• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATISTIK DAERAH KABUPATEN PONOROGO 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STATISTIK DAERAH KABUPATEN PONOROGO 2010"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

STATISTIK DAERAH

KABUPATEN PONOROGO

2010

No. Publikasi

: 35025.003

Katalog BPS

: 1101002.3502

Ukuran Buku

: 17 cm x 25 cm

Jumlah Halaman

: 26 halaman

Naskah

: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit

: Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

Diterbitkan oleh

: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo

Dicetak oleh

: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo

(3)

Penerbitan publikasi Statistik Daerah dimaksudkan untuk melengkapi ragam publikasi statistik yang telah tersedia di daerah seperti Daerah Dalam Angka (DDA) yang telah terbit secara rutin dalam memotret kondisi daerah. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih yang menggambarkan tentang kondisi daerah dalam bentuk tampilan uraian deskriptif sederhana.

Saya berharap, publikasi Statistik Daerah ini mampu memberikan informasi secara cepat dan tepat kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan, monitor dan evaluasi mengenai perkembangan pembangunan di berbagai sektor serta membantu para pengguna data lainnya dalam memahami kondisi umum daerahnya.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya publikasi ini, dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa meridhoi usaha kita.

Jakarta, September 2010 Kepala Badan Pusat Statistik

DR. Rusman Heriawan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa, saya menyambut baik penerbitan publikasi Statistik

Daerah yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi dan kabupaten/kota. Penyusunan publikasi Statistik Daerah ini merupakan inovasi dan pengembangan kegiatan perstatistikan serta penyebarluasan informasi sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan visi BPS sebagai “pelopor data statistik terpercaya untuk semua”.

(4)

Publikasi Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo 2010 diterbitkan untuk melengkapi publikasi-publikasi statistik yang telah terbit secara rutin setiap tahun. Berbeda dengan publikasi-publikasi yang sudah ada, publikasi ini lebih menekankan pada analisis.

Materi yang disajikan dalam Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo 2010 memuat

berbagai informasi/indikator terpilih yang terkait dengan pembangunan di berbagai sektor di Kabupaten Ponorogo dan diharapkan dapat menjadi bahan rujukan/kajian dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan.

Kritik dan saran konstruktif berbagai pihak kami harapkan untuk penyempurnaan penerbitan mendatang. Semoga publikasi ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan data statistik, baik oleh instansi/dinas pemerintah, swasta, kalangan akademisi maupun masyarakat luas.

Ponorogo, Oktober 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo,

Drs. Mohamad Sarjan

Publikasi Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo 2010 yang

diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar Kabupaten Ponorogo yang dianalisis secara sederhana untuk membantu pengguna data memahami perkembangan pembangunan serta potensi yang ada di Kabupaten Ponorogo.

(5)

1. Geografi dan Iklim 1 2. Pemerintahan 2 3. Penduduk 4 4. Ketenagakerjaan 6 5. Pendidikan 7 6. Kesehatan 8

7. Perumahan dan Lingkungan Hidup 9

8. Pembangunan Manusia 10

9. Pertanian 11

10. Pertambangan dan Energi 12

11. Industri Pengolahan 13

12. Hotel dan Pariwisata 14

13. Transportasi dan Komunikasi 15

14. Perbankan dan Investasi 16

15. Pengeluaran Penduduk 17

16. Perdagangan 18

17. Pendapatan Regional 19

18. Perbandingan Regional 20

(6)

Kabupaten Ponorogo mempunyai luas 1.371,78 km² yang terletak antara 111° 17’ – 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ – 8° 20’ Lintang Selatan dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut, yang berbatasan dengan, sebelah utara Kabupaten Madiun, Magetan dan Nganjuk, sebelah Timur Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek, sebelah Selatan Kabupaten Pacitan serta sebelah Barat Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Jawa Tengah).

Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo di bagi menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko dan Pulung serta Kecamatan Ngebel sisanya merupakan daerah dataran rendah.

Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah, sedang sisanya digunakan untuk tegal , pekarangan dan lainnya.

Selama tahun 2009 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 379 mm dengan 20 hari hujan, sementara bulan Agustus mempunyai rata-rata curah hujan terendah sebesar 5 mm dengan hari hujan 1 hari.

1

GEOGRAFI DAN

IKLIM

(7)

Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi 21 kecamatan serta 305 kelurahan dan desa dengan 2.272 RW / 6.842 RT.

Jumlah total perangkat di 305 desa/kelurahan sebanyak 3.795 orang yang terdiri dari 301 Kepala Desa/ Kelurahan, 265 sekretaris desa/kelurahan, 1.038 Kaling/ Kasun/ Kamituwo dan 2.191 petugas urusan teknis desa. Dengan rata-rata setiap desa/kelurahan ditangani oleh 12 orang perangkat diharapkan kegiatan pemerintahan di tingkat desa/kelurahan dapat berjalan dengan baik.

Untuk menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Ponorogo didukung oleh 12.570 Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari PNS pria sebanyak 7.133 orang, dan PNS wanita sebanyak 5.437 orang. Dari 12.570 Pegawai Negeri Sipil Daerah bila dirinci menurut golongan kepangkatan masing-masing adalah golongan I sebanyak 475 orang, golongan II sebanyak 2.684 orang, golongan III sebanyak 4.647 orang dan golongan IV sebanyak 4.764 orang. Dengan jumlah PNS terbanyak berasal dari golongan III dan IV mengakibatkan anggaran yang diperlukan untuk belanja pegawai cukup besar.

2

PEMERINTAHAN

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kab. Ponorogo

(8)

Pendapatan Daerah Kabupaten Ponorogo tahun 2009 sebanyak Rp.815 miliar, meningkat 9,42 persen dibanding tahun 2008. Hampir seluruh sumber pendapatan mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Seiring dengan meningkatnya pendapatan daerah maka jumlah belanja daerah juga bertambah hingga mencapai Rp.813 miliar dengan belanja terbesar berasal dari belanja operasional Rp.650 miliar dan belanja modal Rp.150 miliar. Bila pada tahun sebelumnya terjadi defisit anggaran sebesar Rp.61 miliar, maka pada tahun 2009 ini terdapat surplus anggaran sebesar Rp.2 miliar.

Berdasarkan hasil Pemilu 2009 jumlah anggota DPRD Kabupaten Ponorogo sebanyak 50 orang yang berasal dari PDI-P, Partai Golkar, Partai Demokrat, PKB, PAN, Partai Hanura, PKNU, PPP, PKS, PNI Marhaenisme dan PKPI. Dari total 50 anggota DPRD hanya 14 persen diantaranya berjenis kelamin perempuan.

Tingkat pendidikan anggota DPRD semakin baik karena sebagian besar merupakan lulusan D-IV/S1 (66 persen) sehingga diharapkan mereka dapat menghasilkan produk hukum yang lebih baik dan lebih diperlukan oleh masyarakat Kabupaten Ponorogo.

Sumber : Sekretariat DPRD Kab. Ponorogo

Pendapatan/ Belanja 2008 2009 Pendapatan 745.013.656.405,49 815.179.838.761,05  PAD 41.850.665.707,56 48.046.560.260,05  Transfer 685.242.843.612,93 735.681.316.899,00  Lain-lain 17.920.147.085,00 31.451.961.602,00 Belanja 806.416.174.589,50 813.117.344.884,98  Operasi 621.461.454.172,80 660.228.416.667,38  Modal 178.118.933.515,70 150.960.894.157,60  Tidak Terduga 5.173.321.000,00 225.970.000,00  Transfer 1.662.465.901,00 1.702.064.060,00 Surplus/Defisit (61.402.518.184,01) 2.062.493.876,07

Realisasi Pendapatan dan Belanja Keuangan Daerah

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kab. Ponorogo

PARTAI PDI-P Golkar Demokrat PKB PAN Hanura PKNU PPP PKS PNI PKPI

Laki-laki 9 7 7 6 5 - 3 3 1 1 1

(9)

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo berjumlah 899.328 jiwa yang terdiri dari 443.305 laki-laki dan 456.023 perempuan, mengalami perkembangan 0,38% dari tahun 2008. Sex Ratio atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan adalah 97,21 , yang berarti secara rata-rata di Kabupaten Ponorogo pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki.

Di antara 21 kecamatan yang ada, Kecamatan Ponorogo mempunyai penduduk yang terbanyak yaitu 75.443 jiwa atau sebesar 8,39 % dari total penduduk di Kabupaten Ponorogo, disusul Kecamatan Babadan dan Kecamatan Sawoo.

Kepadatan penduduk Kabupaten Ponorogo mengalami peningkatan dari 653 jiwa/Km2

pada tahun 2008 menjadi 656 jiwa/Km2.

Kecamatan Ponorogo mempunyai kepadatan terbesar yaitu 3.382 jiwa/Km2,

hal ini dimungkinkan karena Kecamatan Ponorogo merupakan pusat pemerintahan sekaligus perekonomian untuk Kabupaten Ponorogo, sedangkan kepadatan terkecil di Kecamatan Pudak sebesar 177 jiwa/Km2.

3

PENDUDUK

(10)

Komposisi penduduk Kabupaten Ponorogo menunjukkan bahwa mayoritas penduduk mengelompok pada usia produktif dimana kelompok terbesar pada usia 25-29 tahun.

Perlu diperhatikan pula bahwa pada kelompok usia balita (0-4 th) dan usia tua (65 th ke atas) juga cukup besar, yaitu sekitar 63 ribu jiwa untuk masing-masing kelompok umur. Hal ini membuat besar pula beban ketergantungan pada penduduk usia produktif.

Angka Kelahiran Kasar menunjukkan trend yang terus meningkat dari tahun ke tahun (13,84 pada tahun 2006 meningkat hingga 14,56 pada tahun 2009), hal ini harus diwaspadai bila tidak ingin terjadi lonjakan penduduk di masa mendatang.

Program KB sebagai salah satu cara mengatur pertumbuhan penduduk agaknya kurang berhasil di Kabupaten Ponorogo. Hal ini tercermin dari menurunnya jumlah akseptor KB dari 151.442 orang pada tahun 2006 menjadi 137.664 orang pada tahun 2009.

Sumber : Badan Keluarga Berencana Kab. Ponorogo

Piramida Penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2009

Sumber : Hasil Pengolahan Susenas

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 IUD 76.647 74.553 67.354 58.106 56.600 M O 8.586 8.623 8.266 8.067 8.356 Implant 4.459 4.687 5.252 6.374 7.486 Pil 10.900 11.151 11.370 10.408 10.515 Suntik 50.678 51.292 54.909 50.893 50.397 Kondom 1.088 1.136 1.345 1.553 4.310

(11)

Berdasarkan konvensi Internasional Labour Organization (ILO), batasan penduduk usia kerja minimal adalah usia 15 tahun ke atas. Jumlah angkatan kerja yang ada di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009 sejumlah 546.117 orang dengan nilai TPAK 73,97 %. Nilai TPAK ini naik sebesar 4,08 % bila dibanding tahun sebelumnya.

Selama tiga tahun terakhir angka pengangguran terus mengalami penurunan. Jika pada tahun 2007 masih sebesar 4,76 %, maka pada dua tahun berikutnya berturut-turut menyusut menjadi 3,73 % pada tahun 2008 dan di tahun 2009 menjadi 3,45 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pembangunan ekonomi yang bisa menyerap tenaga kerja yang tersedia sehingga menurunkan jumlah pengangguran.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya lapangan usaha di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009 tetap didominasi sektor pertanian dengan persentase sebesar 56,84 %, diikuti sektor perdagangan dan jasa sebesar 26,78 %, dan yang paling sedikit adalah sektor industri sebesar 16,38 %.

4

KETENAGAKERJAAN

Sumber : Data Sakernas 2007-2009 Sumber : Data Sakernas 2007-2009

0% 1% 2% 3% 4% 5% 2007 2008 2009

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2007-2009

(12)

Ketersediaan sarana maupun prasarana pendidikan baik berupa fisik maupun non fisik yang memadai merupakan upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pada tahun 2009, sarana pendidikan tingkat dasar yang tersedia sebanyak 616 sekolah (baik negeri maupun swasta) dengan murid sejumlah 71.406 siswa dan guru sebanyak 6.725 orang. Di tingkat SLTP tersedia sarana pendidikan sebanyak 86 sekolah, 27.204 siswa dan 2.096 guru. Sedangkan pada tingkat SLTA, sarana pendidikan yang tersedia sebanyak 62 sekolah, 21.650 siswa dan 1.734 guru.

Berdasarkan rasio guru murid per tingkat pendidikan maka guru pendidikan tingkat SLTP mempunyai beban yang paling banyak karena 1 orang guru harus menangani 13 murid.

Angka buta huruf pada tahun 2009 tercatat sekitar 13,17 persen, sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu 13,81 persen. Berbagai usaha terus dilakukan oleh dinas terkait untuk menurunkan angka buta huruf, misalnya melalui program keaksaraan fungsional.

Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka partisipasi sekolah (APS) relatif stabil pada tingkat pendidikan dasar yaitu usia 7-12 tahun, namun cenderung menurun pada semua jenjang pendidikan di atasnya.

5

PENDIDIKAN

Sumber : Data Susenas 2007-2009

Tingkat Pendidi kan Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Guru Murid SD 616 71.406 6.725 1 : 10 SLTP 86 27.204 2.096 1 : 13 SLTA 62 21.650 1.734 1 : 12

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo

Pada tahun 2009 sebanyak 84,81 % penduduk Kabupaten Ponorogo yang berusia 10 tahun ke atas adalah

penduduk melek huruf. Ini berarti masih ada 13,17 %

penduduk yang masih buta huruf.

(13)

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat. Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat mutlak diperlukan sarana kesehatan maupun tenaga medis yang memadai.

Dari tahun ke tahun sarana kesehatan semakin membaik. Pada tahun 2009, jumlah rumah sakit yang beroperasi sebanyak 6 unit. Puskesmas yang tersedia sebanyak 31 unit yang dalam kegiatan operasionalnya dibantu oleh 56 unit puskesmas pembantu dan 55 puskesmas keliling.

Jumlah dokter yang ada di Kabupaten Ponorogo sebanyak 84 orang, terdiri dari dokter spesialis 19 orang, dokter umum 47 orang dan dokter gigi 18 orang. Sementara tenaga perawat yang ada 393 orang dan bidan 370 orang.

Kelahiran bayi yang ditolong tenaga medis (dokter, bidan, maupun paramedis lainnya) dapat memperkecil resiko-resiko yang mungkin terjadi pada proses kelahiran. Sampai dengan tahun 2009 sejumlah 89,59% proses kelahiran bayi sudah ditolong oleh tenaga medis. Angka ini sedikit menurun dibanding tahun 2008. Hal ini berarti dari 100 proses kelahiran, 89 diantaranya ditolong oleh tenaga medis.

6

KESEHATAN

Sumber : Data Susenas 2007-2009

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Ponroogo

Jenis Sarana Kesehatan 2006 2007 2008 2009 Rumah Sakit 5 6 6 6 Puskesmas 31 31 31 31 Pustu 56 56 56 56 Pusling 43 49 52 55 BKIA 11 11 12 14 Klinik KB 1 1 1 1

Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2006-2009

(14)

Kondisi perumahan dengan segala fasilitas serta lingkungannya dapat menjadi gambaran kondisi sosial ekonomi serta kesehatan suatu masyarakat.

Rumah dengan luas lantai yang cukup akan memberikan keleluasaan, sirkulasi udara yang memadai dan nyaman bagi para penghuninya. Pada tahun 2009, sekitar 8,87% rumah memiliki luas lantai di bawah 50 m2, sedikit

turun bila dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 8,96%.

Akses air bersih terutama sebagai sumber air minum merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan masyarakat. Pada tahun 2009, sebanyak 94,74% rumah tangga telah menggunakan air kemasan, leding, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung yang tergolong sebagai sumber air bersih yang baik untuk keperluan minum sehari-hari. Sampai tahun 2009 rumah tangga yang memiliki jamban sendiri sebesar 65,12%, sedangkan sisanya masih menggunakan jamban secara bersama-sama atau jamban umum, ataupun masih memanfaatkan sungai sebagai “jamban” mereka.

Sejumlah 99,07 % penduduk Kabupaten Ponorogo telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hampir seluruh penduduk Kabupaten Ponorogo telah memanfaatkan listrik untuk memenuhi kebutuhan penerangan mereka.

7

PERUMAHAN DAN

LINGKUNGAN

Sumber : Data Susenas 2007-2009 Sumber : Data Susenas 2007-2009

86,67 % rumah di Kabupaten Ponorogo telah berdinding tembok dan 75,09 %

(15)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan Indeks yang mengukur pencapaian pembangunan manusia yang direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu : Angka Harapan Hidup, pencapaian pendidikan dan paritas daya beli. IPM merepresentasikan kesempatan warga masyarakat untuk mengakses hasil dari suatu proses pembangunan di suatu daerah.

IPM Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009 berada pada klasifikasi menengah ke atas. Dalam kurun waktu 2006-2009, IPM Kabupaten Ponorogo menunjukkan tren meningkat. Namun demikian IPM Kabupaten Ponorogo masih berada di bawah rata-rata IPM Jawa Timur.

Meski IPM meningkat namun jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Ponorogo masih cukup banyak. Penduduk miskin adalah seseorang/rumahtangga yang kondisi kehidupannnya serba kekurangan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan minimal yang layak bagi kehidupannya.

Berdasarkan data kemiskinan dari PKIB, PSE, SPDKP dan PPLS, jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun angkanya menurun. Data terakhir yang berasal dari PPLS 2008 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Ponorogo sebanyak 76.294 rumah tangga.

8

PEMBANGUNAN

MANUSIA

Klasifikasi IPM menurut UNDP :

 Rendah : IPM ≤ 50

 Menengah ke bawah : 50 < IPM ≤ 66

 Menengah ke atas : 66 < IPM ≤ 89

(16)

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Jawa Timur, yang mempunyai luas lahan sawah 34.800 Ha, terdiri dari daerah irigasi teknis seluas 30.091 Ha, setengah teknis seluas 625 Ha, non teknis 2.228 Ha dan tadah hujan seluas 1.856 Ha. Sedangkan dari lahan kering seluas 102.378 Ha, 21,15 % diantaranya digunakan untuk pekarangan dan bangunan, 29,57 % untuk tegal/ladang, 45,85 % untuk hutan negara dan sisanya yaitu 3,43 % digunakan sebagai lahan hutan rakyat, perkebunan dan lainnya. Luas panen tanaman padi mengalami kenaikan sebesar 1,08 % dengan produksinya sebesar 4.222.813 kwintal, mengalami peningkatan bila dibanding dengan tahun sebelumnya yang sebesar 3.942.780 kwintal.

Rata-rata produksi padi per hektar setiap tahun juga mengalami kenaikan. Dari 55,92 kwintal per hektar pada tahun 2005 meningkat hingga mencapai 64,88 kwintal per hektar pada tahun 2009.

9

PERTANIAN

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo

(17)

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rakyat, salah satu indikatornya adalah penggunaan jasa listrik oleh rumah tangga. Pada akhir tahun 2009 persentase pelanggan listrik rumah tangga mencapai 95,48 % dari jumlah pelanggan listrik keseluruhan.

Jumlah Kwh listrik yang terjual untuk rumah tangga pada tahun 2009 mencapai 145.715.846 dengan nilai penjualan sebesar 75,87 miliar rupiah. Angka ini meningkat 12,57 persen dari tahun 2008 yang tercatat sebesar 67,4 miliar rupiah. Sementara itu jumlah pelanggan PLN juga selalu bertambah setiap tahunnya. Jumlah pelanggan pada tahun 2009 berjumlah 182.757 pelanggan, meningkat 2,6 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 178.118 pelanggan.

Kabupaten Ponorogo juga mempunyai sumber daya alam yang berupa bahan pertambangan dan galian. Produk yang dihasilkan adalah mangan, andesit, bentonit, sirtu dll.

Selain itu untuk pengguna air bersih dari PDAM juga mengalami peningkatan dari 14.745 rumah tangga menjadi 15.049 rumah tangga atau naik sebesar 2,06 %.

10

PERTAMBANGAN DAN

ENERGI

Sumber : Kantor PT PLN Kabupaten Ponorogo

(18)

Jumlah unit usaha industri pada tahun 2009 sebanyak 21.703 yang terdiri dari industri formal sebanyak 721 dan industri non formal 20.982 usaha. Jumlah tenaga kerja yang diserap sebesar 52.947 orang, dimana 9.087 berada pada industri formal dan 43.860 pada industri non formal.

Industri formal yang banyak ditemui di Kabupaten Ponorogo adalah industri moulding, tegel, mebel kayu dan rokok kretek. Sementara industri non formal adalah industri tempe, tepung aren, tikar mendong, genteng dan batu merah.

Bila dilihat dari segi nilai produksi yang dihasilkan, komoditi terbesar ada pada industri tepung tapioka, emping melinjo, furniture dan industri tempe yang menyumbang andil sebesar 41,07 persen dari total nilai produksi seluruh komoditi yang ada.

Tenaga kerja yang diserap dari sektor industri ini adalah 52.947 pekerja, dimana 82,84 persen adalah pekerja dari industri non formal terutama pada komoditi tempe, tikar mendong, dan genteng.

11

INDUSTRI

PENGOLAHAN

Sumber : Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Ponorogo

(19)

Ponorogo dikenal dengan julukan kota reog, karena merupakan tempat lahirnya kesenian reyog yang kini menjadi icon wisata Jawa Timur. Festival Reog tahunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari lahir Kota Ponorogo menjadi salah satu jadwal kalender wisata yang sayang untuk dilewatkan.

Obyek wisata alam yang dapat dikembangkan sejajar dengan obyek wisata di daerah lain yaitu Telaga Ngebel yang berada di Kecamatan Ngebel. Danau yang masih alami dan belum banyak terjamah fasilitas umum ini dikelilingi oleh Gunung Wilis, merupakan objek wisata potensial yang mampu mendatangkan turis domestik maupun mancanegara apabila dikembangkan secara matang dan terpadu. Dalam rangka menunjang sub sektor kepariwisataan ini, perlu kiranya tersedia sarana hotel dan penginapan yang memadai. Di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009 terdapat 12 hotel/losmen dan 4 penginapan yang siap menerima tamu baik wisatawan domestik maupun luar negeri.

Jumlah total kamar yang tersedia selama tahun 2009 dari 16 hotel dan penginapan adalah 350 kamar dengan jumlah tempat tidur 633 buah. Sedangkan tamu yang menginap selama 2009 tercatat sekitar 66.916 orang.

12

HOTEL DAN PARIWISATA

Tahun Jumlah Hotel & Penginapan Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur 2006 12 297 497 2007 12 289 492 2008 12 292 492 2009 16 350 633

Sarana Hotel dan Penginapan Tahun 2006-2009

(20)

Salah satu prasarana transportasi dalam kegiatan perekonomian serta kemudahan untuk mobilitas penduduk dalam kegiatan sosial adalah tersedianya jalan yang baik. Seiring dengan makin meningkatnya pembangunan nasional di Kabupaten Ponorogo, senantiasa selalu terjadi perbaikan dan pembangunan baik jalan negara, provinsi maupun jalan kabupaten yang ada.

Panjang jalan yang sudah diaspal untuk jalan negara sepanjang 8,00 km, jalan provinsi sepanjang 86,58 km dan jalan kabupaten sepanjang 916,11 km. Untuk jalan yang masih dalam kondisi makadam (kerikil), jalan daerah yang ada sepanjang 149,10 km serta jalan tanah sepanjang 77,10 km.

Pembangunan sarana pos dan telekomunikasi serta peningkatan kualitas pelayanannya saat ini dirasakan sudah sangat mendesak, karena dengan tersedianya sarana komunikasi yang baik akan sangat memperlancar segala aktivitas sosial, ekonomi maupun pemerintahan.

Pada tahun 2009 untuk surat pos dalam nageri maupun luar negeri, paket maupun pengiriman uang melalui wesel pos umumnya mengalami penurunan. Agaknya layanan pos saat ini dirasa kurang bersaing dengan sarana telekomunikasi dan keuangan yang lain seperti jasa pengiriman paket swasta dan jasa transfer keuangan lewat perbankan.

13

TRANSPORTASI DAN

KOMUNIKASI

(21)

Posisi dana simpanan di seluruh Bank Umum dan BPR dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2009 total mencapai 1,7 triliun rupiah. Posisi simpanan tersebut terbagi dalam 3 jenis simpanan yaitu giro pada posisi 112 miliar rupiah, deposito sebesar 293 miliar rupiah dan tabungan sebesar 1,3 triliun rupiah. Karena kegiatannya didasarkan atas azas usaha bersama dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama, maka koperasi dijadikan salah satu alternatif pilihan dalam rangka menggerakkan perekonomian di Kabupaten Ponorogo. Setiap tahun jumlah koperasi selalu mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2009 di Kabupaten Ponorogo terdapat 600 koperasi dengan rincian 26 Koperasi Unit Desa dan 574 koperasi Non KUD.

Seiring dengan peningkatan jumlahnya, kinerja koperasi pun terus menunjukkan peningkatan baik dari sisi keanggotaan maupun jumlah modalnya. Pada tahun 2009 tercatat jumlah anggota koperasi sebesar 116.170 orang dengan jumlah modal mencapai 154,8 miliar rupiah.

14

PERBANKAN &

INVESTASI

Sumber : Bank Indonesia Cabang Kediri

Banyaknya Koperasi

Tahun KUD Non KUD Jumlah

2005 27 410 437

2006 27 438 465

2007 27 442 469

2008 27 498 525

2009 26 574 600

(22)

Pendapatan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Namun pada kenyataannya data tentang pendapatan riil penduduk sangat sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu digunakan pendekatan melalui nilai konsumsi, baik makanan maupun non makanan yang selanjutnya akan menghasilkan indikator pengeluaran perkapita.

Pada tahun 2009, sebesar 39,75 persen penduduk Kabupaten Ponorogo (mayoritas penduduk) memiliki pengeluaran perkapita pada rentang 200.000 - 299.999 rupiah. Angka ini mengalami penurunan jika dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 59,51 persen. Sementara kenaikan terjadi pada rentang pengeluaran 150.000 – 199.999 rupiah dan 300.000 rupiah lebih.

Dilihat dari jenis pengeluaran yang dikonsumsi, pengeluaran makanan lebih mendominasi dibanding pengeluaran non makanan yaitu 54,61 persen untuk pengeluaran makanan dan sisanya sebesar 45,39 persen merupakan pengeluaran non makanan. Kedepannya diharapkan persentase pengeluaran makanan akan menurun karena meningkatnya kesejahteraan penduduk biasanya ditandai dengan bergesernya proporsi konsumsi untuk makanan kepada konsumsi non makanan.

15

PENGELUARAN

PENDUDUK

Sumber : Data Susenas 2007-2009

Pengeluaran perkapita Tahun 2007 2008 2009 60.000-99.999 1,99 3,91 0,07 100.000-149.999 23,68 12,71 5,59 150.000-199.999 23,11 4,95 18,63 200.000-299.999 30,36 59,51 39,75 300.000-499.999 17,27 15,73 26,57 ≥ 500.000 3,59 3,19 9,39 Total 100,00 100,00 100,00

(23)

Usaha perdagangan dirinci menjadi 3 golongan berdasarkan besaran asset usaha. Usaha perdagangan dengan asset lebih dari 200 juta digolongkan menjadi usaha perdagangan besar, yang assetnya antara 50-200 juta digolongkan menjadi usaha perdagangan menengah, dan usaha dengan asset kurang dari 50 juta dikategorikan sebagai usaha perdagangan kecil.

Selama tahun 2009 sebanyak 796 surat ijin usaha perdagangan (SIUP) diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Ponorogo. Jumlah ini meningkat 9,34 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 728. Meskipun secara umum jumlah usaha perdagangan meningkat namun peningkatan tersebut tidak terjadi pada semua golongan usaha. Yang jumlah usahanya mengalami peningkatan adalah pada golongan usaha perdagangan besar dan kecil sedangkan usaha perdagangan menengah justru berkurang jumlah usahanya.

Usaha perdagangan besar yang pada tahun sebelumnya sejumlah 19 usaha meningkat menjadi 48 usaha. Begitu pula dengan usaha perdagangan kecil yang meningkat 8,68 persen dari tahun 2008. Sebaliknya usaha menengah justru turun 3,91 persen dari tahun sebelumnya.

16

PERDAGANGAN

Usaha Perdagangan

Tahun Besar Menengah Kecil Jumlah

2005 15 105 288 408

2006 24 166 525 715

2007 23 181 516 720

2008 19 179 530 728

2009 48 172 576 796

Sumber : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Ponorogo

(24)

Potensi perekonomian suatu wilayah dicerminkan oleh PDRB yang nilainya merupakan agregat nilai tambah yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi di wilayah tersebut. PDRB juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk dimana besaran PDRB menunjukkan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduknya. PDRB atas dasar harga berlaku (adhb) menggambarkan produksi riil yang dipengaruhi oleh perubahan harga. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (adhk) menggambarkan pertumbuhan riil dari tahun ke tahun tanpa dipengaruhi perubahan harga/inflasi.

PDRB Kabupaten Ponorogo tahun 2009 atas dasar harga berlaku sebesar 6,5 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 3,2 triliun rupiah. Sektor Pertanian merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 27,76 persen. Sementara sektor yang kontribusinya paling kecil adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,42 persen).

PDRB per kapita (adhb) penduduk Kabupaten Ponorogo selama setahun sebesar 7,3 juta rupiah, naik 12,83 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,4 juta rupiah. Laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 sebesar 5,15 persen. Sektor dengan laju pertumbuhan terbesar adalah sektor Angkutan dan Komunikasi yaitu 8,55 persen.

17

PENDAPATAN

REGIONAL

(25)

PDRB Kabupaten Ponorogo jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota se-Eks Karesidenan Madiun berada di urutan ketiga setelah Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi dengan nilai sebesar 6.102,13 milyar rupiah pada tahun 2009. Sektor yang paling dominan dalam PDRB Kabupaten Ponorogo adalah sektor pertanian disusul dengan perdagangan, jasa-jasa, industri pengolahan, dan bangunan/konstruksi.

Meskipun dari sisi PDRB-nya berada di urutan ketiga , namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo masih berada di peringkat ke-empat di bawah Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Pacitan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009 adalah 5,08 persen.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009 tercatat sebesar 69,55, paling rendah diantara Kabupaten/Kota se-Eks Karesidenan Madiun, bahkan lebih rendah dibanding IPM Provinsi Jawa Timur yang sebear 70,98.

18

PERBANDINGAN

REGIONAL

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Kab./Kota PDRB ADHB (Milyar Rp.) Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Pacitan 3.083,92 5,14 Kab. Ponorogo 6.102,13 5,08 Kab. Madiun 5.639,57 5,02 Kab. Magetan 6.724,72 5,03 Kab. Ngawi 6.642,32 5,25 Kota Madiun 2.576,92 5,62

PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Di Wilayah Eks Karesidenan Madiun

Tahun 2009

Perbandingan IPM Di Wilayah Eks Karesidenan Madiun

Tahun 2009 Kab./Kota Indeks Kesehat an Indeks Pendidik an Indeks PPP IPM Kab. Pacitan 76,47 75,87 61,35 71,23 Kab. Ponorogo 73,94 71,87 62,83 69,55 Kab. Madiun 72,70 74,12 60,80 69,21 Kab. Magetan 76,27 76,91 63,68 72,29 Kab. Ngawi 73,87 71,23 60,70 68,60 Kota Madiun 76,09 87,99 64,78 76,29 Jawa Timur 73,58 74,57 64,77 70,98

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Karena dalam operasi normal di steam generator tidak ada sistem proteksi terhadap variabel proses laju alir bahan bakar gas dan laju alir udara maka diperlukan pengaturan yang tepat

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peru- bahan komposisi parasitoid serangga invasif lalat pengorok daun Liriomyza, intensitas parasitisasi dan hubungan antara

Walaupun impedansi bukan fasor, namun karena keduanya berupa pernyataan kompleks, maka operasi-operasi fasor dapat diterapkan pada keduanya.. tegangan dan arus

Hasil penelitian menyarankan: (1) perlu adanya kegiatan pelatihan motivasi untuk peternak, agar peternak memahami usahaternak yang mereka lakukan memiliki nilai ekonomi

Kekuatan posisi perempuan dalam budaya matrilineal dan posisi laki-laki yang juga sangat berpengaruh dalam kebudayaan Minangka- bau menjadikan perempuan Minangkabau memiliki

Elen berusaha memberikan pelayanan yang baik kepada pembeli dengan menjalin komunikasi yang baik dengan.. merespon chat di Shopee segera mungkin ketika sedang online

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis penilaian performance dengan media chemo-edutaniment bentuk kartu ionik dalam meningkatkan

Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam