• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Lagu memiliki berbagai macam fungsi dalam pembuatannya. Menggunakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Lagu memiliki berbagai macam fungsi dalam pembuatannya. Menggunakan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Lagu memiliki berbagai macam fungsi dalam pembuatannya. Menggunakan lagu sebagai salah satu media penyampaian kritik terhadap suatu hal merupakan sesuatu yang lazim di kalangan musisi. Lagu – lagu tersebut diharapkan bisa didengar dan bisa membawa perubahan lewat pesan yang terdapat di dalamnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, para musisi harus merangkai kata – kata sebaik mungkin agar pesan di dalamnya dapat tersampaikan. Pesan dalam lagu itulah yang nantinya akan membentuk suatu opini atau pola pikir yang diharapkan oleh sang penulis lirik sehingga efek yang diinginkan terealisasi. Dalam proses penulisan lirik lagu, tentu saja pemilihan kata yang tepat juga dijadikan alat oleh sang musisi. Setiap musisi pasti memiliki gaya tersendiri dalam hal menulis lirik. Gaya yang berbeda tersebut nantinya dapat menjadi ciri khas tersendiri dari si penyanyi. Ketika penulisan lagu dilakukan dengan sangat hati-hati, tentu hasilnya akan menjadi lebih indah dan menarik. Dari proses itulah muncul adanya hubungan antara konteks dan makna. Bagaimana konteks yang terdapat dalam lagu tertentu memiliki pesan tersendiri yang sengaja dituliskan oleh si penutur sehingga mitra tuturnya dapat memahami pesan di baliknya. Tentu saja untuk mencapai hal tersebut, penulis harus bisa dengan pintar menempatkan pesan-pesan dibalik rangkaian

(2)

kata yang ditulisnya. Maka dari itu, analisis perlu dilakukan untuk menemukan makna dibalik lirik lagu tertentu.

Dalam penelitian ini, data yang diambil merupakan sebuah lirik lagu berjudul

Quand c’est? karya musisi berdarah Belgia bernama Paul Van Haver. Paul Van Haver, atau lebih dikenal dengan nama panggungnya yaitu Stromae adalah seorang pria yang lahir pada 12 Maret 1985 di Etterbeek, Brussels, Belgia. Stromae merupakan seorang anak dari ayah yang berasal dari Rwanda dan ibu yang berasal dari Belgia. Sejak lahir, ia sudah menetap di Brussels, Belgia, yang sejak abad ke-18 merupakan daerah yang terkena Francization of Brussels. Hampir seluruh penduduk Brussels merupakan bilingual bahkan multilingual namun 63%-nya merupakan penutur bahasa Prancis (selanjutnya akan disingkat bP). Stromae, yang sejak kecil hidup bersama ibunya yang merupakan orang asli Brussels, lebih fasih dalam menggunakan bahasa Prancis daripada bahasa Belanda.

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh New York Times yang berjudul

Stromae: Disillusion, With a Dance Beat, ia muncul pertama kali pada awal tahun 2000 dengan nama panggung Opsmaestro. Namun, tidak lama kemudian ia merubah namanya menjadi Stromae yang merupakan sebuah pertukaran suku kata dari kata

Maestro. Pada tahun 2016, Stromae menggunakan pertukaran suku kata namanya tadi yaitu Maestro, sebagai sebuah brand yang khusus bergerak di bidang seni. Semua karya yang berhubungan dengan dirinya, kini dapat dilihat di sebuah situs internet bernama Maestro dengan alamat situsnya yaitu maestro.com.

(3)

Pada tahun 2009, Stromae mulai dikenal oleh publik setelah mengeluarkan

single pertamanya yang berjudul Alors on danse. Beberapa public figure seperti seorang editor dari majalah fashion yang sangat terkenal, Anna Wintour, hingga Presiden Prancis pada saat itu, Nicholas Sarkozy, sangat menyukai lagu tersebut, yang menunjukan genre elektronik dan pop, sehingga banyak orang tertarik. Lagu tersebut langsung menempati posisi chart tertinggi pada tangga lagu Belgia. Sejak saat itu, Stromae dikontrak oleh beberapa perusahaan musik tidak hanya di Eropa, juga di Amerika Serikat. Kesuksesan tersebut tentu saja membuatnya diakui di kancah musik dunia. Pada tahun 2011, ia mendapatkan 3 penghargaan, yaitu European Border Breakers Awards, album pertamanya yang berjudul ‘Cheese’ (termasuk lagu hit-nya,

Alors on danse) mendapatkan Best Dance Album di Victoire de la musique, dan Best Belgian Act di MTV Europe Music Awards.

Stromae semakin berkembang karena ciri khas musiknya yang sangat unik. Hampir semua lagu yang diciptakan olehnya memiliki kata-kata yang indah. Kata-kata tersebut menyembunyikan pesan tersendiri yang ia harapkan dapat dipahami oleh pendengarnya. Sering ia melakukan permainan kata dalam lirik lagunya. Sama seperti bagaimana ia memilih nama panggungnya, Stromae kerap menggunakan cara-cara untuk membuat sebuah lirik yang sederhanamenjadi lirik yang memiliki nilai seni yang baik. Di album keduanya yang berjudul Racine Carrée, ia menyelipkan dua buah lagu yang menggunakan homofondalam pemberian judulnya. Lagu tersebut adalah Quand

(4)

c’est? yang dijadikan sebagai objek material dalam penelitian ini, dan Papaoutai. Menurut Widjono (2007: 109):

‘Homofon adalah kata yang diucapkan sama dengan kata lain tetapi berbeda dari segi maksud. Homofon terdiri atas kata homo berarti sama dan foni (phone) yang berarti bunyi atau suara. Homofon mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.’

Perbedaan makna dalam homofon itulah yang menarik karena lagu tersebut menyimpan pesan tersendiri yang nantinya akan diterima oleh sang pendengar. Salah satu contoh penggunaan yang dapat diambil dari objek material penelitian ini menunjukan bagaimana Stromae dengan cermatnya menulis lirik untuk lagu Quand c’est?. Potongan lirik lagu tersebut antara lain sebagai berikut:

Contoh: (1) Cancer, cancer

Dis-moi, quand c’est?

‘Kanker, kanker

Katakan padaku, kapan itu?’

Dalam contoh (1), dapat dilihat kata cancer /kãsɛʀ/ atau kanker digunakan karena memiliki bunyi yang sama dengan frasa quand c’est /kãsɛ/, yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah ‘kapan itu’. Dalam lagu tersebut kata cancer dan frasa

quand c’est merupakan homofon (meskipun tidak dalam bentuk homofon total). Keduanya memiliki bunyi yang sama namun berbeda makna dan tulisan. Walaupun demikian, penggunaan keduanya tidak semata-mata untuk mempercantik lirik lagu tersebut. Tentu ada pesan di baliknya yang memiliki makna tertentu.

(5)

Sebuah artikel yang terdapat di laman Web Pure Charts by Charts in France,

menyebutkan bahwa lagu ini merupakan salah satu lagu ciptaan Stromae yang lagi-lagi membuat banyak orang tertarik. Lagu ini merupakan single kesekian dari album kedua-nya. Video dari lagu ini keluar pada awal bulan September 2015, tidak lama dari hari peringatan kanker payudara sedunia. Ia menceritakan bagaimana penyakit kanker tidak memandang bulu terhadap korbannya dan bisa menyerang kapanpun tanpa ada tanda-tanda.

Dalam lirik lagu tersebut, hubungan antara bahasa dan penggunanya merupakan hal yang menarik untuk dianalisis. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan digunakan teori pragmatik. Dalam ilmu bahasa, terdapat sebuah cabang ilmu linguistik yaitu pragmatik. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual” yang dibicarakan (Verhaar, 2012:14. Cet. 8). Penelitian ini akan mencoba untuk memahami atau mencari hubungan antara penggunaan bahasa menurut konteks yang ada.

1.2Rumusan Masalah

Dalam lirik lagu Quand c’est? terdapat hubungan antara bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antara penutur (pencipta lagu) dan mitra tutur (pendengar) dengan pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur tentang hal yang dibicarakan. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

(6)

1. Bagaimana konteks tindak tutur lagu Quand c’est? secara situasional, pengetahuan latar belakang dan ko-teks?

2. Apa yang dimaksud dalam lirik lagu Quand c’est ? karya Stromae menurut tindak tuturnya?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konteks tindak tutur dalam lagu Quand c’est? secara situasional, pengetahuan latar belakang dan ko-teks.

2. Mengetahui maksud tindak tutur yang digunakan oleh Stromae dalam lagu

Quand c’est? sehingga dapat menemukan pesan yang ada dalam lirik lagu tersebut.

1.4Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan tinjauan pustaka ditemukan sebuah penelitian berupa skripsi yang ditulis oleh Nawang Sari di tahun 2012 dengan judul Karakteristik Bahasa dalam Lirik Lagu Remaja Berbahasa Prancis Oleh Grup BB Brunes. Dalam penelitian tersebut, Nawang Sari menggunakan teori neologi, ragam bahasa, dan sosiolinguistik. Dalam analisis neologi, Nawang Sari menggunakan elipsis sebagai salah satu cara

(7)

untuk menganalisis lirik lagu milik grup BB Brunes. Selain itu, ia juga menggunakan analisis kata pinjaman dan permainan kata.

Selain skripsi milik Nawang Sari, ditemukan pula penelitian berjudul Fungsi Bahasa dalam Lirik Lagu Anak Bahasa Prancis (2003) yang ditulis oleh Hilda J. Rahmatin. Dalam penelitian tersebut, Hilda J. Rahmatin berfokus pada penggunaan fungsi bahasa dalam beberapa lirik lagu anak-anak yang dipilih. Analisis yang digunakan bertujuan untuk menemukan bagaimana pesan dalam lagu anak-anak tersebut dapat tersampaikan sesuai harapan yang diinginkan oleh pencipta lagu.

Terdapat juga skripsi oleh Annisa Hanum Baiduri dengan judul Argot dalam Lirik Lagu Rap Prancis oleh Grup Musik Sexion d’Assaut yang berfokus pada penggunaan argot dalam penulisan lirik lagunya. Selain itu, digunakan pula tinjauan sosiolinguistik untuk menganalisis data yang dipilih. Teori yang digunakan adalah 11 bentuk argot menurut Jean Pierre Goudaillier. Dalam skripsi tersebut, bahasa argot

yang digunakan oleh grup musik rap dianalisis sedemikian rupa sehingga dapat terlihat dari sisi sosiolinguistiknya.

Dari kedua penelitian di atas, yang membuat berbeda adalah penggunaan teori dalam hal analisis data. Walaupun sama-sama berfokus pada fungsi bahasa yang digunakan dalam lirik lagu, namun tipe-tipe teori untuk menganalisis lirik lagu tersebut berbeda-beda sehingga prosesnya juga berbeda.

(8)

1.5Landasan Teori 1.5.1 Teori Pragmatik

Seperti yang sudah disebutkan dalam latar belakang penelitian, teori yang akan digunakan merupakan teori pragmatik. Pragmatik adalah salah satu cabang dalam ilmu bahasa yaitu linguistik. Dalam buku karya George Yule yang berjudul The Study of Language disebutkan:

In many ways, pragmatics is the study of “invisible” meaning, or how we recognize what is meant even when it isn’t actually said or written. In order for that to happen, speakers (or writers) must be able to depend on a lot of shared assumptions and expectations when they try to communicate. The investigation of those assumptions and expectations provides us with some insights into how more is always being communicated than is said.

‘Dalam banyak hal, pragmatik adalah studi pencarian makna yang tersamarkan. Cara mengetahui apa yang dimaksud meski tidak terucap atau tertulis. Agar pemahaman itu tercapai, penutur (atau penulis) harus dapat bergantung pada asumsi dan ekspektasi bersama ketika mencoba untuk saling berkomunikasi. Penelitian dari asumsi dan ekspektasi tersebut memberikan pemahaman untuk kita bahwa banyak hal yang dikomunikasikan meski tidak selalu terucap.’

Hubungan ketergantungan antara penutur dan mitra tutur dalam lirik lagu tersebut yang akan menjadi fokus dalam penelitian. Lirik lagu Quand c’est? merupakan sebuah wacana yang digunakan oleh Stromae untuk menyampaikan pesan. Menurut Van Dijk (1977:3), wacana adalah suatu abstract theoretical construct. Wacana adalah suatu bangun teoretis yang abstrak sehingga wacana belum dapat dilihat perwujudan fisik bahasa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wacana berada pada tingkat

langue karena wacana membahas tentang struktur pesan dalam komunikasi.

Pragmatik mengkaji bagaimana hubungan antara bahasa dan penggunanya. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana bahasa digunakan dalam berkomunikasi

(9)

teori yang tepat adalah pragmatik. Dapat dipelajari pula struktur bahasa secara eksternal dalam komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Hal tersebut menjadikan peneliti ingin menganalisis tidak hanya dari sisi penggunaan bahasa dalam komunikasi, dalam hal ini antara Stromae sebagai penutur dan peniliti sebagai mitra tutur, tetapi juga bagaimana penggunaan tindak tutur (Speech Acts) dalam konteksnya sesuai situasi dan latar belakang pengetahuan tentang lagu tersebut mempengaruhi analisis.

1.5.2 Tindak Tutur (Speech Acts)

Dalam penelitian ini akan digunakan pula teori tindak tutur atau speech acts. Tindak tutur merupakan suatu cara untuk menyampaikan pesan menggunakan bahasa ataupun nonbahasa berdasarkan topik tertentu yang memiliki amanat dan dalam konteks amanat tertentu. Menurut Yule (2006:133):

‘We use the term speech act to describe actions such as “requesting,” “commanding,” “questioning” or “informing.” We can define a speech act as the action performed by a speaker with an utterance.’

‘Istilah tindak tutur digunakan sebagai cara untuk menunjukan tindakan seperti meminta, memerintah, mempertanyakan atau memberi informasi. Tindak tutur dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang penutur dalam bentuk ungkapan atau ucapan.’

Dalam penelitian ini, teori tindak tutur yang digunakan adalah teori milik J.L. Austin dari bukunya yang berjudul How to Do Things with Words (1962). Dalam buku tersebut, Austin membagi tindak tutur menjadi tiga tingkat, yaitu:

(10)

a. Locutionary acts

Tindak lokusi merupakan tindak yang menyatakan sesuatu tetapi tindak tersebut tindak menuntut pertanggung jawaban dari lawan tutur. Contohnya antara lain: (2) Paris est la capitale de la France..

‘Paris adalah ibu kota Prancis.’

Kalimat di atas diungkapkan oleh penutur semata-mata untuk menyampaikan pesan atau informasi tanpa ada tendensi untuk melakukan sesuatu yang memacu reaksi terhadap mitra tuturnya.

b. Illocutionary acts

Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu sehingga dapat dipergunakan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Contohnya antara lain:

(3) Elle se coupe les cheveux.

‘Ia memotong rambutnya.’

Kalimat di atas diungkapkan oleh penutur dengan maksud untuk memprotes suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tuturnya sehingga mitra tuturnya tidak jadi melakukan tindakan tersebut.

c. Perlocutionary acts

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang diungkapkan oleh penutur dan seringkali dapat memberi pengaruh ataupun efek bagi mitra tuturnya. Contohnya seperti contoh (3) di atas. Analisisnya adalah dari segi ilokusi, penutur memprotes

(11)

mitra tuturnya akan suatu tindakan, lalu dari sisi perlokusinya, dapat membuat mitra tutur terpengaruh dan dapat bertindak menuruti atau menolak tuturan tersebut.

1.5.3 Konteks

Selain melihat secara tindak tuturnya, peniliti juga akan meneliti dari sisi konteks lirik lagu tersebut. Konteks disini dilihat dari konteks yang berada di luar teks atau wacana. Teori yang dipakai adalah teori dari Joan Cutting dalam bukunya yang berjudul Pragmatics and Discourse, yaitu dengan memperhatikan tiga jenis konteks, antara lain:

a. The situational context

Di dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa:

The situational context is the immediate physical co-presence, the situation where the interaction is taking place at the moment of speaking.

‘Konteks situasional adalah kehadiran secara fisik atau situasi di mana interaksi terjadi pada saat berbicara.’

Konteks situasional adalah konteks yang melihat dari situasi. Situasi ini berhubungan dengan apa yang dilihat oleh penutur di lingkungan sekitarnya sehingga penutur dapat menuturkan hal tersebut kepada mitra tuturnya.

b. The background knowledge context

Konteks latar belakang pengetahuan merupakan konteks yang menunjukan apa saja hal yang diketahui oleh satu sama lain dan dunia. Dalam konteks ini, terdapat dua hal yang berhubungan dengan asumsi latar belakang pengetahuan, yaitu:

1. Cultural general knowledge, atau pengetahuan umum yang diketahui oleh kebanyakan orang, dan

(12)

2. Interpersonal knowledge, atau pengetahuan yang bersifat spesifik atau pribadi tentang sejarah si penutur.

c. Co-textual context

Konteks ko-teks adalah apa yang diketahui tentang apa yang sedang dibicarakan. Melalui ko-teks, kita dapat melihat wacana tersebut dari sisi kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

Dalam kohesi gramatikal, digunakan reference atau referensi, yaitu bagaimana referensi yang ada dalam ko-teks saling berhubungan sehingga terdapat kohesi diantaranya. Selain referensi, terdapat juga substitusi dan elipsis. Dalam penelitian ini, referensi, substitusi, dan elipsis akan digunakan. Substitusi dalam hal ini biasanya digunakan untuk mengganti kata benda yang ada dalam teks.

Sedangkan dalam kohesi leksikal, terdapat empat jenis, yaitu repetition, synonyms, superordinates, dan general words. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah repetisi yang berfungsi sebagai penekanan untuk pemberian makna tertentu yang dapat memberikan efek stilistik bagi wacana tersebut dan general words atau kata umum yang dapat menunjukkan bagaimana kata-kata umum yang terdapat dalam suatu teks dapat memberi penjelasan lebih dalam tentang makna dibalik teks tersebut.

1.5.4 Élision

Élision dalam bahasa prancis, adalah hilangnya atau penghapusan vokal dalam bahasa prancis yang menghindari pertemuan dua huruf vokal pada kata yang

(13)

berakhiran dengan huruf vokal dan kata yang diawali dengan huruf vokal. Huruf vokal yang dimaksud adalah a, i, u, e, o. Dalam bahasa prancis, élision sangat penting dalam bentuk tulis ataupun oral. Peluruhan huruf vokal ini biasanya diganti dengan adanya tanda aphostrophe atau tanda koma atas (‘).

1.6Metodologi Penelitian

Data merupakan sebuah lagu berjudul Quand c’est ? yang diambil dari album kedua Stromae yaitu Racine Carrée. Lagu tersebut merupakan sebuah kritik dari Stromae terhadap penyakit kanker yang menyerang korbannya. Untuk penilitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi. Tahapan yang akan penulis lakukan antara lain:

1. Teknik pustaka: mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh suatu data (Subroto, 1992:42).

2. Teknik catat: mencatat data yang ditemukan ke dalam nota catat milik penulis (Subroto, 1992:42).

3. Metode analyse du contenu: menganalisis isi suatu wacana yang dapat mengantarkan peneliti untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya (Krippendorff, 1980:15).

Langkah-langkah di atas akan dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang sesuai harapan sehingga dapat memberikan hasil data yang dapat berguna. Hasil

(14)

analisis juga dapat menjawab permasalahan yang peneliti temukan dan paparkan dalam sub bab rumusan masalah di atas.

1.7Sistematika Penyajian

Pada bab I akan disajikan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori yang berisi definisi – definisi teori yang penulis gunakan untuk analisis, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Pada bab II akan masuk dalam pembahasan. Penulisan data dan analisis data akan disajikan pada bab ini.

Pada bab III, akan disajikan hasil analisis atau kesimpulan. Dalam bab ini, rumusan masalah yang penulis sajikan pada bab I akan dijawab hingga skripsi ini dianggap selesai.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menjadikan Panti Asuhan ‘Taman Harapan Muhammadiyah’ Lengkong, Bandung sebagai objek penelitian untuk mencari tahu bagaimanakah komunikasi interpersonal

Gambaran tentang realita di atas peneliti beranggapan bahwa persoalan penggunaan jejaring sosial twitter dari satu sisi tidak bisa dituntaskan secara cepat dan tidak bisa

Dari kutipan kalimat di atas, dapat dilihat penggunaan bahasa yang diucapkan oleh penutur bahwa kalimat nomor (1) terdapat penggunaan sapaan yang digunakan

beberapa yang ditemukan oleh peneliti, yaitu 1) yang mengfokuskan pada bentuk dan makna gaya bahasa metafora, 2) bentuk dan makna gaya bahasa personifikasi, dan 3) bentuk dan

Dengan adanya penggunaan beragam gaya bahasa itulah yang membuat peneliti tertarik untuk menganalisis gaya bahasa komentator sepak bola laga final piala AFF

Melalui penelitian ini, peneliti dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya ilmu jurnalistik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa

Namun, mengingat luasnya cakupan penggunaan bahasa, kajian akan dipusatkan pada kesantunan berbahasa direktif dari strategi dan skala yang lazim digunakan penutur Melayu

Teknik sadap adalah teknik yang digunakan untuk menyadap penggunaan kosa kata bahasa Minangkabau oleh penutur tua dan penutur muda di Kanagarian Gunuang Rajo..