• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Perlindungan Konsumen di Timor Leste dan Indonesia: Suatu Studi Perbandingan Hukum T2 322013902 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Perlindungan Konsumen di Timor Leste dan Indonesia: Suatu Studi Perbandingan Hukum T2 322013902 BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A.

Teori Negara Kesejahteraan

Dalam garis besar, negara kesejahteraan menunjuk pada

sebuah model ideal pembangunan yang difokuskan pada peningkatan

kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih penting kepada

negara dalam memberikan pelayanan social secara universal dan

komprehensif kepada warganya.1Karena Negara merupakan organisasi

tertinggi di antara satu kelompok ata beberapa kelompok masyarakat

yang mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup di dalam daerah

tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.2 Dan

kesejahteraan meripakan kesejahteraan masyarakat dan perorangan.

Kesejahteraan masyarakat adalah kesejahteraan semua perorangan

secara keseluruhan anggota masyarakat. Dalam hal ini kesejahteraan

yang dimaksudkan adalah kesejahteraan masyarakat. Dan kesejahteraan

perorangan adalah kesejahteraan yang menyangkut kejiwaan (state of

mind). Perorangan yang diakibatkan oleh pendapatan kemakmuran dan

factor-factor ekonomi lainnya.

1

http://www /suharto/ Pdf/Reinventing .Depsos.di kunjung pada tanggal 07 April 2015 pukul 23.12 hal 7

2

Moh Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi Revisi)

(2)

Dari Negara bagian barat seperti di Negara Inggris, konsep

Welfare state dipahami sebagai alternative terhadap the Poor Law yang

kerap menimbulkan stigma, karena hanya ditujukan untuk member

bantuan bagi orang-orang miskin. Berbeda dengan system dalam the

Poor Law, Negara kesejahteraan difokuskan pada penyelenggaraan

system perlindungan social yang melembaga bagi setiap orang sebagai

cerminan dari adanya hak kewarganegaraan (right of citizenship), di

satu pihak, dan kewajiban Negara (state obligation), di pihak lain.

Negara kesejahteraan ditujukan orang tua dan anak-anak, pria dan

wanita, kaya dan miskin, sebaik dan sedapat mungkin. Ia berupaya

untuk mengintegrasikan system sumber dan menyelenggarakan

jaringan pelayanan yang dapat memelihara dan meningkatkan

kesejahteraan (well-being) warga Negara secara adil dan

berkelanjutan.3

Menurut Bessant, Watts, Dalton dan Smith, ide dasar Negara

kesejahteraan beranjak dari abad ke-18 ketika Jeremy Bentham (1748-

1832) mempromosikan gagasan bahwa pemerintah memiliki tanggung

jawab untuk menjamin the greatest happiness (atau welfare) of the

greatest number of their citizenz. Bentham menggunakan istilah

“utility‟ atau kegunaan untuk menjelaskan konsep kebahagiaan atau

3

(3)

kesejahteraan. Berdasarkan prinsip utilitarianisme yang ia

kembangkan, Bentham bentham berpendapat bahwa sesuatu yang dapat

menimbulkan kebahagiaan ekstra adalah sesuatu yang baik, dan

sebaliknya, sesuatu yang menimbulkan sakit adalah buruk.

Menurutnya, aksi-aksi pemerintah harus selalu diarahkan untuk

meningkatkan kebahagian sebanyak mungkin orang.

Dari pandangan Esping Anderson (1990), bahwa Negara

kesejahteraan bukanlah satu konsep dengan pendekatan baku. Negara

kesejahteraan lebih sering ditengarai dari atribut-atribut kebijakan

pelayanan dan transfer sosial yang disediakan oleh Negara

(pemerintah) kepada warganya, sepertin pelayanan pendidikan, transfer

pendapatan, pengurangan kemiskinan, sehingga keduanya (Negara

kesejahteraan dan kebijakan sosial) sering diidentikan.4 Negara

kesejahteraan, pada dasrnya, mengacu pada „peran Negara yang aktif

dalam mengelola dan mengorganisasi perekonomian‟ yang di

dalamanya „mencakup tanggung jawab Negara untuk menjamin

ketersediaan pelayan kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi

(4)

Negara kesejahteraan berusaha membebaskan warganya dari

ketergantungan pada mekanisme pasar untuk mendapatkan

kesejahteraan (dekomodifikasi) dengan menjadikannya sebagai hak

setiap warga yang dapat diperoleh melalui perangkat kebijakan sosial

yang disediakan oleh Negara.6

B.

Teori - Teori Tentang Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen. sedangkan menurut Munir Fuady mengemukakan bahwa

konsumen adalah pengguna akhir (end user) dari suatu produk, yaitu

setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang sangat luas

meliputi perlindungan terhadap segala kerugian akibat penggunaan

barang dan/ atau jasa. Meskipun perlindungan ini diperuntukan bagi

6

(5)

konsumen, namun bukan berarti kepentingan pelaku usaha tidak

mendapat perhatian.7

Menurut pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius

menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan

konsumen sebagai, pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa;

Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir. Namun konsumen dalam arti sempit hanya mengacu pada

konsumen pemakai terakhir. 8

Konsumen dalam arti luas mencakup kedua criteria itu,

sedangkan konsumen dalam arti sempit hanya mengacu pada

konsumen pemakai terakhir. Di Perancis, berdasarkan doktrin dan

yurisprudensi yang berkembang, konsumen di artikan sebagai, “The

person who obtains goods or services for personal or family purposes. Dari definisi itu terkandung dua unsur, yaitu (1) konsumen

hanya orang, dan (2) barang atau jasa yang digunakan untuk

keperluan pribadi atau keluarganya.

Di Spanyol, konsumen diistilahkan tidak hanya individu

(orang), tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau

pemakai terakhir. Adapun yang menarik disini, konsumen tidak harus

7

Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikasi Halal, Malang 2011 hal 1-2

8

(6)

terikat dalam hubungan jual beli sehingga dengan sendirinya

konsumen tidak identik dengan pembeli.

Consumer Protection Act of 1986, No. 68 di Negara India

mengatakan konsumen adalah setiap orang (pembeli) atas barang

yang disepakati, menyangkut harga dan cara pembayarannya, tetapi

tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk dijual

kembali atau lain-lain keperluan komersil.

Di Australia, ketentuannya lebih jauh lebih moderat. Dalam

Trade Practies Act 1974, yang sudah berkali-kali diubah, konsumen

diartikan sebagai : seseorang yang memperoleh barang atau jasa

tertentu dengan persyaratan harga.

Tidak melewati 40.000 Dollar Australia. Artinya, jauh tidak

melewati jumlah uang diatas, tujuan pembeli barang atau jasa

tersebut tidak dipersoalkan. Jika jumlah uangnya sudah melewati

4059.000 Dollar, keperluannya harus khusus.

2. Hukum Perlindungan Konsumen

Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen sebagai aspek

hukum yang merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari

negara, sebab hukum sebagai tolak ukur dalam pembangunan nasional

yang diharapkan mampu memberikan kepercayaan terhadap masyarakat

(7)

aspek. Agar hukum sebagai suatu sistem dapat berjalan dengan baik dan

benar didalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.9

Untuk mewujudkan suatu negara hukum tidak saja

diperlukan norma norma hukum atau peraturan perundang undangan

sebagai substansi hukum, tetapi juga diperlukan lembaga atau badan

penggeraknya sebagai struktur hukum dengan didukung oleh prilaku

hukum seluruh komponen masyarakat sebagai budaya hukum. Ketiga

komponen ini, baik struktur hukum, substansi hukum maupun budaya

hukum oleh LM. Friedman dikatakan sebagai susunan struktur hukum

(LM Friedman, 1975:11). Penegakan hukum perlindungan

konsumen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pembangunan hukum dan sebagai komponen integral dari pembangunan

nasional yang dilaksanakan dalam rangka menegakkan pilar pilar negara

hukum.

Az.Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas

atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat yang

melindungi kepentingan konsumen, sedangkan hukum konsumen adalah

hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak

9

(8)

satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen di dalam

pergaulan hidup.

Dengan begitu konsumen dalam arti umum adalah pemakai

pengguna dan atau pemanfaat barang dan atau jasa untuk tujuan

tertentu.. Subjek yang disebabkan sebagai konsumen berarti setiap orang

yang berstatus sebagai pemakai barang dan jasa.

Menurut AZ. Nasution, orang yang dimaksud adalah orang alami

bukan badan hukum. Sebab yang memakai, menggunakan dan atau

memanfaatkan barang dan atau jasa untuk kepentingan sendiri, keluarga,

orang lain maupun makhluk hidup lain tidak untuk diperdagangkan

hanyalah orang alami atau manusia.10

Az. Nasution, hukum perlindungan konsumen merupakan bagian

dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah

bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi

kepentingan konsumen. adapun hukum konsumen diartikan sebagai

keseluruhan asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan

dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan

barang dan atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.11

Lebih lanjut mengenai definisinya itu, Az. Nasution menjelaskan

sebagai berikut ;

10

Abdul Halim Barkatulah , Opcit l 8

11

(9)

“Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam

hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihakn yang

berimbang dalam kedudukan sosial ekonomi,daya asing, maupun

tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak selalu tepat, bagi

mereka yang berkedudukan seimbang demikian, maka mereka

masing-masing lebih mampu mempertahankan dan menegakan hak-hak mereka

yang sah. Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi

pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam

masyarakat itu tidak seimbang.12

Pada dasarnya baik hukum konsumen maupun hukum

perlindungan konsumen membicarakan hal yang sama, yaitu

kepentingan hukum (hak-hak) konsumen. bagaimana hak-hak konsumen

itu diakui dan diatur di dalam hukum serta bagaimana ditegakkan di

dalam praktik hidup bermasyarakat, itulah yang menjadi materi

pembahasannya. Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen atau

hukum konsumen dapat diartikan sebagai

“ keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan

kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahannya untuk

memenuhi kebutuhannya. Kata keseluruhan dimaksudkan untuk

12

(10)

menggambarkan bahwa di dalamnya termasuk seluruh pembedaan

hukum menurut jenisnya.

Menurut Mochtar Kusumatmaja hukum perlindungan konsumen

adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur

dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan

para penyedia barang dan/ atau jasa konsumen.13

3. Struktur Hukum Perlindungan Konsumen ;

13

http://nitanurrachmawatiatmasari.blogspot.co.id/2011/02/perlindungan-konsumen. di kunjung pada tanggal 24 Agustus 2016, pukul 23.26

HUKUM KONSUMEN /HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Hukum Perdata (Dalam arti Luas)

Hukum Perdata

Hukum Publik

Hukum Pidana

Hukum Perdata Internasional

Hukum Acara perdata /Pidana

(11)

Dari struktur diatas menunjukkan bahwa dalam struktur

hukum perlindungan konsumen bukan hanya focus pada

Uundang-undang perlindungan konsumen tetapi dilihat dari berbagai peraturan

yang lain.

Dengan hukum publik yang ada maka dalam hukum mengatur

gabungan antara Negara dan alat-alat perlengkapannya atau hubungan

Negara dengan perorangan. Termasuk hukum public dalam kerangka

hukum konsumen dan/atau hukum perlindungan konsumen, adalah

hukum administrasi Negara, hukum pidana, hukum acara perdata

dan/atau acara pidana dan hukum internasional khususnya hukum perdata

internasional.14

a. Dasar Ketentuan Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia

1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1),

Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.

2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No.

42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

14

(12)

4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan

Alternatif Penyelesian Sengketa

5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan

Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.

235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen

yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota

7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795

/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan

Konsumen.15

b. Dasar dan Ketentuan Hukum Perlindungan Konsumen di Timor

Leste

1. Undang-undang Dasar Republik Demokratik Timor Leste

tahun 2002 (CRDTL)

dalam soal pengaturan perlindungan konsumen. Dengan adanya UU

Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen

memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa

menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau

15

(13)

dilanggar oleh pelaku usaha.Perlindungan konsumen yang dijamin oleh

undang-undang ini adalah adanya kepastian hukum terhadap segala

perolehan kebutuhan konsumen, Kepastian hukum itu meliputi segala

upaya berdasarkan atas hukum untuk memberdayakan konsumen

memperoleh atau menentukan pilihannya atas barang dan/atau jasa

kebutuhannya serta mempertahankan atau membela hak-haknya apabila

dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.

Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini

adalah adanya kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan

konsumen, yang bermula dari ”benih hidup dalam rahim ibu sampai

dengan tempat pemakaman dan segala kebutuhan diantara keduanya”.

Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkab atas hukum

untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan

pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta

mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh

perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.

Perlindungan hukum menurut beberapa pendapat yang di

antaranya seperti berikut.Satjipto Raharjo, Perlindungan Hukum

adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang

dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada

(14)

oleh hukum. Sedangkan menurut Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum adalah Sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat

melindungi suatu hal dari hal lainnya.16

4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Dengan kewajiban dunia bisnis yang terus berubah dengan cepat

disatu sisi dan disisi lain kesadaran konsumen yang semakin baik, maka

pelaku usaha tidak mungkin lagi untuk bertahan dengan cara-cara yang

tradisional. Pelaku usaha dituntut untuk menjalankan usaha secara

professional.

Dalam kondisi yang seperti ini pelaku usaha harus membangun

usaha yang berorientasi untuk jangka panjang. Untuk itu pelaku usaha

dalam melakukan usahanya harus memperhatikan keadilan, kejujuran

serta memperhatikan etika dalam menjalankan usahanya. Bahkan jika

dirasa perlu pelaku usaha harus berani menanggyhkan keuntungan untuk

saat sekarang demi memperoleh perhatian pasar yang justru akan

mendatangkan keuntungan yang lebih besar untuk waktu yang akan

datang. 17

16

http://www.yabpeknas.com/2015/04/perlindungan-konsumen.html, di kunjung pada tanggal 5 November 2015. Pukul 12.50

17

(15)

Untuk itu profesionalisme pelaku usaha merupakan tuntutan yang

harus dipenuhi untuk saat ini dan tidak dapat ditawar-tawar lagi jika

pelaku usaha ingin tetap eksis dalam menjalankan usahanya. Kewajiban

pelaku usahan terhadap konsumen, masyarakat dan pemerintah berupa

pemenuhan kewajiban berikut ini18 ;

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya

b. Memberikan informasi yang jelas, benar dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan atau jasa serta member penjelasan

penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaannya.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskrinatif.

d. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan

atau jasa yang berlaku

e. Member kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan atau

mencoba barang dan atau jasa tertentu serta member jaminan dan

atau garansi atas barang yang dibuat dan atau jasa yang di

perdagangkan

f. Memanti memberi kompensasi, ganti-rugi dan atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan atau pemanfaatan

barang dan atau jasa yang diperdagangkan.

18

(16)

5. Bentuk-bentuk Perlindungan Konsumen

Hubungan konsumen dan pelaku usaha, pada dasarnya adalah

hubungan hukum yang berbentuk perjanjian timbale balik seperti

perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa, dan lain-lain. Setiap

perjanjian yang dibuat secara sah akan mengakibatkan akibat hukum

berupa hak dan kewajiban. Uraian mengenai bentuk perlindungan

konsumen, diarahkan pada pembahasan tentang hak-hak konsumen,

dengan alasan bahwa selama ini pihak konsumen banyak mengalami

kerugian.19

6. Menurut beberapa pendapat mengenai Asas Perlindungan

Konsumen

Dalam Perlindungan konsumen sudah diketahui bahwa asas

perlindungan konsumen meliputi kemanfaatan, keadilan, dan

kepastian hukum, namu dari berbagai para ahli menyebut sebagai

barikut.

Radbruch menyebut keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum

sebagai “tiga ide dasar hukum” atau “tiga nilai dasar hukum, yang

berarti dapat dipersamakan dengan asas hukum. Diantara ketiga asas

tersebut yang sering menjadi sorotan utama adalah masalah keadilan,

19

(17)

dimana Friedman manyebutkan bahwa :sebagaiasas hukum, dengan sendirinys menempatkan asas ini yang menjadi rujukan pertama baik

dalam pengaturan perundang-undangan maupun dalam berbagai

aktivitas yang berhubungan dengan gerakan perlindungan konsumen

oleh semua pihak yang terlibat didalamnya.

Dalam asas keseimbangn dikelompokkan di dalam asas keadilan,

mengingat hakikat keseimbangan yang dimaksud adalah juga keadilan

bagi kepentingan masing-masing pihak, yaitu konsumen, pelaku

usaha, dan pemerintah. Keseimbangan perlindungan antara pelaku

usaha dan konsumen menampakkan fungsi hukum yang menurut

Roscoe Pound sebagai sarana pengendalian hidup bermasyarakat

dengan menyeimbangkan kepentingan- kepentingan yang ada dalam

masyarakat atau dengan kata lain sebagai sarana control sosial.

C. Prinsip-Prinsip Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen tentu tidak hanya mengandalkan

ketentuan yang ada karena perundang-undangan yang bertujuan

melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang

(18)

dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau

tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang ini. 20

Pada umumnya prinsip-prinsip perlindungan hukum bagi konsumen

yang adalah sebagai berikut

1. Prinsip Perlindungan Kesehatan Konsumen.

Perlindungan kesehatan dan harta konsumen yang dimaksud

adalah perlindungan terhadap manusia agar kesehatannya tidak

menurun /hartanya tidak berkurang sebagai akibat pengunaan produk.

Perlindungan ini sangat penting bagi konsumen, sehingga perlu bagi

setiap konsumen.21 Karena secara umum, tanggung Jawab Produk

adalah suatu konsepsi hukum yang intinya dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan kepada konsumen. Setiap produk yang

tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya baik karena kesengajaan

atau kealpaan dalam proses maupun disebabkan hal-hal lain yang

terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat

keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam

penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang. 22

20

Ahmad Miru., Prinsip-Prinsip, Perlindungan Hukum bagi Konsumen., Jakarta cetkn k-II, 2013., hal. 183

21

Ahmad Miru, Opcit hal 184

22

(19)

2. Prinsip Perlindungan atas Barang dan Harga

Perlindungan konsumen atas barang dan harga, terkait

dengan perlindungan terhadap kesehatan /harta konsumen

sebagaimana telah disebutkan. Perlindungan atas barang dan harga

ini dimaksudkan sebagai perlindungan konsumen dari penggunaan

barang dengan kualitas yang di bawah standar atau kualitas yang

lebih rendah daripada nilai harga yang dibayar.23

Berkenan dengan pengawasan kualitas/mutu barang, dalam

Organisasi Perdagangan Dunia/ World Trade Organization (WTO),

telah dicapai Persetujuan tentang Hambatan teknis dalam

Perdagangan. Persetujuan ini mengikat Negara yang

menandatanganinya untuk menjamin bahwa agar bila suatu

pemerintah atau instansi lain menentukan aturan teknis atau standar

teknis untuk keperluan keselamatan umum, kesehatan, perlindungan

terhadap konsumen dan lingkungan hidup, atau untuk keperluan lain,

maka peraturan, standard antara pengujian serta sertifikasi yang

dikeluarkan tidak menimbulkan rintangan yang tidak diperlukan

terhadap perdaganagan internasional.

Sedangkan untuk mengkaji kemungkinan resiko, elemen

terkait yang perlu di pertimbangkan antara lain adalah tersedianya

23

(20)

informasi ilmiah dan teknis, teknologi pemrosesan atau kegunaan

akhir yang dituju oleh produk.24

3. Prinsip Penyelesaian Sengketa Secara Patut

Penyelesaian sengketa secara patut bagi konsumen yang

mengalami sengketa dengan produsen dapat terlaksana manakala para

pihak (konsumen dan produsen) mematuhi setiap ketentuan dalam

undang-undang yang ada/ undang-undang perlindungan konsumen. 25

Penyelesaian yang di tempuh oleh para pihak dapat berupa

penyelesaian sengketa melalui pengadilan maupun diluar pengadilan,

namun penyelesaian sengketa yang dihadapi oleh para pihak kadang

dirasa tidak patur, lebih-lebih jika para pihak yang menghadapi

sengketa tersebut memiliki kedudukan yang tidak seimbang. Ketidak

seimbang juga terjadi banyak antara hubungan konsumen dengan

produsen, namun ketidakseimbang tersebut telah di usahakan untuk

dihilangkan dengan lahirnya peraturan perundang-undang yang ada.26

24

Ahmad Miru Opcit, hal 197

25

Ahmad Miru, Opcit hal 203

26

Referensi

Dokumen terkait

Standar untuk sebuah aturan memenuhi kualifikasi sebagai hukum adalah aturan tersebut harus berlandaskan pada principles atau asas, dengan demikian konsep hukum

Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat diketahui pengaturan perlindungan hukum terhadap perempuan dan

TINJAUAN YURIDIS KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TIMOR LESTE DALAM UPAYA.. PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN

1) Unrelated victims adalah mereka yang tidak ada hubungan dengan si pelaku dan menjadi korban karena memang potensial. Untuk itu, dari aspek tanggung jawab

Menurut Barda Nawawi Arief, sekiranya dalam kebijakan penanggangan tindak pidana atau politik kriminal digunakan upaya atau sarana hukum pidana (penal), maka

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TIMOR – LESTE DALAM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU..

Hasil Dan Pembahasan 3.1 Pengaturan Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Yang Menjadi Korban Penganiayaan Massa Dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia selaku

98 DAFTAR PUSTAKA PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999