• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. J DENGAN STROKE DI RUANG ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. J DENGAN STROKE DI RUANG ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

MOBILISASI PADA TN. J DENGAN STROKE DI RUANG

ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

NENGSI OLGA KUMALA SARI

NIM. P.09035

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

ii

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

MOBILISASI PADA TN. J DENGAN STROKE DI RUANG

ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

NENGSI OLGA KUMALA SARI

NIM. P.09035

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Nengsi Olga Kumala Sari

Nim : P.09035

Proram Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. J DI RUANG ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2012

Nengsi Olga Kumala Sari NIM P.09035

(4)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Nengsi Olga Kumala Sari

NIM : P.09035

Proram Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. J DI RUANG ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Hari/Tanggal :

Pembimbing : Anissa Cindy N. A, S.Kep.,Ns (...) NIK. 201187086

(5)

v

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Nengsi Olga Kumala Sari

NIM : P.09035

Proram Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. J DI RUANG ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperewatan Stikes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Hari/Tanggal :

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Anissa Cindy N. A, S.Kep.,Ns (...) NIK. 201187086

Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns (...) NIK. 201187065

Penguji III : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns (...) NIK. 201187086

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta karunia yang telah dilimpahkan-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN STROKE INFARK TROMBOLIK DI RUANG ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI ”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S.kep.,Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Sikes Kusuma Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Anissa Cindy N. A, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnanya studi kasus ini.

4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

(7)

vii

5. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, April 2012

Nengsi Olga Kumala Sari NIM P.09035

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... ... x BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 4 C. Manfaat Penulisan... 5

BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ... 6

B. Pengkajian... 6

C. Perumusan Masalah Keperawatan... 9

D. Perencanaan Keperawatan... 10

E. Implementasi Keperawatan... 10

(9)

ix BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan... 17 B. Simpulan dan Saran... 25 Daftar Pustaka

Lampiran

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel 1 Aktivitas dan Latihan ... 7 2. Tabel 2 Implementasi ... 10 3. Tabel 3 Perkembangan Kekuatan Otot ... 16

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Askep 2. Logbook 3. Pendelegasian

4. Surat Selesai Pengelolaan 5. Lembar konsult

(12)

xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nengsi olga kumala sari

Tempat,tanggal lahir : Pangkalpinang, 6 Januari 1992 Jenis kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Kantor Pos Nusukan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 1 Pangkalpinang, Bangka Belitung 2. SLTP Negeri 3 Pangkalpinang, Bangka Belitung 3. SMA Negeri 3 Pangkalpinang, Bangka Belitung

4. DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada, Surakarta

(13)

xiii

(14)
(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stroke adalah sindrom klinis berupa gangguan fungsi otak sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke otak. Data WHO (World Health Organization) tahun 2011, terdapat 15.000.000 orang di dunia yang mengalami stroke setiap tahunnya. Hasil jumlah tersebut yaitu, 5 juta jiwa meninggal dunia dan 5 juta jiwa mengalami cacat total permanen. Temuan Yayasan Stroke Indonesia mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan angka kejadian stroke tertinggi di Asia yang diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Menurut Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengemukakan, stroke adalah penyebab kematian yang utama di Indonesia. (Anonim, 2011)

Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh, di antaranya adalah defisit motorik berupa hemiparese. Stroke merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat. Kondisi abnormal pembuluh darah otak, yang dikarakteristikkan oleh adanya perdarahan di dalam otak atau pembentukan embolus atau trombus yang menyumbat arteri, mengakibatkan iskemik jaringan otak yang pada kondisi normal diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut. (Maria dkk, 2011)

(16)

2

Tanda dan gejala stroke yaitu adanya serangan defisit neurologis/kelumpuhan fokal (hemiparesis), baal atau mati rasa sebelah badan berkurang. Gejala lain yang muncul biasanya mulut mencong, bicara pelo, sukar menelan, minum suka keselek, sulit berbahasa, bicara tidak lancar, tidak memahami pembicaraan orang lain, tidak mampu membaca dan menulis, tidak dapat berhitung, kepandaian menurun, menjadi pelupa, vertigo, penglihatan terganggu, tuli satu telinga atau pendengaran berkurang, menjadi mudah menangis dan tertawa, berjalan menjadi sulit, banyak tidur, gerakan tidak terkoordinasi. (Iskandar, 2004)

Defisit kemampuan jangka panjang yang paling umum terjadi karena stroke adalah hemiparesis atau hemiplegia, yang akhirnya akan mengakibatkan pasien mengalami komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien stroke di antaranya adalah pembentukan trombus yang dapat mengakibatkan terjadinya Deep Vein Thrombosis (DVT); atrofi otot, jatuh, penurunan fleksibilitas sendi yang dapat mengakibatkan terjadinya kontraktur dan nyeri sendi. Komplikasi tersebut tidak hanya membatasi pasien untuk mandiri dalam melakukan Activity Daily Lives (ADL), namun juga meningkatkan ketergantungan pasien pada keluarga dan memiliki dampak ekonomi. (Maria dkk, 2011)

Teori di atas sejalan dengan kasus yang penulis temui di lapangan, dimana pada pasien ditemukan tanda dan gejala anggota gerak klien bagian kiri sulit untuk digerakan, kekuatan otot anggota gerak bagian kiri klien menurun menjadi 4, gerakan klien lambat, bicara pelo, anggota gerak sebelah

(17)

3

kiri kadang-kadang kesemutan, minum suka keselek, mobilitas klien dibantu alat, aktivitas klien dibantu keluarga, sulit berjalan.

Hasil penelitian oleh Ns. Maria Astrid, M.Kep., Sp.MB dkk tentang

Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint Carolus Jakarta” menyebutkan bahwa tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot, luas gerak sendi dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint Carolus Jakarta. Latihan ROM adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang merupakan bagian dari proses rehabilitasi pada pasien stroke. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai kekuatan otot pada kelompok yang dilakukan intervensi berbeda dengan kekuatan otot pada kelompok yang tidak dilakukan intervensi. Hal ini berarti bahwa latihan ROM berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot pasien stroke. (Maria dkk, 2011)

Mengacu pada hasil penelitian di atas, asuhan keperawatan pada pasien stroke harus mencakup latihan ROM yang merupakan salah satu intervensi mandiri keperawatan, yang bertujuan membantu pasien untuk mendapatkan kemandirian maksimal dan rasa aman saat melakukan ADL. Secara konsep dikatakan bahwa pemulihan ekstremitas lebih banyak ditentukan oleh pemulihan fungsional jaringan otak, ada tidaknya penyakit penyerta yang menghambat peningkatan kekuatan otot dan intensitas program rehabilitasi yang dilakukan. Otot-otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya jika tidak digunakan. Latihan ROM adalah latihan pergerakan rentang semua sendi dalam rentang normalnya yang perlu dilakukan secara

(18)

4

intensif untuk mempertahankan tonus & fungsi otot, mencegah disabilitas sendi dan membantu perbaikan fungsi motorik. (Maria dkk, 2011)

berdasarkan pada kajian teori dan kasus yang ada di lapangan, penulis tertarik untuk mengambil atau menegakan kasus “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mobolisasi pada Pasien Stroke”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Tn. J dengan stroke di Ruang Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. J dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. J dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. J dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. J dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Tn. J.

(19)

5

C. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa

Menambah wawasan atau pengetahuan dalam pembuatan laporan kasus dan pemecahan masalah pada pasien stroke.

2. Institusi

Memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang/profesi keperawatan.

3. Rumah sakit

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam penanganan klien dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang/profesi keperawatan.

(20)

6

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang ringkasan Asuhan Keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Tn. J dengan stroke infark trombolik, dilaksanakan pada tanggal 3 April 2012. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian dimulai pada tanggal 3 April 2012, Jam 08.00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara autoanamnase, alloanamnase, pengamatan dan observasi langsung, menelaah catatan medis, catatan perawat dan pengkajian fisik klien. Hasil pengkajian kepada Tn. J, umur 44 tahun, berjenis kelamin laki-laki, bekerja sebagai petani, status sudah menikah dan beragama Islam, dirawat di Bangsal Anggrek II kamar 2B RS. Dr Moewardi (RSDM), klien dirawat sudah 4 hari sejak didiagnosa stroke. Penanggung jawab kepada klien bernama Ny. W umur 55 tahun, adalah kakak.

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah anggota gerak bagian kiri sulit untuk digerakan. Riwayat kesehatan sekarang klien mengatakan anggota gerak bagian kiri sulit digerakan, kadang-kadang kesemutan dan bicara pelo sejak ± 6 bulan yang lalu. Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien duduk dan sulit untuk berdiri, lalu klien ke Puskesmas dan dirujuk ke IGD RSDM pada tanggal 31 Maret 2012 pukul

(21)

7

12.50 WIB. Hasil pemeriksaan di IGD tekanan darah: 240/150 mmHg, nadi: 88x/menit, pernafasan: 20x/menit, suhu: 36,5 Ț c, GCS: E4V5M6. Terapi yang didapatkan klien di IGD adalah infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit, injeksi Ranitidin 25 mg, Ketorolac 10 mg, Vit B1 200 mg, lalu pasien dipindahkan ke Ruang Anggrek IIb RSUD Dr. Moewardi untuk perawatan lebih lanjut.

Hasil pengkajian di Ruang Anggrek didapatkan riwayat kesehatan dahulu klien sebelumnya belum pernah mondok di rumah sakit, dan menderita riwayat Hipertensi sejak ± 5 bulan yang lalu. Bila sakit klien periksa ke mantri, klien tidak mempunyai alergi obat maupun makanan. Klien memiliki kebiasaan merokok mulai ± 25 tahun yang lalu dan hingga saat ini belum berhenti. Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit stroke infark trombolik seperti yang diderita klien. Pengkajian yang dilakukan berdasarkan pola Gordon didapatkan pola aktivitas dan latihan sesuai pada tabel dibawah ini.

Tabel 1: Pengkajian aktivitas dan latihan.

Aktivitas dan Latihan Tn. J Di RS. Moewardi 3 April 2012 Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4 Makan/ minum Toileting Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur Berpindah Ambulasi/ ROM ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ Keterangan :

(22)

8

Hasil pengkajian pola kognitif perseptual klien. Sebelum sakit, klien menggatakan penglihatan jelas, pendengaran jelas, bicara jelas. Selama sakit penglihatan klien dan pendengaran jelas, sedangkan bicara tidak jelas/pelo, minum suka keselek.

Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum klien tampak lemas, composmentis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 170/110 mmHg, nadi 60x/menit, suhu 36϶C, pernafasan 18x/menit. Pemeriksaan jantung, inspeksi; dihasilkan turgor kulit baik, bersih, pulsasi tidak tampak, palpasi; ictus cordis teraba, teratur, tidak terlalu kuat, perkusi pekak, auskultasi; BJ I-BJ II murni, tidak ada bising. Pemeriksaa paru, inspeksi; bentuk dada simetris kanan sama dengan kiri, bersih, tidak ada luka, palpasi; vocal fremitus simetris kanan sama dengan kiri, pengembangan dada kanan sama dengan kiri, perkusi sonor, auskultasi vesikuler.

Hasil pemeriksaan ekstremitas tidak ada luka, kulit lembab, terpasang infus ditangan kanan, turgor kulit baik, capilary reffile 3 detik, kulit elastis, warna kulit sawo matang. Kekuatan otot ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4, anggota gerak bagian kiri kadang-kadang kesemutan, sulit berjalan.

Dari pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan CT Scan tidak terkaji karena hasil CT Scan dibawa dokter untuk konsul dokter lain, ditunggu hingga 3 hari hasil tidak ada. Hasil laboratorium tanggal 2 April 2012, jam 15.16. Glukosa 2 jam PP 64 mg/dl menurun (normal 80-140 mg/dl), Kalium

(23)

9

3.2 mmol/L menurun (normal 3.3-5.1 mmol/L), Klorida 112 mmol/L meningkat (normal 98-106 mmol/L).

Selama perawatan di Ruang Anggrek klien mendapatkan terapi Infus RL 50 ml/20 tpm untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit. Terapi Amitripsilin 2x½ tab (12,5 mg) untuk mengurangi anxietas pada pasien sedang-berat. Terapi Mecobalamin 3x500 mg untuk neuropati perifer. Terapi Diltiazem 3x30 mg untuk angina pektoris dan hipertensi esensial ringan-sedang. Terapi Diazepam 2x2 mg untuk reumatik otot dan traumatik. Terapi injeksi Vit B 1 amp/12 jam (200 mg) untuk pencegahan dan pengobatan difisiensi Vit B. Terapi injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam (25 mg) untuk tukak lambung.

B. Perumusan Masalah

Hasil pengkajian dan observasi di atas, pada tanggal 3 April 2012 pukul 08.00 WIB, didapatkan analisa data klien mengatakan anggota gerak bagian kiri sulit digerakan dan kadang-kadang kesemutan, ditandai dengan kekuatan otot ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4, klien berbaring di tempat tidur, gerakan klien lambat, bicara pelo, sulit berjalan. Penulis menegakan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular. Berdasarkan pada diagnosa keperawatan yang diangkat, penulis merumuskan bahwa terdapat gangguan pemenuhan mobilisasi pada Tn. J.

(24)

10

C. Perencanaan

Tujuan yang dibuat penulis berdasarkan masalah klien adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan mobilitas fisik optimal dengan, kriteria hasil mobilitas pasien meningkat, kekuatan otot pasien meningkat menjadi 5, tekanan darah normal 120/70mmHg.

Rencana keperawatan pada Tn. J yang dapat dibuat, kaji status neurologi untuk mengetahui keadaan klien, berikan posisi yang nyaman bagi klien (sim kanan atau kiri, supinasi, head up 300) untuk membantu aktivitas dan mobilitas klien, ubah posisi klien tiap 2 jam agar tidak terjadi dekubitus, ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM untuk melatih kekuatan otot dan tidak terjadi kontraktur sendi. Berikan suport psikososial dan spiritual untuk menambah semangat klien, dan kolaborasi dengan tenaga fisioterapi untuk meningkatkan mobilitas.

D. Implementasi

Mengacu pada rencana keperawatan yang telah dibuat, penulis melakukan implementasi yang dirumuskan pada tabel 2.

Tabel 2: Implementasi. Implementasi pada Tn. J Di RS. Moewardi 3-5 April 2012 TANGGAL/ JAM NO.

DX IMPLEMENTASI RESPON KLIEN

03 April 2012 Selasa 08.00 WIB 1 1. Memberikan terapi dokter yaitu : Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam (25 mg), Inj. Vit B1 S: Klien bersedia diberikan terapi injeksi. O:

• Inj. Ranitidin 1 amp/12

(25)

11 08.15 WIB 09.20 WIB 09.30 WIB 10.00 WIB 1 1 1 1 1 amp/12 jam (200 mg), Inj. Ketorolac 1 amp/12 jam (10 mg). 2. Mengkaji status neurologi. 3. Memberikan posisi nyaman 4. Mengajarkan klien latihan ROM aktif 5. Mengubah posisi klien tiap 2 jam

1 amp/12 jam (200 mg), Inj. Ketorolac 1 amp/12 jam (10 mg).

• Tidak ada tanda-tanda

alergi obat.

S: Klien mengatakan anggota gerak bagian kiri sulit digerakan. O:

• Kekuatan otot

ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4.

• GCS : E4V5M6. • Minum suka keselek

S: -

O: Klien tampak rileks dan nyaman, posisi head up 300.

S: Klien mengatakan kadang-kadang anggota gerak bagian kiri kesemutan.

O:

• Klien dapat melakukan latihan yang diajarkan dengan bantuan.

• Kekuatan otot

ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4.

• Klien dan keluarga tampak antusias.

• Gerakan klien lambat. • Tidak terjadi kontraktur

sendi. S: -

O: Klien nyaman dengan posisi yang diberikan,

(26)

12 11.10 WIB 12.00 WIB 14.00 WIB 1 1 1 6. Mengkaji tanda-tanda vital klien

7. Mengubah posisi tiap 2 jam 8. Mengubah posisi klien posisi sim/miring kanan. S: - O: Tekanan darah 170/110mmHg, nadi 60x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 36,40 C. S: -

O: Klien diberikan posisi supinasi.

S: Klien mengatakan masih nyaman dengan posisi supinasi.

O: Klien diberikan posisi supinasi 04 April 2012 Rabu 07.30 WIB 08.00 WIB 08.20 WIB 1 1 1 1. Memberikan terapi dokter yaitu : Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam (25 mg), Inj. Vit B1 1 amp/12 jam (200 mg) 2. Memberikan lingkungan yang nyaman 3. Mengkaji status neurologi klien S: Klien bersedia diberikan terapi injeksi. O:

• Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam (25 mg), Inj. Vit B1 1 amp/12 jam (200 mg).

• Tdak ada tanda-tanda

alergi obat. S: -

O:

• Merapikan tempat tidur klien

• Memasang restrain bed.

S: Klien mengatakan anggota gerak bagian kiri sulit digerakan dan kadang-kadang

kesemutan. O:

• Kekuatan otot

ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4.

(27)

13 09.10 WIB 11.00 WIB 11.15 WIB 11.45 WIB 14.00 WIB 1 1 1 1 1 4. Memberikan posisi yang nyaman 5. Mengukur tanda-tanda vital klien

6. Mengajarkan klien latihan ROM aktif 7. Memberikan suport kepada klien 8. Mengubah posisi klien • Bicara pelo

S: Klien mengatakan ingin tidur

O: Posisi klien supinasi S: - O: Tekanan darah 165/100mmHg, nadi 68x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 36,50 C. S: Klien mengatakan anggota gerak bagian kiri kadang-kadang kesemutan.

O:

• Klien terlihat senang. • Klien tampak rileks. • Kekuatan otot

ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4.

• Tidak terjadi kontraktur

otot. S: -

O: Klien antusias dalam tindakan yang diajarkan perawat.

S: -

O: Klien nyaman dengan posisi yang diberikan, posisi sim/ miring kanan. 05 April 2012 Kamis 07.30 WIB 1 1. Memberikan lingkungan yang nyaman S: - O:

• Merapikan tempat tidur

klien

• Memasang restrain bed

• Memberikan

(28)

14 cukup. 07.45 WIB 08.15 WIB 08.20 WIB 08.30 WIB 08.45 WIB 1 1 1 1 1 2. Memberikan terapi dokter yaitu : Amitripsilin 1 tab/12,5 mg, Mecobalamin 1 tab/500 mg, Diltiazem 1 tab/30 mg, Diazepam 1 tab/2 mg, Vit B1 1 tab 3. Memberikan posisi yang nyaman 4. Mengubah posisi klien tiap 2 jam

5. Mengukur tanda-tanda vital klien

6. Mengajarkan pasien latihan ROM aktif

S: Klien bersedia

diberikan terapi dokter O: • Amitripsilin 1 tab/12,5 mg • Mecobalamin 1 tab/500 mg • Diltiazem 1 tab/30 mg • Diazepam 1 tab/2 mg • Vit B1 1 tab

• Tidak ada tanda-tanda

alergi obat.

S: Klien mengatakan ingin duduk.

O: Klien diposisikan semi fowler.

S: Klien mengatakan ingin duduk.

O: Klien diposisikan semi fowler. S: - O: Tekanan darah 150/100mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,70 C. S: - O:

• Klien terlihat senang. • Klien tampak rileks. • Kekuatan otot

ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4.

• Klien dapat melakukan

apa yang diajarkan perawat.

(29)

15 11.00 WIB 13.00 WIB 1 1 7. Mengubah posisi klien tiap 2 jam

8. Mengubah posisi klien tiap 2 jam

• Tidak terjadi kontraktur

sendi.

S: Klien mengatakan ingin tidur.

O: Klien diposisikan supinasi.

S: -

O: Klien masih tidur, posisi supinasi.

E. Evaluasi

Setelah dilakukannya tindakan kaperawatan, maka diperoleh hasil evaluasi. Hari Selasa tanggal 3 April 2012 selasa pukul 14.00 WIB pasien mengatakan anggota gerak bagian kiri sulit untuk digerakan, pasien berbaring di tempat tidur, kekuatan otot ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4, masalah belum teratasi. Planning yang dapat dilakukan dengan kaji status neurologi pasien, berikan latihan ROM, berikan posisi nyaman, ubah posisi pasien tiap 2 jam, berikan terapi dokter (injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam (25 mg), injeksi Vit B1 1 amp/12 jam (200 mg).

Hari Rabu tanggal 4 April 2012 pukul 14.00 WIB pasien mengatakan anggota gerak bagian kiri masih sulit untuk digerakan, pasien berbaring di tempat tidur, kekuatan otot ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4, masalah belum teratasi. Planning yang dapat dilakukan dengan, berikan latihan ROM, berikan posisi nyaman, ubah posisi pasien tiap 2 jam, berikan terapi dokter (Amitrisilin 2x1/2 tab (12,5 mg), Mecobalamin 3x500 mg, Diltiazem 3x30 mg, Diazepam 2x2 mg).

(30)

16

Hari Kamis tanggal 5 April 2012 pukul 14.00 WIB pasien mengatakan anggota gerak bagian kiri masih sulit untuk digerakan, pasien dibantu keluarga dalam mobilisasi, kekuatan otot ekstremitas atas kanan: 5 dan kiri: 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan: 5 dan kiri: 4, pasien dapat melakukan latihan ROM dengan mandiri, masalah belum teratasi. Planning yang dapat dilakukan dengan anjurkan pasien melakukan latihan ROM rutin 3x sehari, anjurkan keluarga membantu pasien dalam latihan ROM, anjurkan pasien kontrol rutin.

Kesimpulan hasil evaluasi terhadap kekuatan otot Tn. J, dapat terbaca pada tabel di bawah ini.

Tabel 3: Perkembangan kekuatan otot klien.

Evaluasi perkembangan kekuatan otot Tn. J Di RS. Moewardi

3-5 April 2012

Anggota gerak Tanggal

3 April 2012 4 April 2012 5 April 2012 Ekstremitas atas : • Kanan • Kiri 5 4 5 4 5 4 Ekstremitas bawah : • Kanan • Kiri 5 4 5 4 5 4 Keterangan : 0 : Paralisis sempurna

1 : Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat. 2 : Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan. 3 : Gerakan yang normal melawan gravitasi.

4 : Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan Minimal.

5 : Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh.

Hasil penelitian selama 3 hari, klien tidak mengalami peningkatan dalam kekuatan otot. Setelah dilakukan impementasi selama 3 hari, pasien direncanakan pulang.

(31)

18

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Stroke adalah kumpulan gejala klinis yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi serebral fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24

jam atau mengarah kekematian. Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi

tubuh, diantaranya adalah defisit motorik berupa hemiparese. (Meifi, 2009)

Kasus yang penulis temui di lapangan berdasarkan hasil pengkajian,

keluhan utama klien yaitu anggota gerak bagian kiri klien sulit digerakan,

ditandai dengan kekuatan otot ekstremitas atas kanan; 5 dan kiri; 4, kekuatan

otot ekstremitas bawah kanan; 5 dan kiri; 4. Keluhan diatas sejalan dengan

teori yang dimana salah satu tanda dan gejala stroke yaitu adanya serangan

defisit neurologis/kelumpuhan fokal (hemiparesis), baal atau mati rasa

sebelah badan berkurang. Pasien stroke mengalami hemiparese, yang berupa

gangguan fungsi otak sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh

gangguan suplai darah ke otak pada pasien stroke berkurang. (Iskandar, 2004)

Hemiparese dan menurunnya kekuatan otot klien pula yang

menyebabkan gerakan pasien lambat. Penderita stroke mengalami kesulitan

berjalan karena gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi

gerak, sehingga kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Latihan

gerak mempercepat penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi

(32)

19

tanda dan gejala lain yang mendukung teori di atas yaitu, mobilitas klien

dibantu alat, aktivitas klien dibantu keluarga dan sulit berjalan.

Penderita stroke ŵĞŶŐĂůĂŵŝsindrom klinis berupa gangguan fungsi

otak sebagian atau seluruhnya yang diakibatkanoleh gangguan suplai darah

ke otak. (Maria dkk, 2011). Rasa kesemutan yang dialami klien di lapangan

dapat diakibatkan oleh gangguan suplai darah, yang menyebabkan aliran

darah terhambat.

Disatria/bicara pelo sering ditemui/dialami penderita stroke yang

disebabkan karena kelemahan, spastisitas dan gangguan koordinasi pada

organ bicara atau artikulasi pada saraf kranial. (Rosiana, 2009). Penulis pun

di lapangan berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan menemui tanda

dan gejala yang sama seperti dialami klien. Disatria ditunjukan dengan bicara

yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung

jawab untuk menghasilkan bicara. (Suzanne & Brenda, 2002)

Faktor resiko terpenting stroke adalah hipertensi, tingginya lemak

darah, dan merokok. Faktor lainnya adalah diabetes, obesitas (kegemukan),

dan tingginya hematokrit. (Meifi, 2009). Pengkajian yang dilakukan pada

klien ditemui klien ketergantungan merokok ± 25 tahun dan sampai sekarang

masih merokok. Sebelum masuk RS didapatkan riwayat hipertensi pada klien

dengan tekanan darah 240/150 mmHg. Hasil pengkajian tersebut dapat

menjadi salah satu faktor penyebab akibat stroke pada klien di lapangan.

Selama di rawat inap, klien mendapatkan terapi infus RL untuk

(33)

20

ginjal dalam keadaan baik dan insufisiensi kardiak yang tidak terkompensasi.

Terapi oral pun didapatkan klien yaitu, Amitripsilin untuk mengurangi

anxietas pada klien ansietas sedang-berat, Mecobalamin untuk neuropati

perifer dengan efek samping mual, kehilangan nafsu makan, diare/gangguan

saluran cerna, Diltiazem untuk menurunkan tekanan darah pada klien

hipertensi ringan-sedang dengan kontra indikasi gagal ginjal parah, wanita

hamil, hipotensi, dan Diazepam untuk reumatik otot/traumatik dengan kontra

indikasi penderita glaukoma dan perhatikan selama terapi jangan

menjalankan mesin/kendaraan. Selain itu klien mendapatkan terapi parenteral

yaitu injeksi Vit B untuk pencegahan dan pengobatan difisiensi Vit B, dan

injeksi Ranitidin untuk tukak lambung. (Anonim, 2010)

Dosis yang kurang akan menyebabkan tidak tercapainya dosis terapi

yang berakibat keadaan pasien tidak membaik. Pemakaian antibiotik yang

terlalu lama dapat menyebabkan gangguan bahkan dapat menimbulkan

penyakit lain pada pasien, seperti terjadinya reaksi alergi, super infeksi, dan

reaksi toksik. Efek samping tidak mungkin dihindari atau dihilangkan sama

sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan

menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar dapat diketahui.

Dampak negatif masalah efek samping obat dalam klinik antara lain dapat

menimbulkan keluhan atau penyakit baru karena obat, meningkatkan biaya

pengobatan, mengurangi kepatuhan berobat serta meningkatkan potensi

(34)

21

Adanya keluhan, tanda dan gelaja yang dialami klien didapat dari

pengkajian di atas sesuai dengan analisa penulis, sehingga penulis

menegakkan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan neuromuskular. (Nanda 2009-1012). Pada pasien stroke mengalami

hambatan mobilisasi yang disebabkan karena adanya gangguan pada

neuromuskular. Menurut teori pada pasien stroke secara klinis gejala yang

sering muncul adalah hemiparese, merupakan salah satu faktor yang menjadi

penyebab hilangnya mekenisme reflek postural normal, seperti mengontrol

siku untuk bergerak, mengontrol gerak kepala untuk keseimbangan, rotasi

tubuh garak-gerak fungsional pada ekstremitas. (Irdawati, 2008). Klien di

lapangan pun ditemui penurunan kekuatan otot anggota gerak bagian kiri 4,

dan keterbatasan klien dalam mobilisasi.

Berdasarkan teori di atas sejalan dengan pengkajian, tanda dan gejala

yang dialami klien, penulis tepat mengambil kasus pemenuhan kebutuhan

mobilisasi pada pasien stroke, karena pada pasien stroke sangat dibutuhkan

latihan mobilisasi agar tidak terjadi kekakuan otot/kontraktur, yang dapat

menimbulkan komplikasi penyakit.

Adanya landasan pengkajian, keadaan kebutuhan dasar klien dan

diagnosa di atas, penulis melakukan perencanaan tindakan dengan

dilakukannya asuhan keperawatan selama 3x24 jam. Intervensi yang

direncanakan penulis diharapkan dalam 3x24 jam mobilisasi klien meningkat

(35)

22

Intervensi yang direncanakan penulis yaitu kaji status neurologi klien.

Menurut teori penderita stroke mengalami gangguan suplai darah ke otak.

(Maria dkk, 2011), dan adanya gangguan cara berfikir dan bersikap.

Berikan posisi nyaman/tirah baring pun direncanakan pada klien untuk

membantu mobilisasi klien karena dilihat dari riwayat penyakit klien dengan

hipertensi. Tirah baring yang lama menyebabkan pasien bertambah lemah,

lebih cepat lelah karena stamina makin rendah, gerak semakin bertambah

berat karena semua anggota gerak menjadi kaku dan timbul

komplikasi-komplikasi lain. (Rosiana, 2009)

Intervensi lain yaitu, ajar dan dukung klien dalam latihan ROM untuk

melatih kekuatan otot klien. Intervensi rehabilitasi medis menurut Rosiana

sangat penting untuk mengembalikan pasien pada kemandirian mengurus diri

sendiri dan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari tanpa menjadi beban

keluarganya. ROM sangat penting, karena bila otot diam pada satu sisi

tertentu dalam waktu lama kelenturannya akan hilang, otot akan kaku pada

posisi tersebut, sulit dan memerlukan tenaga lebih besar untuk kontraksi

memendek atau memanjang, begitu pula pada sendi, yang akan kering dan

kaku. (Rosiana, 2009)

Ubah posisi klien tiap 2 jam untuk menghindari klien dari dekubitus.

Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat

asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

(36)

23

adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan

kesehatan dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.

Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal

yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk

meminimalkan resiko. (Rhudy Marseno, 2011)

patient safety yaitu dengan cara mencegah kejadian dekubitus

mobilisasi sebagai salah satu faktor resiko dekubitus sehingga perawat dapat

menentukan bahwa perubahan posisi tidur secara teratur merupakan

tindakan/intervensi yang tepat untuk mencegah dekubitus (meningkatkan

keselamatan pasien). (Amin Subargus, 2011)

Berikan suport psikososial dan spiritual kepada klien masuk dalam

perencanaan penulis untuk memberikan semangat kepada klien akan penyakit

dan penyembuhan klien. Pasien stroke mengalami perubahan dalam sikap dan

cara berfikir yang ditandai dengan perasaan capek yang berlebihan,

kehilangan minat pada aktivitas, pemarah, depresi dan stress. (Iskandar,

2004). Lingkungan yang nyaman pun dapat membantu pasien untuk

menengkan pikiran dan menjauhkan pasien dari rasa bosan, depresi bahkan

stress.

Kolaborasi dengan tenaga fisioterapi untuk meningkatkan mobilitas

klien. Fisioterapi lebih ahli atau berkompeten dalam bidangnya untuk

(37)

24

Merujuk pada perencanaan yang sudah dibuat, penulis melakukan

implementasi seperti yang sudah ditulis dalam laporan kasus Bab II. Maria

Astrid mengemukakan bahwa intervensi standar rumah sakit dan latihan

ROM dilakuan 4 kali sehari selama 7 hari. Latihan beberapa kali dalam sehari

dapat mencegah terjadinya komplikasi yang akan menghambat pasien untuk

dapat mencapai kemandirian dalam melakukan funginya sebagai manusia,

frekuensi dan jenis stroke tidak berhubungan dengan kemampuan fungsional.

Latihan ROM yang dilakukan 4 kali sehari maupun latihan ROM yang

diberikan hanya 1 kali sehari sama-sama berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan fungsional. (Maria dkk, 2011)

Implementasi yang dilakukan selama 3 hari disesuaikan dengan

kondisi klien dan perencanaan yang telah dibuat. Peneliti memberikan

tindakan ROM pada klien. Implementasi yang sudah dilakukan adalah latihan

ROM pada pasien 1 kali selama 3 hari. Selama implementasi klien

mendapatkan keterbatasan, klien hanya mendapatkan latihan ROM di tempat

tidur, klien diprogramkan bedrest total karena klien menderita hipertensi.

Penderita hipertensi diprogramkan bedrest dan tidak dianjurkan banyak

beraktivitas, karena dapat mengakibatkan bertambah meningkatnya tekanan

darah ke otak yang dapat pula mengakibatkan komplikasi lain. Hasil latihan

ROM ditandai dengan kekuatan otot ekstremitas atas kanan; 5 dan kiri; 4,

ekstremitas bawah kanan; 5 dan kiri; 4.

Klien pun mendapatkan tirah baring, karena seperti pembahasan di

(38)

25

hipertensi. Sehingga tirah baring menjadi salah satu implementasi pada klien,

dilakukannya latihan ROM untuk menjauhkan klien dari kekakuan otot. Dari

tindakan dilakukannya tirah baring, penulis tidak mengalami kesulitan.

Selain itu penulis melakukan implemetasi dengan memberikan posisi

nyaman sim/miring kanan kiri pada klien agar klien lebih mudah mobilisasi

dan mencegah terjadinya komplikasi seperti dekubitus. Pada teori sikap dan

posisi klien juga harus diperhatikan, terutama anggota badan yang lumpuh,

karena untuk mencegah terjadinya kecacatan dan memberikan rasa nyaman

kepada klien. (Enny, 2002)

Mengubah posisi klien tiap 2 jam menjadi salah satu implementasi.

klien hanya diberikan posisi sim kanan/kiri, supinasi, head up 300 atau semi

fowler.

Memberikan lingkungan yang nyaman karena adanya Lingkungan

yang nyaman pun dapat membantu pasien untuk menengkan pikiran dan

menjauhkan pasien dari rasa bosan, depresi bahkan stress. (Iskandar, 2004).

Dalam memberikan lingkungan yang nyaman penulis mengalami kesulitan,

karena klien berada di ruangan atau kamar yang terdapat beberapa pasien

lainnya.

Mengkaji status neurologi klien menjadi salah satu implementasi yang

dilakukan penulis untuk mengetahui perkembangan keadaan klien, karena

menurut teori penderita stroke mengalami gangguan suplai darah ke otak.

Dalam pengkajian ini didapatkan hasil GCS; E4V5M6 ditandai dengan mata

spontan terbuka ketika penulis datang/menghampiri, verbal baik dengan klien

(39)

26

mengikuti yang diperintahkan penulis (penulis menyuruh klien mengangkat

tangan dan klien dapat melakukan).

Pada perencanaan penulis yaitu kolaborasi dengan tenaga fisioterapi

tidak dilakukan penulis, karena selama 3 hari asuhan keperawatan fisioterapi

tidak datang.

Merujuk pada pengkajian dengan adanya riwayat hipertensi pada

klien, penulis pun melakukan pengkajian tanda-tanda vital untuk mengetahui

keadaan klien terutama tekanan darah klien untuk menentukan tindakan

peningkatan latihan ROM pada klien, selama 3 hari implementasi terjadi

penurunan tekanan darah tetapi penurunan tekanan darah dari 240/150mmHg

menjadi 150/100mmHg, dan belum dapat membuat klien bebas melakukan

ROM.

Penulis melakukan implementasi lainnya pada klien yaitu memberikan

dukungan psikososial dan spiritual yang menurut penulis dapat memberi

penyemangat pada klien dalam menghadapi penyakitnya, tetap

berusaha/optimis akan kesembuhan, dan memberi semangat klien dalam

melakukan terapi/latihan-latihan yang diberikan.

Dukungan psikososial dan spiritual dapat dilakukan memberikan

sedikit demi sedikit memberi peran dan tanggung jawab serta ungkapkan

selalu bahwa peran serta klien sangat dibutuhkan oleh keluarga. Dengan

demikian klien akan meresa dirinya masih berharga dan berguna bagi orang

lain. (Rosiana, 2009)

Tiga hari asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. J, disimpulkan

(40)

27

diharapkan penulis, dengan ditandainya kekuatan ekstremitas atas kanan; 5

dan kiri; 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan; 5 dan kiri;4. Klien

mengatakan masih sulitnya anggota gerak bagian kiri untuk digerakan,

mobilitas klien masih dibantu keluarga. Tidak adanya peningkatan tersebut

dapat disebabkan karena klien hanya mandapatkan/melakukan 1-2x latihan

ROM dalam sehari dan keterbatasannya klien dalam melakukan latihan ROM

mengingat klien adalah penderita riwayat hipertensi yang hanya mendapatkan

ROM di tempat tidur karena klien diprogramkan bedrest total dan pada

penderita stroke yang sudah dialami ± 6 bulan untuk penyembuhan tidaklah

mudah karena sudah adanya gangguan neuromuskular yang membutuhkan

waktu dalam penyembuhan dan latihan ROM.

B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan

a. Hasil pengkajian dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi

pada pasien stroke pada Tn. J yaitu adanya hemiparese, penurunan

kekuatan otot, ketergantungan klien dalam mobilitas dan aktivitas, dan

timbulnya rasa kesemutan. Pengkajian lainnya yang ditemui penulis

yaitu disatria/bicara pelo, dan sulit berjalan.

b. Diagnosa keperawatan yang ditemui pada pasien stroke dengan

pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Tn. J adalah hambatan mobilitas

(41)

28

c. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

mobilisasi pada pasien stroke pada Tn. J yaitu kaji status neurologi,

berikan posisi yang nyaman, ubah posisi klien tiap 2 jam, ajar dan

dukung klien dalam latihan ROM, berikan suport psikososial dan

spiritual, dan kolaborasi dengan tenaga fisioterapi.

d. Implementasi dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien

stroke disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat penulis dan

kondisi klien di lapangan. Implementasi yang sudah dilakukan penulis

pada Tn. J yaitu kaji status neurologi klien, memberikan posisi nyaman,

mengajarkan klien latihan ROM, mengkaji tanda-tanda vital klien,

mengubah posisi klien tiap 2 jam, memberikan lingkungan yang

nyaman, dan memberikan suport psikososial dan spiritual.

e. Evalusi dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke,

khususnya Tn. J tidak mengalami peningkatan kekuatan otot.

Keterbatan klien dalam melakukan latihan ROM, adanya riwayat

hipertensi pada klien dan keterbatasan waktu penulis dalam penerapan

latihan ROM.

f. Kondisi klien selama 3 hari asuhan keperawatan, klien tidak mengalami

peningkatan kekuatan otot dengan ditandainya kekuatan ekstremitas

atas kanan; 5 dan kiri; 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan; 5 dan

kiri;4. Klien mengatakan masih sulitnya anggota gerak bagian kiri

(42)

29

2. Saran

a. Institusi Pendidikan

Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu

pengetahuan melalui penelitian yang lebih inovatif lagi dan waktu

pengelolaan pada pasien stroke ditambahkan agar bisa lebih detail

melakukan asuhan keperawatan.

b. Rumah Sakit

Agar penerapan ROM pasif di ruangan dapat dimaksimalkan,

mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien stroke

sehingga masalah pada pasien stroke dapat diatasi dan untuk fisioterapi

untuk lebih meningkatkan kepedulian pada pasien stroke di ruangan

dalam pelatihan ROM.

c. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus mobilisasi pada pasien

stroke untuk dapat lebih memberikan tindakan asuhan keperawatan

yang lebih dan untuk rajin melakukan latihan ROM agar tidak

terjadinya kekakuan otot dan komplikasi-komplikasi lain.

d. Keluarga Penderita Stroke

Keluarga untuk segera bertindak dalam penyembuhan penderita stroke

dan lebih memperhatikan kemandirian penderita stroke dalam aktivitas

maupun mobilisasi, tidak membebani mental atau pikiran penderita

stroke, dan untuk selalu memberikan suport agar penderita tidak merasa

(43)

30

(44)

Daftar Pustaka

Anonim, (2009-2011), Nanda Internasional; Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Anonim, (2010), Iso; Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol 45, PT ISFI Penerbitan, Jakarta.

Anonim, World Health Report, (2011), Stroke Statistics. http//www.strokecenter.org/patient/stat.htm. Diakses tanggal 11 April 2012.

Astris Maria, Elly Nurachmah, Budiharto, (2011), Pengaruh Latiahn Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint Carolus Jakarta. http://google. Com/search?hl=en&as. Diakses tanggal 3 April 2012. Hidayat Alimul Aziz. A, (2002), Buku Saku Praktikum; Kebutuhan Dasar

Manusia, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, hal 295.

Irdawati, (2008), Perbedaan Pengaruh Latihan Gerak Terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroike Non-Hemoragik Hemiparese Kanan Dibandingkan dengan Hemiparese Kiri, Vol 43, nomor 2, Media Medika Indonesia, Jawa Tengah. http://google. Com/search?hl=en&as. Diakses tanggal 3 April 2012.

Jerry, (2011), Drug Related Problem Pada Pasien Rawat Inap Stroke Iskemik di Ruang Perawatan Neurologi RSSN, Bukit Tinggi. http://google. Com/search?hl=en&as. Diakses tanggal 3 April 2012.

J. Iskandar, (2004), Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke, PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia, Jakarta.

Marseno Rhudy, (2011), Patient Safety (Keselamatan Pasien di Rimah Sakit), Universitas Andalas, Indonesia.

http://www.scribd.com/doc/85351094/Patient-Safety. Diakses tanggal 11 April 2011.

Meifi, Dharmady Agus, (2009), Stroke dan Depresi Pasca Stroke, Vol 8, Nomor 1, Maj. Kedokteran. Daminus, Jakarta. http://google. Com/search?hl=en&as. Diakses tanggal 4 April 2012.

Mutyatsih Enny, (2002), Stroke; Petunjuk Praktis Bagi Pengasuh dan Keluarga Pasien Pasca Stroke, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

(45)

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brenda, (2002), Buku Ajar; Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 3, PenerbitBuku Kedokteran, EGC, Jakarta, hal 2133.

Subargus Amin, SKM, M. KES, (2011), Manajemen Pelayanan Dalam Keperawatan. http://www.scribd.com/doc/85351094/Patient-Safety. Diakses tanggal 11 April 2011.

Wilkinson. M Judith, (2007), Buku Saku; Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, Hal 303-308.

W. Pradanasari Rosiana, (2009), Rehabilisasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan Primer, Vol 59, Nomor 2, Kedokteran Indonesia, Jakarta. http://google. Com/search?hl=en&as. Diakses tanggal 4 April 2012.

Gambar

Tabel 1: Pengkajian aktivitas dan latihan.
Tabel 2: Implementasi.  Implementasi pada Tn. J  Di RS. Moewardi  3-5 April 2012  TANGGAL/  JAM  NO
Tabel 3: Perkembangan kekuatan otot klien.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian metalografi optik dilakukan terhadap benda uji dengan tujuan untuk mengetahui struktur mikro sambungan pelat baja marine yang telah mengalami proses

15 Ikatan Ahli Teknik Kelistrikan Indonesia (IATKI).. Kep-35/BNSP/VII/2011 Jl.Mulyasari No.29 Sukamulya Terusan

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi dan tidak dicatat pada nilai wajar karena nilai wajarnya

Téhnik anu digunakeun dina ieu panalungtikan nya éta téhnik dokuméntasi, ulikan pustaka, jeung wawancara. Téhnik dokuméntasi digunakeun ogé pikeun analisis struktur-semiotik

Sikap terhadap orang lain dalam belajar merupakan kebutuhan yang sangat penting, karena dengan sikap belajar yang salah maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai

Dari hasil aplikasi pada teknik RT PCR tersebut terlihat enzim rekombinan RT SRV-2 dari berbagai fase pemurnian berhasil dalam mentran- skripsi balik mRNA

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas Program Pasar Murah Bhakti Sosial Terpadu (BST) yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan, Koperasi dan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Berkenaan dengan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat disampaikan antara lain: 1) Implementasi model