• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Pembuatan Simplisia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cara Pembuatan Simplisia"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

1986

▸ Baca selengkapnya: cara pembuatan helium

(2)

HAK CIPTA

DEPARTEMEN ILESEHATAN REPUBLIK. INDONESIA

HAK PENERBIT t

DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dilaksanakan dengan tujuan tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Untuk mencapai tujuan tersebut obat merupakan salah satu unsur yang penting. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan tersebut perlu tersedia obat dala~n jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, aman, berkhasiat dan dengan mutu yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan, tersebar merata serta terjangkau oleh masyarakat luas. -

Pembangunan h i bidang obat dilaksanakan dengan tujuan: 1. Penyediaan obat dalam jenis dan jumlah yang cukup sesuai de- ngan kebutuhan nyata masyarakat, aman, berkhasiat dan de- ngan mutu yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan, ter- sebar merata serta terjangkau oleh masyarakat.

2. Melindungi masyarakat dari k'esalahgunaan atau penyalahgunaan obat, yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan, ke- selamatan atau keamanan rakyat.

3. Memanfaatkan potensi nasional di bidang obat untuk mtnun- jang pembangunan di bidang ekonomi dan menuju tercapainya

kemandirian-di bidang obat.

Obat Tradisiofial yang merupakan warisan budaya nenek mo- yang dan obat dari bahan alam pada umumnya saat ini tetap di- gunakan oleh masyarakat secara luas. Oleh karena itu dalam upaya pembangunan di bidang obat harus pula mencakup pembangunan di bidang obat tradisional dan obat dari bahan alam pada umum- nya.

Kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan obat tradisional dan obat dari bahan alam pada umumnya akhir-akhir ini meng- alami peningkatan. Peningkatan penggunaan obat tradisional dan obat dari bahan alam oleh masyarakat meningkatkan pula penggu- naan simplisia, seperti ternyata dari data penggunaan simplisia oleh perusahaan obat tradisional berikut ini:

Tahun 1972 53.773,3 1 kg

Tahun 1973

.

54.772,06 kg

Tahun 1974 67.432,41 kg

Tahun 1975 58.144,30 kg

(4)

Tahun 1977 101.059,75 kg

Taliun 1978 171.648,13 kg

Namun peningkatan keperluan akan simplisia tersebitt bilka~i hanya disebabkan ole11 peningkatan proditksi dau penggunaan obat tradisional atau obat dari bahan alam di dalam ncgcri. tetapi di- sebabkan pula oleh meningkatnya permintaan akan simplisia ole11 pasaran internasional.

Sebagai gambaran mengenai ha1 tersebut dapatlali dike~nukakan data tentang jenis-jenis simplisia Indonesia yang memasitki pasaran internasional, di antaranya adalah :

1. Di Republik Federasi Jerinan a. Lidali buaya (Aloe);

b. Adas nianis (Anisi Fructus);

c. Kulit & akar kapas (Gossypii Cortex atau Radix); d. Biji pinang (Arecae Semen):

e. Kulit kina (Cinchonae Cortex); f. Daiui kayu piltih (Eucalypti Folium) ;

g Daun kumis kucing (Ortosiphonis Folium); h. Rimpang jahe (Zingiberis Rhizoma);

i. Akar pule pandak (Rauvolfiae serpentinae Radix); j. Daun poko (Menthae Folium);

k. Kunyit (Curcumae domesticae Rhizoma); 1. - ~ e m u l a w a k (Curcumae xanthorrh2zae Rhizorna); m.Kulit manisjangan (Cinnamomi Cortex);

n. Meniran (Phyllanthi niruri Herba); o. Kapulaga (Cardamomi Fructus); p. Sambiloto (Andrographidis Herba); 2. Di Jepang

a. Kulit manisjangan (Cinnamomi Cortex); g. Cengkeh (Caryophylli Flos);

c. Kapulaga (Cardamomi Fructus); d. Adas manis (Anisi Fructus); e. Adas (Foeniculi Fructus); f. Ketumbar (Coriandri Fructus);

g. Lempuyang wangi (Zingiberis aromaticae Rhizoma); h . Temulawak (Curcumae xanthorrhizae Rhizoma); i. Kunyit (Curcumae dornesticae Rhizoma);

j. Kulit kina (Cinchonae Cortex):

k. Akar pule pandak (Rauvolfiae serpentinae Radix); 1. Kalembak (Rliei Radix).

(5)

Memperhatikan data tersebut jelaslah bahwa perlu dilakukan ilpaya peningkatan produksi serta mutu simplisia.

Sebagainlana diketahi~i bahwa simplisia nabati yang merupakan simplisia yang paling banyak digitnakan di Indonesia masih bersumber dari :

1. Ti1mb~iIi-ti~mbi11~a11 liar

2. T u n ~ b i ~ I i - t i ~ m b u h a n turnpangsari 3. Ti11nbuI~-ti1mbi11~a11 pcrkebunan.

Ditambah lagi dengan masih belum adanya cara-cara pelnbuatan/ penyediaan simplisia yang seragam atau baku, milt11 simplisia yang dihasilkan sangat beranekaragam, hingga sulit memenuhi persyarat- an standar yang berlaku.

Oleh karena itu dalam rangka peningkatan produksi dan mutu sinlplisia selain diperlukan buku panduan tentang penibudidayaan tumbuh-tumbuhan obat perlit pula disusun buku panduan tentang cara-cara petilbuata~i simplisia.

Buku panduan pembuatan simplisia ini terdiri atas lebih dari sa- tu jilid, dan jilid I ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian per- tama memuat cara-cara pembuatan si~nplisia nabati pada ilmilm- nya, sedang bagia~i yang kedua ~ ~ I L I S L I S memuat cara-cara pembuat- an atau penyediaan silnplisia minyak atsiri. Pemisahan qienjadi dua bagian ini perlu dilakukan karena pembuatan simplisia minyak atsiri memerlukan cara yang agak sedikit lebih rumit dibandingkan dengan pembuatan sitnplisia yang lain, hingga memerlukan uraian khusus.

Dengan adanya buku panduan tentang cara-cara p e ~ n b u a t a n simplisia ini diharapkan bahwa simplisia di Indonesia dapat diting- katkan mutunya, hingga dapat memenuhi persyaratan yang dite- tapkan. Dengan deniikian di samping akan dihasilkan obat tra- disional atau obat dari bahan alam yang memenuhi standar mutu yang ditentukan, simplisia tersebut akan dapat bersaing dengan simplisia-siniplisia serupa dari negara lain, hingga dapat meningkat- kan ekspor simplisia yang bersangkutan dari tanah air kita ini. Dan dengan peningkatan ekspor simplisia ini akan dapat menunjang pembangunan yang saat ini sedang kita lakukan, khususnya pem- bangunan d i bidang ekonomi.

Jakarta. 1 Juli 1985. Ketila Panitia.

(6)

Susunan Panitia Penyusunan Buku Cara Pembuatan Simplisia

K e t u a : Dr. Midian Sirait

Wakil Ketua : Drs. Djoko Hargono

Sekretaris : Drs. Farouq Seksi Si~ilplisia K e t u a : Prof. Dr. Sutarjadi A n g g o t a : 1. Prof. Dr. F. G Winarno 2. Dr. Sudiro Sutarno 3. Drs. Djoko Hargono 4. Drs. R.B. Sutrisno 5. Drs. Udin Syamsudin T. 6. Hartono.

Seksi Minyak Atsiri

K e t u a : Dr. Charles J.P. Siregar, M.Sc. A n g g o t a : 1. Dr. Sidik 2. Dr. Musdarsono 3. Drs. Farouq 4. Drs. Wahyo Djatmiko 5. Drs. Zainal Arifin

(7)

vii

. . .

SIMPLISIA

. . .

Pendahuluan

. . .

Penlbuatan simplisia secara umuln

1 . B a h a n b a k u

. . .

. . .

2

.

Dasar penlbuatan

. . .

3

.

Tahapan pembuatan

. . .

a . Pengumpulan bahan baku

. . .

b

.

Sortasi basah

. . .

.

c Pencucian d

.

Perajangan

. . .

e

.

Pengeringan

. . .

f

.

Sortasi kering

. . .

. . .

ir

.

Pengepakan dan penyimpanan

. . .

11

.

Pemeriksaan mutu

. . .

Pembuatan si~nplisia secara khusus

1 . Perlakuan khusus

. . .

. . .

2

.

Pembuatan tiap jenis simplisia

Adas

. . .

Bangle

. . .

Bidaraupas

. . .

. . .

Biji Makassar

. . .

Brotowali

. . .

Cabe jawwa: DaunAvokad

. . .

. . .

Daun Jambu biji

. . .

Daun Kemuning ;

. . . .

D a u n s e n d o k

. . .

-

Jahe

. . .

. . .

Jaringau '.

. . .

. . .

Jinten putih Kapulaga

. . .

. . .

Kayuputih . . . Merica bolong

. . .

Kayurapat

. . .

Kayu angin

. . .

Kedawung

. . .

. . .

Kejibeling ,

. . .

Kemukus Kencur

. . .

. . .

Ketumbar . .

(8)

viii

Lacl;~ . . . L~tngku.~s . . . Lempuy ang gajah . . . Lempuyang pahit . . . Lempuyang wangi . . . . . . Meniran Pacar cina . . . Patikan kcbo . . . . . . Pcgagan . . . Poko Pulasari . . . . . . Pulc . . . Saga Sariawan . . .

. . .

Secang . . . Sctnb~tng . . . Tapak linian . . . Tetllttlli tarn . . . Temitkunci . . . Tctiiul:~wak . . . Tcmpuyung Ti mi . . . I 1 . MINYAKATSIRI . . . Pendahuluan . . . Sifat umum . . . Cara pembuatan Penyulingan . . . 6 Penyulingan dengan air . . .

. . . Penyulingan dengan air dan uap

. . . Penyulingan dengan uap

. . . Ekstraksi dengat1 pelarut mudah menguap

. . . Pembuatan dengan lemak padat

. . . . Pembuatan dengan lemak tanpa pemanasan

. . . Pembuatan dengan lemak panas

Ekspresi . . . . . . Pemurnian . . . Penyulingan kembali . . . Penyulingan bertingkat : . . . . . . Penurunan suhu . . . Penghabluran bertingkat

(9)

7

ix '

Pengujian mutu . . . 121

Uji organoleptik . . . 121

Uji sifat fisik dan kimia . . . 122

Penleriksaan pendahuluan . . . 122

Bobotjenis . . . 122

Indeks bias . . . 124

Rotasi optik . . . 125

Kelari~tan dalam etanol . . . 126

Penentutrl\ Ik,mak . . . 126

Penyimpanan dan pengawetan minyak atsiri . . 127

..

Standar persyaratan mutu

I

. Minyak akarwangi . . . 128 3

.

Minyak kayuputih . . . 129 3

.

Minyak nilani ...a 129 4

.

Millyak cendana . . . 130 5

.

Minyak sereh . . . 130 6 . M i n y a k d a u n cengkeh . . . 131 7

.

Minyak pala . . . 131 7

(10)

1. S I M P L I S I A PENDAHULUAN

I

! Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinya- I

I takan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia

dapat berupa simplisia nabati, simplisia llewani dan simplisia pelik- an atau mineral.

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanarnan utuh, ba- gian tanaman atau eksudat tananian. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari ta- naman atau yang dengan c,ara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau at-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia mumi.

Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telali diolah dingan cara sederhana dan belum berupa zat kimia mumi.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan mau- pun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk dapat memenuhi persyaratan minimal ter- sebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:

1. Bahan baku simplisia

2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.

3. Cara pengepakan dan penyirnpanan simplisia. ,

Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan.

(11)

PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA UMUM I . Bahan baku

Tanatnan obat yang merijadi s i ~ m b e r simplisia nabati. me- r i ~ p a k a n salah satu faktor yang dapat niempengari~lii n i i ~ t n simplisia.

Scbagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa turn- bulian liar atau berupa tana~iiau biididaya. T u ~ n b u h a n liar adalah tumbuhan yang t u m b i ~ l i dengan sendirinya di h i ~ t a n atau di tempat lain, atail tanaman yang sengaja ditanam dc- ngan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias. tanaman pagar. tetapi bukan dengan tujuan ilntuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam 1111- tuk ti~jilan produksi simplisia. Tanaman bildidaya daprtt di- perke biuikan secara luas, dapat diusahakan oleh peta~ii secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atail Taman Obat Keluarga. Taman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pek:~- rangan yang sengaja diyilnakan untitk menanam tanaman obat. Talnan Obat Keluarga selain b e r t i ~ j i ~ a n ~ ~ n t u k dijadikan tem- pat memperoleh ballan baku simplisia. dapat berfungsi pula sebagai taman hias, taman gizi, tanlan buah-buahan, pagar pe karangan dan se bagainya.

Tumbulian liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sum-

ber siniplisia jika dibandingkan dengan tanaman budidaya, ka- , rena simplisia yang diliasilkan mutunya tidak tetap.

Hal ini t e n ~ t a r n a disebabkan :

1 . Umur tirmbuhan atau bagian tumbulian yang dipanen tidak tepat dan berbeda-beda. Umur tumbuhan atau bagian tuni- bullan yang dipanen berpengarull pada kadar senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu si~nplisia yang dihasilkan sering tidak sama, karena umur pada saat panen tidak sama.

3. Jenis (Species) t u ~ n b u h a n yang dipanen sering kilrang diper- hatikan. sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama. Con- toll pada R a s i ~ k angin (Usnea sp.) bila diperhatikan dapat di- pisahkan menjadi 3 jenis Usnea.

Sering juga terjadi kekeliruan dalarn menetapkan suatu jenis tumbuhan, karena dua jenis tumbulian dalam satu lnarga (ge- nus) sering mempunyai bentitk morfologi yang sama. Untuk itir pengumpul liarus seorang yang ahli atau berpengalaman dalaln ~nengenal jenis-jenis tumbuhan. Perbedaan jenis tum-

buhan akan memberikan perbedaa~i pada kandungan senyawa

'

aktif, yang berarti n i u t i ~ simplisia yang diliasilkan akan ber- beda pula.

(12)

3. Lingkungan tempat tunibuh yang berbeda. s ring mengaki-

7

. .

batkan perbedaan kadar kandungan senyawa a k t ~ t . Pertum- buhan tuii~birlian dipcngarulii tinggi tempat. keadaan tanall dan cuaca.

Peri~sahaan obat tradisional yang menggunakan simplisia berasal dari tumbuhan liar. sclain 11ii1ti1 yang berbeda, sering pula menye- babkan harga yang bervariasi. Usaha membirdidayakan t a n a m a ~ l obut lintilk memenuhi keperluan simplisia, diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Keseragaman ilmur pada saat pa- nen. lingkungan tempat tirmbirli dan jenis yang benar dapat di- tentukan dan diatirr sesi~ai dengan tirjuan i ~ n t u k memperoleh milt11 simplisia yang seragam. Selain itu, tanaman budidaya da- pat ciiusalrakan untitk meningkatkan r n i ~ t i ~ sinlplisia dengall ja- Ian:

1. Bibit dipilih i ~ n t i i k mendaputkan tanaman irtiggi~l. sehingga simplisia yang ciihasilkan memiliki kandirngan senynwa aktif yang tinggi.

3. Pengolahan tanah. penieliliaraan perniipirk;~n dan perlindung- an tanaman dilakukan dcngan saksania dan bila m i ~ n g k i n menggunakan teknologi tepat guna.

2. Dasar p e ~ i i b u a t a ~ i

Sii~zplisiu tlihllut detzgui1 c'uru 11cilg~riizgut1

Pe~libiratan simplisia tiengan cara ini pengeringannya dilaku- kan dengun cepat. tetapi pada suhu yang tidak tcrlalu tinggi. Pc- ngeringan yang ciilakukan dengan waktu lania akan mengakibat- kan siriiplisia yang diperoleh d i t i ~ m b u h i kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlali~ tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada k a n d i ~ n g a n senyawa aktifrlya. Untuk niencegah ha1 tcrsebut. untitk bahan si~nplisia yang m e ~ n e r l u k a n perajangan per111 diatur perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak ~nengalariii kerusakan.

Sii?zplisiu dibliat dellgun proses ferilzciltu.si

Proses fernientasi dilakukan dengan saksama. agar proses ter- sebut tidak berkelanjutan ke arah yang tidak diinginkan.

Sii?zplisia tlibirut deilgatl proses kll~rslis

Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, peiigentalan eksudat nabati. pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa sitnplisia yang dihasilkan liarus memiliki m u t u sesuai dengan persyaratan.

(13)

Simplisia pada proses pem bzratan nzenzerlzt kari air

Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memer- lukan air. Air.yang digunakan harus bebas dari pencemaran ra- cun serangga, kuman patogen, logani berat dan lain-lain.

3. Tahapan pembuatan

Pada utnumnya petnbuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut: Pengu~npulan ballan baku, sortasi basah, pencucian, pe- rajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu.

a. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalarn suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :

1. Bagian tanaman yang digunakan

2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen 3. Waktu panen

4. Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pernbentuk- an senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipa- nen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman ter- sebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian ta- naman atau tanaman pada umur tertentu. Sebagai contoh pa- da tanaman Atropa belladonna, alkaloid hiosiamina mula-

mula terbentuk dalam akar. Dalam tahun pertama, pemben- tukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau. Pada tahun kedua batang mulai berlignin dan kadar hiosia- mina mulai menurun sedang pada daun kadar hiosiamina ma- kin meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai

I

dalam pucuk tanaman pada saat tanai an berbunga dan kadar alkaloid menurun pada saat tanaman berbualz dan niakin turun ketika buah makin tua. Contoh lain, tanaman Mentha piperita muda mengandung mentol banyak dalanl daunnya.

Kadar rninyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini dicapai pada saat tanaman tepat akan berbunga. Pada

Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu

tanaman yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang di- kumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat memerlu- kan penelitian. Di samping waktu panen yang dikaitkan de- ngan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari.

,

Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari. Dengan demikian untuk menentu-

(14)

kan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabili- tas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.

Secara garis besar, pedoman panen schagai Iwfikut :

1. Tanaman yang pada saat panen diambil bjjinya yang telah tua seperti kedawun-g (Parkia rosbbrgii), pengambilan biji

ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering pula pe- metikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal ja- rak (Ricinus cornrnunis).

' ?./Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat kemasak- an, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cu- curbita n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Ta- rnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia) per-

ubahan bentuk buah, misalnya mentimun (Cucurnis sati- vus), pare (Mornordica charantia).

3. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pe- ngambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami per- ubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi, se- hingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).

4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil dipilih yang telah membuka sem- puma dan terletak di bagian cabang atau batang yang me- nerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut terja- di kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera).

5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, peng- ambilan dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuh- an, sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim kemarau. 6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, peng- ambilan dilakukan pada saat umbi mencapai besar maksi- mum dan pertumbuhan pada bagian di atas tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).

(15)

7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, peng- ambilan dilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalani keadaan ini rim- pang dalam keadaan beSar maksimuln.

Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin. D a l a n ~ ha1 ini ketrampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercam- pur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan u n t u k memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak di- gunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif sini- plisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya.

Cara pengambilan bagian tanaman u n t u k penibuatan sim- plisia dapat dilihat pada tabel I hal. 6.

Tabel L

Bagian tanamm, can pengumpulan, kadat a h s i m p l i

No 1. 2. 3. 4. 5. 6 . 7.

@

9. 10. 11. 12. Bagian tanaman Kulit bhtang Batang Kayu Daun Bunga Pucuk Akar Rimpang Buah Biji Kulitbuah Bulbus Cara pengumpulan Dari batang utama dan cabang, di- kelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu; untuk kulit batang mengandung minyak atsiri atau go- longan snyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam.

Dari cabang, dipotong-potong dengan panjang tertentu dan diameter cabang tertentu.

Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (diagu) s t e l a h di- kelupas kulitnya.

Tua atau muda (daerah pucuk), dipe.

-tik dengan tangap satu persatu.

Kuncup atau bunga mekar atau mah- kota bunga, atau daun bunga, dipetik dengan tangan.

Pucuk berbunga; dipetik dengan ta-

ngan (mengandung daun muda dan bunga).

Dari bawah permukaan tanah, dipo- tong-potong dengan ukunn tertentu. Dicabut, dibersihkan dari akar; di- potong melintang dengan ketebalan tertentu.

Masak, hampir masak; dipetik dengan tangan.

Buah dipetik; dikupas kulit buahnya dengan mengupas menggunakan ta- ngan, pisau, atau mmggilas, biji di- kumpulkan dan dicuci

Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci

Tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan memotonpya, dicuci

Kadar air simplisia

- < l o % a

<

10%

<

10%

<

5%

<

54:.

<

8%

<

10%

<

8%

<

8%

<

10%

<

8%

(16)

b. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotor- an atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Mi- ' salnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, ba- tang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikro- ba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

c . Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pe- ngotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencuci- an dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut

Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal; jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pen- cucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.

Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang diguna- kan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang ter- dapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umuln terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, ,2licroc occ,rts, Bacillrts, Streptococcus, Enterobacter dan Esclzericl~ia. Pada siinplisia

akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan ku. lit luamya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena se- bagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permu- kaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasan- nya dilakukan dengan tepat dan bersih.

9 d. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses pe- rajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mem-

(17)

permudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijetnur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang kl~usus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Sebagai contoh suatu alat yang disebut RASINGKO (perajang singkong) yang dapat digunakan untuk merajang singkong atau bahan lainnya sampai ketebalan 3 mm atau lebih. Alat ini juga dapat digunakan untuk mera- jang bahan simplisia yang berasal dari akar, utnbi, rimpang

dan lain-lain.

RASINGKO

Perajang singkong (Rasingko) merupakan alat perajang ubi. Alat

,

ini berkapasitas olah 150 - 200 kg per jam. Rasingko digerakkan

dengan pedal dan rantai sepeda yang menggunakan tenaga manusia (kaki).

(18)

Gambar

2.

ALPA

KL

'80

Alat pengupas kulit (Alpa KL) '80 merupakan alat pengupas kulit biji seperti kedelai, saga, kecipir dan lainnya. Alat ini mempunyai kapasitas olah 150 - 700 kg per jam. Alpa KL '80 digerakkan de- ngan motbr bensin atau listrik yang berdaya 5 PK, 3000 RPM.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat pengi~apan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah me- nguap. sehingga memyengaruhi komposisi. \.au dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu b a h ~ ~ n simplisia \~,pcrti temula- wak, temu giring, jahe, kencur dan bahan scjcnis lainnya di- hindari perajangan yang terlalu tipis i ~ n t u k nlencegah ber- kurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah.

Penjemuran sebeluln perajangan diperlukan untuk mengu-

,

rangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.

(19)

e. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam wak- tu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan meng- hentikan reaksi enzimatik - akan dicegah penurunan mutu atau

perusakan simplisia.

Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, me- nguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air terten-

A tu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme. yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseirn- bangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia de- ngan etanol 70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan demikian proses pengeringan sudah dapat menghenti- kan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat men- capai kurang dari 10%.

Untuk pembuatan simplisia tertentu proses enzimatik ini justru dikehendaki setelah pemetikan (pengumpulan). Dalam ha1 ini, sebelum proses pengeringan bagian tanaman dibiarkan dalam suhu dan kelembaban tertentu agar reaksi enzimatik dapat berlangsung. Cara lain dapat pula dilakukan dengan pe- ngeringan perlahan-lahan agar reaksi enzimatik masih berlang- sung selama proses pengeringan. Proses enzimatik disini ma- sih diperlukan karena senyawa aktif yang dikehendaki masih dalam ikatan kompleks dan baru dipecah dari ikatan kom- pleksnya serta dibebaskan oleh enzim tertentu dalam suatu reaksi enzimatik setelah tanaman itu mati. Contoh simplisia ini ialah vanili, buah kola dan sebagainya. Pada jenis bahan simplisia tertentu, setelah panen langsung dikeringkan. Proses ini dilakukan pada bahan simplisia yang mengandung senya- wa aktif yang mudah menguap. Penundaan proses pengering- an untuk bahan simplisia ini akan menurunkan kadar senya-

(20)

wa aktif tersebut dan berarti menurunkan mutu sitnplisia. Meskipun banyak ballan simplisia yang masih dapat ditunda pengeringannya, akan tetapi prinsipnya pengeringan sebaik- nya dilakukan segera setelah pengumpulan kecuali kalau di- kehendaki lain seperti diperlukannya tahap fermentasi seperti di atas.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar ma tahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah su- hu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pe-

\ ngeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan ba-

han simplisia tidak dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia ke- ring yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyim- panan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan ter- jadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah ke- ring sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, su- hu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan ter- sebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan meng- hambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30" sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus di- keringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30" sampai

45" C , atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan me-

ngurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengering- an, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia, cara pengeringan, dan t a h a p tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama

I

berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan

I

I orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pe- 7

I ngeringan secara alamiah dan buatan.

(21)

Gambar 3

ALAT PENGERING TENDA SURYA

Alat pengering tenda surya adalah alat i ~ n t ~ t k mengeri~lgkan ballan simplisia dengan energi surya berbentuk tenda atau kemah. Kapii- sitas alat tergantung dari jenis bahan yang dikeringkan. Kap:isitas alat

35

kg untuk irisan simplisia, dengan waktu pengeringan ckk- tip 8 - 10 jam. Suhu pengeringan rata-rata 50°C.

Ganibar 4 ALAT PENJEMUR

Alat penjemur dirancang untuk mengeringkan simplisia dengan energi surya sebagai alternatip untuk menggantikan penjemuran cara tradisional di atas alas plastik, alas bambu, lantai semen atail tanah. Tujuannya agar lebih cepat kering, tidak terganggu hujan dan terhindar dari kontaminasi kotoran. Suhu rata-rata yang di- capai oleh alat ini adalah 48,S°C, dengan suhu maksimum 56,3"C ., dan suhu minimum 32,S°C. Suhu udara luar rata-rata adalah 3 3 3 ° C . Pengeringan dengan alat ini lebih cepat 6 0 persen dari pen- jemuran tradisional.

(22)

1. Pengeringan alamiah

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalani b~igi- an tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pe- ngeringan :

a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan u n t u k mengeringkan bafian tanaman yang relatif keras se- perti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengan- dung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia me- rupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilaku- kan dengan cara membiarkan balian yang telah dipotong- potong di itdara tcrbuka di atns tampah-tampah. tanpa kondisi yang terkontrol sepertl s i ~ h i ~ , kelemba ban clan alir- an ildara. Dengan cara ini kecepatan pengcringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang irdaranya panas atait kelem- babannya rendah, serta tidak t u r ~ m k i ~ j a n . H i ~ j a n atau cua- ca yang mendung dapat memperpanjang waktit pengering- an sehingga memberi kesempatan pada kapang atail mikro- ba lainnya untltk tutnbuh s e b e l i ~ m simplisia tcrsebitt kc- ring.

F'IDC (Food Tecl~nology Developnient Center - IPB)

telall merancang dan membuat suatu alat pengering dengan rnenggi~naka~i sinar mataliari, sinar matahari tersebut di- tampung pada per~iiukaan yang gelap dengan s u d i ~ t kemi- ringan tertetitu. Panas ini kemildian dialirkan kc atas rak- rak pengering yang diberi a t a p t e m b u s cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menijadi basah jika tiba-tiba tii- run hitja~i. Alat ini telah digunakan untuk niengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pitla digunakan u n t u k mengeringkan simplisia.

b. Dengan diangin-angin dan tidak dipanaskan dengan sinar ~ i l a t a h a r i langsung. Cara ini terutama digunakan itntilk me- ngeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, d a u n , dan sebagainya dan mengandilng senyawa aktif mu- dah menguap.

Pada kedita cara tersebut, tempat pengeringan mempitnyai dasar berlubang-lubang seperti anyaman bambu, kain kasa. dan sebagainya. Umumnya dasar tenipat pengeringan tersebut b u k a n dari logam karenn logam akan bercaksi cl:~n nlcrusak w-q nyawa aktif tertentu. Lctak pengering juga diatur sehtngga niemungkinkan terjadinya aliran udara dari atas ke bawah atau

(23)

sebaliknya. Ini berarti bahwa bahan simplisia yang dikeringkan harus dillamparkan setipis mungkin di atas ternpat pengering- an clan di bawah tempat pengering diberi jarak tertentu de- ngali lantai atau dengan pengering di bawahnya sehingga me- rnt~ncki 1 l k ~ 1 1 1 tcrjadinya sirkulasi udara.

2. Pengeringan buatan

Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengering- a n dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan penge- ringan buatan, yaitu dengan n~enggunakan suatu alat atau me- sin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udara nya dapat diatur. Prinsip penpesingan buatan adalah sebagai besikut: udara dipanaskan oleh si~atil sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, ~ ~ d a r a panas dialir- kan dengan kipas ke dalam ruangan atau leniari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah. dengan ha- sil yang cukup baik. Cara yang lain misalnya dengan menem- patkan bahan-bahan yang akan dikeringkan di atas pita atau ban berjalan dan nlelewatkannya melalui suatu lorong atau ruangan yang berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur alirannya. FTDC telah Inerancang dan membuat suatu alat pengering yang disebut RINSALI '80 (pengering suhu ter- kendali) yang dapat digunakan untuk mengeringkan simplisia dengan suhu m a k s i m u ~ n 65°C.

Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan m u t u yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misal- nya jika kita membutuhkan waktu

2

sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simpli- sia kering dengan kadar air 1 0 sampai 1 2%, dengan menggu- nakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.

Daya tahan suatu simplisia selama pepyimpanan sangat ter- gantung pada jenis si~nplisia, kadar airnya dan cara penyim- panannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 870, se- dangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 1 0 sampai 12%.

(24)

f. Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan se- belunl sirnplisia dibungkus untitk kernudian disinlpan. Scperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan de- ngan atau secara niekanik. Pada simplisia bentuk rimpang. se- ring jurnlah akar yang rnelekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum silnplisia dibungkus.

g. Pengepakan dan Penyilnpanan

Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya ka- rena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :

1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat me- nimbulkan perubahan kimia pada simplisia, mi- salnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.

2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi ole11 pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia, misal- nya, yang selnula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya. 3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan oleh reaksi k i ~ n i a intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.

4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari sim- plisia, maka simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga rnakin lama makin mengecil (kisut).

5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar- agar, bila disimpan dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal, basah atau mencair (lumer).

(25)

6. Pengotoran : Pengotoran pada silnplisia dapat disebabkan olch berbagai sumber, misalnya debu atau p,rsir. ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya tni- nyak yang tertunlpah). dan fragmen wadah (ka- rung goni).

7. Serangga: Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pe- ngotoran pada simplisia, baik ole11 bentuk ulat- nya maupim ole11 bentuk dewasanya. Pengotor- an tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi jugs sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang te- l l ~ ~ - . bekas kepompong, anyaman benang bung- kus kepompong. bekas kulit scl'angga dan seba- gainya.

8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, ma- ka simplisia dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simpli- sia, tctapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dthandung dan malahan dari kapangnya dapat mcngeluarkan toksin yang dapat nleng- ganggu kcseliat an.

Pengering suhu t e r k e n d ~ l i (Rinsali)'80 merupakan alat pengering

,

simplisia basah. Rinsali '80 digerakkan dengan tenaga listrik (2201 3 8 0 Volt) dan dilengkapi dengan kipas penyedot udara yang dige- rakkan ole11 motor listrik 1 PK, 1 5 0 0 RPM.

(26)

Selama penyi~npanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia. Kerusakan tersebu t dapat mengakibat kan ke- munduran tnutu, sehingga simplisia bersangkutan tidak lagi memenuhi syarat yang diperlukan atau yang ditentukan. Oleh karena it11 pada penyimpanan siniplisia perlu diperha- tikan beberapa ha1 yang dapat rnengakibatkan kerusakan sim- plisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab kerusakan pada simplisia yang utanla adalah air dan kelembaban.

Untuk dapat disimpan dalam waktu lama simplisia harus dikeringkan dulu sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan.

Seperti diuraikan di muka, dalam sirnplisia segar terdapat ,

enzim yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang dapat mengubah atau menguraikan senyawa aktif yang dikan- dung dengan pengaruh air yang terdapat di lingkungannya. Pa- da simplisia yang cukup kering atau kadar airnya rendah, enzim tidak dapat bekerja lagi. Oleh karena itu kadar air sini- plisia yang disimpan perlu diperhatikan dan dijaga. Di Sam- ping itu kadar air simplisia yang tinggi pada simplisia dapat memungkinkan tumbuhnya kapang atau mikroorganisrne lain pada simplisia. Pertumbuhan kapang dan mikroorganisme ini dapat menyebabkan perubahan kimia pada senyawa aktif dan mengakibatkan kemunduran mutu simplisia. Beberapa ka- pang tertentu dapat menghasilkan zat beracun yang disebut mikotoksin yang nlerugikan atau membahayakan kesehatan manusia maupun hewan.

Simplisia yang berupa kulit kayu, akar, kayu serta yang mengandung damar, pada umumnya bersifat kurang menye- rap uap air udara dan lebih tahan dalam penyimpanan.

Beberapa simplisia daun atau herba kering dapat menyerap uap air udara d i sekitarnya hingga 10 % sampai 1 5 % dari bobot bahannya dan bahkan ada yang sampai 30 % dari bobot bahan.

Senyawa glikosida tumbuhan mudah sekali terurai dengan kadar air 8 % atau lebih.

Secara umum dapat diambil sebagai pedoman bahwa kadar air dalam simplisia sehanisnya tidak lebih dari 5

7%

bobot ba- han simplisia.

Banyak simplisia bila disimpan mudah berubah warnanya, menjadi lebih tua atau lebih niuda. Perubahan warna tersebut

(27)

menyebabkan simplisia bersangkutan menjadi kurang Inena- rik. Di samping itu pada simplisia tersebut kemungkinan telah terjadi perubahan kimia pada senyawa aktifnya. Perubahan wama simplisia seringkali disebabkan oleh pengaruh cahaya matahari, terutama cahaya niatahari langsung. Cahaya mata- hari dapat menaikkali suhu, sellingga rnempercepat terjadinya reaksi-reaksi kimia yang dapat mengubah susunan kimia se- nyawa aktif simplisia.

Sebagian dari zat alam mudah teroksidasi oleh oksigen udara berubah mcnjadi zat-zat teroksidasi. Rcaksi oksidasi ini dapat berjalan lebih mudali apabila simplisia mengandung enzim oksidase.

Cara menyimpan simplisia dalam wadall yang kurang sesuai menlungkinkan si~nplisia rusak karena dimakan kutu atau ngengat yang termasuk hewan golongan serangga atau insek- ta. Berbagai jenis serangga dapat menimbulkan kerusakan pa- da harnpir semua jenis sin~plisia yang berasal dari tumbuhan atau hewan, biasanya jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula.

Kerusakan pada penyimpanan si~nplisia yang perlu men- dapatkan perhatian juga ialali kerusakan yang diti~nbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus. Tikus tidak saja merusak bungkus atau wadahnya melainkan kerapkali memakan juga simplisia.

Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pe- ngemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kernungkin- an kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan segi pe- man faatan ruang u n t u k keperluan pengangkutan mait pun peny impanannya.

Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bercaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak menyebakan te rjadinq ,I

reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagat- nya pada simplisia. Selain dari itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran dan serangga ser- ta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas- gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Un- tuk simplisia yang tidak tahan terhadap sinar. _ml\alnya

yang mengandung banyak vitamin, pigmen dan mtnyak, -,

diperlukan wadah yang melindungi simplisia terhadap ca- haya, misalnya aluminium foil, plastik atau botol yang ber- warna gelap, kaleng dan sebagainya.

(28)

G a ~ n b a r 6.

KALENG PEDARINGAN

Kaleng pedaringan merupakan alat penyimpan simplisia berben- tuk biji, lembaran tipis atau irisan. Alat ini mempunyai kapasitas simpan bahan 1 - 1,5 kuintal.

Bungkus yang paling lazim digunakan untuk sirnplisia ialah karung goni. Sering juga digunakan karung atau kantong plas- tik, peti atau drum dari kayu atau karton dan drum atau ka- leng dari besi berlapis. Beberapa jenis simplisia terutama yang berbentuk cairan dikemas dalam botol atau guci porselin. Simplisia yang berasal dari akar, rim pang, umbi, kulit akar. kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaik- nya dikemas dalam karung plastik. Simplisia dari daun atau herba umumnya dimanipatkan lebill dulu dalam bentilk yang padat dan mampat, dibungkus dalam karung plastik dan di- jahit. Untuk keperluan perdagangan dan ekspor siinplisia da- lam bungkus plastik tersebut berbobot antara 5 0 sampai 125 kg tiap balnya.

Simplisia yang mudah menyerap uap airudara perlu dibung- kus rapat untuk mencegah terjadinya penycidpJn hclciiil~,il~- an tersebut. Sesudah dikeringkan salnpai cukup kering di-

(29)

bungkus dengan karung atau kantong plastik, dalam peti, d n ~ m atau kaleng besi berlapis. Pada penyimpanannya simpli- sia tersebut dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat dan seringkali perlu diberi kapur tohor sebagai bahan penge- ring.

Gom dan damar dikernas dalam wadah drum, peti yang ter- buat dari karton, kayu atau besi berlapis sedangkan simplisia yang aroma atau baunya perlu dipertahankan, liarus dikemas dalarn peti kayu berlapis timah atau kertas timah.

Beberapa simplisia tertentu dikemas dalani wadah yang khusus, sebagai contoli beberapa jenis jadam yang berasal dari Afrika Selatan dulu dikemas dalani kantong kulit kera, akar sarsaparila dari Amerika Selatan dibungkus dalanl kulit sapi, ~iiinyak mawar dari Bulgaria dalam guci dari timbal, dan se- bagainya.

Kaleng atau aluminium dapat digunakan sebagai wadah un- tuk siniplisia kering, terutarna jika diperlukan penutupan se- cara vakum. Akan tetapi kaleng dan aluminium bersifat koro- sif dan mudall bcreaksi dengan ballan yang disimpan di dalam- nya, sehingga kaleng atau aluminium biasanya harus diberi lapisan khusus misalnya lapisan oleoresin, vinil, malam atau balian lain. Sifat wadah gelas yang nlenguntungkan adalah ti- dak bereaksi (inert). tetapi penggunaan wadah gelas terbatas, karena gelas mudah pecah dan berat, sehingga menyulitkan dalam pengangkutan. Kertas atau karton tidak dapat diguna- kan sebagai pembungkus si~iiplisia secara sempurna oleh karena itu biasanya balian p e n ~ b u n g k u s kertas perlu dilapis lagi dengan lilin. damar, lak, atau plastik u n t u k mencegah ke- luar masuknya gas atau uap air. Plastik biasanya digunakan u n t u k membungkus simplisia kering, tetapi penggunaan plas- tik juga mempunyai kelemahan, karena plastik tidak tahan panas dan mudah terjadi pengembunan uap air di dalamnya jika suhu diturunkan. Akhir-akhir ini aluminium foil banyak digunakali untuk membungkus bahan-bahan kering karena sifat-sifatnya yang menguntungkan, diantaranya mudah di- lipat-lipat, ringan serta dapat mencegah keluar masuknya uap air dan zat-zat yang mudah menguap lainnya.

Pengepakan dapat dilakukan dengan beratljumlah t e r t e n t ~ ~ dan disusun secara berlapis-lapis untuk memudahkan penen- tuan dosis dan penjualannya. Sebagai contoh misalnya -, serbuk simplisia dapat dibungkus dengan kertas untuk

.

setiap berat tertentu. Wadah tersebut dapat dimasukkan

(30)

ke dalaln pembungkus kertas yang beretiket, kemudian dibungkus lagi di dalam kantong plastik. Setiap sepuluh bungkus dipak di dalam kantong plastik yang lebih besar dan setiap lima kantong plastik yang masing-masing berisi sepuluh bungkus dipak lagi di dalam kantong plastik yang le- bih besar. Untuk memudahkan penyimpanan atau pengang- kutan biasanya dilakukan pengepakan terakhir di dalam ko- tak kayu, kotak karton, karung atau keranjang bambu.

Penyimpanan simplisia kering biasanya dilakukan pada su- hi1 k a m a r ( l S O sampai 30°C), tetapi dapat pula dilakukan di- tempat sejuk (5" sampai 15"C), atau tempat dingin (0" sam-

pai 5°C). tergantung dari sifat-sifat dan ketahanan sim- plisia tersebut. Kelembaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering sebaiknya diusahakan serendah mungkin un- t u k lnencegah terjadinya penyerapan uap air. Di Indonesia daun tembakau dikemas dalam keranjang bambu yang bagian dalamnya diberi lapis pelepah daun pisang yang telah dike- ringkan.

Sinlplisia harus disimpan dalam ruangan penyimpanan khu- sus atau dalam gudang simplisia, terpisah dari tempat penyirn- panan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat-alat. Gudang simplisia harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dengan fungsinya, dibuat dengan konstruksi permanen yang cukup kuat dan dipelihara dengan baik. Baik di bagian dalam- maupun lingkungan di sekitarnya perlu dijaga kebersihan dan sanitasinya, serta dibebaskan dari kemungkinan pengo- toran atau pencemaran lingkungan.

Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup baik dan bebas dari kebocoran dan kemungkinan kemasukan air hujan. Walaupun memerlukan penerangan yang cukup pada siang hari harus dicegah masuknya ~natahari yang langsung menyinari simplisia yang disimpan.

Perlu dilakukan pencegahan kemungkinan kerusakan sim- plisia yang ditimbulkan oleh hewan, baik serangga maupun ti- kus yang sering memakan simplisia yang disimpan. Untuk mencegah tertariknya serangga pemakan simplisia ataupun la- lat dan nyamuk, gudang harus bersih dan bebas dari sampah buangan yang mungkin menjadi sarang serangga tersebut.

Untuk mencegah kemungkinan masuknya tikus ke dalam gudang simplisia, sedapat mungkin semua lubang ventilasi, -, lubang-lubang saluran air, dan lubang-lubang lainnya diberi tutup yang sesuai seperti kasa kawat atau lainnya.

(31)

Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur se- demikian rupa, sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk sim- plisia yang sejenis harus diberlakukan prinsip "pertama ma- suk pertama keluar", untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya masing-masing harus diberi label yang mudah dibaca, pada label dicantumkan nama jenis dan asal bahan, tanggal penerimaan dan pemasukan dalam gu- dang, tanda pengesahan pemeriksaan atau uji mutu, dan data lain yang diperlukan. Sedapat mungkin simplisia yang disim- pan di gudang jangan terlampau lama dengan memperhitung- kan jumlah persediaan dan penggunakan masing-masing sim- plisia.

Dalam jangka waktu tertentu-dilakukan pemeriksaan gu- dang secara umum, dilakukan pengecekan dan pengujian mu- tu terhadap semua simplisia yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya ditumbuhi kapang, dimakan se- rangga, berubah warna atau baunya dan lain sebagAinya harus dikeluarkan dari gudang dan dibuang.

Simplisia yang beracun atau mengandung racun harus di- simpan dalam tempat atau lemari terkunci dan diberi tanda racun secara khusus.

h. Pemeriksaan Mutu

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu pene- rimaan atau pembeliannya dari pengumpul atau pedagang simplisia.

Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang di- sebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farma- kope Indonesia ataupun Materia Medika Indonesia Edisi ter- akhir. Apabila untuk simplisia yang bersangkutan terdapat

.

paparannya dalam salah satu atau ketiga buku tersebut, maka simplisia tadi harus memenuhi persyaratan yang disebutkan pada paparannya.

Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu Farmakope In- donesia, Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia, apabila simplisia bersangkutan memenuhi persya-

'

ratan yang disebutkan dalam buku-buku yang bersangkutan.

(32)

Agar selalu diperoleh simplisia dengan mutu yang mantap, seyogyanya disediakan contoh untuk tiap-tiap simplisia de- ngan mutu yang pasti dan memenuhi persyaratan yang da@ digunakan sebagai simplisia ,pembanding. Pada tiap-tiap pene- rimaan atau pembelian simplisia tertentu perlu dilakukan pe- ngujian mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding yang bersangkutan. Contoh simplisia pembanding tersebut di- simpan Secara khusus untuk menjaga mutunya, dan tiap jang- ka waktu tertentu diperiksa kembali mutunya dan apabila ke- dapatan kemunduran mutu perlu diganti dengan simplisia pembanding yang barn.

Pengambilan contoh untuk keperluan pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara uji petik sehingga contoh ter- sebut dapat mewakili keseluruhan simplisia yang diperiksa mutunya.

Secara umum simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti kekeringannya kurang, ditumbuhi kapang, mengandung len- dir, sudah berubah warna atau baunya, berserangga atau ter- makan serangga, harus ditolak penerimaannya.

Gambar 7 SINAMPI KL'80

Pembersih dan penampi kulit (Sinampi KL) '80 merupakan alat pemisah antara kulit dengan biji dari biji yang telah diolah. Alat 7

ini berkapasitas olah 150 - 200 kg per jam. Sinampi KL '80 dige- rakkan dengan motor bensin atau listrik beirdaya 0.5 PK, 1500 RPM.

(33)

Pada pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik, cara mikroskopik dan atau cara kimia. Beberapa jenis simplisia tertentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi.

Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan de- ngan menggunakan indera manusia pemeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Ada kalanya diperlukan alat optik berupa alat kaca pembesar atau alat ukur sebagai alat bantu. Bagi pemeriksa yang berpengalaman, dalam waktu singkat seringkali dapat dilakukan pengujian mutu simplisia dengan cara organoleptik dan makroskopik dengan hasil yang mantap dan memuaskan, dan ada kalanya bahkan sampai me- netapkan derajat atau kelas mutu simplisia yang diperiksa.

Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan de- ngan pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan mikros- kop dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia, dan pemeriksaan untuk menetapkan mutu berdasarkan senyawa aktifnya.

Sebelum disortir, sebaiknya simplisia diayak dan atau di- tampi dulu untuk membuang debulpasir yang terikut pada- nya. Besar kecilnya lubang ayakan disesuaikan dengan ukuran simplisia, misalnya ayakan untuk jinten hitam dan ayakan un- tuk kulit kina harus berbeda. Untuk memisah-misahkan ba- han organik asing, sortasi dilakukan dengan tangan. Untuk memilih simplisia sesuai dengan besar kecilnya ukuran, atau menurut besar kecilnya bongkah, sortasi dilakukan dengan mesin.

Cara mencegah kerusakan simplisia pada penyimpanan, ter- utama adalah memperhatikan dan menjaga kekeringannya. Untuk itu pembungkusan dan pewadahan simplisia harus di- sesuaikan dengan sifat-sifat fisika dan kimia simplisia masing- masing.

Simplisia yang dapat menyerap uap air udara dibungkus atau dimasukkan dalam wadah rapat, jika perlu dalam wadah yang diberi kapur tohor untuk bahan pengering.

Simpiisia yang pada waktu penerimaan belum cukup bersih dicuci dengan air bersih, dikeringkan sampai cukup kering, dibungkus atau dimasukkan dalam wadah yang sesuai, baru

disimpan dalam gudang simplisia. 7

Apabila dipandang perlu simplisia yang akan disimpan da- lam gudang untuk waktu yang lama disemprot lebih dulu de-

(34)

ngan bahan pencegah serangga yang mudah menguap dan ti- dak meninggalkan sisa tinggal.

Ada jenis-jenis simplisia yang sudah diawetkan sejak proses pembuatan, misalnya dicelupkan ke dalam air mendidih, di- rendam air kapur, dimasak dengan gula dan sebagainya. Ada jenis-jenis simplisia yang d i ~ i m . ~ a n dengan wadah berisi zat penyerapan air dan zat menyerap oksigen.

PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA KHUSUS 1.

Perlakuan

khusus

a. Jamur, lumut kerak dan spora paku-pakuan.

Bahan simplisia cukup dijemur di bawah sinar matahari, sebab materialnya kecil dan tipis. Diwadahi dalam kantong plastik atau kaleng, bila perlu diberi bahan penyerap air dan penyerap oksigen.

b. Akar

Akar dicuci bersih, diiris tipis-tipis atau dipotong pendek- pendek sesuai dengan ukuran akar, kemudian dijemur. Pe- ngeringan dilakukan dengan sinar matahari atau pengering buatan.

c. Buah

Buah yang kecil atau yang sudah agak kering sewaktu dipa- nen misalnya lada dan adas, langsung dikeringkan. Buah yang agak besar dan masih basah misalnya cabe merah, sebaiknya dibelah jadi dua atau beberapa bagian kemudian dijemur. Be- berapa buah ada yang perlu diperam sebelum dijemur.

d. Bunga

Bunga dikeringkan dengan sinar matahari, diangin-angin- kan, atau dikeringkan dengan pengering buatan.

e. Biji

Bila biji hanya tercemar oleh bahan organik asing, langsung dijemur. Selama proses pengeringan biji yang pecah langsung dibuang ha1 ini untuk menghindari pencemaran oleh kapang penghasil aflatoksin. Pengerjaan selanjutnya seperti pada ka- Y u.

f. Daun

Pengerjaan seperti bunga. g. Kayu

Diiris tipis-tipis atau dalam bongkah-bongkah. Pengeringan dengan sinar matahari. Pengeringan dengan pengering buatan harus memperhatikan segi ekonominya.

(35)

h. Herba '

Pengerjaan seperti kayu. i. Kulit

Pengerjaan e e r t i k y u : j. Rimpang

Rimpang dicuci bersih; rimpang dengan ukuran kecil di- biarkan utuh sedang rimpang besar diiris-iris tipis memanjang atau melintang, tergantung pada permintaan pasaran. Pada beberapa rimpang tertentu perlu direndam air kapur atau di- celupkan air mendidih. Pengeringan dengan sinar matahari atau pengering buatan.

k. Umbi

Umbi dicuci bersih, diiris tipis-tipis, jika perlu irisan tipis yang bergaris tengah besar dipotong menjadi dua atau bebera- pa bagian. Selanjutnya pengerjaan seperti pada kayu.

1. Umbi lapis

Bila umbi lapis dalam keadaan utuh, misalnya bawang merah, maka setelah dicuci lalu dijemur.

m.Balsam, Malam, Getah dan Gom

Biasanya tidak memerlukan proses pengeringan. Tetapi bila diperlukan berbagai jenis gom dapat dijemur agar lebih ke- ring.

n. Hasil pengolahan

Misalnya agar-agar, jadam, kolofonium dan sebagainya. Di- simpan seperti apa adanya, wadah disesuaikan dengan bentuk dan konsistensi simplisia. Hasil pengolahan yang berupa ba- han padat cukup disimpan dengan disertai penyerap air. 0. Hewan

1. Tubuh hewan atau bagiannya.

Dikeringkan dengan penjemuran atau pengering buatan. 2. Minyak lemak.

Pengolahan tergantung kepada bahan bakunya. Penyim- panan dalam wadah terisi penuh dan tertutup baik.

3. Lemak dan lilin hewan.

Pengolahan tergantung kepada bahan bakunya. Penyim- -

panan dalam wadah yang tertutup baik. 4. Hasil olah cair.

Contoh madu. Penyimpanan dalam wadah terisi penuh dan tertutup baik.

p. Minyak mineral ,

Biasanya pengolahan dilakukan oleh industri minyak bumi, penyimpanan dalam wadah yang tertutup baik.

(36)

q. Minyak atsiri

Cara pengolahan diuraikan tersendiri. Penyimpanan dalam wadah terisi penuh, tertutup baik dan terlindung dari cahaya, pada suhu kamar.

r. Minyak nabati padat

Misalnya lemak coklat dan lemak pala. Penyimpanan da- lam wadah tertutup baik.

I

2. Pembuatan tiap jenis simplisia

Bagian yang digunakan : Buah tanaman Foeniculum vulgare Mill a yang hampir masak.

Cara pembuatan :

Pengumpulan bahan :

Panenan dilakukan pada waktu buah hampir masak, dilakukan dengan memotong batang tumbuhan. Dicuci dengan air bersih hingga bersih dan ditiriskan untuk membebaskan dari sisa-sisa air cucian.

Pem bua tan simplisia :

Batang tumbuhan yang telah bersih dan bebas dari sisa- ' air

cucian selanjutnya dikeringkan di sinar m a t a h a d r i n = (biasanya 4 sampai 5 hari). Batang dipukul-pukul hingga bush; ' buahnya terlepas, dikumpulkan dan ditampi hingga terpisah dari bahan-bahan lain yang tidak diperlukan.

Cara pengujian :

Sederhana :

Buah adas berbau aromatik dengan rasa seperti kamfer. Kremo- karp berbentuk memanjang, ujung pipih, gundul, stilopodium pendek bercabang dua, buah yang utuh umumnya bertangkai, warna coklat, kehijauan, coklat kekuningan atau coklat. Panjang sampai 10 mm, lebar sampai 4 mm. Merikarp mempunyai 5 ru- suk primer, menonjol, warna kekuningan, permukaan bidang le- kat merikarp tidak beralur. Perikarp pada irisan melintang tam- pak 2 saluran minyak pada bidang lekat merikarp dan 4 saluran mingak pada lekukan yang terdapat di antara rusuk primer, pa-

da tiap rusuk terdapat satu berkas pembuluh. J

Embiio kecil, terletak pada ujung atas endosperm. Endosperm berisi banyak minyak.

(37)

Kimia

a. 2 Ing serbuk buah ditambah 5 tetes asam sulfat, terjadi warna

coklat hijau.

b. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes asam sulfat 10 N, terjadi

warna hijau coklat.

c. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes asam klorida pekat, ter- jadi warna hijau coklat.

d. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes asam klorida encer, ter-

jadi warna hijau kuning.

e. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes larutan NaOH 5% berat/

volume, terjadi warna kuning coklat.

f. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes larutan KOH 5% berat/ volume, terjadi warna kuning coklat.

g. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes amonia ( 2 5 % ) , terjadi

warna kuning hijau.

h. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes larutan Kalium iodida 6% berat/volume, terjadi w a m a hijau coklat.

i, 2 mg serbuk buah d i t a ~ n b a h 5 tetes larutan besi (111) klorida

5% berat/volume, terjadi warna hijau.

BANGLE

Bagian yang digunakan : Rimpang tanaman Zingiber purpureum

Roxb.

Cara pembuatan :

Pengumpulan bahan :

Rimpang-rimpang dikumpulkan setelah tanaman berumur satu tahun. Rimpang-rimpang tersebut kemudian dicuci dengan air bersih sampai bersih. Selanjutnya ditiriskan hingga sisa air cuci- an dapat dibebaskan.

Pembuatan simp lisia :

Rimpang-rimpang yang telah bersih dan telah dibebaskan dari sisa-sisa air cucian tersebut diiris-iris melintang dengan ketebalan

antara 3 mm sampai 6 mm. Kemudian dikeringkan pada sinar '

matahari di atas alas tikar. Cara pengujian :

Sederhana :

Kepingan pipih, ringan, bentuk hampir bundar sampai jorong atau berbentuk tidak beraturan. Tebal 2 mm sampai 5 mm, per- ?

mukaan luar tidak rata, berkerut, kadang-kadang dengan parut daun, berwarna coklat muda kekuningan sampai coklat kelabu;

(38)

bidang irisan berwama lebih muda dari pada permukaan luar, agak melengkung tidak beraturan. Bagian korteks sempit, tebal lebih kurang 2 mm. Berkas patahan rata, berdebu, w a m a kuning muda sampai kuning muda kecoklatan. Bau khas aroniatik; rasa agak pahit dan agak pedas.

Airnia :

a. 2 mg serbuk rimpang ditambahkan 5 tetes asam sulfat (95%), terjadi warna coklat merah.

b. 2 111g serbuk rirnpang d i t a ~ n b a h 5 tetes asarn sulfat 10 N, ter- jadi warna coklat merah.

c. 2 mg serbuk rimpang ditambali 5 tetes asarn klorida pekat, terjadi warna coklat tua.

d. 2 mg serbuk rinlpang ditanlbah 5 tetes larutan NaOH 5%) b/v, terjadi warna jingga.

e. 2 mg serbuk rinlpang ditambah 5 tetes amonia (25%) terjadi wama jingga.

f. 2 mg serbuk rimpang ditambah 5 tetes larutan tinlbal (11) ase- tat 5% b/v terjadi warna kuning jingga.

g. 2 mg serbuk rimpang ditambah 5 tetes larutan KI 6% b/v, ter- jadi warna kuning.

h. 2 nig serbuk rimpang ditambah 5 tetes larutan besi (111) klori- da 5% b/v, terjadi wama coklat kuning.

BIDARAUPAS

Bagian yang digunakan : Umbi akar tanaman Merremia marnmosa

Hall yang telah tua.

Cara pembuatan :

Pengr mp ularz ballan :

Umbi dikumpulkan pada saat seluruh bagian tumbuhan kering atau rnulai melayu. Pangkal batang dipotong, sehingga umbi da- pat dipisahkan dari batangnya. Selanjutnya umbi-umbi tersebut dicuci dengan air bersih hingga bersih. Ditiriskan agar sisa-sisa air cucian dapat dibebaskan.

Pembuatan sirnplisia :

Umbi-umbi yang telah bersih dan bebas dari sisa-sisa air cucian tersebut kemudian diiris-iris melintang dengan ketebalan antara 6 mm sampai 1 0 mm. Selanjutnya dikeringkan di sinar matahari

'

langsung sampai kering. Setelah kering disimpan.

Gambar

Gambar 7  SINAMPI KL'80
TABEL  111 Minyak  kayuputih
Gambar 8. Penyulingan dengan air  Keterangan:
Gambar  9.  Penyulingan dengan air  Keterangan:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pasca pengembangan yaitu validasi dari ahli media, ahli BK dan uji calon pengguna (konselor). Media paket bimbingan ini telah melalui beberapa kali

Elektrokardiografi adalah alat kesehatan digunakan untuk merekam akti!itas Elektrokardiografi adalah alat kesehatan digunakan untuk merekam akti!itas elektro atau kelistrikan

Sering dijumpai mahasiswa yang mengambil jurusan Teknik Informatika tidak menduga akan mendapatkan mata kuliah matematika. Mahasiswa menganggap bahwa mengambil

Prototipe buku yang dikembangkan peneliti dengan mengadopsi lima langkah pertama R&amp;D membantu guru: (1) memahami spiritualitas ekologis sebagai landasan

Djawabkoe : Ja engkoe, sajapoen demikian djoega, apabila soedah makan, saja hendak lekas membaringkan diri, sebab saja banjak kerdja tadi menoetoep post ke Betawi. Sesoedah kami

Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang akan digunakan oleh penulis, berupa data dan fakta berkaitan dengan langkah

Surat dakwaan juga disebut surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan