• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. keuangan. Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. keuangan. Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana,"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Bank

Menurut Kasmir (2015) bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan masalah dalam bidang keuangan. Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa lainnya. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (to receive deposits) dalam bentuk giro, deposito dan tabungan. Kemudian uang tersebut dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit/to make loans. Menurut Undang–Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kasmir (2015) mengemukakan bahwa jenis bank dapat digolongkan menjadi berbagai macam diantaranya:

a) Berdasarkan Undang–Undang

Berdasarkan pasal 5 Undang–Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan terdapat dua jenis bank yaitu:Bank Umum,dan Bank Perkreditan Rakyat

(2)

b) Berdasarkan kepemilikannya yaitu: Bank milik negara (Bank Usaha Milik Negara atau BUMN), Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD), Bank swasta milik nasional, Bank milik swasta campuran (nasional dan asing), Bank milik asing (cabang atau perwakilan)

c) Berdasarkan penekanan kegiatan yaitu: Bank ritail, Bank koorporasi, Bank komersial, Bank pedesaan, Bank pembangunan

d) Berdasarkan pembayaran bunga yaitu: Bank konvensional danBank

berdasarkan prinsip Syariah

Sementara itu terdapat empat fungsi bank umum, yaitu:

1) Mengumpulkan dana yang sementara menganggur untuk dipinjamkan

kepada pihak lain atau membeli surat–surat berharga (financial investment)

2) Memberikan jasa–jasa untuk melancarkan atau mempermudah didalam lalu lintas pembayaran utang.

3) Menjamin keamanan uang masyarakat yang sementara tidak digunakan, misalnya menghindari risiko hilang, kebakaran dan lain–lain.

4) Menciptakan kredit (created money deposit), yaitu dengan menciptakan

demand deposit (deposito yang sewaktu–waktu dapat/boleh diuangkan) dari kelebihan cadangannya (excess reserve)

Sebagaimana dengan fungsi bank itu sendiri, dan sumber utama dana bank yang berasal dari masyarakat sehingga secara moral, pihak perbankan harus menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk penyaluran

(3)

kredit. Menurut Kasmir (2015) adapun sumber–sumber dana tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Maksudnya adalah model setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari:

a) Setoran modal dari pemegang saham

b) Cadangan–cadangan bank, maksud dari hal ini adalah cadangan–cadangan

laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

c) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum

dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu

2) Dana yang berasal dari masyarakat luas

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk:

(4)

3) Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua diatas. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:

a) Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan BI kepada bank–bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor–sektor tertentu. b) Pinjaman antarbank (call money) biasanya pinjaman ini diberikan kepada

bank–bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi. c) Pinjaman dari bank–bank luar negeri, merupakan pinjaman yang

diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri.

d) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.

Di negara–negara berkembang seperti Indonesia ini, kegiatan bank terutama dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank yang sangat penting dan utama sehingga pendapatan dari kredit yang berupa bunga merupakan komponen pendapatan paling besar dibandingkan dengan pendapatan jasa–jasa diluar bunga kredit yang biasa disebut dengan fee base income. Menurut Kasmir (2015) kegiatan bank umum lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Yang artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan bank

(5)

umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Kasmir (2015) mengemukakan kegiatan–kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dijelaskan lebih rinci adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan–kegiatan bank umum

a) Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk:simpanan giro

(demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit), simpanan deposit

(time deposit)

b) Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk:kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan.

c) Memberikan jasa–jasa bank lainnya (services) seperti:transfer (kiriman uang), inkaso (collection), kliring (clearing), safe deposit box, bank card,

bank notes, bank garansi, referensi bank, bank draft, letter of credit (L/C) dll.

2) Kegiatan–kegiatan bank perkreditan rakyat

a) Menghimpun dana dalam bentuk:simpanan tabungan dan simpanan

deposito.

b) Menyalurkan dana dalam bentuk:kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan.

c) Larangan–larangan bagi bank perkreditan rakyat adalah sebagai

berikut:menerima simpanan giro, mengikuti kliring, melakukan kegiatan valuta asing , melakukan kegiatan perasuransian.

(6)

3) Kegiatan–kegiatan bank campuran dan bank asing

Pada umumnya bank–bank asing dan campuran yang bergerak di Indonesia adalah bank umum dan tugasnya sama dengan bank umum, namun mereka lebih dikhususkan dalam bidang–bidang tertentu dan ada larangan tertentu pula. Kegiatannya meliputi:

a) Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran dilarang menerima simpanan dalam bentuk simpanan tabungan.

b) Kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang–bidang tertentu seperti:perdagangan internasional, bidang industri dan produksi, penanaman modal asing/campuran, kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional.

c) Untuk jasa–jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia seperti: jasa transfer, jasa kliring, jasa inkaso, jasa jual beli valuta asing, jasa bank card, jasa bank draft, jasa safe deposit box, jasa pembukuan dan pembayaran L/C, jasa bank garansi, jasa referensi bank, jasa jual beli travellers cheque, dan jasa bank umum lainnya

2. Pengertian Kesehatan Perbankan

Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kegiatan tersebut antara lain:

(7)

1) Kemampuan menghimpun dana

2) Kemampuan mengelola dana

3) Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat

4) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada pihak lain

5) Pemenuhan peraturan yang berlaku Bank yang sehat adalah:

1) Dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat 2) Dapat menjalankan fungsi intermediasi

3) Dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran

4) Dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai

kebijakannya, terutama kebijakan moneter

Untuk menjalankan fungsinya dengan baik bank harus:

1) Mempunyai modal yang cukup

2) Menjaga kualitas asetnya dengan baik

3) Dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian

4) Menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan

usahanya

5) Memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (capital, assets quality, management, earning dan liquidty). Tetapi dalam hal perkreditan, kesehatan perbankan diukur:

(8)

1) permodalan (capital) adalah penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

 Kecukupan pemenuhan kewajiban penyediaan modal (KPMM) terhadap

ketentuan yang berlaku

 Komposisi permodalan

 Tren kedepan/proyeksi KPMM

 Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank

 Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang

berasal dari keuntungan (laba ditahan)

 Rencana permodalan bank untuk medukung pertumbuhan usaha

 Akses kepada sumber permodalan

 Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan

2) Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank, peniliaian likuiditas untuk perkreditan yaitu rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank dengan melihat rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio–LDR)

Berdasarkan undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang no.7 tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-undang tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa:

1) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,

(9)

solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

2) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan

melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang memercayakan dananya kepada bank.

3) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4) Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebeneran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.

5) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanaan pemeriksaan terhadap bank.

6) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba

rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan public.

(10)

7) Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3. Pengertian Kredit

Menurut Undang–Undang Perbankan Nomor 14 tahun 1967 bab 1 pasal 1.2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut. “Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan pinjam meminjam antara bank dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan . Sedangkan menurut Kasmir (2015) kredit berasal dari kata Yunani yaitucredere. artinya kepercayaan pihak bank (kreditor) kepada nasabah (debitur), di mana bank percaya nasabah pasti akan mengembalikan pinjamnnya sesuai kesepakatan yang telah dibuat. dapat diartikan pula bahwa debitur memperoleh kepercayaan dari bank untuk memperoleh dana dan untuk menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya serta mampu untuk mengembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.

Menurut Sutarno (2012) kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam dengan kepercayaan, bahwa benda itu akan dikembalikan di kemudian hari kepada pihak yang meminjamkan. Kemudian definisi tersebut dikembangkan bahwa jenis kredit mencakup:

1) Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk uang. 2) Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan daam bentuk barang. 3) Kredit dalam bentuk barang yang dikemudian hari dikembalikan dalam

(11)

4) Kredit dalam bentuk barang dikemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang.

Kasmir (2015) juga membagi kredit kedalam beberapa jenis yang dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut:

1) Dilihat dari segi kegunaan a) Kredit investasi

Merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi, misalnya membangun pabrik, rumah, pembelian mesin-mesin, tanah dan lainnya. Kredit investasi diberikan untuk waktu jangka panjang.

b) Kredit modal kerja

Merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan modal kerja, misalnya untuk membeli bahan baku, pembayaran gaji, dan biaya lainnya. Kredit modal kerja diberikan dalam waktu yang relatif pendek dan satu kali siklus operasi.

2) Dilihat dari segi tujuan kredit a) Kredit produktif

Merupakan kredit yang diberikan untuk menghasilkan sesuatu (proses produksi), baik barang maupun jasa, misalnya kredit diberikan untuk industri (pabrik), pertanian, peternakan, pabrik, perhotelan dan lainnya. b) Kredit konsumtif

Merupakan kredit yang diberikan untuk digunakan secara pribadi atau dipakai (dikonsumsi) sendiri, misalnya membeli rumah atau kendaraan yang akan digunakan untuk keperluan pribadi.

(12)

c) Kredit perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang. Para pedagang membeli barang yang kemudian barang tersebut dijual kembali.

3) Di lihat dari segi jangka waktu a) Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu maksimal satu tahun atau kurang dari satu tahun.

b) Kredit jangka menengah

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu satu sampai tiga tahun, namun banyak bank yang mengklarifikasikan menjadi kredit jangka panjang.

c) Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu lebih dari satu atau tiga tahun. Artinya ada bank yang mengklarifikasikan yang lebih dari satu tahun menjadi kredit jangka panjang, namun ada pula yang mengklarifikasikan lebih dari tiga tahun menjadi jangka panjang.

4) Dilihat dari segi jaminan a) Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang syarat untuk memperolehnya harus memiliki jaminan tertentu, baik harta bergerak, tidak bergerak, atau jaminan lainnya. b) Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan apa pun secara riil, namun sebenarnya meskipun tidak ada jaminan, dalam praktiknya adajaminan

(13)

kemampuan membayar dari nasabah, misalnya pegawai tetap yang memiliki penghasilan tertentu.

5) Dilihat dari segi sektor usaha

a) Kredit sektor pertanian merupakan kredit yang diberikan kepada para petani, baik tanaman jangka pendek yang kurang atau maksimal satu tahun maupun jangka penjang (lebih dari satu tahun atau tiga tahun sesuai persyaratan bank)

b) Kredit sektor industri merupakan kredit yang diberikan kepada industri, baik industri kecil, menengah, maupun besar.

c) Kredit sektor perumahan merupakan kredit yang diberikan untuk kepemilikan rumah atau properti lainnya.

d) Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada profesional seperti dokter, pengacara, dosen, dan lainnya.

e) Kredit sektor pertambangan merupakan kredit yang diberikan untuk pengusaha yang bergerak dalam bidang pertambangan seperti emas, batubara, timah atau tambang lainnya

f) Kredit sektor pendidikan merupakan kredityang diberikan dunia

pendidikan, seperti kredit mahasiswa, dan g) Kredit sektor lainnya

Menurut Sutojo (2014) kegiatan menyalurkan kredit mengandung risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan usaha bank umum. Likuiditas keuangan, solvabilitas dan profitabilitas bank umum sangat dipengarhui oleh keberhasilan mereka mengelola kredit yang disalurkan.

(14)

Menurut Surtarno (2012) penyaluran kredit harus dilakukan dengan prinsip kehati–hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap, semuanya itu bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktu sesuai perjanjian kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga.

Menurut Sutarno (2012) menyimpulkan bahwa elemen–elemen kredit adalah sebagai berikut:

1) Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang

2) Penyedia/pemberi pinjaman uang khusus terjadi di dunia perbankan

3) Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam sebagai acuan dari perjanjian kredit 4) Dalam jangka waktu tertentu

5) Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang disertai dengan jumlah bunga atau imbalan. Bagi bank syariah atau bank muamalat pengembalian utang disertai imbalan atau adanya pembagian keuntungan tetapi bukan bunga.

Sebelum suatu kredit diputuskan, terlebih dahulu perlu dianalisis kelayakan kredit tersebut. Tujuannya adalah untuk menghindari kredit yang dibiayai nantinya tidak layak. Jika ini terjadi, kemungkinan besar bank akan menderita kerugian karena ketidakmampuan nasabah untuk mengembalikan pinjamannya atau macet. Namun, apabila kredit telah dinilai secara baik, risiko kredit macet dapat diminimalkan. Menurut Kasmir (2015) sebelum kredit di keluarkan, wajib

(15)

telebih dahulu dianalisis kelayakannya. Pada praktiknya terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan kelayakan suatu kredit yaitu:

1)Character (Watak)

Character adalah sifat atau watak nasabah. Analisis ini untuk mengetahui sifat atau watak seorang nasabah pemmohon kredit, apakah memiliki watak atau sifat yang bertanggung jawab terhadap kredit yang diambilnya. Dari watak atau sifat ini, akan terlihat kemauan nasabah untuk membayar dalam kondisi sesulit apa pun. Namun, sebaliknya jika nasabah tidak memiliki sifat yang mau membayar, nasabah akan berusaha mengelak untuk membayar dengan berbagai alasan tentunya. Watak atau sifat ini akan dapat dilihat dari masa lalu nasabah melalui pengamatan, pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil wawancara dengan nasabah.

2)Capacity(Capability)

Yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini dapat dilihat dari penghasilan pribadi untuk kredit konsumtif dan usaha yang dibiayai untuk kredit perdagangan atau produktif. Kemampuan ini penting untuk dinilai agar bank tidak mengalami kerugian. Untuk menilai kemampuan nasabah dapat dinilai dari dokumen yang dimiliki, hasil konfirmasi dengan pihak yang memiliki kewenangan mengeluarkan surat tertentu (misalnya penghasilan seseorang), hasil wawancara atau melalui perhitungan rasio keuangan.

(16)

3)Capital

Adalah untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk membiayai kredit. Hal ini penting karena bank tidak akan membiayai kredit tersebut 100%. Artinya harus ada modal dar nasabah. Tujuannya adalah jika nasabah juga ikut memiliki modal yang ditanamkan pada kegiatan tersebut, nasabah juga akan merasa memiliki sehingga termotivasi untuk bekerja sungguh-sungguh agar usaha tersebut berhasil, dan mampu untuk membayar kewajiban kreditnya.

4)Condition

Yaitu kondisi umum saat ini ada yang akan datang tentunya. Kondisi yang akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak untuk membiayai kredit untuk sektor tertentu. Misalnya kondisi produksi tanaman tertentu sedang membludak pasaran (jenuh). Maka, kredit untuk sektor tersebut sebaliknya dikurangi. Kondisi lainnya yang harus diperhatikan adalah kondisi lingkungan sekitar, misalnya kondisi keamanan dan kondisi sosial masyarakat.

5)Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank dalam rangka pemibiayaan kredit yang diajukannya. Jaminan ini digunakan sebagai alternatif terakhir bagi bank untuk berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan terhadap kredit yang dibiayai. Mengapa collateral atau jaminan menjadi penliaian terakhir dari 5 of C. hal ini disebabkan karena yang paling penting adalah penilaian yang diatas. Apabila sudah layak, jaminan hanyalah

(17)

merupakan tambahan saja, untuk berjaga-jaga karena ada faktor-faktor yang tidak dapat dihindari yang menyebabkan kredit macet, misalnya bencana alam. Disamping itu juga, untuk menjadi motivasi nasabah dalam membayar karena jaminannya ditahan oleh bank.

Sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia, masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun kegiatan penyaluran kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama, namun risiko terbesar yang dapat dialami perbankan itu sendiri bersumber dari penyaluran kredit.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:

1) Mencari keuntungan

Yaitu berutujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut terutama dalam bentuk bunga. Keuntungan ini penting untuk keangsungan hidup bank. Jika bank terus–menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi.

2) Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.

3) Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

(18)

Dari tujuan–tujuan kredit yang telah di uraikan, fungsi kredit sebagai berikut: a) Meningkatkan daya guna uang. Para pemilik uang/modal baik secara langsung

atau melalui penyimpanan dana di bank, dapat meminjamkan uangnya kepada perorangan atau perusahaan–perusahaan untuk meningkatkan usahanya. b) Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Dengan adanya kredit

pengusaha yang kesulitan dalam produksi, misalnya dapat terbantu untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi.

c) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran dengan menggunakan uang giral seperti cek, bilyet giro dan lainnya yang sejenis.

d) Sebagai alat stabilitas ekonomi. Kredit dapat digunakan sebagai alat pengendalian ekonomi. Dalam keadaan inflasi pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang ketat (tight money policy) antara lain dengan membatasi pemberian kredit. Sebaliknya dalam keadaan ekonomi yang lesu karena deflasi, pemerintah dapat melonggarkan kebijakan pemberian kredit sehingga akan menimbulkan kegairahan dalam usaha.

e) Meningkatkan kegairahan berusaha. Pihak–pihak yang usahanya terlambat karena kekurangan modal dapat meningkatkan usahanya melalui bantuan kredit yang diberikan oleh bank.

f) Meningkatkan pemerataan pendapatan. Dengan adanya kredit, perusahan– perusahaan dapat meningkatkan usahanya bahkan dapat mendirikan proyek baru yang akan membutuhkan tenaga kerja. Hal itu dapat mengurangi pengangguran.

(19)

g) Meningkatkan hubungan internasional. Pengusaha di dalam negeri dapat pula memperoleh kredit bank secara langsung (offshore loan) maupun tidak langsung (two step loans). Bahkan suatu negara yang sedang berkembang dapat memperoleh kredit dari negara–negara yang telah maju. Bantuan dalam bentuk kredit tersebut dapat sekaligus mempercepat hubungan antara negara yang bersangkutan.

4. Rasio Keuangan Bank

Rasio keuangan bank, seperti yang dikatakan oleh Riyadi (2011) adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut.

a) Capital Adequacy Ratio (CAR)

Kasmir (2015) mengemukakan bahwa capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung dan menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula sumber daya financial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.

(20)

Peraturan dari Bank Indonesia No. 13/26/PBI/2011 menjelaskan “bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 12% (dua belas persen) dari asset tertimbang menurut risiko (ATMR).”

Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Secara singkat dapat dikatakan besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam mengantisipasi kerugian dari risiko penyaluran kredit.

(1)

b)Non Performing Loan (NPL)

Menurut Siamat (2010), “non performing loan atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur seperti kondisi ekonomi yang buruk.” Apabila semakin tinggi rasio ini, maka semakin buruk kualitas kredit bank karena semakin banyak pula jumlah kredit yang bermasalah.

Bank melakukan penggolongan kredit menjadi dua, yaitu kredit tidak bermasalah (performing) dan kredit bermasalah (non performing). Kredit tidak bermasalah terdiri dari kredit dengan kualitas lancar dan dalam perharian khusus. Sedangkan kredit bermasalah terdiri dari kredit kurang lancar, diragukan dan macet.

(2)

CAR =

Modal ATMR

× 100%

(21)

c) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Menurut Kasmir (2015) loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit .

Semakin tinggi rasio LDR maka semakin banyak dana dari masyarakat atau DPK yang disalurkan oleh bank dalam bentuk pemberian kredit,

(3)

d) Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan UU No 10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh perbankan. Dana pihak ketiga terdiri dari demand deposit (giro), saving deposit

(tabungan) dan time deposit (deposito).

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah

(22)

pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat–syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/ lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu

(4)

5. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu adalah kumpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, yang mana penelitian tersebut memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil penelitian digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dari penelitian ini adalah:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) tentang “Faktor – Faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum di Indonesia (periode 2008-2012). terdapat empat variabel faktor–faktor yang mempengaruhi yaitu dana pihak ketiga (DPK), capital adequacy ratio (CAR), non performing loan

(NPL), dan BI rate. Hasil dari penelitian ini adalah DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit, BI rate berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit. Sedangkan CAR dan NPL berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.

(23)

2) Penelitian yang dilakukan oleh Mintachus dan Wahyun (2016) tentang “Pengaruh DPK, NPL dan CAR terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan persero”. Hasil penelitian ini adalah DPK dan CAR berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit, sedangkan NPL berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.

3) Penelitian yang dilakukan Putra dan Rustariyuni (2015) tentang “Pengaruh DPK, BI Rate, dan NPL terhadap penyaluran kredit modal kerja pada BPR di provinsi bali tahun 2009-2014”. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan DPK, BI Rate, dan NPL berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja, dan secara parsial DPK, BI Rate, dan NPL berpengaruh signifikan positif terhadap penyaluran kredit modal kerja.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Yoga dan Yuliarmi (2013) tentang “ Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit BPR di provinsi Bali”. Dengan variabel yang dipilih dalam penelitian ini adalah dana pihak ketiga (DPK),

product domestic regional bruto (PDRB), suku bunga kredit (SBK), non performing loan (NPL), dan penyaluran kredit dengan periode tahun 2000-2011. Hasil dari penelitian ini adalah DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit, kemudian PDRB dan NPL berpengaruh positif. Sedangkan SBK tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit.

5) Penelitian yang dilakukan oleh Malede (2014) tentang penyaluran kredit pada bank umum di Ethiopia untuk periode 2005-2011. Hasil penelitian tersebut adalah bank size, credit risk, liquidity dan gross domestic product berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan deposit, cash required

(24)

reserve, investmen, dan interest rate tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit.

6) Penelitian yang dilakukan oleh Ganggarani (2014) tentang “Pengaruh capital adequacy ratio(CAR)dan loan to deposit Ratio (LDR)pada penyaluran kredit dengan non performing loan (NPL)sebagai variabel pemoderasi”. Hasil dari penelitian ini adalah CAR dan NPL tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank–bank yang terdaftar di BEI periode 2010-2012, sedangkan

LDR berpengaruh positif pada penyaluran kredit. Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa NPL tidak mampu memoderasi pengaruh antara

CAR pada penyaluran kredit serta NPL tidak mampu memoderasi pengaruh antara LDR pada penyaluran kredit di bank–bank yang terdaftar di BEI periode 2010 -2012.

7) Penelitian yang dilakukan oleh Noorani, dkk. (2014) tentang “Pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR), operating expences to operating income ratio (BOPO), dan non performing loan (NPL) terhadap penyaluran kredit (studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)”. Hasil dari penelitian ini adalah LDR dan

NPL tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit. CAR dan BOPO

berpengaruh terhadap penyaluran kredit sedangkan CAR,LDR, BOPO dan NPL

berpengaruh terhadap penyaluran kredit . ini berarti variasi atau perubahan yang terjadi pada variabel penyaluran kredit dipengaruhi oleh CAR,LDR, BOPO, dan NPL.

(25)

8) Penelitian yang dilakukan oleh Rosyetti dan Iyan (2010) tentang “Peran dana pihak ketiga dan tingkat suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit investasi bank umum di Provinsi Riau”. Hasil dari penelitian tersebut adalah dana pihak ketiga dan suku bunga kredit investasi memberikan pengaruh yang relatif besar terhadap kredit investasi yang disalurkan bank umum di Provinsi Riau. Sedangkan Tingkat suku bunga memiliki hubungan yang negatif dengan jumlah kredit investasi karena apabila tingkat suku bunga naik maka permintaan kredit investasi akan menurun, sebaliknya jika tingkat suku bunga turun maka permintaan kredit investasi akan meningkat.

9) Penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2014) tentang “Pengaruh dana pihak ketiga (DPK), capital adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL) terhadap penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) Studi kasus pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hasil penelitian ini adalah variabel DPK , CAR dan

NPL secara simultan atau bersama–sama berpengaruh terhadap variabel kredit usaha rakyat (KUR). Varibel DPK, CAR, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel Kredit Usaha Rakyat (KUR), sedangkan NPL bernilai negatif dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kredit usaha rakyat (KUR). Variabel DPK memiliki pengaruh dominan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hal tersebut disebabkan karena dana–dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan.

10)Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2014) tentang “Pengaruh LDR, CAR, ROA, dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum di Indonesia

(26)

periode 2008-2013”. Hasil penelitian ini dimana LDR tidak berpengaruh, CAR

berpengaruh, dan NPL tidak berpengaruh.

B. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 1. Rerangka Konseptual

Berdasarkan hasil analisis dari beberapa sumber maka dalam penelitian ini

dapat diperkirakan bahwa DPK, CAR, NPL, dan LDR memiliki pengaruh dalam

penyaluran kredit perbankan.

H1 H2 H3 H4 GAMBAR 2.1 RERANGKA KONSEPTUAL X2= Non Performing Loan X4= Dana Pihak Ketiga X3= Loan to Deposit Ratio X1= Capital Adequacy Ratio Y= Penyaluran Kredit

(27)

2. Pengembangan Hipotesis

a) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit

Dendawijaya (2009) mengemukakan bahwa CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Perhitungan CAR didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu terhadap jumlah penanamannya.Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Semakin besar kredit, maka bank harus semakin pula menyediakan modal untuk menampung kemungkinan risiko keuangan. Semakin tinggi CAR mengindikasikan bank memiliki modal yang cukup untuk menunjang kebutuhannya dan dapat menanggung risiko yang ditimbulkan salah satunya risiko kredit.

Menurut penelitian yang dilakukan Ganggraini(2014) dan Sari (2013),

CAR tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Sehingga hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

(28)

b)Pengaruh Non Performing Loan (NPL ) terhadap penyaluran kredit

Perkembangan penyaluran kredit yang paling tidak menguntungkan adalah apabila kredit yang diberikan menjadi kredit bermasalah atau non performing loan. NPL menunjukkan tingkat kredit bermasalah yang dimiliki oleh bank. Tingginya NPL menunjukkan bahwa tingkat kredit macetnya tinggi, tingginya kredit macet akan berdampak pada turunnya pendapatan bunga bank dan akan menurunkan laba yang berakibat pada penurunan tambahan modal bank sehingga dapat mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi NPL dapat menimbulkan keengganan bank dalam menyalurkan kredit, karena modal inti bank harus digunakan untuk membuat penyisihan penghapusan aktiva produktif yang besar sehingga dapat mengurangi jumlah kredit yang disalurkan. Peningkatan NPL yang dialami perbankan juga akan mengakibatkan tersendatnya penyaluran kredit dan menambahnya kerugian bank. Pada saat rasio NPL meningkat, akan menyebabkan menurunnya tingkat penyaluran kredit.

Menurut penelitian yang dilakukan Sari (2013), Ganggraini (2014),

Noorani (2014), dan Prabowo (2014), NPLtidak berpengaruhterhadap

penyaluran kredit. Dengan demikian hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

(29)

c) Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR)terhadap penyaluran kredit

Menurut Kasmir (2015) loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat serta modal sendiri dengan

mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat.LDR

menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.LDR juga merupakan suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman nasabahanya. Rasio

LDR menunjukkan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank, membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Tujuan penting dari LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ganggraini (2014) dan Noorani (2014), LDR berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit. Dengan demikian hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

(30)

d) Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit

Dendawijaya (2009) mendefinisikan dana pihak ketiga (DPK) adalah dana berupa simpanan dari masyarakat. DPK merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting dalam kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pentingnya sumber dana dari masyarakat luas disebabkan sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber dana pihak ketiga disamping mudah mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat. Untuk memperoleh sumber dana dari masyarakat luas, bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan. Pembagian jenis simpanan kedalam beberapa jenis dimaksudkan agar para nasabah mempunyai banyak pilihan sesuai dengan tujuannya masing-masing.

Penelitian yang dilakukan Sari (2013),Mintachus (2016), serta Prabowo (2014), bahwa DPK berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Dengan demikian hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Rawa Pening merupakan kawasan yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Terutama untuk masyarakat Desa Asinan yang sebagian besar

Dari pembahasan umum tentang gaya kepemimpinan transformasional, komitmen organisasi dan kinerja karyawan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan diterapkannya gaya

[r]

Dari kedua pendapat dapat disimpulkan bahwa evaluasi berasal dari bahasa inggris yang dari akar kata value yang berarti nilai atau secara bahasa evaluasi

Mengidentifikasi alternatif sumber pembiyaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang..

berebut pengaruh yakni Golongan Teuku dan Golongan Tengku. Golongan Teuku adalah kaum bangsawan yang memegang kekuasaan.. sipil, sedangkan golongan Tengku adalah kaum

Karena terdapat perbedaan rata-rata ketiga kelas tersebut, maka dilakukan uji hipotesis 2, 3, dan 4 dengan menggunakan uji scheefe’ pada hasil belajar siswa

Untuk itu dipandang sangat penting memberikan porsi pendidikan multikultural sebagai wacana baru dalam sistem pendidikan di Indonesia terutama agar peserta didik memiliki kepekaan