IPTEK DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
TawilDosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang
Abstraksi
Iptek adalah kelengkapan hidup manusia agar mampu dengan mudah mengelola dunia sesuai dengan kedudukan manusia sebagai khalifah. Berkembang tidaknya iptek sangat bergantung pada keberanian dan ketajaman manusia untuk mengkaji fenomena alam, mengkaji ayat-ayat qaunniyah, dan agar kajian tersebut tidak sesat maka dilengkapi ayat qaulliyah. Ilmuwan muslim harus giat mengadakan penelitian, harus menguasai iptek disamping paham al qur’an, agar tidak terjajah, agar tidak dikuasai, agar tidak dibohongi ilmuwan non muslim. Pertanyaannya mampukah? Sejarah membuktikan bahwa dizaman keemasan Islam Timur Tengah ternyata ilmuwan muslim mampu, oleh sebab itu tiada kendala bagi ilmuwan mslim masa kini, hanya satu hal persoalannya adalah maukah. Telah banyak iptek berkembang tanpa pertimbangan moral, tanpa pertimbangan agama, tanpa pertimbangan etika, itu semua adalah bukti kuatnya ilmuwan non muslim, non religius; Yang jika dibiarkan tidak sekadar menenggelamkan nilai-nilai agama tetapi juga terjadinya kerusakan peradaban dunia, yang akhirnya akan mengancam kelestarian kehidupan manusia.
Kata Kunci: Iptek, Pemikiran Islam
LATAR BELAKANG
Kita sering mendengar istilah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam ) termasuk di dalamnya biologi atau ilmu hayat, kimia, dan fisika; juga IPS (Ilmu Pengetahuanm Sosial) mencakup sejarah, ekonomi, dan sosiologi- geografi. Pertanyaannya sekarang adalah mengapa pada IPA sebelum kata alam didahului ilmu pengetahuan, sedangkan pada ilmu hayat sebelum kata hayat didahului ilmu bukan ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukkan
kerancuan istilah dalam bahasa Indonesia.
Kata pengetahuan dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan knowledge(Inggris), sedangkan ilmu berpadanan dengan science (Inggris), Sementara IPA sering dipadankan dengan natural science, dan IPS disepadankan dengan social science. Tentunya natural science cukup diterjemahkan ilmu alam, dan social science di terjemahkan ilmu sosial.
Tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia adalah science yang kemudian sering disebut sains. Namun secara bahasa budaya kata ilmu di Indonesia dipengaruhi oleh bahasa Arab ‘ilm yang berarti tahu atau ilmu; Rahardjo sependapat dengan Franz Rosethal yang mengatakan bahwa kata ‘ilm berakar dari bahasa Semitik yang berarti tanda atau ayat sehingga kata ‘ilm dalam konteks pengetahuan bermakna pengetahuan tentang tanda-tanda atau fenomena alam (Rahardjo: 1990).
Adapun teknologi menurut Oetarjo (1992) mendefinisikan is the purposeful application of science to meet human needs or to solve problems. Sehingga dapat dipahami bahwa teknologi adalah penerapan ilmu sebagai sarana dalam mempermudah kehidupan manusia. Pepatah mengatakan dengan sentuhan seni dunia menjadi indah, dengan sentuhan iptek dunia menjadi mudah, dengan sentuhan agama dunia menjadi barakah.
IPTEK DAN TUGAS MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
Manuasia sebagai keturunan Adam adalah khalifah atau meneger di bumi “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi; Mereka menjawab mengapa Kau akan menjadikan Adam/manusia sebagai khalifah di muka bumi padahal cendrung membuat kerusakan dan peperangan, sementara kami selalu mensucikan dan memuji Kau; Tuhan menjawab Aku lebih tahu apa yang kau tak ketahui” (QS. 2 Al Baqarah ; 30), Terkait dengan kedudukan dan tugas manusia sebagai pengelola di bumi Tuhan memerintah agar manusia mau membaca fenomena alam “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan; Dialah yang menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pengasih; Yang mengajar dengan perantaraan baca-tulis; Dan mengajarkan manusia segala yang tidak diketahuinya” ( QS. 96 Al ‘Alaq: 1-5). Kata Iqra’ dapat bermakna bacalah, telitilah, kajilah, atau amatilah. Secara umum manusia tak hanya yang beriman kepada Tuhan, melainkan semuanya disuruh agar membaca, baik membaca bacaan yang telah tertulis
dalam kitab suci Nya sebagai ayat-ayat qauliyyah maupun ayat-ayat atau fenomena alam yang disebut ayat-ayat qauniyyah. Lebih tegas lagi dalam QS. 55 Ar Rahman : 33, Tuhan memerintah tak hanya terhadap manusia tetapi juga jin untuk meneliti, menjelajah langit dan bumi “wahai golongan jin dan manusia jika engkau mampu untuk menjelajah penjuru langit dan bumi maka jelajahlah, tetapi engkau tak akan mampu kecuali dengan kekuatan” Kata sulthan yang berarti kekuatan bisa berupa kekuatan fisik, psikis, bea, dan sarana, termasuk di dalamnya iptek. Betapa tidak, realita membuktikan bahwa untuk sekadar memperoleh tambang emas yang banyak, maka diperlukan iptek yang mewadahi, diperlukan dana, minat dan pemikiran, serta pisik yang kuat. Perhatikan pula perbedaan penambang emas tradisional manual, dengan yang menggunakan alat modern akan jauh berbeda. Dari sana dapat dipahami betapa perlunya iptek bagi kehidupan manusia.
KAPAN DAN DARI MANA ILMU BERASAL
Sejak Adam sebagai manusia pertama dicipta telah dilengkapi dengan ilmu pengetahuan “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama segalanya” {QS.2 Al Baqarah: 31}. Iptek diberikan kepada manusia untuk mampu mengelola dunia, mampu berinteraksi dengan lingkungan atau homo mekanicum, mampu mengenal simbol atau homo symbolism, mampu berpikir atau homo sapien, mampu membaca fenomena alam atau homo ludent, sekaligus menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dan hal ini berarti bahwa iptek berasal dan bersumber dari Allah Tuhan pencipta alam semesta; Realita membuktikan bahwa iptek yang selama ini dikaji kembangkan oleh manusia adalah berobjekkan segala ciptaan Tuhan, yang jika ditelusuri sumbernya adalah ayat qauliyyah dan ayat qauniyyah ilahi.
Studi sejarah nabi-nabi sebagaimana dalam Ensiklopedi Islam {1997: 326} menunjukkan bahwa Nabi Adam dilengkapi ilmu untuk mengenal alam, Nabi Idris pandai menjahit, dan ilmu perbintangan, Nabi Nuh dapat membuat perahu sangan besar, Nabi Hud bisa membuat baju besi, Nabi Ibrahim penjelajah Timur Tengah, dan
penjelajah alam untuk mencari Penciptanya, Nabi Sulaiman mampu
menundukkan dan mampu
berkomunikasi dengan jin, dan hewan, serta angin, dll. Pendek kata setiap nabi dan rasul dilengkapi dengan ilmu dan kelebihan untuk diteladani umatnya.
Dalam perkembangan sejarah menurut Jujun (1990; 87) bahwa sebelum iptek dikaji kembangkan oleh bangsa Eropa seperti Enstien, Galelio, Socrates, Abraham Maslow, dll, iptek telah dikaji kembangkan oleh bangsa Timur Tengah , seperti Ibnu Sina, Al Kindi, Ibnu Kaldun, AlGhazali, Ibnu Rasyid, dll. Hingga kini iptek berkembang dan lebih banyak dikuasai oleh bangsa di negara-negara maju Eropa dan Amerika.
MUSLIM HARUS MENGUASAI IPTEK
Dorongan Islam lewat ayat Al Qur’an maupun hadits cukup kuat agar muslim menguasai iptek Betapa tidak , sebab jika diteliti secara seksama di dalam Al Qur’an ayat yang terkait dengan syariat sekitar 150 ayat, dan yang terkait dengan sains sekitar 756 ayat (Ensiklopedi Islam). Disamping itu banyak hadits yang senada dengan itu,
misalnya hadits yang berisi tentang : 1} mencari ilmu wajib bagi muslim dan muslimat, 2) carilah ilmu walau di negeri Cina, 3} carilah ilmusejak lahir jingga masuk liang kubur, 4} Ilmuwan/ ulama’ adalah pewaris nabi, 5) Barang siapa yang ingin menguasai dunia maka harus dengan ilmu, barang siapa yang ingin meraih kebahagiaan akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa yang ingin meraih keduanya maka harus dengan ilmu. Barang kali dorongan itulah ilmuwan-ilmuwan Timur Tengah pada puncak kejayaan Islam di abad VII-XIV Masehi memiliki semangat tinggi menggeluti iptek; Dan kemudian bagaimana dengan kita sekarang dan prospek mendatang.
Walau belum sangat menggembirakan, namun paling tidak sudah dapat dibanggakan, adanya beberapa orang ilmuwan muslim yang meraih penghargaan gemilang dalam bidang iptek, mereka diantaranya adalah : 1} Prof. Abdus Salam dari Pakistan pemenang Nobel bidang Fisika 1979, 2) Prof. Ali Javan dari MIT Boston adalah satu pioner Fisika Laser, 3)Dr. Mustapha Chahin Direktur JPL Pasadena yang bertanggung jawab
mengontrol missi Voyager, 4) Prof. Ahmed Zewail dari Mesir pemenang Nobel bidang Kimia 1999.
TANTANGAN BAGI ILMUWAN MUSLIM
Perkembangan iptek belakangan ini ada yang mengabaikan segi moral, yang mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Lihat saja perlombaan senjata, rekayasa genetika, rekayasa kloning pada manusia, penggunaan zat perasa dan pewarna pada makanan yang berlebihan, penggunaan pupuk buatan dan obat tanaman yang berlebihan, dapat mengganggu dan merusak kehidupan manusia. Jujun (2007) mengingatkan bahwa pengembangan iptek harus mempertimbangan segi moral, kalau tidak maka akan menghancurkan manusia sendiri.
Terkait dengan hal tersebut maka ilmuwan muslim memiliki tantangan untuk aktif dalam penelitian dan pengembangan ilmu bagi kehidupan umat manusia; Berapa banyak umat yang awam akan halal dan haramnya makanan dan obatan yang beredar, berapa banyak manusia yang ingin selamat dari ancaman bahaya makanan
dan obatan yang mengandung bahan yang dilarang agama; Kejelasan ini bukan sekadar untuk menghindari haram dan dosa, melainkan juga dampak yang diakibatkannya.
SIMPULAN
1. Iptek adalah sarana hidup manusia untuk mampu dengan mudah menguasai dunia
2. Setiap muslim wajib mencari iptek, baik guna meraih kebahagian dunia dan akhirat
3. Iptek tanpa landasan agama, tanpa landasan moral, maka akan berdampak tak sekadar dosa, tetapi juga akan berakibat negaif bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu ilmuwan muslim harus giat agar berada pada garis depan dalam penguasaan iptek
4. Sejarah masa keemasan Islam di Timur Tengah membuktikan bahwa ilmuwan muslim mampu berada di garis depan dalam penguasaan iptek; Oleh sebab itu tiada kendala bagi ilmuwan muslim masa kini untuk mengulang kembali sukses masa lalu tersebut.
Persoalannya dari kesemuanya adalah, maukah??
DAFTAR PUSTAKA
Jujun. S. Suria Sumantri, 2007. Perjalanan Filsafat Ilmu, Harian Republika Kamis 20 September 2007, hal 4, kol 2-5
Oetarjo Diran, 1992. Beberapa Catatan
Perkembangan Iptek, Makalah
Seminar Pesantren Teknologi 31 Desember 1991, Jakarta: LPTEK PP Muhammadiyah
Rahardjo, Dawam, 1990. Ilmu, Jurnal Ulumul Qur’an nomer 4 vol.11 tahun 1990.