• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA SIMPANG EMPAT BERSINYAL DI JALAN VETERAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA SIMPANG EMPAT BERSINYAL DI JALAN VETERAN SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA SIMPANG EMPAT

BERSINYAL DI JALAN VETERAN SELATAN

DISUSUN OLEH :

ULFAH DWI NINGRUM

D121 11 904

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA SIMPANG EMPAT

BERSINYAL DI JALAN VETERAN SELATAN

1Ulfah Dwi NIngrum, 2Muralia Hustim, 2Amiruddin Basir

1Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin 2Dosen Pengajar Prodi Teknik Lingkungan Jurusan, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Veteran Selatan, tepatnya di simpang empat Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak, simpang empat Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang, dan simpang empat Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan pada 3 titik pengamatan, serta memprediksi tingkat kebisingan dengan menggunakan metode CoRTN (Calculation of Road Traffic Noise). Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan selama 12 jam dari pukul 06.00 sampani dengan pukul 18.00 dengan pengambilan sampel selama 10 menit per jam menggunakan SLM tipe TM-103. Sedangkan untuk prediksi hasil kebisingan digunakan variabel data kecepatan kendaraan dan data volume kendaraan. Hasil tingkat kebisingan yang diperoleh berkisar 80 dB, berada diatas baku mutu tingkat kebisingan untuk kawasan pemerintahan dan fasilitas umum yaitu 70 dB. Hasil prediksi tingkat kebisingan dengan menggunakan metode CoRTN mencapai 77,19 dB. Dari hasil pengukuran tersebut terdapat perbedaan nilai dikarenakan beberapa faktor, kemungkinan karena ada beberapa bunyi yang ditangkap oleh alat SLM, sedangkan bunyi yang ditangkap tidak masuk dalam perhitungan metode CoRTN. Dari hasil penelitian ini perlu diadakan antisipasi dengan mengadakan alat peredam kebisingan disekitar simpang bersinyal Jalan Veteran Selatan dan merencanakan tata ruang perkotaan yang sehat dan nyaman.

Kata Kunci : kebisingan, tingkat kebisingan, simpang bersinyal, CoRTN.

ABSTRACT: This research carried out in Jalan Veteran Selatan, right in signalized intersection of Jalan Veteran Selatan – Jalan Landak, Jalan Veteran Selatan – Jalan Sungai Saddang, and Jalan Veteran Selatan – Jalan Kerung-Kerung. This research aim to analyse noise rate in 3 point of observations, and also to predict noise rate using CoRTN (Calculation of Road Traffic Noise) method. The measurement of noise rate carried out for 12 hours from 6 a.m to 6 p.m with sampling every 10 minutes per hour using SLM type TM-103. Whereas to predict noise result used data variable of vehicles speed and data of vehicles volume. The noise result is around 80 dB, over the quality standards of noise rate for government and public facilities which is 70 dB. The prediction result of noise rate using CoRTN method attain 77,19 dB. Based on that measurement result occur value differences because some factors, perhaps because there are some sounds that catched by SLM but do not include in CoRTN method calculation. From this research it is necessary to do anticipation with arrange the noise silencer around signalized intersection of Jalan Veteran Selatan and plan healthy and comfortable urban spatial.

Key Words : noise, noise rate, signalized intercention, CoRTN.

PENDAHULUAN

Kendaraan bermotor bagi manusia adalah salah satu alat yang paling dibutuhkan sebagai media transportasi dalam menunjang dan mendukung aktivitas sehari-harinya baik yang digunakan secara pribadi maupun

umum. Kendaraan bermotor membuat

efisiensi waktu dan tenaga karena diciptakan memang untuk membantu aktivitas manusia. Hal ini membuat kendaraan bermotor adalah sarana transportasi yang paling dominan di

perkotaan Indonesia ditandai dengan

peningkatan penjualan produk kendaraan bermotor dipasaran.

Peningkatan jumlah kendaraan

bermotor di Indonesia mencatat dimana pertumbuhan kendaraan berotor pada tahun

2012 sebanyak 12%. Sedangkan

pertumbuhan jalan nasional kurang dari 3% per tahun (Muralia Hustim, 2012). Kondisi ini terjadi hampir diseluruh kota-kota besar di Indonesia termasuk salah satunya adalah Kota Makassar.

Persimpangan menjadi bagian yang

harus diperhatikan dalam rangka

melancarkan arus transportasi di perkotaan karena keberadaan persimpangan tidak dapat dihindari pada sistem transportasi perkotaan. Keberadaan persimpangan harus dikelola

(3)

dengan cermat sehigga didapatkan suatu simpang yang baik. Hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh kelancaran

pergerakan tersebut adalah dengan

menghilangkan konflik pada persimpangan. Dan salah satu konflik yang terdapat pada persimpangan adalah kemacetan.

Pada beberapa kasus kebisingan

persimpangan di jalan – jalan utama, peristiwa adanya pengumpulan kendaraan yang bergerak pada satu simpang bersinyal dapat menghasilkan bunyi suara yang tidak diinginkan. Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk menganalisis tingkat

kebisingan pada simpang - simpang

bersinyal yang berada di Kota Makassar. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa tingkat kebisingan rata-rata di pinggir jalan di Kota Makassar mencapai 74 dB (Hustim dkk, 2011). Besarnya kebisingan ini telah

melampaui standar lingkungan untuk

kebisingan di Indonesia yaitu antara 55 dB hingga 70 dB sesuai dengan kawasan peruntukkannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kebisingan simpang empat bersinyal di Jalan Veteran Selatan dan

untuk memprediksi tingkat kebisingan

simpang empat bersinyal di Jalan Veteran Selatan dengan Metode CoRTN.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Abubakar, dkk., (1995), persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada

masing-masing kaki persimpangan

menggunakan ruag jalan pada persimpangan secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Persimpangan-persimpangan adalah merupakan faktor-faltor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan, khususnya di daerah perkotaan.

Kebisingan (noise) telah menjadi aspek yang berpengaruh di lingkungan kerja dan komunitas kehidupan yang sering kita sebut

sebagai polusi suara dan sering kali dapat menjadi bahaya bagi kesehatan. Kebisingan biasanya didefinisikan sebagai suara atau suara pada amplitudo tertentu yang dapat menyebabkan kejengkelan atau mengganggu komunikasi. Suara dapat diukur secara objektid sedangkan kebisingan merupakan fenomena yang subjektif (Bridger. 2005).

Sumber bising dapat dibedakan

berdasarkan aktivitas proses pembangunan, sifat, dan berdasarkan bentuk sumber suara. (Subaris, H dan Haryono 2008).

Baku tingkat kebisingan yang

diperuntukkan kawasan/ lingkungan kegiatan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No.

KEP-48/MENLH/111996 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Baku Mutu Tingkat Kebisingan

Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan dB (A) a. Peruntukan Kawasan 1. Perumahan 55

2. Perdagangan dan Jasa 70

3. Perkantoran dan Perdagangan

65

4. Ruang Terbuka Hijau 50

5. Industri 70 6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 7. Rekreasi 70 8. Khususnya:

- Bandar Udara, Stasiun Kereta Api, dan Pelabuhan Laut

70

- Cagar Budaya 60

b. Lingkungan Kegiatan

1. Rumah Sakit atau

sejenisnya

55

2. Sekolah atau sejenisnya 55

3. Tempat Ibadah atau

sejenisnya

55

Sumber: Himpunan Peraturan di Bidang

pengendalian Dampak Lingkungan*)

disesuaikan dengan ketentuan Menteri

(4)

Melalui SK Menteri Negara

Lingkungan Hidup No.

KEP-48/MEN.LH/11/1996 tanggal 25 November

1996, pemerintah Indonesia telah

menetapkan baku tingkat kebisingan untuk lingkungan perkantoran dan perdagangan serta fasilitas umum adalah sebesar 60-65 dB (A).

Bising menyebabkan berbagai

gangguan terhadap manusia, baik gangguan auditori (gangguan pendengaran) maupun gangguan-gangguan nonauditori (gangguan fisioogis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, performa kerja menurun, kelelahan, dan stres).

Model CoRTN merupakan model prediksi dan evaluasi tingkat kebisingan akibat lalu lintas yang dinyatakan dalam L10

atau Leq. Model CoRTN dapat digunakan di jalan perkotaan dan antara kota. Dalam

perhitungannya, model ini telah

mempertimbangkan beberapa faktor

berpengaruh seperti volume dan komposisi

kendaraan, kecepatan, gradien, jenis

perkerasan, jenis permukaan tanah, jarak horizontal dan vertikal, kondisi lingkungan jalan dan kehadiran bangunan atau dinding penghalang kebisingan. (Teknik Lingkungan Unhas, 2014).

Prosedur perhitungan dibagi kedalam bentuk persamaan matematis dan grafik, dan perhitungan dapat dipakai selama jarak dari sisi jalan tidak lebih dari 300 meter dan kecepatan angin di bawah 2 m/dt. (Teknik Lingkungan Unhas, 2014)

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan di 3 simpang empat bersinyal sepanjang Jalan Veteran, yaitu Simpang Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak, Simpang Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang, dan Simpang Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-Kerung.

Waktu penelitian dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 25-27 Agustus 2015 selama 12 jam/hari dimulai dari pukul 06.00-18.00 wita.

Gambar 1. Lokasi Simpang Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung

Gambar 2. Lokasi Simpang Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak

Gambar 3. Lokasi Simpang Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang

Jl. Kerung-kerung Jl. Veteran Utara Jl. Gunung Salahutu Jl. Veteran Selatan Jl. Veteran Jl. Landak Lama Jl. Landak Baru Jl. Veteran Selatan Jl. Veteran Selatan Jl. Sungai Saddang Lama Jl. Sungai Saddang Baru Jl. Veteran Selatan

(5)

Dalam buku “Calculation of Road

Traffic Noise” yang diterbitkan oleh

Departement of Transport, Weish Office, HMSO, 1998 tentang Requirenment for use with the Noise Insulation Regulations, disebutkan :

1. Kombinasi dari tingkat kebisingan lalu

lintas maksimum yang diperkirakan

adalah tingkat kebisingan yang

terjadi/relevan dari suatu jalan baru atau yang diperbaiki beserta lalu lintas

yang lewat diatasnya maupun

disekitarnya harus tidak boleh kurang dari tingkat kebisingan yang ditentukan (68 dB (A), L10-18jam))

2. Tingkat kebisingan yang

terjadi/relevan paling kurang 1,0 dB (A) lebih besar dari tingkat kebisingan yang ada yatu total tingkat kebisingan lalu lintas yang terjadi sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau perbaikan jalan di mulai.

3. Kontribusi terhadap kenaikan tingkat kebisingan yang terjadi/relevan dari suatu jalan baru atau yang telah diperbaiki minimal sebesar 1 dB (A). Pembagian Ruas Jalan Dalam Beberapa Segmen Pada Penelitian

Gambar 4. Pembagian Segmen di Persimpangan

Setelah dibagi dalam beberapa segmen

maka garis sumber efektif untuk

persimpangan lengan S dan lengan N di perpanjang atau untuk persimpangan lengan

S dan lengan N diperpanjang atau diteruskan hingga memotong garis sumber W-E pada titik A dan B secara berurutan. Setiap lengan persimpangan dianggap sebagai segmen yang terpisah, dengan ketentuan bahwa titik A ditentukan sebagai batas antara segmen N, E dan S sementara B dianggap sebagai batas untuk segmen W.

Dari Gambar dapat dilihat bahwa titik A dijadikan sebagai batas segmen N, E, dan S karena ketiga arus lalu lintas dari segmen-segmen tersebut bertemu di titik A, sedangkan titik B dijadikan sebagai batasan segmen W karena arus lalulintas dari segmen W bertemu dengan arus lalu lintas di titik B. Garis sumber (source line) kebisingan dari

masing-masing segmen ditentukan

berdasarkan ketentuan bahwa garis sumber kebisingan berada 1,47 m dari tepi jalan terdekat dengan penerima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kebisingan Lokasi 1

Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis tingkat kebisingan di simpang empat bersinyal Jalan Veteran Selatan – Jalan Landak. Penelitian dilakukan selama 12 jam mulai pukul 06.00 wita sampai pukul 18.00 wita dengan interval waktu 10 menit per jam. Sehingga data yang didapatkan sebanyak 600 data per jam.

Dari nilai minimum dan maksimum tersebut dapat ditentukan range, jumlah kelas dan interval kelas, seperti di bawah ini:

Gambar 5. Hubungan Antara Tingkat Kebisingan (dB) dan Frekuensi (%) pada jam

(6)

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan antara 74.03 dB – 76.03 dB berada pada frekuensi tertinggi yaitu 24% dan tingkat kebisingan antara 92.12 dB – 94.12 dB berada pada frekuensi terendah yaitu 0.33 %.

Berdasarkan perhitungan, maka akan

didapatkan nilai L90, L50, L10, L1, dan Leq

pada pukul 06.00 – 07.00 wita, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 17.

a. Simpang 1

b. Simpang 2

c. Simpang 3

Gambar 6. Grafik Tingkat Kebisingan

Dari grafik diatas, dapat dilihat pada

gambar (a) yang merupakan lokasi

pengamatan 1, perbandingan antara nilai hasil L90, L50, L10, L1 dan Leq pada

masing-masing jam. Untuk L90 yang paling besar

berada pada pukul 17.00-18.00, untuk L50

yang paling besar berada pada pukul 17.00-18.00, untuk L10 yang paling besar berada

pada pukul 17.00-18.00, untuk L1 yang

paling besar berada pada pukul 11.00-12.00 dan, untuk Leq yang paling besar juga berada pada pukul 17.00-18.00. Pada gambar (b) yang merupakan lokasi pengamatan 2, untuk L90 yang paling besar berada pada pukul

16.00-17.00, untuk L50 yang paling besar

berada pada pukul 16.00-17.00, untuk L10

yang paling besar berada pada pukul 13.00-14.00, untuk L1 yang paling besar berada

pada pukul 14.00-15.00, dan untuk Leq yang paling besar juga berada pada pukul 14.00-15.00. Sedangkan pada gambar (c) yang merupakan lokasi pengamatan 3, untuk L90

yang paling besar berada pada pukul 7.00-8.00, untuk L50 yang paling besar berada

pada pukul 11.00-12.00, untuk L10 yang

paling besar berada pada pukul 11.00-12.00, untuk L1 yang paling besar berada pada

pukul 12.00-13.00, dan untuk Leq yang paling besar juga berada pada pukul 7.00-8.00.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam perhitungan perngukuran diatas, Gambar 7. merupakan grafik hubungan antara hasil pengukuran dan standar baku mutu kebisingan.

Gambar 7. Hubungan antara LAeqday dan

(7)

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran yang dilakukan di tiga lokasi penelitian telah melebihi dari nilai standar baku mutu maksimum yang telah ditetapkan yaitu 70 dB

Pengukuran Volume Kendaraan

Pada tahap ini, kita melakukan perhitungan jumlah volune kendaraan yang lewat atau melalui lokasi penelitian, dalam hal ini simpang 4 bersinyal Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak (Lokasi 1), Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang (Lokasi 2), dan Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung (Lokasi 3).

Berikut Gambar 8. yang merupakan grafik untuk besaran volume kendaraan MC dan LV:

Gambar 8. Volume Kendaraan MC dan LV

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa volume kendaraan motor (MC) yang paling banyak adalah dilokasi ketiga yaitu Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung dengan jumlah sebanyak 81.491 unit, lalu dilokasi kedua yaitu 78.114 unit. Dan volume MC yang paling sedikit yaitu lokasi pertama yaitu 70.036 unit.

Sedangkan untuk type kendaraan ringan (LV) yang paling banyak juga berada pada lokasi ketiga yaitu 63.128 unit, lalu pada lokasi pertama yaitu 52.255 unit. Dan

volume LV yang paling sedikit yaitu pada lokasi kedua yaitu 48.432 unit.

Untuk type kendaraan ringan (HV) dapat dilihat pada gambar 9. di bawah ini:

Gambar 9. Volume Kendaraan HV Sementara itu untuk type kendaraan berat (HV) adalah kendaraan yang paling sedikit melalui lokasi penelitian. Volume HV yang paling banyak adalah dilokasi ketiga yaitu 224 unit, lalu dilokasi pertama sebanyak 202 unit, dan terakhir adalah lokasi kedua sebanyak 198 unit.

Perhitungan Kecepatan Kendaraan

Pada tahap ini, kita melakukan

pengukuran kecepatan kendaraan yang

melewati lokasi penelitian. Pengukuran dilakukan pada 30 kendaraan motor (MC), 30 kendaraan ringan (LV), dan kendaraan berat (HV) sebagai sampel pengukuran

dengan menggunakan speed gun.

Dari hasil perhitungan tabulasi

kecepatan kendaraan, kemudian dirata-ratakan sehingga dihasilkan diagram seperti gambar 10 dibawah ini:

(8)

Gambar 10. Kecepatan Rata-rata Kendaraan

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata untuk type MC (motor) yang paling besar ada pada lokasi

kedua yaitu sebesar 28,38 km/jam.

Kemudian pada lokasi pertama yaitu sebesar 26,08 km/jam dan yang paling kecil ada pada lokasi ketiga yaitu 24,77 km/jam.

Perhitungan Prediksi Kebisingan dengan Menggunakan Metode CoRTN

Perhitungan prediksi kebisingan

dengan metode Calculation of Road traffic

Noise (CoRTN) dilakukan dengan

menentukan volume kendaraan dan

kecepatan rata-rata kendaraan.

Untuk mengetahui bagaimana

perbandingan antara hasil pengukuran dan prediksi CoRTN, dapat dilihat pada gambar 11. berikut:

Gambar 11. Grafik Perbandingan antara

LAeqday, Prediksi, dan Baku Mutu

Dari gambar di atas, dapat dilihat

perbandingan antara hasil perhitungan antara

Laeqday, prediksi dengan menggunakan

CoRTN, dan baku mutu yang ditetapkan. Hasil pengukuran menunjukkan angka paling besar dibandingkan dengan prediksi CoRTN yaitu masing-masing 82,71 dB , 81,20 dB , dan 81,73 dB. Sedangkan untuk hasil prediksi CoRTN masing-masing 77,33 dB , 77,20 dB , dan 77,05 dB dimana baku mutu yang ditetapkan hanya sampai pada 70 dB.

Adapun hasil RMSE pada pengukuran ini diperoleh hasil 4,72 dengan korelasi

pearson sebesar 0,61. Semakin kecil nilai

RMSE, maka seharusnya semakin besar nilai

pearson. Hal ini menandakan bahwa data

yang diperoleh dari pengukuran maupun prediksi sudah mendekati keakuratan.

PENUTUP

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan dan analisis tingkat kebisingan pada simpang empat Veteran Selatan, sebagai berikut :

1. Dari hasil pengamatan dan analisis

tingkat kebisingan di Jalan Veteran, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan di Jalan Veteran yang dimana dibagi menjadi 3 lokasi yaitu Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak (Lokasi 1), Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang (Lokasi 2), dan Jl.

(9)

Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung (Lokasi 3) mencapai nilai 80 dB. Hal ini melebihi 10 dB dari standar baku

mutu kebisingan untuk kawasan

pemerintahan dan fasilitas umum yang hanya 70 dB.

2. Tingkat kebisingan yang diukur

dengan menggunakan metode

Calculation of Road Traffic Noise (CoRTN) yaitu mencapai 77,19 dB. Dari hasil pengukuran tersebut terdapat perbedaan nilai dikarenakan beberapa

faktor kemungkinan karena ada

beberapa bunyi yang ditangkap oleh alat SLM, sedangkan bunyi yang

ditangkap tidak masuk dalam

perhitungan metode CoRTN. Adapun hasil RMSE pada pengukuran ini diperoleh hasil 4,72 dengan korelasi

pearson sebesar 0,61. Semakin kecil

nilai RMSE, maka seharusnya semakin

besar nilai pearson. Hal ini

menandakan bahwa data yang

diperoleh dari pengukuran maupun prediksi sudah mendekati keakuratan. Saran

1. Hasil tingkat kebisingan yang

diperoleh dari penelitian ini melebihi standar baku mutu kebisingan yang

telah ditetapkan. Hal ini bisa

diantisipasi dengan mengadakan alat peredam kebisingan disekitar simpang bersinyal Jalan Veteran Selatan dan merencanakan tata ruang perkotaan

yang sehat dan nyaman seperti

penanaman pohon yang dapat

mereduksi kebisingan pada kawasan Jalan Veteran. Dan kepada pihak

kepolisian untuk menindak tegas

pengguna knalpot yang tidak sesuai standar karena knalpot yang tidak sesuai dengan standar juga merupakan faktor kebisingan yang cukup besar. Serta merekomendasikan kepada pihak industri yang memproduksi kendaraan

bermotor agar kedepannya

menciptakan kendaraan yang ramah lingkungan (eco friendly).

2. Hasil perhitungan prediksi yang

berbeda dengan hasil pengukuran, hal ini disebabkan karena ada beberapa bunyi yang tidak tercover pada data prediksi CoRTN, namun ditangkap oleh SLM, seperti bunyi klakson dan bunyi-bunyi lain. Dengan demikian,

maka disarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk memasukkan data yang belum menjadi variabel pada penelitian ini seperti bunyi klakson pada perhitungan prediksi agar hasil prediksi dan hasil pengukuran yang diperoleh lebih akurat, sehingga hasil RMSE nya juga lebih kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. 1995. Dari

http://e-journal.uajy.ac.id (diakses tanggal 21

September 2015)

Alfurqoni. 2007. Dari http://digilib.itb.ac.id (diakses tanggal 25 Desember 2015)

Bridger, R.S. 2005. Introduction to

ergonomics (2nd ed). New York:

Taylor & Francis.

Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan

hearing Conversation Program.

Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.

Department of Transport Welsh Office. 1988. Calculation of Road Traffic

Noise. London : HMSO.

Djalante, Susanti. 2010. Analisa Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya yang Menggunakan alat Pemberi Isyarat

Lalu Lintas (Apil). Kendari :

Universitas Halu Oleo.

Hobbs. 1995. Dari http://e-journal.uajy.ac.id (diakses tanggal 21 September 2015).

(10)

International Labour Organization. 1996.

Noise at Work. Geneva : Bureau for

Worker’s Activities. ILO.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor:

Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996 Tentang Baku

Mutu Tingkat Kebisingan. Menteri

Negara Lingkungan Hidup.

Kirmanto, D. 2012. Pedoman Penanaman

Pohon pada Sistem Jaringan Jalan.

Indonesia : Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2012 Mediastika, Christina. A. 2005. Akustika

Bangunan Prinsip-prinsip dan

Penerapannya di Indonesia. Jakarta :

Erlangga.

Subaris, H. and Haryono. 2008. Hygiene

Lingkungan Kerja. Yogyakarta : Mitra

Cendekia Press

Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan

dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).

Jakarta: CV. Sagung Seto

Teknik Lingkungan Universitas Hasanuddin. 2014. Modul Pengelolaan Kebisingan.

Makassar : Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin.

Wardhana, W.A. 1999. Dampak Pencemaran

Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset

Wardika, I Ketut, I Gusti Putu. 2012. Analisis Kebisingan Lalu Lintas pada

Ruas Jalan Arteri. Denpasar ; Fakultas

Gambar

Tabel 1. Baku Mutu Tingkat Kebisingan  Peruntukan Kawasan/  Lingkungan Kegiatan  Tingkat  Kebisingan  dB (A)  a
Gambar 1. Lokasi Simpang Jl. Veteran  Utara – Jl. Kerung-kerung
Gambar 5. Hubungan Antara Tingkat  Kebisingan (dB) dan Frekuensi (%) pada jam
Gambar 6. Grafik Tingkat Kebisingan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diperoleh dari analisis laporan keuangan tersebut adalah sebagai informasi terhadap perubahan posisi keuangan, perkembangan usaha koperasi dan membantu manajemen

Guna mengetahui kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dapat diketahui dari lapporan keuangan, di mana laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba

Instrumen penilaian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian produk pada mata pelajaran matematika, yaitu pengembangan instrumen

Halaman pembuka ini merupakan halaman yang pertama di lihat ketika aplikasi ini dibuka, halaman ini adalah sebuah splashScreen yang terdapat sebuah gambar ucapan

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang

[r]

Kemampuan guru dan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur berpengaruh pada kualitas kompetensi

Pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundangan tentang produk pangan agar dapat dikonsumsi secara sehat dan aman oleh masyarakat. Namun masih banyak