• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hepatoprotektor adalah suatu senyawa obat yang dapat memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh obat, senyawa kimia, dan virus. Zat-zat beracun, baik yang berasal dari luar tubuh seperti obat maupun dari sisa metabolisme yang dihasilkan sendiri oleh tubuh akan didetoksifikasi oleh enzim-enzim hati sehingga menjadi zat yang tidak aktif (Hadi, 2000).

Beberapa tanaman alami telah diketahui memiliki fungsi sebagai hepatoprotektor. Hal ini berkaitan dengan komponen dari tanaman yang kaya akan antioksidan yang dapat melindungi hati dari kerusakan akibat induksi hepatotoksin. Diantara jenis tanaman tersebut adalah kunyit dan meniran. Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan tanaman famili Zingiberaceae yang mengandung kurkuminoid, yang terdiri atas senyawa kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-demetoksikurkumin. Kunyit juga mengandung minyak atsiri yang terdiri dari seskuiterpen dan senyawa turunan fenilpropan yang meliputi arturmeron, α dan β turmeron, kurlon, kurkumol, atlanton, turmerol, β bisabolen, β seskuifelandren, zingiberen, ar-kurkumen, humulen, serta mengandung arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin, dan damar (Jayaprakasha et al., 2001). Kunyit memiliki aktivitas hepatoprotektif terhadap beberapa senyawa hepatotoksin seperti

(2)

parasetamol, galatosamine, CCl4, thioacetamide (Salama et al., 2013).

Kurkuminoid merupakan bahan aktif dari rimpang kunyit yang diketahui memiliki efek hepatoprotektif (Sujatno, 1997; Hadi, 2000).

Adapun herba meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tanaman famili Euphorbiaceae, mengandung senyawa-senyawa golongan lignin antara lain filantin, hipofilantin, niranin, nirtretalin, dan fitetralin.Meniran juga mengandung golongan alkaloid, golongan flavonoid seperti kuersetin, keursetrin, isokuersetrin, astragalin dan rutin, serta mengandung saponin, kalium, damar dan zat samak (Kardinan et al., 2004). Zat aktif dalam meniran yang diduga memiliki aktivitas hepatoprotektif adalah filantin (Shamasundar et al., 1985; Kritikha, 2009). Selain berperan sebagai hepatoprotektor, meniran juga berkhasiat meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Kardinan et al., 2004).

Kunyit dan meniran yang keduanya dapat berefek sebagai hepatoprotektor tersebut kemudian dikombinasikan untuk memperoleh efek optimal. Seperti yang dipaparkan oleh Yan et al. (2009) bahwa dalam preparasi multi herbal, antara satu komponen dengan komponen lain akan saling bersinergi hingga menghasilkan efek yang lebih baik jika dibandingkan dengan komponen yang tunggal.

Novianto (2014) telah melakukan penelitian dengan mengkombinasikan ekstrak kunyit pasca distilasidan ekstrak meniran sebagai hepatoprotektor. Efek optimal hepatoprotektif terhadap hewan uji

(3)

ditunjukkan pada kombinasi 75 mg ektrak kunyit terdistilasi dan 50 mg ekstrak meniran. Hasil penelitian tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan sediaan kapsul yang merupakan obat herbal yang ditujukan untuk membantu memelihara kesehatan hati (liver). Sediaan kapsul yang berisi 240 mg ekstrak kunyit, 160 mg ekstrak meniran, dan 176 mg bahan pengisi berupa Amprotab® dan comprecel (1:1).

Penelitian sebelumnya telah dilakukan pembuatan sediaan kapsul. Akan tetapi, ada kendala ketika sediaan tersebut bersifat higroskopis dan mempunyai waktu hancur yangtidak memenuhi syarat. Sehingga perlu dilakukan optimasi sediaan agar memenuhi syarat sebagai sediaan kapsul yang ideal. Kunyit salah satu zat aktif pada sediaan tersebut memiliki kandungan minyak atsiri yang diduga kandungan minyak atsiri dalam ekstrak kunyit berpengaruh dalam formulasi sediaan sehingga peneliti sebelumnya melakukan proses distilasi pada kunyit untuk menghilangkan minyak atsiri.

Proses distilasi adalah salah satu cara yang berfungsi untuk menghilangkan minyak atsiri pada kunyit. Metode ini digunakan karena dinilai cukup efektif dan efisien dalam mengambil kandungan minyak atsiri pada kunyit. Proses distilasi dilakukan pada rimpang kunyit menggunakan distilasi uap air.

Selain itu, proses dan kondisi pembuatan sediaan diduga juga memiliki pengaruh dalam formulasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukan

(4)

penelitian tentang pengaruh distilasi pada sediaan dan optimasi proses pembuatan pada sediaan kapsul untuk memperoleh sediaan memenuhi persyaratan sebagai obat tradisional.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak yang dibuat dari kunyit setelah distilasi menghasilkan sediaan kapsul lebih baik dibanding ekstrak yang dibuat dari kunyit tanpa distilasi? 2. Bagaimanakah proses pembuatan sediaan yang baik sehingga sediaan kapsul

yang mengandung ekstrak kunyit dan meniran sesuai dengan standar persyaratan obat tradisional?

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai usaha untuk memperoleh hubungan ekstrak kunyit setelah distilasi dan proses pembuatan yang optimum sediaan kapsul yang memiliki kualitas atau parameter sediaan kapsul obat tradisional.

D. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pengaruh proses distilasi pada ekstrak kunyit terhadap formulasi sediaan kapsul kunyit dan meniran.

b. Mengetahui proses pembuatan sediaan kapsul yang benar sehingga diperoleh sediaan yang baik sesuai standar mutu obat tradisional

(5)

E. Tinjauan pustaka 1. Hepatoprotektor

Hepatoprotektor merupakan senyawa obat yang dapat memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh obat, senyawa kimia, dan virus. Zat-zat beracun, baik yang berasal dai luar tubuh seperti obat maupun dari sisa metabolisme yang dihasilkan sendiri oleh tubuh akan didetoksifikasi oleh enzim-enzim hati sehingga menjadi zat yang tidak aktif (Hadi, 2000).

Di Indonesia banyak macam tanaman obat yang secara tradisional dimanfaatkan untuk pengobatan hati. Dua diantaranya adalah Sylibum

marianum dan Curcuma domestica Val. Sylibum marianum mengandung

silimarin yang tidak bersifat toksik dan dapat digunakan untuk pengobatan penyakit hati dari kerusakan yang disebabkan oleh CCl4, hexobarbital thioacetamide. Silimarin bekerja sebagai hepatoprotektif dengan cara

menghambat perosidasi lipid di dalam sel membran, melindungi sel Kupfer, dan merangsang RNA untuk meningkatkan kepastian sintesa dari sel hati. Penggunaan Curcuma domestica dengan kandungan aktif kurkuminoid mampu menurunkan kadar SGPT, SGOT, Gama GT (Hadi, 2000)

2. Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Dalam Materia Medika Indonesia kunyit dideskripsikan sebagai tanaman terna dengan batang berwarna semu hijau atau agak keunguan,

(6)

rimpang terbentuk dengan sempurna, bercabang-cabang, berwarna jingga. Setiap tanaman berdaun 3-8 helai, panjang tangkai daun beserta pelepah daun sampai 70 cm, berambut halus jarang-jarang, helaian daun berbentuk lanset lebar, ujung daun lancip berekor, keseluruhannya berwarna hijau atau hanya bagian atas dekat tulang utama berwarna agak keunguan, panjang 28-85 cm, lebar 10-25 cm. Perbungaan terminal, gagang berambut, bersisik, panjang gagang 16-40 cm, tenda bunga panjang 10-19 cm, lebar 5-10 cm, daun kelopak berambut, berbentuk lanset, panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, daun kelopak yang paling bawah berwarna hijau, bentuk bundar telur, makin ke atas makin menyempit serta memanjang, warna semu putih atau keunguan, kelopak berbentuk tabung, panjang 9-13 mm, bergigi 3 dan tipis seperti selaput, tajuk bagian bawah berbentuk tabung panjang ±20 mm, berwarna krem, bagian dalam tabung berambut, tajuk bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu, panjang 10-15 mm, lebar 11-14 mm, bibir berbentuk bundar telur, panjang 16-20 mm, lebar 15-18 mm, warna jingga atau kuning keemasan dengan pinggir berwarna coklat dan di tengahnya berwarna kemerahan (Depkes RI, 1977).

Kunyit memunyai nama latin Curcuma domestica Val. Tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2000 mm sampai 4000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindungi. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga. Kunyit dikenal luas

(7)

di wilayah Asia Tenggara. Umumnya kunyit digunakan sebagai bahan pelengkap dalam bumbu masakan (Anonim, 1996).

Klasifikasi Kunyit

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Liliopsida Subclasss : Commelinids Orde : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma longa Val / Curcuma domestica Val

(Dalimartha, 2000)

Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 3,02% v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 6,60% dihitung sebagai kurkumin (Depkes RI, 2008). Kandungan kurkuminoid terdiri atas senyawa kurkumin, demetoksi kurkumin, dan bis-demetoksikurkumin. Sedangkan minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang kunyit tersusun atas komponen seskuiterpen dan senyawa turunan fenilpropan yang meliputi arturmeron, α dan β turmeron, kurlon, kurkumol, atlanton, turmerol, β bisabolen, β seskuifelandren, zingiberen, ar-kurkumen, dan humulen. Kandungan lain

(8)

dari kunyit yaitu arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin, dan damar (Jayaprakasha et al., 2001).

Kunyit (Curcuma longa Linn. atau Curcuma domestica Val.) termasuk dalam famili Zingiberaceae, telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman yang banyak manfaatnya. Kunyit telah lama digunakan sebagai tanaman obat yang dapat dipakai untuk mengobati berbagai penyakit. Rimpang kunyit banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional antara lain untuk obat gatal, kesemutan, gusi bengkak, luka, sesak napas, sakit perut, bisul, kudis, encok, sakit kuning, memperbaiki pencernaan, antidiare, dan penawar racun (Rukmana, 1999).

Penelitian Singh et al (2002) melaporkan bahwa kunyit memiliki khasiat sebagai antioksidan, antiperadangan (antiinflamasi), obat luka, antiprotozoa, antibakteri, antiviral, antifungi dan antikanker. Selain itu kunyit juga berfungsi sebagai antitumor, sebagai pembersih darah, serta menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol.

Rimpang kunyit juga diketahui memiliki aktivitas hepatoprotektif (Hartono et al., 2005). Kurkuminoid merupakan bahan aktif dari rimpang kunyit yang diketahui memiliki efek hepatoprotektif (Sujatno, 1997). Pada penelitian lain juga dilaporkan bahwa kandungan minyak atsiri dan kurkuminoid berperan dalam aktivitas hepatoprotektif yang dimiliki kunyit (Hadi, 2000). Beberapa penelitian membuktikan bahwa senyawa kurkumin mampu menunjukkan efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin

(9)

parasetamol (Yousef et al., 2010), galaktosamin (Cerny et al., 2011), CCl4 (Reyes et al., 2007; Cao et al., 2015), dan butilhidroperoksida-tersier (Suyatna et al., 2006).

Kurkumin memberikan karakteristik warna kuning terang dan rasa yang kuat pada kunyit. Setelah pemberian peroral akan diabsorpsi oleh usus dan ekskresinya sebagian besar lewat feses. Gugus hidroksil dan metoksil pada cincin fenil serta subtituen 1,3 diketon pada kurkumin diduga berperan dalam kemampuannya sebagai antioksidan (Jayaprakashaet al., 2005 ; Jovanovicet al., 2001).

Berikut ini adalah struktur kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, demetoksi kurkumin, dan bis-demetoksi kurkumin

Demetoksi kurkumin Bis-demetoksi kurkumin

Kurkumin

Gambar 1. Struktur kurkuminoid

3. Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Meniran sudah lama digunakan sebagai obat tradisional di negara-negara tropis untuk pengobatan kelainan liver (baik infeksi virus atau

O O OH HO H3CO OCH3 O O OH HO H3CO H O O OH HO H H

(10)

keracunan), untuk sakit maag (peptic ulcer), diare, penghancur batu, diabetes mellitus, menstruasi terlalu sering, obat malaria, dan untuk kelainan kulit sebagai anti septik dan mengurangi keringat (atringent). Meniran tumbuh subur ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

Klasifikasi meniran

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil) Sub kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L

(Dalimartha, 2000)

Dalam Materia Medika Indonesia meniran dideskripsikan sebagai tanaman ternak, tumbuh tegak, tinggi 50-100 cm, bercabang terpencar, cabang mempunyai daun tunggal yang berseling dan tumbuh mendatar dari batang pokok. Batang berwarna hijau pucat atau hijau kemerahan. Bentuk

(11)

daun bundar telur sampai bundar memanjang, panjang daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm, ujung bundar atau runcing, permukaan daun bagian bawah berbintik-bintik kelenjar. Bunga keluar dari ketiak daun, bunga jantan terletak di bawah ketiak daun, berkumpul 2-4 bunga, gagang bunga 0,5-1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur terbalik, panjang 0,75-1 mm, berwarna merah pucat, bunga betina sendiri letaknya di bagian atas ketiak daun, gagang bunga 0,75-1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur sampai bundar memanjang, tepi berwarna hijau muda, panjang 1,25-2,5 mm. buah licin, garis tengah 2-2,5 mm, panjang gagang buah 1,5-2 mm (Depkes RI, 1978).

Herba meniran mengandung senyawa-senyawa golongan lignin antara lain filantin, hipofilantin, niranin, nirtretalin, dan fitetralin. Meniran juga mengandung golongan alkaloid, golongan flavonoid seperti kuersetin, keursetrin, isokuersetrin, astragalin dan rutin, serta mengandung saponin, kalium, damar dan zat samak (Kardinan et al., 2004). Kadar flavonoid total dalam herba meniran tidak kurang dari 0,90% dihitung sebagai kuersetin (Depkes RI, 2008).

Secara empiris dan klinis, herba meniran telah dilaporkan memiliki khasiat sebagai antibakteri atau antibiotik, antipiretik, antiradang, diuretik, ekspentoran, hipoglikemik, antitumor, antikanker, serta hipolipidemik. Khasiat lain meniran adalah sebagai antivirus (Venkateswaran et al., 1987).

(12)

Meniran telah banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit hati (antihepatotoksik). Herba ini sering digunakan sebagai salah satu komponen dalam obat multiherbal untuk mengobati penyakit liver. Meniran dilaporkan memiliki aktivitas hepatoprotektif yang poten melawan berbagai gangguan hati seperti hepatitis akibat virus dan toksisitas yang disebabkan oleh obat maupun lingkungan (Unander et al., 1995; Naik and Juvekar, 2003; Padma and Setty, 1999; Sebastian and Setty, 1999).

Venkateswaran et al. (1987) melaporkan bahwa ada satu atau lebih kandungan kimia dalam meniran yang secara in vivo dapat menghambat replikasi virus woodchuck hepatitis sehingga mengurangi kerusakan hati yang ditimbulkan.

Dalam beberapa penelitian, meniran dilaporkan memiliki aktivitas hepatoprotektif terhadap hepatotoksin parasetamol (Sabir and Rocha, 2008; Makoshi et al., 2013), CCl4 (Harish and Shivanandappa, 2006; Bhattacharjee & Sil, 2007) dan thioacetamide (Sarkar & Sil, 2007).

Menurut Shamasundar et al.(1985), senyawa filantin dan hipofilantin yang terkandung dalam meniran mampu melindungi kultur sel hepatosit tikus terhadap karbon tetraklorida yang bersifat hepatotoksik. Sedangkan senyawa triacontanal melindungi hepar terhadap ketoksikan galaktosamin. Krithika (2009) juga melaporkan bahwa senyawa filantin dan hipofilantin memiliki efek antihepatotoksik terhadap hepatotoksin CCl4 dan galaktosamin.

(13)

Dalam penelitian lain, dilaporkan bahwa senyawa kuersetin mampu memberikan efek hepatoprotektif terhadap tikus yang diinduksi parasetamol (Yousef et al., 2010). Kuersetin merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam meniran. Kuersetin adalah flavonoid polifenol dan diklasifikasikan sebagai flavonol. Dalam golongan flavonoid, kuersetin merupakan penangkap ROS yang paling poten (Heijnen et al., 2002) dan memiliki kapasitas sebagai anti-inflamasi yang kuat (Orsolic et al., 2004). 4. Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatine, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995).

Macam-macam kapsul:

a. Hard capsule (cangkang kapsul keras)

Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa.Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau granul.Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1, 2, 3, 4, 5.

b. Soft capsule (cangkang kapsul lunak)

Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis

(14)

seperti plastik. Kapsul-kapsul ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering (Ansel, 1989).

Pengujian Sediaan Kapsul

Kapsul yang diproduksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Keseragaman Bobot

Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul teradap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B (Depkes RI, 1979).

Tabel I. Penyimpangan bobot isi kapsul dalam uji keseragaman bobot

Bobot rata-rata isi kapsul

PENYIMPANGAN BOBOT ISI KAPSUL (%)

A B

120 mg atau kurang

10 20

(15)

b. Waktu hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Waktu hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi waktu (dalam 15 menit) (Depkes RI, 1979).

5. Standardisasi sediaan

Standardisasi dalam ilmu kefarmasian merupakan serangkaian parameter, prosedur, dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian. Mutu yang dimaksudkan adalah memenuhi syarat-syarat standar (kimia, biologi, dan farmasi), termasuk jaminan stabilitas sebagai produk kefarmasian pada umumnya. Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai parameter standar umum dan parameter standar spesifik. Pemerintah melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan serta, melindungi konsumen dengan menjamin mutu, keamanan dan manfaat produk. Pengertian standardisasi juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir, baik dalam bentuk obat, ekstrak, maupun produk ekstrak, mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu (Depkes RI, 2000)

Parameter standar umum (nonspesifik) meliputi parameter kadar air, cemaran logam berat, dan cemaran mikroba. Sedangkan parameter

(16)

standar spesifik meliputi parameter identitas, organoleptik, senyawa terlarut dalam pelarut tertentu, uji kandungan kimia ekstrak, kadar total golongan kandungan kandungan kimia dan kadar kandungan kimia tertentu (Depkes RI, 2000)

Menurut Persyaratan Obat Tradisional (Depkes RI, 1994), sedian kapsul obat tradisional harus memenuhi persyaratan standar meliputi kadar air, cemaran logam berat, cemaran mikroba, angka lempeng total (ALT), angka kapang khamir (AKK), waktu hancur dan keseragaman bobot kapsul.

F. LANDASAN TEORI

Rimpang kunyit telah diketahui memiliki aktivitas hepatoprotektif (Hartono et al., 2005 ; Goenarwo et al., 2009). Kandungan kurkuminoid berperan dalam aktivitas hepatoprotektif yang dimiliki kunyit (Sujatno, 1997; Hadi, 2000). Beberapa penelitian membuktikan bahwa senyawa kurkumin mampu menunjukkan efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin parasetamol (Yousef et al., 2010).

Meniran juga dilaporkan memiliki aktivitas hepatoprotektif (Sabir and Rocha, 2008; Makoshi et al., 2013).Senyawa filantin diduga berperan dalam aktivitas hepatoprotektif meniran (Shamasundar et al., 1985; Krithika 2009). Kombinasi ekstrak kunyit dan meniran dapat menghasilkan efek hepatoprotektif yang lebih optimal.

Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri sebanyak 3-5% v/b. Terdiri atas turmeron, zingiberen, ar-turmeron, sedikit mengandung

(17)

fellandren, seskiterpen alkohol, borneol, kurkumin, demetoksikurkumin, bis-demetoksikurkumin, pati, tanin dan damar (Dalimartha, 2000).

Minyak atsiri pada kunyit sebagian besar adalah golongan seskuiterpen, menyebabkan kunyit bersifat higroskopis yang memberikan pengaruh terhadap stabilitas obat. Di dalam setiap golongan senyawa seskuiterpen terdapat senyawa hidrokarbon tak jenuh. Senyawa hidrokarbon tak jenuh ini yang mudah teroksidasi jika terjadi kontak antara udara dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini menyebabkan terbentuknya peroksida sehingga suasana menjadi asam.

Dalam suasana asam, hidrokarbon tak jenuh terjadi reaksi hidrasi atau reaksi adisi suatu ikatan rangkap dengan mengikat molekul air. Dalam reaksi ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama adalah serangan elektrofilik membentuk suatu karbokation dan tahap kedua adalah serangan nukleofil ke karbokation. Reaksi ini merupakan reaksi yang mengikuti aturan Markovnikov. Tahapan reaksinya ditunjukkan pada Gambar

(18)

Pembuatan sediaan ini perlu adanya pemisahan antara ekstrak kunyit dengan minyak atsirinya agar sediaan tidak mudah mengikat air sehingga mengurangi stabilitas sediaan.

G. HIPOTESIS

1. Formula sediaan kapsul yang mengandung kunyit pasca distilasi berpengaruh terhadap persyaratan standar mutu kefarmasian sebagai sediaan obat tradisional.

2. Proses pembuatan formula sediaan kapsul dengan mengurangi kontak langsung dengan udara di sekitar berpengaruh terhadap persyaratan sebagai sediaan obat tradisional.

Gambar

Gambar 1. Struktur kurkuminoid
Tabel I. Penyimpangan bobot isi kapsul dalam uji keseragaman bobot  Bobot rata-rata isi
Gambar 2. Tahapan hidrokarbon mengikat molekul air

Referensi

Dokumen terkait

Nyeri terutama ditangani melalui penggunaan obat-obatan, namun beberapa teknik nonfarmakologik dapat membantu mengendalikan nyeri: masase, relaksasi dan imajinasi,

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Pengembangan sarana pemasaran produk Usaha Mikro Kecil Menengah. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga, industri kecil dan

KONSEP APLIKASI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG APLIKASI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG UNTUK JALAN LINTAS ATAS.. LINTAS ATAS PADA SIMPANG SEBIDANG LINTAS ATAS PADA PERLINTASAN

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk