• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGASAAN KONSEP DAN KREATIVITAS SISWA SMA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PJBL).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGASAAN KONSEP DAN KREATIVITAS SISWA SMA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PJBL)."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA

MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT BASED

LEARNING (PJBL)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Biologi

Oleh

Iwan Ridwan Yusup (1004720)

PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

ABSTRAK

Pengasaan Konsep dan Kreativitas Siswa SMA pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia Melalui Penerapan Model Project Based Learning (PjBL)

Iwan Ridwan Yusup (1004720)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep dan kreativitas siswa melalui pembelajaran Biologi sub sistem ekskresi manusia melalui model Project Based Learning (PjBL). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah weak eksperimen dengan desain penelitian “Single- Group Pre-Test and Post-Test design”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-1 SMA Mekar Arum Cinunuk-Cileunyi Kabupaten Bandung yang berjumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan berupa tes untuk mengukur kemampuan kognitif, lembar observasi untuk mengukur kreativitas dan pelaksanaan PjBL, dan lembar angket tanggapan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model PjBL dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem ekskresi manusia dan pengembangan kreatifitas siswa. N-Gain diperoleh hasil 0,58 dengan kategori sedang, dan dari nilai uji t-test diperoleh nilai t-hitung =1,751 lebih besar dari t-tabel (1,751>1,697) kesimpulannya nilai rata-rata post test berbeda signifikan dengan KKM (70) dan penerapan model PjBL efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep sistem ekskresi manusia. Kreativitas siswa sebagai proses diproleh hasil 66% dengan kategori sebagian besar, sedangkan penilaian produk kreativitas diperoleh hasil rata-rata skor 13 (dari skor maksimal 15) dengan kategori sangat baik.

(3)

DAFTAR ISI MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) ... 13

(4)

B. Kreativitas ... 18

1. Pengertian Kreativitas ... 19

2. FAktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ... 24

3. Faktor-faktor yang Menghambat Krativitas ... 30

4. Aspek-aspek Kreativitas... 34

C. Analisis Kurikulum Biologi (sistem Ekskresi Manusia) di SMA/MA ... 38

1. Pengertian Kurikulum ... 38

2. Mata Pelajaran Biologi SMA/MA ... 38

3. Ruang Lingkup ... 40

4. Analisis Kurikulum Sistem Ekskresi Manusia ... 41

D. Sistem Ekskresi Manusia ... 43

E. Model Projet Based Learning (PjBL) ... 54

1. Projet Based Learning (PjBL) ... 54

2. Keunggulan dan Kelemahan PjBL ... 59

3. Tahapan Pelaksanaan Model PjBL ... 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 67

A. Definisi Operaional ... 67

B. Desain Penelitian ... 71

(5)

D. Instrumen Penelitian... 72

E. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 73

F. Analisis Data Penelitian ... 76

G. Prosedur Penelitian... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Hasil Penelitian ... 85

1. Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi Manusia ... 85

2. Kreativitas sebagai Proses pada Siswa Kelas XI IPA pada Konsep Sistem Ekskresi Manusia ... 87

3. Kreativitas sebagai produk ... ..92

4. Pelakanaan Pembelajaran Projet Based Learning (PjBL) ... 93

5. Hasil Angket ... 94

6. Temuan Penelitian ... 96

B. Pembahasan ... 96

1. Penguasaan Konsep ... 97

2. Kreativitas Siswa sebagai Proses ... 100

3. Kreativitas sebagai Produk ... 102

4. Pelaksanaan Pembelajaran Projet Based Learning (PjBL) ... 103

(6)

BAB V KESIMPULAN ... 108

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbandingan Tahapan PjBL... 53

3.1 Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian... 67

3.2 Rekapitulasi Analisis Soal Pilihan Ganda ... 70

3.3 Kategori nilai N-Gain ... 72

3.4 Alur Penelitian... 74

3.5 Langkah-langkah Penelitian ... 75

4.1 Rekapitulasi Persentase Penilaian Kreativitas Siswa ... 81

4.2 Rekapitulasi Persentase Pelaksanaan Pembelajaran PjBL ... 87

4.3 Rekapitulasi Persentase Angket Pembelajaran PjBL... 88

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Ginjal………... 39

2.2 Model Siklus Urin Ginjal... ... 41

2.3 Model Hati ………... 44

2.4 Model Struktur Paru-paru ……… 46

2.5 Model Penampang Kulit ……… 47

4. Diagram Perbandingan Nilai pre- tes dan post- test serta N-Gain ... 79

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Persiapan Mengajar ... A.1RPP Kelas Eksperimen... A.2 Lembar Kerja Mahasiswa... B. Instrumen Penelitian ... B.1 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Kognitif ... B.2 Lembar Observasi pelaksanaan Modela Pembelajaran PjBL ... B.3 Lembar Observasi Kreativitas ... B.4 Angket Tanggapan Siswa ... B.5 Hasil Uji Coba Soal ...

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Konsep sistem ekskresi manusia pada mata pelajaran Biologi di SMA merupakan suatu kosep yang cukup rumit, karena di dalamnya dibahas keterkaitan antara suatu organ dengan organ lainnya sehingga menciptakan suatu sistem kerja pada sistem ekskresi, baik secara fisik maupun fungsional. Kompetensi dasar sebagai standar minimal yang harus dikuasai oleh siswa pada sistem ekskresi adalah siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan. Sehingga diperlukan adanya suatu proses pembelajaran yang mendorog situasi kreatif, inovatif, dan bermakna.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diperoleh data bahwa penguasaan konsep siswa rata-rata masih belum mencapai KKM yang telah ditetapkan, dan berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa pembelajaran Biologi seringkali disampaikan dengan menggunakan metode ceramah atau penggunaan slide power poin. Hal ini mengakibatkan konsep yang diterima siswa hanya berupa hapalan

dan kurang menarik minat siswa untuk mempelajarinya, kondisi tersebut juga ditunjang oleh kurangnya pembelajaran yang bersifat hands on, seperti praktek yang mampu merangsang pengembangan kreativitas siswa sebagai aflikasi awal dari pengetahuan yang mereka miliki.

(11)

kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).

Berdasarkan bebrapa pendapat ahli, kreativitas dapat dairtikan sebagai suatu bentuk kemampuan/kecenderungan seseorang untuk mampu mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu hubunganya dengan diri sendiri, dengan alam, dan orang lain, unutkmewujudkan potensi yang diberikan Tuhan secara berbeda-beda, sehingga menghasilkan suatu produk baru ataupun modifikasi yang bermakna (Roger,1962; Mountakas, 1967; Craft, 2005, dalam Munandar, 2002)

Berdasarkan definisi-definisi kreativitas di atas dapat disimpulkan bahwa, kreativitas merupakan suatu perwujudan aktualisasi diri seseorang baik berupa ide, tulisan, karya, maupun produk dalam bentuk atau kombinasi baru dari semula, sehingga menghasilkan peningkatan kualitas dan kuantitas.

Anak berbakat kreatif merupakan a gift from god and nature, merupakan sumber daya mausia berkualitas yang bermakna dan tidak boleh disia-siakan dengan tidak memberikan perhatian dan pelayanan pendidikan khusus pada mereka. Hal ini diperkuat dengan Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan,

(12)

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Namun saat ini yang menjadi tantangan apakah sistem pendidikan, kurikulum, dan sekolah sebagai lembaga pengelola sekaligus mesin pendorong peserta didik sudah mampu melaksanakan tugasnya sebagai sebuah bentuk profesionalisme. Jawabannya kembali pada tiap sekolah sebagai satuan teknis penyelenggara pendidikan dan guru sebagai agen of change dalam melaksanakan tugas profesi akademis.

Dampak yang sangat jelas dari tidak dikembangkannya kreativitas dalam proses pembelajaran adalah sebagaimana dilansir oleh Viva (2010) yang melaporkan bahwa hasil survei Badan Pusat Statisik per Februari 2010 angka pengangguran totalnya mencapai 8,59 juta yang terdiri dari lulusan Universitas 14,24%, SMK 13,81%, SMA 11,9%, SMP 7,55% dan SD ke bawah 3,71%. Melihat data tersebut sangat heran, karena semakin tinggi jenjang pendidikan justru semakin tinggi tingkat penganggurannya, oleh karena itu terkait dengan permasalahan global tersebut, maka untuk lebih menguatkan permasalahan sesungguhnya yang muncul penulis melaksanakan observasi dan diskusi dengan beberapa guru SMA yaitu SMAN 24 Kota Bandung, MAN 2 Kota Bandung dan SMA Mekar Arum. Kesimpulan yang diambil adalah adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan di lapangan, dimana siswa merasa sulit memahami materi Biologi, dikarenakan dipahami sebagai mata pelajaran hapalan bukan praktis.

(13)

hasil berbagai eksperimen akan terjebak sebagai sekumpulan teori yang harus di hapal. Melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan suatu solusi yang proforsional dalam pembelajaran Biologi.

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian, konsep yang diberikan pembelajaran harus seirama dengan kemajuan sains dan teknologi, salah satunya melalui pembelajaran sains. Sains merupakan konsep pembelajaran alam dan terkait dengan kehidupan manusia, sehingga sains bermanfaat untuk memecahkan masalah kehidupannya sehari-hari (Rutherford & Ahlgren, 1990). Pembelajaran diarahkan untuk manjadikan sains sebagai kebutuhan dalam kehidupan setiap peserta didik. Melalui pembelajaran sains siswa dapat berpikir secara logis dan melatih berpikir tingkat tinggi.

Proses pembelajaran di sekolah semestinya diorientasikan untuk membekali kemampuan menerapkan materi pelajaran yang diajarkan dalam kehidupan. Rutherford & Ahlgren (dalam Rustaman, 2006) menyatakan bahwa “untuk melatih dalam kehidupan di masyarakat, sekolah perlu melaksanakan

(14)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dirumuskan tujuan pendidikan dasar dan menengah. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BSNP, 2006).

Hasil refleksi dan observasi, ditemui kenyataan bahwa proses pembelajaran masih didominasi oleh transfer knowlage dari guru kepada siswa dan kalaupun praktikum hanya baru sampai tataran verifikasi. Sedangkan belajar efektif yang seharusnya dilaksanakan adalah siswa belajar dengan cara membangun pengetahuannya sendiri, belajar melalui pengalaman langsung secara konkrit, serta siswa belajar dengan melakukan pemecahan masalah dalam kelompok.

(15)

keterampilan, sikap, maupun nilai-nilai moral yang relevan dengan profesi yang akan diembannya (Rustaman, 2000).

Seperti dalam teori Vygotsky dalam Kholil (2008) bahwa ketikan peserta didik dikondisikan dalam suatu kondisi pembelajaran dengan interaksi yang tinggi pada lingkungannya, baik teman, guru, dan lingkungan belajar itu sendiri, maka siswa itu sedang berada pada zone of proximal, zona ini mengkondisikan siswa pada ketergantungan positif, sehingga terjadi interaksi seama pembelajaran yang berimbas pada penguasaan konsep maupun psikomotornya. Secara garis besar, pendapat Vigotsky dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Hakikat sosiokultural dari pembelajaran terjadi apabila peserta didik belajar atau bekerja dalam zone of proximal development. Zona ini merupakan celah antara actual development, zona ini menuntut siswa untuk mampu berinteraksi dengan teman sebaya dan lingkungannya, apakah selamanya mengalami ketergantungan atau justru bisa mandiri.

2. Siswa dipandang sebagai subjek dari pembelajaran sehingga siswa pada awal pembelajaran diberikan dorongan yang mampu menambah pengetahuannya atau keterampilannya, kemudian secara bertahap dikurangi hingga ia mampu mandiri.

(16)

Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pembelajaran tertentu di kelas. Model pembelajaran sesungguhnya disusun untuk mengarahkan belajar dimana guru membantu siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan mengekspresikan dirinya (Rusman, 2010).

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Pembelajaran berbasis proyek merupakan pedagogi yang terstruktur, melibatkan siswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian atau penggalian (inquiry) menggunakan pertanyaan yang otentik, membuat produk mulai dari merencanakan, merancang, membuat produk, dan merefleksikan penciptaan produk sehingga siswa mengalami pengalaman pembelajaran yang lebih menarik dan bermakna (Gear, 1998; Dopelt, 2005; dikti 2008). Hal ini seiring sejalan dengan program pemerintah, saat ini sudah menyadari pentingnya pengembangan kompetensi yang mengambangkan keterampilan-keterampilan aplikatif dalam mengembangkan kreativitas siswa dan lulusan melalui sosialisasi kelebihan sekolah di SMK, sehingga diharapkan setiap lulusan memiliki keluasan dalam memilih bidang kehidupan serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

(17)

Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa mengembangkan wawasan dan pengetahuan dari mata pelajaran tertentu. Pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih bermakna dan KBM menjadi lebih menarik, karena pengetahuan tersebut bermanfaat bagi dirinya sendiri untuk lebih peka lingkungan, lebih memahami dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah agar sisiwa mampu merancang, dan menciptakan sendiri sebuah karya dengan kreativitas yang tinggi dan mempunyai nilai ekonomis. Karya tersebut tentunya dengan memanfaatkan sumberdaya alam atau bahkan dari bahan barang bekas yang masih dapat digunakan sebagai solusi dari permasalahan lingkungan berkaitan dengan sampah yang semakin meresahkan berbagai kalangan.

Sekolah yang dijadikan tempat penelitian merupakan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki karakterisitik khas, yaitu sekolah umum yang terbentuk dari lingkung seni Sunda. Kemudian berkembang menjadi SMA yang mewajibkan seluruh siswa menguasai beberapa ketermapilan seni (tari, karawitan, lukis, dan kawih sunda). Hal ini menjadi dasar pengembangan kreativitas siswa dala pembelajaran Biologi.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya pemahaman konsep siswa, dan kreativitas siswa dengan pembelajaran menggunakan model Project Based Learning (PjBL). Diprediksikan bahwa siswa akan lebih paham dan mampu

(18)

dan Kreativitas Siswa SMA pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia melalui Penerapan Model PjBL”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penguasaan konsep dan kreativitas siswa kelas XI IPA SMA pada

materi pokok sistem ekskresi manusia melalui penerapan model PjBL”.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA melalui model PjBL dalam pembelajaran sistem ekskresi mausia?

2. Bagaimana kreativitas siswa kelas XI IPA melalui penggunaan model PjBL dalam pembelajaran sistem ekskresi manusia?

3. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis proyek dalam peningkatan penguasaan konsep dan pengembangan kreativitas siswa? 4. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model PjBL dalam pelajaran

sistem ekskresi manusia?

D. Batasan Masalah

(19)

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PjBL, merupakan model belajar yang sistematis, melibatkan siswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks, serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati oleh siswa dalam kelompok (Dikti, 2008).

2. Penguasaan konsep yang dijaring melalui tes dalam penelitian ini meliputi C1-C6 menurut taksonomi bloom revisi.

3. Kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada, berupa hal-hal yang baru atau gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada (Munandar, 1985).

4. Materi pelajaran pada penelitian ini adalah konsep sistem ekskresi, meliputi struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut:

(20)

2. Kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi, prestasi sekolahnya tidak berbeda dengan kelompok siswa yang intelegensinya relatif lebih tinggi. Imajinasi, rasa ingin tahu, dan orisinalitas dari subjek yang kreativitasnya tinggi dapat mengimbangi kekurangan dalam daya ingatan. (Torrance, dalam Munandar;2002)

3. Penguasaan konsep sebagai wujud kemampuan dalam mengungkapkan kembali abstraksi objek tertentu berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki objek tersebut, dan dipengaruhi oleh row input, instrumental input, dan environmental input (Purwanto, 1997)

F. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah:

Penerapan model Project Based Learning (PjBL) tidak dapat meningkatkan

penguasaan konsep dan pengembangan kreativitas siswa pada pembelajaran sistem ekskresi manusia“

G. Tujuan Penelitian

(21)

H. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, secara praktis terutama dalam memperbaiki proses dan hasil belajar mengajar berupa kreativitas dan penguasaan konsep siswa.

1. Bagi pendidik dalam hal ini guru (1) memberikan wawasan baru tentang pentingnya pemilihan dan penerapan suatu model pembelajaran dalam rangka mengembangkan, meningkatkan kreativitas dan penguasaan konsep siswa pada setiap konsep Biologi, (2) menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang melibatkan praktikum untuk mengembangkan kretivitas dan penguasan konsep siswa.

2. Bagi siswa, pembekalan pembelajaran berbasis proyek ini dapat melatih kreativtas mereka untuk kehidupan sehari-hari dan bekal dalam memecahkan permasalahan ekonomi sehingga mampu menimbulkan ekonomi kreatif dengan berwirausaha.

3. Bagi peneliti, memiliki pengalaman pengembangan keilmuan dalam penerapan model pembelajaran di lingkungan sekolah, sehingga senantiasa memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah. Selain itu, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa untuk membuat proses pembelajaran biologi lebih baik lagi.

(22)

BAB III

METODOLOGI ELITIAN

A. Definisi Operasional

Dalam penelitian yang dilaksanakan terdapat tiga variabel penelitian, yaitu model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), kreativitas dan penguasaan konsep. Dari ketiga variabel tersebut yang menjadi variabel terikat adalah kreativitas dan penguasaan konsep siswa SMA kelas XI IPA, sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahan persepsi dalam menafsirkan hasil penelitian, maka dijelaskan definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Model Project Based Learning (PjBL) merupakan suatu model pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya memiliki tahapan atau sintak. Adapun langkah-langkah (tahapan) pembelajaran dalam PjBL sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) dalam Sabar Nurohman terdiri dari:

Pertama, Start with the essential question; Pembelajaran dimulai dengan

(23)

Kedua, Design a plan for the project; perencanaan dilakukan secara

kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan

main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Ketiga. Create a schedule, pengajar dan siswa secara kolaboratif

menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (a) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (b) membuat deadline penyelesaian proyek, (c) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (d) membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (e) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

Keempat, Monitor the students and the progress of the project, pengajar

bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Untuk mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

Kelima, Assess the outcome, penilaian dilakukan untuk membantu

(24)

Keenam, Evaluate the Experience, pada akhir proses pembelajaran pengajar

dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama

pembelajaran. Adapun pelaksanaan PjBL dalam penelitian ini, siswa diberikan proyek untuk membuat alat peraga tentang sistem ekskresi pada manusia.

2. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk mencipta sesuatu, baik yang bersifat baru maupun yang kombinasi dari model alat peraga yang sudah ada, berbeda, unik tergantung dari pengalaman yang diperoleh berbentuk imajinasi yang menjurus prestasi dan dapat memecahkan masalah secara nyata untuk mempertahankan cara berpikir yang asli, kritis, serta mengembangkan sebaik mungkin untuk menciptakan hubungan antara diri individu dan lingkungannya dengan baik. Merujuk pada pendapat Stein (dalam Dedi Suriadi, 2001; 10) bahwa kreativitas merupakan suatu kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya :

a. Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.

(25)

masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.

c. Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.

d. Satisfying. Bahwa suatu produk kreatif harus berlaku, berguna, dan memuaskan sejauh dinilai oleh orang lain.

Kreativitas yang dikembangkan dan di nilai dalam penelitian ini adalah kreativitas berupa kretivitas proses dan produk. Kreativitas sebagai proses diobservasi selama pelaksanaan pembuatan alat peraga dengan menggunakan data ceklis kemudian data yang diperoleh dipersentasikan dan dikategorikan, kreativitas sebagai produk berfokus pada penilaian hasil produk siswa berupa alat peraga sistem ekskresi manusia yang dinilai dengan meggunakan rubrik yang telah dibuat oleh siswa selama kegiatan proyek dilaksanakan.

(26)

menilai dan mencipta. Soal yang telah disiapkan diberikan pada awal sebelum kegiatan pembelajaran (pree-test) dan diakhir proses pembelajaran (post-test).

B. Desain Penelitian

Peneitian ini dirancang untuk membuat program pembelajaran berupa pendekatan pembelajaran berbasis proyek dimana siswa diarahkan untuk mampu membuat alat peraga sistem eksresi yang baru atau modifikasi dari alat peraga yang sudah ada sebelumnya, sehingga siswa mampu merumuskan suatu proyek hingga menghasilkan alat peraga tersebut.

Strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pada model pembelajaran PjBL dari Dopelt (2005). Pada proses pengembangannya, peneliti mengarahkan pembelajaran pada proses kerja ilmiah berupa pembuatan produk pembelajaran. Pada pelaksanaannya siswa diarahkan untuk berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan. Untuk memecahkan permasalahan yang diberikan baik di dalam maupun di luar kelas.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur penguasaan konsep dan kreativitas siswa SMA kelas XI IPA. Pendekatan penelitian kuantitatif dalam penelitian ini adalah metode weak eksperiment dengan desain penelitian Single-Group Pre-Test and Post-Test design (Borg et al., 2003) untuk mengetahui program pelaksanaan

(27)

Tabel 1.1 Desain Penelitian

Group Pre-tes Eksperimen Post-tes

Eksperimen O1 X1 O2

Keterangan:

O1 = tes awal sebelum perlakuan (pre-test) X1 = perlakuan dengan penerapan model PjBL O2 = tes akhir sebelum perlakuan (post-test)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA-1 SMA Mekar Arum Jl. Raya Cinunuk, Kecamatan Cileunyi Kab. Bandung, hal ini didasarkan pada beberapa hal diantaranya, (1) rata-rata siswa tersebut aktif di organisasi Lingkung Seni SMA (LISES) sehingga diharapkan dapat diidentifikasi dampak potensi seni siswa dalam merancang dan membuat produk alat peraga, (2) dari hasil observasi awal, terdapat homogenitas presentasi siswa pada matapelajaran MIPA hampir merata dibawah KKM yang telah di tetapkan (70), sehingga diharapkan hasi penelitian dapat seobjektif mugkin. (3) terdapat potensi kesulitan belajar siswa yang hampir sama pada pembelajaran Biologi. Sehingga peningkatan kreativitas dan penguasaan konsep siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis proyek.

D. Instrumen Penelitian

(28)

pendukung penelitian. Berikut ini jenis instrumen, topik kajian dan sumber data untuk penelitian ini:

Tabel 3.1 Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian

No Instrumen Topik/Kajian Sumber

Data

Mengukur kinerja dalam melaksanakan proyek pembuatan alat peraga sistem ekskresi manusia

 Mengukur kreativitas siswa (peer assessment)

Siswa

3 Rubrik  Mengukur produk kreativitas Siswa

4 Angket  Sikap terhadap pembelajaran konsep sistem ekskresi manusia dengan model PjBL

Siswa

E. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen

Menurut Arikunto (2003:150), “suatu tes dikatakan baik apabila alat tes

tersebut memenuhi persyaratan tes meliputi validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis”. Selain itu juga suatu soal yang digunakan dalam

penelitian harus mempunyai taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal yang baik. Oleh karena itu soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan uji coba terlebih dahulu pada subjek selain subjek penelitian yang digunakan sebagai subjek penelitian. kemudian hasil uji coba dilakukan analisis dengan menggunakan Anates versi 4.0 untuk program pilihan ganda. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas, dan validitas butir soal.

(29)

1. Validitas

Berdasarkan hasil validasi soal penguasaan konsep berupa ranah kognitif sebanyak 30 soal, diperoleh data valid sebanyak 23 soal, namun untuk memenuhi indikator dan pembelajaran, maka ada dua soal yang direvisi yaitu soal no 1 dan no 28 sehingga jumlah soal yang digunakan menjadi 25 soal. (lihat Lampiran hal 157)

2. Tingkat Kesukaran

Soal-soal tes yang telah diuji coba, melalui anates pilihan ganda dianalisis tingkat kesukaranya, hal ini dimaksudkan agar soal-soal tes yang digunakan dalam penelitian tidak terlalu mudah atau sebaliknya terlalu sulit. Soal-soal yang dianalisis pada penelitian ini diperoleh 4 sangat mudah (no. 1, 6, 29 dan 30), 3 mudah (no. 2, 7, dan 16), 21 sedang (no. 3,4,5,9,10,11,12,13,14,15), dan 2 sukar (no. 8 dan 25). (lihat lampiran hal 159)

3. Daya Pembeda

(30)

4. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2002: 154). Oleh karena itu, untuk memperoleh data yang dapat dipercaya, maka instrumen penelitian yang digunakan harus reliabel. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan anater versi 4.0 untuk soal pilihan ganda. Dari hasil uji coba soal diperoleh data hasil pengolahan reliabilitas soal untuk penguasaan konsep yaitu 0,89 (kategori tinggi) sehingga instrumen yang digunakan akan memiliki kepercayaan yang tinggi. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran. (lihat lampiran hal 157)

Berdasarkan hasil uji coba soal, berikut hasil rekapitulasi analisis butir soal pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Rekapitulasi Analisis Soal Pilihan Ganda

No Validitas Taraf

Kesukaran

Daya

Pembeda Reliabilitas Keputusan 1 Tidak dapat dihitung Sangat mudah Sedang

0,89 (kategori

tinggi)

Revisi

2 Signifikan Mudah Sedang Dipakai

3 Sangat Signifikan Sedang Baik sekali Dipakai

4 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

5 Sangat Signifikan Sedang Sedang Tdk

Dipakai

6 Sangat Signifikan Sangat mudah Baik Dipakai

7 Sangat Signifikan Mudah Baik Dipakai

8 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

9 Signifikan Sedang Baik sekali Dipakai

10 Sangat Signifikan Sedang Baik sekali Dipakai

11 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

12 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

13 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

(31)

No Validitas Taraf Kesukaran

Daya

Pembeda Keputusan

15 Sangat Signifikan Sedang Sedang Dipakai

16 Sangat Signifikan Mudah Sedang Dipakai

17 Signifikan Sedang Baik Dipakai

18 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

19 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

20 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

21 Sangat Signifikan Sedang Baik Dipakai

22 Tidak dapat dihitung Sedang Sedang Tdk

Dipakai

23 Tidak dapat dihitung Sedang Sedang Tidak

Dipakai

24 Sedang Baik Dipakai

25 Tidak dapat dihitung Sukar Sedang Tidak

Dipakai

26 Signifikan Sedang Sedang Dipakai

27 Signifikan Sedang Sedang Dipakai

28 Tidak dapat dihitung Sedang Sedang Direvisi

29 Tidak dapat dihitung Sangat mudah Sedang Tidak

dipakai 30 Tidak dapat dihitung Sangat mudah Sangat

jelek

Tidak Dipakai

(32)

F. Analisis Data Penelitian

Pengolahan data pada dasarnya merupakan pengolahan data-data yang diperoleh dalam penelitian untuk mengetahui kecenderungan-kecenderungan yang ada dari hasil penelitian yang dilaksanakan. Pengolahan data dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif dilakukan terhadap data hasil observasi, kuesioner/tanggapan siswa terhadap pelaksanaan PjBL dan kreativitas, dan keterlaksanaan pembelajaran berbasis proyek. Sedangkan pengolahan data kuantitatif digunakan untuk mengolah data hasil post-test pada konsep sistem ekskresi manusia, dan penilaian produk kreativitas berupa alat peraga yang dibuat oleh siswa. Analisis data untuk data kualitatif dan kuantitatif merupakan anaisis data deskriptif yaitu menganalisis dengan cara menguraikan serta menghubungkan data dan informasi dengan berpedoman pada indikator berkaitan dengan kebutuhan dalam pengembangan pembelajaran, permasalahan, pertanyaan penelitian, dan kesimpulan.

Pengolahan data statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20 Windows dan Microsoft Excel 2007. Analisis data dengan statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Aalisis Hasil Tes Objektif

(33)

ditetapkan(70). Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengolahan data tes objektif ini adalah sebagai berikut :

a. Menghitung skor dari setiap jawaban benar

b. Menghitung nilai total. Nilai akan dibandingkan dengan nilai KKM untuk mata pelajaran Biologi yang telah ditentukan.

c. Menghitung rata-rata (mean) dengan rumus:

̅

=

d. Melakukan prasyarat, yaitu uji normalitas data pre-test dan post-test Sebagai syarat pengolahan data untuk N-Gain dan Uji-t, dilaksanakan uji normalitas terhadap data pre-test dan post-test.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data nilai post-test berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 20 for Windows, yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah data kelas penelitian berdistribusi normal. Data dikatakan normal jika hasil perhitungan probabilitas (Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf nyata yaitu dengan signifikansi 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas.

e. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor pretest dan posttest dari hasil penelitian yang dilakukan homogen atau tidak untuk

(34)

program SPSS 20.0 menggunakan Uji Levene. Data dikatakan homogen jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05.

f. Menghitung N-Gain :

Perhitungan N-Gain digunakan untuk mengetahui signifikansi peningkatan penguasaan konsep siswa (hasil pre-test dan post-test). Rumusnya yaitu:

N-Gain = Nilai Post-test Nilai Pre-test x 100% Nilai Maksimal-Nilai Pre-test

Dengan kriteria nilai N-Gain:

Tabel 3.3. Kategori Nilai N-Gain

Kategori Perolehan N-Gain Keterangan

N-Gain > 70 Tinggi

0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70 Sedang

N-Gain < 0,30 Rendah

(Sugiyono, 2006) 2. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikasi hasil post- test yang dibandingkan degan nilai KKM (70), selanjutnya dilakukan pengujian Uji-t satu sampel, menggunakan SPSS tipe 20.

3. Menganaisis data penskoran produk kreativitas dengan menggunakan rubrik penilaian yang telah ditetapkan (skala 1-3)

Deskriptor

(35)

Skor 9-12 = Baik

Skor 13-15= Sangat Baik

(Maulana, 2009)

4. Menganalisis Data Hasil Observasi dan Angket Respon Mahasiswa

Data yang diperoleh dari hasil angket diolah secara kuantitatif. Menurut Arikunto (2003) pengolahan data angket menggunakan persentase dari setiap jawaban. Untuk mengetahui persentase respon siswa, maka digunakan rumus sebagai berikut:

S = Jawaban mahasiswa pada suatu pertanyaan N= Jumlah seluruh siswa

(36)

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini apabila dibuat dalam alur penelitian digambarkan dengan Gambar 3.4. Adapun penjelasan dari gambar 3.4 adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, yaitu: melakukan studi pendahuluan untuk menganalisis materi, indikator, tujuan pembelajaran, model pembelajaran PjBL untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyusun dan melaksanakan bimbingan penyusunan proposal, seminar proposal, dan membuat instrumen lalu diujicobakan kemudian dicari validitas, realibilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Apabila terdapat revisi maka dengan bantuan bimbingan dari pembimbing penulis merevisi intrumen tersebut. Setelah instrument siap penulis mempersiapkan surat-surat perizinan untuk melaksanakan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

(37)

b.

Gambar 3.4 Alur Penelitian

Setelah didapat hasil tes awal kemudian dilakukan proses pembelajaran konsep sistem ekskresi menggunakan penerapan model Project Based Learning (PjBL) Adapun langkah pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Langkah-langkah Pembelajaran

Apersepsi

1. Guru memberikan pertanyaan pendorong untuk mengarahkan siswa pada masalah yang akan memancing mereka untuk membuat proyek.

2. Guru membagikan Lembar Pemandu Kegiatan proyek dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok, untuk menentukan topik proyek yang

(38)

akan dilaksanakan dan terjadi proses diskusi diantara anggota kelompok dan guru.

Kegiatan Inti

1. Design a Plan for the Project

*Siswa merancang proyek yang akan dibuat sesuai dengan topik yang sudah dipilih dan sudah dikonsultasikan dengan guru.

2. Creates a schedule

* Setiap kelompok membuat jadwal kerja proyek selama 2 minggu, guru membantu siswa memfasilitasi dan mengarahkan siswa.

3. Monitor the students and the progress of the project

* Setiap kelompok melaksanakan proyek sesuai dengan rancangan yang sudah ditentukan dan melakukan kajian, investigasi, penelitian atau membuat produk yang dibuat untuk akhir proyek.

* Guru melakukan monitoring dan memfasilitasi siswa dalam mengerjakan proyek dengan cara membantu jika siswa kesulitan, dan menuliskan dalam lembar monitoring.

4. Assess the outcome

* Setelah proyek selesai setiap kelompok mempresentasikan hasilnya berupa alat peraga di depan kelas dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk menilai dan memberi masukan terhadap hasil tersebut.

* Kelompok tersebut memperbaiki hasil proyek sesuai masukan dari siswa yang lain pada diskusi kelas.

5. Evaluate the eksperience

*Pada akhir pertemuan guru dan siswa memberikan penguatan konsep dan setiap kelompok mengumpulkan laporan hasil proyeknya.

6. Kegiatan Penutup

*guru mengumpulkan hasil tes dan angket

*guru merefleksi hasil pembelajaran berbasis proyek

1. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan

(39)
(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, penguasaan konsep sistem ekskresi manusia, dari hasil N-Gain diperoleh kategori sedang (0,58). dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata post-test berbeda signifikan lebih tinggi (74) dari KKM (70) dan penerapan model

PjBL efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep sistem ekskresi manusia penguasaan konsep sistem ekskresi manusia.

Kreativitas sebagai proses, pada siswa kelas XI IPA melalui penggunaan model Project Based Learning (PjBL) dalam pembelajaran sistem ekskresi manusia melalui dan peer assessment diperoleh kategori sebagan besar (59%), dan penilaian kreativitas sebagai produk berada pada kategori sangat baik (rata-rata skor 13 dari skor maksimal 15 dan persentase 83,7%).

Keterlaksanaan penerapan model PjBL dalam pembelajaran berada pada kategori pada umumnya (86,5%), dengan demikian pembelajaran sistem ekskresi melalaui penerapan model PjBL mampu menunjang keberasilan dalam meningkatkan penguasaan konsep dan pengembangan kreativitas siswa.

(41)

menggunakan model PjBL mampu diterima dan dijalankan dengan baik oleh sebagian besar siswa.

B. Saran

Sebagai saran untuk penelitian selanjutnya yang relevan, maka peneliti menyarankan beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain yaitu:

1. Bagi peneliti berikutnya, dalam pengembangan kreativitas dengan menggunakan model Project Based Learning (PjBL), diharapkan peneliti menggunakan alat observasi atau tes kreativitas yang lebih spesifik, hal ini dikarenakan, ternyata banyak sekali indiksi-indikasi kreativitas yang perlu dan sangat penting sebagai data penelitian.

2. Pengaturan waktu merupakan hal yang sangat penting, karena model Project Based Learning (PjBL) ini merupakan model pembelajaran yang

pelaksanaannya tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya di sekolah, sehingga ada beberapa proyek yang harus dilaksanakan di luar jam pelajaran. Oleh karena itu perlu adanya alat observasi yang memadai. karena masih ditemuai beberapa kendala yang ditemui dalam pembelajaran sistem ekskresi menggunakan model PjBL diantaranya; 1) perlunya pengalokasian waktu yang cukup lama dalam proses pengerjaan proyek, 2). sehingga diperlukan pengaturan waktu yang baik, 3). pengalokasian biaya untuk membuatan alat peraga yang dijadikan proyek dalam pembelajaran.

(42)

potensi-potensi kreatifnya. Karena hal ini sangat penting untuk pengembangan diri setiap siswa ketika sudah menjadi lulusan.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O & Tandagon, R,O. (2006). The Effects of Problem Based Active Learning in Science Edication on Students “Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematies, Science & Technology Education, 2007. [Online]. 71-81. Tersedia : http: www. ejmste.com. [27 Desember 2011].

Amin, M. (1987).mengajar IPA dengan menggunakan metode “Discovery dan Inquiry” Bagian I. Jakarta. Depdikbud.

Ana & Liunir Z.. (2008). “Project Based Learning: Alternative of Teaching and Learning Model for Pre-Service Teacher Education in TVET”. Internaional Journal of Education. 2, (2), 105-113.

Anderson, L.W & Krathwol, D.R (eds). (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Baihaqi. (2005) peningkatan penguasaan Oknsep Siswa SMP Kelas II pada Sub

Pokok Bahasan Lensa dengan Model Pembelajaran Berbasis Praktikum. Bandng: tesis UPI tidak diterbitkan.

Barron F. Creativity and psychological health: origins of personal vitality and creative freedom. Princeton, NJ: Van Nostrand, 1963. 292 p. [Institute of Personality Assessment and Research, University of California, Barkeley CA.

Basuki. (2010). Teori-Teori Mengenai Kreativitas. http://v-class.gunadarma. ac.id/ mod/resource/view.php?id=15524.

Blumenfeld, P.C. et al. (1991). Motivating project-based learning: sustaining the doing, supporting the learning. Educational Psychologist, 26, 369-398.

Borg, W.R., et.al. (2003). Educational Research: An Introduction;(Seventh Ed.). Newyork

Buck Institut of Education (BIE). (2007). What Is Project Based Learning?. [On Line]. Tersedia di http://www.bie. [5 Januari 2012].

(44)

Clegg, P. (2008). Creativity and Critical Thinking in The Globalised University. Innovations in Education and Teaching International [On-Line],Vol. 45, No. 3. Tersedia: http://web.ebscohost.com/ehost/detail [Diakses pada tanggal 20 September 2010]

Conny S. dkk, (1984), Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Gramedia, Jakarta.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dahar, R.W. (1986). Peranan Keterampilan Proses dalam Pendidikan IPA. Jakarta: BP3K.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar, Jakarta Erlangga

Dedi S. (2009). Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Alfabeta. Bandung

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan benar. Learn2Live „n Live2L. Bandung

Nurohman, Sabar.(2010).Pendekatan Project Based Learning Sebagai paya Internalisasi Scientific Method Bagi Siswa Calon Guru Fisika.

(online)(http://staff.uny.ac.id/sites /default/files/132309687/project-based-learning.pdf), diakses pada 6 November 2012

Nuryani, R. Y, Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Dalam pendidikan Sains dan Asesmennya.

Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta. (2008). Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum); Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan Program Studi).

Doppelt, Y. (2005). Assessment of Project-Based Learning in a

(45)

Hung, D.W., & Wong, A.F.L. (2000). Activity Theory as a Framework for Project Work in Learning Environment. Educational Technology. 40 (2), 33-37.

Habibulloh, dkk., (2010). Relationship between Cretivity and Academic Achievement: a Study of gender Differences. Journal of American Science. ISSN:1545-1003)

http://anwakholil:blogspot.com/2008/.Diakses taggal 25 januari 2013

Hwang, W, Y., Chen, N.-S., Dung, J-J., & Yang Y,-L (2007). Multiple Representation Skills and Effects on Mathematical problem Solving using a Multimedia Witeboard System. Educational Tehnology and Society.departemen of information management, nasional Sun Yat-sen University, Kaohsiung, Taiwan.

Jorge A., Maria J., Irina S., (2007). Cretivity and innovation through multidisciplinary and mutisectoral cooperation. Journal compilation vo 16 no. 1. Blackwell pulishing.

Klein, J. Dkk (2009), Project-Based Learning: Inspiring Middle School Student to Engage in Deep and Active Learning

Koentjaraningrat. (1997). Metode-metode Penelitian Bermasyarakat, Edisi. Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia

Kunjan T. & Richa B.. (2010). Relation of creativity and educational achievement in adolesence. Journal psycology, 1 (2): 85-89. Departemen of Home Science, Jai Nurain Vyas University, Jodhpur, Rajasthan India.

Liliasari. (2011). Membangun Masyarakat Melek Sains Berkarakter Bangsa Melalui Pembelajaran. Disampaikan pada Seminar Nasional

Pendidikan IPA Tahun 2011 “Membangun Masyarakat Melek

(Literate) Sains yang Berbudaya Berkarakter Bangsa Melalui

Pembelajaran Sains”. Semarang 16 April 2011.

L.K. Mishra and A.P. Singh. (2010). Creativr behaviour questionaire: Assessing the ability of managers to produce creative ideas. Journal of the Indian Academy Of Aplied Psycology . January 2010, Vol. 36, No. 1 115-121. Banaras Hindu University, Veranasi

Md. Baharudin Haji Abdul Rahman. (2009). Project based learning (PjBL) practices at politeknik Kota Baru. Internasional Journal Education Studies Vol. 2 No. 4. Kelantan Malaysia.

(46)

Munandar U., (1999), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta.

Munawar L. (2009). Pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap Kinerja dalam strategic supply relationship dengan Kerjasama sebagai variabel intervening. Semarang.

Nadav Beter. (2007). The contribution of project-based-learning to high=achievers’ acquisition of technological knowladge and skills. Internasional Journal J. Technol Des Edu. DIO10.1007/s10798-006-9010-4.

Nick Clifton. (2008). The “creative clas” in the UK an initial analysis. Journal Compilation. Geogr. Ann. B 90 (1):63-82.

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan. Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rustaman, et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang

Sabar Nurohman. (2003). Pendekatan Project Based Learning sebaga upaya internalisasi Scientific method bagi calon guru.

Slameto. (2005). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Thienhuong H., (2007). Creativity: A Motovation Tool For Interest And Concceptual Understanding In Science Education. Internatonal Journal of human an social science.

Reni A. dkk, (2001), Kreativitas, Panduan bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar, Grasindo, Jakarta.

Russefendi, H. E. T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rutherford, F. J., & Ahlgren, A. (1990). Science for all Americans. New York: Oxford University Press.

Sabar N., (2007).pendekatan project based learning Sebagai upaya internalisasi scientific method Bagi mahasiswa calon guru fisika. UNY, Jogjakarta.

(47)

Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom. Makalah Jurusan Pendidikan Biologi UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel Halaman
Gambar Halaman
Tabel 1.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

c) Pada hari Minggu warga jemaat atau pun anggota Majelis juga dapat menyampaikan persembahan ke Gedung Induk Papringan maupun Pepanthan Nologaten, pelayanan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATERI KELISTRIKAN OTOMOTIF BAGI SISWA KELAS XI1. SMK YP

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

Dengan adanya penggunaaan komputer dalam pencatatan penjualan sparepart akan lebih cepat dari pada menggunakan cara manual, dengan menggunakan komputer sekaligus akan mendapatkan

Berdasarkan analisa data dari hasil in-depth interview, didapatkan petugas memahami tentang pengertian, manfaat, dan jenis alat pelindung diri yang harus digunakan selama

Program khusus bina diri dan bina gerak merupakan upaya pendidikan yang diberikan secara khusus bagi siswa tunadaksa untuk menumbuhkembangkan kemampuan motorik serta sikap

Saran dan kritik kamu, membantu akan kami sampaikan kepada Bpk dekan kita.. Saran dan kritik kamu, membantu akan kami sampaikan kepada Bpk

Pada tahun 2014 industri makanan dan minuman Nigeria sangat besar dengan banyak perusahaan lokal dan asing seperti Unilever , Nestle , Promasidor , Dansa Foods ,