• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH SKRIPSI"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF

ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT

MUHAMMADIYAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh :

ISTIANAH LIS HIKMAWATI

NIM 11112172

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM

BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh :

ISTIANAH LIS HIKMAWATI

NIM 11112172

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

(Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan

(7)

PERSEMBAHAN

Teruntuk kedua orang tua saya Ibu, Bapak, Mamas, Mba Zety dan Sekar yang

senantiasa mendukung, memotivasi, membimbing, dan mendoakan saya.

Keluarga besar Mbah Khanan dan seluruh saudara, yang selalu memotivasi dan

mendoakan saya.

Sahabat-sahabat saya yang sudah banyak mendukung saya dalam menyelesaikan

skripsi ini

IMMawan dan IMMawati Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Kota Salatiga

Almamaterku Tercinta

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robil’alamin, segala curahan rasa syukur kami panjatkan

kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “KONSEP

PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN

MENURUT MUHAMMADIYAH”. Skripsi ini disusun guna memperoleh gelar

Sarjana S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga.

Proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, seperti bantuan kemudahan dalam meminjam buku-buku

perpustakaan (Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan daerah Kota

Salatiga). Demikian pula dalam hal bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai

kalangan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang tulus dan ikhlas pada:

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Bapak Dr. Rahmat

Haryadi, M.Pd.

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhyati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(9)

4. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik.

5. Bapak Achmad Maimun M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing, memotivasi, memberikan nasehat, arahan yang sangat

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam (IAIN)

Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian

berlangsung.

7. Keluarga tercinta, Ibu (Suhartini), Bapak (Sadar Wahyono), Mamas dan Istri

(Dede Hikmawan dan Zety Dian Ma’ruf) yang senantiasa memotivasi,

mendukung, membimbing, mendidik dengan sabar. Walau raga terpisah jauh,

tapi kita akan selalu dekat dalam cinta, kasih sayang dan doa.

8. Keluarga Pakde Imam Sutomo dan Bu Nunung, yang selalu memotivasi,

membimbing, menasehati, memberi doa, dan membantu penulis sampai saat

ini. Serta seluruh keluarga besar Mbah Khanan dan Mbah Ambyah.

9. Sahabat-sahabat yang telah banyak melakukan hal terbaik kepada penulis,

sebagai teman dalam susah maupun senang, yang tidak akan pernah bisa

tebalaskan baik budinya khususunya untuk, Mas Emon Ngatemin, Anggih

Ratna Sari, Ririn Agus Triani, Ros Arianti Abbas, Pawitri, Ratna Sri

Wardani, Visi Sofya H.S, dan semuannya yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu

10. Keluarga besar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Salatiga dan

kawan-kawan seperjuangan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa

(10)

Pimpinan Komisariat (Ahmad Dahlan, Ibnu Rusyd, Prof. Achmadi, dan Ibnu

Kholdun) yang telah mendampingi, memotivasi dan memberikan pengalaman

keilmuan.

Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan

dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Bagi para pihak yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga mendapat imbalan dari

Allah SWT. Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi tulisan yang baik dikemudian hari.

Salatiga, 17 Februari 2017

(11)

ABSTRAK

Hikmawati, Istianah Lis. 2017. Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag.

Kata Kunci: Konsep Pendidikan Islam dan Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah.

Penelitian ini membahas tentang Konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah. Fokus Penelitian yang dikaji yaitu 1. Apa yang dimaksud dengan Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah? 2. Bagaimana konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah?

Penelitian ini menggunakan pendekatan library research yaitu suatu penelitian kepustakaan murni. Dengan demikian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan seperti buku-buku, majalah, dokumen, artikel, perkataan-perkataan, notulen harian, catatan rapat dan sebagainya. Selain itu penelitian ini juga dikombinasikan dengan penelitian lapangan, untuk membantu memperkuat data yang yang telah diperoleh.

(12)

bernuansa abstrak, ghaib). Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menyeimbangkan pendidikan yang diperoleh peserta didik dengan lebih menekankan kepada pembinaan moralitas untuk awal pembentukan kerpibadian yang sempurna (insan kamil) dan menjadi individu yang rahmatan lil ‘alamin.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Islam ... 12

B. Dasar Pendidikan Islam ... 13

(14)

D. Pembiayaan Pendidikan ... 31

BAB III ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH

A. Pengertian Islam dan Muhammadiyah ... 33

B. Deskripsi Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah ... 37

C. Dasar Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah ... 44

D. Ruang lingkup Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah ... 49

BAB IV KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM

BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH

A. Pengertian Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan

menurut Muhammadiyah ... 56

B. Dasar Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut

Muhammadiyah ... 65

C. Komponen Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan

menurut Muhammadiyah ... 68

D. Pembiayaan Pendidikan ... 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 101

C. Penutup... 102

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI

2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

3. PEDOMAN WAWANCARA

4. TRANSKRIP WAWANCARA

5. DOKUMENTASI

6. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

7. KETERANGAN SKK

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dunia internasional, mutu pendidikan Indonesia masih jauh

tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Bahkan dengan negara tetangga

yaitu Malaysia yang menduduki peringkat 65. Berdasarkan data dalam

Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis,

Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu

Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang

diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan indonesia berada

di urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Sistem pendidikan yang dianggap

terbaik di Asia adalah Jepang (Amirrachman, 2015:156).

Jika education development index (EDI) ini sebagai ukuran tentang

kualitas pendidikan yang menempatkan Indonesia pada peringkat 69 dari 127

negara, maka ketertinggalan ini tampak cukup memprihatinkan. Tanpa adanya

kualitas pendidikan yang tinggi bangsa ini takkan mampu bersaing dengan

negara lain.

Banyak hal yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh

tertinggal dari negara lain. Berdasarkan analisis kinerja pendidikan di

Indonesia juga menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan-kelemahan yang

(17)

termasuk perguruan tinggi, Kedua, bidang pendanaan, dan yang Ketiga,

berkaitan dengan masalah kultural (Danim, 2003).

Selain itu yang menjadikan rendahnya pendidikan yaitu komponen

pendidikan itu sendiri. Hal ini menyebabkan banyak permasalahan, seperti

kualitas pendidikan yang rendah, SDM yang kurang dan banyaknya

penyimpangan moral. Bagaimana nasib bangsa Indonesia di masa yang akan

datang jika kondisi pendidikan terus seperti itu.

Pendidikan di era global dihadapkan pada beberapa tantangan.

Menurut Zamroni, dampak globalisasi terhadap pendidikan setidaknya tampak

pada tiga kecenderungan. Pertama, munculnya kecenderungan dan

komoditisasi atas pendidikan. Kedua, globalisasi melahirkan spirit

internasionalisasi di lembaga pendidikan. Itu berarti pendidikan pun perlu

distandarisasi guna meningkatkan daya saing global. Ketiga¸munculnya

kondisi dimana kemampuan bangsa untuk hidup dalam era global tidak lagi

ditentukan oleh modal yang berupa fisik seperti kekayaan. Tetapi

menggunakan ilmu pengetahuan, jaringan kerja sama dan watak atau moral

yang dimiliki bangsa. Kualitas Sumber daya manusia lebih dipentingkan dari

kekayaan (Amirrachman, 2015:157).

Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik

kualitas pendidikan yang diselenggarakan suatu masyarakat atau bangsa maka

akan diikuti semakin baiknya kualitas masyarakat atau bangsa tersebut.

Dengan kata lain, pendidikan dapat menjadi tolok ukur kualitas dan kemajuan

(18)

Hal tersebut tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 dijelaskan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI

nomor 20 tahun 2003:5).

Islam memiliki pengaruh besar dalam perkembangan negara

Indonesia. Salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Rendahnya kualitas

pendidikan di Indonesia membawa kekhawatiran untuk generasi penerus

bangsa. Kekhawatiran ini dijelaskan dalam Q.S An-Nisa 4: 9.

Artinya : hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtceraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah, hal: 78)

Pada ayat tersebut Allah mengharuskan setiap umat untuk tidak

meninggalkan di belakang mereka generasi yang lemah, tak berdaya dan tak

memiliki daya saing dalam kompetensi kehidupan salah satunya yaitu dalam

pendidikan. Dari ayat di atas dapat dipahami betapa pentingnya

(19)

Adapun firman Allah yang memberi anjuran tegas kepada umat

Islam agar ada sebagian dari umat Islam untuk memperdalam pengetahuan

agama. Hal ini terdapat dalam salah satu firman Allah QS.At-Taubah/9: 122.

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka Alitu dapat menjaga dirinya.(Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah, hal: 206 ).

Karena Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam maka Islam

pun mempunyai andil besar dalam bidang pendidikan. Melihat kondisi

pendidikan yang masih jauh tertinggal dari negara lain, kini Muhammadiyah

mulai mengedepankan konsep Islam berkemajuan yang diharapkan mampu

untuk memperbaiki dan memajukan Pendidikan di Indonesia khususnya

melalui Pendidikan Islam.

Sudah satu abad Muhammadiyah berkiprah, banyak sekali kontribusi

yang telah dilakukan untuk mewujudkan misinya yaitu menciptakan umat

Islam yang sebenar-benarnya. Terutama dalam pendidikan dan pengajaran,

(20)

Bahkan di banyak tempat, dimana pendidikan langka atau kurang, maka

Muhammadiyah dapat mengisi kekurangan itu (Mukti Ali. 1996: 143).

Akan tetapi banyak dari masyarakat yang belum memahami konsep

Islam Berkemajuan. Kalimat Islam berkemajuan sedang ramai

diperbincangkan sebagai gagasan pembaharuan, yang mana secara tidak

langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Tidak hanya itu konsep

Islam berkemajuan juga akan mempengaruhi kemajuan pendidikan Islam di

Indonesia. Maka sangatlah penting untuk mengetahui hakikat dari Islam

berkemajuan dan konsep pendidikan perspektif Islam berkemajuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

menjabarkan konsep pendidikan perspektif Islam berkemajuan menurut

Muhammadiyah. Maka dengan ini peneliti mengambil judul skripsi:

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM

BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan

yang akan dibahas dalam penelitian ini. Rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan konsep Islam Berkemajuan oleh

Muhammadiyah?

2. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam

(21)

C. Tujuan Penelitian

Dalam Penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui apa konsep Islam Berkemajuan menurut

Muhammadiyah.

2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam

Berkemajuan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

jelas tentang istilah Islam berkemajuan dalam kajian bidang pendidikan.

Sehingga mampu memberikan rmanfaat baik secara Teoritis maupun

praktiknya.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini bisa memberikan pengetahuan atau wacana serta

menjadi rujukan atau referensi mengenai Islam Berkemajuan dan konsep

pendidikan Islam dalam perspektif Islam berkemajuan menurut

Muhammadiyah.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau pegangan

bagi pendidik dalam mengembangkan pendidikan Islam. Serta

menerapkan dan melaksanakan pembelajaran pendidikan Islam dengan

(22)

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari

penelitian yaitu: jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan

analisis data.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan library research. Penelitian Pustaka

(library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah dan

menggunakan bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, ensiklopedia,

jurnal, majalah, dan sumber pustaka lainnya yang relevan dengan topik

dan masalah yang dikaji sebagai sumber datanya(Hadi,1990:9). Selain itu

penelitian ini juga dikombinasikan dengan penelitian lapangan untuk

membantu memperkuat data yang yang telah diperoleh.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian terdiri dari sumber data primer dan sumber

data sekunder (pendukung).

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data pokok yang digunakan sebagai

bahan utama dalam kajian penelitian ini, berupa data-data yang

berhubungan langsung dengan materi yang diteliti yaitu berjudul Islam

Berkemajuan: Kyai Ahmad Dahlan dalam Catatan Pribadi Kyai Syuja’

(2009). KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah (2010), Islam Berkemajuan untuk Peradaban Dunia

(23)

Pendidikan Dalam Muhammadiyah (1994), Ideologi dan Strategi

Muhammadiyah (2008), Studi Kemuhammadiyahan (2006),

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (2000), Ilmu Pendidikan

dalam Perspektif Islam (2014) .

b. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder adalah data pendukung dari data primer.

Data sekunder diambil dari sumber-sumber lain, yang secara tidak

langsung berkaitan dengan materi penelitian yang dilakukan. Seperti:

internet, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga

yang terkait dengan penelitian ini antara lain: Sejarah Pendidikan

Islam, pengantar dasar-dasar kependidikan, KH. Ahmad Dahlan Amal

dan Perjuangannya (2009), Muhammadiyah Menjemput Perubahan

(2005), Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam

(2012), Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Mengemban

Visi Muhammadiyah (2009), Majalah Suara Muhammadiyah,

Pendapat para tokoh Muhammadiyah di Salatiga.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara

membaca, mengkaji, memahami, dan melakukan wawancara serta

menganalisis data yang dapat diperoleh dari buku, skripsi, jurnal, majalah,

artikel, surat kabar, hasil wawancara dan dokumen lainnya yang

(24)

4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan yaitu library

research. Maka data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisa

dengan menggunakan teknik analisis isi (content analyze) yaitu upaya

untuk menafsirkan isi, ide, atau gagasan serta konsep Islam berkemajuan

menurut Muhammadiyah yang kemudian dianalisis dalam konteks

pendidikan Islam. Dengan menggunakan metode ini maka prosedur kerja

yang dilakukan yaitu menentukan maksud atau makna dari istilah Islam

Berkemajuan menurut Muhammadiyah, Selanjutnya penulis akan

menganalisis konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan

menurut Muhammadiyah.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi dalam lima pokok

pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda. Secara

rinci masing-masing bab akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah

dari penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Pendidikan Islam berisi tentang Pengertian Pendidikan Islam,

Dasar pendidikan Islam, Komponen Pendidikan Islam, dan Pembiayaan

Pendidikan.

Bab III Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, berisi tentang

(25)

Muhammadiyah, Dasar Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Ruang

lingkup Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah.

Bab IV Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan

menurut Muhammadiyah. Dalam bab ini penulis menjabarkan Konsep

Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah,

yang berisi tentang Deskripsi Pendidikan Islam Perspektif Islam

Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, Dasar Pendidikan Islam Perspektif

Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah, Komponen Pendidikan Islam

perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Pembiayaan

Pendidikan, yang didukung oleh pendapat para tokoh tentang kemajuan

pendidikan Islam dalam perspektif Islam berkemajuan menurut

Muhammadiyah.

Bab V Penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir

berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran serta riwayat hidup

(26)

BAB II

PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan Islam dalam teori dan praktik selalu mengalami

perkembangan, hal ini disebabkan karena pendidikan Islam secara teoritik

memiliki dasar dan sumber rujukan yang tidak hanya berisi nalar, melainkan juga

wahyu ini ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan

firman Allah SWT. Terkait dengan masalah pendidikan, kombinasi ini menjadi

ciri khas pendidikan Islam yang tidak dimiliki oleh konsep pendidikan pada

umumnya yang hanya mengandalkan kekuatan dan budaya (Assegaf, 2014: 2).

Pendidikan dimulai dari Proses belajar yang merupakan aktivitas tak

terpisahkan dari kehidupan manusia, yang dapat terjadi di mana pun kita berada.

Seperti di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, kerja dan lain sebagainya.

proses belajar tersebut dinamakan sebagai pendidikan. Islam mengenal pendidikan

dengan pengertian yang menyeluruh yaitu sebagai pengembangan jasmani, akal,

rohani, emosi, dan akhlak. Islam memandang bahwa pendidikan tidak hanya dapat

diperoleh di sekolah namun bisa di luar sekolah. Seperti di rumah, di lingkungan

masyarakat, di jalan, dan lain-lain. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai

pemindahan pengetahuan dari generasi tua ke generasi muda untuk menjaga

pengetahuan yang ada atau bisa disebut sebagai transfer ilmu.

Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan umum dan pendidikan

agama, karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam menjadikan agama

(27)

Masyarakat tidak hanya membutuhkan pendidikan umum namun juga

membutuhkan pendidikan agama yaitu pendidikan Islam.

Aktivitas kependidikan Islam ada sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi

Adam dan Hawa), bahkan ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW adalah perintah Iqra’ (membaca, merenungkan,

menelaah, meneliti, mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan

manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan (Muhaimin, 2012). Hingga

sekarang eksistensi pendidikan Islam terus menjadi hal yang menarik untuk

didiskusikan.

A. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk

menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada

Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah di bumi. Kata

“Islam” dalam “Pendidikan Islam” menunjukkan itu pendidikan tertentu, yaitu

pendidikan yang khusus mencakup hal-hal yang berkaitan dengan Islam.

Menurut Marimba (1989:19) menyatakan bahwa pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama

(Tafsir, 2014:24). Sedangkan Kata “Pendidikan” dalam bahasa Arab berkaitan

atau dekat dengan tiga terma, yaitu ta’lim, tarbiyah atau ta’dib (Shobron,

2009:266). Kata “ta’lim” lebih condong pada aspek pengetahuan kognitif,

(28)

sayang, dan ta’dib menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Shobron, 2009:279).

Adapun pengertian pendidikan Islam menurut Muhammad Quthb yaitu

sebagai usaha untuk melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud

manusia, baik dari segi jasmani maupun ruhani, baik dari kehidupan fisik

maupun mentalnya dalam melaksanakan kegiatannya di Bumi ini. Dalam hal

ini Quthb memandang pendidikan Islam sebagai suatu aktifitas yang berusaha

memahami diri manusia secara total melalui berbagai pendekatan dalam

rangka menjalankan kehidupan dunia (Idi. 2006: 47).

Achmadi, pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara

dan mengembangkan fitrah serta sumber daya insani yang ada padanya

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma

Islam (Abdullah. 2001:39). Rumusan definisi ini menggambarkan upaya

mengarahkan kepada pengembangan fitrah dan pembentukan manusia

seutuhnya yang sesuai dengan norma Islam. Segala usaha atau ikhtiar

dilakukan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya

insani.

B. Dasar Pendidikan Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai

suatu tujuan harus mempunyai landasan berpijak yang baik dan kuat. Oleh

karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus

mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan

(29)

Nasioanal terdapat dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional tercantum bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Suwarno,

2006).

Secara yuridis lembaga pendidikan Islam semakin kokoh setelah terbit

UU No. 2 Tahun 1989 yang secara eksplisit menyebutkan pendidikan

keagaaman termasuk dalam Sisdiknas (Pasal 11 dan 39) hal ini dikuatkan

dalam UU No. 20 tahun 2003, pasal 15, 17, 18, 30, dan 37 (Rohyani,

2015:74). Dengan kekuatan tersebut diharapkan perkembangan kemajuan

pendidikan Islam akan semakin meningkat.

Sedangkan pendidikan Islam sejak awal perkembangannya telah berdiri

tegak di atas dua sumber pokok yang amat penting yaitu Al Qur’an dan

Sunnah Nabi. Di dalam kitab suci ini terkandung ayat mufasshalaat (terinci)

dan ayat-ayat Mubayyinaat (yang memberikan bukti-bukti kebenaran) yang

mendorong kepada orang untuk belajar membaca dan menulis serta untuk

menuntut ilmu, memikirkan, merenungkan dan menganalisis ciptaan langit

dan bumi. Oleh karena itu maka tujuan da’wah Islamiyah adalah untuk

memberi cahaya terang kepada hati nurani dan pikiran serta menambah

kemampuan umat Islam dalam melakukan proses pengajaran dan pendidikan.

Karena Rasullah SAW sendiri diutus pertama-tama untuk menjadi pendidik

(30)

Ada beberapa landasan atau dasar dari pendidikan Islam (Rosyadi, 2004)

antara lain:

a) Al-Qur’an

Al Qur’an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah, dan

karenanya ia merupakan dasar bagi hukum mereka. Sebenarnya, Al Qur’an

merupakan himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada Nabi Muhammad

saw dengan perantara malaikat jibril. Al Qur’an tidak diwahyukan secara

keseluruhan, akan tetapi turun secara sebagian-sebagian, sesuai dengan

timbulnya kebutuhan, dalam masa kira-kira dua puluh tiga tahun.

Diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur bertujuan untuk

memecahkan setiap problema yang timbul di masyarakat. Dan juga

menunjukkan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu adalah mustahil,

karena Al Qur’an turun menjadi petunjuk bagi kaum muslimin dari waktu

ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang terjadi.

Al Qur’an menjadi petunjuk manusia untuk menjalankan

kehidupan dan mengatasi problem yang ada. Kebenarannya tidak dapat

diragukan lagi terutama sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,

sebagaiamana dalam Q.S Al Baqarah 2: 2 yang artinya “Kitab (Al Qur’an)

ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.

Dalam ayat tersebut yang dimaksud dengan petunjuk yaitu segala aktifitas

(31)

b) As Sunnah

As Sunnah merupakan perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rosul Allah SWT. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al

Qur’an. As Sunnah ini sebagai petunjuk dalam segala aktifitas. Karena

Rosulullah sebagai pendidik pertama yang mengajarkan segala sesuatu

kepada manusia. Dijadikannya As Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam

tidak terlepas dari fungsi As Sunnah itu sendiri terhadap Al Qur’an. Fungsi

As Sunnah terhadap Al Qur’an adalah sangat penting yaitu a) As Sunnah

menerangkan ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat umum. maka dengan

sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang diterangkan. b)

Sunnah mengkhidmati Al Qur’an. Memang As Sunnah menjelaskan

mujmal Al Qur’an, menerangkan musykilnya dan memanjangkan

keringkasannya (Rosyadi, 2004:155).

Allah telah menyuruh umatnya untuk menjadikan Al Qur’an dan

As Sunnah sebagai pedoman dalam melangsungkan kehidupan. Begitu

juga dalam pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan Al Qur’an dan As

(32)

Artinya : 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (Al Qur’an dan Terjemah Departemen Agama RI, hal:88).

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat qauliyah kepada manusia melalui

perantara malaikat Jibril dan nabi-nabi, Ia juga membentangkan ayat-ayat

kauniyah secara nyata, yaitu alam semesta dengan segala macam partikel

dan heteroginitas. Berbagai entitas yang ada di dalamnya: langit yang

begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya, laut yang begitu

membahana dengan kekayaan ikan dan aneka primate yang

dikandungannya, bumi yang bulat dengan segala yang dilahirkannya;

pepohonan, bebukitan, gunung-gunung, berbagai macam binatang dan lain

sebagainya (Rosyadi, 2004: 156).

Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya, ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial bagaimana bersikap dan berperilaku mulia: patuh pada

kefitrian kodrat, harmoni yang begitu menentramkan, kerelaan yang tulus

dalam membahagiakan umat manusia. Ditilik dari wacana pedagogis, hal

itu amatlah berarti bagi kelangsungan proses pendidikan demi tercapainya

tujuan pendidikan.bukan hanya tumpukan ilmu dan kepandaian, tapi juga

(33)

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam

untuk menetapkan dan menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam

hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al Qur’an dan As

Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan

termasuk pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al Qur’an dan As

Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang

diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al Qur’an

dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu

sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan setelah Rasul Allah wafat.

Namun, ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al

Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dan para ahli

pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang

berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada

kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus

dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup (Daradjat,

2011:21-22).

C. Komponen Pendidikan Islam

1. Tujuan

Sebelum lebih jauh mengetahui tujuan pendidikan Islam, terlebih

dahulu mari lihat apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara

(34)

terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang diharapakan tercapai setelah

sebuah usaha atau kegiatan selesai”.

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh

kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan, menurut jenisnya, terbagi dalam

beberapa jenis, yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, kurikuler, dan

instruksional. Atau Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin

dicapai oleh suatu bangsa; tujuan institusional adalah tujuan pendidikan

yang ingin dicapai suatu lembaga pendidikan; tujuan kurikuler adalah

tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu;

dan tujuan Instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh

suatu pokok atau sub-pokok bahasan tertentu (Suwarno, 2006: 33).

Selain itu menurut ‘Atiyah Al Abrasyi, mengemukakan rincian

aplikasi dari tujuan pendidikan Islam tersebut:

1. Untuk membantu pembentukan akhlak mulia.

2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

3. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit).

4. Menyiapkan peserta didik dari segi professional

5. Persiapan untuk mencari rezeki (Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya

Pasa. 2012: 8).

Menurut al Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman,

tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi yaitu: (1) insan

purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.; (2) insan

(35)

akhirat. Kebahagaian dunia akhirat dalam pandangan al Ghazali adalah

menempatkan kebahagian dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagian

yang lebih memiliki nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah yang

diprioritaskan (Mujib, 2006).

Dengan demikian tujuan pendidikan Islam yaitu untuk menjadikan

manusia yang beriman, manusia yang shaleh, berkualitas dalam kehidupan

pribadi dan sosial.

2. Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia

pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Dalam istilah tasawuf, peserta didik seringkali disebut dengan

“murid” atau thalib. Secara etimologi, murid berarti “orang yang

menghendaki”. Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah

“pencari hakikat dibawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing

spriritual (mursyid)”. Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang

mencari”, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah “penempuh jalan

spiritual, dimana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai

derajat sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta

didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk

perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib) (Mujib,

(36)

Manusia lahir dengan membawa muatan nilai yang signifikan

dalam totalitas kehidupannya, yang disebut potensi (fitrah). Fitrah manusia

tidak akan berkembang dan tumbuh dengan baik tanpa adanya bimbingan

faktor dari luar. Faktor luar yang paling strategis untuk menumbuh

kembangkan potensi manusia adalah lewat pendidikan. Karenanya

pendidikan harus memandang anak didik sebagai orang yang belum

dewasa dan sedang dalam masa perkembangannya menuju kedewasaan

(Rosyadi. 2004: 198)

3. Pendidik

Dalam teori Barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang

bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya

mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),

kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa) (Mujib, 2006:87). Pendidik

adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk

mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain,

pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta

didik kearah kedewasaan. Sedangkan secara akademis, pendidik adalah

tenaga kerja kependidikan, yakni anggota masyarakat yang mengabdikan

diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang

berkualifikasi sebagai pendidik, dosen, konselor, pamong belajar,

widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai

dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

(37)

Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan

murrabi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. Kelima istilah

tersebut mempunyai tempat tersendiri menurut peristilahan yang pakai

dalam pendidikan dalam konteks Islam. Murrabi, merupakan orang yang

mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta

mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak

menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

Mualim, orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya

serta menjalaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi

teoritris dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer imu pengetahuan,

internalisasi, serta implementasi (amaliah). Mu’addib yaitu orang yang

mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam

membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. Mudarris, orang

yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarharui

pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha

mencerdaskan peserta didiknya, membrantas kebodohan mereka, serta

melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya.Mursyid, orang yang mampu menjadi model atau sentral,

identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan, dan konsultan bagi

peserta didiknya (Mujib, 2006:92).

Disamping itu, istilah pendidik kadang kala disebut melalui

gelarnya, seperti istilah ustadz dan al syaykh. Pendidik dalam Islam adalah

(38)

didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik,

baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).

Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan

rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri

dan memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan

mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk

individu yang mandiri (Mujib, 2006:87).

Al Ghazali memberikan tempat terhormat profesi mengajar. Ia

banyak mengutip teks AlQur’an dan al Hadits untuk memperkuat

argumentasinya bahwa profesi mmerupakan tugas yang palin utama dan

mulia. Al Ghazali, dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin sendiri telah

menyejajarkan para pendidik dengan deretan para nabi, sebagaimana

ditulis:

(39)

Posisi pendidik yang sangat mulia itu sebagai konsekuensi atas

posisi strategis pendidik di tengah komunitas masyarakat. Al Ghazali pun

bersepakat bahwa profesi pendidik harus mendapatkan perhatian serius.

4. Kurikulum

Salah satu komponen dalam operasional pendidikan Islam adalah

kurikulum. Kurikulum merupakan materi yang diajarkan yang tersusun

secara sistematik dan sesuai dengan arah dan tujuan. Tidak hanya itu

kurikulum juga merupakan segala usaha sekolah untuk mempengaruhi

anak didik untuk belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah,

atau di luar sekolah, semua itu termasuk dalam kurikulum.

Menurut Dr. Addamadasy Sarhan dan Dr. Munir Kamil,

mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman-pengalaman

pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni yang disediakan oleh

sekolah bagi anak didiknya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud

menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan

merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun

pengertian kurikulum menurut pandangan para ahli pendidikan modern

adalah berupa pengalaman belajar, baik di dalam maupun di luar

(40)

Dalam fungsi pendidikan, kedudukan kurikulum sangat

mempengaruhi perkembangan pendidikan dan tercapainya tujuan-tujuan

pendidikan.Selain itu ada beberapa fungsi kurikulum (Rosyadi.

2004:245-246) antara lain:

a) Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Fungsi kurikulum adalah sebagai instrumen atau jembatan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b) Fungsi kurikulum bagi anak.

Fungsi kurikulum bagi anak yaitu kurikulum sebagai organisasi belajar

tersusun dan disiapkan untuk anak didik sebagai salah satu konsumsi

pendidikan mereka. Dengan ini, maka diharapkan mereka akan

mendapatkan pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan seiring

dengan perkembangan anak guna melengkapi bekal hidupnya.

c) Fungsi kurikulum bagi guru.

Fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai pedoman kerja dalam

menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar pada anak didik

serta sebagai pedoman evaluasi terhadap perkembangan anak dalam

rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

d) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah.

Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisior memiliki

tanggung jawab dalam memantau dan memperbaiki kurikulum yang

ada sehingga dapat terwujud suatu proses pendidikan dengan baik serta

(41)

e) Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.

Fungsi bagi orang tua yaitu agar orang tua dapat turut serta membantu

usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.

f) Fungsi Kurikulum bagi sekolah pada tingkat diatasnya.

Sebagai pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan untuk

penyiapan tenaga baru.

g) Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah

Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat atau

pemakai lulusan dapat melakukan sekurang-kurangnya dua hal, yaitu:

ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program

pendidikan, serta ikut memberikan kritik konstruktif dalam rangka

penyempurnaan program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi

dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan-laapangan kerja.

Karakteristik kurikulum pada pendidikan Islam ialah:

a) Islam menolak dualisme sistem kurikulum dan sekularisme.

b) Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan dan

kandungan-kandungan, metode-metide, alat-alat dan tekniknya.

c) Meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya

d) Ciri-ciri keseimbangan yang relatif diantara kandungan-kandungan

kurikulum dari ilmu-ilmu dan seni, atau kemestian-kemestian,

pengalaman-pengalaman, dan kegiatan-kegiatan yang

(42)

5. Metode

Dalam pelaksanaan pendidikan Islam, tujuan pendidikan dapat

dicapai dengan cara-cara tertentu. Cara-cara tersebut dinamakan dengan

metode. Metode merupakan salah satu unsur pendidikan yang perlu

diperhatikaan dalam penerapannya.

Dalam buku Rosyadi, (2004: 209) ada beberapa pendapat para ahli

pendidikan mengenai pengertian metode sebagai berikut:

a) Prof. Mohd Athiyah al-Abrasy mengartikan metode ialah jalan yang

kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-murid segala macam

pelajaran, dalam segala mata pelajaran.

b) Prof. Mohd. Abd. Rohim Ghunainnah mengartikan metode sebagai

cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan

maksud-maksud pengajaran.

c) Edgar Bruce Wesley mengartikan metode dalam bidang pendidikan

sebagai rentetan kegiatan belajar pada murid-murid, atau ia adalah

proses yang pelaksanaannya yang sempurna menghasilkan proses

belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu berkesan.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli

pendidikan, ada unsur-unsur yang sama pada masing-masing pengertian

diatas yang pada intinya bahwa metode merupakan cara-cara yang

dilakukan untuk bisa mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Metode juga

(43)

sistematik di dalam kurikulum pendidikan sehingga peserta didik mampu

memahaminya.

Rosyadi, (2004: 216) menurut Abdurrahman an-Nahlawi, secara

lebih spesifik dengan terstruktur mengajukan metode-metode dalam

pendidikan Islam sebagai berikut:

a) Metode Hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi

b) Metode dengan kisah-kisah Qurani dan Nabawi.

c) Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi.

d) Mendidik dengan memberi teladan.

e) Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.

f) Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan Mau’izhah

(peringatan)

g) Mendidik dengan Targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat

takut).

6. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang ada dalam

komponen pendidikan, lingkungan ikut serta berperan dalam dunia

pendidikan. Lingkungan dibagi menjadi beberapa yaitu lingkungan

keluarga, masyarakat, sekolah, kerja, dan lain sebagainya. Masing-masing

memiliki peran dalam pembentukan karakter individu. Lingkungan

pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi proses pendidikan.

Lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan

(44)

merupakan dua hal yang saling bertentangan satu sama lain yaitu fitrah

untuk berbuat baik (Islam) dan fitrah untuk berbuat jahat (kafir). Dengan

demikian lingkungan merupakan saran untuk mengembangkan fitrah.

Apabila lingkungan yang melatarbelakangi anak didik itu lebih kondusif

dalam mengembangkan fitrah (potensi) secara maksimal, akan terjadi

perkembangan yang positif. Apabila lingkungan yang melatarbelakangi

perkembangan anak didik itu destruktif dalam mengembangkan fitrah

(potensi) itu, akan terjadi sebaliknya, yaitu perkembangan yang negatif

(Rosyadi, 2004:296)

Ada beberapa lingkungan yang menjadi tempat berlangsungnya

proses pendidikan selain lingkungan sekolah (Daradjat, 2011: 66) antara

lain:

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang

anak kenal. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, begitu besar

peran dan pengaruh lingkungan tersebut untuk pembentukan pondasi

awal anak. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai

dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnnya, artinya tanpa

harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan

diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Disini diletakkan dasar-dasar

pengalaman melalui kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan

akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan

(45)

dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat

penting.

b) Lingkungan Asrama

Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki cirri-ciri

antara lain: sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan anak

dengan keluarganya menjadi terputus atau dengan sengaja diputuskan

dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama anak-anak

sebayanya. Setiap asrama mempunyai suasana tersendiri yang amat

diwarnai oleh para pendidik atau pemimpinnya dan oleh sebagian

besar anggota kelompok dari mana mereka berasal. Seperti: asrama

yatim piatu, asrama tampungan untuk anak-anak didik, asrama untuk

anak-anak nakal atau anak yang memiliki kelainanan, dan sebagainya.

asrama merupakan lingkungan pendidikan yang dibina sedemikian

rupa sesuai dengan tujuannya dalam rangka mengembangkan

kepribadian anak. Dengan cara-cara dan alat sarana prasarana yang

berbeda-beda. Meskipun demikian sedapat mungkin senantiasa

mewujudkan suasana kekeluargaan.

c) Lingkungan kerja

Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke lingkungan kerja

memakan waktu yang lama. Lingkungan kerja merupakan suatu

lingkungan baru yang menuntut berbagai penyesuaian. Bergaul dengan

orang-orang baru dan orang dewasa yang berbeda dari yang pernah

(46)

saling mempengaruhi, karenanya segala tingkah laku orang dewasa di

lingkungan kerja itu dapat berpengaruh besar atas perkembangan

tersebut.

7. Alat pendidikan

Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat

dan metode. Alat pendidikan merupakan media pendidikan, audio Visual

Aids, alat peraga, sarana dan prasarana pendidikan dan sebagainya.

menurut Roestiyah Nk. dkk.: “media pendidikan adalah alat, metode dan

teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi

dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan

pengajaran di sekolah”. Alat pendidikan merupakan segala sesuatu yang

dapat membantu proses pencapaian tujuan pendidikan (Daradjat. 2011:80).

8. Evaluasi Pendidikan

Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan

nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan dunia pendidikan, selain itu sebagai kegiatan menilai

yang terjadi dalam kegiatan pendidikan dan sebagai alat menngukur

sampai dimana penguasaan anak didik terhadap bahan pendidikan yang

telah diberikan (Rosyadi. 2004: 283).

D. Pembiayaan Pendidikan

Pembangunan dalam sektor pendidikan pada dasarnya sama

pentinganya dengan pembangunan sektor ekonomi. Karena tanpa adanya

(47)

memiliki kualitas dan kemampuan yang unggul. Tanpa adanya sumber daya

manusia yang unggul maka pembangunan dalam bidang ekonomi pun tidak

akan berkembang maksimal. Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan baik

bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peran yang

sangat menentukan. Oleh karena itu, pendidikan tanpa didukung biaya yang

memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan sesuai harapan.

Biaya pendidikan merupakan komponen yang penting dalam

penyelenggaraan pendidikan. Dasar pemikirannya adalah pendidikan

merupakan sumber kunci pembangunan ekonomi dan sekaligus sebagai

outcome proses pembangunan. Kepustakaan sumber ekonomi internasional

menerangkan bahwa investasi suatu negara dapat diarahkan untuk pendidikan

bangsa. Melalui investasi pendidikan dapat berpengaruh secara signifikan

terhadap pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia suatu bangsa. Pembiayaan pendidikan adalah uang yang dihasilkan

dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang

mencakup gaji guru, peningkatan professional guru, pengadaan sarana ruang

belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan atau mobile, pengadaan alat-alat

dan buku-buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan

(48)

BAB III

ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH

A. Pengertian

1. Islam

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya

sejak zaman Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi musa, Nabi Isa dan

seterusnya sampai kepada Nabi penutup atau terakhir Nabi Muhammad

SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang

masa, dan spiritual, duniawi dan ukhrawi (PP Muhammadiyah, 2010:51).

Islam merupakan agama yang mengimani satu Tuhan yaitu Allah.

Islam sebagai salah satu agama yang mayoritas dipeluk oleh penduduk

Indonesia. Islam secara bahasa (etimologi) yaitu berserah diri, tunduk, atau

patuh. Agama Islam sebagai agama yang terakhir dan agama Islam

mengakhiri dan menyempurnakan agama sebelumnya yang dianut

hamba-Nya. Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad yaitu

Nabi akhir zaman, Islam ialah ajaran yang diturunkan Allah yang

tercantum dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih berupa

perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hidup

manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang satu

dengan yang lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan yang meliputi

bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah. Islam adalah

(49)

yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia

dengan manusia, agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam (PP

Muhammadiyah, 2010:69)

Selain itu Islam merupakan agama yang benar dan satu-satunya

agama yang diterima Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah Ali Imran

ayat 19 :”Sesungguhnya agama (yang benar) disisi Allah adalah Islam”.

Islam memiliki keistimewaan diantara agama sebelum-sebelumnya yaitu

agama Islam bersifat universal cocok dan sesuai untuk setiap masa, tempat

dan kondisi ummat. Selain itu juga sebagai agama satu-satunya yang

dibenarkan Allah mencakup seluruh aspek kehidupan seperti; akhlak,

ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dll.

2. Muhammadiyah

Muhammadiyah secara bahasa (Etimologi) berasal dari bahasa

Arab “Muhammad” yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir.

Kemudian mendapatkan “ya’ nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi

Muhammadiyah berarti umat Islam yang mengajui dan meyakini bahwa

“Muhammad saw” atau “pengikut Muhammad saw”, yaitu semua orang

Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah

hamba dan pesuruh Allah yang terakhir (Pasha. 2003:119).

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah

amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan untuk menegakan

dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam

(50)

KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 Hijriah yang

bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 di Kota Yogyakarta.

Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang telah menghembuskan

jiwa pembaharuan pemikiran. Islam di Indonesia dan bergerak diberbagai

bidang kehidupan umat (Shobahiya, 2006:26).

Dalam kehidupan Muhammadiyah telah berkiprah melewati

berbagai fase zaman, dinamika organisasi dilalui dengan keikhlasan dan

perjuangan tanpa kenal lelah. Di era penjajahan Muhammadiyah telah

berperan dalam pergerakan kebangkitan nasional menuju kemerdekaan

Indonesia. Kemudian ketika awal kemerdekaan Muhammadiyah berperan

dalam peletakan fondasi bangsa yang berlandaskan pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Di era Orde Baru, Muhammadiyah terus berkiprah

dan berperan dalam pembangunan bangsa. Pergerakan Muhammadiyah

dalam lintasan satu abad itu merupakan perwujudan dari pembaruan

(tajdid) yang dipelopori Kyai Haji Ahmad Dahlan selaku pendiri gerakan

Islam ini. spirit pembaharuan telah melekat dalam gerakan

Muhammadiyah generasi awal untuk memahami dan menerjemahkan

kembali ajaran Islam ke dalam kerja-kerja kemanusian dan

kemasyarakatan yang mencerahkan. Sikap optimis dan pantang menyerah

untuk berjuang mewujudkan Islam dalam pencerahan kehidupan.

Menurut Haedar Nashir, Muhammadiyah dalam memahami ajaran

Islam melakukannya secara komprehensif. Aspek-aspek ajaran Islam,

(51)

(kemasyarakatan), tidak dipisah-pisahkan, meskipun dapat dibedakan satu

sama lain (Nur, 2000:9).

Semua itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus

dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif,

Muhammadiyah dengan misinya mewujudkan masyarakat Islam

yang sebenar-benarnya dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.

Muhammadiyah akan mampu mewujudkan atau mengaktualisasikan

agama Islam menjadi rahmatan lil’alamin dalam kehidupan di muka bumi

ini (Miswanto, 2012:88).

Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan

bangsa dan negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi

melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sebagai mana telah menjadi

panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan

setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara

tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah dan cita-cita hidup, serta

khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai wujud komitmen

dan tanggung jawab dalam mewujudkan “baldatun thayyibatun wa rabbun

ghafur”.

Muhammadiyah juga sebagai organisasi sosial keagamaan

(organisasi kemasyarakatan) yang mengemban misi dakwah amar ma’ruf

nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan komunikatif dalam usaha- usaha

(52)

perjuangannya serta tidak akan tinggal diam menghadapi kondisi-kondisi

kritis yang dialami oleh bangsa dan negara.

B. Deskripsi Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah

Indonesia merupakan bangsa muslim terbesar dengan jumlah

numerikal umat Islam di negeri ini mencapai 87% dari populasi nasional

(sekitar 225 juta jiwa) jumlah yang luar biasa besar. Tetapi jumlah itu hanya

bersifat numerikal dan potensial, belum aktual dan substansial. Karena

kualitaslah bukan kuantitas yang menentukan kemajuan suatu bangsa.

Menurut Bung Karno (Suara Muhammadiyah Edisi No 19 TH ke 101 hlm

28-29) tulisan dengan judul “(Bukan) Bangsa Sontoloyo” yang ditulis oleh

Hajriyanto Y Thohari, bahwa Islam is Progress. Progress artinya lebih tinggi

tingkatannya daripada yang terdahulu. Progress juga berarti ciptaan yang

baru. Islam adalah yang berkemajuan atau progressif. Beliau mengatakan

bahwa Islam sontoloyo, namun kata sontoloyo ini bukan ditujukan terhadap

agama Islam, tetapi kepada umat Islam. Masih banyak di kalangan umat Islam

yang islamnya masih sontoloyo. Karena dengan jumlah populasi terbesar di

Indonesia seharusnya mampu menjadikan Islam sebagai agama yang

rahmatan lil alamin. Banyak para pemuka Islam yang mulai menanamkan

kesadaran akan pentingnya berorganisasi.

Salah satunya yaitu Muhammad Darwisy atau yang lebih dikenal

dengan K.H. Ahmad Dahlan. Beliau dengan berlandaskan Al Qur’an dan

As-Sunnah mendirikan sebuah Organisasi. Organisasi tersebut diberi nama

(53)

Dahlan yang telah melahirkan pandangan Islam berkemajuan, pandangan

tersebut melahirkan ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang

muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Organisasi tersebut

sekarang telah berdiri selama satu abad lebih yaitu sejak 18 November 1912.

Muhammadiyah telah ikut berperan dalam kemajuan Islam di tanah air.

Berdirinya Muhammadiyah di Indonesia ini dilatar belakangi oleh beberapa

faktor antara lain: tidak murninya Islam di Indonesia pada masa itu,

pendidikan Islam yang tidak maju, kemiskinan rakyat, adanya missi dan

zending Kristen, umat Islam bersifat fanatisme sempit, taklid buta, masih

diwarnai konservatisme, formalisme dan tradisionalisme (Shobahiya,

Mahasari, dkk. 2006: 27).

Telah banyak sekali konstribusi Muhammadiyah untuk bangsa

Indonesia. Kemajuan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran Muhammadiyah.

Sejak awal berdiri hingga Muktamar Muhammadiyah ke 47 tanggal 3-7

Agustus 2015 yang lalu di Makasar. Muhammadiyah tetap mengharapkan

Indonesia menjadi negara yang lebih maju. Hal ini tercantum dalam tema yang

diusung dalam Muktamar ke 47 yaitu “Gerakan Pencerahan Untuk Menuju

Indonesia Berkemajuan”. Begitu juga pada Muktamar Muhammadiyah yang

ke 46 tahun 2010 di Yogyakarta yang mengusung tema “Islam yang

Berkemajuan” yang kemudian secara formal dijadikan substansi tentang

pandangan keislaman yang terkandung dalam pernyataan pikiran

(54)

Sejak Muktamar Muhammadiyah yang ke 46 di Yogyakarta tersebut

istilah Islam berkemajuan semakin ramai. Sebelum istilah ini dikenal banyak

orang sebenarnya K.H Ahmad Dahlan telah menggunakan dalam misinya

menjadikan Islam di dunia menjadi modernis. Penggunaan istilah

berkemajuan pertama kali oleh pendiri dan ideolog Muhammadiyah yaitu K.H

Ahmad Dahlan dalam pernyataannya sebagai berikut; “memajoekan hal

agama kepada anggauta-anggautanja” ini muncul pertama kali tahun 1912.

Selain itu dalam edisi awal majalah Suwara Muhammadiyah yang ditulis

dalam bahasa jawa diungkapkan; “karena menurut tuntunan agama kita Islam

serta sesuai dengan kemauan zaman kemajuan”. Selain itu istilah ini juga

digunakan ketika Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968, di

Yogyakarta, dikatakan bahwa karakter masyarakat Islam yang

sebenar-benarnya, salah satu cirinya adalah masyarakat yang maju dan dinamis, serta

dapat menjadi teladan (Amirrachman, 2015;160)

Sesuai apa yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah.

Semangat ini ternyata membuat umat Muhammadiyah menjadi bergairah

untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi munkar. Tema yang diusung pada

Muktamar ke 46 tersebut tampaknya tidak sekedar tema retorika, tetapi

menjadi pemikiran yang esensial dan sistematik yang membuat

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam pembaharuan yang terus menerus

berkiprah dalam memajukan kehidupan umat, bangsa, dan dunia. Islam

(55)

Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang

mengandung nilai-nilai dan ajaran tentang kemajuan dalam pandangan Islam

melekat dengan misi kekhalifahan manusia yang sejalan dengan sunatullah

kehidupan, karena itu setiap muslim baik individu maupun kolektif

berkewajiban menjadikan Islam sebagai agama kemajuan (din al hadharah)

dan umat Islam sebagai pembawa misi kemajuan yang membawa rahmat bagi

kehidupan (Amirrachman, 2015:14).

Kemajuan dalam pandangan Islam yaitu segala sesuatu yang

melahirkan kebaikan baik lahiriah maupun rohaniah. Dalam mewujudkan

Islam berkemajuan Muhammadiyah menggunakan jalan dakwah dan tajdid.

Kedua identitas Muhammadiyah tersebut tercantum dalam Anggaran Dasar

Muhammadiyah Pasal 1 ayat 1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam

bertujuan untuk melaksanakan dan memperjuangkan keyakinan dan cita-cita

hidupnya, Muhammadiyah selalu mendasarkan pada prinsip-prinsip ajaran

Islam, karena adanya keyakinan bahwa hanya Islamlah ajaran yang mampu

mengatur tata kehidupan manusia yang dapat membawa kepada kesejahteraan

hidup dunia dan akhirat. Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan

dakwah dengan cara melakukan seruan dan ajakan kepada seluruh umat

manusia untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Dakwah ini

dilakukan melalui amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan, Muhammadiyah

dikenal sebagai gerakan tajdid karena Muhammadiyah selalu berupaya

melakukan koreksi dan evaluasi terhadap berbagai pemikiran dan pengamalan

(56)

disesuaikan dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Selain itu

Muhammadiyah selalu berusaha untuk melakukan pembaharuan dalam

berbagai bidang kehidupan, yang disesuaikan dengan kemajuan zaman dengan

tidak meninggalkan prinsip-prinsip Islam.

Islam berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam

yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan

refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberal, emansipasi, dan humanisasi yang

terkandung dalam pesan Al Qur’an surah Ali Imran 104 dan 110 yang menjadi

inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis, Islam yang berkemajuan

untuk pencerahan merupakan bentuk transformasi Al Ma’un untuk

menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup

keutamaan, kebangsaan dan kemanusian universal. Transformasi Islam

bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar

meneguhkan dan memperluas pandangan keagamaan yang bersumber Al

Qur’an dan Al sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah tantangan

kehidupan modern abad ke 21 yang sangat kompleks (Amirrachman,

2015:15).

Dikutip dari Suara Muhammadiyah Edisi 17 /TH 96, Hlm 12-13,

tulisan DR H Haedar Natsir, MSI yang berjudul Pandangan Islam yang

Berkemajuan. Bahwa Muhammadiyah dalam perspektif ideologi

keagamaannya sesungguhnya menampilkan pandangan Islam yang

berkemajuan. Idiom “kemajuan”, “maju”, “memajukan”, dan “berkemajuan”

(57)

dalam perjalanan berikutnya. Dalam Statuten pertama kali tahun 1912,

tercantum kata “memajukan” dalam frasa tujuan Muhammadiyah yaitu “….

memajukan hal agama kepada anggauta-anggautanya”.

Islam berkemajuan tampaknya telah menjadi semangat pergerakan

yang tiada henti untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Istilah

Islam berkemajuan bukan berarti akan merubah ketentuan-ketentuan dalam

Islam sendiri, yang dimaksud dalam perubahan berkemajuan yaitu hal-hal

yang sifatnya zhanniy, bukan qath’iy. Dalam Muhammadiyah yang qath’iy itu

jelas, yakni soal akidah, ibadah mahdah dan akhlakul karimah dan itu semua

telah diatur dalam Al Qur’an dan As sunnah.

Pada perkumpulan sebelum Muktamar ke 47 yang diselenggarakan di

Makasar, para intelek dan tokoh Muhammadiyah berkumpul dan berbincang,

dalam acara tersebut Prof. Din Syamsudin mengatakan bahwa "Islam

berkemajuan adalah Islam yang mengedepankan kasih sayang dan

persaudaraan. Apa yang dilakukan Muhammadiyah baik pendidikan, sosial,

kesehatan dan ekonomi bertumpu pada kemanusiaan dan religiusitas" (Upaya

Muhammadiyah wujudkan Indonesia Berkemajuan, selasar budaya.com,

diakses tanggal 31 Mei 2016, Pukul 12.06).

Dikutip dari sebuah artikel yang berjudul “Aktualisasi Islam

berkemajuan dalam sains teknologi dan seni budaya” yang ditulis oleh Prof.

Dr. Dadang Kahmad (Suara Muhammadiyah, No. 17/TH. Ke 96. 1-15

September 2011: 41), Bahwa Muhammadiyah memahami Islam berkemajuan

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual pada paduan suara SD Muhammadiyah Kleco 2 Yogyakarta kelas percobaan A dan B pada berbagai macam lagu

Indium diaktivasi dengan dosis neutron lamb at pada nilai dosis 70 mrem - 2300 mrem, dan aktivitas yang terjadi diukur dengan alat cacah gamma.. Hasil percobaan ini diharapkan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris dan fakta-fakta yang tepat (sahih, benar

Suharsimi Arikunto (2013: 183) menyatakan bahwa “Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah,

Berkaitan dengan kompetensi pedagogik, seorang guru haruslah memiliki pengetahuan yang baik mengenai metode pembelajaran inovatif meliputi metode penyajian, strategi

Gambar 2 menunjukkan bahwa jika terdapat komputer client yang tidak merespon, maka sistem akan langsung mengirimkan sms kepada administrator untuk menginformasikan bahwa

Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

Saat ini sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh bagian tata usaha masih menggunakan sistem manual sebagai contoh data informasi siswa dan guru masih