• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Kata kunci: Media Pewarna Alami, Warna Sekunder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Kata kunci: Media Pewarna Alami, Warna Sekunder"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGGUNAAN MEDIA PEWARNA BAHAN ALAM UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA

SEKUNDER PADA PESERTA DIDIK KELOMPOK A TK

ISLAM BAKTI XII WONOREJO TAHUN AJARAN 2014/2015

Okki Fatimah1, Idam Ragil Widianto Atmojo2, Karsono2

1Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2Program studi PGSD, Universitas Sebelas Maret

e-mail: okkie.fatimah@yahoo.com, idamragil@fkip.uns.ac.id, karsono@fkip.uns.ac.id

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder melalui penggunaan media pewarna bahan alam pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga pertemuan, dengan empat tahap yaitu; perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, pemberian tugas dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif dan analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketuntasan kelas pada uji pratindakan sebesar 20%, pada siklus I diperoleh hasil ketuntasan kelas sebesar 65%, dan pada siklus II ketuntasan kelas mencapai 85%. Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015.

Kata kunci: Media Pewarna Alami, Warna Sekunder

ABSTRACT: The objective of this research is to improve ability to recognize the secondary color by using dye natural materials media in group A of kindergarten Islam Bakti XII Wonorejo in Academic Year 2014/2015. The form of this research is classroom action research (CAR), which conducted in two cycles and each cycle conducted in three meetings, in four phases; planning, action, observation, and reflection. The data collection techniques use interview, observation, testing (task), and documentation. Validity of the data using the source triangulation, and methods triangulation. Data analysis using descriptive comparative and interactive data analysis from Miles and Huberman The result of research shows that in the class completeness of recognize secondary color in pretest by 20%, in the first cycle the class completeness increased to 65%, and the second cycle the class completeness become 85%. The conclusion of this research is the application dye natural materials media can improves the ability to recognize of secondary color in group A of kindergarten Islam Bakti XII Wonorejo in Academic Year 2014/2015.

Keywords: Dye Natural Media, Secondary Color

PENDAHULUAN

Salah satu hasil belajar di bidang kognitif adalah anak dapat mengenal konsep sains sederhana. Pernyataan tersebut sesuai dengan indikator yang terdapat di Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini bahwa tingkat perkembangan anak usia 4-6 tahun dalam bidang kognitif adalah anak bisa mengenal konsep bentuk, warna, ukuran dan pola.

(2)

2

Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa anak usia 4-6 tahun sudah harus dapat mengenal konsep bentuk warna, ukuran dan pola dengan baik. Namun, jika anak belum dapat mengenal indikator tersebut dengan baik berarti anak mengalami kesulitan dalam perkembangan kognitifnya khususnya kemampuan mengenal warna.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 Desember 2014 dengan Hastuti selaku guru kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo, bahwa sebagian besar anak didik belum mampu mengenal warna sekunder dengan baik. Hasil wawancara tersebut sejalan dengan hasil observasi peneliti yang menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam mengenal warna sekunder masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui bahwa dari 20 anak, 50% (10 anak) belum tuntas dalam mengenal warna sekunder, 30% (6 anak) mendapatkan nilai setengah tuntas atau belum mencapai indikator yang diharapkan, sedangkan 20% (4 anak) sudah tuntas dan mampu dalam mengenal warna sekunder dengan baik. Dari hasil ketuntasan uji pratindakan tersebut maka dibutuhkan media yang lebih menarik untuk digunakan dalam pembelajaran mengenal warna sekunder. Salah satu solusi media yang digunakan ialah dengan media pewarna bahan alam.

Media secara sederhana berasal dari bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah suatu perantara yang digunakan pendidik dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik. Pendapat tersebut sesuai dengan Trianto (2011:227) yang menjelaskan bahwa media pembelajaran ialah wadah penyampai pesan dalam pembelajaran yang disampaikan pada saat proses belajar mengajar. Media pembelajaran yang digunakan untuk anak usia dini harus bersifat konkret, menarik perhatian anak, aman dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan karakteristik tersebut maka media pembelajaran yang digunakan ialah media pewarna bahan alam.

Media pewarna bahan alam merupakan media yang konkret dan bersifat eksperimentatif sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu media pewarna bahan alam lebih aman digunakan untuk anak usia dini. Hal tersebut dikarenakan bahan alam merupakan bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga penggunaannya lebih aman dan tanpa efek samping (Pitojo & Zumiati, 2009:26). Media pewarna bahan alam yang dimaksud dalam penelitian ini ialah media yang berasal dari alam dan dalam penggunaannya dapat menghasilkan warna.

Dalam penggunaan media pewarna bahan alam tersebut perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik supaya tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Mengadopsi dari pendapat Pitojo dan Zumiati (2009:53) media pewarna bahan alam yang digunakan untuk anak usia dini dalam mengenal warna ialah daun Jati (merah), Kunyit (kuning), rebusan daun Ubi Jalar (biru), Wortel (orange), daun Singkong (hijau), dan Ubi Jalar Ungu (ungu). Bahan-bahan tersebut digunakan dalam tindakan pada penelitian untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal warna sekunder.

Kemampuan adalah suatu dorongan yang dapat diukur dan sesuai dengan kenyataan yang ada (Nugraha & Dwiyana, 2008:9). Sedangkan kemampuan mengenal dalam taksonomi Bloom dan telah direvisi oleh Anderson, berada pada tingkat paling dasar dalam tahapan aspek mengingat atau remembering (Supratiknya, 2012: 5-6). Kemampuan mengenal warna ialah bentuk keterampilan kognitif yang muncul ketika anak merespon berbagai macam warna yang dilihatnya.

Kemampuan anak dalam mengenal warna sekunder melalui media bahan alam dapat diukur dari tiga indikator. Mengadopsi dari teori Medirus dan Jhonshon (1976) indikator tersebut meliputi: (1) kemampuan membedakan warna, (2) kemampuan mengenal warna primer dan

(3)

3

sekunder, dan (3) kemampuan membuat warna sekunder dari pencampuran warna primer (Zuliatin, Farid, & Wigati, 2013:187-188).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder melalui penggunaan media pewarna bahan alam pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Bakti XII Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015 dan dilaksanakan selama enam bulan yakni mulai bulan Februari sampai dengan Juli 2015. Subjek penelitian ialah anak kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo dengan jumlah peserta didik sebesar 20 anak. Data berasal dari data kualitatif dan kuantitatif, sedangkan sumber data berasal dari sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, pemberian tugas dan dokumentasi. Uji Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan deskriptif komparatif dan analisis interaktif model Miles & Huberman.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada 28-30 April 2015, sedangkan pada siklus II dilaksanakan pada 5-7 Mei 2015. Dalam tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan ialah (1) membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi RKH (Rencana Kegiatan Harian) dan skenario, penilaian, lembar observasi guru dan aktivitas anak, (2) menyiapkan media pembelajaran yaitu pewarna bahan alam, (3) menyiapkan alat untuk dokumentasi. Setelah itu tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama indikator yang digunakan ialah anak dapat membedakan warna dengan membuat pewarna bahan alam. Pertemuan kedua indikatornya ialah anak dapat mengenal warna primer dan sekunder dari media pewarna bahan alam dan pada pertemuan ketiga indikatornya ialah membuat warna sekunder dari pencampuran warna primer.

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan uji pratindakan tentang kemampuan anak dalam mengenal warna sekunder. Hasil persentase ketuntasan yang diperoleh pada uji pratindakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel. 1. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna pada Uji Pratindakan

P Indikator yang dinilai

O

f % f % F %

P1 Membedakan warna 4 20% 2 10% 14 70%

P2 Mengenal warna primer dan sekunder 4 20% 9 45% 7 35%

P3 Membuat warna sekunder dari

pencampuran warna primer

2 10% 8 40% 10 50%

(4)

4

Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa dari total 20 anak, sebanyak 20% (4 anak) mendapatkan hasil tuntas, 50% (10 anak) mendapatkan hasil setengah tuntas, dan 30% (6 anak) mendapatkan hasil belum tuntas. Hasil ketuntasan tersebut diperoleh dari hasil perhitungan total pada setiap indikator dari ketuntasan mengenal warna sekunder. Anak dapat dikatakan tuntas jika memperoleh nilai ● pada setiap indikatornya, kriteria setengah tuntas jika anak memperoleh nilai √ pada setiap indikatornya, sedangkan kategori belum tuntas, anak memperoleh nilai O pada setiap indikatornya.

Dari hasil ketuntasan pada uji pratindakan kemudian dilakukan tindakan siklus I dengan menggunakan media pewarna bahan alam. Hasil ketuntasan yang diperoleh pada siklus I dapat meningkat dari sebelumnya. Dari 20 anak diperoleh ketuntasan sebesar 65% (13 anak), anak yang mendapatkan hasil setengah tuntas sebesar 35% (7 anak) dan tidak ada anak yang mendapatkan hasil belum tuntas. Hasil persentase pada siklus I dapat dilihat pada tabel. 2.

Tabel. 2. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna Sekunder pada Siklus I

P Indikator yang dinilai

O

f % F % F %

P1 Membedakan warna 14 70% 4 20% 2 10%

P2 Mengenal warna primer dan sekunder 13 65% 7 35% 0 0

P3 Membuat warna sekunder dari

pencampuran warna primer

11 55% 9 45% 0 0

Rata- rata Ketuntasan 13 65% 7 35% 0 0

Dari hasil ketuntasan kelas pada siklus I belum dapat mencapai target indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80%. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus II supaya hasil ketuntasan dapat meningkat. Dari 20 anak diperoleh ketuntasan sebesar 85% (17 anak), yang mendapatkan setengah tuntas sebesar 15% (3 anak) dan tidak ada anak yang mendapatkan hasil belum tuntas. Hasil persentase ketuntasan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel. 3. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna Sekudner pada Siklus II

P Indikator yang dinilai

O

f % F % F %

P1 Membedakan warna 18 90% 2 10% 0 0

P2 Mengenal warna primer dan sekunder 17 85% 3 15% 0 0

P3 Mengenal warna sekunder dari

pencampuran warna 16 80% 4 20% 0 0

Rata- rata Ketuntasan 17 85% 3 15% 0 0

Selain disajikan dalam bentuk tabel, perbandingan hasil ketuntasan antara uji pratindakan, siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada gambar 1.

(5)

5

Gambar 1. Diagram Pebandingan Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna Sekunder

Hasil peningkatan ketuntasan peserta didik dalam mengenal warna sekunder diiringi juga dengan hasil peningkatan kinerja guru dan hasil peningkatan aktivitas anak dalam belajar. Penilaian kinerja guru dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengajar dengan menggunakan media pewarna bahan alam, sedangkan pengamatan aktivitas anak dilakukan untuk mengetahui minat belajar dan keaktifan anak dalam pembelajaran. Hasil penilaian pada kinerja guru yang diamati meliputi aspek kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sedangkan pada observasi aktivitas anak aspek yang dinilai meliputi aspek keterlaksanaan oleh anak, motivasi belajar anak dan keaktifan anak dalam pembelajaran.

Hasil observasi kinerja guru menunjukkan adanya peningkatan pada setiap pertemuannya. Pada siklus I pertemuan pertama memperoleh skor 2,82 atau 70,5% (baik), pada pertemuan kedua memperoleh skor 2,96 atau 74% (baik), dan pada pertemuan ketiga memperoleh skor 3,11 atau 77,75% (sangat baik). Pada siklus II pertemuan pertama hasil kinerja guru meningkat menjadi 3,39 atau 84,75% (sangat baik), pertemuan kedua meningkat menjadi 3,46 atau 86,5% (sangat baik), dan pada siklus tiga diperoleh hasil 3,72 atau 93% (sangat baik). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dapat meningkat pada setiap pertemuannya. Hal tersebut dikarenakan pada setiap pembelajaran dilakukan evaluasi bersama dengan guru dan dilakukan perbaikan pada pertemuan berikutnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Nilai Hasil observasi kinerja guru pada Siklus I dan Siklus II

Hasil Penilaian Siklus I

Siklus II

P1 P2 P3 P1 P2 P3

Nilai Rata- rata 2,82 2,96 3,11 3,39 3,46 3,72

Persentase 70,5% 74% 77,75% 84,75% 86,5% 93%

Kategori Baik Baik Sangat

Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

Selain observasi kinerja guru, penilaian pengamatan juga dilakukan pada aktivitas anak. Dalam observasi aktivitas peserta didik atau anak menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklus dan setiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama siklus I diperoleh hasil 2,68 atau 67% (baik) dan pada siklus II meningkat menjadi 3,37 atau 84,73% (sangat baik). Pada pertemuan kedua hasil rata-rata siklus I sebesar 2,81 atau 70,25% (baik) dan pada siklus II meningkat menjadi 3,56 atau 89% (sangat baik). Sedangkan pada pertemuan ketiga siklus I memperoleh hasil 2,93

20% 65% 85% 50% 35% 15% 30% 0 0 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Uji Pratindakan Siklus I Siklus II

Tuntas

Setengah Tuntas Belum Tuntas

(6)

6

atau 73,25% (baik) dan pada siklus II meningkat menjadi 3,87 atau 96,75% (sangat baik). Hasil aktivitas anak dalam belajar dapat meningkat dikarenakan anak sudah mulai terbiasa dengan media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran mengenal warna sekunder. Hasil peningkatan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil observasi aktivitas peserta didik pada Siklus I dan Siklus II

Hasil Penilaian Siklus I

Siklus II

P1 P2 P3 P1 P2 P3

Nilai Rata- rata 2,68 2,81 2,93 3,37 3,56 3,87

Persentase 65,62% 70,25% 73,25% 84,37% 89% 96,75%

Kategori Nilai Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

Berdasarkan hasil yang dikumpulkan dari kondisi awal (pratindakan) dalam pembelajaran hingga kondisi akhir (siklus II), serta perbandingan antar siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015. Selain itu dapat juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas anak dalam pembelajaran.

Pada uji pratindakan, guru belum menggunakan media pewarna bahan alam dan masih menggunakan metode klasikal dalam pembelajaran. Pada kondisi awal tersebut diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 20% (4 dari 20 anak) sedangkan yang belum tuntas mencapai 80% (16 dari 20 anak). Hal ini dikarenakan anak masih belum dapat membedakan warna yang hampir serupa seperti biru dan hijau, kuning dan orange dan lain-lain. Selain itu anak masih belum mengetahui pencampuran warna primer supaya menjadi warna sekunder. Oleh karena itu dilakukan tindakan dengan menggunakan media pewarna bahan alam untuk memudahkan anak mengenal warna baik primer maupun sekunder.

Pada siklus I ketuntasan klasikal anak mencapai 65% (13 dari 20 anak) dan sisanya 35% (7 dari 20 anak) belum mampu mencapai ketuntasan dengan baik. Peningkatan yang terjadi pada siklus I dikarenakan media yang digunakan saat pembelajaran merupakan media baru bagi anak dan dilakukan dengan cara bermain. Dari hal itu anak menjadi tertarik dan dapat fokus dalam pembelajaran. Namun, hasil ketuntasan tersebut belum dapat mencapai target indikator kinerja yang diharapkan yaitu sebesar 80%, sehingga dilanjutkan ke siklus II.

Pada siklus II ketuntasan klasikal anak mencapai 85% (17 dari 20 anak) dan 15% (3 dari 20 anak) belum mampu mencapai ketuntasan. Hasil ketuntasan tersebut dapat melebihi target kinerja yang diharapkan yaitu sebesar 80%, sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Peningkatan tersebut terjadi karena media pewarna bahan alam merupakan media pembelajaran yang bersifat kontekstual dan berada di lingkungan sekitar anak. Hal itulah yang membuat anak lebih mudah memahami dan mengenal warna sekunder yang dimaksudkan guru dalam pembelajaran. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Rachmawati dan Kurniati (2005:57) yang menyatakan bahwa media yang berasal dari alam dapat membantu anak menambah pengetahuan dan pembiasaan belajar yang lebih bermakna, mandiri dan menarik. Selain itu, Torquati (2010:65) juga menyatakan bahwa:

Experiences in the natural world help children understand life cycles and seasons, make predictions, and become aware of the interdependence between plants, animals,

(7)

7

and elements like rain and sun. Engagement with the natural world is perhaps the most powerful way to support the investigation process observations and experimentation.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dengan menggunakan alam sekitar dalam pembelajaran, membuat anak memperoleh pengalaman langsung tentang kehidupan karena dilakukan dengan pengamatan atau eksperimen.

Selain pendapat kedua ahli tersebut, penggunaan media bahan alam juga terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Syavaliani dan Khotimah dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui Kegiatan Mencetak Menggunakan Media Bahan Alam pada Kelompok A1 TK Tunas Cendekia Puri Mojobaru Cj-23 Canggu Jetis Mojokerto”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan adanya kesimpulan bahwa media pewarna bahan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak yang dilakukan melalui kegiatan mencetak. Dari penelitian tersebut berarti media bahan alam sangat efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan suatu keterampilan atau kemampuan pada anak usia dini.

Hasil peningkatan ketuntasan anak dalam mengenal warna sekunder juga diiringi dengan peningkatan pada observasi kinerja guru dan aktivitas anak dalam pembelajaran yang dapat dikatakan sangat baik. Peningkatan yang terjadi dikarenakan guru dan anak sudah terbiasa menggunakan media pewarna bahan alam dalam pembelajaran. Dengan media tersebut anak juga semakin aktif dalam belajar dan dapat mengenal warna dengan baik melalui media pewarna bahan alam. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada anak kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Anak yang belum mencapai ketuntasan sebelum dikembalikan lagi ke guru kelas dilakukan bimbingan secara khusus untuk mengenal warna sekunder dengan membuat warna yang disukai anak.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa melalui penggunaan medi pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Data-data yang menunjukkan peningkatan dilihat dari persentase ketuntasan klasikal dalam mengenal warna pada pratindakan yang memperoleh 20% (4 dari 20 anak) dapat meningkat menjadi 65% (13 dari 20 anak) pada siklus I. Peningkatan ketuntasan kelas terjadi juga pada siklus II yang dapat mencapai 85% (17 dari 20 anak). Hasil ketuntasan pada siklus II dapat melebihi target yang diharapkan yakni 80%, sehingga dalam hal ini penelitian tidak dilanjutkan lagi ke siklus selanjutnya. Dari data tersebut anak yang belum mencapai ketuntasan pada siklus II sebesar 15% (3 dari 20 anak) dikembalikan lagi ke guru kelas untuk dilakukan bimbingan.

Peningkatan pembelajaran juga terjadi pada observasi kinerja guru. Data yang diperoleh dari skor rata- rata siklus I mendapatkan skor 2,96 atau 74,08% (baik) dapat meningkat pada siklus II menjadi 3,52 atau 88% (sangat baik). Selanjutnya, peningkatana juga terjadi pada observasi aktivitas anak dalam pembelajaran. Data yang diperoleh dari skor rata- rata siklus I sebesar 2,80 atau 70,16% (baik) dan pada siklus II dapat meningkat menjadi 3,60 atau 96% (sangat baik). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa keefektifan pembelajaran dapat meningkat dengan menggunakan media pewarna bahan alam. Berdasarkan hasil simpulan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa penggunaan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015.

(8)

8

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disampaikan beberapa saran antara lain:

1. Bagi Guru

Sebaiknya guru dapat memilih metode dan media pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran khususnya mengenal warna sekunder.

2. Bagi Anak

Anak sebaiknya dilatih untuk saling bekerjasama dan aktif dalam pembelajaran, sehingga rasa ingin tahunya akan suatu hal dapat terjawab.

3. Bagi Sekolah

Pihak sekolah sebaiknya memberikan pembinaan terhadap guru supaya lebih memahami metode atau strategi dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

4. Bagi Peneliti yang Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pada peneliti lain untuk mencoba menggunakan media pembelajaran lain yang lebih menarik, serta metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.

DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, A & Dwiyana, D (Ed.). (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Bandung: JILSI Foundation.

Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Pitojo, S & Zumiati. (2009). Pewarna Nabati Makanan. Yogyakarta: Kanisius.

Rachmawati, Y & Kurniati, E. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak. Jakarta: Kencana.

Supratiknya, A. (2012). Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sutara, P.K. (2009). Jenis Tumbuhan sebagai Pewarna Alam pada Beberapa Perusahaan Tenun di Gianyar. Jurnal Bumi Lestari, 9 (2), 217-223. Diperoleh 11 Maret 2015 dari http://download.portalgaruda.org/article. php?article=15765&val=988.

Syavaliani, T & Khotimah, N. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mencetak Menggunakan Media Bahan Alam Pada Kelompok A1 TK Tunas Cendekia Puri Mojobaru Cj-23 Canggu Jetis Mojokerto. PAUD Teratai. 3 (3). Diperoleh 15 Desember 2014 dari http://ejournal.unesa.ac.id/ index.php/paudteratai/ article/view/7551.

Torquati, J. (2010). Environmental Education: A Natural Way to Nuture Children’s Development and Learning. ProQuest Education Journal, 65 (6), 98. Diperoleh 7 Maret 2015 dari http://eric.ed.gov/?id=EJ930000.

Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Dini TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.

Zuliatin, Farid, M & Wigati, D. (2013). Pengaruh Seni Finger Painting Terhadap Pengetahuan Warna. Jurnal Penelitian Psikologi, 4 (2), 181-192. Diperoleh 15 Desember 2015 dari http://jurnalpsikologi.uinsby. ac.id/index.php/jurnalpsikologi/ article/view.

Gambar

Gambar 1. Diagram Pebandingan Persentase Ketuntasan Kelas  dalam Mengenal Warna Sekunder
Tabel 5.   Hasil observasi aktivitas peserta didik pada Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penghuni rumah tipe medium dan tipe high di perumahan Puri Surya Jaya Gedangan Sidoarjo.Variabel kepuasan yang

Hasil dari observasi yang dilakukan pada tanggal 3 Mei menunjukkan bahwa kemampuan bahasa anak khususnya pada kategori reseptif yaitu menerima bahasa, pada tingkat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

MRS Agar dibuat dengan cara melarutkan bubuk Agar MRS Merck sebanyak 68,2 gram dalam 1 liter aquades, pemanasan dilakukan sambil dilakukan pengadukan

Berdasarkan hasil per- hitungan diperoleh bahwa nilai t hitung = 2,09 > 1,68 = t tabel, maka rata- rata skor pemahaman konsep matematis peserta didik yang

[r]

Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15,. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

3). Terhadap barang yang telah diproduksi oleh suatu perusahaan atau perorangan agar tidak ditiru oleh pihak lain maka perlu adanya merk yang diatur