasakan oleh masyarakat yaitu antara lain terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan jiwa kewirausahaan dan keterampilan, revitalisasi kelembagaan masyarakat, peningkatan akses prasarana umum, peningkatan kualitas layanan kebutuhan dasar, mengurangi angka pengangguran, dan lain-lain.

d. Prosentase terbesar dari jenis kegiatan yang didanai oleh Program ini hingga saat ini sebagian besar adalah untuk kegiatan pembangunan sarana prasarana fisik, berikutnya untuk jenis kegiatan bidang ekonomi, pendidikan serta kesehatan.

e. Beberapa kendala yang umumnya dihadapi dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah :

- sering terjadi kekosongan Fasilitator Teknik Kecamatan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti pelanggaran kode etik, indisipliner, mengundurkan diri, dan lain-lain. Padahal dilain pihak proses penggantian tidak bisa serta merta dilakukan karena harus melalui rekrutmen dan pelatihan pratugas yang sangat memakan waktu (perlu persetujuan dari Pusat).

- Keterlambatan dana pendukung proses perencanaan - Keterlambatan pencairan dana cost-sharing Kabupaten.

- Paradigma masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan yang masih menganggap bahwa penanganan kemiskinan adalah tanggung jawab pemerintah.

f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah lebih pada semakin ditingkatkannya koordinasi yang intens ke berbagai stakeholder yang terlibat dan pengembangan kapasitas dari para stakeholder itu sendiri. Sedangkan untuk penanganan masalah dana cost sharing yang terlambat dicairkan tersebut adalah dengan melakukan penganggaran kembali.

g. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari program ini telah memberikan manfaat secara langsung kepada 1.312.374 orang.

2. Administrasi Kependudukan

a. Secara umum, implementasi Sistem informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) berbasis teknologi di wilayah Provinsi Sumatera Barat baru diterapkan di 2 (dua) Kabupaten/Kota yakni Kota Solok dan Kota Padang Panjang (itupun belum sepenuhnya on-line), namun rencananya pada akhir tahun 2009 ini Kota

(3)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009

Padang akan dijadikan pula sebagai salah satu kota yang menjadi Pilot Project dari Depdagri untuk penerapan SIAK berbasis teknologi.

b. Sumber daya aparatur untuk mengoperasikan SIAK masih belum memadai sehingga untuk mengatasi hal tersebut telah sering dilakukan bimbingan dan pelatihan yang berkesinambungan.

c. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengoperasian dan pengembangan SIAK adalah :

- Belum optimalnya tenaga pengelola SIAK baik secara kualitas maupun kuantitas.

- Miimnya perangkat pendukung SIAK di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

- Belum optimalnya pelaksanaan pengelolaan dan pelaporan administrasi kependudukan dari tingkat desa/Kelurahan ke Dinas Kependudukan di Kabupaten/Kota.

3. Pelayanan Publik

Sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, Pemprov Sumbar dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumbar terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya dengan sasaran yakni terwujudnya struktur organisasi dan tata pemerintahan yang tertib serta responsif terhadap kebutuhan publik. Untuk itu beberapa langkah yang dilakukan dalam rangka menunjang upaya tersebut adalah antara lain :

a. Pengisian SOTK dengan berpedoman pada kompetensi dan bebas dari intervensi siapapun.

b. Bekerjasama dengan Lembaga Akademik dalam menyusun suatu pedoman yang digunakan untuk mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah daerah.

c. Membentuk Sentra-sentra Pelayanan terpadu hingga ke daerah-daerah. d. Menyelaraskan kebijakan daerah yang dibuat dengan

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian PAN.

Namun demikian masih terdapat beberapa hal yang masih menjadi hambatan dalam upaya peningkatan pelayanan publik ini antara lain adalah :

a. Minimnya sarana dan prasarana pendukung seperti ruang kerja, mobil operasional, dan lain lain

b. Terbatasnya jumlah personil, sehingga tidak sesuai dengan beban tugas yang harus dikerjakan.

e. Belum tersusunnya Standar Pelayanan Minimal (SPM) sehingga menimbulkan perbedaan persepsi dari masing-masing SKPD.

f. Keterbatasan anggaran yang dialokasikan, terutama yang berkaitan dengan operasional pendukung kinerja dan peningkatan SDM.

4. Manajemen Kepegawaian a. Klasifikasi jabatan

Untuk klasifikasi jabatan, Pemprov Sumbar telah menerapkan PP No.41 tahun 2007 yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan sistem penggajian yang adil serta dapat digunakan dalam rangka pemberian tunjangan jabatan PNS atau pemberian kesejahteraan intern.

b. Standar Kompetensi dan Standar Kinerja

Pemerintah Daerah telah menentukan Standar Kompetisi Jabatan Strukural PNS sebagai tolok ukur dan acuan persyaratan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh PNS dalam pelaksanaan tugas jabatan struktural di lingkungan masing-masing organisasi. Penentuan standar jabatan disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik yang dimiliki yakni berupa pengetahuan, keahlian dan prilaku dalam melaksanakan tugas.

(4)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009

Pola karir pegawai dilakukan dengan cara terstrukur mulai dari jabatan staf sampai pejabat baik struktural maupun fungsional dengan memperhatikan kompetensi dan kinerja dari PNS yang bersangkutan.

d. Masalah Tenaga Honorer

Terkait dengan masalah tenaga honorer, adalah terhadap tenaga honorer yang diangkat atas kebijaksanaan pimpinan SKPD atau oleh Komite Sekolah, karena ternyata nama-nama mereka tidak termasuk dalam data base yang diajukan ke Pusat.

e. Sistem Renumerasi

Pemprov telah mengalokasikan beberapa tunjangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan bagi aparatur. Sistem renumerasi ini pada dasarnya lebih difokuskan pada kegiatan-kegiatan tertentu yang bobot dan beban kerjanya melebihi kapasitas beban kerja PNS. Untuk itu PNS yang bersangkutan diberikan honor yang besarannya diatur dalam APBD masing-masing kabupaten/kota.

5. Kearsipan Daerah

a. Terkait dengan penataan organisasi kearsipan di tingkat daerah, Kantor Arsip Daerah Provinsi Sumbar telah melakukan pembinaan dan pengawasan kearsipan baik pada pada SKPD Provinsi maupun lembaga-lembaga kearsipan yang berada di tingkat Kabupaten/Kota. Hal ini antara lain dilakukan dengan memberikan pemahaman melalui sosialisasi dan bintek tentang tata kerja kearsipan di daerah.

b. Untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka hal-hal penting dan strategis yang memerlukan perubahan mendesak adalah pada sektor sumber daya manusia (terutama tenaga arsiparis) dan adanya dukungan anggaran yang cukup untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan-kegiatan kearsipan, seperti misalnya depo untuk penyimpanan arsip.

c. Hubungan kerjasama yang telah dilakukan oleh kantor Arsip Daerah Provinsi Sumbar sudah dilakukan tidak saja dengan lembaga kearsipan daerah lainnya, akan tetapi dilakukan pula dengan pihak swasta, dimana hubungan dengan pihak swasta di daerah ini lebih diarahkan pada tata cara penataan dokumen arsip perusahaan yang baik dan benar agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Terkait dengan rencana untuk merevisi dan menyempurnakan UU No.7 tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan, maka Pemprov Sumbar memberikan masukan beberapa hal yaitu :

- Perlunya eksistensi/keberadaan Lembaga Kearsipan di tingkat Kabupaten/kota yang sejalan dengan amanat PP No.41 tahun 2007.

- Perlunya penegasan mengenai ruang lingkup penaganan arsip di daerah terutama pada lembaga vertikal (departemen/non-departemen) di daerah.

6. Masalah Lainnya

Masalah lain yang mengemuka adalah terkait dengan keinginan dari Pemerintah Daerah agar perlu adanya suatu peraturan yang benar-benar bisa dijadikan sebagai suatu pedoman baku dalam pengelolaan keuangan daerah dan pelaksanaan APBD. Karena selama ini daerah merasa bingung dengan adanya 2 ketentuan yang tidak sinkron dalam mengatur permasalahan tersebut, yaitu Peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan.

7. Catatan Khusus

Dari hasil kunjungan kerja Komisi II ke Provinsi Sumatera Barat kali ini, ada beberapa catatan khusus yang perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut sehubungan dengan perlakuan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam menyikapi Kunjungan Kerja Komisi II DPR-RI, yaitu :

a. Banyak pertanyaan-pertanyaan tertulis dari Komisi II DPR-RI yang telah disampaikan sebelumnya tidak mendapatkan jawaban yang komprehensif dan

(5)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009

tertulis dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Jawaban tertulis sebagai tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan Komisi II DPR-RI dijanjikan akan disusulkan, akan tetapi hingga laporan ini selesai disusun, jawaban tertulis tidak pernah diterima oleh Sekretariat Komisi II DPR-RI.

b. Pemerintah Provinsi Sumbar terkesan tidak serius/tidak siap dalam menerima Tim Kunjungan Kerja Komisi II DPR-RI. Hal ini terlihat tidak hadirnya Gubernur maupun Sekretaris Daerah pada saat pertemuan dan ditunjuknya Asisten II Sekretaris Provinsi Sumatera Barat sebagai pejabat tertinggi yang ditugaskan untuk menerima Tim Kunjungan Kerja Komisi II DPR-RI, pada saat pertemuan akan dimulai demikian pula dengan alasan atas ketidak hadiran Gubernur, Wakil Gubernur maupun Sekretaris Provinsi baru disampaikan pada saat rapat akan dimulai.

c. Terkait undangan makan malam dari Gubernur Provinsi Sumbar kepada Tim Kunjungan Kerja Komisi II DPR-RI, ternyata Gubernur tidak hadir dalam jamuan makan malam tersebut dengan alasan masih lelah karena baru kembali dari luar kota, padahal undangan untuk acara tersebut disampaikan oleh pihak Protokol Pemprov Sumbar kepada Tim Kunker Komisi II DPR-RI yang mengatakan bahwa Gubernur akan menerima. Pada jamuan makan malam di rumah jabatan Gubernur tersebut, Tim Kunker Komisi II DPR-RI hanya diterima oleh Sekretaris Provinsi dan Kepala Biro Humas Provinsi Sumbar.

d. Pemerintah Provinsi tidak menyampaikan undangan ataupun menginformasikan kepada Panwaslu Sumatera Barat perihal agenda pertemuan antara Komisi II DPR-RI dengan KPUD Sumatera Barat dan Panwaslu. Sumatera Barat Undangan hanya disampaikan kepada pihak KPUD Provinsi Sumbar.

Atas perlakuan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat tersebut, Pimpinan Tim Kunker Komisi II DPR-RI telah mengadakan konfrensi pers, yang pelaksanaannya dilakukan setelah usainya pertemuan dengan KPUD Suamter Barat dan Panwaslu.Sumatera Barat,.

(6)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009 B. KPUD PROVINSI/KABUPATEN /KOTA

a. Hasil Suara Pemilu Legislatif 2009

- Pada Pemilu tahun 2009, terdapat 610 kursi yang diperebutkan di 71 Dapil yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Barat, dengan rincian 55 kursi untuk DPRD Provinsi (5 Dapil) dan 555 kursi untuk DPRD Kabupaten/Kota (66 Dapil).

- Dari 610 kursi tersebut, hanya 45 yang berhasil diraih oleh calon perempuan, atau hanya sekitar 7%. Bahkan untuk DPRD Kabupaten Mentawai dan DPRD Kabupaten Pesisir Selatan, tidak ada calon perempuan yang berhasil meraih kursi.

- Untuk DPRD Provinsi Sumbar yang menyediakan 55 kursi, hanya 10 partai politik (dari 38 parpol peserta Pemilu 2009) yang berhasil meraih kursi, dimana kursi terbanyak didapat oleh Partai Demokrat (14 kursi), disusul oleh Partai Golkar (9 kursi) dan PAN (6 kursi).

- Sedangkan untuk DPRD Kabupaten/Kota, terdapat 28 Parpol yang berhak untuk menempatkan wakilnya. Secara keseluruhan, dari 555 kursi untuk DPRD Kabupaten/Kota, Partai Demokrat memperoleh kursi terbanyak dengan jumlah total 103 kursi, disusul oleh Partai Golkar dengan 93 kursi, dan PAN dengan 73 kursi.

b. Evaluasi terhadap Penyelenggaraan Pemilu 2009

- Selama penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009, baik dari segi persiapan maupun pelaksanaan, terdapat beberapa permasalahan antara lain :

(i) Tidak memadainya gudang untuk menyimpan logistik Pemilu

(ii) Masih banyak pemilih yang belum mempunyai Nomor Induk Kependudukan (NIK). Bahkan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, seluruh penduduknya yang masuk dalam daftar pemilih tidak memiliki NIK.

(iii) Masih banyak TPS yang belum teraliri listrik

- Pada beberapa daerah terjadi kesalahan dalam pendistribusian logistik (surat suara tertukar). Bagi daerah yang melaporkan pada awal kejadian dapat diatasi dengan merelokasi surat suara yang tertukar tersebut. Sedangkan bagi daerah yang terlambat melaporkan, berakibat terjadinya pemilu lanjutan. Hal ini terjadi pada 6 TPS di Kecamatan Akabiluru Kabupaten 50 Kota dan 1 TPS di Kecamatan Luhak Nan Duo Simpang Tiga Kabupaten Pasaman Barat.

- Secara umum pelaksanaan penghitungan suara dapat berjalan dengan baik dan lancar. Namun pada beberapa tempat, terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir sehingga menyebabkan terganggunya proses penghitungan suara di TPS. Bahkan akibat dari banjir terebut, terdapat beberapa TPS di Kabupaten Padang Pariaman yang baru dapat melaksankan penghitungan suara pada keesokan harinya.

- Kejadian khusus berkaitan dengan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara terjadi di TPS 03 Kampung Dama, dimana akibat banjir terdapat 1 kotak suara yang hilang karena ditelan banjir. Namun demikian, tidak dilakukan pemungutan suara ulang di TPS tersebut karena hasil rekapitulasinya masih bisa terselamatkan.

c. Kasus-Kasus Pelanggaran Hukum yang Menimpa Penyelenggara Pemilu 2009 Selama masa persiapan hingga pelaksanaan Pemilu 2009, tidak ada kasus pelanggaran hukum yang dikenakan pada penyelenggara Pemilu 2009 di Provinsi Sumatera Barat.

d. Masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Hal lain yang sering menjadi permasalahan dalam Pemilu 2009 kali ini adalah masalah DPT. Di Provinsi Sumatera Barat, DPT yang tercatat adalah sebanyak

(7)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009

3.155.148 untuk pemilu legislatif (tingkat partisipasi 70,46%) dan 3.321.308 pada pemilu Prseiden/Wakil Presiden 2009 (tingkat partisipasi (70,92%). Khusus untuk Pemilu Presiden/Wakil Presiden terdapat juga 12.408 pemilih yang menggunakan KTP.

Beberapa masalah yang timbul sebelum ditetapkannya DPT tersebut yang dapat diidentifikasi oleh KPUD Provinsi Sumbar yakni :

- Terdapat pemilih yang belum terdaftar - Terdapat pemilih yang terdaftar di 2 wilayah - Tidak ada keterangan/informasi pemilih cacat - Data tidak akurat (nama, alamat, dll)

- Orang yang sudah meninggal dunia masih terdaftar sebagai pemilih

- Perkembangan/perubahan jumlah pemilih yang tidak rasional dibandingkan dengan data sebelumnya.

- Terdapat anggota TNI/Polri yang terdaftar sebagai pemilih

- Masih cukup banyak penduduk yang sebenarnya sudah masuk dalam usia berhak memilih ternyata tidak masuk dalam daftar pemilih.

Terkait dengan masalah ini langkah yang dilakukan oleh KPU Provinsi Sumbar beserta jajarannya di Kabupaten Kota terus melakukan perbaikan-perbaikan sehingga diperoleh data yang akhirnya dijadikan sebagai DPT tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

- Berkoordinasi dengan Pemda untuk pemutakhiran dan validitas data pemilih - Melakukan coklit kembali terhadap perkembangan jumlah pemilih

- Membuka Posko Pengaduan Pemilih untuk mencatat semua laporan masyarakat yang tidak terdaftar dalam DPT Pileg.

- Memasang spanduk dan stiker pendataan pemilih pada tempat-tempat yang strategis

- Pemasangan iklan di media selama 7 hari berturut-turut. e. Masalah Anggaran

- Untuk Pemilu Legislatif 2009, KPU Sumbar mendapatkan anggaran sebesar Rp 20,9 milyar yang sebagian besar dialokasikan untuk logistik pemilu, yaitu sebesar Rp 17,3 milyar. Sedangkan Rp 3,6 milyar dialokasikan untuk biaya jasa seperti sewa gudang, dan lain-lain (yang ternyata dana ini tidak digunakan karena KPU Sumbar tidak perlu menyewa gudang). Dari alokasi sebesar Rp 17,3 milyar untuk distribusi logistik tersebut, setelah ditenderkan menjadi Rp 12,4 milyar sehingga terdapat selisih lebih sebanyak Rp 4,9 milyar. Dengan demikian dari anggaran semula yang dialokasikan untuk KPU Sumbar, telah terdapat penghematan kurang lebih Rp 8,5 milyar. - Untuk Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2009, anggaran yang diperoleh KPU

Sumbar adalah sebesar Rp 6,9 milyar yang dialokasikan untuk distribusi Logistik (Rp 5,4 milyar) dan biaya jasa (Rp 1,5 milyar). Dari anggaran yang dialokasikan tersebut KPU Sumbar bisa melakukan penghematan sebanyak Rp 5,5 milyar.

Dengan demikian, secara keseluruhan KPU Provinsi Sumatera Barat telah melakukan penghematan sebesar kurang lebih Rp 14 milyar.

(8)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009 C. BPN PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Masalah Sengketa Tanah

a. Jumlah kasus pertanahan yang tercatat/masuk pada Kanwil BPN Provinsi Sumbar beserta jajarannya di Kabupaten/Kota selama 5 (lima) tahun terakhir adalah sebanyak 1.963 kasus, dimana dari jumlah tersebut telah diselesaikan sebanyak 1.304 kasus (66,42%). Sehingga dengan demikian masih terdapat 659 kasus (33,58%) yang masih harus diselesaikan.

b. Faktor-faktor dominan yang menjadi sumber timbulnya sengketa tanah di Provinsi Sumbar antara lain adalah :

- Faktor kepemilikan dan penguasaan

Di Sumatera Barat, status tanah pada umumnya adalah tanah ulayat atau tanah milik adat yang kepemilikannya adalah secara bersama-sama (komunal) tanpa bukti tertulis. Peruntukan dan penguasaan tanah yang diatur oleh Mamak Kepala Waris.

- Faktor batas sepadan kepemilikan tanah

Pada umumnya batas tanah ulayat di Sumatera Barat adalah menggunakan batas alam sehingga pada saat dilakukan pengukuran, hal tersebut sering mendapat bantahan/keberatan dari pemilik tanah yang berbatasan.

- Faktor pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menyebabkan meningkatnya kebutuhan tanah untuk pembangunan, padahal di lain pihak ketersediaan tanah tetap, sehingga seringkali terjadi benturan kepentingan.

- Faktor budaya

Oleh karena orang Minangkabau banyak yang merantau dan berdomisili di daerah lain, maka anggota-anggota kaum yang menetap di lokasi tanah mensertifikatkan tanahnya tanpa terlebih dahulu meminta persetujuan anggota kaum lainnya yang berdomisili di luar daerah.

c. Pola dan strategi yang ditempuh oleh jajaran Kanwil BPN Provinsi Sumbar dalam menyelesaikan berbagai jenis sengketa adalah:

- Pada umumnya penanganan dan penyelesaian sengketa tanah dilakukan secara musyawarah dengan melibatkan pihak yang bersengketa pada lembagaadat yaitu Kerapatan Adat Nagari (KAN) atau Lembaga Adat Nagari (LAN). Penyelesaiannya di tingkat KAN atau LAN dilakukan dengan cara sidang musyawarah adapt dengan mengacu pada hukum adat setempat.

- Apabila penyelesaian dengan cara sebagaimana tersebut diatas tidak tercapai, maka BPN memfasilitasi para pihak untuk menyelesaikan melalui mediasi dengan tujuan hasil penyelesaian dapat diterima semua pihak dan saling menguntungkan (win-win solution).

- Apabila penyelesaian tidak juga tercapai, maka kepada pihak penggugat dipersilahkan mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri setempat dengan tenggat waktu 90 hari sesuai dengan ketentuan yang berlaku (PP No.24 tahun 1997).

d. Hambatan yang dihadapi BPN dalam penyelesaian kasus pertanahan adalah antara lain :

- Sulitnya memanggil para pihak yang terkait karena pada umumnya penggugat berdomisili di luar Sumatera Barat.

- Tidak adanya bukti-bukti tertulis/bukti pendukung tentang riwayat perolehan dan kepemilikan tanah yang disengketakan.

- Keterampilan SDM yang tersedia belum memadai sehingga diperlukan peningkatan melalui pelatihan/Diklat

(9)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009

- Minimnya anggaran yang dialokasikan untuk penyelesaian kasus pertanahan,.

2. Program Sertifikasi dan Pengukuran

a. Terkait dengan Program Nasional Pertanahan (Prona) di wilayah Provinsi Sumatera Barat tahun anggaran 2007 dan 2008 adalah sebagai berikut::

- Lokasi Prona berada pada setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumbar, dimana pada tahun anggaran 2007-2008 telah direalisasikan sebanyak 17.191 persil dari 19.550 persil yang ditargetkan (tingkat pencapaian adalah 87,93%), sedangkan dari target keuangan sebesar Rp 6,5 milyar, telah terealisir sebesar Rp 5,9 milyar atau tingkat pencapaiannya adalah 90,76%. - Hambatan dalam pelaksanaan Prona

(i) Pada umumnya tanah di Provinsi Sumbar merupakan tanah ulayat milik adat yang bersifat komunal sehingga sulit menetapkan subyek hak.

(ii) Untuk menetapkan hak atas tanah diperlukan alas hak yang dibenarkan oleh Kerapatan Adat Nagari dan wali nagari/lurah setempat.

(iii) Terbatasnya SDM (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) dan banyaknya kegiatan pengelolaan pertanahan yang harus diselesaikan. (iv) Adanya gugatan dari pihak lain dalam proses penerbitan permohonan

Prona.

- Cara untuk mengatasi

(i) Kanwil BPN Provinsi Sumbar telah berupaya memfasilitasi untuk menyiapkan tindak lanjut Perda No.6 tahun 2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya bersama-sama dengan perguruan tinggi dan LSM mengenai subyek dan obyek tanah ulayat sebagaimana dalam peraturan UUPA.

(ii) Memberikan penyuluhan kepada KAN Sumatera Barat untuk

mempunyai database tanah ulayat dan tatacara

pengadministrasiannya.

(iii) Bantuan petugas ukur antah Kantah Kab/Kota yang dikoordinir oleh Kanwil BPN Provinsi Sumbar.

(iv) Mengutamakan penyelesaian melalui mediasi di tingkat KAN dan Kantah Kab/Kota.

b. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya sertifikat ganda yang dapat merugikan masyarakat, mekanisme kerja sesuai SPOPP (Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan) dalam menerbitkan semua jenis sertifikat tanah mengacu pada Peraturan Kepala BPN No.1 tahun 2005 dan Peraturan Kepala BPN No.6 tahun 2008 tentang Penyederhanaan dan Percepatan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Pertanahan untuk Jenis Pelayanan Pertanahan Tertentu.

Terjadinya sertifikat ganda/tumpang tindih pada waktu sebelum keluarnya Peraturan Kepala Badan tersebut disebabkan oleh:

- Belum tertibnya administrasi pertanahan di tingkat Nagari/Kelurahan. - Belum tersedianya Peta Dasar Pendaftaran Tanah yang lengkap

- Ketidaktaatan asas teknis pengukuran sesuai demgan petunjuk Peraturan Kepala Badan No.3 tahun 1997. Contoh ketiodaktaatan asas tersebut tersebut adalah hasil pengukuran tidak diikatkan ke Titik Ikat Nasional (seperti Titik Ikat Orde IV, Orde III, dan Orde II).

Cara mengatasi terjadinya sertifikat ganda

- Penertiban administrasi pertanahan di tingkat Nagari/Kelurahan dalam hal ini menyangkut obyek dan subyek tanah sehingga diperlukan penyuluhan sosialisasi administrasi pertanahan kepada perangkat Nagari/Kelurahan.

(10)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009

- Adanya peta tunggal yang telah mempunyai Koordinat Nasional (mempunyai Koordinat TM 3 derajat).

- Meningkatkan pengawasan terhadap petugas ukur dalam pelaksanaan petunjuk teknis.

c. Terkait dengan permasalahan yang menyangkut status tanah kantor pemerintahan di Sumbar, tanah instansi pemerintah yang telah terdaftar/bersertifikat di Provinsi sumbar adalah sebanyak 3.848 bidang dengan luas 3.426,43 Ha (sesuai hasil data tanah Hak Pakai melalui kegiatan pembangunan sistem monitoring pengendalian Hak atas Tanah berbasis wilayah Administrasi Kabupaten/Kota oleh Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat Kanwil BPN Provinsi Sumbar sampai dengan bulan Juni 2009), sedangkan untuk tanah instansi pemerintah yang belum terdaftar/belum bersertifikat, tidak ada laporan dari instansi yang bersangkutan kecuali tanah-tanah yang dimiliki/dikuasai Departemen Pertahanan RI yang telah tercatat sebagai asset tanah TNI AD di wilayah Provinsi Sumbar.

d. Program LARASITA

- Semenjak penerimaan perangkat Larasita pada bulan Januari 2009, sampai dengan juni 2009 ini masih belum ada bidang tanah yang disertifikasi melalui program Larasita. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah persiapan untuk pelaksanaan Larasita yang anatar lain meliputi pemasangan jaringan, migrasi LOC, pelatihan SDM, dan sosialisasi ke lokasi-lokasi. Yang menjadi tempat pelaksanaan program Larasita pada tahun anggaran 2008-2009, yakni Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Pesisir Selatan.

- Pada masing-masing kantor Pertanahan di lokasi-lokasi tersebut diatas telah disiapkan :

(i) 1 unit kendaraan (roda empat) Larasita yang dilengkapi dengan perangkat keras dan lunak komputer dan aplikasi serta pendukung lainnya.

(ii) Perangkat jaringan komunikasi Larasita yang tersambung langsung dengan server di Kantah dengan menggunakan sarana jaringan komunikasi yang berupa kabel, satelit maupun radio.

(iii) 2 unit kendaraan roda dua yang dilengkapi dengan box (tempat peralatan ukur) yang dapat melayani masyarakat di pelosok pedesaan. - Hambatan yang dihadapi

(i) Kesulitan penyiapan alas hak tanah milik adat

(ii) Kurangnya SDM untuk pelaksanaan teknis operasional di lapangan (iii) Belum tersedianya biaya operasional program Larasita

(iv) Listrik sering padam - Cara mengatasi hambatan

(i) Memberikan penyuluhan dan sosialisasi mengenai alas hak tanah milik adat.

(ii) Penambahan tenaga teknis operasional di lapangan

(iii) Agar biaya operasional program Larasita dialokasikan pada DIPA Kantah atau bantuan dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat (iv) Pengadaan genset pada masing-masing Kantor Pertanahan. e. Kegiatan Pengukuran Bidang Tanah

- Hambatan yang Dihadapi

(i) Jumlah petugas ukur yang minim dan tidak sebanding dengan volume pekerjaan

(ii) Penyebaran petugas ukur yang belum merata

(iii) Kemampuan/keahlian petugas ukur yang belum memadai

Sebagai catatan, kondisi petugas ukur di Provinsi Sumbar bsaat ini berjumlah 64 orang dengan tingkat pendidikan Pengatur/Juru ukur sebanyak 32 orang, Diploma I sebanyak 26 orang, Diploma IV sebanyak 5 orang, dan S-1 Geodesi sebanyak 1 orang.

(11)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009 - Cara mengatasi hambatan

(i) Menunjuk petugas dari bidang lain yang berbasis pengukuran untuk melaksanakan pengukuran bidang tanah.

(ii) Memanfaatkan pejabat eselon III, eselon IV maupun eselon V di masing-masing kantor pertanahan Kabupaten/Kota yang berbasis pengukuran untuk membantu pelaksanaan pengukuran

- Langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah dan kualitas Tenaga Ukur (i) Mengadakan pelatihan (on job training) untuk meningkatkan

kemampuan teknis petugas ukur yang bekerjasama dengan BPN-RI. (ii) Menempatkan petugas ukur berdasarkan kebutuhan volume pekerjaan

masing-masing kantor pertanahan.

(iii) Memohon penambahan petugas ukur melalui program BPN-RI yaitu dengan memperbanyak pengangkatan petugas ukur dari Diploma 1.

3. Fungsi dan Peruntukan Lahan

Di Provinsi Sumbar, khususnya di wilayah perkotaan, terjadi pergeseran fungsi dan peruntukan lahan (terutama lahan-lahan produktif) yakni biasanya dari lahan pertanian menjadi perumahan masyarakat yang bersifat sporadik.

Kebijakan atau strategi BPN untuk mempertahankan lahan tersebut adalah:

- Setiap perolehan hak atas tanah dilakukan dengan berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hal ini dilaksanakan dengan penerapan perimbangan teknis penatagunaan tanah/izin perubahan penggunaan tanah.

- Mengoptimalkan penyuluhan administrasi pertanahan kepada masyarakat. 4. Permasalahan Lainnya

Permasalahan lain tidak ada yang cukup menonjol, hanya saja mungkin perlu ada perhatian khusus pada kondisi kantor pertanahan di beberapa Kabupaten/Kota yang kondisinya sudah cukup memprihatinkan, seperti misalnya Kantor Pertanahan di Kabupaten 50 Kota yang kondisi bangunannya sudah bisa dikatakan sangat tua dan sudah lama tidak dilakukan renovasi.

(12)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009 III. KESIMPULAN

1. PNPM Mandiri Perdesaan telah berjalan dengan baik dan benar-benar dirasakan manfaatnya bagi masyarakat di Provinsi Sumatera Barat, dan jumlah penerima manfaat secara langsung dari program ini juga terus meningkat setiap tahunnya. Namun demikian perlu juga menjadi catatan bahwa pengalokasian anggaran untuk Program ini sebaiknya tidak hanya ditujukan untuk pembangunan infrastruktur, tetapi porsi yang diperuntukkan bagi program dana bergulir juga penting untuk ditingkatkan.

2. Perlu adanya anggaran yang lebih memadai bagi peningkatan peran kearsipan di daerah. Anggaran tersebut bukan saja diperlukan dalam hal peningkatan sarana dan prasarana akan tetapi juga dalam kaitannya dengan peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusianya. Sehingga dengan demikian perspektif yang selama ini menganggap bahwa kearsipan hanyalah sebagai pelengkap saja bisa dieliminir. 3. Secara umum pelaksanaan Pemilu tahun 2009 (baik Pemilu Legislatif maupun

Pemilu Presiden/Wakil Presiden) di Provinsi Sumatera Barat berjalan dengan baik dan kondusif. KPU Provinsi Sumbar juga telah melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya, termasuk dalam hal penggunaan anggaran, dimana KPU Sumbar telah melakukan penghematan anggaran hingga sebesar Rp14 milyar (atau sekitar 70% dari total anggaran). Namun demikian penghematan hingga pada tingkat sebesar itu justru harus mendapatkan perhatian karena pada sisi perencanaan seharusnya sudah bisa diperkirakan pos-pos pengeluaran yang harus dipenuhi anggarannya secara akurat, sehingga tidak terkesan bahwa perencanaan anggaran tersebut disusun secara asal-asalan.

4. Status kepemilikan tanah (tanah ulayat) yang spesifik di lingkungan masyarakat Sumatera Barat dan faktor kebiasaan merantau pada budaya Minangkabau seringkali menyebabkan kerumitan tersendiri dalam penyelesaian kasus-kasus pertanahan yang terjadi di Sumatera Barat. Untuk itu pihak BPN harus lebih meningkatkan koordinasinya dengan lembaga-lembaga adat setempat dan lebih memahami pula akan hukum adat yang berlaku di daerah-daerah tempat terjadinya sengketa.

5. Masalah keterbatasan anggaran dan SDM juga masih merupakan masalah dominan bagi BPN Provinsi Sumatera Barat untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka pelaksanaan dan pemerataan program-program yang berkaitan langsung dengan pelayanan masyarakat seperti Prona dan Larasita.

IV. PENUTUP

Demikian Laporan Kunjungan Kerja yang dapat kami sampaikan, dengan harapan dapat ditindaklanjuti sehingga memberikan manfaat bagi semua pihak. Kepada segenap pihak yang telah membantu terselenggaranya Kunjungan Kerja ini, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Juli 2009

KETUA TIM

(13)

KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR-RI MS IV 2008-2009

DRS. EKA SANTOSA A - 334

Referensi

Dokumen terkait

Pertemuan di Kantor Gubernur Jawa Barat diakhiri dengan penyerahan secara simbolis bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada Provinsi Jawa Barat

Sedangkan hasil kegiatan ini diharapkan adalah dapat mendorong kebijakan dalam pengelolaan dan pemenuhan kebutuhan energi, pengelolaan sumber daya mineral dan

Komisi VII DPR RI perlu menyelenggarakan RDP dengan Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) untuk pembahasan

Padang yang berjumlah 85 orang yang terdiri dari: Kantor Padang 52 orang, ABK Kapal 14 orang, Pos SAR Pasaman 13 orang, Pos SAR Limapuluhkota 6 orang, wilayah

Permasalahan adanya dua regulasi di bidang pengolahan bijih mineral yaitu Undang – Undang Perindustrian yang mengatur tentang Izin Usaha Industri (IUI) untuk

Pertemuan dilakukan dengan Bupati Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Beling yang juga dihadiri Kapala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bangka Belitung dan

PT Aneka Tambang, Tbk, PT Smelter, terkait Perkembangan Proyek Pembangunan Industri EV Battery Indonesia dan peran Holding Indonesia Battery Coorporation (IBC) dalam

 Komisi VI DPR RI meminta kepada Gubernur Kepulauan Riau beserta BP Batam, Bintan, dan Karimun untuk menyampaikan seluruh permasalahan terkait dengan pembangunan