KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT
MUHAMMADIYAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh :
ISTIANAH LIS HIKMAWATI
NIM 11112172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM
BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh :
ISTIANAH LIS HIKMAWATI
NIM 11112172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
(Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
PERSEMBAHAN
Teruntuk kedua orang tua saya Ibu, Bapak, Mamas, Mba Zety dan Sekar yang
senantiasa mendukung, memotivasi, membimbing, dan mendoakan saya.
Keluarga besar Mbah Khanan dan seluruh saudara, yang selalu memotivasi dan
mendoakan saya.
Sahabat-sahabat saya yang sudah banyak mendukung saya dalam menyelesaikan
skripsi ini
IMMawan dan IMMawati Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Kota Salatiga
Almamaterku Tercinta
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robil’alamin, segala curahan rasa syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “KONSEP
PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN
MENURUT MUHAMMADIYAH”. Skripsi ini disusun guna memperoleh gelar
Sarjana S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
Proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, seperti bantuan kemudahan dalam meminjam buku-buku
perpustakaan (Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan daerah Kota
Salatiga). Demikian pula dalam hal bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai
kalangan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tulus dan ikhlas pada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Bapak Dr. Rahmat
Haryadi, M.Pd.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhyati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak Achmad Maimun M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing, memotivasi, memberikan nasehat, arahan yang sangat
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam (IAIN)
Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian
berlangsung.
7. Keluarga tercinta, Ibu (Suhartini), Bapak (Sadar Wahyono), Mamas dan Istri
(Dede Hikmawan dan Zety Dian Ma’ruf) yang senantiasa memotivasi,
mendukung, membimbing, mendidik dengan sabar. Walau raga terpisah jauh,
tapi kita akan selalu dekat dalam cinta, kasih sayang dan doa.
8. Keluarga Pakde Imam Sutomo dan Bu Nunung, yang selalu memotivasi,
membimbing, menasehati, memberi doa, dan membantu penulis sampai saat
ini. Serta seluruh keluarga besar Mbah Khanan dan Mbah Ambyah.
9. Sahabat-sahabat yang telah banyak melakukan hal terbaik kepada penulis,
sebagai teman dalam susah maupun senang, yang tidak akan pernah bisa
tebalaskan baik budinya khususunya untuk, Mas Emon Ngatemin, Anggih
Ratna Sari, Ririn Agus Triani, Ros Arianti Abbas, Pawitri, Ratna Sri
Wardani, Visi Sofya H.S, dan semuannya yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu
10. Keluarga besar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Salatiga dan
kawan-kawan seperjuangan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa
Pimpinan Komisariat (Ahmad Dahlan, Ibnu Rusyd, Prof. Achmadi, dan Ibnu
Kholdun) yang telah mendampingi, memotivasi dan memberikan pengalaman
keilmuan.
Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan
dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Bagi para pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi tulisan yang baik dikemudian hari.
Salatiga, 17 Februari 2017
ABSTRAK
Hikmawati, Istianah Lis. 2017. Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag.
Kata Kunci: Konsep Pendidikan Islam dan Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah.
Penelitian ini membahas tentang Konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah. Fokus Penelitian yang dikaji yaitu 1. Apa yang dimaksud dengan Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah? 2. Bagaimana konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah?
Penelitian ini menggunakan pendekatan library research yaitu suatu penelitian kepustakaan murni. Dengan demikian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan seperti buku-buku, majalah, dokumen, artikel, perkataan-perkataan, notulen harian, catatan rapat dan sebagainya. Selain itu penelitian ini juga dikombinasikan dengan penelitian lapangan, untuk membantu memperkuat data yang yang telah diperoleh.
bernuansa abstrak, ghaib). Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menyeimbangkan pendidikan yang diperoleh peserta didik dengan lebih menekankan kepada pembinaan moralitas untuk awal pembentukan kerpibadian yang sempurna (insan kamil) dan menjadi individu yang rahmatan lil ‘alamin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Islam ... 12
B. Dasar Pendidikan Islam ... 13
D. Pembiayaan Pendidikan ... 31
BAB III ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH
A. Pengertian Islam dan Muhammadiyah ... 33
B. Deskripsi Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah ... 37
C. Dasar Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah ... 44
D. Ruang lingkup Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah ... 49
BAB IV KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM
BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH
A. Pengertian Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan
menurut Muhammadiyah ... 56
B. Dasar Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut
Muhammadiyah ... 65
C. Komponen Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan
menurut Muhammadiyah ... 68
D. Pembiayaan Pendidikan ... 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 101
C. Penutup... 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI
2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
3. PEDOMAN WAWANCARA
4. TRANSKRIP WAWANCARA
5. DOKUMENTASI
6. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
7. KETERANGAN SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dunia internasional, mutu pendidikan Indonesia masih jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Bahkan dengan negara tetangga
yaitu Malaysia yang menduduki peringkat 65. Berdasarkan data dalam
Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis,
Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang
diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan indonesia berada
di urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Sistem pendidikan yang dianggap
terbaik di Asia adalah Jepang (Amirrachman, 2015:156).
Jika education development index (EDI) ini sebagai ukuran tentang
kualitas pendidikan yang menempatkan Indonesia pada peringkat 69 dari 127
negara, maka ketertinggalan ini tampak cukup memprihatinkan. Tanpa adanya
kualitas pendidikan yang tinggi bangsa ini takkan mampu bersaing dengan
negara lain.
Banyak hal yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh
tertinggal dari negara lain. Berdasarkan analisis kinerja pendidikan di
Indonesia juga menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan-kelemahan yang
termasuk perguruan tinggi, Kedua, bidang pendanaan, dan yang Ketiga,
berkaitan dengan masalah kultural (Danim, 2003).
Selain itu yang menjadikan rendahnya pendidikan yaitu komponen
pendidikan itu sendiri. Hal ini menyebabkan banyak permasalahan, seperti
kualitas pendidikan yang rendah, SDM yang kurang dan banyaknya
penyimpangan moral. Bagaimana nasib bangsa Indonesia di masa yang akan
datang jika kondisi pendidikan terus seperti itu.
Pendidikan di era global dihadapkan pada beberapa tantangan.
Menurut Zamroni, dampak globalisasi terhadap pendidikan setidaknya tampak
pada tiga kecenderungan. Pertama, munculnya kecenderungan dan
komoditisasi atas pendidikan. Kedua, globalisasi melahirkan spirit
internasionalisasi di lembaga pendidikan. Itu berarti pendidikan pun perlu
distandarisasi guna meningkatkan daya saing global. Ketiga¸munculnya
kondisi dimana kemampuan bangsa untuk hidup dalam era global tidak lagi
ditentukan oleh modal yang berupa fisik seperti kekayaan. Tetapi
menggunakan ilmu pengetahuan, jaringan kerja sama dan watak atau moral
yang dimiliki bangsa. Kualitas Sumber daya manusia lebih dipentingkan dari
kekayaan (Amirrachman, 2015:157).
Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik
kualitas pendidikan yang diselenggarakan suatu masyarakat atau bangsa maka
akan diikuti semakin baiknya kualitas masyarakat atau bangsa tersebut.
Dengan kata lain, pendidikan dapat menjadi tolok ukur kualitas dan kemajuan
Hal tersebut tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 dijelaskan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI
nomor 20 tahun 2003:5).
Islam memiliki pengaruh besar dalam perkembangan negara
Indonesia. Salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia membawa kekhawatiran untuk generasi penerus
bangsa. Kekhawatiran ini dijelaskan dalam Q.S An-Nisa 4: 9.
Artinya : hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtceraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah, hal: 78)
Pada ayat tersebut Allah mengharuskan setiap umat untuk tidak
meninggalkan di belakang mereka generasi yang lemah, tak berdaya dan tak
memiliki daya saing dalam kompetensi kehidupan salah satunya yaitu dalam
pendidikan. Dari ayat di atas dapat dipahami betapa pentingnya
Adapun firman Allah yang memberi anjuran tegas kepada umat
Islam agar ada sebagian dari umat Islam untuk memperdalam pengetahuan
agama. Hal ini terdapat dalam salah satu firman Allah QS.At-Taubah/9: 122.
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka Alitu dapat menjaga dirinya.(Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah, hal: 206 ).
Karena Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam maka Islam
pun mempunyai andil besar dalam bidang pendidikan. Melihat kondisi
pendidikan yang masih jauh tertinggal dari negara lain, kini Muhammadiyah
mulai mengedepankan konsep Islam berkemajuan yang diharapkan mampu
untuk memperbaiki dan memajukan Pendidikan di Indonesia khususnya
melalui Pendidikan Islam.
Sudah satu abad Muhammadiyah berkiprah, banyak sekali kontribusi
yang telah dilakukan untuk mewujudkan misinya yaitu menciptakan umat
Islam yang sebenar-benarnya. Terutama dalam pendidikan dan pengajaran,
Bahkan di banyak tempat, dimana pendidikan langka atau kurang, maka
Muhammadiyah dapat mengisi kekurangan itu (Mukti Ali. 1996: 143).
Akan tetapi banyak dari masyarakat yang belum memahami konsep
Islam Berkemajuan. Kalimat Islam berkemajuan sedang ramai
diperbincangkan sebagai gagasan pembaharuan, yang mana secara tidak
langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Tidak hanya itu konsep
Islam berkemajuan juga akan mempengaruhi kemajuan pendidikan Islam di
Indonesia. Maka sangatlah penting untuk mengetahui hakikat dari Islam
berkemajuan dan konsep pendidikan perspektif Islam berkemajuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
menjabarkan konsep pendidikan perspektif Islam berkemajuan menurut
Muhammadiyah. Maka dengan ini peneliti mengambil judul skripsi:
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM
BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini. Rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konsep Islam Berkemajuan oleh
Muhammadiyah?
2. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam
C. Tujuan Penelitian
Dalam Penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa konsep Islam Berkemajuan menurut
Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam
Berkemajuan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas tentang istilah Islam berkemajuan dalam kajian bidang pendidikan.
Sehingga mampu memberikan rmanfaat baik secara Teoritis maupun
praktiknya.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini bisa memberikan pengetahuan atau wacana serta
menjadi rujukan atau referensi mengenai Islam Berkemajuan dan konsep
pendidikan Islam dalam perspektif Islam berkemajuan menurut
Muhammadiyah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau pegangan
bagi pendidik dalam mengembangkan pendidikan Islam. Serta
menerapkan dan melaksanakan pembelajaran pendidikan Islam dengan
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari
penelitian yaitu: jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan
analisis data.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan library research. Penelitian Pustaka
(library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah dan
menggunakan bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, ensiklopedia,
jurnal, majalah, dan sumber pustaka lainnya yang relevan dengan topik
dan masalah yang dikaji sebagai sumber datanya(Hadi,1990:9). Selain itu
penelitian ini juga dikombinasikan dengan penelitian lapangan untuk
membantu memperkuat data yang yang telah diperoleh.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian terdiri dari sumber data primer dan sumber
data sekunder (pendukung).
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data pokok yang digunakan sebagai
bahan utama dalam kajian penelitian ini, berupa data-data yang
berhubungan langsung dengan materi yang diteliti yaitu berjudul Islam
Berkemajuan: Kyai Ahmad Dahlan dalam Catatan Pribadi Kyai Syuja’
(2009). KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah (2010), Islam Berkemajuan untuk Peradaban Dunia
Pendidikan Dalam Muhammadiyah (1994), Ideologi dan Strategi
Muhammadiyah (2008), Studi Kemuhammadiyahan (2006),
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (2000), Ilmu Pendidikan
dalam Perspektif Islam (2014) .
b. Sumber Data Sekunder
Sumber Data Sekunder adalah data pendukung dari data primer.
Data sekunder diambil dari sumber-sumber lain, yang secara tidak
langsung berkaitan dengan materi penelitian yang dilakukan. Seperti:
internet, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga
yang terkait dengan penelitian ini antara lain: Sejarah Pendidikan
Islam, pengantar dasar-dasar kependidikan, KH. Ahmad Dahlan Amal
dan Perjuangannya (2009), Muhammadiyah Menjemput Perubahan
(2005), Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam
(2012), Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Mengemban
Visi Muhammadiyah (2009), Majalah Suara Muhammadiyah,
Pendapat para tokoh Muhammadiyah di Salatiga.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara
membaca, mengkaji, memahami, dan melakukan wawancara serta
menganalisis data yang dapat diperoleh dari buku, skripsi, jurnal, majalah,
artikel, surat kabar, hasil wawancara dan dokumen lainnya yang
4. Teknik Analisis Data
Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan yaitu library
research. Maka data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisa
dengan menggunakan teknik analisis isi (content analyze) yaitu upaya
untuk menafsirkan isi, ide, atau gagasan serta konsep Islam berkemajuan
menurut Muhammadiyah yang kemudian dianalisis dalam konteks
pendidikan Islam. Dengan menggunakan metode ini maka prosedur kerja
yang dilakukan yaitu menentukan maksud atau makna dari istilah Islam
Berkemajuan menurut Muhammadiyah, Selanjutnya penulis akan
menganalisis konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan
menurut Muhammadiyah.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi dalam lima pokok
pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda. Secara
rinci masing-masing bab akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah
dari penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Pendidikan Islam berisi tentang Pengertian Pendidikan Islam,
Dasar pendidikan Islam, Komponen Pendidikan Islam, dan Pembiayaan
Pendidikan.
Bab III Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, berisi tentang
Muhammadiyah, Dasar Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Ruang
lingkup Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah.
Bab IV Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan
menurut Muhammadiyah. Dalam bab ini penulis menjabarkan Konsep
Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah,
yang berisi tentang Deskripsi Pendidikan Islam Perspektif Islam
Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, Dasar Pendidikan Islam Perspektif
Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah, Komponen Pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Pembiayaan
Pendidikan, yang didukung oleh pendapat para tokoh tentang kemajuan
pendidikan Islam dalam perspektif Islam berkemajuan menurut
Muhammadiyah.
Bab V Penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir
berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran serta riwayat hidup
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam dalam teori dan praktik selalu mengalami
perkembangan, hal ini disebabkan karena pendidikan Islam secara teoritik
memiliki dasar dan sumber rujukan yang tidak hanya berisi nalar, melainkan juga
wahyu ini ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan
firman Allah SWT. Terkait dengan masalah pendidikan, kombinasi ini menjadi
ciri khas pendidikan Islam yang tidak dimiliki oleh konsep pendidikan pada
umumnya yang hanya mengandalkan kekuatan dan budaya (Assegaf, 2014: 2).
Pendidikan dimulai dari Proses belajar yang merupakan aktivitas tak
terpisahkan dari kehidupan manusia, yang dapat terjadi di mana pun kita berada.
Seperti di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, kerja dan lain sebagainya.
proses belajar tersebut dinamakan sebagai pendidikan. Islam mengenal pendidikan
dengan pengertian yang menyeluruh yaitu sebagai pengembangan jasmani, akal,
rohani, emosi, dan akhlak. Islam memandang bahwa pendidikan tidak hanya dapat
diperoleh di sekolah namun bisa di luar sekolah. Seperti di rumah, di lingkungan
masyarakat, di jalan, dan lain-lain. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai
pemindahan pengetahuan dari generasi tua ke generasi muda untuk menjaga
pengetahuan yang ada atau bisa disebut sebagai transfer ilmu.
Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan umum dan pendidikan
agama, karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam menjadikan agama
Masyarakat tidak hanya membutuhkan pendidikan umum namun juga
membutuhkan pendidikan agama yaitu pendidikan Islam.
Aktivitas kependidikan Islam ada sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi
Adam dan Hawa), bahkan ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW adalah perintah Iqra’ (membaca, merenungkan,
menelaah, meneliti, mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan
manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan (Muhaimin, 2012). Hingga
sekarang eksistensi pendidikan Islam terus menjadi hal yang menarik untuk
didiskusikan.
A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada
Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah di bumi. Kata
“Islam” dalam “Pendidikan Islam” menunjukkan itu pendidikan tertentu, yaitu
pendidikan yang khusus mencakup hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
Menurut Marimba (1989:19) menyatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama
(Tafsir, 2014:24). Sedangkan Kata “Pendidikan” dalam bahasa Arab berkaitan
atau dekat dengan tiga terma, yaitu ta’lim, tarbiyah atau ta’dib (Shobron,
2009:266). Kata “ta’lim” lebih condong pada aspek pengetahuan kognitif,
sayang, dan ta’dib menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Shobron, 2009:279).
Adapun pengertian pendidikan Islam menurut Muhammad Quthb yaitu
sebagai usaha untuk melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud
manusia, baik dari segi jasmani maupun ruhani, baik dari kehidupan fisik
maupun mentalnya dalam melaksanakan kegiatannya di Bumi ini. Dalam hal
ini Quthb memandang pendidikan Islam sebagai suatu aktifitas yang berusaha
memahami diri manusia secara total melalui berbagai pendekatan dalam
rangka menjalankan kehidupan dunia (Idi. 2006: 47).
Achmadi, pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara
dan mengembangkan fitrah serta sumber daya insani yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma
Islam (Abdullah. 2001:39). Rumusan definisi ini menggambarkan upaya
mengarahkan kepada pengembangan fitrah dan pembentukan manusia
seutuhnya yang sesuai dengan norma Islam. Segala usaha atau ikhtiar
dilakukan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya
insani.
B. Dasar Pendidikan Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan harus mempunyai landasan berpijak yang baik dan kuat. Oleh
karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus
mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan
Nasioanal terdapat dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tercantum bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Suwarno,
2006).
Secara yuridis lembaga pendidikan Islam semakin kokoh setelah terbit
UU No. 2 Tahun 1989 yang secara eksplisit menyebutkan pendidikan
keagaaman termasuk dalam Sisdiknas (Pasal 11 dan 39) hal ini dikuatkan
dalam UU No. 20 tahun 2003, pasal 15, 17, 18, 30, dan 37 (Rohyani,
2015:74). Dengan kekuatan tersebut diharapkan perkembangan kemajuan
pendidikan Islam akan semakin meningkat.
Sedangkan pendidikan Islam sejak awal perkembangannya telah berdiri
tegak di atas dua sumber pokok yang amat penting yaitu Al Qur’an dan
Sunnah Nabi. Di dalam kitab suci ini terkandung ayat mufasshalaat (terinci)
dan ayat-ayat Mubayyinaat (yang memberikan bukti-bukti kebenaran) yang
mendorong kepada orang untuk belajar membaca dan menulis serta untuk
menuntut ilmu, memikirkan, merenungkan dan menganalisis ciptaan langit
dan bumi. Oleh karena itu maka tujuan da’wah Islamiyah adalah untuk
memberi cahaya terang kepada hati nurani dan pikiran serta menambah
kemampuan umat Islam dalam melakukan proses pengajaran dan pendidikan.
Karena Rasullah SAW sendiri diutus pertama-tama untuk menjadi pendidik
Ada beberapa landasan atau dasar dari pendidikan Islam (Rosyadi, 2004)
antara lain:
a) Al-Qur’an
Al Qur’an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah, dan
karenanya ia merupakan dasar bagi hukum mereka. Sebenarnya, Al Qur’an
merupakan himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada Nabi Muhammad
saw dengan perantara malaikat jibril. Al Qur’an tidak diwahyukan secara
keseluruhan, akan tetapi turun secara sebagian-sebagian, sesuai dengan
timbulnya kebutuhan, dalam masa kira-kira dua puluh tiga tahun.
Diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur bertujuan untuk
memecahkan setiap problema yang timbul di masyarakat. Dan juga
menunjukkan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu adalah mustahil,
karena Al Qur’an turun menjadi petunjuk bagi kaum muslimin dari waktu
ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang terjadi.
Al Qur’an menjadi petunjuk manusia untuk menjalankan
kehidupan dan mengatasi problem yang ada. Kebenarannya tidak dapat
diragukan lagi terutama sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,
sebagaiamana dalam Q.S Al Baqarah 2: 2 yang artinya “Kitab (Al Qur’an)
ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
Dalam ayat tersebut yang dimaksud dengan petunjuk yaitu segala aktifitas
b) As Sunnah
As Sunnah merupakan perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rosul Allah SWT. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al
Qur’an. As Sunnah ini sebagai petunjuk dalam segala aktifitas. Karena
Rosulullah sebagai pendidik pertama yang mengajarkan segala sesuatu
kepada manusia. Dijadikannya As Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam
tidak terlepas dari fungsi As Sunnah itu sendiri terhadap Al Qur’an. Fungsi
As Sunnah terhadap Al Qur’an adalah sangat penting yaitu a) As Sunnah
menerangkan ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat umum. maka dengan
sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang diterangkan. b)
Sunnah mengkhidmati Al Qur’an. Memang As Sunnah menjelaskan
mujmal Al Qur’an, menerangkan musykilnya dan memanjangkan
keringkasannya (Rosyadi, 2004:155).
Allah telah menyuruh umatnya untuk menjadikan Al Qur’an dan
As Sunnah sebagai pedoman dalam melangsungkan kehidupan. Begitu
juga dalam pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan Al Qur’an dan As
Artinya : 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (Al Qur’an dan Terjemah Departemen Agama RI, hal:88).
c) Al-Kaun
Selain menurunkan ayat-ayat qauliyah kepada manusia melalui
perantara malaikat Jibril dan nabi-nabi, Ia juga membentangkan ayat-ayat
kauniyah secara nyata, yaitu alam semesta dengan segala macam partikel
dan heteroginitas. Berbagai entitas yang ada di dalamnya: langit yang
begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya, laut yang begitu
membahana dengan kekayaan ikan dan aneka primate yang
dikandungannya, bumi yang bulat dengan segala yang dilahirkannya;
pepohonan, bebukitan, gunung-gunung, berbagai macam binatang dan lain
sebagainya (Rosyadi, 2004: 156).
Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan
jejak-jejak keagunganNya, ia juga merupakan himpunan-himpunan teks
secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia
secara mondial bagaimana bersikap dan berperilaku mulia: patuh pada
kefitrian kodrat, harmoni yang begitu menentramkan, kerelaan yang tulus
dalam membahagiakan umat manusia. Ditilik dari wacana pedagogis, hal
itu amatlah berarti bagi kelangsungan proses pendidikan demi tercapainya
tujuan pendidikan.bukan hanya tumpukan ilmu dan kepandaian, tapi juga
d) Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam
untuk menetapkan dan menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam
hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al Qur’an dan As
Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan
termasuk pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al Qur’an dan As
Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang
diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al Qur’an
dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu
sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan setelah Rasul Allah wafat.
Namun, ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al
Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dan para ahli
pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada
kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus
dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup (Daradjat,
2011:21-22).
C. Komponen Pendidikan Islam
1. Tujuan
Sebelum lebih jauh mengetahui tujuan pendidikan Islam, terlebih
dahulu mari lihat apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara
terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang diharapakan tercapai setelah
sebuah usaha atau kegiatan selesai”.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan, menurut jenisnya, terbagi dalam
beberapa jenis, yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, kurikuler, dan
instruksional. Atau Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin
dicapai oleh suatu bangsa; tujuan institusional adalah tujuan pendidikan
yang ingin dicapai suatu lembaga pendidikan; tujuan kurikuler adalah
tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu;
dan tujuan Instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh
suatu pokok atau sub-pokok bahasan tertentu (Suwarno, 2006: 33).
Selain itu menurut ‘Atiyah Al Abrasyi, mengemukakan rincian
aplikasi dari tujuan pendidikan Islam tersebut:
1. Untuk membantu pembentukan akhlak mulia.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
3. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit).
4. Menyiapkan peserta didik dari segi professional
5. Persiapan untuk mencari rezeki (Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya
Pasa. 2012: 8).
Menurut al Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman,
tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi yaitu: (1) insan
purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.; (2) insan
akhirat. Kebahagaian dunia akhirat dalam pandangan al Ghazali adalah
menempatkan kebahagian dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagian
yang lebih memiliki nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah yang
diprioritaskan (Mujib, 2006).
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam yaitu untuk menjadikan
manusia yang beriman, manusia yang shaleh, berkualitas dalam kehidupan
pribadi dan sosial.
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dalam istilah tasawuf, peserta didik seringkali disebut dengan
“murid” atau thalib. Secara etimologi, murid berarti “orang yang
menghendaki”. Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah
“pencari hakikat dibawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing
spriritual (mursyid)”. Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang
mencari”, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah “penempuh jalan
spiritual, dimana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai
derajat sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta
didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk
perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib) (Mujib,
Manusia lahir dengan membawa muatan nilai yang signifikan
dalam totalitas kehidupannya, yang disebut potensi (fitrah). Fitrah manusia
tidak akan berkembang dan tumbuh dengan baik tanpa adanya bimbingan
faktor dari luar. Faktor luar yang paling strategis untuk menumbuh
kembangkan potensi manusia adalah lewat pendidikan. Karenanya
pendidikan harus memandang anak didik sebagai orang yang belum
dewasa dan sedang dalam masa perkembangannya menuju kedewasaan
(Rosyadi. 2004: 198)
3. Pendidik
Dalam teori Barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa) (Mujib, 2006:87). Pendidik
adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain,
pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta
didik kearah kedewasaan. Sedangkan secara akademis, pendidik adalah
tenaga kerja kependidikan, yakni anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang
berkualifikasi sebagai pendidik, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan
murrabi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. Kelima istilah
tersebut mempunyai tempat tersendiri menurut peristilahan yang pakai
dalam pendidikan dalam konteks Islam. Murrabi, merupakan orang yang
mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta
mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
Mualim, orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya
serta menjalaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi
teoritris dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer imu pengetahuan,
internalisasi, serta implementasi (amaliah). Mu’addib yaitu orang yang
mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam
membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. Mudarris, orang
yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarharui
pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, membrantas kebodohan mereka, serta
melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.Mursyid, orang yang mampu menjadi model atau sentral,
identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan, dan konsultan bagi
peserta didiknya (Mujib, 2006:92).
Disamping itu, istilah pendidik kadang kala disebut melalui
gelarnya, seperti istilah ustadz dan al syaykh. Pendidik dalam Islam adalah
didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik,
baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri
dan memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan
mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri (Mujib, 2006:87).
Al Ghazali memberikan tempat terhormat profesi mengajar. Ia
banyak mengutip teks AlQur’an dan al Hadits untuk memperkuat
argumentasinya bahwa profesi mmerupakan tugas yang palin utama dan
mulia. Al Ghazali, dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin sendiri telah
menyejajarkan para pendidik dengan deretan para nabi, sebagaimana
ditulis:
Posisi pendidik yang sangat mulia itu sebagai konsekuensi atas
posisi strategis pendidik di tengah komunitas masyarakat. Al Ghazali pun
bersepakat bahwa profesi pendidik harus mendapatkan perhatian serius.
4. Kurikulum
Salah satu komponen dalam operasional pendidikan Islam adalah
kurikulum. Kurikulum merupakan materi yang diajarkan yang tersusun
secara sistematik dan sesuai dengan arah dan tujuan. Tidak hanya itu
kurikulum juga merupakan segala usaha sekolah untuk mempengaruhi
anak didik untuk belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah,
atau di luar sekolah, semua itu termasuk dalam kurikulum.
Menurut Dr. Addamadasy Sarhan dan Dr. Munir Kamil,
mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman-pengalaman
pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni yang disediakan oleh
sekolah bagi anak didiknya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud
menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan
merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun
pengertian kurikulum menurut pandangan para ahli pendidikan modern
adalah berupa pengalaman belajar, baik di dalam maupun di luar
Dalam fungsi pendidikan, kedudukan kurikulum sangat
mempengaruhi perkembangan pendidikan dan tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan.Selain itu ada beberapa fungsi kurikulum (Rosyadi.
2004:245-246) antara lain:
a) Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Fungsi kurikulum adalah sebagai instrumen atau jembatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b) Fungsi kurikulum bagi anak.
Fungsi kurikulum bagi anak yaitu kurikulum sebagai organisasi belajar
tersusun dan disiapkan untuk anak didik sebagai salah satu konsumsi
pendidikan mereka. Dengan ini, maka diharapkan mereka akan
mendapatkan pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan seiring
dengan perkembangan anak guna melengkapi bekal hidupnya.
c) Fungsi kurikulum bagi guru.
Fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai pedoman kerja dalam
menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar pada anak didik
serta sebagai pedoman evaluasi terhadap perkembangan anak dalam
rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
d) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah.
Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisior memiliki
tanggung jawab dalam memantau dan memperbaiki kurikulum yang
ada sehingga dapat terwujud suatu proses pendidikan dengan baik serta
e) Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.
Fungsi bagi orang tua yaitu agar orang tua dapat turut serta membantu
usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.
f) Fungsi Kurikulum bagi sekolah pada tingkat diatasnya.
Sebagai pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan untuk
penyiapan tenaga baru.
g) Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah
Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat atau
pemakai lulusan dapat melakukan sekurang-kurangnya dua hal, yaitu:
ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program
pendidikan, serta ikut memberikan kritik konstruktif dalam rangka
penyempurnaan program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi
dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan-laapangan kerja.
Karakteristik kurikulum pada pendidikan Islam ialah:
a) Islam menolak dualisme sistem kurikulum dan sekularisme.
b) Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan dan
kandungan-kandungan, metode-metide, alat-alat dan tekniknya.
c) Meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya
d) Ciri-ciri keseimbangan yang relatif diantara kandungan-kandungan
kurikulum dari ilmu-ilmu dan seni, atau kemestian-kemestian,
pengalaman-pengalaman, dan kegiatan-kegiatan yang
5. Metode
Dalam pelaksanaan pendidikan Islam, tujuan pendidikan dapat
dicapai dengan cara-cara tertentu. Cara-cara tersebut dinamakan dengan
metode. Metode merupakan salah satu unsur pendidikan yang perlu
diperhatikaan dalam penerapannya.
Dalam buku Rosyadi, (2004: 209) ada beberapa pendapat para ahli
pendidikan mengenai pengertian metode sebagai berikut:
a) Prof. Mohd Athiyah al-Abrasy mengartikan metode ialah jalan yang
kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-murid segala macam
pelajaran, dalam segala mata pelajaran.
b) Prof. Mohd. Abd. Rohim Ghunainnah mengartikan metode sebagai
cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan
maksud-maksud pengajaran.
c) Edgar Bruce Wesley mengartikan metode dalam bidang pendidikan
sebagai rentetan kegiatan belajar pada murid-murid, atau ia adalah
proses yang pelaksanaannya yang sempurna menghasilkan proses
belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu berkesan.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan, ada unsur-unsur yang sama pada masing-masing pengertian
diatas yang pada intinya bahwa metode merupakan cara-cara yang
dilakukan untuk bisa mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Metode juga
sistematik di dalam kurikulum pendidikan sehingga peserta didik mampu
memahaminya.
Rosyadi, (2004: 216) menurut Abdurrahman an-Nahlawi, secara
lebih spesifik dengan terstruktur mengajukan metode-metode dalam
pendidikan Islam sebagai berikut:
a) Metode Hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
b) Metode dengan kisah-kisah Qurani dan Nabawi.
c) Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi.
d) Mendidik dengan memberi teladan.
e) Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.
f) Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan Mau’izhah
(peringatan)
g) Mendidik dengan Targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
takut).
6. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang ada dalam
komponen pendidikan, lingkungan ikut serta berperan dalam dunia
pendidikan. Lingkungan dibagi menjadi beberapa yaitu lingkungan
keluarga, masyarakat, sekolah, kerja, dan lain sebagainya. Masing-masing
memiliki peran dalam pembentukan karakter individu. Lingkungan
pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi proses pendidikan.
Lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan
merupakan dua hal yang saling bertentangan satu sama lain yaitu fitrah
untuk berbuat baik (Islam) dan fitrah untuk berbuat jahat (kafir). Dengan
demikian lingkungan merupakan saran untuk mengembangkan fitrah.
Apabila lingkungan yang melatarbelakangi anak didik itu lebih kondusif
dalam mengembangkan fitrah (potensi) secara maksimal, akan terjadi
perkembangan yang positif. Apabila lingkungan yang melatarbelakangi
perkembangan anak didik itu destruktif dalam mengembangkan fitrah
(potensi) itu, akan terjadi sebaliknya, yaitu perkembangan yang negatif
(Rosyadi, 2004:296)
Ada beberapa lingkungan yang menjadi tempat berlangsungnya
proses pendidikan selain lingkungan sekolah (Daradjat, 2011: 66) antara
lain:
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang
anak kenal. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, begitu besar
peran dan pengaruh lingkungan tersebut untuk pembentukan pondasi
awal anak. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai
dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnnya, artinya tanpa
harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan
diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Disini diletakkan dasar-dasar
pengalaman melalui kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan
akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan
dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat
penting.
b) Lingkungan Asrama
Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki cirri-ciri
antara lain: sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan anak
dengan keluarganya menjadi terputus atau dengan sengaja diputuskan
dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama anak-anak
sebayanya. Setiap asrama mempunyai suasana tersendiri yang amat
diwarnai oleh para pendidik atau pemimpinnya dan oleh sebagian
besar anggota kelompok dari mana mereka berasal. Seperti: asrama
yatim piatu, asrama tampungan untuk anak-anak didik, asrama untuk
anak-anak nakal atau anak yang memiliki kelainanan, dan sebagainya.
asrama merupakan lingkungan pendidikan yang dibina sedemikian
rupa sesuai dengan tujuannya dalam rangka mengembangkan
kepribadian anak. Dengan cara-cara dan alat sarana prasarana yang
berbeda-beda. Meskipun demikian sedapat mungkin senantiasa
mewujudkan suasana kekeluargaan.
c) Lingkungan kerja
Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke lingkungan kerja
memakan waktu yang lama. Lingkungan kerja merupakan suatu
lingkungan baru yang menuntut berbagai penyesuaian. Bergaul dengan
orang-orang baru dan orang dewasa yang berbeda dari yang pernah
saling mempengaruhi, karenanya segala tingkah laku orang dewasa di
lingkungan kerja itu dapat berpengaruh besar atas perkembangan
tersebut.
7. Alat pendidikan
Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat
dan metode. Alat pendidikan merupakan media pendidikan, audio Visual
Aids, alat peraga, sarana dan prasarana pendidikan dan sebagainya.
menurut Roestiyah Nk. dkk.: “media pendidikan adalah alat, metode dan
teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi
dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah”. Alat pendidikan merupakan segala sesuatu yang
dapat membantu proses pencapaian tujuan pendidikan (Daradjat. 2011:80).
8. Evaluasi Pendidikan
Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan
nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan dunia pendidikan, selain itu sebagai kegiatan menilai
yang terjadi dalam kegiatan pendidikan dan sebagai alat menngukur
sampai dimana penguasaan anak didik terhadap bahan pendidikan yang
telah diberikan (Rosyadi. 2004: 283).
D. Pembiayaan Pendidikan
Pembangunan dalam sektor pendidikan pada dasarnya sama
pentinganya dengan pembangunan sektor ekonomi. Karena tanpa adanya
memiliki kualitas dan kemampuan yang unggul. Tanpa adanya sumber daya
manusia yang unggul maka pembangunan dalam bidang ekonomi pun tidak
akan berkembang maksimal. Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan baik
bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peran yang
sangat menentukan. Oleh karena itu, pendidikan tanpa didukung biaya yang
memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan sesuai harapan.
Biaya pendidikan merupakan komponen yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dasar pemikirannya adalah pendidikan
merupakan sumber kunci pembangunan ekonomi dan sekaligus sebagai
outcome proses pembangunan. Kepustakaan sumber ekonomi internasional
menerangkan bahwa investasi suatu negara dapat diarahkan untuk pendidikan
bangsa. Melalui investasi pendidikan dapat berpengaruh secara signifikan
terhadap pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia suatu bangsa. Pembiayaan pendidikan adalah uang yang dihasilkan
dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang
mencakup gaji guru, peningkatan professional guru, pengadaan sarana ruang
belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan atau mobile, pengadaan alat-alat
dan buku-buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan
BAB III
ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH
A. Pengertian
1. Islam
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya
sejak zaman Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi musa, Nabi Isa dan
seterusnya sampai kepada Nabi penutup atau terakhir Nabi Muhammad
SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan spiritual, duniawi dan ukhrawi (PP Muhammadiyah, 2010:51).
Islam merupakan agama yang mengimani satu Tuhan yaitu Allah.
Islam sebagai salah satu agama yang mayoritas dipeluk oleh penduduk
Indonesia. Islam secara bahasa (etimologi) yaitu berserah diri, tunduk, atau
patuh. Agama Islam sebagai agama yang terakhir dan agama Islam
mengakhiri dan menyempurnakan agama sebelumnya yang dianut
hamba-Nya. Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad yaitu
Nabi akhir zaman, Islam ialah ajaran yang diturunkan Allah yang
tercantum dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih berupa
perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hidup
manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan yang meliputi
bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah. Islam adalah
yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia
dengan manusia, agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam (PP
Muhammadiyah, 2010:69)
Selain itu Islam merupakan agama yang benar dan satu-satunya
agama yang diterima Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah Ali Imran
ayat 19 :”Sesungguhnya agama (yang benar) disisi Allah adalah Islam”.
Islam memiliki keistimewaan diantara agama sebelum-sebelumnya yaitu
agama Islam bersifat universal cocok dan sesuai untuk setiap masa, tempat
dan kondisi ummat. Selain itu juga sebagai agama satu-satunya yang
dibenarkan Allah mencakup seluruh aspek kehidupan seperti; akhlak,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dll.
2. Muhammadiyah
Muhammadiyah secara bahasa (Etimologi) berasal dari bahasa
Arab “Muhammad” yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir.
Kemudian mendapatkan “ya’ nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi
Muhammadiyah berarti umat Islam yang mengajui dan meyakini bahwa
“Muhammad saw” atau “pengikut Muhammad saw”, yaitu semua orang
Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah
hamba dan pesuruh Allah yang terakhir (Pasha. 2003:119).
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah
amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan untuk menegakan
dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 Hijriah yang
bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 di Kota Yogyakarta.
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang telah menghembuskan
jiwa pembaharuan pemikiran. Islam di Indonesia dan bergerak diberbagai
bidang kehidupan umat (Shobahiya, 2006:26).
Dalam kehidupan Muhammadiyah telah berkiprah melewati
berbagai fase zaman, dinamika organisasi dilalui dengan keikhlasan dan
perjuangan tanpa kenal lelah. Di era penjajahan Muhammadiyah telah
berperan dalam pergerakan kebangkitan nasional menuju kemerdekaan
Indonesia. Kemudian ketika awal kemerdekaan Muhammadiyah berperan
dalam peletakan fondasi bangsa yang berlandaskan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Di era Orde Baru, Muhammadiyah terus berkiprah
dan berperan dalam pembangunan bangsa. Pergerakan Muhammadiyah
dalam lintasan satu abad itu merupakan perwujudan dari pembaruan
(tajdid) yang dipelopori Kyai Haji Ahmad Dahlan selaku pendiri gerakan
Islam ini. spirit pembaharuan telah melekat dalam gerakan
Muhammadiyah generasi awal untuk memahami dan menerjemahkan
kembali ajaran Islam ke dalam kerja-kerja kemanusian dan
kemasyarakatan yang mencerahkan. Sikap optimis dan pantang menyerah
untuk berjuang mewujudkan Islam dalam pencerahan kehidupan.
Menurut Haedar Nashir, Muhammadiyah dalam memahami ajaran
Islam melakukannya secara komprehensif. Aspek-aspek ajaran Islam,
(kemasyarakatan), tidak dipisah-pisahkan, meskipun dapat dibedakan satu
sama lain (Nur, 2000:9).
Semua itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus
dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif,
Muhammadiyah dengan misinya mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Muhammadiyah akan mampu mewujudkan atau mengaktualisasikan
agama Islam menjadi rahmatan lil’alamin dalam kehidupan di muka bumi
ini (Miswanto, 2012:88).
Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan
bangsa dan negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sebagai mana telah menjadi
panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan
setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara
tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah dan cita-cita hidup, serta
khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai wujud komitmen
dan tanggung jawab dalam mewujudkan “baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafur”.
Muhammadiyah juga sebagai organisasi sosial keagamaan
(organisasi kemasyarakatan) yang mengemban misi dakwah amar ma’ruf
nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan komunikatif dalam usaha- usaha
perjuangannya serta tidak akan tinggal diam menghadapi kondisi-kondisi
kritis yang dialami oleh bangsa dan negara.
B. Deskripsi Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah
Indonesia merupakan bangsa muslim terbesar dengan jumlah
numerikal umat Islam di negeri ini mencapai 87% dari populasi nasional
(sekitar 225 juta jiwa) jumlah yang luar biasa besar. Tetapi jumlah itu hanya
bersifat numerikal dan potensial, belum aktual dan substansial. Karena
kualitaslah bukan kuantitas yang menentukan kemajuan suatu bangsa.
Menurut Bung Karno (Suara Muhammadiyah Edisi No 19 TH ke 101 hlm
28-29) tulisan dengan judul “(Bukan) Bangsa Sontoloyo” yang ditulis oleh
Hajriyanto Y Thohari, bahwa Islam is Progress. Progress artinya lebih tinggi
tingkatannya daripada yang terdahulu. Progress juga berarti ciptaan yang
baru. Islam adalah yang berkemajuan atau progressif. Beliau mengatakan
bahwa Islam sontoloyo, namun kata sontoloyo ini bukan ditujukan terhadap
agama Islam, tetapi kepada umat Islam. Masih banyak di kalangan umat Islam
yang islamnya masih sontoloyo. Karena dengan jumlah populasi terbesar di
Indonesia seharusnya mampu menjadikan Islam sebagai agama yang
rahmatan lil alamin. Banyak para pemuka Islam yang mulai menanamkan
kesadaran akan pentingnya berorganisasi.
Salah satunya yaitu Muhammad Darwisy atau yang lebih dikenal
dengan K.H. Ahmad Dahlan. Beliau dengan berlandaskan Al Qur’an dan
As-Sunnah mendirikan sebuah Organisasi. Organisasi tersebut diberi nama
Dahlan yang telah melahirkan pandangan Islam berkemajuan, pandangan
tersebut melahirkan ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang
muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Organisasi tersebut
sekarang telah berdiri selama satu abad lebih yaitu sejak 18 November 1912.
Muhammadiyah telah ikut berperan dalam kemajuan Islam di tanah air.
Berdirinya Muhammadiyah di Indonesia ini dilatar belakangi oleh beberapa
faktor antara lain: tidak murninya Islam di Indonesia pada masa itu,
pendidikan Islam yang tidak maju, kemiskinan rakyat, adanya missi dan
zending Kristen, umat Islam bersifat fanatisme sempit, taklid buta, masih
diwarnai konservatisme, formalisme dan tradisionalisme (Shobahiya,
Mahasari, dkk. 2006: 27).
Telah banyak sekali konstribusi Muhammadiyah untuk bangsa
Indonesia. Kemajuan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran Muhammadiyah.
Sejak awal berdiri hingga Muktamar Muhammadiyah ke 47 tanggal 3-7
Agustus 2015 yang lalu di Makasar. Muhammadiyah tetap mengharapkan
Indonesia menjadi negara yang lebih maju. Hal ini tercantum dalam tema yang
diusung dalam Muktamar ke 47 yaitu “Gerakan Pencerahan Untuk Menuju
Indonesia Berkemajuan”. Begitu juga pada Muktamar Muhammadiyah yang
ke 46 tahun 2010 di Yogyakarta yang mengusung tema “Islam yang
Berkemajuan” yang kemudian secara formal dijadikan substansi tentang
pandangan keislaman yang terkandung dalam pernyataan pikiran
Sejak Muktamar Muhammadiyah yang ke 46 di Yogyakarta tersebut
istilah Islam berkemajuan semakin ramai. Sebelum istilah ini dikenal banyak
orang sebenarnya K.H Ahmad Dahlan telah menggunakan dalam misinya
menjadikan Islam di dunia menjadi modernis. Penggunaan istilah
berkemajuan pertama kali oleh pendiri dan ideolog Muhammadiyah yaitu K.H
Ahmad Dahlan dalam pernyataannya sebagai berikut; “memajoekan hal
agama kepada anggauta-anggautanja” ini muncul pertama kali tahun 1912.
Selain itu dalam edisi awal majalah Suwara Muhammadiyah yang ditulis
dalam bahasa jawa diungkapkan; “karena menurut tuntunan agama kita Islam
serta sesuai dengan kemauan zaman kemajuan”. Selain itu istilah ini juga
digunakan ketika Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968, di
Yogyakarta, dikatakan bahwa karakter masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya, salah satu cirinya adalah masyarakat yang maju dan dinamis, serta
dapat menjadi teladan (Amirrachman, 2015;160)
Sesuai apa yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah.
Semangat ini ternyata membuat umat Muhammadiyah menjadi bergairah
untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi munkar. Tema yang diusung pada
Muktamar ke 46 tersebut tampaknya tidak sekedar tema retorika, tetapi
menjadi pemikiran yang esensial dan sistematik yang membuat
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam pembaharuan yang terus menerus
berkiprah dalam memajukan kehidupan umat, bangsa, dan dunia. Islam
Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang
mengandung nilai-nilai dan ajaran tentang kemajuan dalam pandangan Islam
melekat dengan misi kekhalifahan manusia yang sejalan dengan sunatullah
kehidupan, karena itu setiap muslim baik individu maupun kolektif
berkewajiban menjadikan Islam sebagai agama kemajuan (din al hadharah)
dan umat Islam sebagai pembawa misi kemajuan yang membawa rahmat bagi
kehidupan (Amirrachman, 2015:14).
Kemajuan dalam pandangan Islam yaitu segala sesuatu yang
melahirkan kebaikan baik lahiriah maupun rohaniah. Dalam mewujudkan
Islam berkemajuan Muhammadiyah menggunakan jalan dakwah dan tajdid.
Kedua identitas Muhammadiyah tersebut tercantum dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah Pasal 1 ayat 1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
bertujuan untuk melaksanakan dan memperjuangkan keyakinan dan cita-cita
hidupnya, Muhammadiyah selalu mendasarkan pada prinsip-prinsip ajaran
Islam, karena adanya keyakinan bahwa hanya Islamlah ajaran yang mampu
mengatur tata kehidupan manusia yang dapat membawa kepada kesejahteraan
hidup dunia dan akhirat. Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah dengan cara melakukan seruan dan ajakan kepada seluruh umat
manusia untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Dakwah ini
dilakukan melalui amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan, Muhammadiyah
dikenal sebagai gerakan tajdid karena Muhammadiyah selalu berupaya
melakukan koreksi dan evaluasi terhadap berbagai pemikiran dan pengamalan
disesuaikan dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Selain itu
Muhammadiyah selalu berusaha untuk melakukan pembaharuan dalam
berbagai bidang kehidupan, yang disesuaikan dengan kemajuan zaman dengan
tidak meninggalkan prinsip-prinsip Islam.
Islam berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam
yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan
refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberal, emansipasi, dan humanisasi yang
terkandung dalam pesan Al Qur’an surah Ali Imran 104 dan 110 yang menjadi
inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis, Islam yang berkemajuan
untuk pencerahan merupakan bentuk transformasi Al Ma’un untuk
menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup
keutamaan, kebangsaan dan kemanusian universal. Transformasi Islam
bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar
meneguhkan dan memperluas pandangan keagamaan yang bersumber Al
Qur’an dan Al sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah tantangan
kehidupan modern abad ke 21 yang sangat kompleks (Amirrachman,
2015:15).
Dikutip dari Suara Muhammadiyah Edisi 17 /TH 96, Hlm 12-13,
tulisan DR H Haedar Natsir, MSI yang berjudul Pandangan Islam yang
Berkemajuan. Bahwa Muhammadiyah dalam perspektif ideologi
keagamaannya sesungguhnya menampilkan pandangan Islam yang
berkemajuan. Idiom “kemajuan”, “maju”, “memajukan”, dan “berkemajuan”
dalam perjalanan berikutnya. Dalam Statuten pertama kali tahun 1912,
tercantum kata “memajukan” dalam frasa tujuan Muhammadiyah yaitu “….
memajukan hal agama kepada anggauta-anggautanya”.
Islam berkemajuan tampaknya telah menjadi semangat pergerakan
yang tiada henti untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Istilah
Islam berkemajuan bukan berarti akan merubah ketentuan-ketentuan dalam
Islam sendiri, yang dimaksud dalam perubahan berkemajuan yaitu hal-hal
yang sifatnya zhanniy, bukan qath’iy. Dalam Muhammadiyah yang qath’iy itu
jelas, yakni soal akidah, ibadah mahdah dan akhlakul karimah dan itu semua
telah diatur dalam Al Qur’an dan As sunnah.
Pada perkumpulan sebelum Muktamar ke 47 yang diselenggarakan di
Makasar, para intelek dan tokoh Muhammadiyah berkumpul dan berbincang,
dalam acara tersebut Prof. Din Syamsudin mengatakan bahwa "Islam
berkemajuan adalah Islam yang mengedepankan kasih sayang dan
persaudaraan. Apa yang dilakukan Muhammadiyah baik pendidikan, sosial,
kesehatan dan ekonomi bertumpu pada kemanusiaan dan religiusitas" (Upaya
Muhammadiyah wujudkan Indonesia Berkemajuan, selasar budaya.com,
diakses tanggal 31 Mei 2016, Pukul 12.06).
Dikutip dari sebuah artikel yang berjudul “Aktualisasi Islam
berkemajuan dalam sains teknologi dan seni budaya” yang ditulis oleh Prof.
Dr. Dadang Kahmad (Suara Muhammadiyah, No. 17/TH. Ke 96. 1-15
September 2011: 41), Bahwa Muhammadiyah memahami Islam berkemajuan