• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003, halm. 127).

Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul. Evaluation (menimbang–nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulasi. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap – tahu tersebut di atas.

(2)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan :

- Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

- Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

- Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

- Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(3)

- Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

- Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada

(Notoatmodjo, 2005, halm. 121-124).

Cara Mendapatkan Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua.

(Notoatmodjo, 2005, halm 11-18).

1. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : a. Cara coba salah (trial & error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

(4)

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

d. Melalui jalan pikiran

Yaitu manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

2. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut Metode Penelitian Ilmiah (Notoatmodjo, 2005, halm 11-18).

B. Pengertian Ibu

Ibu adalah generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat dibutuhkan. Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga (Sofyan, 2006, halm 18)

C. Pengertian Sirkumsisi Pada Anak Perempuan

Sunat atau sirkumsisi pada laki-laki merupakan operasi pengambilan kulit yang menutup kepala penis. Sunat perempuan atau adalah pengoresan pada klitoris (Arta, 2008)

Secara medis dikatakan bahwa sunat sangat menguntungkan bagi kesehatan. Beberapa anak perempuan melakukannya saat bayi, usia 7-10 tahun, saat menikah dalam masyarakat yang mempraktekkannya atau seudah kelahirn anak pertama.

(5)

Sirkumsisi atau khitan berasal dari bahasa arab (khatana – yakhtinu, katana khitanan) yang berarti memotong. Secara terminologi pengertian khitan dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Khitan bagi laki-laki adalah memotong kyang menutupi ujung zakar, sehingga menjadi terbuka, disebut juga I’zar (Mahzab syafi’i)

( Sukirman, 2007 ).

D. Alasan dan Pelaksana sirkumsisi

1. AlasanMelakukan Sirkumsisi Pada Anak Perempuan a. Psikoseksual

mengurangi Diharapkan pemotongan lklitoris akan libido pada perempuan, mengurangi atau menghentikan masturbasi, menjaga kesucian dan keperawanan sebelum menikah, kesetiaan sebagai isteri, dan meningkatkan kepuasan seksual bagi laki-laki.

b. Sosiologi

Melanjutkan tradisi, menghilangkan hambatan atau kesialan bawaan, masa peralihan pubertas atau wanita dewasa, perekat social, lebih terhormat.

c. Hygiene dan Estentik

Organ genetalia eksternal dianggap kotor dan tidak bagus bentuk nya, jadi sunat dilakukan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan.

d. Agama

Dianggap sebagai perintah agama, agar ibadah lebih diterima. (Arta, 2008)

(6)

2. Pelaksana Sirkumsisi Perempuan

Pelaksanaan sirkumsisi pada perempuan di Indonesia bervariasi, mulai dari : 1. Tenaga medis (perawat, bidan maupun dokter)

2. Dukun bayi dan 3. Dukun tukang sunat

Dalam melaksanakan sunat, biasanya pelaksana menggunakan alat modern dan tradisional. Alat modern seperti gunting. Sedangkan alat tradisional, seperti pisau, sembilu, bambu, jarum, kaca, kuku. Pelaksanaan sunat biasanya dengan atau tanpa anastesi. Usia pelaksanaan sunat biasanya dilakukan pada usia 0 – 18 tahun

(Khomar, 2007).

E. Beberapa Pandangan Sirkumsisi

1. Sirkumsisi Pada Anak Perempuan Dalam Medis dan Kesehatan

Bila ditinjau dari segi medis dan kesehatan, menurut dokter kandungan Italia, Laura Guarenti yang mewakili LSM Jakarta, menyatakan sirkumsisi yang dilakukan pada anak perempuan tidak tidak memberikan keuntungan seperti yang dilakukan pada anak laki – laki. Karena bila dilakukan pada anak laki – laki dapat mencegah penyakit kanker bila anak perempuan tidak disirkumsisi dikemudian hari. Sementara untuk anak perempuan bila tidak disirkumsisi tidak akan menimbulkan dampak negative dikemudian hari. Bahkan dianjurkan untuk tidak melakukan penyunatan pada anak perempuan ( Arta, 2008 ).

Klitoris merupakan organ yang kaya akan persyarafan, sehingga sangat sensitive dan dinyatakan sebagai organ dimana perempuan dapat meresakan orgasme. Sehinga peniadaan klitoris dianggap oleh beberapa kalangan sebagai pemasungan hak reproduksi

(7)

perempuan dalam kaitan perempuan tersebut tidak dapat merasakan orgasme ( Khomar, 2007 ).

Sirkumsisi pada perempuan dapat menimbulkan suatu trauma yang akan selalu ada dalam kehidupan dan pikiran wanita yang mengalaminya. Komplikasi psikologi dapat terpendam pada alam bawah sadar, dan dapat menimbulkan gangguan prilaku. Hilangnya rasa percaya diri dilaporkan sebagai efek serius yang bias terjadi. Dalam jangka panjang dapat menimbulkan perasaan tidak sempurna dan depresi. Hal – hal tersebut dapat menjadi konflik dalam pernikahannya. Banyak perempuan yang mengalami trauma dengan pengalaman FGM tersebut. Tetapi tidak dapat mengungkapkan ketakutan dan penderitaanya secara terbuka ( Khomar, 2007 ).

WHO secara konsisten dan jelas menyampaikan bahwa FGM dalam bentuk apapun, tidak boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan dimanapun, termasuk rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya. WHO berdasarkan pada etika dasar kesehatan bahwa mutilasi tubuh yang tidak perlu tidak boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan. Medikalisasi sirkumsisi pada perempuan cenderung akan mempertahankan tradisi ini. Masyarakat akan lebih yakin dengan anggapan adanya dukungan dan legalitas oleh tenaga kesehatan. Berbeda dengan laki – laki, sirkumsisi pada perempuan tidak pernah diajarkan dalam pendidikan kesehatan, tidak ada standart dan prosedur tetap sunat pada perempuan secara medis ( Khomar, 2007 ).

A. Tipe- tipe Sirkumsisi Pada Perempuan

a. Tipe Satu : Clitoridotomy, yaitu eksisi dari permukaan (prepuce) klitoris, dengan atau eksisi sebagian atau seluruh klitoris dikenal juga dengan istilah hooectomy

(8)

b.Tipe Dua : Clitoridektomy yaitu eksisi sebagian atau total dari labia minora, tipe yang lebih ekstensif dari tipe satu.Banyak dilakukan di Negara-Negara bagian Afrika Sahara, Afrika Timur, Mesir, Sudan, dan Peninsula.

c. Tipe Tiga : Infibulasi atau pharaonic circumcision atau khitan ra Firaun, yaitu eksisi sebagian atau seluruh bagian genetalia eksterna dan penjahitan untuk menyempitkan mulut vulva.Penyempitan vulva dilakukan dengan cara menyisakan lubang sebesar diameter pensil, agar jarak saar menstruasi dan urine tetap bias keluar

d. Tipe Empat : Tidak terklasifikasi, termasuk disini adalah menusuk dengan jarum baik di permukaan saja ataupun sampai menembus, atau insisi klitoris dan atau labia : meregangkan (stretching) klitoris dan vagina : kauterisasi klitoris dan jaringan sekitarnya : menggores jaringan sekitar introitus vagina (angguria cut) atau memotong vagina (gishiri cut), memasukkan benda korosif atau tumbuh-tumbuhan agar vagina mengeluarkan darah, menipis dan atau menyempit.

( Diah, 2006)

B. Komplikasi Sirkumsisi

Komplikasi sirkumsisi pada anak perempuan adalah terjadi resiko pendarahan , syok akibat kehilangan darah, nyeri, infeksi local, tetanus, trauma dari bagian-bagian seputar alat reproduksi, air seni tertahan, timbul kista yang nyeri, infeksi panggul, rasa sakit saat bersenggama , masalah infertilitas, infeksi saluran kemih yang berulang.

(9)

( Diah, 2006)

2. Kaitan sirkumsisi pada perempuan dari segi agama

Bila ditinjau dari segi agama, banyak ulama berpendapat sunat pada perempuan tidak ada manfaatnya, hal itu dianggap merusak apa yang telah diciptakan Allah, berbeda dengan sunat pada laki – laki, bertujuan untuk menjaga kebersihan dari alat kelamin laki – laki bagian luar maka dari itu sunat pada laki – laki itu diwajibkan dan hanya dibolehkan bagi perempuan (Khomar, 2007).

Pada beberapa suku bangsa sirkumsisi merupakan bagian dari budaya, sedangkan dalam agama Islam sunat pada anak perempuan hanya dibolehkan (Meilani 2005)

Menurut Islam, sirkumsisi pada perempuan adalah dengan memotong sebahagian kulit paling bawah diatas vagina. Dari cara yang aman sampai cara yang membahayakan. Wanita yang disirkumsisi menurut Islam seksnya sedikit berkurang dibandingkan dengan wanita yang tidak disirkumsisi ( Aziziqalbii, 2007 ).

Pendapat Imam Abu Hanifah mengenai berkhitan atau sunat yakni hukumnya sunat, beliau berpedoman pada sebuah hadist yang bermaksud : “berkhitan itu wajib bagi laki – laki dan penghormatan bagi perempuan. Kaum feminis menolak sunat pada perempuan dengan alasan sunat pada perempuan tidak dicantumkan dengan jelas di Al- Quran.

Islam hanya menganjurkan sirkumsisi pada laki – laki, tetapi tidak pada perempuan, Nabi Muhammad juga tidak menganjurkan anak – anaknya yang perempuan menjalani ritual sunat, selain itu ada juga gerakan wanita Mesir yang menentang ritual sunat pada perempuan. Beberapa hal yang memicu demonstrasi ini adalah karena adanya

(10)

kasus infeksi setelah menjalani sunat, yang merenggut nyawa si gadis tersebut (Meilani, 2005 )

Tidak ada bukti yang sahih dari hukum – hukum Islam Al-Quran dan Hadist yang menyatakan hukum bersunat untuk wanita. Mayoritas sarjana – sarjana Islam berpendapat bahwa sirkumsisi pada perempuan tidak diwajibkan (Noor, 2008 ).

Para antropolog mengungkapkan data praktik sirkumsisi pada perempuan telah popular di masyarakat Mesir kuno. Dibuktikan dengan penemuan mumi perempuan pada abad ke – 16 SM. Yang memiliki tanda Cltoridectomy ( pemotongan yang merusak alat kelamin ). Menurut Hassan Hathout, pelaksanaan sirkumsisi pada perempuan telah berlangsung lama sebelum kedatangan Islam. Terutama di lembah Nil yakni Sudan, Mesir dan Ethiopia. Jadi tidak ada hubungannya antara sirkumsisi dengan perintah agama (Aziziqalbii, 2007 ).

3. Kaitan Sirkumsisi pada perempuan dari segi kebudayaan

Beberapa kebudayaan menganggap sirkumsisi berguna untuk mengurangi libido seksual pada perempuan, agar perempuan tidak mengumbar nafsunya. Ada juga yang menganggap agar perempuan terhindar dari nafsu dan dosa, seorang perempuan yang disunat dapat menjaga kesucian dan keperawanan sebelum menikah. Dan ada juga yang menganggap segumpal daging sebesar butiran beras pada klitoris perempuan disebut sebagai titipan setan maka harus disunat ( Uci, 2007 )

Sebahagian masyarakat meyakini perempuan memiliki nafsu seksual lebih tinggi dibanding laki – laki, maka menurut mereka cara efektif untuk mereduksi nafsu seksual perempuan ini adalah dengan melakukan tindakan sunat Rini (2006, dalam Diah, 2006. Khitan Untuk Anak Perempuan 2006)

(11)

Alasan lain masyarakat melaksanakan sunat pada perempuan adalah melanjutkan tradisi, menghilangkan hambatan atau kesialan, perekat sosial, lebih terhormat, meningkatkan kesuburan dan daya tahan anak. Diharapkan pemotongan klitoris akan mengurangi libido pada perempuan, mengurangi masturbasi, menjaga kesucian dan keperawanan sebelum menikah ( Khomar, 2007).

Survei epidemiologi WHO menemukan beberapa alasan melakukan sirkumsisi pada perempuan. Seperti identitas kesukuan, tahapan menuju wanita dewasa, pra-syarat sebelum menikah, juga pemahaman bahwa klitoris merupakan organ kotor, mengeluarkan secret berbau, mencegah kesuburan atau menghilangkan impotensi bagi pasangannya ( Uci, 2007 ).

Para antropologi dunia yang mempelajari kasus ini mengatakan bahwa asal upacara ini telah ada sebelum lahirnya agama Islam, dimana dari hasil penelitian tersebut dijumpai bahwa prakti – praktik penyunatan baik anak laki – laki maupun anak perempuan banyak ditemukan disetiap suku bangsa di dunia, bahkan menurut Atashendartii Hapsya, pemilik rumah sakit swasta, menyatakan bahwa kasus ini juga banyak dijumpai dikalangan agama Kristen di Pulau Jawa ( Sulaksono, 2008 ).

Selain alasan tradisi dan agama, ada juga alasan kebersihan dan mencegah perempuan mengumbar nafsu seksualnya. Sejauh ini tidak ada bukti medis yang membenarkan libido seks perempuan bisa tak terkendali karena tidak disunat. Disamping itu seolah ada kecurigaan atas seksualitas perempuan yang bahkan sejak bayi pun telah dituduh memiliki kecenderungan seks yang tak terkendali ( Meilani, 2005 ).

Di beberapa komunitas ada anggapan, perempuan tidak berhak menikmati kepuasan seksual, sebab wanita dianggap sebagai pelengkap kepuasan seksual laki –

(12)

laki. Diluar masalah kultur, jika tindakan ini dilakuka dengan tidak tepat dan hati – hati, justru akan menimbulkan komplikasi baik akut maupun kronis ( Diah, 2006 ).

Rini (2006, dalam Diah, 2006. Khitan Untuk Anak Perempuan 2006) sebaiknya dilakukan program edukasi tentang sirkumsisi pada anak perempuan ini di masyarakat. Penjelasan secara rinci tentang anatomi genitalia perempuan eksterna maupun interna serta fungsinya, begitu juga dampak fisik dan psikologis jangka panjang dari tindakan FGM (Female Genital Mutilation ). Program ini memerlukan kerja keras bagi dokter anak dan seluruh tenaga medis pada umumnya.

Referensi

Dokumen terkait

luas dan asri, namun demikian kenyataan yang ada tidak mampu memberikan ruang bagi anak untuk sekedar bermain, justru mereka harus bermain ditempat yang

 Siapkan benda kerja yang akan dilakukan pembubutan diameter dalam dan cekam benda kerja dengan kuat. Selanjutnya lakukan pengeboran dengan tahapan seperti yang

setiap yang berjenis kelamin baik perempuan maupun laki-laki mereka mempunyai pengetahuan yang berbeda mengenai Penyakit Menular Seksual, karena dilihat

 Program yang sudah berjalan adalah berupa penyaluran dana pinjaman lunak (bunga 6 %) untuk usaha kecil di sektor :. • Industri • Perdagangan • Pertanian • Perkebunan

Pengelolaan berbasis masyarakat tradisional umumnya berdasarkan adat dan tradisi yang lazim atau telah ada di masyarakat sejak lama, misalnya sasi di Maluku

tersebut berubah. roleh pemetaan tipe belajar ke dalam materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, diamati pula perubahan personalisasi setiap

Hubungan tingkat Konsumsi Zat Gizi Dengan Status Anemia Pada Anak Sekolah Dasar di Daerah Endemis Malaria (Studi di SDN Ngreco III Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan). Jurnal

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa di Prodi Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas PGRI Semarang sudah memenuhi kriteria