• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFERAT-NUR INDAH TRI WIDYA PUTRI (1610029068)-PERAWATAN PASCA OPERASI AV SHUNT.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFERAT-NUR INDAH TRI WIDYA PUTRI (1610029068)-PERAWATAN PASCA OPERASI AV SHUNT.pdf"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Laborator

Laboratorium ium Ilmu Ilmu Bedah Bedah REFERATREFERAT Fakultas Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Universitas Mulawarman

PERAWATAN PASCA OPERASI AV SHUNT

PERAWATAN PASCA OPERASI AV SHUNT

Oleh Oleh Nur

Nur Indah Indah Tri Tri Widya Widya Putri Putri 16100290681610029068

Pembimbing Pembimbing

dr. Ivan Joalsen M. T., Sp.B-TKV dr. Ivan Joalsen M. T., Sp.B-TKV

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium Ilmu Bedah

Laboratorium Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

RSUD Abdul Wahab Sjahranie

RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda

Samarinda

(2)

DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan ... 1

BAB 2 Tinjauan pustaka ... 2

2.1 Sejarah Arterio-Venous Shunt ... 2

2.2 Definisi A-V Shunt ... 3

2.3 Ruang Lingkup ... 4

2.4 Indikasi operasi ... 5

2.5 Kontra indikasi operasi ... 5

2.6 Komplikasi Pasca Pembedahan ... 6

2.7 Perawatan Pasca Operasi... 8

BAB 3 Penutup ... 10

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Operasi A-V Shunt (Arterio-Venous Shunt) adalah suatu tindakan  pembedahan dengan cara menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica sehingga terjadi fistula arteriovena sebagai akses dialisis. Setelah operasi AV Shunt dilakukan, penting untuk dilakukan evaluasi dan  perawatan, agar dapat diketahui apakah AV Shunt tersebut berfungsi dengan  baik atau tidak. Perawatan yang dilakukan akan dijelaskan lebih lanjut pada  bab selanjutnya.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai operasi AV Shunt dan Perawatan pasca operasi AV Shunt.

(4)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Arterio-Venous Shunt Sejarah Arterio-Venous Shunt:

1. Pertama kali menunjukkan hasil baik pada percobaan dengan binatang  pada 1912

2. 1944 W.J. Kolff mengembangkan alat dialisis yang kompatibel secara klinis

a. Kaca dan tabung metal digunakan untuk kanulasi intermiten  b. Pipa karet membawa darah ke alat dialisis

c. Memerlukan ligasi arteri/vena setelah selesai perawatan

d. Pasien meninggal setelah 12 kali sesi dialisis, setelah seluruh akses  pembuluh darah telah digunakan dan rusak.

3. 1953 Seldinger mengemukakan teknik perkutaneus untuk kanulasi arteri dan vena menggunakan penuntun kawat

a. Mengurangi kerusakan tunika intima pembuluh darah 4. 1960 Quinton, Dillard, Scribner

a. Eksternal shunt permanen

 b. Dengan tabung silastik, dengan ujung menggunakan bahan Teflon, diimplankan pada arteri radialis dan vena sefalika, dihubungkan di luar kulit pasien.

 Shunt tahan hingga 2-3 bulan

 Sering terjadi infeksi dan trombosis

 Terjadi perdarahan masif karena terkadang sambungan terlepas 5. Internal shunt

a. Shunting arterio-arterial dengan transposisi arteri (misal: arteri femoralis superfisial ditransposisikan ke lokasi yang lebih superfisial) 6. 1962 Cimino dan Brescia

a. Mendemonstrasikan bahwa tusukan pada vena dapat dikerjakan untuk aliran masuk maupun keluar dari alat dialisis

(5)

 Memerlukan cuff dengan ukuran lebih besar dan lebih kecil dari

ukuran vena untuk mendilatasi vena

 Keberhasilan ditentukan oleh ketersediaan vena

7. 1966 Cimino dan Brescia mengemukakan penggunaan arteri radialis ke vena sefalika (fistula arterio venosa) untuk akses dialisis

a. Mulai dikembangkan graft prostetik 8. AV Shunt (Brescia-Cimino Shunt)

a. Merupakan penerapan dari DOQI (Pedoman Manajemen Akses Vaskular) (1997)

 b. Pendekatan multidisiplin

  Nefrolog  Ahli bedah

 Radiologi intervensional

2.2 Definisi A-V Shunt

Operasi A-V Shunt (Arterio-Venous Shunt) adalah suatu tindakan  pembedahan dengan cara menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica

sehingga terjadi fistula arteriovena sebagai akses dialisis.

(6)

2.3 Ruang Lingkup

Operasi A-V Shunt yang dilakukan merupakan implementasi dari panduan Dialisis Outcomes Quality Initiative (DOQI) pada manajemen penatalaksanaan akses vaskular tahun 1997. Melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain ahli nefrologi, ahli bedah, dan ahli radiologi intervensi.

Operasi A-V shunt dilakukan secara

 side to side

anastomosis atau

 side to end

anastomosis atau

end to end

anastomosis antara arteri radialis dan vena cephalica

 pada lengan non dominan terlebih dahulu. Operasi dilakukan pada lokasi paling distal sehingga memungkinkan dilakukan operasi lebih proksimal jika gagal. Dapat dilakukan pada ekstremitas bawah jika operasi gagal atau tidak dapat dilakukan  pada ekstremitas atas.

Gambar 2.2a End-to-end with bent artery. b End vein-to-side artery. c Side-to-side. d End artery-to-side vein.

(7)

Persyaratan pada Pembuluh Darah Arteri Persyaratan pada Pembuluh Darah Vena

 Perbedaan tekanan antara kedua lengan < 20 mmHg

 Cabang arteri daerah palmar pasien dalam kondisi baik dengan melakukan tes Allen.  Diameter lumen pembuluh arteri ≥ 2.0 mm

 pada lokasi dimana akan dilakukan anastomosis.

 Diameter lumen pembuluh vena ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan dilakukan anastomosis.

 Tidak ada obstruksi atau stenosis

 Kanulasi dilakukan pada segmen yang lurus

Tes Allen

1. Posisikan pasien di hadapan anda dengan lengan lurus dan telapak tangan  berada di atas

2. Tekan arteri radial dan ulnar pada pergelangan tangan

3. Dengan arteri ditekan, perintahkan pasien untuk menggenggam berulang-ulang sehingga telapak tangan pucat

4. Ketika tangan pasien memucat, lepaskan tekanan pada arteri ulnaris dan  perhatikan telapak tangan, nilai apakah warnanya berubah menjadi merah

muda. Kemudian lepaskan seluruh tekanan, nilai:

a. Jika tetap pucat  Tes Allen positif  aliran tidak normal  b. Merah muda  Tes Allen negatif  aliran normal

5. Ulangi langkah 2-4 untuk menilai arteri radial.

2.4 Indikasi operasi

Pasien dengan

E nd Stage Renal Disease

(ESRD)  yang memerlukan akses vaskular untuk dialisis berulang dan jangka panjang.

2.5 Kontra indikasi operasi

1. Lokasi pada vena yang telah dilakukan penusukan untuk akses cairan intravena, vena seksi atau trauma.

2. Pada vena yang telah mengalami kalsifikasi atau terdapat atheroma. 3. Tes Allen menunjukkan aliran pembuluh arteri yang abnormal.

(8)

 Algori tma

Berdasarkan K/DOQI guidelines tahun 2000, pemilihan AV shunt dilakukan pada: 1. arteri radialis dengan vena cephalica (Brescia Cimino)

2. arteri brachialis dengan vena cephalica

3.  bahan sintetik A-V graft (ePTFE = expanded polytetrafluoroethylene) 4. arteri brachialis dengan vena basilika

5. kateter vena sentral dengan “cuff ”

2.6 Komplikasi Pasca Pembedahan 1) Stenosis

 Stenosis dapat terjadi akibat terjadinya hiperplasia intima vena

cephalica distal dari anastomosis pada A-V shunt radiocephalica sehingga A-V shunt tidak berfungsi. Sedangkan pada penggunaan bahan sintetis ePTFE terjadi stenosis akibat hiperplasia pseudointima atau neointima.

 Stenosis merupakan faktor penyebab timbulnya trombosis sebesar 85%.

Hiperplasis intima timbul karena:

Terjadinya cedera vaskular yang ditimbulkan baik oleh karena operasinya ataupun kanulasi jarum yang berulang yang kemudian memicu terjadinya kejadian biologis (proliferasi sel otot polos vaskular medial à sel lalu bermigrasi melalui intima à proliferasi sel otot polos vaskular intima à ekskresi matriks ekstraselular intima).

 Tekanan arteri yang konstan pada anatomosis vena, khususnya jika

terjadi aliran turbulen, dapat menyebabkan cedera yang progesif terhadap dinding vena tersebut.

 Compliance mismatch antara vena dengan graft pada lokasi

anastomosis.

 Rusaknya integritas dan fungsi daripada sel endotelial.

 PDGF (platelet derived growth factor), bFGF (basic fibroblast

growth factor), IGF-1 (insulin growth factor-1) turut memicu terja di hiperplasia intima dengan mekanismenya masing-masing.

(9)

2) Trombosis

Muncul beberapa bulan setelah dilakukannya operasi. Sering diakibatkan karena faktor anatomi atau faktor teknik seperti rendahnya aliran keluar vena, tehnik penjahitan yang tidak baik,  graft kinking, dan akhirnya disebabkan oleh stenosis pada lokasi anastomosis.

Penanganan trombosis meliputi trombektomi dan revisi secara  pembedahan.Trombosis yang diakibatkan penggunaan bahan sintetik dapat diatasi dengan farmakoterapi (heparin, antiplatelet agregasi), trombektomi, angioplasti dan penanganan secara pembedahan.

3) Infeksi

Kejadian infeksi jarang terjadi.Penyebab utama ialah kuman Staphylococcus aureus.Jika terjadi emboli septik maka fistula harus direvisi atau dipindahkan.Infeksi pada penggunaan bahan sintetik merupakan masalah dan sering diperlukan tindakan bedah disertai  penggunaan antibiotik. Pada awal infeksi gunakan antibiotik spektrum luas dan lakukan kultur kuman untuk memastikan penggunaan antibiotik yang tepat. Kadang diperlukan eksisi graft.

4) Aneurysma

Umumnya disebabkan karena penusukan jarum berulang pada graft.Pada A-V fistula jarang terjadi aneurysma akibat penusukan jarum berulang tetapi oleh karena stenosis aliran keluar vena.

5) Sindrom “ steal ” arteri

Dikatakan sindrom “ steal ” arteri jika distal dari ekstremitas yang dilakukan A-V shunt terjadi iskemik. Hal ini disebabkan karena perubahan aliran darah dari arteri melalui anastomosis menuju ke vena yang memiliki resistensi yang rendah ditambah aliran darah yang retrograde dari tangan dan lengan yang memperberat terjadinya iskemik tersebut.

Pasien dengan iskemik ringan akan merasakan parestesi dan teraba dingan distal dari anastomosis tetapi sensorik dan motorik tidak terganggu. Hal ini dapat diatasi dengan terapi simptomatik.Iskemik yang berat membutuhkan tindakan emergensi pembedahan dan harus segera diatasi untuk

(10)

6) Hipertensi vena

Gejala yang nampak ialah pembengkakan, perubahan warna kulit dan hiperpigmentasi.Paling sering disebabkan karena stenosis dan obstruksi  pada vena. Lama kelamaan akan terjadi ulserasi dan nyeri. Manajemen  penanganan terdiri dari koreksi stenosis dan kadang diperlukan ligasi vena

distal dari tempat akses dialisis. 7) Gagal jantung kongestif

A-V shunt secara signifikan akan meningkatkan aliran darah balik ke  jantung. Akibatnya akan meningkatkan kerja jantung dan cardiac output, kardiomegali dan akhirnya terjadi gagal jantung kongestif pada beberapa  pasien. Penanganannya berupa koreksi secara operatif.

2.7 Perawatan Pasca Operasi

Pasca bedah penderita dapat dipulangkan. Dilakukan pembebatan pada daerah yang di operasi. Daerah yang dilakukan A-V shunt tidak diperkenankan untuk IV line, ditekan atau diukur tekanan darahnya. Jahitan diangkat setelah hari ke 7.

 Pastikan daerah sekitar akses selalu dalam keadaan bersih. Cuci dengan

sabun anti bakteri sebelum digunakan untuk terapi dialisis.

 Komunikasikan dengan tim medis apabila akses anda terasa hangat,

 berwana kemerahan, bernanah, atau anda menderita demam.

 Pelajari adanya vibrasi dan suara dengung yang khas di akses anda.

Adanya perubahan pada vibras maupun suara dengung di akses anda dapat menandakan adanya sumbatan yang mengganggu aliran darah di akses cimino anda.

 Hindari adanya tekanan pada akses cimino saat tidur.

 Latih akses cimino anda dengan menggunakan bola karet agar aliran

darah bertambah kuat.

 Jangan melakukan pemeriksaan tekanan darah pada tangan dimana

(11)

 Jangan membebani tangan dimana akses cimino berada untuk mengangkat benda –  benda yang terlalu berat.

Follow Up Hari ke 7, ke 14 tentang adanya aliran (thrill ). Yang dievaluasi: klinis dan adanya getaran seirama denyut jantung pada daerah yang dilakukan A-V shunt.

(12)

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Operasi A-V Shunt (Arterio-Venous Shunt) adalah suatu tindakan  pembedahan dengan cara menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica sehingga terjadi fistula arteriovena sebagai akses dialisis. Operasi AV Shunt dilakukan pada pasien dengan

E nd Stage Renal Disease

(ESRD) yang memerlukan akses vaskular untuk dialisis berulang dan jangka panjang. Komplikasi pada pemasangan AV Shunt:

1) Stenosis 2) Trombosis 3) Infeksi 4) Aneurysma

5) Sindrom “steal” arteri 6) Hipertensi vena

7) Gagal jantung kongestif

Pasca bedah penderita dapat dipulangkan. Dilakukan pembebatan pada daerah yang di operasi. Daerah yang dilakukan A-V shunt tidak diperkenankan untuk IV line, ditekan atau diukur tekanan darahnya dan  jahitan diangkat setelah hari ke 7.

3.2 Saran

Perhatikan hal-hal yang tidak boleh dilakukan setelah dilakukannya AV Shunt, yaitu: tidak boleh ditusuk, ditekan ataupun diukur tekanan darahnya  pada lokasi AV Shunt dilakukan.

(13)

Daftar Pustaka

Anonymous. K/DOQI Guidelines 2000.

www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines/doqiupva_i.html

Morris Peter J. Kidney Transplantation : Principles and Practice. 5th edition. W.B Saunders company. Philadelphia 2001; 60 –  64

Gray Richard J, Sands Jeffrey J. Dialysis access : A multidisciplinary approach. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia 2002.

Sabiston. Textbook of surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice.16th edition. W.B Saunders company. Philadelphia 2001

Gambar

Gambar 2.1 Arterio-Venous Shunt
Gambar 2.2 a End-to-end with bent artery. b End vein-to-side artery. c Side-to-side.

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan program pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis puisi dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sesuai dengan standar kompetensi

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sampai kepada maksud dan tujuan yang diinginkan, maka penelitian ini difokuskan pada pengembangan sumber daya

Skripsi ini dibuat atas kerja keras peneliti untuk menampilkan yang terbaik dengan format penulisan yang sesistematis mungkin dan mengangkat sebuah topik dalam kehidupan

Data yang telah diperoleh peneliti adalah titik koordinat sekolah, serta data mengenai sarana dan prasarana sekolah SMP di Kabupaten Gorontalo Utara.. Koordinat

Pada kolom 3 isikan salah satu dari SS = Sesuai; TS=Tidak Sesuai Pada kolom 4 diisikan penjelasan

Ini menunjukkan bagaimana penatapan ke arah mata seseorang selama lebih dari tiga detik dapat membangkitkan emosi-emosi kuat dan dapat membawa orang yang ada di depan anda

Himpunan Mahasiswa Jurusan adalah organisasi di Institut Teknologi Bandung yang telah disahkan oleh program studi terkait dan berfungsi untuk mewadahi kebutuhan

Agar Sehat Makmur Lestari Pasuruan”, pada tahun 2007, penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul” .  Desain Mesin Tipe Vertical Screw Mixer Untuk Produksi