• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENCAHAYAAN DI GUDANG BAHAN BAKU PT. XYZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PENCAHAYAAN DI GUDANG BAHAN BAKU PT. XYZ"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENCAHAYAAN DI GUDANG BAHAN BAKU PT. XYZ

Teguh E.N. Sitepu, Listiani Nurul Huda

2

, Abdul Rahim Matondang

2

Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155

Email: teguhsitepu@yahoo.co.id

1

Email : listiani@usu.ac.id

2

Email: a.rahim@usu.ac.id

2

Abstrak. PT. XYZ merupakan produsen anti nyamuk bakar yang memiliki permasalahan pencahayaan pada gudang bahan baku. Iluminansi aktual gudang bahan baku PT. XYZ tidak memenuhi standar iluminansi minimum menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 sehingga dapat mengakibatkan visual symptoms. Keluhan visual symptoms pekerja gudang bahan baku PT. XYZ adalah mata merah 24%, mata perih 29%, mata gatal atau kering 18%, mata sering dikucek 65%, sakit kepala 12%, sulit fokus 18%, tegang dileher 35%. Permasalahan PT. XYZ dipecahkan dengan melakukan analisa pencahayaan yang bertujuan untuk meningkatkan iluminansi gudang bahan baku dengan penambahan jumlah lampu. Peningkatan iluminansi diharapkan dapat mengurangi keluhan visual symptoms pekerja. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pengukuran iluminansi dan pengukuran angka reflektansi tiap bidang pengukuran sehingga dapat dihitung jumlah lampu yang diusulkan menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002. Simulasi pencahayaan dengan

software calculux 5.0 akan dilakukan untuk mengetahui iluminansi rata-rata pencahayaan usulan. Hasil yang diperoleh adalah iluminansi rata-rata gudang bahan baku PT. XYZ sekitar 34.3 lux, angka reflektansi dinding 0.43, angka reflektansi lantai 0.30, angka reflektansi langit-langit 0.50, dan jumlah lampu yang diusulkan sebanyak 10 unit dengan jenis Philips 1xLED240S/840 WB GC. Hasil simulasi menunjukkan pencahayaan usulan gudang bahan baku PT. XYZ telah memenuhi standar iluminansi minimum menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 sehingga dapat mengurangi keluhan visual symptoms pekerja.

Kata kunci: Iluminansi, Pencahayaan, Visual Symptoms,

Abstract. PT. XYZ is a mosquito remedy production company that has lighting problem at its material warehouse. Actual lighting of PT. XYZ material warehouse use fluorescent lamp 4 unit with its iluminance is 34.57 lux. Visual symtoms is often felt by worker of raw material warehouse PT. XYZ, a mosquito remedy production company. Worker’s complaint about visual symptoms is red eye 24%, wound eye 29%, itching eye 18%, rubbing eye 65%, headache 12%, hard to concentrate 18%, and obstinate neck 35%. That complaint caused by poor lighting factor like iluminance, lamp energy, and lamp distance to workplace. Visual symptoms can cause hard to concentrate so a worker can do work error or even work accident (Suma’mur, 2009). Because that, lighting improvement design should be done to reduce visual symptoms complaint. Based on correlation test to worker’s visual symptoms complaint, iluminance factor has stronger correlation than light energy and lamp distance to workplace. Lighting improvement design focus on iluminance standard of Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002. Improvement design is lighting improvement by adding lamp. Improvement design result is propose of lighting by using Philips 1xLED200S/740 HRO GC with 10 lamps. Lighting propose according to iluminance standard of Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 to reduce visual symptoms complaint

(2)

1. PENDAHULUAN

Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang aman, nyaman dalam melakukan pekerjaan. Pencahayaan yang baik ditentukan oleh faktor iluminansi, pencegahan silau, pengaturan arah sinar, dan pembagian sumber sinar yang tidak panas. Pencahayaan salah satu Sekolah Dasar di Kota Medan kurang baik karena memiliki faktor iluminansi dibawah standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 (Listiani, 2012). Iluminansi aktual SD XXX Medan berkisar 111 lux sampai 218 lux sementara standar iluminansi minimum ruang kelas adalah 250 lux. Hasil analisa pencahayaan merekomendasikan penggunaan lampu jenis

Fluorescent Strip sebanyak 6 unit untuk setiap ruang

kelas.

Pencahayaan yang tidak memadai dapat menyebabkan ketidaknyamanan visual sehingga menimbulkan keluhan visual symptoms (lelah visual), misalnya mata merah, mata berair, pandangan ganda, sakit kepala, dan menurunnya kekuatan akomodasi (Suma’mur, 2009). Ketidaknyamanan visual dapat mengganggu aktivitas manusia dan terjadi bila iluminansi ruang kerja dibawah standar iluminansi minimum menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hendra (2010) di perpustakaan UI, diperoleh hasil bahwa pencahayaan yang kurang memadai dapat

menyebabkan mahasiswa dan pegawai

perpustakaan mengalami gejala visual symptoms

yaitu mengantuk dan tegang pada daerah leher. PT. XYZ merupakan produsen anti nyamuk bakar yang memiliki beberapa departemen pada lantai produksi seperti gudang bahan baku, formulasi, mixing, stamping, oven, wrapping, dan gudang produk. Berdasarkan hasil wawancara, pekerja gudang bahan baku PT. XYZ mengeluhkan adanya gangguan visual symptoms. Hasil tinjauan awal juga menunjukkan bahwa iluminansi rata-rata gudang bahan baku sekitar 30.8 lux dan berada

dibawah standar Kepmenkes Nomor

1405/MENKES/XI/2002. Hal tersebut menunjukkan perlu dilakukan analisa pencahayaan pada gudang bahan baku PT. XYZ untuk mengurangi keluhan

visual symptoms pekerja.

2. METODE PENELITIAN

Metode kuantitatif dan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Metode kuantitatif terdiri dari iluminansi dan angka reflektansi sedangkan metode kualitatif terdiri dari data hasil kuesioner keluhan visual

symptoms. Iluminansi dan reflektansi diukur dengan

Four In One Multi-Function Environment Meter. Penentuan titik pengukuran dilakukan berdasarkan SNI 16-7062-2004. Gudang bahan baku memiliki panjang 47.1 meter dan lebar 22.5 meter sehingga luas gudang bahan baku adalah 1059.75 m2. Karena luas gudang bahan baku diatas 100 m2 maka titik pengukuran diambil pada setiap titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan dengan jarak 6 meter. Titik pengukuran pada gudang bahan baku berjumlah 21 titik. Posisi titik pengukuran iluminansi gudang bahan baku dapat dilihat pada Gambar 1.

6 m 6 m 6 m 6 m 6 m 6 m 6 m 5,1 m 4 ,5 m 6 m 6 m 2 2 ,5 m 47,1 m 8 1 15 9 2 16 10 3 17 11 4 18 12 5 19 13 6 20 14 7 21 6 m

Gambar 1. Titik Pengukuran Iluminansi Kuesioner keluhan visual symptoms pekerja gudang bahan baku PT. XYZ disusun berdasarkan gejala-gejala lelah visual akibat pencahayaan yang kurang memadai (Suyatna, 1985). Kuesioner keluhan

visual symptoms menggunakan Skala Guttman yaitu ya (1) dan tidak (0) karena ingin diperoleh jawaban yang tegas apakah pekerja mengeluhkan kondisi penglihatannya atau tidak. Keluhan visual symptoms

pekerja mencakup keluhan mata merah, mata perih, mata terasa gatal atau kering, mata sering dikucek, sakit kepala, sulit fokus saat bekerja, dan merasa tegang dileher dan dibahu. Pengumpulan data hasil kuesioner keluhan visual symptoms dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pekerja saat jam istirahat yaitu pada pukul 12:00 WIB sampai pukul 13:00 WIB. Kuesioner keluhan visual symptoms 6 pekerja gudang bahan baku PT. XYZ dapat dilihat pada Gambar 2.

Pengukuran iluminansi gudang bahan baku PT. XYZ dilakukan menurut sampel waktu antara 09:00-10:00 WIB, 09:00-10:00-11:00 WIB, 11:00-12:00 WIB, 12:00-13:00 WIB, 13:00-14:00 WIB, 14:00-15:00 WIB, dan 15:00-16:00 WIB. Iluminansi gudang bahan baku diukur untuk semua titik pengukuran (21 titik) dengan 3 kali pengulangan. Contohnya untuk titik ke-1 dilakukan pengukuran pada 09:05 WIB, 09:06 WIB, dan 09:07 WIB. Kemudian dicari nilai rata-rata iluminansinya sehingga diperoleh iluminansi aktual titik ke-1 pada waktu 09:00-10:00 WIB.

(3)

Keluhan Visual Symptoms Pekerja PT. XYZ 1.Apakah anda mengalami mata merah?

a. Ya b. Tidak

2.Apakah anda mengalami mata perih? a. Ya b. Tidak

3.Apakah anda mengalami mata terasa gatal atau kering? a. Ya b. Tidak

4.Apakah anda mengalami mata sering dikucek? a. Ya b. Tidak

5.Apakah anda mengalami sakit kepala akibat pencahayaan yang kurang?

a. Ya b. Tidak

6.Apakah anda sulit fokus saat bekerja akibat pencahayaan yang kurang?

a. Ya b. Tidak

7.Apakah anda merasa tegang dileher dan dibahu? a. Ya b. Tidak

Gambar 2. Kuesioner Keluhan Visual Symptoms

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Iluminansi Gudang Bahan Baku

Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran iluminansi aktual gudang bahan baku antara pukul 09:00 – 12:00 WIB. Pengukuran iluminansi dilakukan pada pagi hari karena aktivitas loading unloading

tepung dan bahan kimia oleh pekerja gudang bahan baku terfokus pada pagi hari. Pengukuran iluminansi Iluminansi gudang bahan baku di pagi hari tidak ada yang memenuhi standar iluminansi minimum menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002. Iluminansi yang paling tinggi terdapat pada titik ke-8 pada pukul 11:00-12:00 WIB sebesar 85.9 lux. Hal ini disebabkan posisi titik pengukuran yang berada tepat dibawah lampu sehingga intensitas sinar datang tinggi. Sedangkan iluminansi yang paling rendah terdapat pada titik ke-21 pada pukul 11:00-12:00 WIB sebesar 7.6 lux. Hal ini disebabkan karena posisi titik pengukuran yang berada di sudut ruangan gudang bahan baku.

Tabel 1. Iluminansi Aktual Gudang Bahan Baku Waktu 09:00 – 12:00 WIB

Titik Waktu (WIB)

09:00-10:00 10:00-11:00 11:00-12:00 1 69.5 lux 72.1 lux 81.4 lux 2 35.4 lux 37.7 lux 31.7 lux 3 27.3 lux 27.4 lux 33.4 lux

4 28 lux 25 lux 29.7 lux

5 26.6 lux 24 lux 19.8 lux

6 32.3 lux 29.7 lux 29.3 lux

7 23.3 lux 27 lux 20.7 lux

8 76.1 lux 78.2 lux 85.9 lux

9 46.6 lux 47.9 lux 33.5 lux Tabel 1. Iluminansi Aktual Gudang Bahan Baku

Waktu 09:00 – 12:00 WIB (Lanjutan)

Titik Waktu (WIB)

09:00-10:00 10:00-11:00 11:00-12:00 10 39.3 lux 40.8 lux 30.9 lux 11 33.7 lux 31.3 lux 28.3 lux 12 31.5 lux 29.6 lux 22.6 lux 13 34.4 lux 32.8 lux 26.8 lux 14 29.8 lux 30.7 lux 27.3 lux 15 40.6 lux 38.2 lux 31.2 lux 16 20.3 lux 22.4 lux 21.1 lux 17 30.4 lux 29.5 lux 26.1 lux 18 16.8 lux 15.9 lux 10.3 lux 19 15.9 lux 13.7 lux 14.3 lux 20 11.5 lux 9.5 lux 12.9 lux

21 10.3 lux 9.5 lux 7.6 lux

Tabel 3 menunjukkan iluminansi rata-rata paling tinggi terdapat pada titik ke-8 sebesar 82.2 lux. Namun iluminansi pada titik ke-8 juga tidak memenuhi standar iluminansi minimum menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002. Sedangkan iluminansi rata-rata paling kecil terdapat pada titik ke-21 sebesar 11.2 lux. Hal ini karena titik ke-21 berada di sudut dan jauh dari lampu. Iluminansi rata-rata dihitung dengan mencari nilai rata-rata hasil pengukuran iluminansi pada pukul 09:00-16:00 WIB untuk setiap titik. Rekapitulasi iluminansi rata-rata gudang bahan baku untuk semua titik pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi Iluminansi Rata-Rata Gudang Bahan Baku

Titik Pengukuran Iluminansi Rata-Rata (Lux)

1 74.4 2 36.4 3 30.7 4 31.6 5 29.6 6 32.3 7 24.2 8 82.2 9 50.8 10 42.5 11 37.4 12 32.6 13 34.4 14 31.6 15 43.3 16 25.3 17 27.7 18 18.5 19 16.4

(4)

20 12.9

21 11.2

Standar Iluminansi minimum menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 untuk ruang penyimpanan adalah 100 lux. Gudang bahan baku PT. XYZ termasuk kedalam ruang penyimpanan karena aktivitas di gudang adalah penyimpanan bahan baku seperti tepung dan bahan kimia. Oleh karena itu, standar iluminansi minimum untuk gudang bahan baku PT. XYZ adalah 100 lux.

Gambar 4 menunjukkan tidak ada iluminansi pada semua titik pengukuran yang memenuhi standar iluminansi minimum menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 . Iluminansi rata-rata gudang bahan baku sekitar 34.3 lux dimana iluminansi paling tinggi terdapat pada titik ke-8 dan iluminansi paling rendah terdapat pada titik ke-21. Grafik perbandingan iluminansi aktual gudang bahan baku dan iluminansi standar dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. GrafikPerbandingan Iluminansi Aktual dan Iluminansi Standar

3.2.Angka Reflektansi Gudang Bahan Baku

Angka reflektansi (ρ) merupakan salah satu variabel yang diperlukan untuk melakukan analisa pencahayaan. Angka reflektansi menunjukkan kemampuan objek meneruskan sinar datang menjadi sinar pantul. Angka reflektansi dipengaruhi oleh material objek dan dapat dihitung setelah memperoleh luminansi dan iluminansi.

Luminansi diperoleh dengan mengukur sinar yang datang ke bidang pengukuran. Iluminansi diperoleh dengan mengukur sinar yang dipantulkan dari bidang pengukuran. Sinar datang dan sinar pantul diambil pada beberapa titik bidang pengukuran kemudian nilai rata-ratanya dihitung.

Bidang pengukuran untuk gudang bahan baku meliputi dinding depan, dinding belakang, dinding kiri, dinding kanan, dan lantai. Data pengukuran angka reflektansi untuk tiap bidang pengukuran gudang bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Pengukuran Angka Reflektansi Bidang Luas (m2) Luminansi (Lux) Iluminansi (Lux) Dinding depan 195 48.62 26.38 Dinding belakang 225 50.06 33.04 Dinding kiri 471 11.86 4.98 Dinding kanan 471 28.28 12.98 Lantai 1059.8 4.6 1.6

Contoh perhitungan angka reflektansi untuk dinding depan gudang bahan baku :

Angka reflektansi (ρ) = (luminansi/iluminansi) x 100% = (26.8/48.62) x 100%

= 54.3%

Angka reflektansi total dapat dihitung setelah memperoleh angka reflektansi tiap bidang pengukuran. Contoh perhitungan angka reflektansi total dinding gudang bahan baku :

Angka reflektansi (ρ) = 43 %

Angka reflektansi dinding gudang bahan baku sebsar 43% artinya adalah sinar datang dapat dipantulkan kembali oleh material dinding sebesar 43%.

Rekapitulasi angka reflektansi total tiap bidang pengukuran untuk gudang bahan baku dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Angka Reflektansi Total Bidang Pengukuran Angka Reflektansi (ρ) Dinding 0,43 Lantai 0,30 Langit-Langit 0,50

3.3.Analisa Pencahayaan Gudang Bahan Baku Pada penelitian ini dilakukan analisa pencahayaan untuk mengetahui jumlah lampu yang direkomendasikan pada gudang bahan baku PT. XYZ menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002. Jumlah lampu yang direkomendasikan dapat diketahui setelah menghitung jumlah cahaya yang diperlukan. Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah cahaya yang diperlukan adalah:

E = iluminansi yang direkomendasikan (lux) F = jumlah cahaya yang diperlukan/flux luminous

(5)

(lumen)

UF = coefficient of utilization

LLF = light loss factor

A = luas bidang/bidang kerja (m2)

Spesifikasi gudang bahan baku PT. XYZ diperoleh dari pihak perusahaan. Spesifikasi ruang mencakup jarak bidang kerja dari lantai (hf) 0.75 meter, jarak bidang kerja dari bidang luminer (hr) 9 meter, dan jarak luminer dari langit-langit (hc) 0.25 meter. Spesifikasi gudang bahan baku dapat dilihat pada Gambar 5.

Luminer

Rongga Langit-Langit (ceiling cavity) (cc)

Rongga Dinding (room cavity) (rc)

Rongga Lantai (floor cavity) (fc) Bidang Kerja Bidang Luminer h c h r h f 0 .2 5 m 9 m 0 .7 5 m

Gambar 5. Spesifikasi Gudang Bahan Baku Analisa pencahayaan dapat dilakukan setelah angka reflektansi tiap bidang pengukuran, iluminansi yang direkomendasikan, dan spesifikasi ruang kerja diketahui. Hasil analisa pecahayaan gudang bahan baku PT. XYZ adalah sebagai berikut:

1. Ceiling cavity ratio (CCR) = 0.10 2. Room cavity ratio (RCR) = 2.95 3. Floor cavity ratio (FCR) = 0.25 4. Effective ceiling cavity reflectance (ρcc) = 0.49

5. Effective floor cavity reflectance (ρfc) = 0.29

6. Coefficient of utilization (CU) = 0.54 7. Luminaire dirt depreciation (LDD) = 0.95 8. Room surface dirt depreciation (RSDD) = 0.95 9. Lamp lumen depreciation (LLD) = 0.90 10.Lamp burnout (LBO) = 0.95 11.Luminaire ambient temperature (LAT) = 1 12.Voltage variation (VV) = 1 13.Luminaire surface depreciation (LSD) = tidak ada 14.Ballast factor (BF) = 1 15.Light loss factor (LLF)

= {(BF)(VV)(LSD)(LAT)}{(LDD)(RSDD)(LLD)(LBO)} = 0.77

16.Flux luminous = 254870.13 lumen

Analisa pencahayaan menunjukkan flux luminous

atau jumlah cahaya yang diperlukan pada gudang bahan baku PT. XYZ adalah sebesar 254870.13 lumen. Pada penelitian ini, jenis lampu yang diusulkan adalah Philips jenis 1xLED240S/840 WB GC karena efikasi yang tinggi, umur lampu yang tahan

lama, dan tahan goncangan sehingga resiko lampu jatuh dapat dihindarkan.

Lampu Philips jenis 1xLED240S/840 WB GC memiliki nominal luminous flux = @24000 lumen.

Maka jumlah lampu yang direkomendasikan di gudang bahan baku PT. XYZ adalah = F/F1 = 254870.13/24000 = 10.6 ≈ 10 lampu.

3.3.Simulasi Pencahayaan

Jumlah lampu yang diusulkan pada gudang bahan baku PT. XYZ adalah 10 lampu dengan jenis lampu Philips 1xLED240S/840 WB GC. Simulasi pencahayaan dilakukan untuk mengetahui iluminansi pencahayaan usulan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan apakah ingin menerapkan pencahayaan usulan atau tidak. Simulasi pencahayaan dilakukan dengan menggunakan software calculux 5.0. Simulasi pencahayaan usulan untuk gudang bahan baku dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Simulasi Pencahayaan Gudang Bahan Baku

Gambar 6 menunjukkan hasil simulasi pencahayaan usulan gudang bahan baku. Area biru memiliki iluminansi dibawah 100 lux. Area merah memiliki iluminansi antara 100 lux – 150 lux. Area cokelat memiliki iluminansi 150 lux – 150 lux. Area hijau memiliki iluminansi 200 lux – 250 lux. Area putih memiliki iluminansi diatas 250 lux.

Hasil simulasi menunjukkan masih terdapat beberapa area yang berwarna biru. Area biru tidak

memenuhi standar Kepmenkes Nomor

1405/MENKES/XI/2002. Namun, luas area biru sangat kecil dan terdapat di sudut-sudut gudang bahan baku. Faktanya, tidak ada aktivitas pekerja di sudut gudang bahan baku sehingga dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh yang cukup berarti. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa iluminansi rata-rata hasil simulasi pencahayaan usulan gudang bahan baku diatas 100 lux dan telah memenuhi Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 sehingga dapat mengurangi keluhan visual symptoms pekerja

(6)

3.4.Hubungan Antar Faktor dengan Visual Symptoms

Ketidaknyamanan visual pekerja gudang bahan baku diukur dengan kuesioner keluhan visual symptoms pekerja. Rekapitulasi keluhan visual symptoms pekerja dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Keluhan Visual Symptoms

Pekerja

Keluhan Pekerja Persentase

Mata merah 16.67%

Mata perih 33.33%

Mata gatal atau kering 33.33% Mata sering dikucek 66.67%

Sakit kepala 0%

Sulit fokus 33.33%

Tegang dileher 33.33%

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan suatu faktor dengan faktor lain. Uji korelasi yang dilakukan adalah uji Pearson

dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Faktor-faktor yang diuji adalah iluminansi, daya lampu. Rekapitulasi nilai korelasi antar faktor dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Korelasi Antar Faktor terhadap Keluhan Visual Symptoms

Faktor Nilai Korelasi

Iluminansi -0,982

Daya lampu -0,656

Jarak Lampu 0,655

4. KESIMPULAN

Iluminansi aktual departemen gudang bahan baku PT. XYZ tidak memenuhi Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002. Analisa pencahayaan perlu dilakukan di gudang bahan baku PT. XYZ untuk mengurangi keluhan visual symtoms. Faktor-faktor yang mempengaruhi visual symptoms pekerja adalah iluminansi, daya lampu, dan jarak lampu. Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui bahwa faktor iluminansi, daya lampu, dan jarak lampu berpengaruh terhadap keluhan visual symptoms

pekerja. Faktor iluminansi memiliki hubungan sangat kuat (-0.982) dengan keluhan visual symtoms. Sedangkan faktor daya lampu (-0.656) dan jarak lampu (0.655) memiliki hubungan kuat dengan keluhan visual symptoms.

Berdasarkan analisa pencahayaan, jumlah cahaya (flux luminous) yang dibutuhkan pada gudang bahan baku PT. XYZ adalah sebesar 254870.13 lumen. Jumlah lampu yang diusulkan sebanyak 10 unit

dengan jenis Philips 1xLED240S/840 WB GC. Hasil simulasi menunjukkan pencahayaan usulan PT. XYZ telah memenuhi standar iluminansi minimum menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 sehingga dapat mengurangi visual symptoms

pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Egan, David M. Concepts in Architectural Lighting. McGraw Hill School Education Group.: New York. 1983

Hendra, T. Tingkat Pencahayaan pada Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia. Jurnal Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja UI. Universitas Indonesia: Jakarta. 2010.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 1405 / MENKES / SK /XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Nugraha, Kresna Eka. Perancangan Sistem Pencahayaan Lapangan Futsal Indoor ITS. Jurnal Teknik POMITS. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya. 2012. Nurul Huda, Listiani. Desain Pencahayaan pada

Ruang Kelas Sekolah Dasar Guna Penghematan Energi. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan Kongres Nasional PEI 2012. Universitas Sumatera Utara: Medan. 2012.

Sastrowinoto, Suyatno Ir. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. PT. Pertja: Jakarta. 1985

Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan. Andi:Yogyakarta. 2004

Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI 16-7062-2004.

Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Sagung Seto: Jakarta. 2009

Gambar

Gambar 1. Titik Pengukuran Iluminansi   Kuesioner  keluhan  visual  symptoms  pekerja  gudang  bahan  baku  PT
Tabel  1  menunjukkan  hasil  pengukuran  iluminansi  aktual  gudang  bahan  baku  antara  pukul  09:00 – 12:00 WIB
Gambar  4  menunjukkan  tidak  ada  iluminansi  pada  semua  titik  pengukuran  yang  memenuhi  standar  iluminansi  minimum  menurut  Kepmenkes  Nomor 1405/MENKES/XI/2002
Gambar 5. Spesifikasi Gudang Bahan Baku  Analisa  pencahayaan  dapat  dilakukan  setelah  angka reflektansi tiap bidang pengukuran, iluminansi  yang  direkomendasikan,  dan  spesifikasi  ruang  kerja  diketahui

Referensi

Dokumen terkait

Sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan kesehatan mengani fasilitas, sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan

Saya juga bisa menyiapkan alat peraga dan media lainnya yang ada di dalam kelas dari hasil karya peserta didik pada mata pelajaran yang lain seperti mainan-mainan

Data spasial merupakan data yang memuat tentang lokasi suatu objek dalam peta berdasarkan posisi geografis objek tersebut dalam bumi dengan menggunakan sistem

Dalam implementasinya, Lickona mengusulkan sebuah desain menyeluruh yang berisi dua belas strategi (sembilan untuk guru, dan tiga bagi sekolah) yang didukung oleh

Mohon Bapak/Ibu berkenan untuk menilai kualitas modul bimbingan belajar PKn berbasis kecerdasan Linguistik pada siswa berprestasi rendah di kelas III SD dengan

 bagi para pendaftar untuk jenjang PhD, mencapai nilai kecakapan bahasa Inggris sekurang-kurangnya 6,0 untuk IELTS (atau 550 untuk paper-based TOEFL atau 79 untuk

Kelebihan Lai adalah pada aroma yang lembut, warna daging atraktif, daya simpan yang lebih lama, dan musim panen yang berbeda dengan durian, memberikan peluang pasar lebih

Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide (Anita Oktari) A,B, dan O dapat digunakan sebagai pengganti reagen anti A, anti B dan Anti AB Data pada penelitian ini adalah