• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN

LAPORAN

LAPORAN

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA

AKUNTABILITAS KINERJA

AKUNTABILITAS KINERJA

SEKRETARIAT KEMENTERIAN PARIWISATA

SEKRETARIAT KEMENTERIAN PARIWISATA

SEKRETARIAT KEMENTERIAN PARIWISATA

TAHUN 2016

TAHUN 2016

TAHUN 2016

(2)

Kata Pengantar

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun 2016 dapat diselesaikan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun 2016 disusun dalam rangka pelaksanaan amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini menjabarkan capaian kinerja berdasarkan penetapan sasaran strategis dan indikator kinerja sekaligus merupakan laporan kinerja tahun kedua dari Renstra Sekretariat Kementerian Tahun 2015-2019, yang telah dilaksanakan oleh satuan kerja di lingkungan Sekretariat Kementerian Pariwisata.

(3)

Laporan Kinerja ini dimaksudkan sebagai media bagi Sekretariat Kementerian Kementerian Pariwisata untuk menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan sebagai sarana untuk evaluasi atas capaian kinerja Sekretariat Kementerian, baik keberhasilan maupun kegagalannya.

Diharapkan dengan diterbitkannya Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian Tahun 2016 ini dapat memberikan gambaran nyata tentang manfaat yang diberikan oleh Sekretariat Kementerian kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk memperoleh informasi yang akurat, relevan, akuntabel, dan transparan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian Tahun 2016 ini dan semoga dapat memberikan manfaat baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja pada tahun berikutnya.

Jakarta, Februari 2017 Sekretaris Kementerian,

(4)

Daftar Isi

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

IKHTISAR EKSEKUTIF ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 6

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Gambaran Sekretariat Kementerian ... 7

1.3 Kegiatan Strategis Sekretariat Kementerian ... 7

1.4 Struktur Anggaran Sekretariat Kementerian ... 9

BAB II PERJANJIAN KINERJA ... 10

2.1 Rencana Strategis ... 10

Visi dan Misi ... 11

Tujuan ... 12

Sasaran ... 13

2.2 Perjanjian Kinerja ... 18

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 20

3.1 Capaian Kinerja Organisasi ... 20

3.2 Capaian dan Analisis Kinerja 2014 ... 21

3.3 Capaian Kinerja Penganggaran ... 63

3.4 Dukungan Aanggaran Sekretariat Kementerian ... 66

(5)

Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun 2016 berisi informasi kinerja selama Tahun 2016 dan merupakan Laporan Kinerja tahun kedua yang menyajikan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan).

Rencana Kinerja (Performance Plan) dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019. Sementara itu, capaian kinerja (Performance Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2016 yang diarahkan untuk pemenuhan target yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja.

Secara keseluruhan, dapat digambarkan capaian kinerja Sekretariat Kementerian Pariwisata tahun 2016 telah memenuhi tujuan dan sasaran strategis yang ditargetkan, Namun untuk capaian kinerja berdasarkan indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Tahun 2016 masih dalam proses penilaian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Sesuai dengan Rencana Kerja Tahun 2016, Sekretariat Kementerian Pariwisata menetapkan 1 (satu) Sasaran Strategis yaitu Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata dan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama yaitu Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata dan Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata.

(6)

Realisasi Indikator kinerja Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata belum dapat disajikan karena masih dalam proses audit BPK. Meskipun nilai opini belum di rilis oleh BPK, Kementerian Pariwisata optimis dapat mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada laporan keuangan Tahun 2016, hal ini terlihat dari strategi dan upaya-upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun 2016. Sedangkan untuk Indikator Kinerja Predikat Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) memperoleh predikat BB dengan nilai 75,20 dari target predikat A dengan nilai 80 atau capaian sebesar 94%. Meskipun secara target tidak tercapai 100%, namun terjadi peningkatan nilai predikat SAKIP Kementerian Pariwisata sebesar 3,12 poin dari 72,08 di tahun 2015 menjadi 75,20 di tahun 2016.

Selain capaian kinerja yang

telah dijanjikan dalam

dokumen Perjanjian Kinerja

(PK), Sekretariat

Kementerian Pariwisata

Tahun 2016 berhasil

meningkatkan Kesejahteraan

Aparatur Sipil Negara di

Lingkungan Kementerian

Pariwisata melalui Kenaikan

Tunjangan Kinerja Aparatur

Sipil Negara (ASN)

Kementerian Pariwisata

menjadi sebesar 70% dari

tahun sebelumnya sebesar

47% dan memberikan

Perlindungan Kesehatan,

Perlindungan Hari Tua serta

Pengadaan Perumahan

Pegawai

(7)

Disamping hal tersebut diatas, Sekretariat Kementerian Pariwisata pada Tahun 2016 memperoleh 3 (tiga) penghargaan, sebagai berikut:

Penghargaan pertama dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan berupa penghargaan atas Penyajian Saldo Kas Bendahara Pengeluaran Pada Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2015 yang dilaporkan pada tahun 2016 (Untuk tahun 2016 dilaporkan di tahun 2017). Penghargaan kedua dari Kementerian Komunikasi dan Informasi pada Anugerah Media Humas Tahun 2016 terbaik pada kategori Cinderamata dan kategori Profil Lembaga Humas. Dan penghargaan ketiga dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Anugerah Parahita Ekapraya Tahun 2016 Tingkat Pratama, sebagai Kementerian yang memiliki komitmen dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Dalam mempertahankan opini Laporan Keuangan WTP, terobosan-terobosan yang dilakukan Sekretariat Kementerian antara lain melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Sertifikasi Bendahara Pengeluaran, Penataan Aset Barang Milik Negara (BMN) dan Penetapan zona integritas. Bimtek Sertifikasi Bendahara Pengeluaran dianggap penting untuk meminimalisir kerugian negara yang dilakukan

(8)

Bendahara sebagai akibat dari kesalahan/kelalaian/kealpaan seorang bendaharawan, Penataan Aset juga menjadi sangat vital karena pada laporan keuangan Tahun 2014, penyebab utama disclaimer adalah pencatatan aset BMN yang kurang optimal dikarenakan terjadi perubahan nomenklatur, sedangkan penetapan zona integritas sebagai upaya membangun wilayah bebas korupsi di Lingkungan Kementerian Pariwisata.

Dalam rangka meningkatkan nilai akuntabilitas kinerja (predikat AKIP), terobosan-terobosan yang telah dilakukan antara lain: reviu atas Indikator Kinerja Utama (IKU), yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pariwisata Nomor KM.109/UM.001/MP/2016 tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata, dilaksanakan penyusunan indikator kinerja tingkat eselon III dan eselon IV diseluruh unit kerja, telah diimplementasikan pengukuran kinerja melalui aplikasi e-Performance, dilaksanakan sosialisasi penerapan SAKIP di seluruh satuan kerja baik di pusat maupun di daerah, dan untuk mendukung kinerja kemenpar di bidang pengawasan telah dilakukan reviu atas Laporan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian Pariwisata. Upaya dan terobosan yang dilakukan tidak hanya terbatas untuk mencapai sasaran strategis yang diampu Sekretariat Kementerian, tetapi juga sasaran strategis yang diampu di level Kementerian Pariwisata, seperti implementasi Crisis Center dan simplifikasi regulasi yang dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20 juta wisatawan di Tahun 2019.

Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Sekretariat Kementerian Pariwisata, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun 2015–2019, menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan yang diperoleh Sekretariat Kementerian Pariwisata pada Tahun 2016. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core area) Sekretariat Kementerian Pariwisata yaitu melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata telah dilaksanakan dengan baik.

(9)

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Akuntabilitas kinerja merupakan sebuah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.

Memperhatikan prinsip akuntabilitas kinerja organisasi (struktur organisasi dan struktur anggaran), terdapat keterkaitan yang jelas antara tugas dan fungsi organisasi (struktur organisasi) dengan struktur program dan anggaran (struktur anggaran).

Sekretariat Kementerian Pariwisata termasuk dalam program generik yaitu organisasi eselon I yang memiliki karakteristik sejenis untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau administrasi pemerintahan (pelayanan internal). Sekretariat Kementerian Pariwisata mengampu dua program yaitu Program dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pariwisata dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata.

Pendahuluan

1

B

A

B

(10)

INSPEKTORAT

1.2 Gambaran Sekretariat Kementerian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata, Sekretariat Kementerian Pariwisata dipimpin oleh seorang Sekretaris Kementerian yang barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Sekretariat Kementerian terdiri atas 3 biro yaitu: 1) Biro Perencanaan dan Keuangan; 2) Biro Hukum dan Komunikasi Publik; 3) Biro Umum, Kepegawaian dan Organisasi serta Inspektorat; sebagaimana bagan dibawah ini:

1.2.1 Peran dan Fungsi Sekretariat Kementerian

Sekretariat Kementerian mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Kementerian menyelenggarakan fungsi:

1. Koordinasi kegiatan kementerian;

2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran kementerian; 3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi

ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerjasama, komunikasi publik, arsip, dan dokumentasi kementerian;

4. Pembinaan dan penataan organisasi dan tatalaksana;

5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan bantuan hukum;

(11)

6. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan pelayanan pengadaan barang/jasa; dan

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

1.2.2 Inspektorat

Inspektorat adalah unsur pengawas pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pariwisata yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Inspektorat mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Secara organisasi, struktur dan bagan organisasi, Inspektorat berada dibawah koordinasi Sekretariat Kementerian Pariwisata baik dalam pengelolaan administrasi maupun keuangan, akan tetapi secara teknis operasional, hasil pelaksanaan kegiatan Inspektorat bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pariwisata.

1.2.3 KORPRI

Secara organisasi, struktur dan bagan organisasi Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) berada dibawah koordinasi Sekretariat Kementerian Pariwisata baik dalam pengelolaan administrasi, teknis operasional dan melaporkan hasil pelaksanaan dipertanggungjawabkan kepada Sekretaris Kementerian.

1.3 Kegiatan Strategis Sekretariat Kementerian

Strategi yang dilakukan Sekretariat Kementerian Pariwisata pada tahun 2016, sebagai berikut:

a. Peningkatan kualitas layanan Pusat Informasi dan peningkatan aktivasi saluran media sosial (Social Media), seperti: facebook, twitter, instagram, path, youtube, dan Pemberdayaan Crisis Center Kepariwisataan.

b. Peningkatan kualitas kinerja pengelolaan APBN Kementerian Pariwisata menuju status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).

(12)

1.4 Struktur Anggaran

Sesuai dengan Rencana Kerja Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun 2016, dilaksanakan melalui 2 (dua) program, Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pariwisata dengan alokasi anggaran sebesar Rp 330.909.812.000 (Tiga ratus tiga puluh miliar sembilan ratus sembilan juta delapan ratus dua belas ribu rupiah) dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata dengan alokasi anggaran sebesar Rp 23.616.256.000. (Dua puluh tiga miliar enam ratus enam belas jut dua ratus lime puluh enam ribu rupiah).

Tabel 1.1 Struktur Anggaran Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016

PROGRAM KEGIATAN PAGU

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pariwisata

5324 Peningkatan Layanan Hukum dan

Komunikasi Publik Rp17.906.609.000

5325 Peningkatan Layanan Administrasi

Umum, Kepegawaian dan Organisasi Rp283.843.281.000

5326 Pengembangan Perencanaan dan

Keuangan Rp18.491.094.000

5327 Pengawasan dan Peningkatan

Akuntabilitas Rp10.668.828.000 Total Rp330.909.812.000 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata 5328 Pembangunan/Pengadaan/Peningkatan Sarana dan Prasarana

Rp23.616.256.000

Total Rp23.616.256.000

(13)

ab II Perencanaan Dan Perjan

2.1 Rencana Strategis

Rencana Strategis Sekretariat Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019 mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019 yang telah lebih dulu ditetapkan dan merupakan penjabaran dari visi dan misi Kementerian Pariwisata. Berdasarkan arah kebijakan dan strategi Kementerian Pariwisata tersebut, Sekretariat Kementerian Pariwisata tahun 2015 – 2019 menetapkan arah kebijakan sebagai berikut:

1. Peningkatan kerjasama dan sinergitas internal dan eksternal pada tataran kebijakan program dan kegiatan Kementerian Pariwisata;

Sekretariat Kementerian diharapkan mampu meningkatkan kerjasama dan sinergitas secara internal maupun eksternal untuk seluruh satuan kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata baik pada tataran kebijakan program maupun kegiatan Kementerian Pariwisata dengan instansi terkait lainnya dalam rangka membangun pariwisata.

2. Optimalisasi penyelenggaraan fungsi pembantu dan pendukung Kementerian Pariwisata;

Dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan fungsi pembantu dan pendukungan di lingkungan Kementerian Pariwisata, Sekretariat Kementerian diharapkan

2

B

A

B

(14)

mampu memfasilitasi dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata.

Berdasarkan arah kebijakan Sekretariat Kementerian di atas, maka strategi yang telah ditetapkan, adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan dokumen perencanaan, penganggaran, pelaporan dan evaluasi

2. Peningkatan efektivitas pengawasan intern dalam rangka penguatan tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Kementerian Pariwisata

3. Peningkatan kinerja pengelolaan administrasi keuangan;

4. Peningkatan layanan hukum dan penyusunan peraturan perundang-undangan; 5. Peningkatan publikasi, analisis berita, layanan informasi, dan hubungan antar

lembaga

6. Peningkatan layanan administrasi umum;

7. Peningkatan layanan administrasi kepegawaian dan kapasitas organisasi dan tata laksana

Kebijakan pembangunan kepariwisataan Tahun 2015 merupakan tahun pertama dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 –2019 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019 sebagai berikut:

Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

VISI

Sejalan dengan Visi Kementerian Pariwisata, maka Visi Sekretariat Kementerian Pariwisata, adalah:

Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong”

MISI

Adapun Misi yang diemban Sekretariat Kementerian Pariwisata, adalah:

1. Meningkatkan kualitas layanan administrasi umum, kepegawaian dan organisasi. 2. Meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan, perencanaan, pemantauan, dan

(15)

3. Meningkatkan layanan umum dan kualitas informasi kepada pihak internal dan eksternal.

TUJUAN

Sekretariat Kementerian dalam mewujudkan visinya memiliki 8 (delapan) tujuan utama yang ingin dicapai, yaitu :

A. Misi 1: Meningkatkan Kualitas Layanan Administrasi Umum, Kepegawaian dan Organisasi, memiliki 3 (tiga) tujuan antara, yaitu :

1. Peningkatan kuantitas Sumber Daya Manusia Kementerian Pariwisata,

2. Peningkatan kualitas pelayanan umum dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN),

3. Peningkatan kualitas penataan, kapasitas dan tatalaksana organisasi,

B. Misi 2 : Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Keuangan, Perencanaan Pemantauan, dan Evaluasi dan Pengawasan Akuntabilitas, memiliki 3 (tiga) tujuan antara, yaitu :

4. Peningkatan efisiensi dan efektifitas perencanaan dan penganggaran, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program,

5. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan,

6. Peningkatan efektivitas pengawasan intern dalam rangka penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang bersih dan akuntabel di lingkungan Kementerian Pariwisata,

C. Misi 3 : Meningkatkan Layanan Hukum dan Kualitas Informasi Kepada Pihak Internal dan Eksternal, memiliki 2 (dua) tujuan antara, yaitu:

7. Peningkatan kualitas layanan informasi yang disampaikan kepada pihak internal dan eksternal,

8. Peningkatan kualitas pengelolaan peraturan perundang-undangan dan layanan hukum.

(16)

SASARAN STRATEGIS

Berdasarkan tujuan di atas, Sekretariat Kementerian memiliki 14 sasaran strategis yang harus dicapai melalui program dan kegiatan yang akan dilakukan pada periode 2015– 2019. Keterkaitan antara visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Sekretariat Kementerian pada periode 2015–2019 dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Strategis Sekretariat Kementerian Pariwisata

Tujuan 1 : Peningkatan Kualitas Layanan Administrasi Sumber Daya Manusia Kemenpar

Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan kualitas layanan administrasi sumber daya manusia Kemenpar, adalah Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian, diukur dengan Indikator : Jumlah dokumen administrasi kepegawaian, seperti data pegawai, mutasi, promosi, demosi, penghargaan, dan lain-lain.

Tujuan 2 : Peningkatan Kualitas Layanan Umum dan Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)

Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan kualitas layanan umum dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), adalah :

(17)

1. Terselenggaranya layanan umum dan pengelolaan aset bmn yang akuntabel dan transparan, diukur dengan Indikator: Jumlah dokumen laporan aset BMN, yaitu dokumen laporan yang mengindikasikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu periode serta mutasi BMN yang terjadi selama satu periode.

2. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana aparatur/presentase sarana dan prasarana dalam kondisi fungsional, diukur dengan indikator: Indeks Pelayanan Umum yang tercermin melalui Jumlah peningkatan layanan sarana dan prasarana. Tujuan 3: Peningkatan Kualitas Penataan, Kapasitas, dan Tatalaksana Organisasi Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan kualitas penataan, kapasitas dan tata laksana organisasi, adalah Terwujudnya organisasi sesuai dengan kebutuhan tatalaksana sesuai dengan tugas dan fungsi, diukur dengan Indikator : Jumlah dokumen organisasi dan tatalaksana yang dihasilkan, yaitu jabaran kebijakan Kemenpar pada level operasional menjadi dokumen ketatalaksanaan, sehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secara transparan dan akuntabel

Tujuan 4 : Peningkatan Efisiensi Dan Efektifitas Perencanaan Dan Penganggaran, Evaluasi Dan Pelaporan Pelaksanaan Program

Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rangka Peningkatan efisiensi dan efektifitas perencanaan dan penganggaran, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program, adalah Terwujudnya Rencana Program Penganggaran, Dan Evaluasi, diukur dengan Indikator: 1. Predikat Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Kementerian Pariwisata, Tingkat keberhasilan program dan penganggaran yang tercermin dalam SAKIP Kemenpar. Instrumen yang digunakan instansi Pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu: aspek perencanaan, aspek pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, aspek evaluasi kinerja, dan capaian kinerja.

2. Jumlah Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran, yaitu jumlah dokumen perencanaan program dan anggaran terkait pariwisata yang dihasilkan, yang memuat program dan hasil yang diharapkan, kegiatan dan keluaran yang diharapkan, lokasi kegiatan, pagu anggaran belanja yang dirinci menurut fungsi jenis belanja dan sumber dana untuk masing-masing

(18)

kegiatan pada satuan kerja/unit pelaksana teknis, yang terdiri dari Rencana Kerja (Renja) K/L, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL), Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Penetapan Kinerja (PK), Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan lainnya.

3. Jumlah Laporan Pemantauan dan Evaluasi, merupakan dokumen yang memuat kumpulan laporan, pengukuran capaian indikator kinerja, daya serap anggaran, permasalahan dan upaya yang dilakukan oleh Unit Kerja Eselon I, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai pengelola dana Dekon/TP serta fokus pada proses pelaksanaan kegiatan dan pencapaian target, sehingga dapat melakukan penilaian untuk perbaikan dalam perencanaan kedepan. Tujuan 5: Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan

Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan keuangan, adalah Peningkatan efektivitas pengawasan intern dalam rangka penguatan tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Kementerian Pariwisata, diukur dengan Indikator :

1. Opini Keuangan Kemenpar, yaitu opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kepada Kemenpar yang menjadi tolak ukur keberhasilan pengelolaan keuangan. Sesuai dengan UU No. 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memberikan pernyataan profesional mengenai kewajaran informasi keuangan di lingkungan Kemenpar yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern;

2. Jumlah Dokumen Laporan Keuangan yang akuntabel sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), yaitu kinerja perencanaan kegiatan dan anggaran dilaksanakan sesuai dengan mekanisme sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistem pengadaan barang dan jasa, sistem pelaporan dan pemantauan sehingga dapat mempengaruhi realisasi dan pengelolaan keuangan negara secara bertanggung jawab. Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004, No. 17 tahun 2003 dan PP No. 8 Tahun 2006, dan No. 71 Tahun 2010, Kemenpar perlu menyerahkan dokumen laporan pertanggungjawaban keuangan yang meliputi: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

(19)

Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dokumen tersebut dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Tujuan 6 : Peningkatan Efektivitas Pengawasan Intern Dalam Rangka Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik Di Lingkungan Kementerian Pariwisata Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan efektivitas pengawasan intern dalam rangka penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik di lingkungan Kemenpar, adalah:

1. Meningkatnya pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan, diukur dengan indikator; Prosentase rekomendasi laporan audit keuangan, Sistem pengendalian internal, Kepatuhan yang ditindaklanjuti

2. Meningkatnya Kualitas SDM Pengawasan, diukur dengan Indikator; Jumlah SDM inspektorat yang difasilitasi untuk peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait dengan pengawasan

3. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan kinerja kementerian pariwisata, diukur dengan indikator; Jumlah unit kerja yang tidak melakukan penyimpangan pengelolaan keuangan yang material, Jumlah unit kerja yang tidak melakukan penyimpangan pengelolaan aset yang material, Jumlah unit kerja yang berhasil mencapai target kinerja yang ditetapkan, Jumlah unit kerja yang mendapat nilai akuntabilitas kinerja minimal kategori B

4. Meningkatnya kualitas layanan penyelenggaraan tugas dan fungsi inspektorat, diukur dengan indikator; persentase dokumen layanan penyelenggaraan tugas dan fungsi inspektorat

Tujuan 7 : Peningkatan kualitas layanan informasi yang disampaikan kepada pihak internal dan eksternal

Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan kualitas layanan informasi yang disampaikan kepada pihak internal dan eksternal, adalah :

1. Tersebarnya pemberitaan dan publikasi informasi kepada publik, diukur dengan indikator; Jumlah dokumen publikasi dan pemberitaan, Jumlah dokumen layanan informasi, Jumlah dokumen hubungan antar lembaga.

2. Tersedianya layanan administrasi hukum dan komunikasi publik, diukur dengan indikator; Jumlah layanan administrasi hukum dan komunikasi publik.

(20)

Tujuan 8 : Peningkatan kualitas pengelolaan peraturan perundang-undangan dan layanan hukum

Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan pengelolaan peraturan perundang-undangan dan layanan hukum, adalah :

1. Terciptanya peraturan perundang-undangan yang harmonis, diukur dengan indikator; Jumlah naskah Peraturan Perundang-undangan, yaitu kebijakan yang mengatur dan mendukung pembangunan sektor kepariwisataan di Indonesia. Sekretariat Kementerian Pariwisata merupakan unit organisasi yang membawahi biro hukum yang bertanggungjawab untuk melakukan penelaahan dan harmonisasi secara mendalam terhadap setiap kebijakan berupa peraturan perundangan yang akan ditandatangani oleh setingkat Menteri ataupun Presiden.

2. Tersedianya Layanan Bidang Hukum, diukur dengan Indikator; Jumlah layanan bidang hukum yang diberikan oleh Sekretariat Kementerian Pariwisata melalui bagian yang membidangi hukum.

Penetapan tujuan Sekretariat Kementerian pada umumnya didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dan mengarahkan perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi.

Sasaran strategis adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Sekretariat Kementerian dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan sasaran dirumuskan lebih spesifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula Indikator pencapaian Sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing.

Tabel 2.1 Sasaran strategis, Indikator, dan Program Sekretariat Kementerian Tahun 2015 – 2019

No Sasaran Indikator Kinerja Program

1. Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata 1. Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) Program Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya

(21)

No Sasaran Indikator Kinerja Program

2. Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai)

Kementerian Pariwisata & Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata

2.2 Perjanjian Kinerja

Tahun 2016 merupakan tahun kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, yang telah dijabarkan kedalam Renstra Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019 secara terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah Perencanaan Kinerja 2016 yang merupakan proses perencanaan kinerja yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (Annual

Performance Plan).

Penyusunan rencana kinerja ini dilakukan seiring dengan agenda penyusunan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2016 ditetapkan maka disusunlah Penetapan Kinerja 2016 yang merupakan tekad dan janji disusun secara tahunan yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya dan sumber dana yang ada.

Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016, antara lain:

1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata.

2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang diterima dan terus meningkatkan kinerjanya.

3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah. 4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di

lingkungan Kementerian Pariwisata.

5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment).

(22)

Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama (IKU). Dalam upaya memperjelas dan menyelaraskan antara Indikator Kinerja Utama dengan Perjanjian Kinerja di Lingkungan Kementerian Pariwisata, maka telah ditetapkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor KM.125/UM.001/MP/2015 tanggal 15 Desember 2015 tentang Indikator Kinerja Utama dilingkungan Kementerian Pariwisata. Indikator Kinerja Utama merupakan ukuran kinerja tingkat kementerian dan selanjutnya diturunkan menjadi indikator kinerja masing-masing unit kerja di bawahnya serta digunakan sebagai ukuran kinerja dalam menyusun perencanaan dan penganggaran kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, dan evaluasi kinerja.

Tabel 2.2 Sasaran Strategis, Indikator, dan Target Kinerja Tahun 2016

No Sasaran Indikator Kinerja Target Program

1. Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata 1. Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) WTP Program Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pariwisata & Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata 2. Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) A

(23)

20

3.1 Capaian Kinerja Organisasi

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019, merupakan acuan yang digunakan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dalam menyusun perencanaan dan penganggaran kinerja, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja, pada tahun berjalan dan tahun yang akan datang.

Pada tahun anggaran 2016 Kementerian Pariwisata telah menyusun dokumen Perjanjian Kinerja yang merupakan pernyataan, kesepakatan, sekaligus perjanjian kinerja antar unsur-unsur pemangku kepentingan didalam organisasi sebagai wujud tekad dan komitmen dalam pencapaian target-target yang telah direncanakan.

Berikut ini akan diuraikan Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Sekretariat Kementerian tahun 2016, yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan, sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Pengukuran Kinerja

No Sasaran Indikator Kinerja 2016

Target Realisasi % 1. Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata

1. Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata

(predikat) WTP

Masih dalam proses audit

BPK -

2. Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) A (80) BB (75,20) 94%

Akuntabilitas Kinerja

B

A

B

3

(24)

21

3.2 Capaian dan Analisis Kinerja 2016

Ditinjau dari capaian kinerja sasaran tahun 2016, Sekretariat Kementerian Pariwisata telah melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut target dan capaian kinerja, dilihat dari sasaran strategis yang telah ditetapkan.

1.Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia

ndikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Kinerja Organisasi Kementerian Pariwisata adalah Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata, yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Predikat Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Pariwisata, yang merupakan hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam uraian, sebagai berikut:

1. Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata

Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Upaya konkrit dalam mewujudkan Akuntabilitas dan Transparansi di lingkungan Kementerian Pariwisata selaku instansi pemerintah yang melaksanakan penggunaan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan negara serta melaksanakan pengintegrasian pelaporan keuangan dan kinerja yang merupakan konsekuensi logis dari penerapan anggaran berbasis kinerja.

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan keuangan adalah opini laporan keuangan Kementerian/Lembaga yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling rendah,

I

Meningkatnya Kualitas Kinerja Organisasi

Kementerian Pariwisata

(25)

22

yaitu: (1) Tidak diyakini kewajaran (Adverse); (2) Tidak memberikan pendapat

(Disclaimer); (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (4) Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP). Penilaian ini diukur melalui kriteria pemberian opini atas audit laporan keuangan oleh BPK yang meliputi: kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).

Sesuai Amanat Reformasi Birokrasi, Kementerian Pariwisata telah melaksanakan Penguatan, Pengendalian Pelaksanaan APBN dalam rangka Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara yang efektif dan efisien menuju good governance dan

clean government.

Capaian indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Target dan Realisasi Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Tahun 2016

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)

1 Opini Laporan Keuangan

Kementerian Pariwisata WTP Masih dalam proses audit BPK

-

Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata pada tahun 2016 sampai pada saat penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2016 ini, Laporan Keuangan masih dalam proses audit oleh BPK, sehingga belum dapat disajikan pencapaian atas indikator Opini di tahun 2016 ini. Untuk melihat perkembangan indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata apakah mengalami peningkatan atau penurunan, dapat dibandingkan capaian indikator di tahun 2014-2016. Perbandingannya terlihat pada tabel dibawah ini :

(26)

23

Tabel 3.3 Perbandingan Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Tahun 2014 - 2016 INDIKATOR KINERJA UTAMA 2016 2015 2014 REALISASI CAPAIAN

(%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%)

Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Masih dalam proses audit BPK - WTP - Disclaimer -

Dari tabel di atas terlihat pada tahun 2015 capaian Opini mengalami peningkatan yang signifikan, dari Disclaimer di tahun 2014 menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari target Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk realisasi capaian tahun 2016, sampai dengan saat penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2016 ini, Laporan Keuangan masih dalam proses audit oleh BPK, sehingga belum dapat disajikan capaian atas indikator Opini di tahun 2016 ini.

(27)

24

Untuk meningkatkan pencapaian laporan keuangan dengan opini WTP di Tahun 2016, telah ditempuh berbagai strategi antara lain terlihat pada gambar.

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan dalam rangka percepatan

akuntabilitas dan peningkatan kualitas laporan keuangan adalah sebagai berikut:

Reinventarisasi

Dalam rangka reinventarisasi, Sekretariat Kementerian telah melakukan:

1) Penatausahaan Aset BMN

a) Meningkatkan Pengelolaan dan

penatausahaan BMN terutama aset tetap

b) Melakukan Koordinasi/Kerjasama yang baik antar semua elemen baik internal maupun eksternal terkait dalam penatusahaan dan pengelolaan BMN.

c) Melakukan penataan BMN berupa penelusuran dan reinventarisasi terutama terhadap Aset yang tidak ditemukan keberdaannya.

d) Merencanakan kebutuhan dan

penganggaran Barang Milik Negara secara tepat.

(28)

25

e) Melaksanakan pengadaan Barang Milik Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f) Melaksanakan pengelolaan BMN dengan menjalankan 3 prinsip yaitu tertib administrasi, tertib hukum dan tertib fisik.

g) Mengelola barang persediaan harus di kelola dengan baik

h) Melakukan pengawasan dan pengendalian Barang Milik Negara yang ada dalam pengawasannya.

i) Melaksanakan inventarisasi Barang Milik Negara secara berkelanjutan.

j) Melaporkan Barang Milik Negara secara berjenjang dan tepat waktu, dari tingkat satker ke tingkat kementerian.

k) Pengelolaan BMN perlu ditingkatkan terutama :

 Aset Tetap tanah, bangunan, jalan, jaringan dan irigasi.

 Penggunaan Kendaraan Roda 6, 4, dan 2 perlu tertata secara jelas

 Kepedulian pegawai terhadap fasilitas kantor yang berupa peralatan sebagai penunjang Tusi agar merasa memiliki dan bertanggung jawab menjaganya.

 Khusus peralatan kantor yang bersifat mobile seharusnya ditunjuk sebagai penanggung jawab pengguna.

Peningkatan Kapasitas SDM

Dalam rangka meningkatkan Kapasitas SDM, Sekretariat Kementerian telah melakukan: 1) Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016

Penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran didasari adanya kebutuhan atas tenaga pengelola keuangan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi Bendahara Pengeluaran di lingkungan Kementerian Pariwisata.

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam pelaksanaan APBN pada kantor/satker kementerian/lembaga.

(29)

26

Pada tanggal 18 Januari 2016, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2016 tentang sertifikasi bendahara pada satuan kerja pengelola APBN. Pasal 2 Perpres Nomor 7 tahun 2016 tersebut menyebutkan bahwa PNS, anggota TNI, anggota POLRI yang diangkat sebagai bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu pada satker pengelola APBN harus memiliki sertifikat bendahara.

Berdasarkan hal itu, Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Pariwisata memandang pentingnya mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan mampu menjabat sebagai bendahara, maka bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anggaran Kementerian Keuangan diselenggarakanlah kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016 di Lingkungan Kementerian Pariwisata.

Kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016 di Lingkungan Kementerian Pariwisata dilaksanakan pada tanggal 17-31 Juli 2016 di hotel New Ayuda, Jalan Raya Puncak Km.17, Cipayung, Megamendung, Jawa Barat. Adapun peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang.

2) Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola Keuangan

Pelaksanaan Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola Keuangan merupakan kegiatan rutin yang setiap tahun

dilaksanakan dalam rangka

mendukung terwujudnya tertib

administrasi pelaksanaan keuangan negara sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sesuai harapan tersebut diperlukan pengelolaan keuangan negara yang baik dan transparan, prinsip tersebut mencakup adanya perencanaan kas yang baik, serta menghindari adanya dana kas yang belum digunakan (idle cash).

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab serta

(30)

27

akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, profesionalitas dan keterbukaan. Untuk melaksanakan tanggungjawab tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang pengelolaan keuangan.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah perkembangan informasi dan kebijakan baru yang di keluarkan setiap tahun oleh Kementerian Keuangan dalam penatausahaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan. Terbitnya kebijakan dan peraturan-peraturan baru di bidang keuangan diharapkan dapat menjadi momentum dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.

Oleh karena itu dalam upaya mengeliminir permasalahan dan mengantisipasi perubahan tersebut maka diperlukan pemahaman dan implementasi yang sama terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mengatasi permasalah tersebut maka diperlukan suatu kegiatan Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola Keuangan yang diharapkan adanya persamaan persepsi dalam melaksanakan dan mengimplementasikan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku terkait dengan pengelolaan keuangan negara.

Kegiatan Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola keuangan ini merupakan salah satu Implementasi SPIP, yang bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kemampuan dan wawasan serta ketrampilan para pengelola keuangan khususnya para Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu di lingkungan Kementerian Pariwisata dalam persamaan persepsi pelaksanaan penatausahaan pengelolaan keuangan sehingga lebih mudah mengendalikan dan mengelimir resiko sedini mungkin. b. Mewujudkan tertib administrasi dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban

(31)

28

c. Untuk menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas pengelola keuangan, sehingga perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia yang memadai, terutama aparat pengelola keuangan.

3) Kegiatan Pembinaan Pengelola BMN Barang/Jasa di Lingkungan Kementerian Pariwisata

Kementerian Pariwisata telah beberapa kali mengalami perubahan Struktur Organisasi Dalam penyampaian laporan BMN sering menemukan laporan yang berbeda terutama dalam penyampaian volume dan harga sehingga sulit untuk menggabungkan laporan yang disampaikan oleh UPT.

Sehubungan hal tersebut di atas, maka sangat perlu untuk diadakan pembinaan berupa sosialisasi peraturan kepada para pengelola BMN agar tercapai satu sinergi terhadap pelaksana pembukuan BMN guna memperoleh keseragaman penyampaian laporan di lingkungan Kementerian Pariwisata . Hasil dari kegiatan ini berupa Penyusunan Laporan BMN Semester I, II dan Tahunan sudah menggunakan aplikasi SIMAK BMN Pengelola BMN dan mampu menyusun laporan BMN dengan menggunakan aplikasi yang baru. Sistem Akuntansi Barang

Milik Negara diselenggarakan

dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai

alat pertanggungjawaban atas

pelaksanaan APBN serta

pengelolaan/pengendalian barang milik Negara yang dikuasai oleh suatu unit akuntansi pengguna

(32)

29

barang. Disamping menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan neraca Kementerian Pariwisata juga menghasilkan informasi untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban pengelolaan barang milik Negara dan kebutuhan-kebutuhan manajerial Kementerian Pariwisata.

Sistem Pengendalian

Dalam rangka meningkatkan Sistem Pengendalian, Sekretariat Kementerian telah melakukan:

1) Implementasi Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi berbasis web

Dalam rangka mewujukan Laporan Keuangan yang akurat, akuntabel dan transparan, pada tahun 2016 Kementerian Pariwisata mulai menggunakan Aplikasi e-Rekon-LK yang didesain oleh Kementerian Keuangan. Dengan penggunaan Aplikasi e-Rekon-LK diharapkan terwujudnya: a) Penyederhanaan proses dalam pelaksanaan rekonsiliasi, b) Membantu Kementerian dalam menyusun/mengkompilasi Laporan Keuangan dengan menciptakan single database, c) Keseragaman laporan di tiap level unit akuntansi, d) Percepatan penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata. 2) Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan

Salah satu upaya untuk mempercepat proses penyelesaian rekomendasi atas temuan Badan Pemeriksa Keuangan dan Inspektorat, maka perlu dilakukan upaya penyelesaian, pemantauan dan evaluasi atas temuan-temuan hasil pemeriksaan pada satker-satker/Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Pariwisata. Pemantauan dilakukan terhadap unit kerja yang memiliki temuan yang menimbulkan kerugian negara, baik hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan maupun Inspektorat. Hal-hal yang dilakukan antara lain:

a) Melalui Keputusan Menteri Pariwisata Nomor KM.38/OT.001/MP/2016 tanggal 23 Maret 2016 tentang Tim Penyelesaian Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Pariwisata telah dibentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara di lingkungan Kementerian Pariwisata untuk membantu menteri dalam memroses penyelesaian kerugian negara terhadap Bendahara, Pegawai Negeri Bukan Bendahara, pejabat lain di lingkungan Kementerian Pariwisata dan/atau pihak ketiga yang

(33)

30

pembebanannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b) Mengklasifikasi data temuan terkait kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan sistem pengendalian internal (SPI);

c) Koordinasi dengan unit terkait seperti Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan dan Kementerian Keuangan terkait tindak lanjut temuan;

d) Penatausahaan dokumen terkait tindak lanjut temuan 3) Implementasi SPIP

Kegiatan evaluasi hasil penilain risiko merupakan kegiatan penilaian atas risiko yang telah teridentifikasi untuk dilakukan pengendalian terhadap kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Kegiatan evaluasi hasil penilaian risiko menjadi dasar kegiaatan pengendalian yang akan dilakuka, yaitu tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko, serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Untuk menindaklanjuti hasil tersebut, maka dilakukan Identifikasi risiko dan Analisis risiko. Setelah teridentifikasi, selanjutnya memperkirakan seberapa sering kemungkinan risiko terjadi (probability/likehood) dan dampak yang ditimbulkan jika risiko terjadi (impact/consequencies), sehingga perlu dibuat perencanaan didalam memetakan risiko.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Kementerian Pariwisata

wajib menyelenggarakan SPIP.

Sekretariat Kementerian sebagai

perangkat dari Kementerian

Pariwisata, dalam melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata wajib melakukan pengendalian intern atas penyelenggaraan kegiatan dengan menerapkan ke lima unsur SPIP yaitu Lingkungan pengendalian,

(34)

31

Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan komunikasi serta Pemantauan Pengendalian Intern.

Mengingat telah terjadi perubahan nomenklatur dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi Kementerian Pariwisata sebagaimana di atur dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata, maka dipandang perlu untuk mereview Permenparekraf Nomor PM.97/UM.001/MPEK/2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, disesuaikan dengan struktur organisasi yang baru yaitu Kementerian Pariwisata.

a) Hasil mapping risiko :

1. Penyusunan Renja K/L → 8 risiko yang di identifikasi, 8 risiko yang di kendalikan, 12 kegiatan pengendalian, 13 Infokom, 13 Monitoring

2. Penyusunan RKA-K/L → 8 risiko yang di identifikasi, 8 risiko yang di kendalikan, 7 kegiatan pengendalian, 7 Infokom, 7 Monitoring

3. Revisi DIPA → 5 risiko yang di identifikasi, 5 risiko yang di kendalikan, 3 kegiatan pengendalian, 0 Infokom, 0 Monitoring

4. Penyusunan Laporan Keuangan → 22 risiko yang di identifikasi, 4 risiko yang di kendalikan, 5 kegiatan pengendalian, 5 Infokom

5. Penyelesaian Permasalahan Perbendaharaan → 8 risiko yang di identifikasi, 8 risiko yang di kendalikan, 23 kegiatan pengendalian, 17 Infokom, 17 Monitoring 6. Pemberian Bantuan Hukum → 2 risiko yang di identifikasi, 2 risiko yang di

kendalikan, 4 kegiatan pengendalian, 2 Infokom, 2 Monitoring

7. Penyediaan dan Penyajian Informasi Parekraf → 6 risiko yang di identifikasi, 6 risiko yang di kendalikan, 12 kegiatan pengendalian, 11 Infokom, 12 Monitoring 8. Pelayanan Infromasi Publik → 6 risiko yang di identifikasi, 6 risiko yang di

kendalikan, 15 kegiatan pengendalian, 14 Infokom, 14 Monitoring

9. Pengecekan Pemeliharaan Ruang Kerja Gedung Kantor → 7 risiko yang di identifikasi, 7 risiko yang di kendalikan, 9 kegiatan pengendalian, 9 Infokom, 9 Monitoring

10. Penyusunan Laporan BMN → 10 risiko yang di identifikasi, 6 risiko yang di kendalikan, 9 kegiatan pengendalian, 9 Infokom, 9 Monitoring

11. Penyelenggaraan Seleksi Penerimaan CPNS → 5 risiko yang di identifikasi, 5 risiko yang di kendalikan, 8 kegiatan pengendalian, 8 Infokom, 8 Monitoring

(35)

32

Kegiatan Rapat Pendampingan Penilaian Risiko Sekretariat Kementerian Pariwisata di selenggarakan pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016 bertempat di Hotel Alila

Pecenongan, Jakarta. Hasil rapat

pendampingan penilaian risiko Biro-Biro di lingkungan Sekretariat Kementerian dengan BPKP akan menjadi bahan dalam dokumen Rencana Tindak Pengendalian (RTP).

Review Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor

PM.97/UM.001/MPEK/2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Rencana Kerja

Dalam rangka meningkatkan Rencana Kerja Sekretariat Kementerian telah melakukan: 1) Rapat Koordinasi Penyusunan Anggaran

Rapat Penyusunan RKA-K/L Pagu Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2017, diperlukan sebagai acuan bagi K/L dalam penerapan

Penganggaran Berbasis Kinerja

(PBK), mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat

pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan

memperhatikaan rasa keadilan dan kepatutan, mempermudah proses

pendokumentasian dan pelaksanaan anggaran bagi K/L dan sebagai pedoman bagi K/L dalam melaksanakan program, kegiatan dan anggaran.

Tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan aktivitas tersebut adalah menyusun dokumen rencana kerja dan anggaran (RKA-K/L) sesuai hasil kesepakatan Rakornis untuk selanjutnya akan di bahas dan telaah oleh Kementerian Keuangan dan

(36)

33

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS. Masing–masing unit eselon I di lingkungan Kementerian Pariwisata melakukan penyusunan RKAKL beserta dengan data dukungnya yaitu Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pagu Anggaran dan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Alokasi Anggaran.

RKAKL yang telah disusun beserta dengan data dukungnya akan digunakan sebagai bahan penelaahan dengan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan. RKAKL yang telah ditelaah akan menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang akan direview dan diteliti oleh Aparat Pengawas Internal (APIP) Kementerian Pariwisata yang terdiri dari Inspektorat Kementerian dan Biro Perencanaan dan Keuangan. Setelah itu akan dilakukan penelaahan oleh Kementerian Keuangan dan ditetapkan untuk menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan.

Dokumen RKAKL Kementerian Pariwisata telah disusun dengan menerapkan pendekatan penganggaran, yaitu penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah serta klasifikasi anggaran untuk mewujudkan sistem penganggaran yang lebih rasional, transparan dan akuntabel menuju sistem pengelolaan keuangan Negara yang profesional sesuai dengan amanat UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

RKAKL ini nantinya akan diproses lebih lanjut untuk menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang akan menjadi pedoman dalam hal pelaksanaan anggaran bagi Kementerian Pariwisata. Setelah DIPA ditetapkan oleh Menteri Keuangan, Kementerian Pariwisata akan menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan yang menjadi acuan dalam hal pelaksanaan program dan kegiatan bagi Kementerian Pariwisata

(37)

34

Pemanfaatan Laporan

Dalam rangka meningkatkan Pemanfaatan Laporan Sekretariat Kementerian telah melakukan:

1) Laporan Keuangan Tingkat Kementerian, Eselon I, Satuan Kerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 (Unaudited) dan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian Triwulan I,II III Dan IV Tahun 2016 (Audited)

Dana Unit Akuntansi Pembantu Penguna

Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B-Es.I) dan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) merupakan bagian dari anggaran Kementerian

Negara/Lembaga yang digunakan untuk

melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi urusan Pusat.

Pertanggungjawaban dan pelaporan Dana Unit Akuntansi Pembantu Penguna Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B-Es.I) dan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) mencakup aspek manajerial dan aspek akuntabilitas. Aspek manajerial terdiri dari perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut. Aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, masih belum dipahami sepenuhnya oleh pelaksana pengelola keuangan Satuan Kerja, sering terjadi ketidaksesuaian baik dari sisi penyusunan, penyajian maupun penyampaian. Setelah dilakukan evaluasi masih banyak LK Satker semesteran/tahunan baik dalam penyusunan, penyajian, maupun penyampaiannya belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(38)

35

Guna mendukung terwujudnya Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata tahun 2015 yang berkualitas, sehingga Opini kedepan dapat lebih baik, sangat diperlukan peran SDM penyusun laporan keuangan yang professional. Oleh karena itu Biro Perencanaan dan Keuangan – Sekretaris Kementerian Pariwisata berupaya menyelenggarakan Penyusunan Laporan

Keuangan Tingkat Kementerian, Satuan Kerja, dan Eselon I (UNAUDITED) sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas

Laporan Keuangan Kementerian

Pariwisata sehingga dapat meraih opini WTP.

Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian, Satuan Kerja, dan Eselon I Tahun 2015 (UNAUDITED) ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kompetensi dan sikap profesional para petugas akuntansi dalam mengaplikasikan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) Berbasis Akrual untuk mendukung penyusunan Laporan Keuangan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan, guna mewujudkan tertibnya penyajian, penyampaian dan pelaporan kepada unsur terkait ;

b. Tercapainya kesamaan persepsi dan terwujudnya kelancaran administrasi serta kemudahan dalam pengendalian pengelolaan keuangan sehingga laporan keuangan Kementerian Pariwisata dapat tersusun dengan baik, berjenjang, transparan, akuntabel dan tepat waktu sebagaimana diamanatkan dalam undang undang.;

c. Terwujudnya fungsi Manajemen, di Lingkungan Kementerian Pariwisata melalui penyajian Laporan Keuangan Kementerian yang lengkap, tepat waktu dan berjenjang, dengan berpedoman kepada sistem dan prosedur yang berlaku.

(39)

36

2) Reviu RKA-KL dan Laporan Keuangan

Kegiatan Reviu RKA-KL dilakukan setelah dilaksanakannya Penelitian RKA-KL melalui verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yg dipersyaratkan, kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaan penganggaran, yang difokuskan meneliti konsistensi pencantuman sasaran kinerja dalam RKA-KL sesuai dengan sasaran kinerja dalam Renja K/L dan RKP, kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu anggaran K/L, kesesuaian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu anggaran K/L, kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN pada level keluaran dan kelengkapan dokumen pendukung RKA-KL.

Setelah selesai dilaksanakan penelitian Reviu RKA-KL yakni

penelahaan atas penyusunan

dokumen rencana keuangan yang bersifat tahunan berupa RKA-KL oleh auditor APIP yang kompeten

untuk memberikan keyakinan

terbatas bahwa RKA-KL telah disusun berdasarkan RKP, Renja K/L dan Pagu Anggaran serta kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja yang direncanakan, dalam upaya membantu Menteri untuk menghasilkan RKA-KL yang berkualitas. Adapun tujuan dari Reviu RKA-KL adalah untuk memberi keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan, bahwa informasi dalam RKA-KL sesuai dengan RKP, Renja K/L dan Pagu Anggaran serta kesesuaian dengan standar biaya dan dilengkapi dokumen pendukung RKA-KL. Ruang lingkup reviu RKA-KL difokuskan pada: konsistensi pencantuman sasaran kinerja dalam RKA-KL dengan Renja dan RKP; kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu anggaran K/L; kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran antara lain: penerapan SBM dan SBK, keseuaian jenis belanja, serta hal-hal yang dibatasi/dilarang; kelengkapan dokumen pendukung RKA-KL antara lain: RKA Satker, TOR/RAB, dan dokumen pendukung terkait lainnya.

Peran APIP yang strategis dalam proses perencanaan penganggaran dengan melakukan reviu RKA-K/L dan dokumen pendukungnya merupakan wujud dari

(40)

37 quality assurance, sehingga dapat meminimalisasi adanya kekeliruan dalam

pelaksanaan anggaran dan meminimalisasi terjadinya pemborosan atau penggunaan anggaran-anggaran yang tidak mendukung tupoksi. Oleh karena itu, kompetensi dan pengetahuan APIP dalam perencanaan anggaran menjadi penting untuk ditingkatkan karena dengan APIP yang kompeten, maka hasil reviu RKA K/L akan menjadi lebih optimal yang pada akhirnya akan mendorong satuan kerja untuk menghasilkan RKA/KL yang berkualitas.

Setelah Inspektorat melakukan Reviu selanjutnya dibuatkan rekomendasi atas kesalahan atau kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan yang disepakati, langkah perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan yang belum atau tidak dilaksanakan. Laporan hasil reviu disusun dalam bentuk Laporan Hasil Reviu (LHR). Laporan hasil reviu disampaikan oleh pimpinan APIP K/L kepada pimpinan unit eselon I.

3) Zona Integritas

Menindaklanjuti Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunar Zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan Instansi Pemerintah, serta dalam rangka melakukan penguatan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif, dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat dengan cepat, tepat dan profesional, serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Kementerian Pariwisata mencoba berupaya untuk membangun pilot project unit kerja percontohan wilayah bebas korupsi, yang diusulkan oleh Sekretaris Kementerian kepada Kementerian PANRB melalui surat nomor PS. 101/I/16/SESMEN/KEMPAR/2016 tgl 29 Juli 2016 tentang usulan Politeknik Pariwisata Makassar menjadi Zona Integritas menuju wilayah Bebas dari Korupsi. Berdasarkan hasil penilaian tim penilai Internal Kementerian Pariwisata, Politeknik Pariwisata Makassar memperoleh angka penilaian sebesar 85,85 terdiri dari

(41)

38

komponen pegungkit 48,72 dan hasil 33,13 , sedangkan untuk satuan kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata lainnya akan segera di lakukan penilaian lebih lanjut.

Sebagai langkah awal pembangunan zona integritas tersebut, telah dilakukan pencanangan pembangunan zona integritas pada tanggal 26 Oktober 2015, bertempat di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata.

Dalam kegiatan tersebut, dipimpin langsung oleh Menteri Pariwisata, dan dihadiri seluruh jajaran Kementerian Pariwisata mulai dari Staf Ahli Menteri, pejabat Eselon I, II, III, IV, sampai dengan staf, serta dihadiri oleh Inspektur Jenderal kementerian Perhubungan dan Kemenko Maritim, Ketua Ombudsman RI, perwakilan dari Kementerian PAN dan RB, serta perwakilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Untuk mendukung pembangunan zona integritas di atas, telah disusun terlebih dahulu beberapa hal sebagai berikut:

a) Tim Penyusun Dokumen Strategi Komunikasi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Kementerian Pariwisata sesuai SK Menteri Pariwisata No. SK 433/OT.001/SESMEN/ KEMPAR/2015 tanggal 27 Juli 2015.

b) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Penangaan Gratifikasi di lingkungan Kementerian Pariwisata. Pedoman ini telah dilakukan sosialisasi kepada para pegawai pada tanggal 18 Desember 2015.

c) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan di lingkungan Kementerian Pariwisata.

d) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penanganan Pengaduan Internal di lingkungan Kementerian Pariwisata. 4) Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Dekonsentrasi

Dalam rangka pengendalian dan identifikasi kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan program dan kegiatan Dekonsentrasi, telah dilakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan yang didanai melalui dana dekonsentrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata. Selain itu dengan adanya perubahan pada

(42)

39

sistem pelaporan pertanggungjawaban dana dekonsentrasi maka telah dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Kementerian Pariwisata sehingga telah diterbitkan Peraturan Menteri baru mengenai pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi yaitu Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 20 Tahun 2016.

Taat Aturan

Dalam rangka meningkatkan ketaatan terhadap peraturan Sekretariat Kementerian telah melakukan:

1) Meningkatkan pengelolaan PNBP Berdasarkan amanat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam

rangka meningkatkan pelaksanaan

pembangunan nasional serta untuk memberikan landasan hukum yang

kuat, adil, tegas dan jelas dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan Negara.

Mengingat pentingnya peran PNBP perlu Kementerian Pariwisata perlu meningkatkan pengelolaan PNBP melalui Pemantauan laporan realisasi anggaran pendapatan secara intensif, Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP dan menetapkan target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2016.

2) Kegiatan Penyelesaian Masalah Perbendaharaan

Dilaksanakan dengan mengadakan pemantauan tindak lanjut penyelesaian tuntutan ganti rugi di UPT/SKPD dan Sosialisasi Pedoman Penyelesaian Kerugian Negara kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), auditor, bendahara sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah temuan, piutang dan langkah-langkah untuk meningkatkan opini laporan keuangan.

Gambar

Gambar 1.1  Struktur Organisasi Sekretariat Kementerian
Tabel 1.1  Struktur Anggaran Sekretariat Kementerian Pariwisata  Tahun Anggaran 2016
Gambar 2.1  Kerangka Strategis Sekretariat Kementerian Pariwisata
Tabel 2.1 Sasaran strategis, Indikator, dan Program   Sekretariat Kementerian Tahun 2015 – 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan ini ditemukan pada PT Adira Quantum cabang Denpasar, dimana beberapa pihak debitur tidak melaksanakan prestasinya atau dengan kata lain dalam pembayaran angsuran

Penulisan skripsi ini dilatar belakang karena masih rendahnya tingkat kinerja pegawai yang ada di kantor camat kecamatan pelawan , hal ini dikarenakanbelum optimalnya para

12. Daerah adalah Daerah Kabupaten Sukamara. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas

 Keputusan Gubernur tentang Hasil Evaluasi Rancangan Perda Kab./Kota tentang RPIK disampaikan kpd Bupati/Wali Kota paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak Rancangan

Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah akan menyertakan berkas PKS (Perjanjian kerja sama) yang mana ini akan di setujui oleh kedua belah pihak yang dikeluarkan oleh kantor

Dalam permodelan poligon ini, sebuah bangun ruang, atau objek tiga dimensi yang akan dibangun dapat dengan leluasa dibuat karena bagaimanapun juga, prinsip dari

Beberapa upaya dalam program diseminasi telah dilakukan oleh BPTP untuk memperkenalkan varietas unggul baru secara langsung kepada responden (petani dan penyuluh)

D2.2 pada media teknis molase terhadap kualitas air dan performa pertumbuhan udang vaname menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata terhadap kualitas air dalam budidaya