• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. KERANGKA KELEMBAGAAN dan REGULASI RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA TAHUN KABUPATEN MALAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI. KERANGKA KELEMBAGAAN dan REGULASI RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA TAHUN KABUPATEN MALAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 1

BAB VI

KERANGKA KELEMBAGAAN dan REGULASI

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumberdaya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1. Kerangka Kelembagaan

6.1.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

2.Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

(2)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 2 menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran,serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005.

(3)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 3 Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan

dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai

peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda; 3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi

unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi,

serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5. Penataan sistim manajemen SDN Aparatur meliputi penataan sistem rekrutmen pegawai,

analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja

masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program

(4)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 4 serta Kewenangan masing-masing.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum.

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota.

Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan : Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub

(5)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 5 bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.1.2. Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi Unit Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

1. Struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya di Kabupaten

Malaka saat ini melalui Dinas PU dan Perumahan Rakyat

Susunan organisasi Dinas PU dan Perumahan Rakyat terdiri dari : a. Kepala Dinas

b. Sekretaris, membawahi :

 Sub Bagian Umum dan Keuangan

 Sub Bagian Kepegawaian

 Sub Bagian Program, Data dan Evaluasi

c. Bidang Cipta Karya dan Perumahan, membawahi :

 Seksi Perencanaan Teknis dan Pengembangan

 Seksi Pengawasan dan Pengendalian

 Seksi Perijinan dan Bina Jasa Konstruksi

d. Bidang Tata Ruang, membawahi :

 Seksi Perencanaan Ruang

 Seksi Pemanfaatan Ruang

 Seksi Pengendalian Ruang

e. Bidang Kebersihan, membawahi :

 Seksi Kebersihan

 Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Limbah

 Seksi Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan

f. Kelompok Jabatan Fungsional

(6)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 6

2. Ringkasan tugas jabatan dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dan Tata Ruang dalam

Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota. a. Kepala Dinas

Membantu Bupati melaksanakan sebagian tugas di sektor cipta karya dan perumahan dengan memimpin, mengorganisasikan dan mengendalikan bawahannya, serta merumuskan kebijakan teknis guna terlaksananya program dan kegiatan teknis pada bidang cipta karya, perumahan, penataan ruang dan pengembangan kawasan, jasa konstruksi serta bidang kebersihan dan pertamanan.

b. Sekretaris

Menjalankan sebagian tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Runag di bidang kesekretariatan yang meliputi penanganan urusan-urusan umum, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, perencanaan dan pelaporan dengan menjabarkan kebijakan atasan untuk dijalankan oleh para kepala sub bagian dan staf di bawahnya.

c. Bidang Cipta Karya dan Perumahan

Menjalankan sebagian tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang di bidang kecipta-karyaan yang meliputi pengembangan permukiman, air minum dan penyehatan lingkungan, serta di bidang perumahan yang meliputi penanganan perumahan formal, perumahan swadaya serta prasarana dan sarana perumahan, dengan menjabarkan kebijakan-kebijakan atasan dan menyusun program/kegiatan di bidang tersebut untuk dijalankan oleh para kepala seksi dan staf di bawahnya.

d. Bidang Tata Ruang

Menjalankan sebagian tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang di bidang penataan ruang dan pengembangan kawasaan dengan menjabarkan kebijakan-kebijakan atasan serta menyusun program/kegiatan di bidang tersebut untuk dijalankan oleh para kepala seksi dan staf di bawahnya.

e. Bidang Kebersihan

Menjalankan sebagian tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang di bidang kebersihan dan pertamanan yang meliputi penanganan kebersihan, pengangkutan sampah, tempat pembuangan sampah serta penataan taman dan jalur hijau, dengan menjabarkan kebijakan-kebijakan atasan dan menyusun program/kegiatan di bidang tersebut untuk dijalankan oleh para kepala seksi dan staf di bawahnya.

(7)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 7 6.1.3. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing- masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.

Tabel 6.1.

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya Di Kabupaten Malaka

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK

Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

(8)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 8

1. Bappeda Melakukan pengkoordinasian

penyusunan program dan kegiatan, sasaran, pembinaan, pengarahan teknis, pengawasan dan pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan bidang perencanaan dan pengendalian pembangunan sumberdaya alam, infrastruktur dan lingkungan hidup serta tugas-tugas pembantuan agar mencapai hasil yang efektif, efisien dan akuntabel secara berkelanjutan

Bidang Koordinasi

Perencanaan, Pengendalian Sumber Daya Alam,

Infrastruktur dan Lingkungan Hidup

2. Dinas Cipta Karya dan

Tata Ruang

1)Menyusun program atau

rencana guna melakukan pengembangan perumahan dan permukiman

2)Menyusun konsep kebijakan

pembinaan teknis dibidang penataan bangunan kota dan kawasan khusus, pembangunan perumahan, prasarana

lingkungan permukiman, air bersih, drainase, sanitasi, persampahan dan prasarana lingkungan

3)Melaksanakan pembangunan

perumahan, prasarana lingkungan permukiman, air bersih, drainase, sanitasi, persampahan dan prasarana lingkungan

Bidang Cipta Karya dan Perumahana, Bidang Tata Ruang, Bidang Kebersihan

3. Badan Lingkungan Hidup Merumuskan kebijakan

operasional, melaksanakan pembinaan, evaluasi implementasi program pencegahan dan pengendalian serta pemulihan kualitas lingkungan

Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Kualitas

4. Dinas Kesehatan Melakukan perencanaan

operasional, koordinasi, pembinaan, membagi tugas, member petunjuk, mengatur dan mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan program dan kegiatan urusan PSM dan JPKM serta Penyehatan Lingkungan

Bidang Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dan Penyehatan Lingkungan

(9)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 9

Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

6.1.4. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya

Tabel 6.2.

Komposisi Pegawai Dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Di Kabupaten Malaka

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang Gol I : orang Gol II : orang Gol III : orang Gol IV : orang Pria : orang Wanita : orang < SMA : orang SMA : orang D3 : orang S1 : orang S2 : orang S3 : ... orang Jafung TBP: ... orang Jafung TPL: .. dst. 6.1.5. Analisa Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku?

2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi ?

(10)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 10

4. Permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya yang

terkait dengan bidang cipta karya antara lain : a. Kurang SDM yang trampil

b. Rendahnya koordinasi antar instansi c. Disiplin dan etos kerja yang rendah

d. Terbatasnya sarana prasarana dan fasilitas kantor

B. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

1. Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telah menguraikan tupoksi dari

masing-masing dinas/unit kerja yang ada :

2. Mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang

terjadi selama ini :

Masih adanya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dengan lembaga /dinas dan instansi lain akibat belum optimalnya koordinasi antar SKPD

3. Keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41

tahun 2007.

4. Permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya

yang terkait dengan bidang cipta karya antara lain adalah : a. Kurang SDM yang trampil

b. Rendahnya koordinasi antar instansi c. Minimnya jumlah personil

d. Terbatasnya sarana prasarana dan fasilitas kantor

5. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah

khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya antara lain adalah :

a. Diberlakukannya aturan-aturan baru yang berhubungan dengan perencanaan

b. Keterbatasan sumber daya aparatur (kualitas dan kuantitas)

c. Kurangnya sarana prasarana

d. Semakin kompleksnya permasalahan perencanaan pembangunan daerah

(11)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 11

f. Kompleksitas permasalahan sosial budaya di Kabupaten MALAKA

g. Dinamika politik Eksekutif dan legislatif

h. Kurangnya kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah

C. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.

Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun

kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah

khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

D.Analisis SWOT Kelembagaan.

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan

(12)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 12 berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Tabel 6.3

Matriks Analisa SWOT Kelembagaan

Faktor External Faktor

Internal

PELUANG (O)

a. Membuat perangkat hukum b. Membentuk uni pengelola c. Menambah personil

d. Peningkatan sarana dan prasarana

ANCAMAN (T)

a. Menjadikan SDM yang berkualitas

b. Kesadaran moral dan etos kerja yang rendah

KEKUATAN (S)

a. PP 41 tahun 2007 b. PP 38 tahun 2007

Strategi SO (Kuadran 1)

a. Membentuk perangkat hukum

yang mengatur posisi kelembagaan

b. Penataan unit-unit pengelola c. Penataan kembali personil

d. Mengadakan sarana prasarana

sesuai kebutuhan

Strategi ST (Kuadran 2)

a. Perlu adanya komitmen kuat dari semua personil dalam melaksanakan tugas tnggungjawabnya sesuai dengan tupoksinya

b. Penerapan sistem pembinaan

karier pegawai yang lebih adil sesuai jenjang karier

KELEMAHAN (W)

a. Kurang SDM yang trampil b. Rendahnya koordinasi

antar instansi c. Disiplin dan etos kerja

yang rendah d. Terbatasnya sarana

prasarana dan fasilitas kantor

Strategi WO (Kuadran 3)

a. Mengadakan Bimtek dan Bantek

b. Membuat Perda terkait

penyelenggaraan kegiatan

c. Merumuskan pedoman kinerja

aparatur

d. Menyusun SOP dan SPM dalam

pengelolaan prasarana dan sarana bidang PU/Cipta Karya

e. Pengadaan sarana prasarana dan

fasilitas kantor sesuai kebutuhan

Strategi WT (Kuadran 4) a. Penataan kembali personil

berdasarkan klasifikasi kemampuan dan keahlian

b. Membenahi sistem

manajemen dan administrasi pemerintah menuju sistem yang transparan, responsif, efisien dan efektif

c. Pembenahan dan

penyempurnaan sistem intensif dan disentif dalam rangka memotivasi kinerja

Berdasarkan tabel SWOT di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal), kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelembagaan organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta Karya.

b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis

SWOT, yaitu sebagai berikut.

 Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang

(13)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 13

 Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang dimiliki

organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.

 Mengembangkan strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki kelemahan- kelemahan organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada.

 Mengembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka diperlukan upaya

yang sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancaman- ancaman yang berpotensi untuk melemahkan kinerja dari organisasi.

6.1.6. Rencana Pengembangan Kelembagaan.

Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

6.1.7. Rencana Pengembangan Keorganisasian

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasukperumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

6.1.8. Rencana Pengembangan Tata Laksana

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tatalaksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

(14)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 14 6.1.9. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 6.4

Tabel 6.4

Pelatihan Peningkatan SDM Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihan

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat

dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan

Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap

Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS) 17 Diklat Jabatan Fungsional

Setelah melakukan analisis SWOT maka tim perumus RPI2-JM perlu melakukan perencanaan pengembangan kapasitas kelembagaan yang dirangkum dalam tabel strategi dan rencana aksi yang meliputi aspek keorganisasian, tata laksana, dan sumber daya manusia seperti tabel 6.5 di bawah ini.

(15)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 15 Tabel 6.5

Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

ASPEK KELEMBAGAAN STRATEGI RENCANA AKSI

Organisasi

a. Penataan unit2 pengelola

b. Membenahi sistem manajemen dan

administrasi Pemerintah menuju sistem yang transparan. Responsif, efesien dan efektip.

c. Pembenahan & penyempurnaan sistem insentif dan disentif dalam rangka memotivasi kinerja.

 Penataan kembali penempatan

personil kerdasarkan kualifikasi

kemampuan dan keahliannya

disesuaikan dengan bidang

tugasnya.

 Membentuk unit-unit pengelola

kegiatan sesuai dengan bidang kegiatan yang ada.

 Membentuk perangkat hukum

yang mengatur posisi dan fungsi kelembagaan demi terjaminnya kualitas dan pola kebijaksanaan.

 Mengadakan sarana dan

prasarana pendukung sesuai dengan analisis kebutuhan yang mendukung peningkatan kinerja.

Tatalaksana

a. Membentuk perangkat hukum yg

mengatur posisi kelmbagaan

b. Mengadakan SP sesuai analisis

kebutuhan

c. Mengadakan bimtek dan bantek

d. Membuat Perda terkait

penyelengaraan kegiatan

e. Merumuskan pedoman kinerja

aparatur

f. Menyusun Standard Operating

Prosedur (SOP) dan Standard

Pelayanan Minimal (SPM) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana bidang PU/Cipta Karya

 Membuat peraturan Daerah yang

terkait dengan penyelenggaraan kegiatan ke-Cipta Karya-an.

 Menyusun Standard Operating

Prosedur (SOP) dan Standard Pelayanan Minimal (SPM) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana bidang PU/Cipta Karya

 Mengembangkan & merumuskan

moral dan etos kerja sebagai pedoman dalam kinerja aparatur.

 Membenahi sistem manajemen

dan administrasi Pemerintah

menuju sistem yang transparan. Responsif, efesien dan efektip.

Sumber Daya Manusia

a. Penataan kembali personi b. Perlu adanya komitmen kuat dari

semua PNS dalam bekerja c. Penataan kembali personil

berdasarkan klasifikasi kemampuan & keahlian

1.Peningkatan SDM

Menambah jumlah PNS Dinas

Kimpraswil yg berkualifikasi teknis

Melakukan Bimbingan Teknis dan Bantuan teknis dalam rangka transfer of knowledge baik manajemen pengelolaan prasarana dan Sarana maupun pelatihan-pelatihan teknis bidang PU/Cipta Karya.

Penerapan sistem pembinaan

karier pegawai yang lebih adil sesuai jenjang karier.

Pembenahan dan penyempurnaan

sistem insentif dan disentif dalam rangka memotivasi kinerja. 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana

Kerja

(16)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 16

ASPEK KELEMBAGAAN STRATEGI RENCANA AKSI

sesuai dengan kebutuhan

Pengadaan alat-alat penunjang

kegiatan seperti alat ukur digital, peralatan laboratorium teknik (Air, Tanah dan Bahan Bangunan)

Pengadaan Perpustakaan Dinas.

Kerangka Kelembagaan ini diperlukan untuk mengarahkan tugas dan fungsi pengeloaan AM, Sanitasi dan Kawasan Kumuh agar berjalan lancar dan tertata dengan baik.

Melihat struktur kelembagaan yang ada, sebenarnya sudah ada biidang atau seksi yang menangani AM dan sanitasi namun belum berjalan baik dan maksimal. Demikian juga dengan kelembagaan yang menangani kumuh hampir tidak ada kecuali penanganan hunian.

Beberapa permasalahan kelembagaan yang ada di kabupaten/kota terkait pengeloaan AM, Sanitasi dan penanganan/pencegahan kumuh, sebagai berikut :

o Belum maksimalnya/ belum ada sistim kelembagaan di tingkat desa (SAB/SPAM) yang

mengatur pengelolaan air bersih (air minum) dan sanitasi

o Belum terpikirkan kebijakan atau regulasi yang jelas melalui pihak swasta atau investor

o Belum maksimal koordinasi tingkat SKPD didalam penetapan kebijakan/sistim pengelolaan

air limbah dan persampahan

o Belum seragamnya SKPD yang mengangaani infrastruktur ke-ciptakaryaan

o Fungsi operator dan regulator belum dilakukan secara proporsional

o Masih sangat terbatas SDM yang terkait pengelolaan

o Terbitnya PP No.18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, yang mengakibatkan terjadinya

perubahan lingkup SKPD tingkat kabupaten dan provinsi.

Melihat akan permasalahan – permasalahan diatas, maka diusulkan untuk tidak membuat struktur organisasi yang baru melainkan memperkuat struktur organisasi yang sudah ada dengan melakukan restrukturisasi atau optimalisasi dengan menanbah fungsi sesuai kebutuhan. Penambahan fungsi dimaksud dengan cara melengkapi seksi-seksi terkait AM, Kumuh dan Sanitasi. Selain itu menambah point tentang pembinaan dan penataan infrastruktur pasca konstruksi untuk air minum, limbah, sampah serta pembentukan kelembagaan pengeloaan tingkat masyarakat di desa.

Restrukturisasi kelembagaan terkait kegiatan bidang Cipta Karya di kabupaten Malaka diusulkan sebagai berikut :

(17)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 17 Tabel 6.6

Usulan Kerangka Kelembagaan Kabupaten Malaka

6.2. Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku penyelenggaraan pembangunan serta masyarakat termasuk swasta. Kerangka regulasi itu dapat berupa undang-undang, Peraturan Pemrintah, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden atau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta regulasi produk kabupaten/kota.

Meskipun peraturan-peraturan yang dimiliki kabupaten Belu terkait AM, Sanitasi, Penataan Bangunan dan kumuh sudah ada, namun belum berjalan maksimal sesuai yang diharapkan. Bahkan aturan-aturan yang sudah itu belum sepenuhnya menyentuh persoalan-persoalan yang dihadapi seperti :

o Belum ada aturan atau sansksi dari pemerntah terkait pengelolaan air minum, pengelolaan

sanitasi

o Belum ada aturan tentang pencegahan bertambahnya kawasan kumuh baru

o Belum ada kebijakan atau kerjasama yang mengikat dunia usaha dalam sistem pengelolaan

air minum maupun sanitasi

o Kurang SDM dan partisipasi pemangku kepentingan didalam membuat suatu produk/aturan

yang mengikat terkait pengelolaan air minum dan sanitasi.

o Peraturan sudah ada tapi belum dijalankan secara maksimun (Perda BG, IMB dll)

Untuk memecahkan persoalan mendesak dan memperkuat fungsi pengaturan dalam mendukung pembangunan infrasyruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten Malaka, maka perangkat peraturan yang perlu diusulkan antara lain :

SEKTOR MASALAH KELEMBAGAAN USULAN KELEMBAGAAN USULAN TAHUN

Air Minum

Belum ada pengelolaan air

minum di perkotaan UPT di Kota 2017

Perdesaan : Konsep BP SPAM namun tidak berjalan krn koordinasi di Tk. Kab msh lemah

AMPL di fungsikan kembali; 2. BP SPAM dibuat SK Bupati; 3. Pembentukan UPT SPAM di Tk Kec. Di PU/CK

2017

Penanganan Kumuh

Belum ada Badan Pengelola Pembentukan Badan/Tim Pokja

Pengelolaan Kaw Kumuh di Tk Kab.

2017

Sanitasi

Koordinasi Antar Instansi yg berkecimpung dlm sanitasi msh kurang/lemah

(18)

RPIJM 2017-2021 Bab VI - 18 Tabel 6.7.

Matriks Kebutuhan Regulasi

NO REGULASI ARAH REGULASI MATERI REGULASI Penangungjawa

b/THN

Perda JAKSTARDA

Jaktra daerah yg disusun sesuai potensi yg ada di kab/kota, termasuk Penyertaan modal ke PDAM dlm mengelola AM pasca konstruksi

PU

Perda Perlindungan Sumber-sumber

Air

Perlindungan MA+Aset Air Minum & Status Kepemilikan Sumber Air, Infiltrasi Air (Air tanah)

BPSPAM

Asosiasi BPSPAM Penanganan Air Minum

Perdesaan

Program AM dan Sanitasi di Desa yang dimasukan dalam RPJM Desa

Perdes BP SPAM Meningkatkan kemandirian

desa dalam pemeliharaan SPAM

Kepala Desa dgn unit terkait BPD Tahun 2017

Perda Pendirian PDAM

Peningkatan pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat

Bupati dgn unit terkait PU & PDAM Tahun 2017

Perda, Perbup, SK Pencegahan dan Penanaganan

kawasan kumuh

Pengentasan Kawasan Kumuh; Mengatur Kawasan Permukiman; Peningkatan kualitas permukiman, penceagahan bertambahnya kumuh baru PU dgn unit terkait kesehatan & BLH Tahun 2017

Perbup BG, IMB, TABG, SLF Meningkatkan kepatuhan

bangunan di masyarakat

Dinas CK & TR dgn unit terkait Lintas Sektor Tahun 2016

Perda/Perbub Peningkatan Pelayanan Sanitasi

Meningkatkan akses sanitasi serta tumbuhnya kesadaran masyarakat ttg adanya aturan yg mengikat Dinas CK dgn unit terkait Lintas Sektor Tahun 2016/2017

Perdes Organisasi Sanitasi

Adanya Organisasi Pengelola Sanitasi dan pemeliharaan sarana sanitasi berkelanjutan

Kepala Desa dgn unit terkai BPD Tahun 2017

Perbup Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah dari hilir (pemilahan, pemanfaatan kembali, pengangkutan) sampai pada (sampai pemrosesan akhir di TPA (hulu)

BLHD

Kerangka regulasi yang diusulkan ini mempertimbangkan regulasi yang sudah ada, dan melengkapi kebutuhan regulasi yang belum diatur, maupun untuk perbaikan bilamana regulasi yang ada belum optimal dalam mencapai tujuan/sasaran pembangunan.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan pengunjung mengenai event “Fresh 5k” melalui publisitas di Bandar Djakarta Surabaya. Alasan

Pada umumnya plastik konvensional terbuat dari bahan dasar gas alam, petroleum, atau batubara, sedangkan plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat diperbaharui seperti

Dosen Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemampuan komunikasi matematis antara peserta didik yang memperoleh model pembelajaran Process

Selain itu pemberian masalah diawali dengan masalah yang sederhana untuk siswa kemudian menuju ke masalah yang lebih sulit Pemberian masalah yang tidak tepat

Dari latar belakang dan pemaparan tersebutlah kenapa penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Kepemilikan surat berharga yang ditatausahakan oleh Sub-Registry dapat dibedakan menjadi Nasabah Residen (Client Resident) dan Nasabah Non Residen (Client

Untuk megetahui pengaruh simultan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Cash Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR) variabel terhadap harga saham perusahaan makanan dan