• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

Eli Juniati, Elyta Widyaningrum, Ade Komara M.

Staf Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim – Badan Informasi Geospasial Email: eli.juniati@gmail.com ; elyta.widya@gmail.com ; mulyana@gmail.com Alamat Kantor: Jln. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong 16911. INDONESIA

Abstrak

UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mensyaratkan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional pada peta skala 1:10.000, dan Rencana Detil tata Ruang pada peta skala 1:5.000. Adanya Inpres No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi, memungkinkan optimalisasi pemanfaatan data penginderaan jauh resolusi tinggi. Pada Inpres tersebut disebutkan bahwa, LAPAN memiliki tugas untuk menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi, sedangkan BIG berkewajiban untuk membuat citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi, untuk keperluan survei dan pemetaan, melaksanakan penyimpanan dan pengamanan, serta melaksanakan penyebarluasan citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi.

Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi merupakan solusi sementara dalam penyediaan IG dasar skala besar yang belum tersedia di seluruh wilayah Indonesia. Dalam hal ini, citra satelit yang digunakan adalah citra satelit SPOT hasil akuisisi LAPAN dengan resolusi lebih baik dari empat (4) meter. Pada kegiatan ini BIG merupakan instansi yang melakukan koreksi orthorektifikasi data penginderaan jauh, sekaligus memastikan penggunaan referensi tunggal. Makalah ini akan membahas mekanisme penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi, khususnya untuk penyediaan IG dasar untuk penataan ruang. Mulai dari alur kegiatan, spesifikasi teknis, koreksi orthorektifikasi, hingga penyebarluasannya.

Kata kunci: Citra Tegak, Informasi Geospasial, Mekanisme, Koreksi Geometri, Orthorektifikasi

1. PENDAHULUAN

Pasal 3 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Lebih lanjut, Undang Undang tersebut mensyaratkan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional pada peta skala 1:10.000 dan Rencana Detil Tata Ruang pada peta skala 1:5.000. Adanya keperluan penyelenggaraan Informasi Geospasial (IG) dalam penataan ruang, menyebabkan institusi pemerintah di lingkup pusat maupun daerah mengalokasikan anggaran negara salah satunya untuk pembelian citra satelit. Dengan demikian, terjadi tumpang tindih penggunaan anggaran negara untuk pembelian citra satelit. Selain itu, belum terdapat mekanisme standar yang mengatur pertukaran data citra satelit.

UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial juga mensyaratkan penggunaan satu referensi data geospasial serta pengintegrasian data geospasial nasional. Pasal 7, UU 4/2011 melandasi inisiatif Inpres 6 Tahun 2012 terkait koordinasi, integrasi, dan

(2)

sinkronisasi atas sumberdaya kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan data geospasial dasar berbasis citra satelit resolusi tinggi (Indrajit, A, 2012). Lahirnya Inpres Nomor 6 Tahun 2012 mengakomodir terwujudnya berbagi pakai citra satelit resolusi tinggi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi anggaran dengan mengurangi duplikasi anggaran di Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, meningkatkan sinergi penyediaan dan distribusi data agar penggunaan data penginderaan jauh untuk pembangunan nasional dapat lebih optimal, serta menjamin kualitas data citra satelit resolusi tinggi guna mendukung implementasi Kebijakan Satu Peta atau “One Map Policy”.

Koreksi orthorektifikasi terhadap citra satelit resolusi tinggi diperlukan untuk mengkoreksi distorsi akibat perbedaan topografi (relief displacement) dan sudut perekaman oleh sensor satelit yang mengorbit di angkasa. Kesalahan yang diakibatkan dua faktor tersebut cukup berpengaruh pada pemetaan skala besar dan bisa mencapai puluhan meter.

2. MEKANISME PENYELENGGARAAN CITRA SATELIT TEGAK

RESOLUSI TINGGI

Dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2012 disebutkan penggunaan citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi yang disediakan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) berdasarkan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dengan ukuran piksel lebih kecil dan/atau sama dengan 4 (empat) meter yang disediakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Penyampaian rencana kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk pelaksanaan program dan kegiatan tahun anggaran berikutnya kepada BIG melalui Rapat Koordinasi Penyediaan Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi.

Selain itu, dalam Inpres tersebut juga disebutkan tugas LAPAN dan BIG selaku Lembaga Pemerintah yang berkontribusi aktif dalam penyediaan, penggunaan, pengendalian kualitas, pengolahan dan distribusi data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi.

Makalah ini menjelaskan mekanisme penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi tinggi, yang terdiri atas: penjelasan tugas dan kewenangan instansi yang berkontribusi aktif dibahas dalam alur kegiatan citra satelit tegak resolusi tinggi. Pembahasan mengenai spesifikasi teknis penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi tinggi, proses koreksi orthorektifikasi dan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi tinggi.

2.1 Alur Kegiatan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012 mengatur hal-hal terkait penyediaan, penggunaan, pengendalian kualitas, pengolahan dan distribusi data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Inpres Nomor 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi menugaskan kepada BIG untuk menyediakan citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk keperluan survei dan pemetaan berdasarkan hasil pengolahan atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

(3)

Alur penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi ditunjukkan pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Kementrian/Lembaga atau Pemda dapat menyampaikan kebutuhan data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi (CSRT) melalui mekanisme satu pintu, dengan tata cara tertentu dan pengisian formulir tertentu. Kementrian/Lembaga atau Pemda menyampaikan kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk pelaksanaan progam dan kegiatan tahun anggaran berikutnya, pada Rapat Koordinasi Penyediaan Data CSRT. Dari hasil Rakor diperoleh rekapitulasi kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk program dan kegiatan tahun anggaran berikutnya.

BIG dan LAPAN diwajibkan berkontribusi secara aktif dalam penyelenggaraan data CSRT untuk memenuhi kebutuhan Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah. Data citra satelit penginderaan jauh resolusi tinggi yang diakuisisi dan/atau disediakan oleh LAPAN, kemudian di koreksi orthorektifikasi oleh BIG, kemudian data citra satelit tegak resolusi tinggi tersebut disebarluaskan kepada Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang membutuhkan yang sebelumnya telah menyampaikan kebutuhannya di Rakor CSRT.

Setiap permohonan data CSRT ditujukan kepada BIG dan LAPAN dan harus melampirkan surat resmi permintaan data CSRT yang dilengkapi dengan:

 Isian formulir pemohon

 Isian formulir lokasi dan cakupan

 Lampiran yang berisi TOR kegiatan dan copy RKAKL (catatan: tidak menganggarkan pembelian citra satelit resolusi tinggi)

(4)

2.2 Spesifikasi Teknis Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Kegiatan CSRT merupakan strategi percepatan pemenuhan kebutuhan data dasar untuk pemetaan skala besar. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan peta skala besar yang semakin tinggi (misalnya untuk keperluan RDTR tiap daerah, kadaster, dll) sedangkan penyelenggaraan pemetaan rupabumi skala besar belum dapat memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia. Untuk memenuhi spesifikasi peta skala besar dibutuhkan data dasar yang lebih detil dan akurat dari peta yang dihasilkan, dan citra resolusi tinggi cukup memberikan informasi kenampakan bumi cukup detil namun belum tentu memberikan tingkat akurasi yang dibutuhkan. Telah banyak Pemerintah Daerah yang membutuhkan informasi dan bahkan telah melakukan proses orthorektifikasi secara swadaya akibat kebutuhan yang mendesak akan informasi geospasial dasar, dengan demikian disusunlah prosedur penyelenggaraan data citra tegak.

Prosedur penyelenggaraan data geospasial citra tegak resolusi tinggi dalam rangka menjamin ketersediaan data dan informasi geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pembangunan nasional tertuang dalam Standard Operational Procedure (SOP). Beberapa SOP yang telah disusun oleh Pokja Penyelenggaraan Citra Tegak Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi di Lingkungan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk mendukung pelaksanaan Inpres Nomor 6 tahun 2012 terdiri atas:

 SOP Layanan Transfer Data Citra dari LAPAN ke BIG  SOP Distribusi GCP (Ground Control Point)

 SOP Persiapan survei GCP  SOP Survei Titik GCP Horisontal  SOP Survei Titik GCP Vertikal

 SOP Pengolahan Data Pengukuran GCP  SOP Pengolahan Citra Tegak

Pengolahan citra satelit tegak resolusi tinggi sebagai implementasi Inpres No. 6/2012, membutuhkan data dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Citra SPOT6 Primary Data (Raw) dan pansharpened 2. Citra SPOT 5 Level 1A (Raw) dan pansharpened 3. GCP dengan spesifikasi :

Akurasi Horisontal : 20 cm Akurasi Vertikal : 40 cm 4. DEM dengan spesifikasi :

Resolusi DEM : < 10 m

(5)

Untuk citra satelit dengan resolusi yang lebih baik dari citra SPOT, data citra juga harus memenuhi spesifikasi di atas. Untuk koreksi orthorektifikasi citra resolusi tinggi yang akan digunakan dalam penyusunan RDTR, persyaratan berikut juga diberlakukan:

1. Resolusi citra 0,2 mm x bilangan skala peta yang akan dibuat 2. Citra belum dikoreksi orthorektifikasi

3. n nt n l 3

4. Cakupan awan minimum 10% per scene 2.3 Koreksi Orthorektifikasi

Penyelenggaraan data geospasial citra tegak resolusi tinggi yang dilakukan BIG, pada dasarnya adalah melakukan koreksi orthorektifikasi terhadap citra satelit resolusi tinggi yang diperoleh dari LAPAN. Untuk menghindari ketidakseragaman data IGD antar wilayah administrasi dan menjamin One Map maka dilakukan koreksi geometri secara menyeluruh sehingga memenuhi akurasi absolut dan relatif sesuai spesifikasi.

Gambar 2: Ilustrasi Akuisisi Data Citra Satelit

Sudut pengambilan objek dari sensor satelit pada saat akuisisi data citra satelit dan adanya variasi topografi permukaan bumi, mempengaruhi kualitas posisi pada citra satelit yang dihasilkan. Semakin besar sudut pengambilan objek dari sensor satelit pada saat akuisisi maka makin besar kemungkinan pergeseran posisi terjadi. Semakin bervariasinya terrain/topografi (pegunungan dan perbukitan) semakin besar kemungkinan pergeseran posisi terjadi. Pergeseran posisi objek di citra dan di lapangan dapat mencapai puluhan meter.

(6)

Gambar 3: Proses Orthorektifikasi

Gambar 3 menunjukkan ilustrasi proses orthorektifikasi citra satelit yang membutuhkan data DEM, tie points serta control points dalam proses Bundle Adjustment untuk menjadikan sebagai data citra tegak. Koreksi orthorektifikasi diperlukan untuk meminimalisir kesalahan geometrik akibat sudut pengambilan obyek oleh sensor serta akibat perbedaan permukaan bumi (relief diplacement) . Dalam proses orthorektifikasi, diperlukam data DEM (Digital Elevation Model) teliti dan GCP (Ground Control Point), sehingga menghasilkan citra (ground-)ortho.

Citra satelit tegak resolusi tinggi yang dihasilkan dari proses orthorektifikasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Ketelitian dengan CE90 : 2,503875 m

RMSE : < 1,65 m

Nilai RMSE (Root Mean Square Error) tersebut dibuktikan dengan uji citra terorthorektifikasi terhadap titik uji/ICP (Independent Control Point).

2.4 Penyebarluasan Data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi hasil dari proses koreksi orthorektifikasi yang dihasilkan BIG perlu dikelola serta dibagi-pakaikan ke Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang membutuhkan. Pelaksanaan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi tinggi dilakukan melalui simpul jaringan data spasial Nasional.

BIG sebagai lembaga pemerintah yang memiliki tanggung-jawab sebagai penghubung simpul jaringan menyelenggarakan koordinasi, kolaborasi, dan sinkronisasi kegiatan berbagi-pakai dan penyebarluasan. BIG bertanggung-jawab untuk menyusun pedoman dan standard kegiatan berbagi-pakai dan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi sangat tinggi untuk menjadi IGD berbasis citra tegak resolusi sangat tinggi yang ditetapkan melalui peraturan dan perundangan.

(7)

Secara umum, mekanisme berbagi pakai dan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi tinggi kepada Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah dapat dilihat pada Gambar 1 Alur Kegiatan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi.

2.5 Persiapan dan Rencana Kerja BIG untuk Implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2012

Implementasi Inpres No.6/2012 memerlukan penyiapan dari instansi yang berkontribusi aktif di dalamnya, baik mekanisme, teknologi, metodologi dan infrastruktur penunjangnya. Terkait hal tersebut, di tahun anggaran 2014 BIG sedang menyiapkan :

Pengadaan perangkat lunak pengolah data citra tegak satelit, perangkat lunak tersebut didesain untuk menangani pengolahan citra tegak secara massive (masal), sehingga proses membuat mosaik citra satelit tegak resolusi tinggi dengan cakupan luas dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.  Pengadaan perangkat keras (storage dan HPC), dalam mengolah citra tegak

dalam jumlah besar dibutuhkan juga sistem perangkat keras yang mampu melakukan paralel computation dan juga meningkatkan kapasitas penyimpanan data citra satelit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dilakukanlah penyediaan perangkat HPC (High Performance Computing) dan storage khusus untuk pengolahan citra satelit resolusi tinggi.

Pengukuran Ground Control Points, pada tahun 2014 ini BIG melakukan pengukuran GCP sebanyak 2090 titik yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dengan menyesuaikan spesifikasi citra SPOT6 dan SPOT5. Titik GCP tersebut akan digunakan sebagai titik ikat tanah dalam proses orthorektifikasi citra SPOT serta berguna dalam mendapatkan ketelitian absolut citra hasil orthorektifikasi. Gambar 4 menunjukkan rencana sebaran pengukuran GCP di seluruh Indonesia.

(8)

Pengadaan DEM Radar, semakin teliti data DEM yang digunakan dalam proses orthorektifikasi, semakin teliti pula citra satelit tegak yang dihasilkan. Pada Tahun 2014, BIG melakukan pengadaan DSM Radar seluas 600.000 km persegi dengan tujuan menyediakan data DEM teliti untuk Indonesia dengan post-spacing 5 meter. Gambar 5 berikut menunjukkan indeks pengadaan data DEM (Radar) yang dilakukan pada Tahun 2014.

Gambar 5: Indeks Pembelian Data Radar Tahun 2014

Pengolahan citra tegak, dengan tersedianya data GCP dan DEM teliti di Tahun 2014, maka BIG diharapkan untuk mampu menyediakan data citra tegak (SPOT) seluas 600.000 km persegi di wilayah Indonesia. Data yang dibutuhkan adalah citra satelit SPOT yang diakuisisi oleh LAPAN dalam level “data primary”. Program kerja yang dilaksanakan oeh BIG pada Tahun 2014 terkait implementasi Inpres No.6/2012 sebagaimana dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1: Rencana Program Kerja BIG Tahun 2014 terkait implementasi Inpres No.6/2012

(9)

Adapun perkembangan program kerja BIG terkait implementasi Inpres No.6/2012 hingga September 2014 adalah sebagai berikut:

 Perangkat keras pengolah citra (Storage dan HPC) telah terpasang;

 Perangkat lunak pengolah citra (untuk modul citra SPOT) sudah terpasang di HPC dan mulai digunakan;

 Pengadaan DEM Radar telah sedang berjalan dengan perkembangan data DEM yang telah diterima oleh BIG pada awal September sebanyak 330.000 kilometer persegi;

 Pengukuran GCP yang mencakup wilayah Indonesia sedang berlangsung;  Pengolahan citra tegak sedang diuji cobakan pada perangkat pengolah citra. 2.6 Layanan BIG Kepada Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah

Kebutuhan mendesak akan data CSRT dari Kementrian/Lembaga terutama Pemerintah Daerah, menyebabkan beberapa pihak tidak dapat menunggu hasil program implementasi Inpres No.6/2012 yang dilakukan BIG di tahun anggaran 2014. Banyak Pemerintah Daerah sudah harus melaksanakan penyusunan RDTR pada Tahun 2014 ini, dan di dalamnya termasuk pembuatan unsur peta dasar. Dengan demikian, kepada K/L atau Pemerintah Daerah yang tidak dapat menunggu hasil kegiatan CSRT pada akhir tahun 2014, maka disarankan:

 Kepada Pemerintah Daerah yang mampu agar dapat mengalokasikan anggaran untuk kegiatan akuisisi data dasar (pemotretan udara atau Lidar) dalam menghasilkan peta dasar yang lengkap semua unsurnya.

 Kepada Pemerintah Daerah yang belum mampu mengalokasikan untuk kegiatan akuisisi data dasar, untuk melakukan penyediaan peta dasar dari hasil dijitasi citra satelit tegak resolusi tinggi. Proses orthorektifikasi yang dilakukan harus mengikuti SOP yang sudah ditetapkan BIG.

 Kegiatan penyelenggaraan data dan informasi geospasial dasar yang dilakukan oleh pihak selain BIG harus dikoordinasikan ke BIG.

3. KESIMPULAN

Inpres Nomor 6 Tahun 2012 bertujuan untuk menjamin ketersediaan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi wilayah Indonesia untuk mendukung kebijakan penggunaan satu peta (One Map Policy). Penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi tinggi, dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan data penginderaan jauh resolusi tinggi bagi seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan nasional, serta mengurangi duplikasi anggaran di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah diharapkan untuk menyampaikan kebutuhan akan data citra satelit tegak resolusi tinggi dalam Rapat Koordinasi CSRT yang diadakan pada triwulan akhir tahun anggaran, sehingga baik BIG maupun LAPAN dapat menyusun perencanaan penyelenggaraan citra tegak sesuai prioritas dan kebutuhan pengguna dengan baik. Data Citra Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi yang disediakan dan dikoreksi radiometrik oleh LAPAN kemudian akan di-orthorektifikasi oleh BIG sehingga menghasilkan citra satelit tegak.

(10)

Dalam rangka melaksanakan amanat Inpres No.6/2012, pada Tahun 2014 BIG berupaya untuk menyediakan kebutuhan akan citra satelit tegak dengan melakukan serangkaian program kerja antara lain peningkatan kapasitas dan sistem serta penyediaan data pendukung utama (GCP dan DEM). Untuk Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang memiliki kebutuhan mendesak pada saat yang bersamaan sehingga tidak dapat menunggu hasil kegiatan CSRT oleh BIG di tahun 2014, maka dipersilahkan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan penyediaan CSRT dengan mengikuti standar dan ketentuan yang telah ditetapkan, dikoordinasikan dan di-supervisi oleh BIG.

Ucapan Terimakasih

Penulis berterimakasih kepada segenap Tim yang tergabung dalam Pokja Penyelenggaraan Citra Tegak Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi di Lingkungan Badan Informasi Geospasial (BIG) atas semangat dan upaya untuk mengimplementasikan Inpres Nomor 6 Tahun 2012. Penulis berterimakasih kepada seluruh staf Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT-BIG) atas tenaga dan semangatnya dalam pelaksanaan kegiatan CSRT. Penulis berterimakasih kepada LAPAN yang berkontribusi aktif dalam implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2012.

DAFTAR PUSTAKA

UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial

Inpres No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi

Ayhan, E., Erden, O., Atay, G., and Tunc, E. (2006). “D t l Orthophoto G n r t on w th A r l Photos n S t ll t m s n An lyz n of F tors wh h Aff t A ur y.”

Proceedings of XXIII FIG Congress, Munich – Jerman.

Chm l, J., K y, S., n Spruyt, P. “Orthor t f t on n G om tr Qu l ty Assessment of Very High Spatial Resolution Satellite Imagery for Common Agrikultural Policy Purpos s”. W rsh w – Polandia.

FGCD. (1999). “Cont nt St n r s for D t l Ortho m ry”. National Spatial Data Infrastructure, FGDC-STD-008-1999.

n r j t, A un (2 12) “SOP P ny l n r n C tr R solus S n t T n : T t K lol n P tunjuk P l ks n n B ku”, Dokum n K j n T kn s npr s No. 6 T hun 2 12, B n Informasi Geospasial, Bogor - Indonesia

Gambar

Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi
Gambar 2: Ilustrasi Akuisisi Data Citra Satelit
Gambar 3: Proses Orthorektifikasi
Gambar 4: Rencana Sebaran GCP
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENAWARAN MATA KULIAH SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2012/2013 JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI. PROGRAM KUALIFIKASI S1 (LULUSAN D2)

Tentang hak dan kewajiban bela negara perlu dikaji lebih mendalam dari sisi etika, khususnya etika politik. Mengapa demikian ? Karena alasan-alasan hukum saja tidak memadai

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di teliti. 32 Populasi dalam penelitian adalah Semua pelaku industri rumah tangga pada makanan

X dapat digunakan untuk menentukan struktur kristal memiliki harga d (jarak kisi) dengan intensitas yang karakteristik. Difraktogram padatan hasil sintesis pada penelitian

bahwa sejak terbentuknya Perwakilan Kecamatan Tapin Utara di Bakarangan dan Perwakilan Kecamatan Tapin Utara di Piani di Kabupaten Daerah Tingkat II Tapin, Perwakilan

Per 31 Maret 2008, laba atas nilai wajar kontrak opsi di atas sebesar Rp 146.326 (ekuivalen dengan USD 15.832), sedangkan per 31 Maret 2009 laba atas nilai wajarnya sebesar Rp

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ketepatan shooting menggunakan punggung kaki antara pemain depan dengan pemain tengah pada siswa yang mengikuti

Pada dasarnya, rangkaian diskusi dalam bidang ekonomi ini didasarkan oleh suatu keinginan luhur untuk dapat memberikan suatu kontribusi penting bagi pembangunan ekonomi