• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DARAH LENGKAP.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA DARAH LENGKAP.docx"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DIAGNOSTIK KLINIK

DIAGNOSTIK KLINIK

 ANALISA DARAH L

 ANALISA DARAH LENGKAP

ENGKAP

DOSEN : DOSEN :

Dra. Refdanita, M.Si, Apt Dra. Refdanita, M.Si, Apt

DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :  AYU SYUHADA  AYU SYUHADA 11330048 11330048

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOTEKNOLOGI NASIONALGI NASIONAL

JAKARTA JAKARTA

2014 2014

(2)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,

dan ridho -Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Diagnostik Klinik dan ridho -Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Diagnostik Klinik

yang membahas tentang

yang membahas tentang ““ ANALISA DARAH LENGKAPANALISA DARAH LENGKAP”.”. Terima kasih penulis ucapkanTerima kasih penulis ucapkan kepada :

kepada :

1.

1. Ibu Dra. Refdanita, M.Si, Apt selaku dosen mata kuliah Diagnostik KlinikIbu Dra. Refdanita, M.Si, Apt selaku dosen mata kuliah Diagnostik Klinik

2.

2. Rekan- rekan yang memberikan masukkan dan saran kepada penulis.Rekan- rekan yang memberikan masukkan dan saran kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat dinantikan sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat dinantikan

guna penyempurnaan makalah ini di masa

guna penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.mendatang.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan

dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis. dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat bagi Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat bagi

 penulis

 penulis maupun maupun pembaca. pembaca. Semoga Semoga Tuhan Tuhan senantiasa senantiasa memberikan memberikan bimbingan bimbingan dandan

 petunjuk kepada kita semua.  petunjuk kepada kita semua.

Jakarta

Jakarta , , 18 18 Oktober Oktober 20142014

Penulis Penulis

(3)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,

dan ridho -Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Diagnostik Klinik dan ridho -Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Diagnostik Klinik

yang membahas tentang

yang membahas tentang ““ ANALISA DARAH LENGKAPANALISA DARAH LENGKAP”.”. Terima kasih penulis ucapkanTerima kasih penulis ucapkan kepada :

kepada :

1.

1. Ibu Dra. Refdanita, M.Si, Apt selaku dosen mata kuliah Diagnostik KlinikIbu Dra. Refdanita, M.Si, Apt selaku dosen mata kuliah Diagnostik Klinik

2.

2. Rekan- rekan yang memberikan masukkan dan saran kepada penulis.Rekan- rekan yang memberikan masukkan dan saran kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat dinantikan sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat dinantikan

guna penyempurnaan makalah ini di masa

guna penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.mendatang.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan

dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis. dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat bagi Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat bagi

 penulis

 penulis maupun maupun pembaca. pembaca. Semoga Semoga Tuhan Tuhan senantiasa senantiasa memberikan memberikan bimbingan bimbingan dandan

 petunjuk kepada kita semua.  petunjuk kepada kita semua.

Jakarta

Jakarta , , 18 18 Oktober Oktober 20142014

Penulis Penulis

(4)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi dokter dan apoteker dalam

dokter dan apoteker dalam pengambilan keputusan klinik. Untuk mengambil keputusan klinikpengambilan keputusan klinik. Untuk mengambil keputusan klinik  pada proses terapi mulai dari pemilihan obat, penggunaan obat hingga pemantauan efektivitas  pada proses terapi mulai dari pemilihan obat, penggunaan obat hingga pemantauan efektivitas dan keamanan, apoteker memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan dan keamanan, apoteker memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan tersebut dibutuhkan sebagai pertimbangan penggunaan obat, penentuan dosis, hingga tersebut dibutuhkan sebagai pertimbangan penggunaan obat, penentuan dosis, hingga  pemantauan keamanan

 pemantauan keamanan obat. obat. Sebagai Sebagai contoh, pada contoh, pada pertimbangan penggunaan pertimbangan penggunaan dan dan penentuanpenentuan dosis aminoglikosida yang bersifat nefrotoksik diperlukan data kadar aminoglikosida dalam dosis aminoglikosida yang bersifat nefrotoksik diperlukan data kadar aminoglikosida dalam darah dan serum kreatinin yang menggambarkan fungsi ginjal.

darah dan serum kreatinin yang menggambarkan fungsi ginjal.

I.2 Tujuan Penulisan I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan dan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan dan  pengetahuan yang

 pengetahuan yang mendalam bagi mendalam bagi pembaca pada pembaca pada bidang diagnostik bidang diagnostik klinik khususnya klinik khususnya analisaanalisa darah.

(5)

BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Darah 2.1 Pengertian Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada makhluk hidup yang berfungsi sebagai alat Darah adalah cairan yang terdapat pada makhluk hidup yang berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah. Darah merupakan suatu cairan yang level tinggi punya sistem transportasi dengan darah. Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat me

mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.ngakibatkan kematian.

Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.

sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :

Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia : 1. Alat pengangkut air dan

1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuhmenyebarkannya ke seluruh tubuh 2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh 2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh 3. Alat pengangkut sari makanan dan m

3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuhenyebarkannya ke seluruh tubuh 4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi 4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi 5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu

5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu 6. Menjaga suhu temperatur tubuh

6. Menjaga suhu temperatur tubuh

7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku 7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku 8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.

8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.

2.2 Pemeriksaan Darah Lengkap 2.2 Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis  pemeriksaaan

 pemeriksaaan penyaring penyaring untuk untuk menunjang menunjang diagnosa diagnosa suatu suatu penyakit penyakit dan dan atau atau untuk untuk melihatmelihat  bagaimana respon

 bagaimana respon tubuh terhadap tubuh terhadap suatu pensuatu penyakit. Disamping yakit. Disamping itu juga itu juga pemeriksaan pemeriksaan ini serini seringing dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu  penyakit infeksi.

 penyakit infeksi.

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis paramete

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis paramete r pemeriksaan, yaitur pemeriksaan, yaitu 1. Hemoglobin

(6)

2. Hematokrit

3. Leukosit (White Blood Cell / WBC) 4. Trombosit (platelet)

5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)

6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) 8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)

9. Platelet Disribution Width (PDW) 10. Red Cell Distribution Width (RDW)

Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

1. Hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari  jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat

darah berwarna merah.

Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :

• Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl • Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl • Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl • Anak anak : 11-13 gram/dl • Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl • Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl • Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl • Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada  banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi,

(7)

gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll). Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.

Fungsi Pemeriksaan Hemoglobin

Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan mengukur kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah. Suatu kondisi yang disebut dengan anemia. Adanya anemia –  biasanya juga disertai dengan  jumlah erotrosit yang menurun dari nilai hematokrot dibawah normal.

2. Hematokrit

Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria  berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%. Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga  peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit- penyakit yang sama.

3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)

Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll. Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah. Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya  bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut,

leukemia, gagal ginjal, dll

4. Trombosit (platelet)

Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses  pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit  bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah. Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan.

(8)

Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam  berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.

5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)

Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan  berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai normal eritrosit  pada pria berkisar 4,7 juta 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta -5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll

6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain : MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)

MCV = 

    Nilai normal = 82-92 fl

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)

MCH = 

    Nilai normal = 27-31 pg

(Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)

MCHC = 

(9)

7. Laju Endap Darah

Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi.

 Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0  –   15 mm/jam Perempuan : 0 –  20 mm/jam

8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses  penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl. Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%

9. Platelet Disribution Width (PDW)

PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil. Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi

(10)

dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.

Pemeriksaan Kimia Darah

Alat yang dapat digunakan untuk pemeriksaan kimia darah yaitu Reflotron Check Sistem dengan menggunakan reaksi kimia kering, reagen stick sesuai dgn yg diinginkan

Pemeriksaan kimia darah meliputi :

1. Glukosa (Sewaktu, Puasa dan 2 jam PP) :

Untuk mengetahui kadar Glukosa darah, sehingga membantu menentukan terapi  pasien diabetes

2. Cholesterol Total, Trigliserida, HDL, LDL :

Untuk mengetahui profil lemak pasien, sehingga membantu menentukan terapi, memantau terapi, menentukan faktor risiko PJK dan Stroke

3. Small dense-LDL

LDL berukuran kecil dan lebih berbahaya dari LDL, merupakan faktor resiko PJK dan stroke

4. Ureum (BUN), Kreatinin

Untuk mengetahui fungsi ginjal

5. Asam Urat

Untuk mengetahui adanya penyakit Gout Arthritis (nyeri sendi karena tingginya kadar asam urat)

6. SGOT, SGPT

Untuk mengetahui fungsi hati, sehingga membantu mendiagnosis kelainan hati

7. Billirubin

Peningkatan kadar billirubin bisa terjadi karena penyakit hati dan empedu (karena radang / infeksi, sumbatan batu, tumor) atau pemecahan sel darah merah yang  berlebihan

(11)

8. Protein Total

Untuk mengetahui apakah seseorang menderita kekurangan protein, untuk mengetahui fungsi hati (hati merupakan organ yang menghasilkan protein)

9. Albumin

Kekurangan albumin dapat terjadi pada penyakit hati (misalnya serosi), kekurangan gizi, kebocoran di ginjal (misalnya sindrom nefrotik)

10. Globulin

Penurunan kadarnya berarti terdapat gangguan kekebalan tubuh. Peningkatan kadar globulin terjadi pada infeksi, penyakit hati dan beberapa keganasan.

11. Cholenesterase (CHE)

Merupakan enzim hati yang dipergunakan untuk membantu menentukan apakah fungsi sintetis dari hati masih baik

12. Alkali Fosfatase (ALP) Gamma-GT

Meruoakan enzim yang dihasilkan oleh hati dan saluran empedu. Peningkatan kadarnya berarti kemungkinan ada kelainan (radang, infeksi, batu, tumor) pada hati dan saluran empedu

13. Protein Elektrophoresis (SPF)

(12)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan Hemoglobin

Banyak cara telah ditemukan untuk menentukan nilai Hb, tetapi sampai sekarang  belum ada satu cara pun yang hasilnya dapat dipercaya 100 %, mudah dikerjakan dan

sederhana. Ada beberapa metode atau cara untuk menetapkan nilai Hb, diantaranya :  Cara Tallquist

 Cara Sahli

 Cara Cu –  Sulfat

 Cara fotoelektrik kolorimeter, terdiri dari 3 cara, yaitu : ⁻ Cara Cyanmethemoglobin

⁻ Cara oksihemoglobin ⁻ Cara alkali hematin

 Cara automatik (misalnya Cell Dyn)

3.1.1. Metode Tallquist

Prinsip pemeriksaan metode ini adalah dengan membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bergradasi mulai dari warna merah muda sampai war na merah (mulai 10 –   100 %). Ada 10 gradasi warna dan setiap tahapan berbeda 10 %. Pada  bagian tengah 0skala warna, terdapatlubang, untuk memudahkan dalam

membandingkan warna. Cara Tallquist kini sudah ditinggalkan karena tingkat kesalahannya mencapai 30 –  50 %

3.1.2. Metode Cu –  Sulfat

Metode ini digunakan untuk penetapan kadar hemoglobin terkait untuk mendapatkan donor yang cocok dan sehat, dalam hal ini menjadi tanggung jawab teknisi yang bekerja dibdang trnansfusi darah.

Prinsip metode ini adalah tes kuanlitatif berdasarkan berat jenis. Darah donor turun kedalam larutan mendapatkan tembaga sulfat (Cu-Sulfat) dan menjadi terbungkus dalam kantung tembaga proteinate, yang mencegah setiap perubahan dalam berat jenis sekitar 15 detik. Jika hemoglobin sama dengan atau lebih dari 12,5 gram/dL. Maka akan tenggelam dalam waktu 15 detik, yang berarti donor dapat diterima.

(13)

Alat dan Bahan

1. Larutan kerja CuSO4 (Cu-Sulfat) dengan berat jenis 1,053 2. Kasa steril dan lancet steril sekali pakai

3. Tabung kapiler yang berisi bepari (75 mm x 1 mm)

4. Wadah dengan larutan natrium hipoklorit 1 % untuk membuang lancet tajam, tabung kapiler, dan bahan biologis yang berbahay

5. Coplin jar dengan penutupnya

Cara kerja

1. Sebanyak 30 ml larutan Cu-Sulfat ditempatkan dalam botol yang bersih, dan kering. Tabungnya selalu ditutup dengan penutupnya jika tidak digunakan larutan kerja diperbarui setelah setiap 25 tes.

2. Ujung jari dibersihkan secara menyeluruh dan dibiarkan kering

3. Jari ditusuk dengan lancet steril sekali pakai (lihat pembahasan pada bagian koleksi darah kapiler)

4. Biarkan satu tetes darah jatuh dengan ketinggian sekitar 1 cm diatas permukaan larutan Cu-Sulfat ke dalam tabung

5. Penurunan diamati selama 15 detik

Interprestasi

1. Jika tetssan darah tenggelam dalam waktu 15 dettik, berarti hemoglobin donor lebih dalam 12,5 g/dL, donor diterima untuk donor darah

2.  Namun, jika penurunan darah berada ditengah (yaitu, kadar hemoglobin kurang dari 12,5 g/dL, dan kemudian munculke permukaan, donor di tangguhkan

3. Jika tetesan darah tenggelam secara perlahan , dan kemudian menuju ke bagian  bawah tabung, berarti meragukan sehingga perlu mengkonfirmasi kadar

hemoglobin donor itu

4. Jika terjadi kegagalan pada tes CuSO4 tersebut, ulangi pemeriksaan hemoglobin dengan metode Drabklin

5. Dalam kasus jika hemoglobin lebih rendah dari 12,5 g/dL maka donor perku diberi obat hematinik dan meminta donor tersebut datang lagi untuk memeriksa ulang setelah satu bulan.

(14)

3.1.3. Metode Sahli

Prinsip metode Sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCL sehingga hemoglobin berubah menjadi asam hematin. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan campuran larutan tersebut dengan aquades sampai warnanya sama dengan warna standar di tabung gelas. Pada metode ini tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin,  penyimpangan hasil pemeriksaan cara visual ini sampai 15 –   30 %, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit. Selain cara Sahli ada pula cara  –   cara lain yang masih banyak digunakan di laboratorium  –   laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotoklorimeter. Namun, demekianm, yang banyak dipakai laboratorium klinik adalah cara –  cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual.

Peralatan dan Reagen

 Dua tabung standar warna (a)

 Tabung pengencet panjang 12 cm, bergaris mulai angka 2 (dibagian bawah) sampai dengan 22 (dibagian atas) (b)

 Pipet Hb, dengan pipet karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20 (c)  Pipet HCL (d)

 Botol berisi HCL 0,1 N (e)

 Batang pengaduk (dari bahan gelas) (f)  Larutan HCL 0,1 N (g)

 Aquades

Kesalahan yang sering terjadi  Alat –  alat kurang bersih

 Ukuran pipet kurang tepat perlu dikalibrasi  Warna gelas standar pucat atau kotor. Dll  Pemipetan yang kurang akurat

 Kemampuan untuk membedakan warna tidak sama  Sumber cahaya yang kurang baik

 Kelelahan mata

(15)

Beberapa alasan metode Sahli tidak teilti 1. Asam hematin buka larutan sejati

2. Alat tersebut tidak dapat distandarkan

Hemoglobin yang berdasarkan penetapan hematin asam menurut Sahli dibuat oleh  banyak pabrik. Tabung pengencer berbeda diameternya, warna standar berlainan

intensitasnya,dll

3. Kolorimetri secara visual tidak teliti

Kesalahan biasanya mencapai     kadar hemoglobin yang sesungguhnya. Karena kurang teliti, maka pelaporan hasil pemeriksaan menjadi berselisih yaitu ½ g/dL. Dengan demikian laporan menjadi misalnya 11, 11 ½, 12, 12 1/2, 13 g/dL. Berdasarkan pada tingkat ketelitian tersebut, maka hasil yang dilaporkan dengan memakai angka desimal seperti 8,2; 14,4; atau 15,5 tidak dapat dibenarkan.

3.1.4. Metode Fotoeletrik kolorimeter

Dengan cara ini, kita mendapatkan hasil kadar Hb dengan lebih teliti dibandingkan cara visual kesalahannya hanya berkisar 2 %. Penetapan kadar Hb dengan fotoelektrik kolorimeter ini memiliki banyak cara, antara lain cara cyanmethemoglobin (HiCN), cara oksihemoglobin (HbO2), serta cara alkali hematin.

A. Metode cyanmethemoglobin

Metode cyanmethemoglobin (hemiglobinsianida; HiCN) memiliki keuntungan, yaitu kenyamanan dan standar, dimana larutan mjudah didapat dan cukup stabil.

Prinsip nya; darah diencerkan dalam larutan kalium sianida dan kalium ferri sianida. Kalium ferri sianida mengoksidasi Hb menjadi Hi (methemoglobin), dan kalium sianida menyediakan ion sianida (CN-) untuk membentuk HiCN, yang memiliki penyerapan maksimum yang luas pada panjang gelombang 540 nm. Absorbansi larutan diukur dalam spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm dan dibandiingkan dengan larutan standar HiCN,

Reagen. Pengencer adalah modifikasi reagen Drabkin : - 0,20 g kalium ferri sianida (K 3Fe [CN]6)

- 0,05 g kalium sianida (KCN)

- 0,14 g kalium dihidrogen fosfat (anhidrat) (KH2PO4) - Detergen Non –  ionik

(16)

Larutan harus jernih dan berwarna kuning muda, memiliki pH 7,0  –   7,4 dan memberikan pembacaan nol ketika diukur dalam fotometer pada 540 nm terhadap  blanko. Mengganti natrium bikarbonat (NaHCO3) dengan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) dalam reagen Drabkin yang asli akan mempersingkat waktu menjadi 3 menit. Detergen ini meningkatkan lisis eritrosit dan menurukan kekeruhan karena  presipitasi protein.

Larutan pengencer itu sendiri hanya berisi KCN 50 mg/L. Kurang daridosis yang mematikan untuk orang dengan berat badan 70 kg, namun, karena hidrogen sianida (HCN) dilepaskan oleh pengamasan, maka paparsn terhadap pengencer asam juga harus dihindari. Disarankan pembuangan reagen dan sampel ke dalam air di wastafel. Pengencer disimpan dalam botol gelap pada suhu kamr, tetapi harus selalu disiapkan secara berkal agar tetap segar,

Alat

- Spektrofotometer

- Pipet 20 μL (khusus pipet Hb) dan pipet 5 mL - Tisu dan tabung reaksi

Cara kerja

1. Kedalam tabung reaksi / botol kecil dimasukkan 5 mL larutan Drabkin

2. Diisap darah kapiler 20 μL denga pipet mikro atau pipet Sahli. Kelebihan darah yang melekat pada bagian luar pipet dihapus dengan kain kasa kering / kertas tisu 3. Darah dalam pipet dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan

Drabkin

4. Pipet dibilas beberapa kali dengan larutan Drabkin tersebut

5. Campur larutan ini dengan cara menggoyang –  goyangkan tabung secara perlahan  –  lahan hingga menjadi homogen, dan biarkan selama 3 menit

6. Baca dengan spektrometer pada panjang gelombang 540 nm sebagi blanko digunakan larutan Drabkin

7. Kadar Hb ditentukan dengan perbandingan antara absorban sampel ngan absorban standar.

Kalibrasi alat

Biasanya mudah untuk mengkalibrasi fotometer yang akan digunakan untuk  pengukuran hemoglobin, yaitu dengan mempersiapkan kurva standar atau tabel yang

(17)

 berhubungan dengan absorbansi konsentrasi Hb dalam gram per destikiter. Absorbansi HiCN standar diukur terhadap reagen blanko, pembacaan absorbansi dilakukan dari HiCN standar segar dan pengenceran standar ini dalam reagen (1:2, 1:3, dan 1:4) terhadap reagen blanko. Nilai Hb dalam gram per destiliter dihitung untuk setiap larutan. Pembacaan absorbansi diplot pada kertas grafik linier sebagai ordinat  –   ordinat terhadap konsentrasi Hb sebagai absis. Titik  –   titik harus menggambarkan garis lurus yang melewati titik asal. Keuntungan dari metode HiCN adalah dapat mengukur sebagian besar jenis hemoglobin (Hb, HbO2, Hi dan HbCO, tetapi tidak SHb). Sampel uji dapat langsung dibandingkan dengan standar HiCN, dan pembacaan muah dilakukan karena stabilitas dari sampel yang telah diencerkan. Peningkatan absorbansi yang bukan disebabkan oleh Hb mungkin disebabkan oleh kekeruhan protein plasma yang abnormal, hiperlipemia. Kekeruhan terjadi bila  jumlah leukosit lebih dari 30 x 103/mL.

Sumber kesalahan

Sumber kesalahan mungkin terdapat pada sampel , metode, peralatan atau operator. Teknik pungsi vena yang tidak benar dapat menyebabkan hemokonsentrasi, yang akan membuat konsentrasi Hb dan hitung sel terlalu tinggi. Sampling darah kapiler dapat menghasilkan kesalahan yang sama. Metode HiCN adalah metode pilihan. Penggunaan standar HiCN untuk kalibrasi instrumen dan untuk uji itu sendiri akan menghilangkan sumber utama kesalahan. Keakurayan tetap tidak seragam. Kalibrasi pipet akan mengurangi kesalahan. Fotometer harus dikalibrasi di laboratorium dari awal sebelum digunakan dan harus diperiksa ulang dengan sering untuk mengurangi kesalahan. Kesalahan metode ini tidak kurang dari 2 %.

Kesalahan operator

Kesalahan karena faktor manusia dapat dikurangi dengan pelatihan yang baik,  pemahaman tentang signigfikan tes klinis dan kebutuhan metode yang daoat diandalkan, kepatuhan terdapat intrusksi lisan dan tertulis, serta keakraban dengan  peralatan dan dengan sumber kesalahn. Kesalahan cenderung meningkat dengan kelelahan dan lebuh sering terjadi di akhir jam kerja. Orang yang sabar dan kritis dengan lingkungan dan dengan pelatihan, kurang rentan untuk membuat kesalahan.

(18)

Perhitungan

Kadar Hb = 

  x konsentrasi larutan standar x   



B. Oksihemoglobin

Metode HbO2 adalah metode yang paling sederhana dan paling cepat untuk semua metode yang menggunakan fotometer. Kerugiannya adalah tidak memungkinkan untuk menyiapkan HbO2  dalam keadaan stabil, sehingga kalibrasi terhadap peralatan harus elalu dilakukan secara teratur menggunakan larutan HiCN atau standar sekunder darah. Keandalan metode ini adalah tidak dipengaruhi oleh meningkatnya bilirubin dalam plasma secara moderat, tetapi hasilnya akan dipengaruhi oleh adanya HbCO, Hi atau SHb.

Peralatan dan pereaksi

  Na-karbonat 0,1 % atau NH4OH 0,04 %  Pipet ukur 5 mL

 Mikropipet 20 mikroliter

 Tabung reaksi ukuran 75 x 10 mm  Spektrofotometer

Cara kerja

1. masukkan 20 mL darah kedalam tabung berisi 4 mL (0,4 mL/L amonia; berat  jenis 0,88) untuk menghasilkan pengenceran 201 kali

2. tutup dengan erat dan campur baik  –   baik dengan cara membolak  –   balikan tabung beberapa kali. Larutan HbO2  kemudian siap untuk dicocokkan dengan standar dalam spektrometer terhadap blanko pada panjang gelombang 540 nm atau melalui fotometer dengan filter warna kuning hjau

3.  jika absorbansi dari larutan melebihi 0,7 maka darah perlu diencerkan lebih lanjut dengan volume air yang setara kemudian dibaca lagi.

Perhitungan

Hb (g/L) =  

 x konsentrasi standar x

  

(19)

Larutan amonia segar harus dibuat setiap minggu. Sekali diencerkan, sampel darah akan stabil pada suhu 20ᵒC selama 2 hari, standar harus dari spesimen darah dengan antikoagulan normal. Konsentrasi hemoglobin pertama kali ditentukan dengan metode HCN. Darah kemudian 1:201 dengan cara memipet 20 mL. Darah dengan 4 mL amonia.

3.2. Pemeriksaan Hematokrit ( HCT ) = PCV ( Packed Cell Volume )

 Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai tes skrining sederhana untuk anemia sebagai referensi kalibrasi untuk metode otomatis hitung sel darah, dan secara kadar untuk membimbing keakuratan pengukuran hemoglobin. Nilai hematokrit yang dinyatakan dalam g/L adalah sekitar tiga kali kadar Hb. Sehubungan dengan estimasi dari Hb dan sel darah. Hambatan penggunaan di laboratorium disebabkan oleh kekurangan sumber daya kebutuhan sentrifigasi khusus dan tabung kapiler yang dapat diandalkan.

 Nilai hematokrit dari sampel adalah perbandingan antara volume eritrosit dengan volume darah secara keseluruhan. Nilai hematokrit dapat dinyatakan sebagai persentase (konvensional) atau sebagai pecahan desimal (unit SI), liter/liter (L/L). Asam heparin kerin g dan etilen diamin tetra asetat (EDTA) adalah antikoagulan yang memuaskan untuk tujuan tes ini. Sebelum mengambil sampel dari tabung darah vena, penting untuk mencapur darah secara menyeluruh dengan sempurna. Jumlah inversi yang dibutuhkan untuk mencapai homogenitas spesimen tergantung pada dimensi wadah. Tabung standar 10  –   14 x 75 mm, yang mengandung 5 mL darah, dan bagian kosong paling sedikit 20 % dari volume tabung, membutuhkan setidaknya delapan inversi. Sampel darah vena dan darah kapiler mempunyai nilai hematokrit yang sama, nilai keduanya lebih besar daripada hamtokrit total pada tubuh. Hematokrit dapat dilakukan secara langsung dengan metode makrohematokrit dan mikrohemtokrit yang keduanya perlu disentrifugasi, atau secara tidak langsung dari hasil  perhitungan mean corpuscular volume (MCV) dikalikan dengan jumlah eritrosit menggunakan instrumen otomatis. Pada darah yang disimpan pada suhu kamar, akan terjadi  pembengkakan eritrosit. Pada 6 –   24 jam, yang menyebabkan peningkatan hematokrit dan MCV. Jumlah eritrosit dan nilai indeks akan stabil selama 24 jam pada suhu 4ᵒC pada metode Wintrobe, digunakan tabung kaca dengan diameter yang sama, kemudian disentrifugasi. Metode ini sudah tidak digunakan lagi.

(20)

Penentuan hematokrit dilakukan dengan disentrifugasi. Tinggi dari kolom eritr osit buffy coat, dan kolom plasma harus diperhatikan. Buf fy coat adalah lapisan merah keabu – abuan antara eritrosit dengan plasma. Dalam buffy coat terdiri dari trombosit dan leukosit. Plasma  berwarna oranye atau hijau, yang menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, sedangkan warna merah muda atau merah menunjukkan terjadinya hemoglobinemia akibat spesimen mengalami hemolisis. Kesalahan teknik dalam mengumpulkan spesimen darah adalah  penyebab paling sering terjadinya hemolisis. Spesimen yang tampak berawan yang diperoleh dalam keadaan tidak mengkonsumsi makanan kaya lemak pada satu atau dua jam sebelumnya, dapat menunjukkan kondisi abnormal tertentu, misalnya nefrosis atau hiperglobulinemia, terutama krioglobulinemia.

Pengukuran Hematokrit dengan Mikrohematokrit

Darah EDTA atau heparin disentrifugasi, sel - sel eritrositnya akan dimampatkan tingginya  pada kolom eritrosit diukur, yang dinyatakan dalam persentase darah tersebut.

Peralatan

 tabung kapiler hematokrit berukuran 75 mm, berdiameter 1 mm. Ada yang berisi heparin (khusus untuk darah kapiler) dan ada yang tidak berisi antikoagulan (untuk darah antikoagulan, misalnya darah EDTA). Penggunaan tabung hematokrit yang kapasitas dan diameteenya lebih kecil dari tabung Wintrobe, sangat tepat untuk pemeriksaan rutin dalam klinik. Selain itu, tabung tersebut dapat digunakan untuk penampungan darah kapiler secara langsung. Pada anemia makrolitik, terdapat sedikit kenaikan jumlah  plasma; dengan adanya sferosit pada sferosiasis, talasemia, anemia hipokromik, dan

anemia sel sabit, kenaikkan jumlah plasmanya lebih tinggi lagi.

 Lampu spiritus / malam untuk menutup salah satu ujung tabung hematokrit  Sentrifuga yang dapat memutar >16000 rpm

 Skala pembaca mikrohematokrit.

Reagen

Heparin (melapisi lumen tabung kapiler)

Sampel

(21)

Cara kerja

1. Tabung mikrohemtokrit diisi melalui kapiler dari sampel tusukan atau sampel vena, tabung kapiler harus diisi minimal 5 cm

2. Bagian ujung yang tertutup dengan sejenis dempul untuk keperluan tersebut

3. Tabung yang diisi sampel ditempatkan dialur radial mikrohematokrit yang disentrifugasi,  bagian ujung yang tertutup berada jauh dari pusat

4. Sentrifugasi selama 5 menit pada 10000  –   12000 rpm sudah memuaskan, kecuali bila hematokrit melebihi 50 %, makka diperlukan sentrifugasi tambahan selama 5 menit untuk memastikan plasma yang terperangkap oleh kolom eritrosit sudah minimal.

5. Tabung kapiler tidak mempunyai skala, oleh karena itu mengukur tinggi kolom eritrosit harus menggunakan skala pembacaan hematokrit dengan ukuran milimeter dan menggunakan lensa pembesar.

3.3. Pemeriksaan Leukosit ( WBC = WHITE BLOOD CELL ) Dengan kamar penghitung IMPROVED NEUBAUER

Darah diencerkan dalam pipet leukosi, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume tertentu, dengan menggunakan faktor konversi jumlah leukosit per mL darah. Perhitungan dilakukan untuk semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada sudut - sudut kotak “seluruh permukaan yang dibagi”.

Prinsip

Spesimen yang mengandung elemen selular seperti leukosit dan eritrosit, dicampur dengan larutan pengencer pada volume tertentu. Larutan pengencer akan melisis eritrosit sehingga leukosit mudah dihitung. Hitung leukosit secara manual sangat bermanfaaat pada kasus jumlah leukosit sangat sedikit.

Spesimen

Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau darah kapiler

Reagen dan alat

1. Larutan pengencer leukosit (Tiurk)

2. Pipet Thoma untuk leukosit dilengkapi aspirator 3. Bilik hitung Neubauer Improved dan kaca penutup 4. Kasa –  alkohol

(22)

Cara kerja

1. Dengan pipet Thoma, isap darah sampai tanda 0,5

2. Selanjutnya dengan pipet tersebut, isap larutan Turk sampai tanda 11 (jangan memipet dengan mulut), dalam hal ini akan menghasilkan pengenceran 1:20.

3. Lepaskan tabung aspitor, beri label, dan letakkan pipet pada “pipette shaker” (bila ada) atau secara manual selama 5 –   10 menit untuk memastikan pencampuran berlangsung  baik danleukosit telah lisis sempurna

4. Bersihkan bilik hitung dan kaca penutup

5. Ambil pipet yang berisi spesimen yang telah tercampur. Buang 5 –  6 tetes pertama, satu tetes berikutnya diletakkan pada bilik hitung. Jangan sampai terjadi gelembung udara atau kelebihan spesimen dalam bilik hitung

6. Biarkan beberapa menit bilik hitung yang berisi spesimen agar leukosit mengendap. Agar tidak kering, bilik hitung dimasukkanm kedalam cawan petri yang berisi kasa basah dan ditutup

7. Letakkan bilik hitung pada mikroskop dan lakukan pembacaan dengan pembesaran 10 x. Leukosit dihitung pada 4 kotak besar disudut. Masing  –   masing kotak tersebut terbagi menjadi 16 kotak sedang

8. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus kanan; kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri; lalu turun lagi ke bawah dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada keempat “bidang besar”

9. Kadang –  kadang ada sel –  sel yang letaknya menyingung garis batas suatu bidang. Sel –  sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas, harus dihitung sebaliknya, sel –  sel yang menyinggung garis batas kanan atau bawah, tidak boleh dihitung

Perhitungan

Total leukosit = leukosit yang ditentukan x faktor pengenceran x faktor koreksi volume

Pengenceran yang terjadi dalam pipet adalah 20 x. Faktor koreksi volume adalah 2,5 angka itu berasal dari leukosit yang dihitung dalam 1 μL dibagi volume leukosit yang dihitung (pada bilik hitung) yaitu 0,4 μL

Misalnya, ditemukan leukosit sejumlah 180 sel, maka Jumlah leukosit 180 x 20 x 2,5 = 9000//mL

Atau

(23)

Nilai normal

4,5 –  10 x 103 ribu/mL

Kesalah –  kesalahan pada tindakan menghitung leukosit 1. Jumlah darah yang diisap ekdalam pipet tidak tepat, karena :

- Bekerja terlalu lambat sehingga ada bekuan darah - Tidak mencapai garis tanda 0,5

- Memakai dengan paralaks

- Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena melewati garis tanda 0,5 2. Pengenceran dlam pipet salah, karena:

- Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali kedalam botol yang berisi larutan Turk

- Tidak mengisap cairan tepat sampai garis 11

- Terjadi gelembung udara didalam pipet saat mengisap larutan Turk

- Cairan sedikit terbuang pada saat mengocok pipet atau pada saat mencabut karet  pengisap dari pipet

3. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan Turk 4. Tidak mengocok pipet sebelum mengisi kamar hitung

5. Tidak membuang beberapa tetes pertama dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung 6. Berkaitan dengan kamar hitung dan teknik menghitung :

- Kamar hitung atau kaca penutu7p kotor

- Ada gelembung yang masuk bersama dengan cairan - Letak kaca penutup darah

- Meja mikroskop tidak rata air

- Salah menghitung sel yang menyinggung garis –  garis batas - Kaca penutup tergeser karena disentuh dengan lensa mikroskop

3.4. Pemeriksaan Trombosit ( PLT = PLATELET )

Trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma mega =kariosit, suatu sel muda besar yang berada dalam sumsum tulang. Megakariosit matang ditandai oleh proses replikasi endomiotik inti dan makin besarnya volume plasma, sehingga pada akhirnya sitoplasma menjadi granular dan terjadi pelepasan trombosit. Setiap megakariosit mampu menghasilkan

(24)

3000 –  4000 trombosit, waktu dari diferensiasi cell sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari.unsur trombosit pada darah perifer adalah 7 –  10 hari.

Trombosit adalah sel darah yang tidak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 1 –  4 mikrometer, dan memiliki volume 7 –   8 fl. Trombosit dapat dibagi dalam 3 daerah (zona), yaitu zona daerah tepi  berperan sebagai adhesi dan agregasi, zona “sol gel”  menunjang struktur dan mekanisme interaksi trombosit, serta zona organel  yang berperan dalam  pengualaran isi trombosit. Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis sebagai repons hemostatik normal terhadap luka vaskular, melalui reaksi adhesi, pelepasan, agregasi dan fusi, serta aktivitas prokoagulannya. Nilai menurut Deacie adalah 150 –  400 x 109/L. Bila dipakai metode Rees Ecker, nilai normal trombosit adalah 140 –   340 x 109/L, dengan menggunakan Coulter Counter, nilai normalnya adalah 150  –   350 x 109/L. Dalam  paragraf berikutnya, akan dibahas mengenai bahan yang digunakan dalam pemeriksaan

trombosit dalam laboratorium dan kelainan –  kelainan trombosit yang mungkin terjadi.

Bahan pemeriksaan

Bahan pemeriksaan adalah darah lengkap, yang dapat diperoleh dari darah kapiler atau darah vena. Pengambilan darah kapiler untuk orang dewasa dilakukan pada ujung jari tangan ketiga dan keempat serta pada anak dalam telinga, sedangkan pada bayi dan anak  –   anak,  biasanya dari tumit atau ibu jari kaki. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel darah kapiler adalah sebelum penusukan dimulai, keadaan setempat perlu diperhatikan dengan seksama. Hal yang merupakan kontra indikasi adalah adanya beks  –   bekas luka,  peradangan dermatitis, ataupun edema.

Pengambilan darah kapiler dapat dilakukan bila jumlah darah dibutuhkan sedikit saja, atau dalam keadaan emergensi, karena selain jumlah darah yang diambil sedikit, sehingga  jika terjadi kesalahan dalam pemeriksaan akan sulit untuk menanggulangi. Kesulitan  – 

kesulitan yang sering terjadi dalam pengambilan sampel darah ini adalah apabila kulit disekitar luka tusukan tidak kering karena alkohol atau keringat, maka tetesan darah yang keluar tidak dapat mengumpul melainkan menyebar ke seikitarnya sehingga sukar untuk mengambilnya. Selain itu, bahan darah semacam ini tidak boleh digunakan karena sudah  bercampur dengan bahan lain. Darah tidak dapat keluar dengan lancar. Hal ini biasanya karena penusukan yang kurang dalam atau peredaran darah setempat kurang baik. Usaha untuk melancarkan pengeluaran darah dengan memijat akan sia  –   sia karena darah yang keluar tidak dapat digunakan karena sudah tercampur dengan cairan jaringan, sehingga hasil  pemeriksaan menunjukkan hasil yang lebih rendah dari yang sebenernya.

(25)

Pengambilan darah vena untuk orang dewasa dilakukan pada vena di fossa cubiti, sedangkan pada anak –  anak atau bayi, bila perlu, darah diambil dari vena jugularis eksterna, vena femoralis, bahkan dapat diambil dari sinus sagittalis superir. Pengambilan darah vena,  perlu dilakukan dengan hati –  hati karena bahaya yang dapat terjadi jauh lebih besar daripada  pengambilan darah kapiler. Dalam pengambilan sampel darah vena, perlu diperhatikan tempat yang akan digunakan untuk pengambilan harus diperiksa dengan seksama, antara lain letak dan ukuran vena.

Pemeriksaan hitung jumlah trombosit dalam laboraturium dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung menggunakan metode Rees Ecker, metode Brecher Cronkote, dan Cell Counter Automatic Metode Rees Ecker. Darah diencerkan dengan larutan BCB (brilliant cresyl blue), sehingga trombosit akan terwarnai terang kebiruan.

Trombosit dihitung dengan bilik hitung dibawah mikroskop, kemungkinan kesalahan metode Rees Ecker adalah 16  –   25 %. Pada metode Brecher Cronkote darah diencerkan dengan larutan amonium oksalat 1 % untuk melisiskan sel darah merah, kemudian trombosit dihitung pada bilik hitung menggunakan mikroskop fase kontras. Kemungkinan kesalahan Brecher Cronkote adalah 8  –   10 %. Pada metode cell counter automatic, metode ini menggunakan prinsip flowsitometri. Prinsip tersebut memungkinkan sel –   sel masuk flow chamber untuk dicampur dengan diluen, kemudian dialirkan melalui apertura yang berukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu per atu. Aliran yang keluar dilewatkan medan listri untuk kemudian sel dipisah –  pisahkan sesuai muatannya. Teknik dasar pengukuran sel dalam flowsitometri adalah impedansi listrik (electrical imedance) dan pendar cahaya (light scattering). Teknik impendansi berdasarkan pengukuran besarnya resistensi elektronik antara dua elektrode. Teknik pendar cahaya akan menghamburkan , memantulkan atau membiaskan cahaya berbeda, maka akan menghasilkan pendar cahaya berbeda yang dapat terindikasi. Pada cell counter automatic, masih terdapat kelemahan apabila ada trombosit yang  bergerombol, trombosit besar (giant), serta adanya kotoran, pecahan eritrosit dan pecahan

leukosit. Dengan demikian, cross check menggunakan sediaan apus darah tepi (SADT) sangat berarti.

Hitung trombosit secara tidak langsung menggunakan metode fonio an estimasi dilakukan dengan metode Barbara Brown. Pada metode fonio, dilakukan dengan menggunakan darah kapiler pada ujung jari yang dicampur dengan larutan magnesium sulfat 14 %, kemudian dibuat SADT dan dilakukan pewarnaan Giemsa. Jumlah trombosit dihitung

(26)

dalam 1000 eritrosit, dan jumlah mutlak trombosit dapat diperhitungan dari jumlah mutlak eritrosit. Cara ini lebih kasar dibandingkan cara langsung.

Prinsip pemeriksaan

Darah kapiler yang mengalir bebas atau campuran darah vena dengan antikoagulan ditambahkan ke pengencer spesifik pada volume tertentu, larutan pengencer akan melisis eritrosit tetapi menjaga leukosit dan trombosit tetap utuh. Darah yang diencerkan dimasukkan ke bilik hitung. Sel dibiarkan selama 10 menit. Supaya mengendap sebelum trombosit dihitung.

Bahan

Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau darah kapiler

Reagen

 Amonium oksalat 11,45 g  Bufer fosfat soresen 1,0 g

 Thimerosal 0,1 g

 Aquades qs sampai 1000 mL

Alat

 Pipet kapasitas 20 μL

 Hemasimeter dan kaca penutup  Mikroskop

 Kapas alkohol  Hand counter

 Cawan petri dengan kertas saring lembap

Cara kerja

1. Isaplah darah dengan pipet eritrosit sampai tanda 0,5 dan encerkan dengan larutan  pengencer sampai tanda 101 (pengenceran 200x). Mulai saat ini, trombosit harus selesai

dihitung dalam waktu 30 menit, agar tidak disintegrasi sel –  sel trombosit 2. Kocoklah pipet tersebut 3 –  5 menit

(27)

3. Setelah pipet tersebut dikocok, buanglah 4 tetes pertama da tetesan ke lima diisikan kedalam bilik hitung. Masukka bilik hitung tersebut kedalam cawan petri yang telah disiapkan tadi. Biarkan selama 15 menit, agar trombosit mengendap dan tidak terjadi  penguapan

4. Letakkan bilik hitung dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100 x kemudian  perbesaran 40 x. Trombosit tampak refraktif dan mengilat berwarna biru muda / nila,

lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau tersebar bergerombol.

Perhitungan

Jumlah trombosit =            

Misalnya, ditemukan trombosit sebanyak 230, maka jumlah trombosit / mm3 =

230 x 1000 = 230.000/mm3 = 230 x 103/μL

3.5. Pemeriksaan Eritrosit ( RBC = RED BLOOD CELL ) Pengukuran jumlah RBC.

Saat lahir jumlah RBC paling tinggi, berangsur turun saat Dewasa. RBC dibentuk dalam sumsum tulang pipih & proximal dari tulang panjang. Umur RBC 120 hari dalam peredaran darah.

Harga normal dari RBC :

- Laki - laki dewasa : 4,3 jt –  5,9 jt/mL - Wanita dewasa : 3,9 jt –  4,8 jt/mL - Bayi : 5,0 jt –  7.0 jt/mL - Anak usia 3 bulan : 3,2 jt –  4,8 jt/mL - Anak usia 1 tahun : 3,6 jt –  5,2 jt/mL - Usia 10-12 th : 4,0 jt –  5,4 jt/mL

Untuk penghitungan jumlah RBC dapat dipakai cara manual dengan Kamar Hitung Improved  Neubauer setelah diencerkan dgn larutan Hayem.

3.6. Pemeriksaan Indeks Eritrosit

Perhitungan yang menyatakan besarnya volume eritrosit dan konsentrasi hemoglobin dalam tiap sel. Penggolongan anemia berdasarkan Indeks Erytrosit paling bermanfaat yaitu

(28)

anemia mikrositik, normositik dan makrositik, karena : -mengarah mengarah pada sifat defek  primernya menunjukkan kelainan yang mendasari sebelum terjadi anemia yang jelas.

1. M C V (Mean Cell Volume)

didapatkan dari : Hematocrite : jml eritrosit  Nilai Normal : 80 –  100 fl (dewasa)

76 –  86 fl ( anak < 1 th)

mikrositosis < 80 –  100 fl < makrositosis 2. M C H (Mean Cell Haemoglobine)

Mengukur banyaknya Hb yang terdapat dalam satu sel darah merah.

Ditentukan dengan membagi jumlah Hb dalam 1000 ml darah dengan jumlah eritrosit

Per mm3 darah → pikogram

 Nilai normal : 27 –  32 pg (dewasa) 23 –  31 pg ( anak )

Jika nilai kurang dari normal : hipokrom 3. M C H C ( Mean Cell Hb Concentrate )

Kadar rata-rata Hb : volume eritrosit.Kadar Hb/haematocrite

3.7. Pemeriksaan Laju Endap Darah ( LED ) = ESR (erytrocyt sedimentation rate ) Aplikasi, baru –  baru ini, laju endap darah (LED) tela di laporkan memiliki signifikansi klinis dengan penyakit sel sabit, osteomielitis, stroke (LED     memiliki  prognosis yang lebih buruk), kanker postat (LED     memiliki insiden  perkembangan penyakit yang lebih tinggi dan kematian), dan penyakit arteri koroner (LED   pada orang kulit putih memiliki risiko tinggi untuk penyakit arteri koroner). Pada kehamilan, LED cukup meningkat, mulai minggu 10 –  12, dan kembali normal sekitar 1  bulan setelah melahirkan. LED meningkat secara nyata pada gangguan monokloral protein darah, seperti beberapa mielona atau makroglobulinrmia, dalam hiperglobulinemia poliklonal karena peradangan parah dan dalam hiperfibrinogenemia.

LED meningkat pada penyakit inflamasi aktif seperti artritis reumatoid, infeksi kronis,  penyakit kolagen, dan neoplastik. LED ini memiliki sedikit nilai diagnosgtik tetapi dapat  berguna untuk pemantauan penyakit. Pemeriksaan lebih sederhana dibandingkan dengan  pengukuran serum protein, yang cemderung untuk menggantikan LED. Karena hasil LED

(29)

sering normal pada pasien dengan neoplasma, penyakit jaringan ikat, dan infeksi, maka hasil LED yang normal tidak bisa digunakan dalam menyingkirkan kemungkinan diagnostik dan memantau reumatik polimialgia arteritris temporal, biasanya pertense melebihi 90 mm/jam. LED digunakan dalam mengevaluasi artetritis temporal, septik artritis, penyakit radang  panggul, dan radang usus buntu. Adanya gejala sistemik (demam, berat badan menurun, keringet malam). Dalam suatu penelitian, sepertiga dari pasien tanpa disertai gejala, ESR kurang dari 10 mm/jam, dan menunjukkan prognosis yang sangat baik, tanpa memandang umur, derajat penyakit atau histopatologi.

Hal –  hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan LED

 Perhatikan segala petunjuk yang telah diberikan pada waktu melakukan pungsi vena karena statis vena menyebabkan darah mengental (hemokonsentrasi) dan berakibat kesalahan hasil pemeriksaan.

 Penting sekali menempatkan pipet atau tabung laju endap darah dalam setiap benar  – 

 benar tegak lurus, selisih sedikit saja dari garis vertikal sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil laju endap darah

 Oleh karena laju endap darah dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, maka nilai laju endap darah cara Wintrobe perlu dikoreksi terhadap nilai hematokrit. Koreksi semacam ini memerlukan grafik khusus.

 Hasil pemeriksaan laju endap darah menggunakan cara Westergen dan cara Wintrobe tidak berbeda banyak jika hasil laju endap darah dalam batas –  batas normal. Akan tetapi,  perbedaan hasil pemeriksaan akan tampak nyata bila dalam kondisi patologis. Oleh karena itu, international Committee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan pemeriksaan LED dengan metode Westergen.

Macam  –   macam metode pemeriksaan LED, Pemeriksaan LED dikenal dengan dua metode, yaitu : Metode Westergen dan Metode Wintrobe

A. Metode Westergen

Metode Westergen banyak digunakan, karena metode ini sangat sederhana. ICSH merekomendasikan sebagai metode referensi. Hematokrit pasien seharusnya tidak melebihi 35 % karena kemampuan untuk terjadinya sedimentasi mungkin lebih lambat  pada tabung yang sempit

(30)

Prinsip.

Sejumlah darah yang telah ditambah dengan NaCL 0,85 % dala perbandingan (4:1) apabila didiamkan dalam tabung Westergen dalam posisi tegak lurus, dengan adanya  perbedaan berat jenis antara sel darah dengan plasma, maka sel darah akan mengendap

Bahan. Darah vena

Peralatan

Tabung Westergen adalah pipet lurus dengan panjang 30 cm, diameter internal 2,55 mm, dan memuat sekitar 1 mL. Rak Westergen juga digunakan , yang diperlukan untuk meletakkan tabung pada posisi vertikel

Reagen

larutan natrium sitrat 0,105 mol (kisaran 0,10  –   0,136) adalah antikoagulan yang digunakan sebagai larutan pengencer .

Prosedur

1. Sebanyak 2 mL darah ditambahkan ke 0,5 mL natrium sitrat dan dicampur dengan cara bolak –  balik

2. Pipet Westergen diisi sampai tanda 0 dan ditempatkan vertikal di rak pada suhu kamar tanpa getaran atau paparan sinar matahari

3. Setelah tepat 60 menit, jarak dari tanda 0 ke atas kolom eritrosit dicatat dalam milimeter sebagai nilai LED

4. Jika batas antara plasma dan sel darah merah kolom adalah kabut yang diukur adalah kepadatan yang jelas terlihat.

Nilai normal

 Nilai normal LED menurut metode Westergen :  Laki – laki : 0 –  10 mm/jam

 Wanita : 0 –  15 mm/jam

 Anak – anak : 0 –  15 mm/jam  Orang lanjut usia >60 tahun : 0 –  20 mm/jam

(31)

Modifikasi metode Westergen

Metode Westergen menggunakan sampel darah dengan antikoagulan EDTA, bukan dengan sitrat. Sebanyak 2 mL darah EDTA diencerkan dengan 0,5 mL natrium sitrat 3,8 % atau dengan 0,5 mL natrium klorida 0,85 %

Sumber kesalahan

Jika konsentrasi antikoagulan lebih tinggi dari yang direkomendasikan, maka LED mungkin meningkat. Natrium sitat atau EDTA tidak mempengaruhi tingkat sedimentasi  jika menggunakan dalam konsentrasi yang tepat. Heparin mengubah membran potensial zeta dan tidak dapat digunakan sebagai antikoagulan. Gelembung yang tersisa ditabung ketika diisi, akan mempengaruhi LED. Hemolisis dapat mempengaruhi LED. Kemiringan 3 derajat saja akan dapat mempercepat LED sebanyak 30 %. Suhu harus dalam kisaran 20 –  25ᵒC lebih rendah atau lebih tinggi mengubah LED. Jika darah telah disimpan dalam keadaan dingin, maka harus disesuaikan dulu untuk mencapai suhu kamar. Tes harus sudah dilakukan dalam waktu 2 jam setelah sampel darah diperoleh (atau dalam waktu 12 jam jika EDTA digunakan sebagai antikoagulan dan darah disimpan pada suhu 4ᵒC). Tidak ada metode yang efektif yang dikenal untuk mengkoreksi anemia pada metode Westergen meskipun hal ini dapat dilakukan dengan metode Wintrobe.

Alternatif metode untuk mengukur LED

ESR ves –  MATIC 20 adalah instrumen yang dirancang untuk mengukur 20 sampel darah secara otomatis. Darah dikumpulkan dikuvet khusus dan dengan hati  –   hati dicampur denga sampel, kemudian dibiarkan mengendap untuk jangka waktu tertentu. Sensor optoelektrikal otomatis akan membaca tingkat sedimentasi eritrosit.

B. Metode Wintrobe Bahan

Darah vena + antikoagulan Alat

 Tabung Wintrobe dan rak nya  Pipet pasteur

 Pipet dan semprit  Kapas dan alkohol

(32)

Cara kerja

1. Ambil vena kurang lebih 2 cc atau secukupnya

2. Lepaskan jarum dan semprit dan darah dimasukkan kedalam botol yang berisi antikoagulan, campur hingga homogen

3. Isi tabung Wintrobe dengan memakai pipet pasteur sampai garis tanda nol. Lakukan secara hati –  hatim jangan sampai terjadi gelembung udara

4. Letakkan tabung berdiri vertikal pada rak nya dan catat waktunya sesudah tabung itu diletakkan berdiri vertikal

5. Catat LED sesudah 1 jam, nyatakan dalam mm/jam

Nilai normal

 Laki – laki : 0 -20 mm/jam

 Wanita : 0- 10 mm/jam

Kesalahan dalam pemeriksaan  Tabung atau pipet yang basah  Pembacaan yang tidak tepat

 Pencampuran darah dan antikoagulan yang terlalu kuat 

Nilai –  nilai normal dan abnormal LED,

LED akan meningkat setelah 24 jam terjadinya peradangan dan secara bertahap akan kembali normal dalam 4 minggu setelah penyembuhan.

Tabel 5.1 Nilai Normal LED

Individu Nilai

Bayi baru lahir 0 -2 mm/jam

Anak –  anak 3 –  13 mm/jam

Wanita

Umur 18 –  50 tahun 1 –  20 mm/jam

Setiap kenaikan 10 tahun  Naik 2 mm/jam

Laki –  laki

Umur 18 –  50 tahun 1 –  15 mm/jam

(33)

3.8. Pemeriksaan Jenis Sel Darah Putih

 Menghitung dan mengelompokan WBC yg tampak dihapusan darah dari 100  –   200 sel

 Berperan dalam diagnosa penyakit

  Normal ada 6 jenis WBC matur : Eo / Ba / Neu stab / Neu seg / Limfosit / Mo

ABNORMALITAS

1. Penyimpangan prosentase jenis WBC

Peningkatan Eo : alergi, cacing, Ba : CML, Policitemia Vera, dll 2. Sel plasma : measles, varicella, MM

3. Limfosit abnormal : paling sering Mononukleosis infeksiosa 4. Sel darah putih muda

Dewasa : Mieloblas, promieloblas, mielosit → AML, CML Anak : Limfosit → ALL

3.9. Metode Pemeriksaan Darah Lengkap

Metode : Automatic Analyzer (fotometer)

Peralatan : Cell DYN Emeral, Cell DYN 3200, ABX Pentra XL 180, Roller mixer, dan tabung vacutainer

Sampel : Darah EDTA

Prinsip : Sampel darah dicampur antikoagulan EDTA kemudian dilakukan perhitungan  jumlah sel-sel darah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, indeks eritrosit, hitung  jenis leukosit dengan alat Pentra XL 80, Cell DYN Emerald an Call DYN 3200 Prosedur :Pemeriksaan Darah Lengkap (DL) dengan menggunakan alat Cell DYN Emerald.

 Sampel dihomogenkan selama ± 5-10 menit dengan roller mixer.

 Klik Ikon New Sampel, kemudian klik next sampel, kemudian ketik nama pasien dan tempat dirawat. Klik OK.

 Tutup tabung sampel dibuka dan kemudian tabung diletakkan dibawah jarum sampel (sampling nozzle) sampai ujung jarum menyentuh dasar tabung.

 Tombol counting ditekan, sehingga jarum sampel akan menyedot sampel sampai  jarum sampel akan tertarik kedalam instrument dan sampel secara otomatis akan

(34)

Yang diperiksa adalah beberapa komponen darah yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keeping darah). Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah trombosit, jumlah leukosit, dan hematokrit (perbandingan antara sel darah merah dan jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap Darah) dan hitung jenis leukosit.

Hasil DL yang normal adalah (hasil ini bervariasi, tergantung di laboratorium mana kita  periksa) :

1. Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl 2. Jumlah leukosit : 5000 –  10.000 /µl

3. Jumlah trombosit : 150.000 –  400.000 /µl 4. Hematokrit : 35 –  45 %

5. LED : 0 –  10 mm/jam (pria), 0 –  20 mm/jam (wanita)

Beberapa contoh interpretasi dari hasil pemeriksaan darah lengkap secara sederhana antara lain bila kadar Hb turun menandakan anemia, leukositnya meningkat melebihi normal mungkin menandakan terjadinya infeksi, trombositnya turun mungkin saja menandakan terjadi infeksi virus, dan lain sebagainya. Yang perlu diingat adalah  pemeriksaan ini adalah penunjang dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Jadi diagnosis tidak semata-mata dari hasil laboratorium, tapi yang paling utama adalah dari keadaan klinis pasien itu sendiri.

(35)

Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap

Ukuran satuan  Nilai rujukan Eritrosit Juta/µ 4,0 –  5,0 (P) 4,5 –  5,5 (L) Hemoglobin g/dL 12,0 –  14,0 (P) 13,0 –  16,0 (L) hematokrit % 40 –  50 (P) 45 –  55 (L)

Hitung jenis Satuan Nilai rujukan

Basofil % 0,0 –  1,0 Eosinofil % 1,0 –  3,0 Batang % 2,0 –  6,0 Segmen % 50,0 –  70,0 Limfosit % 20,0 –  40,0 Monosit % 2,0 –  8,0 Laju endap darah Mm/jam < 15 (P) < 10 (P) Leukosit  5,0 –  10,0 MCH/HER Pg 27 - 31 MCHC/KHER g/dL 32 - 36 MCV/ VER Fl 80 - 96 Trombosit  150 –  400

(36)

3.10. Contoh-contoh kelainan dan penyakit pada darah: 1. Trombosis

Trombosis adalah terbentuknya masa pengumpulan darah pada manusia/binatang hidup. Thrombosis merupakan proses kinetik. Masih perlu dilakukan penelitian mendalam untuk dapat menyokong dasar rasional untuk maksud pencegahan se rta pengobatannya.

Abnormalitas dinding pembuluh darah, perubahan komposisi darah dan gangguan aliran darah, ketiganya merupakan factor-faktor yang memegang peran penting dalam  patofisiologi thrombosis. Dikenal 2 macam trombisis, yaitu thrombosis vena dan thrombosis arteri. Trombosis vena terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya statis aliran darah, sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan factor penyebab utama terbentuknya trombosis vena. Trombosis arteri sering terbentuk di sekitar orifisium cabang arteri dan bifurkasio arteri. Di tempat ini terdapat turbulensi aliran darah, sehingga terjadi  perubahan ateromatosa dan kerusakan endotel. Pengelompokan trombosit lebih mudah

terbentuk, oleh karena itu thrombosis arteri terlihat pucat. Terapi dan Pengobatan

Telah dikenal beberapa macam obat yang dipakai untuk pencegahan thrombosis. Obat-obat tersebut adalah heparin, derivate kumarin dan indanedion serta obat-obat antiagregasi trombosit. Untuk trombusnya dipakai obat trombolitik seperti streptokinase dan urokinase.

 Heparin

Heparin adalah suatu antikoagulan alamiah berupa mukopolisakarida yang mempunyai daya ikat yang kuat terhadap protein. Untuk efektivitas daya kerja heparin diperlukan suatu kofaktor heparin yang dikenal dengan nama factor Xa (a=aktif) sehingga  pembentukan thrombin terhambat.

Indikasi pemberian heparin adalah:

1. Thrombosis vena, misalnya untuk pasien setelah suatu infark jantung mendadak. 2. Emboli arteri.

3. Sebagai terapi antikoagulan pemeliharaan, misalnya pada tindakan hemodialisis, sirkulasi ekstrakorporal.

(37)

 Low Molecular Weight Heparin (LMWH)

LMWH merupakan hasil fraksinasi atau depolimerisasi heparin. Perubahan berat molekul ini mengakibatkan beberapa perubahan farmakodinamik bila dibandingkan dengan heparin standar. LMWH lebih aman, lebih efektif, tidak/jarang menimbulkan perdarahan akibat heparin serta mudah cara pemberiannya dan tidak perlu pemantauan laboratorium.

 Kumarin dan Indanedion

Derivate kumara dan indanedion mempunyai efek yang sama, yaitu antagonis terhadap biosintesis vitamin K. kerja obat ini tidak dalam sirkulasi tetapi di hepar, dengan cara mengganggu sintesis faktor-faktor yang tergantung dari vitamin K seperti fibrinogen, factor VII, IX, dan X. derivate kumarin yang banyak dipakai adalah warfarin dan sintrom.

 Obat-obat Penghambat Fungsi Trombosit

Agregasi trombosit secara in vitro terjadi dalam 2 tingkatan. Tingkat pertama adalah reaksi pembebasan ADP trombosit. Pada tingkat ini reaksi bersifat reversible. Tingkat kedua adalah tingkat yang irreversible, dimana terjadi pelepasan ADP trombosit beserta komponen-komponen lain trombosit.

Obat AINS seperti asetil salisilat, fenilbutazon, sulfinpirazon akan menghambat reaksi  pembebasan dan agregasi trombosit sekunder yang diinduksi oleh adrenalin dan nonadrenalin tanpa menghambat agregasi ADP. Pemberian aspirin menyebabkan perpanjangan waktu  perdarahan akibat reaksi asetilasi protein trombosit karena penghambatan enzim

platelet-cyclooxygenase. Mengenai efek anti thrombosis golongan ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Dipirimadol dapat menurunkan insidensi thrombosis eksperimental. Untuk memperpanjang masa hidup trombosit, obat ini sering dikombinasikan dengan aspirin.

 Terapi Dengan Obat Fibrinolitik

Apabila thrombus sudah menyumbat arteri atau vena, diperlukan terapi dengan obat trombolitik yang mampu melarutkan trombi dan emboli dengan jalan proteolisis. Sistem  proteolisis terdiri dari 3 komponen, yaitu: pro enzim, plasminogen; activator plasminogen yang berasal dari endotel; inhibitor alamiah, yng cepat menentukan plasmin atau menghambat aktivasi plasminogen.

Plasmin dibentuk dari plasminogen (bentuk inaktif dalam sirkulasi). Di samping fibrin, plasmin mampu menghidrolisis protein lain seperti fibrinogen, protrombin, factor V,

(38)

VIII, target utama plasma adalah fibrin. Dalam plasma normal terdapat plasminogen dengan konsentrasi 10-15 mg/dL.

Terapi trombolitik dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang mengaktifkan system fibrinolitik. Ada 2 macam obat yang sering digunakan dalam klinik, yaitu streptokinase dan urokinase. Kedua macam obat tersebut merupakan protein yang akan mengubah plasminogen menjadi plasmin sehingga terjadilah penghancuran fibrin dan lisis  bekuan darah. Streptase dan urokinase jugaa menurunkan viskositas plasma dan agregasi

trombosit.

Streptokinase dan urokinase mempunyai mekanisme kerja berlainan. Apabila kita memberikan streptokinase, akan terjadi dahulu suatu kompleks berupa streptokinase- plasminogen, dan kompleks inilah yang bekerja sebagai activator plasminogen menjadi  plasmin. Urokinase mempunyai efek langsung sebagai activator plasminogen. Ia mampu memulai fibrinolisis tanpa membentuk kompleks activator terlebih dahulu. Streptokinase merupakan protein asing untuk tubuh, sehingga ia bersifat antigenic dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik pada pasien yang sensitive. Urokinase secara alamiah terdapat pada urin normal, tidak bersifat antigenik.

Indikasi terapi trombolitik yang utama adalah pada emboli paru yang masif, dan berat atau mengancam jiwa pasien. Indikasi lainnya adalah infark miokard akut, penyumbatan arteri dan vena di retina.

2. Sel Lupus Erythematosus

Pada lupus erythematosus disseminate atau systemic lupus erythematosus (SLE) didapat suatu factor (Faktor LE) dalam fraks gammaglobulin yang berpengaruh terhadap leukosit yang telah rusak. Leukosit itu berubah menjadi benda homogen dan bulat yang kemudian difagositosis oleh sebuah leukosit normal.

Untuk mengetahui factor LE itu dikenal beberapa cara yang kebenyakan dari cara hematologic menggunakan pembentukan sel LE sebagai dasar.

Penetapan Golongan Darah (ABO)

Jka tidak melihat kepada subgroups maka dikenal empat golongan darah : A : eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum aglutinin anti-B B : eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum aglutinin anti-A

O : eritrosit tidak berisi aglutinogen, sedangkan serum mengandung aglutinin anti-A dan anti-B

Gambar

Tabel 5.1 Nilai Normal LED

Referensi

Dokumen terkait

Dalam masyarakat jawa mereka sudah mengetahui dengan adanya malaikat, walaupun belum pernah melihat dengan kepala mata sendiri. Malaikat merupakan salah satu makhluk di

Oleh sebab itulah akhirnya mendorong terjadinya peningkatan harga karena buah ciplukan memang merupakan herba yang dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan

• Panas adalah suatu proses dimana energi ditambahkan ke dalam suatu sistem dari sumber dengan suhu tinggi atau energi yang hilang sehingga suhunya menjadi rendah..

Lebih lanjut, Kitab Ihya’ Ulumuddin disusun ketika umat Islam teledor terhadap ilmu-ilmu Islam, yaitu setelah al-Ghazali kembali dari rasa keragu- raguan dengan tujuan utama

Mengacu pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor 181/BL/2009 tentang Penerbitan Efek Syariah, sukuk didefinisikan sebagai efek syariah

Borelog Kecamatan Dramaga berisi data litologi lapisan tanah yang dapat digunakan dalam mengetahui keberadaan akuifer pada suatu lapisan tanah dan dapat mengetahui

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DINAS PEKERJAAN UMUM Komplek Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh