• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains, matematika dan pendidikan. Pandangan behavorisme yang mengutamakan stimulus dan respon tidak cukup untuk dapat memberikan hasil optimal. Para peneliti lebih tertarik pada aspek kognitif dan afektif siswa, atau lebih tepatnya bagaimana dan apa yang terjadi apabila mereka belajar fisika secara dinamis, termasuk faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi cara berpikir atau belajar fisika.

Pelaksanaan pembelajaran sains di Indonesia pada umumnya siswa dituntut lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalitas. Cara pembelajaran seperti itu menyebabkan siswa pada umumnya hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan tanpa makna. Di pihak lain banyaknya konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains yang perlu dipelajari siswa, menyebabkan munculnya kejenuhan siswa dalam belajar sains.

Tuntutan berpikir atau belajar fisika yang dinamis, seperti penalaran, komunikasi, dan koneksi membutuhkan suatu wahana komunikasi secara verbal maupun tulisan, dinyatakan dalam suatu bentuk representasi, untuk dapat digunakan dalam mengungkapkan ide-ide atau pikiran seseorang, dan mengkomunikasikannya kepada orang lain atau diri sendiri, baik secara verbal maupun tulisan, melalui grafik, tabel, gambar, persamaan, atau yang lainnya.

(2)

2 Usaha pembaruan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran di semua tingkat pendidikan diantaranya adalah mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan untuk menghadapi kehidupan dan memenangkan persaingan di era globalisasi. Agar dapat memenangkan persaingan dan untuk berhasil dalam kehidupan, seseorang harus memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Untuk dapat meningkatkan kualitasn pendidikan, maka pembelajaran yang diterapkan hendaknya pembelajaran yang mengembangkan pengajaran yang mengarah pada keterampilan berpikir tingkat dasar alogaritmik/tradisional menjadi pengajaran yang memfokuskan pada pengajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi (Zoller, 2001). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis, rasional dan reflektif yang berfokus pada apa yang harus dipercaya dan apa yang harus dilakukan untuk membuat keputusan.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang mendasari semua keterampilan berpikir tingkat tinggi lainnya adalah berpikir kritis. Pengembangan keterampilan berpikir kritis telah menjadi tujuan pendidikan akhir-akhir ini. Keterampilan berpikir kritis sangat penting diajarkan kepada siswa karena keterampilan ini merupakan dasar yang memungkinkan mereka menanggulangi dan mereduksi ketidakraturan di masa datang (Cabrera, 1992). Dengan keterampilan berpikir kritis, mereka dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta menghadapi berbagai tantangan, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan dengan

(3)

3 tepat sehingga dapat menolong dirinya dan orang lain dalam menghadapi kehidupan (Wade, dalam Walker, 1998). Pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan mengkondisikan pembelajaran sedimikian rupa sehingga siswa memperoleh pengalaman-pengalaman dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis (Lipman, 2003).

Salah satu model pembelajaran yang menyediakan banyak kesempatan bagi siswa dalam melakukan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing. Model pembelajaran ini adalah perumusan masalah atau pembentukan masalah dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau setelah pemecahan masalah.

Belajar sains dengan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing yang menantang dan terbuka sangat memungkinkan siswa menjadi aktif dan membantu pengembangan gaya belajarnya dan membuka pemahaman terhadap konsep-konsep sains secara fleksibel dalam arti dapat mengadaptasi terhadap situasi baru.

Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing sebagai salah satu pendekatan yang mengembangkan keterampilan berpikir perlu diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Beberapa penelitian penerapan pendekatan problem posing yang telah dilakukan diantaranya penelitian Erna R. Kusumawati (2008) yang menyatakan peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa pada pokok bahasan fluida statis dan Farid (2002) yang

(4)

4 menyatakan pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat meningkatkan pemahaman konsep kalor. Hal ini mengisyaratkan perlunya data emperis untuk memperoleh gambaran penggunaan pendekatan problem posing dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir lainnya seperti keterampilan berpikir kritis.

Menurut Upu (2003) problem posing dapat dilakukan secara individual atau klasikal (classical), berpasangan (in pairs), atau secara berkelompok (groups). Masalah yang diajukan oleh siswa secara individual tidak memuat intervensi siswa lain. Masalah diajukan tanpa terlebih dahulu ditanggapi oleh siswa lain. Hal ini dapat mengakibatkan masalah yang dirumuskan kurang berkembang atau kandungan informasinya kurang lengkap. Masalah yang diajukan secara berpasangan dapat lebih berbobot dibandingkan dengan masalah yang diajukan secara individual, dengan syarat terjadi kolaborasi di antara kedua siswa yang berpasangan tersebut. Jika masalah dirumuskan oleh sebuah kelompok kecil (tim), maka kualitasnya akan lebih tinggi, baik dari aspek tingkat keterselesaian maupun kandungan informasinya. Oleh karena itu, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing dalam mengajarkan topik kesetimbangan benda tegar di SMA. Pada model pembelajaran kooperatif, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Mereka akan bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan.

Kesetimbangan benda tegar dipilih sebagai materi dalam pembelajaran ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Dalam materi kesetimbangan benda tegar

(5)

5 terdapat fenomena fisis yang sering diamati secara nyata dalam kehidupan sehari-hari menjadikan siswa termotivasi dan memberi ide untuk merumuskan masalah berdasarkan pengalaman mereka, materi kesetimbangan benda tegar memerlukan pemahaman konsep sebelum memahami rumus, tetapi pada kenyataannya pembelajaran yang dilakukan lebih fokus pada penyelesaian soal. Oleh sebab itu model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing diperlukan dalam pembelajaran kesetimbangan benda tegar untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah: “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Problem Posing dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep kesetimbangan benda tegar dan keterampilan berpikir kritis siswa dibanding penerapan model pembelejaran konvensional”.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perbandingan peningkatan pemahaman konsep kesetimbangan benda tegar antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model kooperatif menggunakan pendekatan problem posing dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional?

(6)

6 2. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model kooperatif menggunakan pendekatan problem posing dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional?

3. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap implementasi model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing pada pokok bahasan kesetimbangan benda tegar?

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan interpretasi berkaitan dengan tulisan ini, maka diberikan beberapa batasan istilah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, khususnya dalam kemampuan akademik siswa. Selanjutnya siswa akan bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan.

2. Problem posing adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan guru sebagai fasilitator pembelajaran dan menuntut siswa untuk menghasilkan pengetahuan melalui proses pembentukan masalah sendiri berdasarkan situasi yang diberikan.

3. Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing adalah pembelajaran menggunakan sintaks pembelajaran kooperatif. Pendekatan problem posing digunakan dalam pembelajaran kooperatif pada fase keempat

(7)

7 yaitu fase dimana siswa bekerjasama dalam merumuskan masalah dan menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan. Keterlaksanaan dari model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing diamati melalui lembar observasi.

4. Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks menggunakan proses berpikir mendasar berupa penalaran logis untuk menentukan apa yang harus yang diyakini dan dilakukan (Costa, 1985). Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi: menyimpulkan, membuat penjelasan, menerapkan prinsip, menyeleksi kriteria untuk membuat solusi, mendefinisikan masalah, memberi alasan, dan memutuskan suatu tindakan. Keterampilan berpikir kritis diukur melalui tes dalam bentuk pilihan ganda.

5. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep kesetimbangan benda tegar, baik konsep-konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Pemahaman konsep diukur melalui tes dalam bentuk pilihan ganda yang dikembangkan dari indikator interpretasi. Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa secara mendalam terhadap konsep kesetimbangan benda tegar.

6. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru fisika di salah satu SMA yang ada di kabupaten Gowa yang menjadi tempat penelitian. Pembelajaran ini didominasi metode ceramah dan metode eksperimen, dimana guru cenderung

(8)

8 lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran konvensional dalam penelitian ini yaitu diawali guru memberi informasi, kemudian melakukan praktikum, dan menerangkan suatu konsep, lalu siswa bertanya, guru memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau belum, memberi contoh soal, selanjutnya guru meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan dari buku paket, kegiatan akhir siswa mencatat materi yang diterangkan dan diberi soal-soal pekerjaan rumah.

7. Konsep kesetimbangan benda tegar secara khusus membahas kesetimbangan statik partikel dan benda tegar, titik berat, titik massa dan jenis-jenis kesetimbangan. Dalam KTSP materi ini berada dalam standar kompetensi 2 yaitu menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah.

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi

Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing dapat memfasilitasi siswa untuk bekerjasama dalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari dan memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan cara demikian, maka proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa diharapkan berjalan lebih baik.

(9)

9 2. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan benda tegar dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional. (H1 : µA1 > µA2)

b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan benda tegar dibanding penggunaan pembelajaran konvensional. (H2 : µB1 > µB2)

E. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan pertanyaan penelitian, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh gambaran tentang perbandingan peningkatan pemahaman konsep

kesetimbangan benda tegar antara siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing dan siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional.

2. Memperoleh gambaran tentang perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa antara yang mendapat model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing dan siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional.

(10)

10 3. Memperoleh gambaran tentang tanggapan siswa dan guru terhadap implementasi model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing pada pokok bahasan kesetimbangan benda tegar.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti emperis tentang potensi model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan problem posing dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan kesetimbangan benda tegar, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini dalam wujud antara lain:

1. Memberikan suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengajarkan topik kesetimbangan benda tegar di SMA.

2. Menggugah kesadaran pembaca, khususnya pendidik yang berinteraksi langsung dengan siswa untuk menerapkan pembelajaran yang mengoptimalkan potensi-potensi alamiah siswa, seperti rasa ingin tahu, kerjasama, sikap kritis dan sebagainya.

3. Memberi inspirasi bagi para peneliti untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai pendekatan problem posing.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Al- Islam Krian mengenai variabel budaya disiplin sekolah (X1) dan komitmen organisasi (X2) terhadap kepercayaan

[r]

9 Fromkin Victoria dan Robert Rodman.. An Introduction to Language.... seorang anak belajar ujaran-ujaran yang benar, ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian, misalnya

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi Kepmenkes Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas dalam pemantauan kegiatan dan pelaporan KIA oleh

Berbeda dengan sekresi asam organik oleh akar ke larutan hara, peningkatan konsentrasi Al tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap akumulasi asam organik dalam

Prinsip Pendidikan seumur hidup, (5). Pemikiran hegemoni yang digagas oleh Antonio Gramsci jika ditelaah dengan kaca mata konsep Pendidikan Islam mempunyai kesamaan dalam beberapa

Kepala madrasah sebagai supervisor (pengawas), pengawas disini yaitu membimbing dan memberikan pelayanan kepada guru dan siswa. Dari hasil wawancara peneliti dengan

Konsentrasi pupuk organik Super Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap bobot biji kering per plot netto dan bobot biji kering per hektar, berpengaruh nyata