• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SKRIPSI INDRI ANITA GINTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SKRIPSI INDRI ANITA GINTING"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM

MENGANDUNG TEPUNG DAUN JARAK PAGAR

(

Jatropha curcas

L.)

SKRIPSI

INDRI ANITA GINTING

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

INDRI ANITA GINTING D24104005. 2008. Profil Darah Ayam Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. Pembimbing Angota : Sri Suharti, SPt, MSi.

Beternak ayam broiler di daerah beriklim tropis memiliki beberapa permasalahan, antara lain stres panas. Akibat dari stres panas maka ayam rentan terhadap berbagai penyakit sehingga sangat mempengaruhi produktivitasnya. Penggunaan antibiotik sintetik merupakan hal yang biasa dilakukan peternak untuk mengatasi masalah itu , namun penggunaanya sering melebihi dosis yang dianjurkan. Penggunaan antibiotik sintetik dapat menyebabkan resistensi baketri dan meninggalkan residu pada daging ayam yang dikonsumsi manusia sehingga menyebabkan efek karsinogenik. Untuk itu diperlukan bahan alternatif alami yang penggunaannya relatif aman dan tidak meninggalkan residu pada produk akhir. Bahan alami yang dapat digunakan adalah daun jarak yang memiliki kandungan zat aktif yaitu tanin yang dapat berperan sebagai antibakteri dan saponin yang berperan meningkatkan kekebalan tubuh ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran darah ayam broiler dengan pemberian ransum yang mengandung tepung daun jarak.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2007 bertempat di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas (Kandang C), Fakultas Peternakan, dan Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah 90 ekor DOC (Day Old Chick) strain Cobb yang dipelihara dengan sistem litter

selama 5 minggu. Kelompok perlakuan yang digunakan terdiri dari P1 (Ransum kontrol), P2 (ransum mengandung tepung daun jarak 10%), dan P3(ransum mengandung antibiotik tetrasiklin). Pengambilan darah dilakukan 2 kali, saat ayam berumur 2 minggu (fase starter), dan 5 minggu (fase finisher). Peubah yang diamati

adalah jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan persentase differensiasi leukosit ( heterofil, limfosit, monosit, dan eosinofil). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), dan apabila terdapat perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun jarak dalam ransum sangat nyata meningkatkan jumlah eritrosit di banding perlakuan kontrol dan meningkatkan kadar hemoglobin, namun tidak mengakibatkan perubahan nilai hematokrit. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa penggunaan tepung daun jarak 10% nyata menurunkan limfosit, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah leukosit, persentase heterofil, monosit, dan eosinofil.

(3)

ABSTRACT

Hematological Profile of Chicken Broiler Fed with Jarak (Jatropha curcas L.)

Leaf Meal

I. A. Ginting., D. A. Astuti, and S. Suharti

Heat stress can decrease the body immunity and as consequently influence the poultry production. Antibiotics have been widely used to prevent this condition. However the use of antibiotic as feed additive still controversial. The use of synthetic or antibiotic in animal feeds may lead development of antibiotic resistant bacteria and leave recidu in the last product. The use of jarak leaf meal is one alternative as a natural antibacterial. This experiment was conducted to evaluate the hematological profile of chicken broiler fed with 10% jarak leaf meal. A Completely Randomized Design was applied in this experiment with three treatments, five replications and six broilers of each. Treatments were P1(control diet), P2(P1 contained 10% jarak leaf meal), P3(P1 contained antibiotic tetracycline). Jarak leaf meal was given in the prior of two weeks in order to support initially life. Parameter observed were erythrocyte, hematocrit (PCV=Packed Cell Volume), hemoglobin, leukocyte and its differentiation such as lymphocyte, heterophile, monocyte, and eosinophile. Data were analysed using analysis of variance (ANOVA), and further tested with Duncan Multiple Range Test for comparing the mean treatments. The result showed that jarak leaf meal significantly increased the erythrocyte number and hemoglobin, while the lymphocyte number were decreased in starter periode.

There were no significant difference in hematocrit, leukocyte, heterophile, monocyte and eosinophile due to the treatments.

(4)

PROFIL DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM

MENGANDUNG TEPUNG DAUN JARAK PAGAR

(

Jatopha curcas

L.)

INDRI ANITA GINTING D24104005

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

PROFIL DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM

MENGANDUNG TEPUNG DAUN JARAK PAGAR

(

Jatropha curcas

L.)

Oleh

INDRI ANITA GINTING D24104005

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21 Juli 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS Sri Suharti, SPt., MSi.

NIP. 131 474 289 NIP. 132 311 906

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M. Sc. Agr. NIP. 131 955 531

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Indri Anita Ginting, dilahirkan pada tanggal 14 Juni 1986 di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Ginting dan Ibu Sembiring.

Pada tahun 1992, penulis masuk Sekolah Dasar Roma Khatolik 2 (SD RK2) Pematang Siantar dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Roma Khatolik Bintang Timur Kota Pematang Siantar pada tahun 1998-2001, pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Pematang Siantar dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai salah satu mahasiswi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan penulis tergabung sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER). Pada tahun 2007, penulis mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional (PIMNAS) di Universitas Lampung, Bandar Lampung untuk Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) dan berhasil menjadi penyaji terbaik I. Selain itu penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Nutrisi tahun 2008, serta tergabung dalam anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TUHAN Yesus Kristus atas berkat dan rahmat kebijaksanaaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Profil Darah Ayam Brolier yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)” Penelitian ini bertujuan untuk

melihat gambaran darah ayam broiler yang diberi tepung daun jarak 10% dalam ransumnya.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai September 2007 bertempat di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan dan Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari suatu rangkaian kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang terlaksana atas bantuan dana dari Direktorat Perguruan Tinggi (DIKTI) yang akhirnya dilanjutkan sebagai bahan penelitian tugas akhir.

Skripsi ini memuat informasi tentang kandungan nutrisi tepung daun jarak dan pengaruh pemberian tepung daun jarak dalam ransum terhadap gambaran darah ayam broiler. Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran diperlukan demi kesempurnan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk kalangan mahasiswa, peneliti, maupun masyarakat pada umumnya.

Bogor, Juli 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah... 2

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 4

Sifat Kimia Daun Jarak ... 5

Komponen Bioaktif Daun Jarak ... 5

Tanin ... 6

Saponin ... 6

Ayam Broiler ... 8

Antibiotik ... 8

Profil Darah ... 9

Sel Darah Merah (Eritrosit) ... 11

Hematokrit ... 11

Hemoglobin ... 11

Sel Darah Putih (Leukosit) ... 12

Diferensiasi Leukosit ... 12

Heterofil ... 12

Limfosit ... 13

Monosit ... 14

Eosinofil... 14

Platelet (Keping Darah) ... 15

Serum ... 15

METODE ... 17

Lokasi dan Waktu ... 17

Materi ... 17

Ternak Percobaan ... 17

(9)

Ransum ... 17

Pembuatan Tepung Daun Jarak ... 18

Vaksin ... 21

Analisis Fitokimia ... 21

Uji Alkaloid ... 21

Uji Fenol/Flavonoid ... 21

Uji Triterpenoid ... 21

Uji Saponin dan Tanin ... 22

Rancangan ... 22

Rancangan Percobaan ... 22

Perlakuan ... 23

Pengambilan Darah... 23

Peubah yang Diamati ... 23

Penghitungan Jumlah Eritrosit (106/mm3) ... 23

Penghitungan Nilai Hematokrit (%) ... 24

Penghitungan Kadar Hemoglobin (g%)... 24

Penghitungan Jumlah Leukosit (103/mm3) ... 25

Diferensiasi Leukosit (%) ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Kandungan Nutrien dan Komposisi Fitokimia Tepung Daun Jarak 27 Kandungan Nutrien Ransum Penelitian... 29

Profil Darah... 30

Sel Darah Merah (Eritrosit) ... 31

Nilai Hematokrit (PCV/Packed Cell Volume)... 32

Kadar Hemoglobin... 33

Sel Darah Putih (Leukosit) ... 34

Diferensiasi Leukosit ... 34

Heterofil ... 35

Limfosit... 35

Monosit ... 36

Eosinofil... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

UCAPAN TERIMA KASIH ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman 1 Nilai Normal Gambaran Darah Ayam Broiler (Eritrosit,

Hematokrit, Hemoglobin, Leukosit)... 10 2 Nilai Normal Gambaran Darah Ayam Broiler (Heterofil,

Limfosit, Monosit, Eosinofil)... 10 3 Komposisi dan Kandungan Ransum Penelitian Periode Starter

Berdasarkan Perhitungan... 19 4 Komposisi dan Kandungan Ransum Penelitian Periode Finisher

Berdasarkan Perhitungan... 20 5 Komposisi Tepung Daun Jarak Pagar... 27 6 Hasil Penapisan Fitokimia Tepung Daun Jarak

Pagar... 28 7

8

Komposisi Ransum Periode Starter dan Finisher Berdasarkan

Hasil Analisis... Komposisi Nutrien Ransum Periode Starter dan Finisher...

29 30 9 Rataan Jumlah Eritrosit, Hematokrit, Hemoglobin, Leukosit

Periode Starter ………... 30

10 Rataan Jumlah Eritrosit, Hematokrit, Hemoglobin, Leukosit

Periode Finisher... 30

11 Rataan Persentase Heterofil, Limfosit, Monosit, dan Eosinofil

Periode Starter... 35

12 Rataan Persentase Heterofil, Limfosit, Monosit, dan Eosinofil

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Pohon Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)……….. 4

2 Daun Jarak Pagar ... 5

3 Molekul Tetrasiklin... 9

4 Gambar Heterofil... 13

5 Gambar Limfosit... 14

6 Gambar Monosit... 14

7 Gambar Eosinofil... 15

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Sidik Ragam dan Uji Duncan Eritrosit Periode Starter………….. 45

2 Sidik Ragam Nilai Hematokrit (Packed Cell Volume )... 45

3 Sidik Ragam dan Uji Duncan Kadar Hemoglobin... 46

4 Sidik Ragam Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)... 47

5 Sidik Ragam Persentase Heterofil... 47

6 Sidik Ragam dan Uji Duncan Persentase Limfosit... 48

7 Sidik Ragam Persentase Monosit... 48

8 Sidik Ragam Persentase Eosinofil... 49

9 Sidik Ragam Rataan Jumlah Eritrosit Periode Finisher... 50

10 Sidik Ragam Nilai Hematokrit (Packed Cell Volume)... 50

11 Sidik Ragam dan Uji Duncan Kadar Hemoglobin... 51

12 Sidik Ragam Rataan Jumlah Leukosit... 51

13 Sidik Ragam Persentase Heterofil... 52

14 Sidik Ragam Persentase Limfosit... 52

15 Sidik Ragam Persentase Monosit... 53

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Usaha beternak ayam broiler di daerah beriklim tropis memerlukan manajemen pemeliharaan yang baik. Daerah tropis memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi sehingga dapat menyebabkan ayam mengalami stres panas. Suhu yang tinggi akan membuat konsumsi ayam menurun yang menyebabkan asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh ayam menjadi berkurang. Kondisi lingkungan yang panas dan kelembaban yang tinggi juga merupakan media tumbuh potensial bagi mikroba penyebab penyakit. Virus dan bakteri serta asupan zat gizi yang berkurang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh ayam yang akhirnya berpengaruh pada produktivitas ternak. Para peternak berusaha mengatasi hal tersebut dengan penggunaan antibiotik, namun seringkali tidak terkontrol dan melebihi dosis yang direkomendasikan untuk mencapai keuntungan yang besar.

Penggunaan antibiotik dalam jumlah besar dan tidak terkontrol akan menimbulkan residu pada produk daging yang selanjutnya akan membahayakan konsumen. Penggunaan antibiotik juga dapat menyebabkan resistensi bagi konsumen terhadap beberapa bakteri tertentu. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengurangi penggunaan antibiotik untuk menghasilkan produk ayam yang berkualitas dan aman di konsumsi.

Upaya meningkatkan produksi dan kualitas ayam broiler tanpa ketergantungan antibiotik, diperlukan bahan alternatif alami yang dapat digunakan dalam campuran pakan. Penelitian tentang bahan alami seperti obat tradisional sudah banyak dilakukan, karena relatif dapat meningkatkan daya tahan tubuh ternak. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa zat aktif saponin yang terkandung dalam bahan tanaman berpotensi sebagai immunomodulator yang dapat meningkatkan sistem

kekebalan tubuh. Daun jarak ( Jatropa curcas L.) mengandung komponen bioaktif

saponin yang berperan sebagai immunomodulator yaitu zat yang dapat

meningkatkan atau merangsang kekebalan tubuh jika kandungan saponin dalam batas kisaran normal. Saponin dalam jumlah yang melebihi batas kisaran normal akan berperan sebagai immunosupressor, yaitu zat yang dapat menekan atau menurunkan

kekebalan tubuh. Selain itu daun jarak juga mengandung tanin yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri. Seiring dengan ketertarikan penggunaan biodiesel dari

(14)

minyak jarak sebagai alternatif sumber energi dan program penanaman pohon jarak secara besar-besaran, maka limbah ikutannya yaitu daun jarak dapat digunakan sebagai bahan alternatif pakan ayam broiler.

Studi pemanfaatan daun jarak untuk mengevaluasi kekebalan ternak unggas masih belum banyak dilakukan. Potensi daun jarak ini cukup baik mengingat kandungan proteinnya yang tinggi sekitar 20%. Namun pemanfaatan daun jarak sebagai bahan pakan alternatif untuk broiler perlu dikaji lebih lanjut pengaruhnya terhadap profil darah ayam broiler. Profil darah terutama leukosit dan diferensiasinya merupakan indikator tingkat kekebalan tubuh. Penggunaan tepung daun jarak di dalam ransum broiler diharapkan dapat berperan meningkatkan kekebalan sehingga kondisi fisiologis ayam broiler tetap sehat dan menghasilkan performa yang optimal.

Perumusan Masalah

Ayam broiler merupakan ternak yang mudah mengalami stres sehingga rentan terhadap berbagai penyakit. Hal tersebut dapat membuat sistem kekebalan tubuhnya mudah menurun. Banyak peternak yang menggunakan antibiotik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit. Namun penggunaan antibiotik sering tidak terkontrol dalam ransum sehingga menimbulkan residu pada ternak. Beberapa bakteri penyebab penyakit juga menjadi resisten sehingga membahayakan konsumen.

Kondisi tersebut perlu diperbaiki dengan penggunaan bahan alami sebagai alternatif pengganti antibiotik sehingga dihasilkan produk ternak yang bebas dari residu kimia. Tepung daun jarak merupakan bahan dengan kandungan protein kasar tinggi yaitu 20,06%, dan juga mempunyai senyawa aktif yang dapat berfungsi secara biologis. Senyawa tersebut berupa tanin 4,6% dan saponin sebesar 1,12% yang dapat mempengaruhi profil darah di dalam tubuh ternak. Darah sebagai media yang berperan dalam membawa hasil metabolit dan indikator sistem imun pada tubuh. Untuk itu, perlu dikaji lebih lanjut pengaruh penggunaan tepung daun jarak sebagai pengganti antibiotik terhadap perubahan gambaran darah ayam broiler.

(15)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi gambaran darah ayam broiler, meliputi jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan persentase diferensiasi leukosit ( heterofil, limfosit, monosit, dan eosinofil) yang diberi ransum mengandung 10% tepung daun jarak pagar.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) merupakan tumbuhan liar berbentuk

perdu dengan tinggi 1-7 meter. Tanaman ini disebut juga dengan jarak pagar karena oleh penduduk/petani ditanam sebagai tanaman pagar. Tanaman jarak dapat digunakan sebagai pengaman kebun dari binatang karena tanaman tersebut memiliki rasa pahit, bergetah dan mengandung racun sehingga tidak disukai ternak (Sumanto, 2005). Tanaman jarak memiliki daun tunggal, permukaan atas helai daun berwarna hijau dan permukaan bawah lebih pucat, pertulangan menjari dengan panjang 5-15 cm dan lebar 6-16 cm (Hutapea, 1996).

Menurut Duke (1983) klasifikasi jarak pagar adalah sebagai berikut : Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dycotyledone

Ordo : Euphorbiaeceae Famili : Euphorbiaceae Genus :Jatropha

Species : Jatropha curcas Linn.

Gambar 1.

(17)

Jarak pagar tahan terhadap stres air, dan pada musim kemarau akan menggugurkan daunnya tetapi akarnya tetap mampu menahan air, sehingga jarak pagar disebut tanaman pioner, tanaman penahan erosi dan yang dapat menahan kecepatan angin (Syah, 2006). Batang, daun dan akarnya banyak mengandung getah dan mempunyai khasiat obat, sedang daging buahnya banyak mengandung minyak. Biji jarak pagar mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin, dan sejenis protein yang beracun disebut curcin ( Aderibigbe, 1997).

Sifat Kimia Daun Jarak

Komponen kimia jarak pagar dari daun dan ranting muda adalah stigmasterol triterpen siklik, stigmasterol-5-en-3b, 7b-diol, cholesterol-5-en-3b, 7b-diol, flavonoid apigenin, vitexsin, dan dimmer dari triterpene alkohol C63H17O9 dan dua

flavonoidglikosid (Syah, 2006). Daun dan batang jarak pagar mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol. Daun jarak berkhasiat sebagai obat cacing, obat perut kembung dan obat luka (Hutapea, 1996). Daun jarak pagar mempunyai daya memecahkan pembengkakan (anti inflamasi). Air getah dari daun jarak yang digiling dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus, Bacillus dan Micrococcus (Staubmann et al., 1997). Gambar daun jarak disajikan pada Gambar 2.

(18)

Komponen Bioaktif Daun Jarak

Komponen bioaktif yang terkandung pada tumbuhan dapat diketahui melalui analisa fitokimia atau uji fitokimia. Uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik seperti saponin dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai obat (Harborne, 1987). Komponen bioaktif tersebut adalah :

Tanin. Tanin merupakan senyawa polifenolik dengan bobot molekul yang tinggi dan mempunyai kemampuan mengikat protein. Tanin diperlukan oleh tanaman sebagai sarana proteksi dari serangan ternak, bakteri dan insekta. Serangan dari ternak dapat diproteksi dengan menimbulkan rasa sepat, sedangkan serangan dari mikroorganisme dan insekta diproteksi dengan menonaktifkan enzim-enzim protease dari bakteri dan insekta yang bersangkutan (Cheeke, 1989).

Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin mengandung sejumlah kelompok fungsional ikatan silang yang besar dan kompleks yaitu protein-tanin. Ada 3 mekanisme reaksi antara tanin dengan protein sehingga terjadi ikatan yang cukup kuat antara keduanya, yaitu :1) Ikatan hidrogen dengan gugus OH pada tanin dan gugus reseptornya, misalnya antara NH dengan OH pada protein, 2) Ikatan ion antara gugus anion pada tanin dengan gugus kation pada protein, dan 3) Ikatan cabang kovalen antara quinon dan macam-macam gugus reaktif pada protein. Ikatan tersebut menyebabkan tanin akan mengikat protein pakan dalam saluran pencernaan, sehingga pakan menjadi sulit dicerna oleh enzim-enzim pencernaan. Interaksi tanin dengan protein dalam ludah (saliva) dan glikopotein dalam mulut menyebabkan rasa sepat (Widodo, 2002). Menurut Kumar et al.,

(2005), batas toleransi kadar tanin dalam ransum ayam broiler sebesar 2,6 g/kg pakan atau sekitar 0,26%. Mekanisme tanin sebagai antibakteri adalah mematikan bakteri dengan cara mengkoagulasi protoplasma bakteri karena terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri di dalam saluran pencernaan (Robinson, 1995; Wiryawan et al., 2000).

(19)

Saponin. Menurut Cheeke (1989), saponin merupakan suatu senyawa yang termasuk dalam golongan glikosida, apabila dihidrolisis secara sempurna akan didapatkan gula dan satu fraksi non gula yang disebut sapogenin/genin. Gula-gula yang terdapat dalam saponin jumlah dari jenisnya bervariasi diantaranya adalah glukosa, galaktosa, arabinosa, ramnosa serta asam galakturonat, glukoronat atau gula khusus. Saponin merupakan senyawa aktif yang bersifat seperti sabun, serta memiliki kemampuan membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah (Robinson, 1995).

Saponin bisa berfungsi sebagai anti fungal dan anti bakteri, selain itu pada unggas (ayam) saponin dapat berfungsi sebagai bahan tambahan yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh (Cheeke, 2000). Saponin memproduksi

cytokines seperti interleukindan interferons yang berperan dalam efek imunostimulan. Interleukin dan interferons akan bereaksi dengan antigen

(benda-benda asing) yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian tepung daun jarak dilakukan hanya pada periode starter karena pada periode tersebut ayam broiler sangat rentan

terhadap bakteri patogen sebab pada umur demikian kekebalannya belum terbentuk. Pada umumnya antibodi terbentuk setelah berumur 14 hari (Tizard, 1988). Dari beberapa penelitian diketahui saponin bersifat imunostimulan, anti viral, anti fungal,

anti oksidan yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan dan konsumsi pakan pada hewan. Saponin dengan sifatnya yang seperti sabun (berbusa) akan membersihkan materi-materi yang menempel pada dinding usus dan meningkatkan permeabilitas dari dinding usus (Francis et al.,2002). Menurut Food and Agriculture Organization (2005), batas toleransi saponin dalam ransum sebesar

3,7 g/kg pakan atau setara 0,37%.

Penggunaan dosis 10% tepung daun jarak didasarkan pada penelitian sebelumnya (Pratiwi, 2008) yang menyatakan bahwa 10% efektif untuk menekan pertumbuhan bakteri merugikan. Juariah (2008) melaporkan hasil penelitiannya bahwa tepung daun jarak dapat berperan sebagai antibakteri. Kandungan tanin dalam daun jarak mampu menghambat dan mengurangi populasi bakteri merugikan dalam saluran pencernaan ayam broiler.

(20)

Ayam Broiler

Ayam broiler termasuk ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallis,

spesies Gallus domesticus. Istilah broiler ditujukan pada ayam tipe berat pedaging

yang lebih muda dan berukuran lebih kecil dibanding ayam panggang (roaster).

Dalam kurun waktu 6-7 minggu ayam broiler akan tumbuh 40-50 kali dari bobot awalnya. Namun, pertumbuhan yang cepat tesebut harus diimbangi dengan ketersediaan pakan yang cukup (Amrullah, 2004). Pertumbuhan ayam broiler sangat aktif sehingga diperlukan keseimbangan kandungan zat-zat makanan di dalam pakan (Wahju, 2004). Untuk mengimbangi pertumbuhan ayam broiler yang cepat, diperlukan bahan pakan tambahan yang dapat meningkatkan kecernaan dan mencegah penyakit. Antibiotik merupakan bahan yang sering ditambahkan dalam ransum ayam broiler. Penggunaan antibiotik untuk pencegahan dan pengobatan penyakit perlu dihentikan penggunaanya setelah ayam berumur 35 hari atau dua minggu sebelum ayam dipotong (Amrullah, 2004).

Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai pertumbuhan ayam broiler yang optimal adalah suhu lingkungan sekitar kandang. Laju pertumbuhan broiler yang optimum dalam selang umur 3-7 minggu adalah sekitar 20-240C. Suhu 280C adalah suhu kritis atas yang jika suhu lingkungan melebihi suhu tersebut dapat meningkatkan jumlah ayam yang sakit dan tingkat mortalitas (Amrullah, 2004).

Antibiotik

Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup secara sintesis kimia dengan konsentrasi rendah mempunyai kemampuan menghambat bahkan membunuh mikroorganisme lain (Cheeke, 2003). Tetrasiklin dikenal sebagai antibiotik yang mempunyai spektrum luas karena dapat digunakan untuk membunuh berbagai infeksi penyakit baik yang disebabkan oleh bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif (Egorov, 1985).

Pengobatan dengan antibiotika berspektrum luas seperti tetrasiklin dapat menimbulkan superinfeksi pada manusia, yaitu timbulnya infeksi baru dalam masa pengobatan dengan antibiotika terhadap penyakit sebelumnya. Tetrasiklin merupakan antibiotik yang diproduksi oleh bakteri Streptomyces spp, anggota dari Actinomycetales. Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan cara mengambat sintesis

(21)

protein mikroba yang sedang cepat tumbuh dan bereproduksi sehingga introduksi asam amino baru kerantai peptida tercegah (Hastiono, 1986). Kadar pemakaian antibiotik yang dianjurkan USDA (US Department of Agriculture) untuk ditambahkan dalam pakan ternak sebaiknya kurang dari 200 gram per ton (200 ppm) pakan (Hileman and Washington, 1999). Gambar molekul tetrasiklin dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Molekul Tetrasiklin (Egorov, 1985) Profil Darah

Darah adalah jaringan khusus yang berperan dalam sirkulasi dan terdiri atas sel-sel yang terendam dalam plasma darah. Sel darah terdiri dari 3 macam, yaitu : benda darah merah (erythrocyte), benda darah putih (leukocyte), dan kepingan darah

(thrombocytes atau platelets). Aliran darah dalam seluruh tubuh menjamin

lingkungan yang tetap, agar semua sel serta jaringan mampu melaksanakan fungsinya. Jadi fungsi utama darah adalah mempertahankan homeostasis tubuh

(Dellman dan Brown, 1992). Frandson (1992), menjelaskan beberapa fungsi darah : 1. Membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju

jaringan tubuh.

2. Membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

3. Membawa karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dibuang.

4. Membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk diekskresikan.

5. Berperan penting dalam pengendalian suhu, dengan cara mengangkut panas dari bagian dalam tubuh menuju permukaan tubuh.

(22)

6. Berperan dalam sistem bufer, seperti bikarbonat di dalam darah membantu mempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan tubuh

7. Sebagai pembeku darah yang mencegah terjadinya kehilangan darah yang berlebihan pada waktu luka.

Jika tubuh hewan mengalami gangguan fisiologis maka akan terjadi perubahan profil darah. Adanya perubahan profil darah tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal, dan eksternal. Faktor internal misalnya kesehatan, stres, status gizi, suhu tubuh, sedangkan faktor eksternal misalnya akibat perubahan suhu lingkungan, dan infeksi kuman. Ternak yang sehat akan memiliki gambaran darah yang normal. Kekurangan asam folat, vitamin B12 dapat menyebabkan keadaan anemia (kekurangan sel darah merah) (Guyton dan Hall, 1997). Jumlah leukosit yang meningkat merupakan pertanda adanya infeksi dalam tubuh (Frandson, 1992). Faktor-faktor tersebut dapat mengganggu proses pembentukan darah secara normal yang terjadi dalam sumsum tulang. Nilai normal gambaran darah ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Nilai Normal Jumlah Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit, dan Leukosit Ayam Broiler Sumber Eritrosit (106/mm3) Hemoglobin (g/100ml) Hematokrit (%) Leukosit (103/mm3) Swenson (1984) 2,5-3,2 6,5-9,0 30,0-33,0 20,0-30,0 Mangkoewidjojo dan Smith (1988) 2,0-3,2 7,3-10,9 24,0-43,0 16,0-40,0

Tabel 2. Nilai Normal Persentase Heterofil, Limfosit, Monosit, dan Eosinofil Ayam Broiler

Sumber Heterofil (%) Limfosit (%) Monosit (%) Eosinofil (%) Swenson (1984) 25,0-30,0 55,0-60,0 10,0 3,0-8,0 Mangkoewidjojo

dan Smith (1988)

(23)

Sel Darah Merah (Eritrosit)

Guyton dan Hall (1997) menyatakan eritosit adalah sel darah merah yang membawa hemoglobin dan O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh. Kandungan eritrosit

pada hewan dewasa terdiri atas 62-72% air, 35% padatan, dan dari padatan tersebut 95% hemoglobin (Swenson, 1984).

Menurut Guyton dan Hall (1997), faktor utama yang berperan dalam pembentukan sel darah merah adalah hormon dalam sirkulasi yang disebut

eritropoietin, yaitu suatu glikoprotein dengan berat molekul kira-kira 34.000.

Eritrosit dipengaruhi oleh konsentrasi hemoglobin dan hematokrit. Jumlah eritrosit yang tinggi akan diikuti oleh kadar hemoglobin yang tinggi (Swenson, 1984). Keadaan hipoksia (defisiensi oksigen), anemia (kekurangan sel darah merah) juga mempengaruhi produksi eritrosit (Guyton dan Hall, 1997).

Eritrosit merupakan produk proses eritropoesis, yang terjadi dalam sumsum tulang merah (medula osseum rubrum). Eritropoesis membutuhkan bahan dasar

protein, glukosa, dan berbagai aktivator. Beberapa aktivator eritropoesis adalah mikromineral Cu, Fe, dan Zn. Unsur Cu, Fe, dan Zn berperan dalam memetabolisme protein, Fe berperan dalam pembentukan senyawa heme dan Zn berperan dalam pembentukan protein pada umumnya ( Praseno, 2005).

Hematokrit

Hematokrit atau packed cell volume (PCV) adalah persentase sel darah merah

dalam 100 ml darah. Hewan normal memiliki nilai hematokrit sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (Widjajakusuma dan Sikar, 1986). Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan yang dapat bertambah jika keadaan hipoksia atau polisitemia ( jumlah sel-sel merah dalam tubuh meningkat)

sehingga jumlah eritosit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah normal (Guyton, 1996).

Hemoglobin

Menurut Swenson (1984), hemoglobin adalah pigmen eritrosit berisi darah yang tersusun atas protein konjugasi dan protein sederhana. Protein hemoglobin adalah globulin berupa sel, dan warna merah adalah heme yang berupa atom besi. Hemoglobin yang ada dalam eritrosit memungkinkan timbulnya kemampuan untuk

(24)

mengangkut oksigen, serta penyebab warna merah pada darah (Frandson, 1992) Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin (Ganong, 1998).

Hemoglobin merupakan petunjuk kecukupan oksigen yang diangkut. Kandungan oksigen yang rendah dalam darah menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin dan jumlah eritrosit (Swenson, 1984). Penurunan kadar hemoglobin terjadi karena adanya gangguan pembentukan eritrosit (eritropoesis). Dari segi

kimia, hemoglobin merupakan suatu senyawa organik kompleks yang terdiri dari empat pigmen porifin merah (heme). Masing-masing pigmen mengandung atom besi ditambah globin, yang merupakan protein globular yang terdiri dari empat rantai asam-asam amino (Frandson, 1992).

Sel Darah Putih (Leukosit)

Leukosit adalah sel darah putih yang jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit dalam darah (Swenson, 1984). Di dalam aliran darah, leukosit dibagi menjadi granulosit yang dicirikan spesifik granula dalam sitoplasma (heteropil, eosinofil, basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit). Masa hidup sel-sel darah putih sangat bervariasi. Mulai dari beberapa jam untuk granulosit, bulanan untuk monosit, dan tahunan untuk limfosit (Frandson, 1992). Sel ini bekerja bersama-sama memberikan badan pertahanan yang kuat terhadap tumor serta infeksi virus, bakteri dan parasit (Ganong, 1998)

Swenson (1984) menyatakan bahwa jumlah leukosit pada unggas lebih banyak dibandingkan dengan leukosit pada mamalia, yaitu berkisar 20.000-30.000/mm3. Secara umum jumlah leukosit yang meningkat merupakan pertanda adanya infeksi (Frandson, 1992). Hal ini dapat dilihat pada gambaran diferensiasi leukosit yang mempunyai fungsi yang berbeda dalam pertahanan tubuh (Guyton, 1996).

Diferensiasi Leukosit

Leukosit terdiferensiasi menjadi 4 bagian, yaitu :

Heterofil. Heterofil adalah leukosit granulosit, mengandung granula yang memberikan warna indiferen, tidak merah dan tidak biru. Sel ini merupakan jajaran pertama untuk sistem pertahanan melawan infeksi dengan cara migrasi ke daerah-daerah yang sedang mengalami serangan oleh bakteri, menembus dinding pembuluh,

(25)

dan menerkam bakteri untuk dihancurkan (Frandson, 1992). Tizard (1988) menyatakan heterofil menghancurkan bahan asing melalui proses fagositosis yang digambarkan dengan tingkat kemotaksis, perlekatan, penelanan, dan pencernaan.

Gambar 4.Heterofil (Kresno, 1988)

Limfosit. Swenson (1984) menyatakan limfosit adalah satu jenis leukosit agranulosit yang merupakan leukosit terbanyak dalam darah unggas. Populasi limfosit dalam darah mencakup 3 tipe sel, yaitu sel T, sel B, dan sel null, yang tampak mirip satu sama lain pada mikroskop cahaya. Limfosit T berperan dalam imunitas seluler dan diperkirakan 70 sampai 75% dari seluruh limfosit darah. Limfosit B sedikit jumlahnya, hanya 10 sampai 12%, berperan dalam humoral immune responses dan

beberapa diantaranya tumbuh menjadi sel plasma (sel pembentuk antibodi). Limfosit null mencapai 10 sampai 15% dari limfosit darah dan bervariasi pada berbagai spesies (Dellmann dan Brown, 1992). Limfosit memiliki fungsi utama merespon antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas (kekebalan seluler). Apabila limfosit T mengalami ekspose terhadap antigen, limfosit T akan dirangsang untuk berganda dengan cepat dan menghasilkan lebih banyak lagi yang dapat bekerja langsung melawan antigen spesifik. Antigen yang menyebabkan timbulnya penyakit kronis cenderung merangsang kekebalan seluler melalui limfosit T (Tizard, 1988).

(26)

Gambar 5. Limfosit (Kresno, 1988)

Monosit. Monosit merupakan sel-sel darah putih yang menyerupai heterofil. Sel ini bersifat fagositik, yaitu kemampuan untuk menerkam material asing, seperti bakteri. Bila heterofil (neutrofil) berfungsi utama mengatasi infeksi yang akut, monosit akan mulai bekerja pada keadaan infeksi yang tidak terlalu akut (Frandson, 1992). Monosit merupakan fagosit aktif yang mengandung peroksidase dan enzim lisosom. Monosit memasuki sirkulasi dari sumsum tulang, setelah sekitar 24 jam ia memasuki jaringan untuk menjadi makrofag jaringan (Ganong, 1998).

Gambar 6. Monosit (Kresno, 1988)

Eosinofil. Eosinofil juga dikenal dengan nama asidofil kelihatan sebagai granula

yang berwarna merah di dalam sitoplasma. Jumlah sel-sel ini umumnya tidak banyak, dapat meningkat dalam kasus penyakit kronis seperti infeksi oleh parasit. Eosinofil memiliki fungsi utama sebagai toksifikasi baik protein asing yang masuk ke dalam tubuh melalui paru maupun saluran pencernaan dan racun yang dihasilkan oleh bakteri atau parasit. Eosinofil bersifat ameboid dan fagositik. Jumlah eosinofil akan meningkat dalam keadaan reaksi alergi (Frandson, 1992). Dellmann dan Brown (1992) menyatakan jumlah eosinofil dalam aliran darah berkisar antara 2 - 8% dari jumlah leukosit. Eosinofil memiliki 2 fungsi yaitu :1). Menyerang dan menghancurkan larva cacing yang menyusup, 2). Enzim eosinofil mampu

(27)

menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil mengatur perbarahan yang disebabkan oleh sel-sel ini (Tizard, 1988).

Gambar 7. Eosinofil (Kresno, 1988) Platelet (Keping Darah)

Keping darah atau disebut juga trombosit adalah fragmen megakariosit, yaitu

sel-sel besar yang terbentuk di dalam sumsum tulang antara 2 sampai 4 µ. Keping darah dikelilingi oleh membran plasma dan mengandung mikrotubul, lisosom, mitokondria dan vesikel golgi, tetapi tidak mengandung nukleus. Trombosit atau keping darah berjumlah sekitar 350.000 sampai 500.000 tiap milimeter kubik darah, dan berperan penting dalam pembekuan darah (Frandson, 1992).

Menurut Poedjiadi (1994), platelet terutama bekerja untuk mengurangi hilangnya darah pada pembuluh yang terluka. Dengan menempel pada dinding pembuluh dan bagisn-bagian yang terluka, platelet membentuk hemostastic plug

dimana terbentuk suatu trombus (gumpalan) putih yang dapat menutup bukaan (lubang) pada pembuluh sehingga mencegah hilangnya darah lebih banyak.

Serum

Frandson (1992), menyatakan bahwa serum adalah plasma dikurangi fibrinogen dan faktor-faktor penggumpalan darah. Apabila darah menggumpal di dalam suatu tabung reaksi, terbentuklah suatu masa padat yang berwarna merah. Gumpalan akan berkontraksi dan menghasilkan cairan kuning supernatan bila dibiarkan agak lama, cairan tersebut dinamakan serum. Serum mengandung antibodi sehingga berperan dalam pencegahan dan pengobatan suatu penyakit.

(28)

Pada hakekatnya serum mempunyai komposisi yang sama seperti plasma, kecuali fibrinogen dan serotonin yang lebih tinggi (Ganong, 1998). Serum imun atau serum hiperimun dihasilkan dengan cara inokulasi seekor hewan dengan agen-agen

(29)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas (Kandang C), Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada bulan April sampai September 2007.

Materi Ternak Percobaan

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler umur satu hari (Day Old Chick) dari strain Cobb, sebanyak 90 ekor yang dipelihara selama 5

minggu.

Kandang dan Peralatan

Kandang pemeliharaan berupa kandang dengan sistem litter beralaskan

sekam dan berdinding kawat. Jumlah petak yang digunakan sebanyak 15 buah dengan ukuran 1m x 1m x 1m, masing-masing petak diisi oleh 6 ekor ayam. Tiap sekat dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum serta lampu pijar sebagai penerangan sekaligus penghangat buatan. Sebelum dilakukan penelitian, semua alat disterilisasi dengan cara dicuci dan disemprot dengan larutan desinfektan, kandang terlebih dahulu dikapur. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan, termometer, dan plastik ransum. Peralatan untuk analisis darah diantaranya syringe,

tabung reaksi, kertas parafilm, mikrokoskop, termos es, hemocytometer, seperangkat alat analisis butir darah merah (eritrosit), butir darah putih, tabung sahli, gelas objek,

mikrocentrifuge, dan microcapillary henatokrit reader, zat warna (gyemsa), bak

pewarna, tisu. Ransum

Ransum disusun berdasarkan rekomendasi American Soybean Association

(2005). Ransum dibagi menjadi 2 periode yaitu periode starter (0-14 hari), dan

periode finisher (15-35 hari). Untuk setiap perlakuan kedua ransum tersebut dibuat

isoenergi dan isoprotein. Pemberian tepung daun jarak 10% pada R2 hanya diberikan saat periode starter, karena pada periode tersebut ayam rentan terhadap bakteri

(30)

patogen. Pada periode finisher pakan untuk perlakuan R2 diberi pakan kontrol. Hal

ini ditujukan untuk melihat pengaruh fase finisher tanpa adanya perlakuan tepung daun jarak. Dosis 10% dipakai dari hasil penelitian sebelumnya secara in vitro yang

menghasilkan dosis optimal untuk menekan bakteri patogen, tetapi kurang menekan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan.

Ransum diberikan dalam bentuk crumble. Ransum yang digunakan dibuat dari campuran jagung kuning, dedak padi, crude palm oil (CPO), tepung ikan,

bungkil kedelai, meat and bone meal (MBM), CaCO3, premix, L-Lysin,

DL-Methionin, tepung daun jarak 10% dan antibiotik tetrasiklin 0,02%. Pembuatan Tepung Daun Jarak

Penelitian ini menggunakan daun jarak segar yang diperoleh dari lahan belakang kandang Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Daun jarak dikeringanginkan selama 48 jam kemudian di oven dengan suhu 450 C selama 24 jam. Setelah daun jarak kering digiling sampai menjadi tepung berukuran 60 mesh (Gambar 8).

Daun Jarak segar

Dilayukan (selama 48 jam)

Dikeringkan dalam oven suhu 450C (selama 24 jam)

Digiling

Tepung daun jarak

(31)

Komposisi nutrien ransum perlakuan disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 Tabel 3. Komposisi dan Kandungan Nutrien Ransum Periode Starter

Berdasarkan Perhitungan (%) Bahan Makanan P1 P2 P3 Jagung kuning Dedak padi Bungkil kedele Tepung ikan

Meat and Bone Meal (MBM)

CPO CaCO3

L-Lysine DL-Methionine Premix

Tepung daun jarak Antibiotik Jumlah 50,00 10,48 22,92 9,00 1,50 5,00 0.20 0,20 0,20 0,50 0,00 0,00 100,00 50,00 4,00 20,00 8,50 1,50 5,00 0,10 0,20 0,20 0,50 10,00 0,00 100,00 50,00 10,46 22,93 9,00 1,50 5,00 0,20 0,20 0,20 0,50 0,00 0,02 100,00 Kandungan Zat Makanan

EM (kkal/kg) Protein Kasar (%) Serat kasar(%) Kalsium (%) Phosphor(%) P-tersedia (%) Lysin (%) Methionin (%) 3022,52 20,72 3,64 0,95 0,75 0,47 1,30 0,59 3001,95 20,55 4,59 1,09 0,68 0,43 1,18 0,55 3022,14 20,72 3,64 0,95 0,75 0,47 1,30 0,59 Keterangan: Komposisi premix dalam 1 kg mengandung Vitamin A (1.000.000 IU), Vitamin D3

(800.000 IU), Vitamin E (4.500 mg), Vitamin K (450 mg), Vitamin B1(450 mg), Vitamin B2 (1.350 mg), Vitamin B6 (480 mg), Vitamin B12 (6 mg), Ca-d Pantothenate (2.400 mg), Folic Acid (270 mg), Nicolinic Acid (7200), Choline Chloride (28.000 mg), Dl-Methionin (28.000 mg), L-Lysine (50.000 mg), ferros (8.500 mg), Copper (700 mg), Mangan (18.500 mg), Zinc (14.000 mg), Cobalt (50 mg), Iodine (70 mg), Selenium (35 mg) dan antioksidan karier (1 kg).

(32)

Tabel 4. Komposisi dan Kandungan Nutrien Ransum Periode Finisher Berdasarkan Perhitungan (%) Bahan Makanan P1 P2 P3 Jagung kuning Dedak padi Bungkil kedele Tepung ikan

Meat and Bone Meal (MBM)

CPO CaCO3

L- Lysine DL- Methionine Premix

Tepung daun jarak Antibiotik Jumlah 56,00 9,90 19,00 7,70 1,50 5,00 0,20 0,10 0,10 0,50 0,00 0,00 100,00 56,00 9,90 19,00 7,70 1,50 5,00 0,20 0,10 0,10 0,50 00,00 0,00 100,00 56,00 9,88 19,00 7,70 1,50 5,00 0,20 0,10 0,10 0,50 0.00 0,02 100,00 Kandungan Zat Makanan

EM (kkal/kg) Protein Kasar (%) Serat kasar(%) Kalsium (%) Phosphor(%) P- tersedia (%) Lysin (%) Methionin (%) 3073,75 18,61 3,44 0,85 0,70 0,43 1,08 0,46 3073,75 18,61 3,44 0,85 0,70 0,43 1,08 0,46 3073,37 18,61 3,44 0,85 0,70 0,43 1,08 0,49 Keterangan : Komposisi premix dalam 1 kg mengandung Vitamin A (1.000.000 IU), Vitamin D3

(800.000 IU), Vitamin E (4.500 mg), Vitamin K (450 mg), Vitamin B1(450 mg), Vitamin B2 (1.350 mg), Vitamin B6 (480 mg), Vitamin B12 (6 mg), Ca-d Pantothenate (2.400 mg), Folic Acid (270 mg), Nicolinic Acid (7200), Choline Chloride (28.000 mg), Dl-Methionin (28.000 mg), L-Lysine (50.000 mg), ferros (8.500 mg), Copper (700 mg), Mangan (18.500 mg), Zinc (14.000 mg), Cobalt (50 mg), Iodine (70 mg), Selenium (35 mg) dan antioksidan karier (1 kg).

(33)

Vaksinasi yang digunakan pada penelitian ini adalah vaksin ND strain Hitcher B1 dan ND strain Lasota untuk pencegahan penyakit tetelo yang diberikan melalui tetes mata pada umur 3 hari, dan pada hari ke 21 melalui air minum, sedangkan vaksin gumboro B diberikan melalui air minum pada saat ayam berumur 10 hari.

Analisis Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan dengan menguji adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, saponin dan tanin. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut (Harborne, 1987).

a. Uji Alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel tepung daun jarak yang akan dianalisis diekstrak dengan sedikit kloroform, kemudian ditambahkan 10 ml kloroform-amoniak, disaring. Filtrat yang diperoleh ditetesi dengan H2SO4 2 M, kemudian dikocok

sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam (tidak berwarna) dipipet ke dalam tabung reaksi lain, kemudian larutan dibagi tiga. Masing-masing larutan ditambahkan beberapa tetes regen Dragendrof, Mayer, dan Wagner. Uji akan positif alkaloid

apabila menghasilkan endapan yang berwarna orange setelah ditambahkan reagen

Dragendrof, endapan putih, kekuningan setelah ditambahkan reagen Mayer, dan

endapan coklat setelah ditambah reagen Wagner.

b. Uji Senyawa Fenol/Flavonoid

Sebanyak 2 gram sampel tepung daun jarak diekstrak dengan beberapa ml (terendam) metanol kemudian dipanaskan sampai mendidih lalu disaring. Kemudian filtrat dibagi 2 pada bagian pertama ditambahkan NaOH 10% dan pada bagian kedua ditambahkan H2SO4 pekat. Bila dengan penambahan NaOH 10% menghasilkan

warna merah berarti positif adanya senyawa fenol hidrokuinon. c. Uji Triterpenoid

2 gram tepung daun jarak ditambahkan 25 ml etanol lalu dipanaskan dan disaring. Filtrat diuapkan lalu ditambahkan larutan eter. Lapisan eter dipipet dan diuji pada spot plate. Jika ditambahkan pereaksi Lieberman Buchard sebanyak 3 tetes dan

terbentuk warna merah atau ungu, maka positif mengandung triterpenoid. d. Uji Saponin dan Tanin

(34)

2-4 gram sampel tepung daun jarak diekstrak dengan aquades panas kemudian dipanaskan sampai mendidih, lalu disaring. Filtrat dibagi dua, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Bagian pertama untuk uji saponin, larutan dibiarkan dulu agak dingin, kemudian dikocok secara vertikal. Bila timbul busa yang stabil setinggi kurang lebih 1 cm selama 10 menit menandakan positif adanya kandungan saponin. Pada tabung rekasi kedua filtrat ditambahkan FeCl3 1% dan

bila menghasilkan warna biru atau hitam kehijauan, menandakan positif adanya tanin.

Rancangan Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan dengan unit percobaan 6 ekor ayam. Untuk keperluan analisis darah digunakan 1 ekor ayam dari setiap ulangan sehingga diperoleh 15 sampel. Model matematika dari rancangan tersebut adalah (Steel dan Torrie, 1993) :

Yij = µ + τi + Єij Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

τi = Efek perlakuan ke-i

Єij = Error perlakuan ke-i, ulangan ke-j

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan sidik ragam (Analyisis of Variance/ ANOVA) dan jika hasilnya berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

(35)

Kelompok perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut : P1 = Ransum kontrol (tanpa antibiotik).

P2 = Ransum kontrol yang mengandung tepung daun jarak 10%. P3 = Ransum kontrol yang mengandung antibiotik (tetrasiklin).

Pengambilan Darah

Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 2 minggu (fase stater) dan umur 5 minggu (fase finisher). Pengambilan darah dilakukan

melalui pembuluh Vena jugularis dengan cara membersihkan leher ayam dengan

alkohol 70%, kemudian ditusukkan jarum pada pembuluh darah. Darah diambil sebanyak 2 ml dan segera dimasukkan kedalam tabung yang telah diberi anti koagulan berupa Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) untuk menghindari

pembekuan darah, kemudian disimpan dalam termos es untuk pemeriksaan hematologisnya.

Peubah yang Diamati Penghitungan Jumlah Eritrosit (106/mm3)

Pengambilan darah dari tabung menggunakan pipet eritrosit dengan bantuan alat pengisap (aspirator) yang di pasang pada pipet tersebut sampai batas 1.0. Ujung pipet terlebih dahulu dibersihkan dengan tisu lalu dihisap larutan Rees and Ecker hingga tanda tera 101 pada pipet eritrosit. Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk kanan, kemudian isi pipet dikocok dengan gerakan membentuk angka 8 setelah homogen cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan pipet ke kertas tisu. Dimasukkan setetes darah kedalam kamar hitung, jangan sampai ada udara yang masuk, didiamkan beberapa saat hingga mengendap lalu penghitungan dibawah mikroskop dapat dilakukan dengan pembesaran 400 kali (a). Penghitungan eritrosit dalam hemositometer, dengan

mengambil bagian sebagai berikut : satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan bawah, dan satu kotak pojok kiri bawah. Untuk mengetahui jumlah eritosit dalam 1mm3 darah, jumlah eritrosit yang dihitung dikali dengan 5000. Angka 5000 diperoleh dari hasil perkalian 0,01 mm tebal kamar hitung, 0,05 mm panjang , dan 0,05 mm lebar dan 5 kotak kamar

(36)

hitung dalam mm3 dengan larutan pengencer 100 sehingga jumlah eritrosit dapat dihitung dengan rumus dibawah ini (Sastradipradja et al., 1989).

Jumlah Eritrosit per mm3 darah = a x 5000

Penghitungan Nilai Hematokrit (%)

Nilai hematokrit ditentukan dengan metode mikrohematokrit. Pipa mikrokapiler dihisap dengan memiringkan tabung yang berisi sampel darah dengan menempatkan ujung mikrokapiler yang bertanda merah. Pipa diisi sampai 4/5 bagian kemudian ujung pipa disumbat dengan crestaseal lalu ditempatkan di mikrocentrifuge dengan kecepatan 12000 rpm selama 5 menit, kemudian terbentuk

lapisan plasma, lapisan putih abu, dan lapisan merah. Penentuan nilai hematokrit dilakukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah menggunakan alat baca microcapillary hematocrite reader (Sastradipraja et al.,

1989)

Penghitungan kadar Hemoglobin (g%)

Metode yang digunakan adalah metode sahli. Tabung sahli diisi larutan HCl 0,1 N sampai angka 10 atau garis batas bawah tabung, lalu sampel darah dihisap dengan pipet sahli dan aspirator sampai batas 0,02 ml. Kemudian sampel darah dimasukkan ke dalam tabung sahli dan diletakkan antara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer, ditunggu selama 3 menit hingga warna berubah menjadi coklat akibat reaksi HCl dengan hemoglobin membentuk asam hematin. Setelah itu larutan tersebut ditetesi dengan aquades sedikit demi sedikit sambil diaduk, sampai warna larutan sama dengan warna standar hemoglobinometer. Nilai hemoglobin diketahui dengan membaca tinggi permukaan pada tabung sahli, dilihat dari skala jalur g %, yang menunjukkan jumlah hemoglobin dalam gram per 100 ml darah (Sastradipraja et al., 1989).

Penghitungan Jumlah Leukosit (103/mm3)

Penghitungan jumlah leukosit dilakukan dengan menggunakan pipet eritrosit dengan bantuan aspirator hingga batas 1,0 lalu ujung pipet dibersihkan dengan tisu. Setelah itu dihisap larutan Rees and Ecker hingga tanda 101, pipa aspirator dilepaskan, kemudian pipet diputar membentuk angka 8, setelah homogen, cairan

(37)

yang tidak terkocok dibuang. Kemudian diteteskan satu tetes sampel darah ke dalam

hemocytometer, didiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, lalu dihitung di

bawah mikroskop perbesaran 400x. Jumlah leukosit dalam hemocytometer dihitung menggunakan kotak leukosit. Jumlah leukosit hasil perhitungan (b) dikali 200 untuk mengetahui jumlah leukosit dalam 1mm3 darah. Angka 200 diperoleh dari hasil perhitungan 4 ruang kotak hitung dikali 1mm panjang dan lebar 1mm serta tebal 0,01 mm kemudian dikali faktor pengencer 100 (Sastradipradja et al., 1989).

Jumlah Leukosit per mm3 darah = b x 200

Diferensiasi Leukosit (%)

Sampel darah diteteskan pada objek gelas untuk membuat preparat ulas. Preparat ulas kemudian difiksasi dengan metanol 75% selama 5 menit, diangkat hingga kering. Selanjutnya, ulasan darah tersebut direndam dalam larutan Giemsa selama 30 menit lalu diangkat, kemudian dicuci dibawah air kran yang mengalir untuk menghilangkan zat warna yang berlebihan, dikeringkan dengan kertas isap. Preparat ulas diletakkan dibawah mikroskop dan ditambahkan minyak imersi kemudian dihitung jumlah limfosit, heterofil, monosit, dan eosinofil secara zigzag dengan perbesaran 1000x sampai jumlah total 100 butir (Sastradipradja et al.,1989).

(38)

Gambar 9. Hemocytometer Neubeur (Sastradipradja, 1984)

Keterangan : W = Kolom untuk perhitungan Leukosit ( 4 kotak) R = Kolom untuk perhitungan Eritrosit (5 kotak)

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Nutrien dan Komposisi Fitokimia Tepung Daun Jarak Pagar

Kandungan nutrien tepung daun jarak pagar berdasarkan hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan hasil analisis Balai Penelitian Ternak, Ciawi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Tepung Daun Jarak

Komponen Jumlah (%) Bahan Kering 88,89 Abu 9,84 Protein Kasar 20,06 Serat Kasar 17,07 Lemak Kasar 1,19 Beta-N 40,73 Calsium 1,86 Phospor 0,41

Energi Bruto (kkal/kg) 3789

Tanin* 4,63

Saponin* 1,12

Keterangan : Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2007)

* Hasil analisis Balai Penelitian Ternak, Ciawi (2007)

Dari Tabel 5 diketahui bahwa tepung daun jarak memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 20,06%. Hasil analisis Balai Penelitian Ternak, Ciawi menyatakan dalam daun jarak terkandung senyawa tanin yang tinggi sebesar 4,63% dan saponin sebesar 1,12%.

Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi tanin dapat mematikan bakteri dengan cara mengkoagulasi protoplasma bakteri karena terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri (Robinson, 1995; Makkar, 2003). Cheeke (1989) menyatakan bahwa kandungan tanin sebesar 1% akan menekan pertumbuhan ayam broiler dan pada jumlah yang melebihi batas normal yaitu level 5% bisa menyebabkan kematian. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat dan dapat menimbulkan

(40)

busa jika dikocok (Robinson, 1995). Saponin dengan sifatnya yang seperti busa akan membersihkan materi-materi yang menempel pada dinding usus dan meningkatkan permeabilitas dari dinding usus (Cheeke, 1989). Saponin mempunyai kemampuan untuk meningkatkan permeabilitas permukaan sel dengan cara meningkatkan tegangan permukaan sel. Sifat ini disebut membran permeable. Kemampuan saponin

untuk meningkatkan permeabilitas membran akan memudahkan molekul-molekul besar terserap dalam tubuh sehingga penyerapan zat nutrisi meningkat (Francis et al.,

2002). Hasil analisis fitokimia tepung daun jarak disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Penapisan Fitokimia Tepung Daun Jarak

Golongan Senyawa Hasil Kualitatif

Alkaloid ++ Saponin ++++ Tanin ++++ Fenolik + Flavonoid +++ Triterpenoid + Keterangan : Hasil analisis Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, IPB (2007)

+ = Positif lemah, ++ = Positif, +++ = Positif kuat, ++++ = Positif sangat kuat

Hasil analisis fitokimia tepung daun jarak pagar menunjukkan bahwa tepung daun jarak pagar secara kualitatif mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, dan triterpenoid. Hasil uji fitokimia secara kualitatif tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Fitriana (2008) yang menggunakan ekstrak daun jarak. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun jarak yang diekstrak dengan pelarut air mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida sedangkan tepung daun jarak tidak mengandung glikosida.

Sumbangan tanin dalam ransum yang mengandung 10% tepung daun jarak adalah sebesar 4,6g/kg pakan, jumlah tersebut sudah melebihi batas normal tanin dalam ransum ayam broiler. Batas toleransi tanin dalam ransum ayam broiler sebesar 2,6g/kg pakan (Kumar et al., 2005). Sedangkan kandungan saponin dalam ransum

sebesar 1,09g/kg pakan, dimana nilai tersebut masih dalam batas toleransi kadar saponin di dalam ransum ayam broiler. Menurut Food and Agriculture Organization

(41)

saponin yang rendah dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah (Robinson, 1995).

Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian periode starter maupun finisher berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Laboratorium Ilmu dan

Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan; Hasil analisis Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati, Institut Pertanian Bogor disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Komposisi Ransum Periode Starter Finisher Berdasarkan Hasil

Analisis

Periode starter Periode finisher

Bahan Makanan (%) P1 P2 P3 P1 P2 P3

Jagung kuning Dedak padi Bungkil kedele Tepung ikan

Meat and Bone Meal

(MBM) CPO CaCO3 L-Lysine DL-Methionine Premix

Tepung daun jarak Antibiotik Jumlah 50,00 10,47 22,93 9,00 1,50 5,00 0,20 0,20 0,20 0,50 0,00 0,00 100,00 50,00 4,00 20,00 8,50 1,50 5,00 0,10 0,20 0,20 0,50 10,00 0,00 100,00 50,00 10,45 22,93 9,00 1,50 5,00 0,20 0,20 0,20 0,50 0,00 0,02 100,00 56,00 9,90 19,00 7,70 1,50 5,00 0,20 0,10 0,10 0,50 0,00 0,00 100,00 56,00 9,90 19,00 7,70 1,50 5,00 0,20 0,10 0,10 0,50 0,00 0,00 100,00 56,00 9,88 19,00 7,70 1,50 5,00 0,20 0,10 0,10 0,50 0,00 0,02 100,00

(42)

Tabel 8. Komposisi Nutrien Ransum Periode Starter dan Finisher Komposisi Nutrien (%) R1 R2 R3 R1 R2 R3 GE*(Kal/kg) 3907,00 4112,00 4092,00 3945,00 3945,00 3983,00 BK 86,68 87,16 91,22 89,56 89,56 87,58 Abu 6,41 5,34 6,46 6,50 6,50 6,23 PK 24,86 23,93 23,32 23,88 23,88 22,12 SK 2,40 3,10 3,78 2,30 2,30 2,27 Ca 0,83 0,84 0,86 0,80 0,80 0,81 P Tanin (g/kg) Saponin (g/kg) 0,72 0,69 4,60 1,09 0,75 0,69 0,69 0,66

Keterangan : * Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas peternakan, IPB (2007) Hasil analisis Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga

Penelitian dan Pemberdayaan masyarakat, IPB (2007)

Kandungan protein pada periode starter dan finisher berkisar antara 23-24%

dan 22-23%. Kandungan protein ransum penelitian tersebut sesuai dengan yang direkomendasikan Amrullah (2004) yaitu pada periode starter kebutuhan protein

berkisar 23-24%, sedangkan untuk periode finisher berkisar 21-23%.

Profil Darah

Rataan jumlah eritrosit, hematokrit, hemoglobin, dan leukosit pada periode starter dan finisher dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Rataan Jumlah eritrosit, hematokrit, hemoglobin, dan jumlah leukosit dalam darah ayam broiler periode starter (2 minggu)

Perlakuan Eritrosit (106/mm3) Nilai Hematokrit (%) Hemoglobin (g%) Leukosit (103/mm3) P1 2,87AB±0,46 28,65±2,37 8,28B±0,84 54,88±13,74 P2 3,41A±0,30 32,95±3,53 9,68A±0,41 42,88±18,58 P3 2,49B±0,18 27,65±5,34 8,08B±0,61 35,20±11,11 Keterangan : Superskrip huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat

nyata (P‹0.01), P1= Ransum kontrol; P2=P1 mengandung tepung daun jarak 10%; P3=P1 yang mengandung antibiotik tetrasiklin 0,02%.

(43)

Tabel 10. Rataan Jumlah eritrosit, hematokrit, hemoglobin, dan jumlah leukosit dalam darah ayam broiler periode finisher (5 minggu)

Perlakuan Eritrosit (106/mm3) Nilai Hematokrit (%) Hemoglobin (g%) Leukosit (103/mm3/) P1 2,60±0,27 28,40±3,17 9,32a±0,92 57,52±29,11 P2 2,46±0,12 27,60±1,44 8,44ab±0,46 36,55±11,21 P3 2,34±0,39 23,10±4,71 7,28b±1,10 37,24±8,56 Keterangan : Superskrip huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata

(P‹0.05), P1= Ransum kontrol; P2=P1 mengandung tepung daun jarak 10%; P3=P1 yang mengandung antibiotik tetrasiklin 0,02%.

Pengamatan profil darah dilakukan pada periode starter dan periode finisher

(awal minggu ke 5).

Sel Darah Merah (Eritrosit)

Rataan jumlah eritosit ayam hasil penelitian periode starter berkisar (2,49

-3,41) x 106/mm3. Berdasarkan hasil analisis ragam, penggunaan tepung daun jarak 10% dalam ransum sangat nyata meningkatkan jumlah eritrosit dibanding perlakuan antibiotik Jumlah eritosit yang mendapat perlakuan tepung daun jarak juga meningkat dibandingkan dengan ransum kontrol (Tabel 8). Jumlah eritrosit pada kontrol dan yang mengandung antibiotik tetrasiklin masih berada pada kisaran normal yaitu 2,87 x 106/mm3 dan 2,49 x 106/mm3. Nilai tersebut berada dalam kisaran normal eritrosit ayam broiler menurut Smith (1988) sekitar (2,0 - 3,2) x 106/mm3.

Peningkatan jumlah eritrosit pada periode starter disebabkan senyawa saponin

yang terkandung dalam daun jarak. Saponin dapat meningkatkan tegangan permukaan sel eritrosit dengan demikian eritrosit pecah dan akhirnya terjadi hemolisis sel (Cheeke, 1989). Hasil ini diperkuat dengan terjadinya hemolisis saat dilakukan uji kualitatif. Hemolisis adalah pemecahan sel-sel darah merah sehingga hemoglobin terlepas ke dalam plasma (Frandson, 1992). Menurut Robinson (1995), saponin merupakan senyawa aktif yang kuat dan dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolis sel darah merah. Dalam rangka homeostasis dikarenakan terjadinya hemolisis maka

(44)

bentuk retikulosit (pra eritrosit). Hal tersebut menyebabkan jumlah retikulosit

meningkat, karena ikut terhitung dalam hemocytometer. Budi (2005), melaporkan

hasil penelitiannya bahwa pemberian tepung daun kelor 5% dan 10% dapat meningkatkan jumlah eritrosit ayam broiler. Hal tersebut dikarenakan senyawa aktif saponin yang terkandung dalam daun kelor yang menyebabkan terjadinya hemolisis sel darah merah sehingga jumlah eritrosit meningkat.

Proses pembentukan sel-sel darah merah terjadi pada sumsum tulang belakang. Sel pertama yang dapat dikenali sebagai bagian dari rangkaian proeritroblas yang

akan membelah beberapa kali mencapai 8-16 sel darah merah matur. Sel-sel generasi pertama tersebut disebut basofil eritroblas karena dapat mengambil warna basa dan

sedikit mengumpulkan hemoglobin. Pada tahap selanjutnya sel tersebut berkembang menjadi polikromatofil eritroblas yang mulai mengandung banyak hemoglobin.

Warna darah akan lebih merah karena adanya hemoglobin disebut dalam tahap

ortokromatik eritroblas yang akan berubah menjadi retikulosit, dimana pada tahap

ini konsentrasi hemoglobin berkisar 34% dan nukleus memadat serta ukurannya mengecil. Dalam waktu 1 sampai 2 hari retikulosit akan berubah menjadi eritrosit matur (eritrosit dewasa). Pada periode finisher, dapat dilihat bahwa rataan jumlah

eritrosit kembali dalam rataan normal (Tabel 9). Efek recovery tersebut menunjukkan

bahwa eritrosit (butir darah merah) yang telah mendapat perlakuan tepung daun jarak sama dengan perlakuan kontrol. Hal tersebut disebabkan pada periode finisher

kembali pada pakan kontrol (tidak mengandung tepung daun jarak). Nilai Hematokrit (PCV/Packed Cell Volume)

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai hematokrit pada periode starter. Nilai hematokrit pada

perlakuan tepung daun jarak lebih tinggi 15% dibandingkan dengan ransum kontrol dan ransum yang mengandung antibiotik, meskipun tidak berbeda nyata. Nilai tersebut masih dalam kisaran normal nilai hematokrit ayam broiler yaitu berkisar 24-43% (Smith, 1988) dan sekitar 30-33% (Swenson, 1984).

Nilai hematokrit berhubungan dengan jumlah eritrosit, meskipun pada penelitian ini perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai hematokrit. Perlakuan dengan tepung daun jarak 10% menghasilkan nilai yang

(45)

berhubungan dengan peningkatan produksi pra eritrosit. Nilai hematokrit merupakan persentase butir eritrosit (sel darah merah) terhadap total darah.

Pada periode finisher diketahui bahwa nilai hematokrit juga tetap masih berada

dalam kisaran normal (Tabel 9). Nilai hematokrit yang berada dalam kisaran normal tersebut berkorelasi positif dengan jumlah eritrosit setelah recovery yang kembali

dalam batas normal. Hal tersebut menandakan bahwa tepung daun jarak tidak mengganggu hematokrit ayam broiler.

Kadar Hemoglobin

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan sangat nyata meningkatkan kadar hemoglobin ayam broiler dibanding ransum kontrol. Kadar hemoglobin ayam pada setiap perlakuan berkisar antara 8,08 sampai 9,68 g%. Rataan kadar hemoglobin pada perlakuan kontrol dan ransum yang mengandung antibiotik masih berada dalam kisaran normal ayam broiler menurut Smith (1988) yaitu 7,03 – 10,9 g% dan 6,5 -9,0 g% menurut Swenson (1984). Kadar hemoglobin pada ransum yang mengandung tepung daun jarak menghasilkan nilai sedikit diatas rataan normal yaitu 9,68%. Tingginya kadar hemoglobin pada ayam yang mendapat perlakuan tepung daun jarak berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah eritrosit.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada periode finisher, kadar

hemoglobin kembali dalam kisaran normal (Tabel 9), meskipun perlakuan masih memberikan pengaruh yang nyata. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pada masa

recovery hemoglobinbelum sepenuhnya mampu mengimbangi peningkatan produksi

pra eritrosit. Pengambilan darah pada periode finisher dilakukan pada awal minggu

ke lima, sehingga efek recovery belum sepenuhnya terjadi hanya dalam beberapa

hari tersebut. Jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin dalam darah merupakan suatu rangkaian yang saling terkait. Tingginya rataan jumlah eritrosit diikuti dengan tingginya rataan jumlah hemoglobin, begitu juga sebaliknya (Sturkie dan Griminger, 1976). Kadar hemoglobin yang normal menunjukkan kecukupan oksigen untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jika jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin dalam keadaan normal menandakan bahwa ternak secara fisiologis dalam keadaan sehat.

(46)

Sel Darah Putih (Leukosit)

Berdasarkan hasil analisis ragam, tepung daun jarak tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah leukosit. Rataan jumlah leukosit ayam broiler yang diberi ransum mengandung tepung daun jarak berkisar (35,20 – 54,88) x 103/mm3 (Table 8). Smith (1988), menyatakan bahwa jumlah leukosit normal pada ayam berkisar 16-40 x 103/mm3.

Budi (2005) melaporkan hasil penelitiannya bahwa penggunaan tepung daun kelor 5% dan 10% dapat meningkatkan jumlah leukosit sebesar 46,6 x 103/mm3 dan 55,4 x 103/mm3. Peningkatan jumlah leukosit tersebut disebabkan kandungan

saponin pada daun kelor yang berfungsi sebagai immunomodulator atau immunostimulan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Cheeke, 2000).

Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rosmalawati (2008), yang menyatakan pemberian tepung daun sembung sebesar 2% dan 4% yang mengandung saponin sangat nyata meningkatkan jumlah leukosit ayam broiler sebesar 44 x103/mm3 dan 42,60 x 103/mm3. Jumlah leukosit yang tinggi disebabkan adanya kandungan saponin dalam daun sembung yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh ayam. Kandungan saponin pada level pemberian daun sembung sebesar 2 dan 4% masih berada dalam batas yang direkomendasikan FAO (2005), yaitu 3,7 g/kg pakan. Francis et al., (2002) menyatakan bahwa saponin dalam jumlah

normal berperan sebagai immunostimulator, sedangkan dalam jumlah yang melebihi

batas normal saponin akan berperan sebagai immunosupresor (zat yang

menekan/menurunkan sistem imun).

Jumlah leukosit yang tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa kandungan zat aktif yang terkandung dalam daun jarak tidak menganggu leukosit ayam selama masa pemeliharaan. Leukosit merupakan unit yang mobile dan aktif untuk menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius dengan cara kemotaksis (Guyton dan Hall, 1997).

Diferensiasi Leukosit

Rataan persentase heterofil, limfosit, monosit, dan eosinofil periode starter dan finisher dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Gambar

Gambar 1.  Jatropha curcas (Biotechcitylucknow, 2007)
Gambar 2. Daun Jarak Pagar ( Biotechityluckynow, 2007)
Gambar 3.  Molekul Tetrasiklin (Egorov, 1985)
Tabel 2.  Nilai Normal Persentase Heterofil, Limfosit, Monosit, dan Eosinofil  Ayam Broiler
+7

Referensi

Dokumen terkait

5031.012 Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan Terkait

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah penerapan Pre-Requisite Program dan implementasi HACCP yang masih belum berjalan secara maksimal di Aston Braga Hotel

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi Problem

Strategi pembelajaran POE (Predict Observe Explain) merupakan salahsatu strategi pembelajaran yang baik untuk digunakan pada pembelajaran IPA terutama materi gaya. Pada saat

Untuk menguji pengaruh kepemilikan kas, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, financial leverage dan profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap praktik

[r]

4.9 Hasil Pengamatan Peneliti terhadap Siswa Kelas X C MA Darul Ulum Kalinyamatan Jepara dalam Pemberian Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modeling Simbolik pada

Berdirinya Majelis Ta’lim ditengah kompleks lokalisasi ini menjadikan ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang peran bimbingan keagamaan Islam yang