• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ustek Master Plan Transportasi Laut Kepri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ustek Master Plan Transportasi Laut Kepri"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

B A B 1 P EN D A H U LU A N 1

2011

PT. XXXXXXXXXXXXX

[

MASTERPLAN

TRANSPORTASI LAUT

]

(2)

B A B 1 P EN D A H U LU A N 2 Daftar Isi BAB 1 PENDAHULUAN... 6 1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Pendekatan Masalah Dan Tujuan Pekerjaan ... 7

1.2.1 Pendekatan Masalah ... 7

1.2.2 Tujuan Pekerjaan ... 7

1.2.3 Sasaran Pekerjaan ... 7

BAB 2 PENGALAMAN ... 9

2.1 Latar Belakang ... 9

2.2 Lingkup Jasa Konsultansi ... 9

2.2.1 Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota ... 10

2.2.2 Pengembangan Sumber Daya Air ... 11

2.2.3 Transportasi dan Prasarana ... 14

2.2.4 Teknik Lingkungan dan Pengelolaannya ... 15

2.2.5 Pembangunan Pertanian dan Perdesaan ... 16

2.2.6 Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Institusi ... 17

2.3 Organisasi Perusahaan ... 18

2.4 Pengalaman Perusahaan Secara Umum ... 20

2.5 Perangkat Kantor ... 20

BAB 3 TANGGAPAN & SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA ... 21

3.1 Tanggapan Terhadap Latar Belakang ... 21

3.2 Tanggapan Terhadap Tujuan Pekerjaan ... 21

3.3 Tanggapan Terhadap Sasaran Pekerjaan ... 21

3.4 Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan ... 22

3.5 Tanggapan Terhadap Keluaran Pekerjaan ... 22

3.6 Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan ... 22

3.7 Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan ... 22

3.8 Tanggapan Terhadap Tenaga Ahli ... 22

3.9 Tanggapan Terhadap Sistem Pelaporan Dan Diskusi ... 24

BAB 4 TANGGAPAN & SARAN TERHADAP PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG ... 26

4.1 Tanggapan Terhadap Personil ... 26

4.2 Tanggapan Terhadap Fasilitas Pendukung ... 26

BAB 5 PENDEKATAN, METODOLOGI & PROGRAM KERJA ... 27

(3)

B A B 1 P EN D A H U LU A N 3 6.1.1 Pendekatan Teknis ... 28 6.1.2 Pendekatan Normatif/Kebijakan ... 31

6.1.2.1 Rencana Tata Ruang ... 32

6.1.2.2 Rencana Tata Ruang Nasional ... 32

6.1.2.3 Rencana Tata Ruang Provinsi ... 37

6.1.2.4 Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota ... 39

6.1.2.5 Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Tatanan Kepelabuhanan Nasional ... 40

6.1.2.6 Rencana Induk Pelabuhan Batam (RIP Batam) ... 44

6.2 Metodologi ... 48

6.2.1 Metode Proyeksi Arus Penumpang dan Barang ... 48

6.2.2 Metode Proyeksi Penduduk ... 51

6.2.3 Metode Perhitungan PDRB ... 52 6.2.4 Metode Kuesioner ... 54 6.3 Program Kerja ... 61 6.3.1 Tahapan Pekerjaan ... 62 6.3.1.1 Persiapan Survei ... 62 6.3.1.2 Kegiatan Survei... 62 6.3.1.3 Kompilasi Data ... 63 6.3.1.4 Kegiatan Analisis ... 64

6.3.1.5 Kegiatan Penyusunan Rancangan Rencana Masterplan Transportasi Laut ... 65

6.3.1.6 Penyusunan Laporan Akhir ... 65

6.3.2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan... 66

6.4 Organisasi dan Personil ... 68

6.4.1 Organisasi pelaksanaan pekerjaan ... 68

6.4.2 Jadwal penugasan tenaga ahli ... 69

6.4.3 Komposisi Tim Dan Penugasan ... 70

6.4.4 Kerangka Berfikir Makro Pekerjaan ... 78

6.4.5 Kerangka Berfikir Mikro Pekerjaan... 79

(4)

B A B 1 P EN D A H U LU A N 4 Daftar Gambar

Gambar 1 Skema pendekatan ... 27

Gambar 2 Skema Posisi RTRW Provinsi Terhadap RTRW Nasional ... 39

Gambar 3 Skema RTRW Kabupaten terhadap RTRW Provinsi ... 40

Gambar 4 Skema Tatanan Kepelabuhanan Nasional ... 41

Gambar 5 Skema Rencana Induk Pelabuhan Nasional ... 42

Gambar 6 Skema Kerangka dan Pola Pikir Konsep TKN dan RIPN ... 43

Gambar 7 Skema Konsep TKN dan RIPN ... 44

Gambar 8 Foto-Foto Pelabuhan di Provinsi Kepulauan Riau ... 47

Gambar 9 Diagram alir proyeksi arus barang dan penumpang ... 49

Gambar 10 Contoh Proyeksi Penduduk ... 52

Gambar 11 Contoh Kuesioner Arus Penumpang ... 56

Gambar 12 Contoh Kuesioner Arus Penumpang ... 57

Gambar 13 Contoh Kuesioner Survey Pola Pergerakan Orang dan Barang dengan Kapal Motor Oleh Pelaku Perjalanan ... 58

Gambar 14 Contoh Kuesioner Survey Pola Pergerakan Orang dan Barang dengan Kapal Motor Oleh Pemilik Kapal ... 59

Gambar 15 Contoh Kuesioner Survey Pola Pergerakan Orang Dan Barang Moda Transportasi Air Oleh Pengelola Kapal ... 60

Gambar 16 Contoh Kuesioner Survey Pola Pergerakan Orang dan Barang dengan Moda Transportasi Air Responden Dinas Perhubungan ... 61

Gambar 17 Organisasi pelaksanaan pekerjaan ... 68

Gambar 18 Kerangka Berfikir Makro Pekerjaan ... 78

Gambar 19 Skema kerangka berfikir mikro pekerjaan ... 79

(5)

B A B 1 P EN D A H U LU A N 5 Daftar Tabel

Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... 66 Tabel 2 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli ... 69 Tabel 3 Komposisi Tim Dan Penugasan ... 70

(6)

B A B 1 P EN D A H U LU A N 6

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepulauan Riau (KEPRI), merupakan propinsi termuda di Indonesia yang wilayahnya terdiri dari 96% lautan, dan hanya 4% daratan. Kepri memiliki keunggulan diantaranya lokasi yang terletak pada posisi silang jalur pelayaran international, dan memiliki cadangan minyak bumi di sekitar Natuna. Potensi alam ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat.

Kondisi propinsi KEPRI yang terdiri dari pulau-pulau kecil, mengharuskan adanya strategi pembangunan perekonomian Kepri yang didukung oleh sistem transportasi laut yang handal dan mampu menghubungkan seluruh wilayah di Propinsi KEPRI dengan mudah dan efisien. Sehingga penyusunan master plan (tata ruang) transportasi laut di provinsi Kepulauan Riau merupakan kebutuhan yang mendesak untuk direalisasikan, dan master plan ini merupakan dokumen acuan dalam pengembangan sarana dan prasarana transportasi laut di kawasan KEPRI.

Lebih jauh, sistem angkutan laut sebagai sektor yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan pengembangan wilayah gugus pulau, perlu dipersiapkan untuk melayani kebutuhan sarana angkutan laut yang mampu mengangkut hasil produksi tiap gugus pulau untuk dipasarkan. Proyeksi pertumbuhan pergerakan barang dan produksi di gugusan pulau perlu dihitung sampai sepuluh tahun kedepan, dan dengan moda transportasi laut yang akan dikembangkan di wilayah KEPRI ini diharapkan dapat mengindikasikan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan per tahunnya. Disamping itu analisa terhadap kebutuhan armada laut yang meliputi tipe, ukuran, kapasitas dan kecepatan, serta spesifikasi sarana pelabuhannya sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat dari sektor maritime.

(7)

P e nd e ka ta n M as al ah Da n T uju an P e ke rj aa n 7

1.2 Pendekatan Masalah Dan Tujuan Pekerjaan

1.2.1 Pendekatan Masalah

Dalam pengembangan sistem transportasi, prasarana trasportasi yang dikembangkan untuk mendukung peningkatan pertumbuhan wilayah Kepualauan Riau secara serasi dengan wilayah-wilayah lainnya adalah sarana transportasi laut sebagai sarana yang menghubungkan wilayah dan pusat – pusat koleksi distribusi di wilayah Kepulauan Riau.

Dengan perkembangan IPTEK yang demikian pesat dan kondisi perekonomian wilayah yang membaik serta kondisi persaingan baik regional dan internasional yang makin ketat, diperkirakan tuntutan akan ketersedian (supply) moda transportasi laut ini semakin meningkat dan akan dihadapkan pada permasalahan – permasalahan bagaimana menyediakan sarana dan prasarana transportasi laut keberbagai wilayah nasional maupun regional yang memerlukan standar tertentu. Penentuan moda transportasi laut pada wilayah Kepulauan Riau merupakan suatu proses yang kompleks, mengingat begitu luas wilayah dan banyaknya pulau – pulau serta daerah yang bersinggungan dengan negara lain, sehingga membutuhkan pendekatan dari berbagai segi dan tingkat kebutuhan, utamanya adalah bahwa pengembangan transportasi laut ini terkait erat dengan skala pelayanan, apakah pelayanan transportasi lokal, regional atau internasional.

1.2.2 Tujuan Pekerjaan

Studi Penyusunan Master Plan Transportasi Laut ini merupakan bagian dari pengembangan pembangunan di Propinsi Kepulauan Riau yang ditujukan untuk mengembangkan kegiatan transportasi barang/jasa dan meningkatnya kehidupan ekonomi masyarakat dan pendapatan asli daerah.

1.2.3 Sasaran Pekerjaan

Sasaran pekerjaan ini adalah tersedianya master plan transportasi laut sebagai basis perencanaan dan implementasi program pengembangan sistem penyediaan

(8)

Sa sar an P e ke rj aa n 8

barang dan jasa di Propinsi Kepulauan Riau. Tujuan umum tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus yaitu:

a) Terindentifikasinya berbagai aspek pendukung pengembangan Transportasi Laut di Kepulauan Riau.

b) Mengetahui hubungan interaksi antara pengembangan wilayah pulau dengan sektor usaha angkutan laut,

c) Menentukan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi laut yang sesuai dengan kondisi alam dan potensi sumber daya yang ada di masing-masing pulau,

d) Memperoleh dasar kebijakan penanganan angkutan laut antar pulau demi peningkatan perekonomian.

e) Terumuskannya berbagai alternatif rekomendasi / usulan mengenai tata cara pengelolaan transportasi laut pada kelembagaan / kewenangan instansi. f) Dengan pendekatan survey yang mengoleksi data primer maupun sekunder

dan diikuti dengan analisa secara ekonomi dan teknis transportasi laut, maka diharapkan dapat menghasilkan master plan yang sesuai dengan perencanaan pengembangan Propinsi Kepulauan Riau kedepan.

(9)

B A B 2 P ENG A LA M A N 9

BAB 2 PENGALAMAN

2.1 Latar Belakang

PT. Blantickindo Aneka didirikan pada tahun 1986 sebagai jawaban atas peningkatan

kebutuhan keahlian dalam bidang teknik, lingkungan, bio-fisik, sosial ekonomi dan institusi, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkembang pesat. Kami telah menjadi anggota Ikatan Konsultan Indonesia (INKINDO) sejak tahun 1986 dan telah melakukan kurang lebih 142 pekerjaan pelayanan jasa konsultan, baik dari pemerintah maupun swasta.

2.2 Lingkup Jasa Konsultansi

PT. Blantickindo Aneka mampu memberikan layanan jasa konsultansi secara luas.

Layanan tersebut dibagi dalam beberapa disiplin atau divisi dan sub divisi.

Layanan keahlian kami adalah memberikan bidang dengan jangkauan yang luas untuk beberapa disiplin :

 Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota;  Pengembangan Sumber Daya Air;

 Transportasi dan Prasarana;

 Teknik Lingkungan dan Pengelolaannya;  Pembangunan Pertanian dan Perdesaan:

 Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Institusi;  Arsitektur, Landsekap dan Struktur Bangunan Gedung.

Untuk setiap disiplin, kami memberikan layanan jasa konsultansi untuk memenuhi semua tahapan pembangunan, termasuk :

(10)

P er e n ca n aa n W ila ya h d an P em b ang un an K o ta 10  Rencana Induk;

 Identifikasi dan Pra Studi Kelayakan;  Rancangan dan Perencanaan Teknis;  Analisis Kelayakan Ekonomi dan Keuangan;  Pengawasan Konstruksi dan Manajemen Proyek  Dll.

Kami melaksanakan pekerjaan dengan kualitas yang baik untuk memenuhi standar yang ditetapkan baik nasional maupun internasional. Pada setiap tahapan pekerjaan, kami melihat pentingnya kerjasama profesional dengan pemberi tugas, untuk menjamin kemajuan pekerjaan sesuai yang diharapkan. Kami menyediakan layanan yang bervariasi, mulai jangka pendek sampai dengan jangka panjang sesuai dengan ketersediaan dana dan waktu. Setiap penugasan yang diberikan kepada kami, akan dilaksanakan secara cermat dan seksama.

2.2.1 Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota

Kawasan wilayah dan perkotaan kerap berkembang lebih pesat daripada rekayasa dan tingkat pelayanannya. Rekayasa, rancang bangun, dan pembangunan prasarana kota merupakan tugas kompleks, yang memerlukan identifikasi pokok masalah dan penyelesaian yang tepat guna. Salah satu penyelesaiannya adalah melalui pendekatan terpadu yang dimulai dari skenario pengembangan wilayah/kota, kemampuan pendanaan, penyediaan air bersih, drainase kota, pengelolaan limbah manusia/sanitasi dan persampahan, prasarana jalan dan sistem angkutan kota sampai dengan perkuatan kelembagaan dan sumber daya manusia.

Prasarana Air Bersih

Sistem air bersih yang berkelanjutan;

Instalasi pengolahan dan penjernihan air;

Pengendalian kebocoran air;

Perencanaan teknis;

Pengelolaan distribusi air;

(11)

P e ng em b ang an S u m b er Da ya A ir 11

Pengawasan konstruksi

Drainase dan Sanitasi

Sistem sanitasi hemat biaya;

Sistem drainase dan perpipaan air limbah;

Perencanaan teknis;

Pengawasan konstruksi;

Pengelolaan operasi dan pelatihan. Persampahan

Pengelolaansampah perkotaan;

Sistem pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan;

Pembuangan, penimbunan dan kompos;

Pemulihan lokasi dan perencanaan teknis TPA sampah.

Jalan Kota dan Angkutan

Rancangan angkutan perkotaan;

Teknik lalu lintas dan pengelolaannya;

Operasi dan pemeliharaan;

Supervisi konstruksi.

Pembangunan Kota

Rancangan induk dan disain rinci untuk pengembangan kota baru, permukiman dan kawasan industri serta pusat rekreasi;

Perbaikan kampung;

Perbaikan pasar.

2.2.2 Pengembangan Sumber Daya Air Irigasi dan Drainase

(12)

P e ng em b ang an S u m b er Da ya A ir 12

Suatu jaringan irigasi tidak hanya terdiri dari saluran, bendung, bendungan dan bangunan keairan lainnya. Namun terdapat pula masyarakat, aspek sosial dan kegiatan pertanian. Hal ini memerlukan pendekatan yang terpadu, baik untuk rancangan, pengembangan irigasi baru ataupun rehabilitasi jaringan yang ada. PT. Blantickindo Aneka dapat membantu dalam hal :

Rancangan program;

Studi kelayakan;

Perencanaan teknis;

Pengelolaan proyek;

Rehabilitasi;

Operasi dan pemeliharaan;

Pengembangan jaringan tersier dan pencetakan sawah;

Irigasi air tanah.

Pengaturan Sungai dan Pengendalian Banjir

Dalam teknik pengaturan sungai adalah penting untuk memperhatikan stabilitas badan air dengan wawasan luas, khususnya pada bagian sungai yang ditinjau. Pekerjaan ini termasuk perlindungan tebing sungai dari erosi pengendalian meander sungai.

Tujuan pekerjaan tersebut adalah untuk mengendalikan aliran banjir. Hal ini dapat diselesaikan dengan mempertinggi tanggul yang ada sehingga dapat meningkatkan kapasitas badan air tersebut.

Untuk mencapai sasaran dari pekerjaan tersebut, kebutuhan dasar berikut ini haruslah dipenuhi, yaitu : stabilitas, fleksibiltas, daya tahan, pemeliharaan, keamanan, kelayakan lingkungan dan biaya yang efisien.

PT. Blantickindo Aneka bersedia melayani untuk :

Survey topografi dan pemetaan;

Perencanaan teknis pekerjaan pengendalian banjir dan pengaturan sungai;

Pengawasan konstsruksi.

(13)

P e ng em b ang an S u m b er Da ya A ir 13 Pembangunan Daerah Pengaliran Sungai

Pembangunan yang berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya air dalam suatu daerah pengaliran sungai seringkali menjadi kompleks dan menimbulkan problema, bilamana menyangkut perbedaan kepentingan diantara para pemakai air. Studi mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya air akan memberikan informasi, antara lain air larian, debit sungai, angkutan sedimen dan lain-lain. Data tersebut dapat digunakan untuk perencanaan pengendalian banjir, irigasi ataupun rehabilitasi jaringan yang sudah ada. Untuk menjawab problema tersebut, PT. Blantickindo Aneka menawarkan berbagai pengetahuan mengenai :

Pengelolaan sumber daya air;

Pengelolaan bantaran sungai;

Pengelolaan daerah pengaliran sungai;

Hidrologi;

Hidrolgeografi;

Model-model simulasi;

Perencanaan jaringan secara terpadu;

Pemantauan dan evaluasi;

Pengembangan institusi.

PT. Blantickindo Aneka dapat membantu dalam layanan :

Survey kondisi tanah dan pemetaan;

Survey dan pemetaan topografi;

Identifikasi rawa/lahan basah;

Studi kelayakan;

Analisis ekonomi dan keuangan;

Perencanaan teknis prasarana;

(14)

Tr ans po rt as i d an P ra sar an a 14

2.2.3 Transportasi dan Prasarana

Pembangunan ekonomi dan sosial akan mempengaruhi kebutuhan mobilitas orang dan barang. Oleh karena itu, jaringan arteri perhubungan ke berbagai arah tujuan harus dibuka untuk membantu mengurangi kemacetan lalu lintas orang dan barang. Menghadapi masalah demiikian, PT. Blantickindo Aneka dapat memikirkan model angkutan terpadu dilengkapi dengan prasarana dan sarana jalan, kereta api dan jembatan.

Sektor Perhubungan

Rekayasa dan rancangan transportasi;

Jalan pedesaan dan layanan angkutan umum;

Keamanan lalu lintas secara terpadu;

Pembangunan jalan masuk dan perparkiran;

Perencanaan dan operasi pelabuhan;

Lokasi dan perencanaan bandar udara;

Perencanaan muatan dan distribusi barang;

Evaluasi ekonomi dan studi dampak.

Teknik Jalan Raya

Penyelidikan tanah dan laboratorium;

Studi kelayakan;

Perencanaan teknis jalan raya;

Supervisi dan manajemen konstruksi;

Pengelolaan dan pemeliharaan jalan;

Survey inventarisasi kondisi jalan;

Pangkalan data sistem jaringan jalan;

Evaluasi kegiatan pemeliharaan jalan;

Penguatan organisasi pemeliharaan jalan dan sumber daya manusia.

(15)

Te kn ik Li ng kun ga n d an P e ng e lo laa nn ya 15

Perencanaan teknis;

Pengawasan konstruksi. Pelabuhan

Lingkungan pelabuhan;

Sedimentasi kolam pelabuhan dan pengerukan;

Perencanaan terminal;

Manuver kapal, kanal masuk kapal dan sebagainya;

Perencanaan bangunan pemecah gelombang;

Analisa ekonomi dan keselamatan pelayaran.

2.2.4 Teknik Lingkungan dan Pengelolaannya

PT. Blantickindo Aneka selalu menggunakan pendekatan inovatif dan terpadu dalam

menangani perbaikan kualitas lingkungan. Penanganan aspek lingkungan tidak hanya terbatas pada komponen air, buangan air kotor dan sampah, tetapi juga mencakup pengendalian polusi udara, tanah dan kebisingan serta pengelolaan dan audit lingkungan.

PT. Blantickindo Aneka menawarkan sistem pemantauan lingkungan :

Aspek Teknik Lingkungan

Pemilihan lokasi;

Kawasan penyangga;

Substitusi dan minimasi sumber daya;

Modifikasi proses dan penyimpangan;

Pengembangan sistem pemantauan lingkungan.

Instalasi Pengolahan Air Limbah

Sistem aerobik dan anaerobik

Sistem UASB;

(16)

P em b ang un an P er ta ni an d an P er d e saa n 16

Sistem Carrousel dan Carroisel-2000;

Penanganan logam berat;

Stabilisasi lumpur hasil pengolahan.

Pengelolaan Lingkungan

Audit lingkungan;

Prosedur operasi standar;

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL);

Analisa resiko lingkungan;

Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL dan UPL).

2.2.5 Pembangunan Pertanian dan Perdesaan

Masyarakat pedesaan hasuslah menjadi penanggung jawab utama dalam pembangunan di wilayahnya. Walaupun demikian, para tenaga ahli dapat mendukung proses ini dengan membantu dalam program-program pertanian dan pengembangan pedesaan. Keberhasilan dari program ini tergantung pada kemampuan mengintergrasikan berbagai komponen yang mendukung program tersebut. Pendekatan multidisiplin dan pengalaman para tenaga ahli merupakan jaminan keberhasilan suatu proyek.

PT. Blantickindo Aneka menawarkan berbagai macam jasa di bidang pertanian, yang

berupa bantuan teknis, pelatihan dan manajemen. Bidang keahlian kami meliputi evaluasi dan perencanaan kesesuaian lahan sampai kegiatan-kegiatan pasca panen dan pengembangan kelembagaan.

Pertanian

Evaluasi lahan;

Perencanaan penggunaan lahan;

Penyuluhan;

Sistem pertanian;

Kegiatan pasca panen;

(17)

P e ng em b ang an S u m b er Da ya M anu si a d an Ins ti tus i 17

Penyiapan studi kelayakan;

Penilaian ekonomi dan keuangan;

Prospek pasar;

Manajemen perkebunan.

Pengembangan Pedesaan

Studi dan tinjauan sektoral;

Pemantapan prosedur perencanaan dan kelembagaan;

Pengembangan masyarakat;

Analisis biaya keuntungan sosio ekonomi;

Permukiman dan transmigrasi;

Air bersih pedesaan;

Koperasi;

Penanganan kemiskinan;

Agribisnis;

Pemantauan dan evaluasi;

Energi pedesaan.

2.2.6 Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Institusi

Kami berkeyakinan bahwa hutan, pantai, taman nasional dapat dilestarikan bila dikelola dengan baik. Kegunaan upaya pelestarian adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi agar lebih bergairah meningkatkan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan untuk penduduk setempat. Penduduk dapat mengkonsumsikan hasil tebangan atau produksi hutan secara selektif atau untuk non konsumsi seperti perlindungan daerah aliran sungai, eko-turisme dan lain-lain.

Kawasan Pantai

PT. Blantickindo Aneka dapat menerima penugasan dalam bentuk :

Perencanaan dan pengelolaan kawasan pantai;

Perlindungan pantai;

(18)

O rg an is as i P er us ah aa n 18

Teknik reklamasi pantai.

Sumber Daya Biota Aquatik

Biota aquatik banyak terdapat di kolam, situ di pedesaan, waduk dan bantaransungai. PT.

Blantickindo Aneka telah memikirkan penanganan pencegahan kemungkinan polusi

tanah terhadap asam sulfat dan reklamasi hutan bakau yang berwawasan lingkungan.

Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem Alam

Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati bukan sekedar melindungi spesies yang dalam bahaya. Hal ini bertujuan untuk menjamin keberadaan varietas genetik langka yang diperlukan untuk pengembangan yang lebih produktif dan varietas yang resisten. Ekosistem alam juga mempunyai fungsi yang berguna memberikan keuntungan lebih banyak dalam mendapatkan kembali area-area tersebut. PT. Blantickindo Aneka melakukan pendekatan proyek-proyek reklamasi lahan dan pembangunan dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi alamiah, bilamana diperlukan.

Konservasi Alam dan Eco-turisme

Walaupun eco-turisme masih pada tahap awal pembangunan, PT. Blantickindo Aneka telah menganalisis isu-isu yang berkaitan dengan hal itu untuk mencari jalan keluar dalam mengkombinasikan program konservasi alam dengan perencanaan untuk integrasi ekonomi. Kami juga berusaha keras untuk menjembatani pemerintah dan sektor swasta yang berminat untuk berinvestasi dalam taman nasional.

2.3 Organisasi Perusahaan

PT. Blantickindo Aneka dalam menjalankan pekerjaannya dibagi dalam 8 (delapan) divisi

yaitu Divisi Perencanaan Umum, Divisi Jasa Survey, Divisi Studi Kelayakan, Divisi Perencanaan Teknik, Divisi Pengawasan/Supervisi, Divisi Manajemen, Divisi Pemberdayaan Masyarakat dan Divisi Penelitian.

Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi PT. Blantickindo Aneka dapat dilihat pada gambar berikut :

(19)

O rg an is as i P er us ah aa n 19

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

KOMISARIS UTAMA KOMISARIS DIREKTUR UTAMA DIREKTUR TEKNIK DIREKTUR EKSEKUTIF DIREKTUR PEMASARAN MANAJER KEUANGAN MANAJER KANTOR DIVISI PERENCANAAN UMUM DIVISI JASA SURVEY DIVISI PERENCANAAN TEKNIS DIVISI STUDI KELAYAKAN DIVISI PENGAWASAN / SUPERVISI DIVISI PENELITIAN DIVISI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIVISI MANAJEMEN

(20)

P e ng al am an P er us ah aa n S ec ar a Um u m 20

2.4 Pengalaman Perusahaan Secara Umum

PT. Blantickindo Aneka mempunyai berbagai jenis pengalaman kerja yang meliputi

Perencanaan Umum, Jasa Survey, Studi Kelayakan, Perencanaan Teknik, Pengawasan/Supervisi, dan Penelitian.

Pelayanan jasa teknik yang dilakukan PT. Blantickindo Aneka meliputi perencanaan dan pengawasan pembangunan prasarana pendukung desa antara lain jalan dan jembatan, air bersih, sanitasi, perumahan dan permukiman dan lain-lain. Secara terperinci dapat dilihat dalam daftar pengalaman perusahaan kami.

2.5 Perangkat Kantor

PT. Blantickindo Aneka yang berkedudukan di Jl. Ciniru IV No. 6 Kebayoran Baru – Jakarta

Selatan mempunyai bangunan dengan luas 250 m2 yang terdiri dari dua lantai lantai satu dengan luas ruangan 200 m2 dan lantai dua dengan luas 50 m2 lantai satu terdiri dari ruang tamu ruang rapat ruang kerja direktur ruang kerja bagian keuangan dan pemasaran dan ruang serba guna lantai dua terdiri dari tiga ruangan kerja bagian teknis dan administrasi. PT. Blantikindo Aneka juga didukung oleh berbagai jenis peralatan dan perangkat kerja yang digunakan untuk menunjang kelancaran suatu pekerjaan. Perangkat kerja selalu disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan jaman, khususnya yang berkaitan dengan sistem informasi modern. Perangkat kerja meliputi perangkat-perangkat guna menunjang seluruh aktifitas kerja baik teknis maupun non teknis.

(21)

B A B 3 T A NG GA P A N & S A R A N T ER H A D A P K ER A NG K A A C UA N K ER JA 21

BAB 3 TANGGAPAN & SARAN

TERHADAP KERANGKA

ACUAN KERJA

Konsultan ingin memberikan tanggapan (tanggapan = kritik, komentar) terhadap kerangka acuan kerja yang telah diberikan. Beberapa hal yang konsultan ingin tanggapi adalah sebagai berikut :

3.1 Tanggapan Terhadap Latar Belakang

Bahwa didalam latar belakang yang diterakan dalam kerangka acuan kerja pemberi pekerjaan tidak memberikan indikasi yang jelas terhadap permasalahan didalam sector transportasi kelautan di Provinsi Kepulauan Riau. Adalah benar bahwa Provinsi Kepulauan Riau luas wilayahnya didominasi oleh laut. Dimana kabupaten dan kota yang ada adalah pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Namun demikian adalah sebuah titik awal untuk menjadi pijakan bagi konsultan pelaksana jika pemberi pekerjaan memberikan indikasi-indikasi permasalahan di dalam sector transportasi laut di provinsi Kepulauan Riau.

3.2 Tanggapan Terhadap Tujuan Pekerjaan

Terhadap tujuan pekerjaan, konsultan ingin memberikan pendapat bahwa Studi Penyusunan Masterplan Transportasi Laut ini diharapkan tidak hanya berupa kajian penelitian biasa, namun juga diharapkan dapat menjadi perangkat hukum bagi pimpinan daerah yang tak lepas dari satu kesatuan terhadap peraturan daerah mengenai Rencana Tata Ruang yang telah ada.

3.3 Tanggapan Terhadap Sasaran Pekerjaan

Sesungguhnya konsultan setuju terhadap sasaran yang harus dilakukan. Keenam (6) langkah ini merupakan rangkaian kegiatan untuk menyusun rencana induk transportasi laut di Provinsi Kepulauan Riau.

(22)

Ta ng ga p an T er h ad ap Li ng kup P e ke rj aa n 22

3.4 Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan

Konsultan menanggapinya cukup jelas dan mengerti terhadap lima (5) langkah dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut .

3.5 Tanggapan Terhadap Keluaran Pekerjaan

Konsultan ingin memberikan tanggapan terhadap metodologi yang dinyatakan di dalam kerangka acuan kerja. Terutama kaitannya dengan kebijakan nasional dan regional dan internasional. Seperti yang diketahui bahwa Provinsi Kepulauan Riau memiliki posisi yang sangat strategis dalam perdagangan global. Untuk itu didalam melihat kajian kebijakan, konsultan akan memberikan paparan posisi provinsi kepulauan riau dalam konteks nasional (tatanan kepelabuhanan nasional, pelayaran) dan dalam konteks internasional (ASEAN, Dunia)

3.6 Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan

Setelah membaca lingkup kegiatan tersebut, konsultan setuju dengan tahapan yang ada dalam kerangka acuan kerja. Namun Lima (5) lingkup kegiatan tersebut konsultan belum melihatnya sebuah korelasi yang kuat terhadap keluaran pekerjaan dan tujuan khusus. Konsultan memberikan saran pemberi pekerjaan dapat memberikan indikasi-indikasi serangkai lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan oleh konsultan agar mencapai tujuan umum dan tujuan khusus pekerjaan.

3.7 Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan

Konsultan ingin menanggapi tentang waktu pelaksanaan kegiatan, diharapkan konsultan dapat melaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja. Namun demikian juga memperhatikan waktu-waktu libur nasional, dan libur hari kerja regular.

3.8 Tanggapan Terhadap Tenaga Ahli

Membaca kerangka acuan pekerjaan yang diberikan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), konsultan ingin memberian saran terhadap seluruh tenaga ahli sesuai

(23)

Ta ng ga p an T er h ad ap T e n ag a A h li 23

dengan pengalaman, keahlian dan sertifikasi yang ada. Bahwa konsultan memahami bahwa tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sebanyak 68 MM terdiri dari :

1) Ahli Pengembangan Wilayah (Team Leader) atau yang disebut ahli planologi 1 orang. Dengan syarat kompetensi S2-Teknik Perencanaan Wilayah (SKA) Perencanaan Wilayah dengan pengalaman 5 (lima) tahun atau minimal S-1 Teknik Planologi pengalaman di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota dengan pengalaman minimal 10 (sepuluh) tahun.

2) Ahli Sipil Transportasi Pelabuhan, 1 orang, dengan kompetensi S2, Teknik Transportasi, Pengalaman 4 (empat) tahun atau minimal S1- Perkapalan/Ahli Sipil SKA Perencana Transportasi dengan pengalaman minimal 6 (enam) tahun 3) Ahli Perkapalan, 1 orang, dengan sarjana perkapalan dan atau sarjana teknik

perkapalan, arsitektur perkalapalan. Dengan pengalaman lima (5) tahun. 4) Ahli Kelautan, 1 orang. Dengan komptensi sarjana kelautan dan atau ilmu

kelautan (S1) dengan dengan pengalaman minimal lima (5) tahun.

5) Ahli Sosial, 1 orang. Dengan syarat sarjana (S1) social dengan pengalaman minimal lima (5) tahun.

6) Ahli Lingkungan, 1 orang. Dengan syarat sarjana (S1) teknik lingkungan atau sarjana lingkungan dengan pengalaman lima (5) tahun.

7) Ahli Statistik, 1 orang. Dengan syarat sarjana (S1) sarjana statistik, dengan pengalaman minimal lima (5) tahun.

8) Tenaga ahli pendukung, dengan pengalaman minimal lima (3) tahun, sarjana (S1) dibidangnya. Sedangkan untuk staff pendukung tidak perlu disebutkan nama dan kelengkapan dokumennya;

a. Asisten tenaga ahli planologi, 1 orang

b. Asisten tenaga ahli sipil transportasi pelabuhan, 1 orang c. Asisten tenaga ahli perkapalan, 1 orang

d. Asisten tenaga ahli kelautan, 1 orang e. Asisten tenaga ahli ekonomi, 1 orang f. Asisten tenaga ahli social, 1 orang g. Asisten tenaga ahli lingkungan, 1 orang

(24)

Ta ng ga p an T er h ad ap S is te m P el apo ran Da n Di sk us i 24

h. Asisten tenaga ahli statistik, 1 orang

i. Sekretaris, drafter, operator komputer, surveyor dan sopir

3.9 Tanggapan Terhadap Sistem Pelaporan Dan Diskusi

Konsultan memahami bahwa, produk yang dihasilkan dalam pekerjaan ini terdiri atas Laporan Pendahuluan, Laporan Tengah (Interim Report), Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report), Laporan Akhir (Final Report) dan Laporan Ringkasan Akhir (Executive Summary). Untuk itu konsultan ingin memberikan saran berupa:

1. Laporan Pendahuluan, berisi: a. Uraian ringkas pekerjaan

b. Pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang tersebut dalam lingkup pelaksanaan kegiatan;

c. Daftar kebutuhan data dan informasi, serta

d. Daftar kebutuhan dukungan/fasilitasi yang diperlukan konsultan dari stakeholder terkait

e. Rencana kerja rinci dan rencana mobilisasi tenaga ahli yang dilengkapi dengan rincian tugas dan keluaran yang dihasilkan oleh masing-masing tenaga ahli.

Waktu penyerahan : Akhir bulan pertama

Kelengkapan berupa : Berita acara hasil diskusi/pengarahan (BA) Jumlah Laporan : 10 (Sepuluh) Eksemplar

2. Laporan Interim, berisi: f. Hasil kompilasi data dan; g. Hasil analisis.

Waktu penyerahan : Akhir bulan keempat

Kelengkapan berupa : Berita acara hasil diskusi/pengarahan (BA) Jumlah laporan : 10 (sepuluh) eksemplar

3. Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report), berisi; h. Rumusan kebijaksanaan dasar studi;

(25)

Ta ng ga p an T er h ad ap S is te m P el apo ran Da n Di sk us i 25

j. Konsep pengembangna obyek khusus

Waktu penyerahan : Akhir bulan kelima (5)

Kelengkapan berupa : Berita acara hasil diskusi/pengarahan dengan dinas terkait (BA)

Jumlah laporan : 15 (Lima belas) eksemplar

4. Laporan Akhir (Final Report), berisi;

a. Penyempurnaan laporan draft laporan akhir

Waktu penyerahan : akhir masa pelaksanaan pekerjaan

Kelengkapan berupa : Berita acara hasil diskusi/pengarahan (BA) Jumlah laporan : 10 (sepuluh) eksemplar

5. Ringkasan laporan akhir (executive summary), berisi;

a. ringkasan laporan akhir yang disajikan dengan format yang komunikatif dan menarik namun kuat.

Waktu penyerahan : akhir masa pelaksanaan pekerjaan

Kelengkapan berupa : Berita acara hasil diskusi/pengarahan (BA) Jumlah laporan : 10 (sepuluh) eksemplar

(26)

B A B 4 T A NG GA P A N & S A R A N T ER H A D A P P ER SO NI L/ FA SI LIT A S P EN D U K UN G 26

BAB 4 TANGGAPAN & SARAN

TERHADAP

PERSONIL/FASILITAS

PENDUKUNG

4.1 Tanggapan Terhadap Personil

Didalam kerangka acuan kerja yang disampaikan, konsultan ingin memberikan saran agar ditambahkannya tenaga ahli dan asisten ahli bidang hukum dan sumber daya manusia. Ahli ini menjadi peranan penting dalam menganalisa kebutuhan sumber daya manusia di sektor transportasi laut dan kepelabuhanan. Sektor kepelabuhanan/transportasi laut memiliki keterkaitan antar stakeholder seperti bea cukai, polisi air, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, Dinas Perikanan dan Kelautan serta Dinas Perhubungan dna Departemen perhubungan republic Indonesia. Untuk itu menjadi saran masukan kepada pemberi pekerjaan untuk menambahkan 1 orang ahli dan 1 asisten hukum dan kelembagaan dengan MM 2-4 bulan.

4.2 Tanggapan Terhadap Fasilitas Pendukung

Didalam kerangka acuan kerja yang diberikan oleh pemberi pekerjaan, tidak terterakan fasilitas yang akan diberikan kepada pelaksana pekerjaan yaitu konsultan. Beberapa fasilitas yang diharapkan dapat diberikan kepada konsultan adalah akses kepada seluruh stakeholder terutama di dinas terkait untuk mendapatkan data dan informasi untuk penyusunan rencana induk transportasi laut ini.

(27)

B A B 5 P EN D EK A TA N, M ET O D O LO GI & P R O GR A M K ER JA 27

BAB 5 PENDEKATAN,

METODOLOGI & PROGRAM

KERJA

6.1 Pendekatan

Didalam pekerjaan ini konsultan akan mengunakan beberapa pendekatan untuk dapat menjawab tujuan dari pekerjaan ini. namun sebelum itu konsultan akan memberikan gambar proses skematik yang diharapkan dapat menjadi panduan.

Gambar 1 Skema pendekatan

Seperti yang telah dijelaskan dalam kerangka acuan pekerjaan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh provinsi kepulauan riau adalah luas lautan sebesar 96% sedangkan 4 % sisanya adalah daratan. Oleh karena karakteristik daerah tersebut diperlukan sebuah kajian transportasi laut sebagai solusi untuk menghubungkan berbagai pulau (daratan) sebagai usaha untuk meningkatkan interaksi ekonomi, social dan politik. Tujuan Pekerjaan Lingkup Pekerjaan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pendekatan di dalam kamus besar bahasa Indonesia, dinyatakan adalah : (n) 1 proses, perbuatan, cara mendekati (hendak berdamai, bersahabat, dsb)

2 antara usaha dalam rangka

aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.

(28)

P e nd e ka ta n T e kni s 28 6.1.1 Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis dalam proposal ini disesuaikan dengan lingkup kegiatan yang akan dicapai sesuai kerangka acuan pekerjaan.

Metode pendekatan teknis Penyusunan Master Plan Transportasi Laut ini adalah : 1. Menguraikan kondisi Provinsi Kepri yang melatar-belakangi permasalahan

kebutuhan moda transportasi angkutan laut meliputi : a. Kebijaksanaan pembangunan sistem transportasi b. Keadaan perkembangan ekonomi

c. Kondisi angkutan laut saat ini.

2. Pengkajian terhadap kondisi kelautan, faktor sosial-ekonomi penduduk, tingkat aksesibilitas dan kebutuhan (demand) serta faktor-faktor pendukung lainnya. Pengkajian ini dimaksudkan untuk melihat potensi dan kecenderungan perkembangan kebutuhan (demand) serta ketersediaan pelayanan (supply) angkutan laut.

3. Melakukan identifikasi faktor-faktor pendukung, melihat kecenderungan perkembangan pelayanan, fasilitas dan tingkat pelayanan serta faktor-faktor keamanan, kenyamanan dan serta variasi tujuan perjalanan.

4. Merumuskan berbagai indikator perkembangan dan kecenderungan perkembangan berdasarkan analisis supply dan demand, tingkat pelayanan serta skala pelayanan pelayaran (lokal, regional, internasional). Perumusan tersebut sebagai bahan perumusan alternatif pengembangan transportasi laut baik aspek fisik, prasarana, pelayanan, pengelolaan maupun kelembagaan. 5. Rekomendasi Pengembangan dengan berbagai alternatif pengembangan dan

pelaksanaan program-program dan kegiatan pembangunan.

Untuk melakukan lima (5) pendekatan tersebut, konsultan membaginya dalam beberapa langkah teknis kegiatan sebagai berikut;

(29)

P e nd e ka ta n T e kni s 29

persiapan : - Pengkajian data dan informasi dari pemberi pekerjaan dan instansi terkait

- Pengkajian kondisi wilayah studi

Tahap kegiatan survey :

- Penyiapan peta-peta dasar di kawasan studi

- Penyusunan daftar data dan dokumen yang diperlukan - Penyusunan questioner atau disebut daftar pertanyaan - Penyiapan peralatan lain seperti GPS, dll

Kegiatan survey :

- Survey Instansional, mengenai keadaan system

pengangkutan;

- Peran dan fungsi angkutan - Peran dan fungsi pelabuhan

- Kondisi fasilitas dan tingkat pelayanan transportasi - Survey lapangan, pengujian data instansional;

- Lingkup wilayah makro

- Lingkup kawasan studi (mikro) meliputi (i) daya dukung tanah, (ii) hidrologi sumber air, (iii) kondisi jalan dan sanitasi, (iv) penggunaan pelabuhan, (v) kondisi pelabuhan, (vi) panjang dan lebar jalan, (vii) jenis dan kondisi perkerasan, (viii) saluran pengeringan, (ix) jaringan utilitas air, listrik, limbah,

- Objek khusus/tertentu - Observasi dan interview.

Kompilasi data: - Skala makro;

- Kebijaksanaan regional; - Aspek kependudukan; - Aspek perekonomian; - Aspek sumber daya alam;

- Aspek fasilitas pelayanan dan prasarana; - Skala mikro (kawasan studi terpilih);

- Aspek social; - Aspek perekonomian;

(30)

P e nd e ka ta n T e kni s 30

- Aspek fisik dasar; - Aspek tata guna tanah; - Aspek fasilitas pelayanan; - Aspek administrasi pengelolaan;

- Kondisi saat ini, potensi dan masalah yang dihadapi

Kegiatan Analisis:

- Analisis keadaan dasar;

- Analisis kecenderungan perkembangan;

- Analisis system kebutuhan ruang, yaitu menilai hubungan ketergantungan antara sub system atau antar fungsi dan pengaruhnya;

- Analisis kemampuan pengelolaan, pengawasan dan personalia dan kebutuhan mendatang.

- Analisis volume kegiatan pelabuhan (terpilih);

- Daya tampung pelabuhan; - Potensi dan kemampuan;

- Jumlah penumpang dan perkembangannya; - Jumlah trayek dan perkembangannya

- Analisis penentuan elemen kawasan studi serta hubungan

fungsionalnya:

- Gambaran kegiatan operasional di kawasan studi; - Penentuan elemen kawasan serta hubungan

fungsionalnya,yakni (i) elemen primer, (ii) elemen sekunder sedangkan hubungan fungsional, yakni (i) internal, (ii) eksternal

- Analisis kebutuhan ruang, yakni menguraikan perhitungan

kebutuhan dan rekomendasinya

- Penilaian penggunaan ruang yang ada, dengan maksud

mendapatkan indicator:

- Perlunya pengaturan lahan kembali; - Perluasan kawasan yang sudah ada; - Kedua-duanya;

(31)

P e nd e ka ta n No rm at if /K e b ija ka n 31

- Analisis fisik kawasan studi dan sekitarnya, dengan tujuan

untuk melihat kemungkinan pengembangan kawasan, yakni (i) jenis bangunan yang sudah ada, (ii) kondisi lahan/kontur, (iii) batas-batas kawasan studi. - Analisis kawasan sentra ekonomi, yakni aktifitas dan

gambaran kawasan sentra ekonomi yang memiliki akses ke kawasan studi

- Analisis batas-batas area pengembangan;

- Analisis mikro; - Analisis perekonomian;

- Analisis khusus unsur-unsur utama kawasan studi.

6.1.2 Pendekatan Normatif/Kebijakan

Yang dimaksud dengan pendekatan normative adalah pendekatan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, baik itu peraturan pemerintah, keputusan menteri, dan peraturan daerah yang mengatur tentang transportasi. Berikut ini beberapa peraturan yang akan ditinjau sebagai bahan masukan terhadap pengembangan rencana induk transportasi laut provinsi kepulauan riau; 1. Peraturan Pemerintah No 61 tahun tentang Kepelabuhanan

2. Undang-undang penataan ruang No. 26 tahun 2010 3. Undang Undang No 17 tahun 2008 tentang pelayaran

4. Keputusan Menteri Perhubungan KM 53 tahun 2002, tentang Tatanan Kepelabuhan nasional

5. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3493);

6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraTahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3907);

(32)

R e nc an a Ta ta R u ang 32

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian (Lembaran

Negara Tahun 2000 Nomor 160, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4001); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145);

11. Peraturan menteri perhubungan No 77 tahun 2009, tentang Rencana Induk Pelabuhan Batam (terminal kabil, terminal sekupang, terminal batu ampar dan terminal batam center).

12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 54 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pelabuhan laut

13. Keputusan Menteri perhubungan nomor KP 330 tahun 2009 tentang penetapan pelabuhan bebas pada kawasan perdagangan bebas di Batam, bintan dan karimun

6.1.2.1 Rencana Tata Ruang

Rencana tata ruang yang dimaksud dalam proposal ini adalah dimulai dari rencana tata ruang nasional, rencana tata ruang provinsi dan rencana tata ruang kabupaten dan kota.

6.1.2.2 Rencana Tata Ruang Nasional

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. RTRWN merupakan pedoman untuk: (1) penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; (2) penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; (3) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; (4) mewujudkan

(33)

R e nc an a Ta ta R u ang N as io n al 33

keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi serta keserasian antarsektor; (5) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; (6) penataan ruang kawasan strategis nasional; dan (7) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/ kota.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan, upaya pembangunan nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik. Untuk itu, salah satu hal penting yang dibutuhkan adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan, yang secara spasial dirumuskan dalam RTRWN. Penyusunan RTRWN didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara lain meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah. Semua itu diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.

A. Struktur Ruang Wilayah Nasional

Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah nasional berdasarkan RTRWN yang terkait dengan infrastruktur jalan meliputi (1) peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki, serta (2) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi (termasuk di dalamnya prasarana jalan), telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki, khususnya yang terkait dengan infrastruktur jalan adalah dengan menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan

(34)

R e nc an a Ta ta R u ang N as io n al 34

perkotaan dan wilayah di sekitarnya. Adapun strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana, khususnya yang terkait dengan prasarana jalan adalah dengan meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara.

Dalam RTRWN, rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi: 1. Sistem Perkotaan Nasional

Sistem pusat perkotaan nasional yang ditetapkan dalam RTRWN meliputi pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan strategis nasional (PKSN).

A. PKN (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria:

 kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau

 kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

B. PKW (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria:

 kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

 kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

 kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. C. PKSN (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria:

 pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

 pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

(35)

R e nc an a Ta ta R u ang N as io n al 35

 pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau

 pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

Rencana sistem jaringan transportasi nasional merupakan sistem yang memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan transportasi antarwilayah dan antarkawasan perkotaan dalam ruang wilayah nasional, serta keterkaitannya dengan jaringan transportasi internasional. Pengembangan sistem jaringan transportasi nasional dimaksudkan untuk menciptakan keterkaitan antarpusat perkotaan nasional serta mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antara pusat perkotaan nasional dengan sektor kegiatan ekonomi masyarakat.

Jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional, dan jalan tol. Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhierarki berdasarkan kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan:

a. antar-PKN;

b. antara PKN dan PKW; dan/atau

c. PKN dan/atau PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional.

Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkan antar-PKW dan antara PKW dan PKL. Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan pula untuk menghubungkan antar ibukota provinsi.

Jaringan jalan strategis nasional merupakan jaringan jalan yang dikembangkan untuk mendukung kebijakan pengembangan wilayah yang memiliki nilai strategis nasional. Spesifikasi teknis jalan strategis nasional disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang ada, sehingga tidak harus sama dengan spesifikasi teknis jaringan jalan arteri primer atau kolektor primer. Jaringan jalan strategis nasional dikembangkan untuk menghubungkan:

(36)

R e nc an a Ta ta R u ang N as io n al 36

b. antara PKSN dan pusat kegiatan lainnya; dan

c. PKN dan/atau PKW dengan kawasan strategis nasional

Adapun jalan tol dikembangkan untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. Yang dimaksud dengan “jalan bebas hambatan” adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan.

3. Sistem jaringan energi nasional

Sistem jaringan energi nasional terdiri dari jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik.

4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional

Sistem jaringan telekomunikasi nasional terdiri dari jaringan terrestrial dan jaringan satelit.

5. Sistem jaringan sumberdaya air nasional

Sistem jaringan sumberdaya air (SDA) merupakan sistem SDA pada setiap wilayah sungai (WS) dan cekungan air tanah. Wilayah sungai meliputi WS lintas negara, WS lintas provinsi, dan WS strategis nasional.

B. Pola Ruang Wilayah Nasional

Pola ruang wilayah nasional merupakan distribusi peruntukkan ruang dalam ruang wilayah Indonesia yang mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional. Nilai strategis nasional yang dimaksud adalah kemampuan kawasan tersebut untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya, serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Terdapat kebijakan pengembangan kawasan lindung yang harus diperhatikan dalam pengembangan infrastruktur jalan, yaitu pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Strategi untuk

(37)

R e nc an a Ta ta R u ang P ro vi ns i 37

mewujudkan kebijakan tersebut diantaranya dengan (1) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; serta (2) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Adapun kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Sedangkan kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya (baik di ruang darat maupun ruang laut) yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.

6.1.2.3 Rencana Tata Ruang Provinsi

a. Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah provinsi yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan (sistem perkotaan) yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah provinsi terutama jaringan transportasi. Pusat-pusat kegiatan pada wilayah provinsi merupakan pusat pertumbuhan wilayah provinsi, yang dapat terdiri atas:

a. PKN yang berada di wilayah provinsi; b. PKW yang berada di wilayah provinsi; c. PKSN yang berada di wilayah provinsi; dan

d. PKL yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.

Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah provinsi. Rencana struktur ruang wilayah provinsi berfungsi:

(38)

R e nc an a Ta ta R u ang P ro vi ns i 38

a. sebagai pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah provinsi yang memberikan layanan bagi wilayah kabupaten dan wilayah kota yang berada dalam wilayah provinsi; dan

b. sebagai arahan perletakan sistem jaringan prasarana antarwilayah kabupaten/kota yang juga menunjang keterkaitan pusat kabupaten/kota antarwilayah provinsi.

b. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi, Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Rencana pola ruang wilayah provinsi berfungsi:

a. sebagai alokasi ruang untuk kawasan budi daya bagi berbagai kegiatan sosial ekonomi dan kawasan lindung bagi pelestarian lingkungan dalam wilayah provinsi;

b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan

d. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang skala besar pada wilayah provinsi.

(39)

R e nc an a Ta ta R u ang K abu p at e n/Kot a 39

Gambar 2 Skema Posisi RTRW Provinsi Terhadap RTRW Nasional

6.1.2.4 Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota

Dalam jenjang perencanaan tata ruang, Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten merupakan produk rencana untuk :

a. Rencana operasional arahan pembangunan kawasan (operasional action plan); b. Rencana pengembangan dan peruntukan kawasan (area development plan); c. Panduan untuk rencana aksi dan panduan rancang bangun (urban design

guidelines).

Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kabupaten harus merujuk pada pranata rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah. Kedudukan RDTR Kabupaten dalam pengaturan ruang diilustrasikan dalam gambar dibawah ini.

(40)

R e nc an a Induk P e la bu h an N as io n al d an T at an an K e p el abu h an an N as io na l 40

Gambar 3 Skema RTRW Kabupaten terhadap RTRW Provinsi

Untuk itu nantinya RTRW Kabupaten di wilayah provinsi Kepulauan Riau seperi

Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Anambas harus ditinjau agar dalam pengembangan rencana induk

transportasi laut menjadi sinergis dan memiliki keterpaduan.

6.1.2.5 Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Tatanan Kepelabuhanan Nasional

Didalam undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran dan peraturan pemerintah nomor 61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan. Jelaskan bahwa yang dimaksud dengan Tatanan Kepelabuhanan nasional adalah suatu system kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana

(41)

R e nc an a Induk P e la bu h an N as io n al d an T at an an K e p el abu h an an N as io na l 41

Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan.

Berikut ini gambar skema kebijakan tatanan kepelabuhanan sesuai dengan UU nomor 61 tahun 2009.

(42)

R e nc an a Induk P e la bu h an N as io n al d an T at an an K e p el abu h an an N as io na l 42

Berikut ini gambar skema rencana induk pelabuhan nasional

(43)

R e nc an a Induk P e la bu h an N as io n al d an T at an an K e p el abu h an an N as io na l 43

Berikut ini kerangka dan pola berfikir konsep TKN dan RIPN

(44)

R e nc an a Induk P e la bu h an B at am (R IP B at am ) 44

Berikut ini adalah konsep TKN dan RIPN sesuai dengan UU dan PP

Gambar 7 Skema Konsep TKN dan RIPN

6.1.2.6 Rencana Induk Pelabuhan Batam (RIP Batam)

Rencana induk pelabuhan Batam merupakan peraturan menteri no 77 tahun 2009. Peraturan menteri ini merupakan turunan dari permintaan dari Gubernur Provinsi Kepulauan Riau dan turunan dari undang-undang tentang pelayaran dan tentang kepelabuhanan. Didalam rencana induk pelabuhan ini pelabuhan yang tertera adalah Terminal Kabil, Terminal Sekupang, Terminal Batu Ampar dan Batam Center.

(45)

R e nc an a Induk P e la bu h an B at am (R IP B at am ) 45

Lokasi pelabuhan di Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI)

Terminal Pelabuhan Batam Center, di Kota Batam

Terminal pelabuhan Sekupang, di Kota Batam

Terminal pelabuhan Punggur, di Kota Batam

(46)

R e nc an a Induk P e la bu h an B at am (R IP B at am ) 46

Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun

(47)

R e nc an a Induk P e la bu h an B at am (R IP B at am ) 47

Pelabuhan di Anambas, Kabupaten Anambas

Gambar 8 Foto-Foto Pelabuhan di Provinsi Kepulauan Riau Terminal pelabuhan Sri Bintan Pura, Kota Tanjung Pinang.

Terminal pelabuhan khusus marina city, tanjung riau, Batam

(48)

M e to do lo gi 48 6.2 Metodologi

6.2.1 Metode Proyeksi Arus Penumpang dan Barang

Metode proyeksi arus barang dan penumpang dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Data tahunan terdiri atas data kunjungan kapal, volume barang dan jumlah penumpang. Sedangkan data dari laporan bulanan terdiri atas kunjungan kapal, ukuran kapal (seperti GT, LOA), waktu sandar (BT), volume barang dan jumlah penumpang tiap-tiap kapal. Pertama-tama, data dari laporan tahunan yaitu GT, LOA, BT, volume barang, dan penumpang di kelompokkan secara terpisah berdasarkan ukuran kapal. Berikutnya, proyeksi arus barang dan penumpang dilakukan berdasarkan pada data tahunan untuk daerah studi setelah dipisahkan dari pendaratan-pendaratan sekitarnya. Tahap ketiga adalah proyeksi arus barang dan penumpang untuk setiap target tahun, dan akhirnya dilakukan estimasi jumlah kunjungan kapal dengan berdasarkan pada hasil proyeksi arus barang dan penumpang pada tahap sebelumnya.

(49)

M e to de P ro ye ks i A rus P e nu m p ang d an B ar ang 49

Gambar Diagram alir proyeksi arus barang dan penumpang

Gambar 9 Diagram alir proyeksi arus barang dan penumpang

Laporan Bulanan

Data kunjungan kapal, LOA, GT, BT, Arus Barang,

Arus Penumpang

Analisis berdasarkan kategori ukuran kapal/jenis pelayaran

Alokasi proyeksi arus barang ke masing-masing

ukuran kapal/jenis pelayaran

Estimasi kunjungan kapal berdasarkan arus barang

Laporan Tahunan

Data kunjungan kapal, GT, Arus Barang, Arus

Penumpang

Proyeksi arus barang dan penumpang di pelabuhan (jangka pendek dan jangka panjang), dengan dasar ; proyeksi ;

- Trend arus barang - Trend PDRB

Hasil proyeksi arus barang untuk jangka pendek dan

jangka menengah

Alternatif metode proyeksi ; 1. Model regresi linear 2. Model rata-rata laju

(50)

M e to de P ro ye ks i A rus P e nu m p ang d an B ar ang 50

a) Model regresi linear,

Adalah metode proyeksi yang paling dasar (sederhana) dan paling banyak digunakan. Model ini, dalam bentuk rumusan seperti ini;

b) Model rata rata laju pertumbuhan ;

Adalah metode proyeksi yang didasarkan pada rata-rata laju pertumbuhan tahunan. Model ini dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut;

c) Model Moving average (MA), auto regressive (AR), Auto Regressive Moving Average (ARMA) ; adalah model proyeksi yang cukup handal dan terkenal untuk time series dan model ini dapat digunakan untuk melakukan proyeksi walaupun terdapat gangguan (noise) pada data yang dianalisis. Perhitungan dengan model ini dilakukan dengan perangkat Eviews. Berikut rumusannya;

(51)

M e to de P ro ye ks i P e nd ud uk 51

6.2.2 Metode Proyeksi Penduduk

Ada beberapa cara atau metode untuk memproyeksi penduduk dimasa yang akan datang terhadap wilayah-wilayah yang menjadi potensial terhadap

pengembangan transportasi laut. 1. Metode matematik yaitu

a. Linear rate growth yang terdiri atas

i. Aritmathic Rate Growth Pn = Po (1 + rn) ii. Geometric Rate growth Pn = Po (1 +r)n b. Eksponential rate of growth : Pn = Po ern Dimana ;

Po = jumlah penduduk pada tahun awal Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n

R = tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun awal ke tahun ke-n N = banyak perubahn tahun

2. Metode komponen

Metode ini melakukan tiap komponen penduduk secara terpisah dan untuk mendapatkan proyeksi jumlah penduduk total, hasil proyeksi tiap komponen digabungkan. Metode ini membutuhkan data-data sebagai berikut ;

a. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang telah dilakukan perapihan

b. Pola mortalitas menurut umur c. Pola fertilitas menurut umur d. Rasio jenis kelamin saat lahir e. Proporsi migrasi menurut umum

(52)

M e to de P er h it un ga n P D R B 52

Contoh table proyeksi di sebuah kabupaten

Gambar 10 Contoh Proyeksi Penduduk

6.2.3 Metode Perhitungan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar.

Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan empat metode pendekatan yakni: a. Pendekatan Produksi

Pendekatan ini disebut juga pendekatan nilai tambah dimana Nilai Tambah Bruto (NTB) diperoleh dengan cara mengurangkan nilai output yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam

(53)

M e to de P er h it un ga n P D R B 53

proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi.

b. Pendekatan pendapatan

Pada pendekatan ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Untuk sector pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha (bunga neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan

c. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk keperluan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial; pembentukan modal; dan ekspor. Mengingat nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total pengeluaran dari komponen-komponen di atas harus dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto. Penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar.

d. Metode Alokasi

Metode ini digunakan jika data suatu unit produksi di suatu daerah tidak tersedia. Nilai tambah suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatannya lebih tinggi, misalnya data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data provinsi. Beberapa alokator yang dapat digunakan adalah nilai produksi bruto atau neto, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang dianggap cocok untuk menghitung nilai suatu unit produksi.

Kegunaan PDRB;

PDRB yang disajikan secara berkala dapat menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan regional. PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan

(54)

M e to de K u e si o ne r 54

perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral. Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi masing-masing sector ekonomi terhadap total nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Selain itu, pendapatan per kapita yang diperoleh dari perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan dapat digunakan

untuk membanding tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya. Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku terhadap PDRB atas dasar harga konstan dapat juga digunakan untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan PDRB yang disajikan secara berkala akan dapat diketahui:

a. Tingkat pertumbuhan ekonomi; b. Gambaran struktur perekonomian; c. Perkembangan pendapatan per kapita; d. Tingkat kemakmuran masyarakat; e. Tingkat inflasi atau deflasi

6.2.4 Metode Kuesioner

Metode penggunaan kuesioner adalah cara untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrument pengumpul data. Beberapa prosedur yang harus dilalui dalam penyusunan kuesioner adalah; a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner

b. Mengidentifikasikan variable yang akan dijadikan sasaran kuesioner

c. Menajbarkan setiap variable menjadi sub variable yang lebih spesifik dan tunggal.

d. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus utuk menentukan teknik analisisnya.

Untuk memperoleh kuesioner dengna hasil mantap adalah dengan proses uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari populasi dimana sampel penelitian akan diambil. Dalam ujicoba, responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang

Gambar

Gambar 1 Skema pendekatan
Gambar 4 Skema Tatanan Kepelabuhanan Nasional
Gambar 5 Skema Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Gambar 6 Skema Kerangka dan Pola Pikir Konsep TKN dan RIPN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Isolasi dan Karakterisasi Kapang Filoplan serta Serasah Daun di Lingkungan Laboratorium Biologi Universitas Diponegoro Dengan Metode Contact Plate.. Isolation and Characterization

Yang dimaksud dengan kalimat “Satuan Tugas Anti Narkotika Pemerintah Daerah” merupakan organisasi yang bersifat tetap maupun sementara (ad-hoc) di lingkungan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan respoden sebagian besar responden memberikan tanggapan setuju dan sangat setuju terhadap indikator

terintegrasi. 15) Koordinasi dan kerjasama antara lembaga litbang daerah dan pemangku kebijakan dan masyarakat pelaku usaha.. 17) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TPAD)

1. Ini dapat mengakibatkan menurunnya order lokal yang diterima perusahaan yang berimbas kepada penjualan yang ikut menurun. TOMKINS sampai saat ini hanya

Pada Hahnii cream dan Green arrow kadar saponin di akar lebih tinggi dibandingkan dengan kadar yang terdapat di daun, sedangkan pada Hahnii medio picta, Golden hahnii, dan

PEDOMAN UMUM PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BIODIESEL & B30 16 Abu dari minyak solar dapat berasal dari senyawaan logam yang larut dalam air, aditif sabun surfaktan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik korelasi parsial antara variabel pengaruh Kredibilitas Agen 1000 Sunlight dengan variabel terpengaruh Tingkat Keterlibatan