• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pihak principal adalah pihak yang memberikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pihak principal adalah pihak yang memberikan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Pustaka

1. Teori Keagenan

Bukti teoritis mengenai auditor switching didasarkan pada teori agensi. Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan antara principal dengan agent. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, dalam konteks ini disebut agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Dwiyanti, 2014).

Hubungan agensi akan muncul ketika satu orang atau lebih mempekerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa, dan memberikan wewenang dalam melakukan pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Penyebab timbulnya masalah agensi ini adalah adanya konflik kepentingan antara principal dan agent, karena tidak sejalannya tujuan diantara mereka (Sya’diyah, 2015).

Pada saat pemegang saham (principal) menunjuk manajer (agent) sebagai pengelola dan pengambil keputusan bagi perusahaan, pada saat itulah muncul hubungan keagenan antara pemegang saham dengan manajer. Manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan terbaik pemegang saham, sebagian disebabkan oleh pemilihan yang kurang baik (adverse selection) atau adanya

(2)

moral hazard sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Oleh sebab itu, pemegang saham harus memonitor manajer untuk memastikan mereka telah berbuat sesuai dengan ketentuan dari isi kontrak perjanjian (Rahayu, 2012). Adam Smith (1776) dalam Mokodompit (2012) mengasumsikan bahwa prinsipal dan agen adalah orang yang memiliki rasional ekonomis yang dimotivasi oleh kepentingan pribadi, namun mungkin berbeda rasa dalam preferences, beliefs, dan informasi.

Biaya agensi yang timbul dari konflik kepentingan antara pemilik dan agen dapat diatasi dengan auditor independen. Auditor independen berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer). Dalam teori agensi, auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal (shareholder) dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan.

2. Auditor Switching

a. Definisi Auditor Switching

Auditor switching merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah auditor. Berdasarkan bukti teoritis, dengan adanya rotasi auditor mengakibatkan masa perikatan audit (audit tenure) yang lebih pendek dan perusahaan akan melakukan perpindahan auditor (Nasser et al, 2006 dalam Rasyid, 2012). Myers et al. (2003) dalam Ishak (2015)

(3)

menyatakan kewajiban rotasi auditor itu penting jika kualitas audit memburuk. Rotasi auditor merupakan peraturan perusahaan untuk melakukan perputaran auditor yang telah diatur oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas auditor.

Menurut Davis et al (2007) dalam Sari dan Widanaputra (2016) menyebutkan bahwa rotasi penugasan audit adalah perputaran auditor secara teratur dalam penugasan audit agar mencegah keterlibatan auditor dengan klien yang lebih jauh. Rotasi yang demikian akan mengakibatkan hilangnya kepentingan ekonomi yang dapat diminimalisir dengan periode rotasi audit berakhir untuk jangka waktu yang pendek. Sehingga auditor dapat mempertahankan independensinya dalam melakukan audit.

b. Jenis-Jenis Auditor Switching

Menurut Febrianto (2009) dalam Ni Kadek (2010) terdapat dua jenis auditor switching yang dapat terjadi yaitu:

1) Auditor switching secara mandatory (wajib) yaitu pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan karena adanya peraturan berlaku yang mewajibkan perusahaan melakukan pergantian auditor secara berkala.

2) Auditor switching secara voluntary (sukarela) yaitu pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan dikarenakan keputusan manajemen di luar ketentuan yang berlaku.

(4)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching

Putra (2011) juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit.

Rotasi audit secara wajib dan sukarela dapat dibedakan berdasarkan pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika rotasi audit terjadi secara sukarela maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika perhatian utama berada pada sisi auditor, maka akan terjadi rotasi audit secara wajib. Ketika klien mengganti auditornya tanpa ada peraturan yang membatasi, ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun diantara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan kemana klien akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah pada ketidaksepakatan praktik akuntansi tertentu, maka kemungkinan klien akan berpindah pada auditor yang sepakat dengan kebijakan akuntansi perusahaannya (Astrini, 2013).

Sebaliknya, ketika pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi tenure, maka perhatian utama beralih kepada auditor pengganti, tidak lagi kepada klien. Berbeda dengan pergantian sukarela yang bisa terjadi karena pertengkaran antara klien dengan auditor, pada

(5)

pergantian secara wajib yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan. Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor yang baru, pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh auditor. Ketidaksimetrisan informasi ini logis karena klien pasti memilih auditor yang kemungkinan besar akan lebih mudah untuk sepakat tentang praktik akuntansi mereka. Sementara itu, auditor bisa jadi tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika kemudian auditor bersedia untuk menerima klien baru, maka hal ini bisa terjadi karena auditor telah memiliki informasi yang cukup tentang klien baru itu atau auditor melakukannya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial.

Kewajiban rotasi dalam perspektif teori agensi dimana teori ini menggambarkan keberadaan perusahaan. Teori perusahaan ini pada dasarnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai : keberadaan perusahaan, batas antara perusahaan dengan pasar, struktur organisasi perusahaan, dan heterogenitas tindakan perusahaan dalam kinerja perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan investor maupun pengguna laporan keuangan, perusahaan berusaha meningkatkan laporan keuangan auditan yang berkualitas pula. Oleh karena itu, perusahaan melakukan rotation audit partner untuk mendapatkan kepercayaan dari pengguna laporan keuangan.Temuan penelitian yang dilakukan oleh Mgbame, et al (2012) menunjukkan bahwa terdapat

(6)

hubungan yang signifikan secara statistik antara rotasi wajib kantor akuntan publik dengan kualitas audit yang terkait dengan laporan auditan.

3. Ukuran KAP

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008).

Bentuk usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dikenal menurut hukum Indonesia ada dua macam yaitu:

a) Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Sendiri. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang bersangkutan.

b) Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Kerjasama. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner dalam Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan.

Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional, sebab KAP besar (Big 4) kurang tergantung secara ekonomi kepada klien. KAP besar juga cenderung tidak berkompromi atas kualitas audit, sehingga dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada KAP kecil (non Big 4) (Panjaitan, 2014).

Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) dalam Yulianti (2011), Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan KAP non

(7)

the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk dalam kategori the big four di Indonesia adalah:

a) Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan.

b) Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya.

c) Kantor Akuntan Publik Ernst and Young, yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo.

d) Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thamatshu, yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Tuanokata.

Ukuran kantor akuntan publik dikatakan kecil jika tidak berafiliasi dengan big- 4, tidak mempunyai kantor cabang dan klienya perusahaan kecil serta jumlah profesionalnya kurang dari 25 orang (Arens, et al, 2003 dalam Juliantari, 2013). Sinason, et al., (2001) dalam Nasser, et al. (2006) mengemukakan bahwa KAP kecil mengalami jangka waktu perikatan yang lebih pendek daripada KAP besar yang mengalami jangka waktu perikatan yang panjang. Perbedaan dalam jangka waktu ini dapat berdampak pada independensi. Dalam jangka panjang KAP kecil akan semakin sulit mempertahankan kliennya, dan pada waktu yang sama mempertahankan tingkat independensi yang tinggi, juga objektivitas. Hal ini disebabkan oleh persaingan yang semakin meningkat antar KAP, juga karena perbedaan ukuran. Secara ideal, ukuran KAP harus sebanding dengan ukuran perusahaan klien. Ketidakseimbangan ukuran antara perusahaan klien besar yang diaudit oleh KAP kecil dapat menyebabkan pemutusan perikatan, atau dengan kata lain terjadi pergantian KAP.

(8)

4. Pergantian Manajemen

a. Definisi Pergantian Manajemen

Menurut Dwi dan Indira (2011), pergantian manajemen memiliki arti yaitu pergantian manajemen yang dapat dilihat dari pergantian CEO perusahaan. Menurut Ni Kadek (2010) pergantian manajemen adalah adanya perubahan komposisi manajerial pada perusahaan, perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan dewan direksi maupun dewan komisaris. Sedangkan menurut Shulamite Damayanti dan Made Sudarma (2007), pergantian manajemen adalah pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan oleh hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau karena pengunduran diri.

b. Indikator Pergantian Manajemen

Indikator pergantian manajemen dapat diliat dari bergantinya dewan direksi atau dewan komisaris dari tahun sebelumnya yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan yang telah diterbitkan atau pergantian direksi, dimana pergantian ini diakibatkan oleh keputusan yang diperoleh dari rapat umum pemegang saham (RUPS) atau atas kemauan sendiri. Dalam penelitian ini yang dijadikan indikator pergantian manajemen adalah bergantinya CEO perusahaan yang merupakan pemegang jabatan tertinggi dalam dewan direksi perusahaan, jika CEO yang menjabat pada laporan keuangan berbeda dengan tahun sebelumnya, dapat disimpulkan terjadi pergantian manajemen (Ruroh, 2016).

(9)

Wibowo (2012) menyatakan bahwa masuknya orang baru, CEO atau manajer, dapat dipakai sebagai tanda bahwa cara lama perlu berubah. Dengan adanya pergantian pada manajemen, dapat terjadi perubahan akibat penerbitan kebijakan-kebijakan, salah satunya auditor switching.

c. Penyebab Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri sehingga pemegang saham harus mengganti manajemen yang baru yaitu direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer). Adanya CEO yang baru mungkin akan menyebabkan adanya perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP (Damayanti dan Sudarma, 2010 dalam Wijayani dan Januarti, 2011).

5. Leverage

a. Pengertian Leverage

Leverage secara harfiah berarti pengungkit, pengungkit digunakan untuk mengangkat beban berat. Financial leverage menurut Sartono (2001:263) adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Beban tetap ini dapat berupa bunga pinjaman, jika perusahaan menggunakan sumber pembelanjaan dari luar

(10)

(modal asing), sedangkan apabila perusahaan menggunakan mesin-mesin, maka harus menanggung beban tetap yang berupa biaya penyusutan mesin-mesin (depresiasi).

b. Rasio Leverage

Menurut Kasmir (2009), rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Leverage menggambarkan struktur modal perusahaan, jika proporsi hutang yang digunakan oleh perusahaan semakin besar, maka risiko yang harus ditanggung oleh investor juga semakin besar (Suparlan dan Andayani, 2010). Selain itu penggunaan hutang yang semakin besar juga akan meningkatkan beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) dan memungkinkan risiko keuangan perusahaan akan semakin tinggi pula.

Menurut Brigham dan Houston (2009), rasio leverage memiliki tiga implikasi penting yaitu:

1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.

2) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang harus dihadapi kreditor.

3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau “diungkir” (leveraged).

(11)

Rasio leverage yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1) Debt to Equity Ratio (DER)

Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Nilai DER diketahui dari pembagian antara liabilitas dengan ekuitas. Perusahaan yang memiliki nilai DER diatas 100% dianggap mengalami kesulitan keuangan (Ruroh, 2016).

6. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Profit dalam kegiatan operasional perusahaan merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menciptakan laba yang berasal dari pembiayaan yang dilakukan, kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing di pasar (survive), dan kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan ekspansi usaha (developt).

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan pada masa yang akan datang, dimana laba perusahaan merupakan salah satu informasi penting sebagai pertimbangan bagi investor dalam menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut.

(12)

Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaannya, begitupun sebaliknya. Profitabilitas juga merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Menurut Gitman (dalam Mentari, 2007) “Profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s assets – both current and fixed – in productive activities”. b. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas yang dipakai adalah:

1) Return On Equity(ROE)

Return On Equity (ROE) merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dana dari pemilik ataupun investor dalam rangka menghasilkan laba. Mencapai profitabilitas yang tinggi adalah tujuan utama dari semua perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Ramadhana, 2016).

ROE menjadi salah satu unsur yang penting dalam pengambilan keputusan investasi. Rasio ini digunakan sebagai indikator ataupun sumber informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dilihat dari return yang diterima oleh investor dan tentang bagaimana perusahaan mengelola aktivanya. Return On

(13)

Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Return on Common Equity).

Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan ROE. Sedangkan ROE merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari setoran pemilik, laba tidak dibagi dan cadangan lain yang dimiliki oleh perusahaan.

7. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala yang mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial perusahaan. Di mana perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil (Mutchler, 1985).

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari ukuran nominal melalui jumlah total aset, kapitalisasi pasar atau total penjualan. Sunaningsih (2014) menyatakan bahwa semakin besar aset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin dikenal masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa para investor lebih berminat dengan perusahaan yang berukuran besar karena dianggap mampu memberikan deviden yang besar. Banyaknya jumlah investor

(14)

membuat tanggung jawab perusahaan atas kepercayaan investor meningkat (Susanti, 2014).

8. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menguraikan secara sistematis hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan penelitian saat ini. Beberapa peneliti sudah melakukan pengujian terkait dengan auditor switching. Uraian penelitian terdahulu akan dijelaskan dibawah ini:

Shaputro (2016) meneliti pengaruh ukuran KAP, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap auditor switching dengan tingkat signifikansi (α) 0,490 > 0,05, maka hipotesis pertama ditolak. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap auditor switching dengan tingkat signifikansi (α) 0,034 < 0,05, maka hipotesis kedua diterima. Profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap auditor switching dengan tingkat signifikansi (α) 0,487 > 0,05, maka hipotesis ketiga ditolak.

Luthfiyati (2016) meneliti pengaruh ukuran perusahaan, opini audit, pergantian manajemen, ukuran KAP, serta audit tenure terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Berdasarkan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, opini audit, ukuran KAP, dan audit tenure berpengaruh positif

(15)

yang signifikan terhadap auditor switching. Sedangkan untuk pergantian manajemen berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

Yani (2016) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan di Indonesia melakukan auditor switching pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Opini audit, ukuran perusahaan, pergantian manajemen, return on asset tidak mempengaruhi keputusan perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching. Ukuran KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap pemberlakuan auditor switching.

Cholil (2016) menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pergantian manajemen, dan ukuran KAP berpengaruh terhadap pergantian auditor. Sementara itu,leverage tidak berpengaruh terhadap auditor. Hal ini berarti bahwa pergantian auditor dipengaruhi oleh pergantian manajemen dan ukuran KAP.

Wea dan Murdiawati (2015) menganalisis faktor yang mempengaruhi perpindahan auditor sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2014. Berdasarkan analisis yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persentase perubahan ROA dan opini audit tidak mempengaruhi ukuran perusahaan sampel untuk melakukan beralih auditor, sedangkan perubahan manajemen, kesulitan keuangan,, ukuran klien akuntan perusahaan publik memiliki pengaruh yang signifikan pada sampel perusahaan untuk melakukan switching auditor.

(16)

Suyono, dkk (2013) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan ROA dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Sedangkan, pergantian manajemen, kesulitan keuangan, ukuran KAP dan ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Khasarmeh (2015) meneliti faktor-faktor penentu auditor switching pada perusahaan yang terdaftar di Bahrain. Hasil penelitian menunjukkan perubahan manajemen, kondisi keuangan klien, biaya audit, dan tingkat persaingan berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Sedangkan, ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor.

Penelitian terdahulu diringkas dalam bentuk tabel, sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No.

Nama Peneliti dan Tahun

Penelitian

Media Publikasi Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Faudzan Ashari Shaputro (2016)

Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tidak dipublikasikan

Pengaruh Ukuran KAP, Ukuran perusahaan dan Profitabilitas

Perusahaan Terhadap Auditor Switching (Studi Empiris

Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014)

-Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

-Ukuran KAP dan

profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

(17)

2 Binti Luthfiyati (2016)

Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret

2016, Universitas Pandanaran Semarang, Tidak dipublikasikan Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, Pergantian Manajemen, Ukuran KAP, dan Audit Tenure Terhadap Auditor Switching

- Ukuran perusahaan, opini audit, ukuran KAP, dan audit tenure berpengaruh positif yang signifikan terhadap auditor switching

-Pergantian manajemen berpengaruh negatif terhadap auditor switching

3 Nourma Suci Yani (2016)

Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret

2016, Universitas Pandanaran Semarang, Tidak dipublikasikan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan di Indonesia Melakukan Auditor Switching (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014

- Opini audit, ukuran perusahaan, pergantian manajemen dan perubahan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor

- Ukuran KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap pergantian auditor 4 Annisa Cholil (2016) Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tidak dipublikasikan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian Auditor (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014

-Pergantian manajemen dan ukuran KAP berpengaruh terhadap pergantian auditor - Leverage tidak berpengaruh

terhadap pergantian auditor

5

Alexandros Ngala Solo Wea dan Dewi Murdiawati (2015)

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2015, Hal. 154 – 170 Vol. 22, No. 2 ISSN: 1412-3126, STIE PERBANAS Surabaya Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching Secara Voluntary Pada Perusahaan Manufaktur

- Perubahan ROA dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

- Pergantian manajemen, kesulitan keuangan, ukuran KAP dan ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

6 Eko Suyono, Feng Yi dan Riswan (2013)

Global Review of Accounting and Finance Vol. 4. No. 2.

September 2013. Pp. 103 – 116, Tidak dipublikasikan Faktor-Faktor Penentu yang Mempengaruhi Auditor Switching (Studi Kasus di Indonesia)

- Kondisi keuangan klien, tingkat persaingan di antara perusahaan audit dan kepemilikan mempengaruhi secara signifikan terhadap auditor switching

- Biaya audit dan ukuran perusahaan audit tidak mempengaruhi auditor switching

7 Dr. Hussein Ali Khasharmeh (2015)

European Journal of Accounting, Auditing and Finance Research

Penentu Pergantian Auditor Pada

Perusahaan-Perusahaan

- Perubahan manajemen, kondisi keuangan klien, biaya audit, dan tingkat

(18)

Vol.3, No.11, pp.73-99, November 2015, Published by European

Centre for Research Training and Development UK (www.eajournals.org), ISSN 2053-4086(Print), ISSN 2053-4094 (Online), College of Administration Sciences, Applied Science University, Kingdom of Bahrain yang Terdaftar di

Bharain persaingan signifikan berpengaruh terhadap pergantian auditor

- Ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor

Sumber: Diolah dari beberapa hasil penelitian B. Rerangka Pemikiran

1. Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Auditor Switching

Ukuran KAP biasanya dikaitkan dengan kualitas audit (Putra, 2011). Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu (Damayanti dan Sudarma, 2007). KAP Big Four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan KAP non Big Four. KAP Big Four umumnya dianggap sebagai penyedia laporan keuangan dengan kualitas audit yang lebih tinggi dan memiliki reputasi yang tinggi dalam lingkungan bisnis, sehingga akan berusaha untuk mempertahankan independensi mereka untuk menjaga image. Investor lebih cenderung pada data akuntansi yang dilaporkan oleh auditor yang bereputasi. Perusahaan lebih memilih KAP Big Four yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan KAP non Big Four.

(19)

Selain itu, banyak anggapan bahwa KAP yang lebih besar (Big 4) biasanya lebih mampu mempertahankan tingkat independensi daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil karena mereka biasanya menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang besar, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada klien tertentu. Alasannya bahwa ketika KAP besar kehilangan satu klien tidak begitu berpengaruh terhadap pendapatannya. Akan tetapi jika KAP kecil kehilangan satu klien sangat berarti karena kliennya sedikit (Shockley, 1981 dalam Nabila, 2011).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pratitis (2012), Prahartari (2013) dan Lutfiana (2014) yang menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam mengganti auditornya (auditor switching).

2. Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Auditor Switching

Damayanti dan Sudarma (2008) dalam Wijayani (2011) menyatakan bahwa, pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri. Menurut Williams (dalam Chadegani et.al, 2011), dengan adanya pergantian pada struktur perusahaan ini, manajemen baru dapat memilih untuk beralih auditor karena mereka memiliki hubungan kerja yang lebih disukai dengan auditor tertentu, atau seperti pendapat Schwartz dan Menon (dalam Chadegani et.al, 2011) bahwa mereka mencari

(20)

auditor yang lebih sejalan dengan pilihan dan penerapan kebijakan akuntansi mereka yang baru.

Manajemen perusahaan akan mencari KAP yang memiliki kualitas yang baik dan dapat mengikuti perkembangan perusahan. Manajemen baru cenderung akan mengubah KAP apabila KAP tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen baru. Dapat diartikan bahwa adanya pergantian manajeman dapat mempengaruhi manajeman dalam mengeluarkan kebijakan auditor switching (Ruroh, 2016). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Dwiyanti (2014), Indahsari (2015) dan Ruroh (2016).

3. Pengaruh Leverage Terhadap Auditor Switching

Leverage atau solvabilitas merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi (Cholil, 2016). Perusahaan yang tidak mampu untuk membayar kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo dapat dikatakan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) (Indriasari, 2014).

Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang terancam bangkrut. Hal tersebut bisa dikarenakan perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan penurunan kemampuan keuangan perusahaan (Andra, 2012). Sehingga perusahaan cenderung akan memilih KAP yang mewararkan fee audit yang kecil biasanya KAP yang berskala regional (Cholil, 2016).

(21)

Dengan demikian, perusahaan yang sedang mengalami masalah keuangan akan cenderung berganti KAP dibandingkan perusahaan yang sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Varadita dan Mochammad (2012) dan Agusrianda, et al. (2014), Wea dan Murdiawati (2015) mendukung opini yang menunjukkan bahwa tingkat solvabilitas perusahaan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching.

4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Auditor Switching

Salah satu tolak ukur suatu perusahaan melakukan pergantian auditor adalah profitabilitas. Profitabilitas dapat diwakili oleh rasio ROE (Return On Equity) perusahaan. Rasio ROE (Return On Equity) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Semakin tinggi ROE semakin baik, karena berarti posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya. ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang saham, dan juga bagi manajemen. Karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value cration, artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi

(22)

mendorong perusahaan untuk mengganti KAP karena dengan kinerja keuangan perusahaan yang semakin membaik, perusahaan merasa mampu untuk membayar KAP yang lain yang mungkin memiliki kualitas yang lebih baik dari KAP yang dipakainya (Trisnawati dan Wijaya, 2009).

Pendapat diatas didukung oleh hasil penelitian Yohana (2013) yang menemukan adanya kecenderungan perusahaan untuk melakukan pergantian auditor dikarenakan tingkat profitabilitas yang berhasil dicapai. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2011) juga menyimpulkan bahwa jika perusahaan memperoleh peningkatan profitabilitas maka perusahaan mengalami pertumbuhan pada perusahaannya dengan demikian perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan akan cenderung untuk melakukan pergantian auditor.

5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching

Ukuran klien merupakan skala yang dapat diukur dari segi keuangan dengan melihat total asset. Semakin besar total asset yang dimiliki oleh perusahaan menunjukan bahwa perusahaan tersebut semakin besar, dan sebaliknya (Wea dan Murdiawati, 2015). Seiring dengan pertumbuhan ukuran perusahaan, akan membuat prinsipal semakin sulit dalam memonitor tindakan agen, yang kemungkinan cenderung memaksimalkan keuntungan pribadinya daripada keuntungan principal (Nurcahyani, 2016). Ukuran KAP harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien. Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat

(23)

menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit, yaitu auditor switching (Hudaib dan Cooke, 2005 dalam Juliantari dan Rasmini, 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi tanggung jawab manajemen kepada investor. Oleh karena itu, perusahaan akan melakukan pergantian auditor dengan harapan auditor yang baru lebih berkualitas untuk menghasilkan laporan keuangan dengan kredibilitas yang tinggi sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap investor (Susanti, 2014).

Mahantara (2013) mendapatkan hasil dalam penelitiannya berupa variabel ukuran perusahaan berpengaruh pada pergantian KAP. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Prahartari (2013), Luthfiyati (2016) dan Nurcahyani (2016).

Model penelitian ini dapat digambarkan dalam rerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 Ukuran KAP Pergantian Manajemen Leverage Profitabilitas Ukuran Perusahaan Klien Auditor Switching H1 H2 H3 H4 H5

(24)

C. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

H2: Pergantian Manajemen berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

H3: Leverage berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

H4: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga perlunya suatu bentuk kegiatan pendampingan masyarakat untuk lebih memasyarakatkan tanaman obat keluraga (TOGA) ini sebagai suatu bentuk kemandirian

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Karena itu diperlukan suatu kegiatan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Dusun Togung Kota Sempu, berupa pembuatan mesin pengolah sampah

Tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal,

Organisasi lembaga dakwah kampus dituntut untuk berperan serta dalam membimbing mahasiswa menghasilkan karakter yang terpuji dengan melaksanakan beberapa kegiatan

Lalu kubuka lagi, lagi, dan lagi hingga halaman terakhir terdapat puzzle yang belum jadi juga.. “Buku ini aneh, masa di buku

selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas jasa penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan

Inpres Nomor 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi menugaskan