• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, Motivasi, Supervise, Hand Hygiene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, Motivasi, Supervise, Hand Hygiene"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

50

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT TINGKAT III R. W. MONGISIDI MANADO

Monica P. Waney*, Grace D. Kandou**, Jimmy Panelewen* *

Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai infeksi berkaitan dengan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections (HAIs) merupakan masalah penting di seluruh dunia yang terus meningkat (Al Varado, 2000 dalam Anonim, 2008). Salah satu strategi untuk melindungi dan mengurangi infeksi di rumah sakit adalah melakukan tindakan kewaspadaan standar atau Standard Precaution. Hand Hygiene merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi yang termasuk salah satu komponen dalam kewaspadaan standar. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan Hand Hygiene (pengetahuan, sarana, supervisi dan motivasi) oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi Manado. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat III R.W Mongisidi Manad. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit. Metode sampling yang digunakan adalah Total Sampling yang diambil dari keseluruhan populasi dan ditentukan dengan melihat kriteria inklusi dan eksklusi, responden yang didapat berjumlah 84 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan(p=0,000), ketersediaan sarana(p=0,000), motivasi(p=0,003), dan supervisi(p=0,001), dengan penerapan Hand Hygiene oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat III RW Mongisidi Manado. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan, ketersediaan sarana, motivasi dan supervisi terhadap penerapan Hand Hygiene oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi Manado.

Kata kunci: Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, Motivasi, Supervise, Hand Hygiene

ABSTRACT

Nosocomial infections or what is now called as an infection related to services in health care facilities or Healthcare Associated Infections (Hais) is an important issue around the world continues to increase (Al Varado, 2000 in Anonymous, 2008). One strategy to protect and reduce infections in hospitals is to take standard precautions or Standard Precaution. Hand hygiene is a basic technique that is most important in the prevention and control of infection transmission that includes one of the components in the standard precautions. The purpose of this study is to determine the factors associated with the implementation of Hand Hygiene (knowledge, means, supervision and motivation) by nurses in the Inpatient Hospital Level III R.W. Monginsidi Manado. This research is quantitative research methods analytic survey with cross sectional study. This research was conducted in the Inpatient Hospital Level III R.W Monginsidi Manado. The population in this study are all nurses who work in Inpatient Hospital. The sampling method used is total sampling taken from the whole population and is determined to see the inclusion and exclusion criteria, respondents obtained amounted to 84 people. The results showed that there is a significant relationship between knowledge (p = 0.000), the availability of means (p = 0.000), motivation (p = 0.003), and supervision (p = 0.001), with the adoption of Hand Hygiene by the nurse in Inpatient Home Hospital Level III RW Monginsidi Manado. The conclusion from this study is there is a relationship between knowledge, availability of facilities, motivation and supervision of the application of the Hand Hygiene by the nurse in Inpatient Hospital Level III R.W. Monginsidi Manado.

(2)

51 PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia (Anonim, 2008). Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai infeksi berkaitan dengan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections (HAIs) merupakan masalah penting di seluruh dunia yang terus meningkat (Al Varado, 2000 dalam Anonim, 2008). Data menunjukkan tingginya angka infeksi nosokomial baik di dunia maupun di Indonesia. Infeksi nosokomial di negara berkembang lebih dari 40% (Raka, 2008). Menurut Al varado (2000) dalam Anonim (2008), angka infeksi nosokomial terus meningkat mencapai sekitar 9% atau lebih dari 1,4 juta pasien di rumah sakit di seluruh dunia. Di 10 Rumah Sakit (RS) pendidikan Indonesia angka infeksi nosokomial cukup tinggi mencapai 6-16% pada tahun 2010 (Nugraheni, 2012). Hasil survey point prevalensi dari 11 RS di Indonesia yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1% (Anonim, 2008).

RS bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi juga dapat menjadi sumber infeksi (Darmadi, 2008). Salah satu strategi untuk melindungi dan mengurangi infeksi di RS adalah melakukan tindakan kewaspadaan standar atau standard precaution. Hand Hygiene merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi yang termasuk salah satu komponen dalam kewaspadaan standar. Menurut White dkk (2015) risiko infeksi di RS dapat berkurang melalui penerapan Hand Hygiene. Penelitian yang dilakukan oleh Jamalludin dkk (2012) menunjukkan bahwa angka kepatuhan Hand Hygiene perawat masih rendah yaitu 43%.

Faktor-faktor yang berkontribusi pada rendahnya kepatuhan perawat adalah karena kurangnya pengetahuan, kurangnya waktu, kelupaan, kurangnya keterampilan, ketidaknyamanan, iritasi kulit, dan kurangnya pelatihan (Efstathiou dkk, 2011). Motivasi juga memengaruhi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar prosedur RS. Perawat yang mempunyai motivasi yang tinggi, muncul suatu keinginan untuk memenuhi kebutuhan penerapan Hand Hygiene (Sudrajat dkk, 2015). Dalam penerapan Hand Hygiene, supervisi adalah salah satu faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan perawat. Perawat yang mendapatkan supervisi

(3)

52 cenderung patuh dibandingkan perawat yang tidak mendapatkan supervisi. Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pergerakan/pengarahan) dalam fungsi manajemen yang berperan mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan lancar (Sitohang, 2016). Di negara berkembang, kegagalan dalam pelaksanaan Hand Hygiene sering dipicu oleh keterbatasan fasilitas cuci tangan (Anonim, 2008). (Damanik, 2011).

RS Tingkat III R.W. Mongisidi Manado merupakan rumah sakit TNI-AD di wilayah Sulawesi Utara yang secara struktural dan teknis medis dibawah pembinaan Denkesyah 07.04.01 Manado dan Kesdam VII/Wirabuana, namun dalam operasionalnya dibawah pengendalian dan pengawasan Korem 131/Santiago. Peneliti memilih untuk melakukan penelitian di Instalasi Rawat Inap karena merupakan salah satu unit high risk terpapar infeksi, namun masih terdapat beberapa perawat yang belum mengimplementasikan Hand Hygiene dengan benar dan sesuai pedoman standar. Berdasarkan hasil uraian di atas dan menyadari pentingnya penerapan Hand Hygiene di RS, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan Hand Hygiene oleh perawat di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tkt. III R.W. Mongisidi Manado”.

METODE PENELITIAN

Jenis

penelitian

yang

digunakan

adalah kuantitatif dengan metode

penelitian survei analitik dengan

pendekatan Cross Sectional Study.

Penelitian ini dilaksanakan di RS

Tingkat III R.W Mongisidi Manado.

Populasi dalam penelitian ini yaitu

seluruh perawat yang bekerja di

Instalasi Rawat Inap RS Tingkat III

R.W

Mongisidi

Manado

yang

berjumlah 90 orang. Sampel diambil

dengan menggunakan teknik Total

Sampling

yang

diambil

dari

keseluruhan populasi dan ditentukan

dengan melihat kriteria inklusi dan

eksklusi. Uji statistik dalam penelitian

ini adalah uji chi square dan uji

regresi logistik berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Pengetahuan

Hasil penelitian variabel pengetahuan diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang hand hygiene yang baik. Berdasarkan hasil distribusi responden (Tabel 3) menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar (57,1%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di di

(4)

53 instalasi rawat inap Rumah Sakit Tkt. III R. W. Mongisidi Manado telah memiliki pengetahuan yang baik tentang hand hygiene. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fauzia (2014) di ruang rawat inap rumah sakit Tk. II Dr. Soeparoen Malang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang hand hygiene yaitu sebesar 90% dari 71 responden.

Ketersediaan Sarana

Hasil penelitian untuk variabel ketersediaan sarana diperoleh bahwa setengah dari responden berpendapat sarana yang tersedia di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tkt. III R. W. Mongisidi Manado belum memadai yaitu sebesar 51,2% (Tabel 4). Penelitian yang dilakukan oleh Napitupulu (2014) di RSUP Haji Adam Malik Medan juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden (51,4%) berpendapat bahwa fasilitas yang menunjang penerapan hand hygiene di rumah sakit sudah tersedia.

Motivasi

Hasil penelitian untuk variabel motivasi diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi yang baik dalam menerapkan hand hygiene yaitu sebesar 58,3% dari 49 responden (Tabel 5). Penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (2015) di RSUD Deli Serdang juga menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi yang

baik terhadap perilaku kepatuhan dalam pencegahan infeksi yaitu sebesar 62,6%.

Supervisi

Hasil penelitian untuk variabel supervisi diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi baik terhadap supervisi yaitu sebesar 63,1% dari 53 responden (Tabel 6). Penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk (2015) juga menunjukkan bahwa mayoritas perawat di RSUD dr. Iskak Tulungagung memiliki persepsi yang baik terhadap supervisi yaitu sebesar 58% dari 54 responden.

Gambaran Penerapan Hand Hygiene Hasil penelitian variabel penerapan hand hygiene (Tabel 7) menunjukkan bahwa dari 84 responden yaitu perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tkt. III R. W. Mongisidi Manado sebagian besar belum menerapkan hand hygiene dengan baik yaitu sebanyak 52 responden (61,9%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tkt. III R. W. Mongisidi Manado belum maksimal dalam melakukan penerapan Hand Hygiene guna pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzia dkk (2014) juga menunjukkan bahwa mayoritas perawat di rumah sakit “x” di Malang, belum menerapkan hand hygiene dengan baik yaitu hanya sebesar 36%.

(5)

54 Hubungan antara Pengetahuan dengan Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara faktor pengetahuan dengan penerapan hand hygiene oleh perawat, diperoleh data bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik, terdapat sebanyak 30 responden (83,3%) menerapkan hand hygiene kurang baik dan sebanyak 6 responden (16,7%) menerapkan hand hygiene dengan baik; sedangkan responden dengan pengetahuan yang baik, terdapat sebanyak 22 responden (45,8%) menerapkan hand hygiene kurang baik dan sebanyak 26 responden (54,2) menerapkan hand hygiene dengan baik. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000 < 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan dengan penerapan hand hygiene oleh perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tkt. III R. W. Mongisidi Manado Penelitian ini sesuai dengan Damanik (2011), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penerapan hand hygiene di rumah sakit Immanuel Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan p value 0,000 < 0,05, berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan penerapan hand hygiene perawat, dengan OR sebesar 52 yang artinya tenaga keperawatan yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 52 kali lipat

menerapkan hand hygiene dibandingkan dengan tenaga keperawatan yang berpengetahuan kurang baik.

Abdullah dkk (2012) dalam penelitian tentang hubungan pengetahuan, motivasi dan supervisi dengan kinerja pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Haji Makassar didapati bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam pencegahan infeksi dimana p value 0,000 < 0,05. admodjo mengatakan bahwa pengetahuan merupakan pembentuk tindakan seseorang. Perilaku seseorang dapat berubah jika perubahan tersebut didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Naim (2013), di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dengan metode kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional di bangsal rawat inap menemukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial pada perawat dengan nilai p sebesar 0,035 (p<0,05). Praktek suatu profesi memerlukan suatu dasar pengetahuan dari praktek dan pengetahuan ilmiah. Pengembangan ilmu ini penting dalam pengembangan profesi keperawatan, karena perawat yang melakukan tindakan atas dasar suatu pengetahuan dan informasi secara ilmiah akan menjadi seorang perawat

(6)

55 professional. Ketika perawat memahami tentang pencegahan infeksi nosokomial dalam melakukan tindakan, maka perawat akan mematuhi prosedur pencegahan infeksi. Faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat dalam menerapkan hand hygiene guna pencegahan infeksi yang berhubungan dengan pengetahuan antara lain lingkungan kerja, pelatihan, keterampilan, dan faktor psikososial. Pelatihan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan.

Hubungan antara Ketersediaan Sarana dengan Penerapan Hand Hygiene Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara faktor ketersediaan sarana dengan penerapan hand hygiene oleh perawat, diperoleh data bahwa jumlah responden yang berpendapat ketersediaan sarana kurang memadai sebanyak 35 responden (85,4%) dengan penerapan hand hygiene yang kurang baik dan sebanyak 6 responden (14,6%) dengan penerapan hand hygiene yang baik; sedangkan jumlah responden yang berpendapat bahwa ketersediaan sarana memadai sebanyak 17 responden (39,5%) dengan penerapan hand hygiene yang kurang baik dan sebanyak 26 responden (60,5%) dengan penerapan hand hygiene yang baik. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000 < 0,05 yang menunjukkan

terdapat hubungan yang bermakna antara faktor ketersediaan sarana dengan penerapan hand hygiene oleh perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tkt. III R. W. Mongisidi Manado

Penelitian yang dilakukan oleh Tahir dkk (2016) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand hygiene di rumah sakit Universitas Hasahuddin didapati bahwa ada hubungan yang signifikan antara fasilitas terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand hygiene. Hasil analisis diperoleh nilai p = 0,009 < 0,05. Ketersediaan fasilitas merupakan salah satu faktor penunjang yang berpengaruh dalam penerapan hand hygiene.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Damanik dkk (2011) tentang kepatuhan hand hygiene di rumah sakit Immanuel Bandung menunjukkan bahwa fasilitas yang tersedia di masing-masing ruangan seperti sabun antimikroba, kertas tissue dan alcohol rub sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan melakukan hand hygiene. Salah satu kendala dalam ketidakpatuhan terhadap hand hygiene adalah sulitnya mengakses tempat cuci tangan atau persediaan alat lainnya yang digunakan untuk melakukan hand hygiene. Kemudahan dalam mengakses persediaan alat-alat untuk melakukan hand hygiene, seperti bak cuci tangan, sabun atau alcohol rub merupakan hal

(7)

56 yang sangat penting untuk mengoptimalkan kepatuhan terhadap pelaksanaan hand hygiene. Hal tersebut menunjukkan adanya peranan penting keterlibatan pihak rumah sakit dalam menyediakan dan menjaga selalu ketersediaan alat di setiap ruangan keperawatan untuk mendukung penerapan hand hygiene dalam pencegahan infeksi bagi perawat.

Hubungan antara Motivasi dengan Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara faktor motivasi dengan penerapan hand hygiene oleh perawat, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab motivasi kurang baik sebanyak 28 responden (80,0%) dengan penerapan hand hygiene kurang baik dan sebanyak 7 responden (20,0%) dengan penerapan hand hygiene yang baik; sedangkan jumlah responden yang menjawab motivasi baik sebanyak 24 responden (49,0%) dengan penerapan hand hygiene kurang baik dan sebanyak 25 responden (51,0%) dengan penerapan hand hygiene baik. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,003 < 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor motivasi dengan penerapan hand hygiene oleh perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tkt. III R. W. Mongisidi Manado.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dkk (2012) di instalasi rawat inap RSUD Haji Makassar dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan perilaku kepatuhan perawat di RSUD Haji Makassar. Semakin tinggi motivasi seseorang maka semakin besar pula dorongan dari individu tersebut untuk berperilaku. Hal ini karena motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Tahir dkk (2016) juga menunjukkan hasil yang p = 0,000 < 0,05. Penelitian tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand hygiene ini dilakukan dirumah sakit Universitas Hasanuddin dengan desain penelitian cross sectional dan teknik pengambilan sampel total sampling. Motivasi merupakan dorongan bagi seseorang berperilaku tertentu untuk mencapai keinginannya sehingga tercapai kesesuaian antara kebutuhan pribadi dengan tujuan organisasi. Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang secara optimal, karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan, dorongan, dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku

(8)

57 kerja guna mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapatkan kepuasan atas perbuatannya (Purwanto, 2011). Motivasi merupakan salah satu pendorong terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu. Penerapan hand hygiene yang kurang baik dapat terjadi dikarenakan faktor motivasi dari perawat itu sendiri dalam melakukan pemberian pelayanan menganggap tidak perlu melaksanakan hand hygiene apabila tidak terlalu di anggap dapat berbahaya bagi dirinya.

Hubungan antara Supervisi Dengan Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara faktor supervisi dengan penerapan hand hygiene oleh perawat, diperoleh data bahwa jumlah responden yang berpendapat supervisi kurang baik sebanyak 26 responden (83,9%) dengan penerapan hand hygiene kurang baik dan sebanyak 5 responden (16,1%) dengan penerapan hand hygiene yang baik; sedangkan jumlah responden yang berpendapat supervisi baik sebanyak 26 responden (49,1%) dengan penerapan hand hygiene kurang baik dan sebanyak 27 responden (50,9%) dengan penerapan hand hygiene baik. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,001 < 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor supervisi dengan penerapan hand hygiene oleh perawat di

instalasi rawat inap Rumah Sakit Tkt. III R. W. Mongisidi Manado. Supervisi yang dimaksud disini adalah kegiatan mengarahkan, membimbing, mendorong dan memotivasi perawat untuk dapat melaksanakan kewaspadaan universal. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dkk (2012) di instalasi rawat inap RSUD Haji Makassar, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan tenaga keperawatan. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,000 < 0,05.

Penelitian yang dilakukan oleh Tahir dkk (2016) juga menunjukkan hasil yang sama dimana terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi dengan pelaksanaan hand hygiene oleh perawat di rumah sakit universitas Hasanuddin Makassar. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05. Seseorang akan patuh bila masih dalam tahap pengawasan, bila pengawasan mengendur maka perilaku akan ditinggalkan artinya ketika pengawasan itu sudah mulai menurun maka kepatuhan perawat untuk melaksanakan hand hygiene semakin rendah, mereka bekerja semau dengan yang mereka mau bukan semesti yang telah ada dalam standar prosedur operasional (SOP) rumah sakit.

(9)

58 Faktor yang Dominan Berhubungan Dengan Penerapan Hand Hygiene Hasil uji analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Sebelum dilakukan uji regresi logistik ditentukan variabel bebas yang bermakna dengan nilai signifikansi p < 0,05 dalam uji hubungan dengan variabel terikat dalam uji analisis bivariat yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan uji analisis bivariat dari keempat variabel bebas yaitu pengetahuan, ketersediaan sarana, motivasi dan supervisi, dihasilkan semua variabel bebas bermakna yang memiliki nilai signifikan atau p < 0,05, sehingga kelima variabel bebas tersebut dapat dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Variabel bebas yang bermakna akan masuk dalam kriteria kemudian diuji dengan menggunakan nilai p<0,25. Hasil analisa mendapati bahwa variabel pengetahuan dan ketersediaan sarana memiliki nilai p<0,25, sedangkan variabel motivasi dan supervisi memiliki nilai p>0,25. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa bahwa variabel sarana adalah yang paling dominan berhubungan dengan penerapan hand hygiene. Hasil analisis didapatkan nilai OR dari variabel sarana sebesar 7,6 (95% CI = 2,50-23,01), yang artinya ketersediaan sarana hand hygiene yang baik di rumah sakit berpeluang 7,6 kali lebih besar perawat untuk menerapkan hand hygiene dibanding dengan ketersediaan sarana

yang kurang baik. Untuk variabel pengetahuan didapatkan OR sebesar 4,7 (CI= 1,53-14,88), yang artinya perawat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang hand hygiene mempunyai peluang 4,7 kali lebih besar untuk menerapkan hand hygiene dibanding dengan perawat yang memiliki pengetahuan kurang baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh Tahir dkk (2016) dalam penelitiannya di hand hygiene rumah sakit Universitas Hasahuddin, menyatakan bahwa variabel ketersediaan sarana memliki pengaruh lebih dominan terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Damanik dkk (2011) menunjukkan bahwa kelengkapan fasilitas yang disediakan di masing-masing ruangan seperti sabun antimikroba, kertas tissue dan alcohol rub sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan melakukan hand hygiene. Salah satu kendala dalam ketidakpatuhan terhadap hand hygiene adalah sulitnya mengakses tempat cuci tangan atau persediaan alat lainnya yang digunakan untuk melakukan hand hygiene. Kemudahan dalam mengakses persediaan alat-alat untuk melakukan hand hygiene, seperti bak cuci tangan, sabun atau alcohol rub merupakan hal yang sangat penting untuk mengoptimalkan kepatuhan terhadap pelaksanaan hand hygiene. Hal tersebut menunjukkan adanya peranan penting keterlibatan pihak rumah sakit dalam

(10)

59 menyediakan dan menjaga selalu ketersediaan alat di setiap ruangan keperawatan untuk membuat kepatuhan penerapan hand hygiene menjadi optimal dan sesuai standar. Pihak Rumah Sakit Tkt. III R.W. Mongisidi Manado perlu selalu memperhatikan ketersediaan sarana penunjang penerapan hand hygiene seperti ketersediaan sabun antiseptik dan tissue towel yang jarang terpenuhi. Serta ketersediaan wastafel untuk cuci tangan di tempat-tempat strategis yang mudah di jangkau.

Untuk tingkat pengetahuan perawat, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya tingkat pendidikan, pengalaman dan informasi. Tingkat pengetahuan perawat tersebut dapat terjadi karena latar belakang tingkat pendidikan responden yang berbeda dan mempunyai tingkat pendidikan minimal seorang perawat yaitu D3 keperawatan. Pengetahuan perawat diperoleh melalui infromasi yang didapat melalui pendidikan dan pengalaman. Pengetahuan perawat perlu diperhatikan untuk dapat ditingkatkan dengan mengikutsertakan perawat dalam program pelatihan, seminar, workshop dan lain-lain yang berhubungan dengan hand hygiene. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin baik pula penerapan aplikasi pengetahuan tersebut, sebaliknya jika tingkat pengetahuan rendah maka

akan rendah pula penerapannya (Notoatmojo, 2007). Untuk kegiatan supervisi di rumah sakit Tkt. III R.W. Mongisidi Manado oleh kepala instalasi/pihak yang berwenang yang dinilai sudah baik, namun masih belum ada pemberian sanksi apabila tidak menerapkan hand hygiene ketika bekerja atau apabila tidak menerapkan hand hygiene sesuai dengan standar operasional prosedur.

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan penerapan Hand Hygiene oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tkt. III R.W. Mongisidi Manado.

2. Terdapat hubungan antara ketersediaan sarana dengan penerapan Hand Hygiene oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tkt. III R.W. Mongisidi Manado. 3. Terdapat hubungan antara motivasi

perawat dengan penerapan Hand Hygiene oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tkt. III R.W. Mongisidi Manado.

4. Terdapat hubungan antara supervisi dengan penerapan Hand Hygiene oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tkt. III R.W. Mongisidi Manado.

5. Terdapat hubungan antara pengetahuan, ketersediaan sarana,

(11)

60 motivasi dan supervisi secara simultan terhadap penerapan Hand Hygiene oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tkt. III R.W. Mongisidi Manado, namun variabel sarana merupakan variabel yang paling dominan berhubungan secara signifikan dengan penerapan Hand Hygiene oleh perawat.

SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengkaji faktor-faktor lain yang berhubungan dengan penerapan hand hygiene.

2. Bagi pihak rumah sakit, dapat menjadi acuan bagi pembuat kebijakan ataupun pihak manajemen di rumah sakit untuk mengambil keputusan yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan melalui penerapan hand hygiene yang optimal oleh perawat.

3. Disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit agar selalu memperhatikan ketersediaan sarana pendukung agar penerapan hand hygiene dapat dilakukan secara optimal, juga dapat mengikutsertakan perawat dalam program pelatihan, seminar, workshop dan lain-lain yang berhubungan dengan hand hygiene.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., Sidin, A. I., Pasinringi, S., A. 2012. Hubungan Pengetahuan,

Motivasi, dan Supervisi dengan Kinerja Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSUD Haji Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. Halaman 1-8.

Anonim. 2008. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonim, 2016. Profil Rumah Sakit

Tingkat III R.W. Mongisidi. Data Staf Tata Usaha Rumah Sakit Tingkat III R.W. Mongisidi. Manado.

Damanik, S. M., Susilaningsih, F. S., Amrullah A. A. 2011. Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Tesis. Universitas Padjajaran Bandung. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial

Problematika dan

Pengendaliannya. Salemba Medika: Jakarta.

Fauzia, N. 2014. Pemgaruh Faktor Individu, Organisasi dan Perilaku terhadap Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat II Dr. Soepraoen Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Universitas Brawijaya Malang, Volume 12 Nomor 4. Halaman 731-739.

(12)

61 Fauzia, N., Ansyari, A., Hariyanto, T.

2014. Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Universitas Brawijaya Malang, Volume 28, Suplemen Nomor 1. Halaman 95-98.

Jamaluddin, J., Sugeng, S., Wahyu, I., Sondang, M. 2012. Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan Intensif. Jurnal Kedokteran Terapi Intensif Volume 2, Nomor 3. Naim, S. 2013. Hubungan Pengetahuan

dan Lama Kerja dengan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharto Surakarta. Tesis. Program Pascasarjana Magister Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Napitupulu. 2014. Kepatuhan Cuci Tangan Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Halaman 21-36.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.

Nugraheni, R., Suhartono., Winarni, S. 2012. Infeksi nosokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 11 Nomor 1.

Nurjannah. 2015. Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene di RSUD Deli Serdang. Jurnal Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Halaman 22-26.

Pratama, B. S., Koeswo, M., Rokhmad, K. 2015. Faktor Determinan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene pada Perawat IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Volume 28, Suplemen Nomor 2. Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Universitas Brawijaya Malang. Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku

Manusia untuk Keperawatan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Raka, Lul., Prevention and Control of Hospital-Related Infection in Low and Middle Income Countries, The Open Infection Diseases Journal,

2010, diunduh dari http://www.researchgate.net/publica tion/228639340_Prevention_and_C ontrol_Of_Hospital-Related_Infections_in_Low_and_M iddle_Income_Countries diakses tanggal 21 Agustus 2016. Sitohang, R. 2016. Hubungan Pengawasan Kepala Ruangan dengan Tindakan Mencuci Tangan Perawat di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan. Jurnal Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Halaman 14-26.

(13)

62 Sudrajat, F., Purwanti, E., Nurlaila. 2015.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Hand Hygiene Sebelum Tindakan Keperawatan di RSUD DR. Soedirman Kebumen. Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah. Halaman 1-7. Tahir, W. U., Maidin, H. M. A., Arifah,

N. Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Hand Hygiene di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Jurnal Manajemen

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar.

White, K. M., Starfelt, L. C., Jimmieson, N. L., Campbell, M., Graves, N., Barnett, A. G., Cockshaw, W., Gee, P., Page, K., Martin, E., Brain, D and Paterson, D. 2015. Understanding the Determinants of Australian Hospital Nurses’ Hand Hygiene Decisions Following the Implementation of a National Hand Hygiene Initiative. Oxford Journals Medicine & Health, Volume 30, Issue 6. Pp. 959-970.

Referensi

Dokumen terkait

Studi aliran daya dilakukan pada jaringan PLTMh Cokro Tulung pada saat beban penuh dengan kondisi tidak standar, dimana tegangan sistem fasa-fasa atau tegangan tiga

Abstrak : Bluetooth Instant Messaging merupakan sistem yang memungkinkan berbagai perangkat Bluetooth dapat saling bertukar informasi atau berkomunikasi tanpa melalui

Teknik analisis data yang digunakan dalam menguji hubungan antara komunikasi interpersonal remaja dan orangtua dengan stres remaja dalam keluarga adalah dengan

Penyusunan mempertimbangkan keaktifan, partisipasi, sikap, dan minat mahasiswa yang dirancang dalam pembelajaran dengan strategi metakognitif untuk meningkatkan

Before you can start the MongoDB service, you need to create a data directory for MongoDB to store its files in.. By default, MongoDB stores the data in the

Konsep kriteria efisiensi merupakan bagian dari kriteria didalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. Dalam hal ini diartikan sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan

Dalam penelitian ini, peneliti mendapati bahwa, (1) siswa tidak memahami tiga sinar istimewa yang digunakan untuk mengetahui posisi bayangan, (2) siswa tidak

Melalui Media Sosial Online kemudahan dalam menyampaikan informasi khususnya promosi tentang Kartu LOOP tanpa terikat waktu dan tempat, serta biaya promosi yang