• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tulisan ini telah dimuat pada Jurnal TORANI Unhas No.2. Vol.14 Th 2004 hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tulisan ini telah dimuat pada Jurnal TORANI Unhas No.2. Vol.14 Th 2004 hal"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

Tulisan ini telah dimuat pada Jurnal TORANI Unhas No.2. Vol.14 Th 2004 hal

96-103

DISTRIBUSI FREKUENSI PANJANG DAN TINGKAT KEMATANGAN

GONAD (TKG) IKAN TERI (

Stolephorus insularis) YANG TERTANGKAP

PADA BAGAN RAMBO, KAITANNYA DENGAN PENANGKAPAN

IKAN BERTANGGUNGJAWAB

LENGTH FREQUENCY DISTRIBUTION AND GONAD MATURITY STAGE OF ANCHOVY (Stolephorus insularis) CAUGHT BY BAGAN RAMBO,

RELATION TO THE RESPONSIBLE FISHING

Sudirman 1), M.Kurnia1), Mulyono S. Baskoro2), A. Purbayanto2),

1)

Faculty of Marine Science and Fishery Hasanuddin University, Makassar

2)

Bogor Agricultural University, Kampus IPB Darmaga Bogor ABSTRACT

Bagan Rambo is a large type of lift net with fine meshed of box-shaped netting 0.5 cm mesh size, operated with electric mercury lamp for attracting pelagic species. The number of mercury bulb used for the bagan rambo is up to 64 units for total light intensity of 14 – 20 kW. It is an original light fishing from South Sulawesi and recently has rapidly developed in numbers.

This research was conducted to analysis of length frequency and Gonad Maturity Stage in relation to the environmentally friendly of bagan rambo in Makassar Strait, conducted in February to September 2002.

The result indicated that the length frequency distribution of anchovy during the experiment is highly varied, from 2.0 cm – 10.3 cm of the Total Length (TL), with the concentration at 6.9 cm – 9.2 cm. The composition of Anchovy by gonad maturity stage during the experiment was Immature 49.89%, Mature 17.2%, Half Spawning 19.63% and Post Spawning 13.27%

.

According to length frequency analysis and Gonad Maturity Stage aspect, bagan rambo was, however, environmentally friendly for anchovy (Stolephorus insularis).

To establish the environmentally friendly technology of bagan rambo, optimize the target species (anchovy), reducing the non target and the increased awareness of fishermen for responsible manners are the alternative solutions.

Keywords: Bagan rambo, Stolephorus insularis, length frequency and Gonad Maturity Stage

RINGKASAN

Bagan Rambo adalah tipe liftnet berukuran besar, menggunakan jaring berbentuk kotak dengan mesh size 0,5 cm. Pengoperasian bagan rambo menggunakan lampu merkuri untuk menarik perhatian ikan target, jumlahnya 64 buah dengan total kekuatan cahaya 14 – 20 kW.

Penelitian ini dilaksanakan pada Pebruari - September 2002, di perairan Barru, Selat Makassar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis frekuensi panjang dan Tingkat

(2)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

Kematangan Gonad (TKG) ikan teri (S. insularis) hubungannya dengan perikanan ramah lingkungan pada bagan rambo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi panjang ikan teri selama penelitian berkisar antara 2,0 - 10,3 cm dengan konsentrasi terbesar pada ukuran 6,9 - 9,2 cm. Sedangkan persentase TKG menunjukkan bahwa 49,89% belum dewasa, 17,21 % dewasa, 19,63% sedang melakukan pemijahan dan hanya 13,27% yang belum melakukan pemijahan. Hal ini menunjukkan bahwa yang tertangkap kebanyakan telah dewasa dan telah melakukan pemijahan, dengan puncak pemijahan terjadi pada Maret - Mei. Kaitannya dengan perikanan bertanggung jawab, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagan Rambo ramah terhadap ikan teri.

Untuk mewujudkan teknologi ramah lingkungan pada bagan rambo, mengoptimalkan jenis target ( ikan teri ), mengurangi non target dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat nelayan adalah solusi alternatif.

PENDAHULUAN

Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Hal yang cukup menarik perhatian adalah ukurannya yang lebih besar dan menggunakan lampu listrik dengan jumlah kapasitas daya yang besar.

Penelitian mengenai hubungan antara cahaya dan ikan pada Bagan telah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain: Sudirman et al. (2000), Sudirman et al. (2001), Sudirman et al. (2003), Baskoro (1999), Nadir (2000). Namun informasi hasil penelitian mengenai tingkah laku ikan dalam proses penangkapan pada bagan rambo dalam kaitannya dengan keramahan lingkungan belum banyak dilakukan. Dalam kaitan dengan teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan (environmental friendly fishing technology), alat tangkap bagan banyak dinilai kurang ramah lingkungan karena diduga banyak menangkap larva ikan dan spesies non target serta tidak selektifnya mata jaring yang digunakan. Hal ini menyebabkan tertangkapnya berbagai ukuran ikan, mulai dari yang paling kecil sampai ukuran yang besar.

Salah satu jenis ikan yang banyak tertangkap pada bagan rambo adalah ikan teri. Dilaporkan bahwa 30 % hasil tangkapan bagan rambo didominasi oleh ikan teri (Sudirman 2003). Namun bagaimana distribusi frekuensi panjang dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) hasil tangkapan belum banyak diketahui. Oleh sebab itu analisis distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan gonad ikan teri hasil tangkapan pada bagan rambo perlu dilakukan.

(3)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

dengan bagan rambo kaitannya dengan perikanan yang ramah lingkungan. Hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat berupa rekomendasi dalam pengembangan bagan rambo dimasa mendatang, khususnya pengaturan penangkapan, meminimalkan spesies non target dan mengoptimalkan spesies target dalam rangka mewujudkan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Barru, Selat Makassar pada posisi 4o 22‘ 00”- 4o25’00” LS dan 119o 24‘ 00” - 119o 27’ 00“ BT. pada Pebruari – September 2002, dilanjutkan dengan analisis di Laboratorium Fisiologi Biota Laut FIKP Unhas Makassar.

Pengamatan komposisi ukuran (dalam cm) dan tingkat kematangan gonad dilakukan setiap minggu selama 6 bulan. Jumlah sampel yang diambil didasarkan pada jumlah hasil tangkapan dan variasi ukuran ikan pada waktu pengambilan sampel. Jumlahnya dari 47 – 1050 ekor perminggu (125 – 1857 perbulan). Jumlah Sampel yang diamati berdasarkan ukuran dan tingkat kematangan gonad selama penelitian adalah 6444 ekor (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah Total Sampel yang Diamati Ukuran dan Tingkat Kematangan Gonadnya Selama Penelitian

No Data Sampel (bulan) Total Sampel Teri

1 Pebruari 201 2 Maret 425 3 April 1267 4 Mei 1267 5 Juni 1857 6 Juli 1299 7 Agustus 128 Total 6.444

Analisis Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dilakukan dengan dua cara yaitu secara morfologi dan Histologi. Pengamatan morfologi gonad menggunakan petunjuk Hutomo et al, (1987), yang mengklasifikasikan TKG ikan teri ke dalam delapan kelompok. Selanjutnya tingkat kematangan gonad ikan teri dikelompokkan ke dalam kelompok yang belum dewasa (immature), dewasa (mature) dan yang sedang dan telah memijah (half spawning dan post spawning). Untuk membuat perbandingan dan mempertinggi keakuratan pengamatan TKG secara morfologi maka dilakukan pengamatan secara histologi khususnya pada ikan teri TKG

(4)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

7. Pengamatan secara histologi dilakukan berdasarkan Standar Prosedur Pengamatan Histologi (Gambar 1) Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan petunjuk Hibiya and Takashima (1995).

Gambar 1. Standar Prosedur Pengamatan Histologi dalam Pengamatan TKG Ikan Teri SAMPLING Gonad fiksasi dgn larutan Bouin’s Dehidrasi Diinfiltrasi dgn Parafin Embedding Disayat dgn Microtome

Hematoxylene dan eosin staining

Mounting dgn biolit

(5)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Kaitannya dengan penangkapan ikan bertanggungjawab dilakukan dengan menghubungkan kriteria perikanan bertanggungjawab seperti yang dikemukakan oleh FAO (1995), Monintja (1996), Arimoto (1999), APO (2002).

Setelah menentukan kriteria tersebut di atas maka dilakukan analisis berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat nelayan di lapangan. Kriteria yang dianggap tidak bermasalah berarti memenuhi perikanan yang ramah lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Ukuran Ikan Teri (Stolephorus insularis)

Komposisi ukuran panjang total ikan teri yang tertangkap pada bagan rambo selama penelitian sangat bervariasi, mulai ukuran 2,0 cm sampai 10,3 cm dengan konsentrasi terbesar berada pada ukuran 6,9 cm sampai 9,2 cm (Gambar 2). Data ini menunjukkan bahwa ukuran ikan teri yang tertangkap adalah ukuran yang layak tangkap.

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Teri (S.insularis) selama penelitian Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran ukuran panjang ikan setiap bulannya. Pada bulan Pebruari-Maret, ukuran ikan teri lebih panjang dan pada April – Mei, cenderung ukurannya lebih kecil dan selanjutnya ukuran ini cenderung lebih panjang lagi pada bulan Juni dan jumlah yang berukuran besar berkuran pada bulan Agustus (Lampiran 1).

n = 163 n = 1,758 n = 2,516 n = 966 n = 505 n = 176 n = 51 0 10 20 30 40 50 Ukuran Kelas (cm) P er se n ta se ( % ) 2.0 – 3.2 3.3 – 4.4 4.5 – 5.6 5.7 – 6.8 6.9 – 8.0 8.1 – 9.2 9.3 – 10.3

(6)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Fenomena ini mengindikasikan bahwa daerah penangkapan bagan rambo tersebut juga merupakan tempat pemijahan ikan teri. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perubahan ukuran ikan dari waktu ke waktu yang erat kaitannya dengan perkembangan TKG.

TKG Ikan Teri (Stolephorus insularis)

Dilihat dari TKG ikan teri selama penelitian menunjukkan bahwa ikan teri yang tertangkap kebanyakan telah melakukan pemijahan, dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Maret - Mei. Selanjutnya pada bulan Juni dan Juli komposisi ikan teri yang telah memijah dan yang belum masih berimbang. Pada bulan Agustus kebanyakan ikan teri telah melakukan pemijahan (Gambar 3).

Gambar 3. Perkembangan TKG ikan Teri (Stolephorus insularis) selama penelitian. Jika dihubungkan dengan komposisi ukuran ikan nampak bahwa pada Juli –Agustus ikan teri cenderung lebih kecil. Dengan kata lain dapat diduga bahwa ikan teri tersebut adalah ikan teri hasil pemijahan pada bulan Maret – Mei. Pada bulan Juli dan Agustus hasil tangkapan teri sangat menurun.

Jika tingkat kematangan gonad ikan teri dikelompokkan ke dalam kelompok yang belum dewasa (immature), dewasa (mature) dan yang sedang dan telah memijah (half spawning dan post spawning) maka akan terlihat bahwa rata-rata ikan teri yang belum dewasa tertangkap dengan bagan rambo adalah 49,89% (Tabel 2). Selebihnya adalah ikan-ikan sudah memijah dan sudah dewasa (Tabel 2 dan Gambar 4).

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% P er ce n ta g e (% ) Sampling Time

(7)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Gambar 4. Persentase Rata-rata TKG ikan Teri (

Hasil pengamatan secara histologi terhadap ikan teri pada ukuran panjang 7 cm menunjukkan bahwa ikan tersebut telah melakukan pemijahan (Gambar 5).

Gambar 5. Photomicrograph

Tingkat Kematangan Gonad Menurut Ukuran Ikan

Hasil pengamatan terhadap tingkat kematangan gonad menunjukkan bahwa kematangan gonad akan bertambah seiring dengan bertambahnya panjang total dari ikan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa i

19.63%

Immature

Ikan teri

Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas

585 189

rata TKG ikan Teri (S. insularis) yang tertangkap Bagan Rambo

secara histologi terhadap ikan teri pada ukuran panjang 7 cm menunjukkan bahwa ikan tersebut telah melakukan pemijahan (Gambar 5).

Gambar 5. Photomicrograph TKG ikan Teri (Stolephorus insularis)

Tingkat Kematangan Gonad Menurut Ukuran Ikan

Hasil pengamatan terhadap tingkat kematangan gonad menunjukkan bahwa kematangan gonad akan bertambah seiring dengan bertambahnya panjang total dari ikan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan teri sudah mulai matang gonad pada

49.89%

17.2% 19.63%

13.27%

Immature Mature Half Spawning Post Spawning

teri : Betina; Post spawning; Stage VII TL 8 cm

) yang tertangkap Bagan Rambo

secara histologi terhadap ikan teri pada ukuran panjang 7 cm

)

Hasil pengamatan terhadap tingkat kematangan gonad menunjukkan bahwa kematangan gonad akan bertambah seiring dengan bertambahnya panjang total dari ikan kan teri sudah mulai matang gonad pada

(8)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

ukuran 55 mm dan sebagian telah memijah pada ukuran 65 mm. Pada ukuran lebih besar dari 75 mm umumnya ikan teri sudah melakukan pemijahan.

Pencatatan komposisi ukuran dan tingkat kematangan gonad (TKG) dihubungkan dengan waktu akan diperoleh data perkembangan gonad ikan tersebut. Persentase komposisi tingkat kematangan pada setiap saat dapat dipakai untuk menduga terjadinya pemijahan (Effendie, 1997). Ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang pendek dalam satu tahun atau saat pemijahannya akan ditandai dengan peningkatan persentase tingkat kematangan gonad yang tinggi pada setiap akan mendekati musim pemijahan. Bagi ikan-ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi TKG terdiri dari tingkat dengan persentase yang tidak sama. Persentase yang tinggi dari tingkat kematangan gonad yang besar merupakan puncak pemijahan walaupun pemijahannya sepanjang tahun (Effendie, 1997).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya variasi ukuran dan TKG ikan teri (S. insularis). Namun demikian kebanyakan ikan tersebut telah dewasa dan telah melakukan pemijahan. Puncak pemijahan terjadi terjadi pada bulan Maret – Juni. Pada ukuran berapa sebenarnya ikan teri melakukan pemijahan di Selat Makassar, belum diperoleh informasi yang pasti dari hasil penelitian sebelumnya. Namun penelitian ditempat lain seperti di Selat Singapura yang dilaporkan oleh Tham (1965) bahwa S. heterolobus, memijah pada panjang baku 50 mm. Tiews et al (1970) mengemukakan bahwa di Teluk manila ikan teri memijah pada panjang 60 mm. Selanjutnya Tiews et al. (1970), mengemukakan bahwa S. devisi di perairan Papua New Guinea memijah pada ukuran 45 –50 mm dan S.heterolubus 50 – 55 mm.

Jika dibandingkan dengan ukuran ikan teri dari hasil penelitian ini dengan hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa 72,3% ukuran tersebut telah melakukan pemijahan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Najamuddin dkk (1994) yang menunjukkan bahwa lebih dari 70% ikan teri yang tertangkap pada bagan rambo berada pada kisaran panjang 69,2 – 97,9 mm. Namun dari hasil pembedahan hanya 33% yang telah lakukan pemijahan.

Dalam hubungannya dengan kelestarian sumberdaya ikan teri di perairan Selat Makassar, maka aspek fekunditas dari ikan ini perlu dipertimbangkan. Hal ini berkaitan dengan potensi reproduksi pada jenis ikan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiews et al. (1970) menunjukkan bahwa fekunditas ikan teri jenis S.insularis berkisar 5.416- 10.033 butir yang berarti bahwa potensi reproduksinya sangat besar.

(9)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

Pada musim puncak (Maret-Juni) penangkapan ikan teri di perairan Barru Selat Makassar, harga ikan teri sangat turun sehingga jumlah tangkapan yang banyak tidak diimbangi dengan harga yang baik menyebabkan penangkapan dihentikan untuk beberapa saat. Tindakan ini menguntungkan dari sudut pelestarian sumberdaya teri. Dari alasan-alasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa bagan rambo masih tergolong ramah terhadap penangkapan ikan teri. Dengan kata lain bahwa dalam hubungannya dengan perikanan bertanggungjawab (Responsible fisheries) penangkapan alat tangkap bagan rambo dengan target tangkapan ikan teri masih dapat dipertanggungjawabkan.

Tabel 2. Persentase jumlah ikan teri (Stolephorus insularis) belum dewasa, dewasa dan yang meminjah di Selat Makassar Selama Penelitian

Periode Pengamatan (bulan) Belum Dewasa (%) Dewasa (%) Memijah Sebagian (%) Sudah Memijah (%) Jumlah Contoh (ekor) Pebruari 73,13 14,43 6,97 5,47 201 Maret 11,06 15,06 34,59 39,29 425 April 20,53 27,38 40,68 11,41 1167 Mei 15,24 39,61 32,09 13,06 1267 Juni 47,8 18,50 15,46 18,23 1857 Juli 84,66 4,65 6,04 4,65 1299 Agustus 96,83 0,79 1,59 0,79 128 Rataan/total 49,89 17,2 19,63 13,27 6444 Kisaran 11,06-96,83 0,79-39,61 1,59-40,68 0.79-39,29 128-1857 Keterangan.: Belum Dewasa ( TKG 1-V), Dewasa ( TKG VI),

Memijah Sebagian (TKG VII), Memijah ( TKG VIII)

Kaitan dengan Keramahan Lingkungan

Minimal terdapat 3 unsur pokok yang sangat penting diperhatikan dalam perikanan bertanggungjawab yaitu environmental friendly, memberikan nilai ekonomi yang kontinu dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat. Ketiga komponen ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan bagan rambo dimasa datang. Asian Productivity Organisation (2002), mengemukakan bahwa kriteria perikanan berkelanjutan adalah bagaimana bekerja secara maksimal secara kontinu membantu para nelayan, sehingga dapat melakukan pemanfaatan dengan ramah lingkungan, secara teknik dapat dilakukan dan secara ekonomi menguntungkan termasuk mendukung penyediaan ketahanan pangan. Menurut Gopakumar (2002), prinsip dari pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah pemanfaatan

(10)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

sumberdaya perikanan jangka panjang dengan memperhatikan karakteristik biologi, dan ekologi termasuk konservasi, dan adanya sharing keuntungan.

Dengan demikian maka pemanfaatan sumberdaya perikanan laut secara berkelanjutan harus dilakukan dengan cara pengelolaan perikanan bertanggung jawab (responsible fisheries) dengan teknologi yang berwawasan lingkungan.

Bagaimana halnya dengan perikanan bagan rambo yang dioperasikan oleh nelayan di perairan Selat Makassar?. Hasil penelitian ini telah dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan beberapa aspek yang perlu dianalisis lebih dalam lagi. Aspek selektivitas alat tangkap bagan rambo merupakan satu hal yang paling krusial.

FAO (1995) dan Arimoto (1999) mengemukakan bahwa dalam perikanan bertanggung jawab maka ikan-ikan tertangkap pada salah satu jenis alat tangkap, minimal pernah memijah sekali dalam hidupnya. Apakah ikan-ikan teri yang tertangkap pada bagan Rambo telah melakukan pemijahan ?. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 49,89% belum dewasa atau belum melakukan pemijahan, sedangkan sisanya adalah telah dewasa dan telah melakukan pemijahan masing-masing; 17 % sudah matang gonad, 19,63% sedang melakukan pemijahan dan 13,27% telah melakukan pemijahan. Hal ini menunjukkan bahwa bagan Rambo masih dapat dikategorikan ramah terhadap ikan teri dan dapat ditolerir sebagai perikanan bertanggungjawab terhadap spesies ikan teri. Pertimbangan lain bahwa alat tangkap ini sangat produktif untuk menangkap ikan teri. Permasalahannya adalah bagan rambo tidak hanya menangkap ikan teri tetapi juga spesies lain sebagai konsekuensi perairan tropis. Oleh sebab itu penelitian yang sama terhadap spesies lain perlu dilakukan

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alat tangkap bagan rambo ditinjau dari sudut ukuran dan TKG, masih tergolong ramah terhadap ikan teri. Dalam kaitan dengan perikanan bertanggungjawab maka bagan rambo dengan target spesies ikan teri dapat digolong perikanan bertanggungjawab. Dengan demikian layak dikembangkan untuk menangkap ikan teri.

Selanjutnya perlu dilakukan penelitian terhadap jenis tangkapan yang lain mengingat bagan rambo tidak hanya menangkap ikan teri tetapi juga beberapa spesies penting lainnya.

(11)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

DAFTAR PUSTAKA

Arimoto,T. 1999. Light Fishing. Paper in International Fisheries Training Center, JICA, Tokyo. Pp15 (unpublished).

Arimoto, T. 2001. Technical Approach to Minimize Fishing Impacts Toward Sustainable Fisheries. in Solving By-catch: Considerations for Today and Tomorrow. Published by University of Alaska. P 13-28.

APO (Asian Productivity Organization), 2002. Sustainable Fishery Management in Asia. Report of the APO Study Meeting on Sustainable Fishery Management. Tokyo. 324 p Baskoro, M. S., 1999. Capture Process of The Floated Bamboo-Platform Liftnet With

Light Attraction (Bagan). Graduate School of Fisheries, Tokyo University of Fisheries . Doctoral Course of Marine Sciences and Technology. p 149

CCRF (FAO), 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries.. Rome , Italy.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal. FAO, 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries.. Rome , Italy.

Gopakumar, K, 2002. Current State of Over Fishing and It’s Impact on Sustainable Fisheries Management in The Asia-Pacific Region. In Sustainable Fishery Management in Asia. Asian Productivity Organization. Tokyo. P 37-57.

Hibiya, T and F. Takashima. 1982. An Atlas of Fish Histology, Normal and Pathological Features. Kodansha Ltd Tokyo. P 145.

Hutomo, M., Burhanuddin, A. Djamali dan S. Martosewojo. 1987. Sumberdaya Ikan Teri di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi-LIPI. Jakarta. 80 hal. Ishi, H and T. Kitahara. 2001. A discarding Problem of Mantis Shrimp in Tokyo Bay. In

Proceeding of the Satellite Workshop on fishing Impacts-Evaluation, Solution and Policy. Tokyo University of Fisheries. P 36 - 37

Monintja, D.R. 1996. Teknologi Tepat Guna Dalam Pemanfaatan Sumberdaya

Hayati Laut: MenyambutEra Pasar Global. Makalah dalam seminar sehari Teknologi Lingkungan dan pengembangan Bisnis Masa Depan, diselenggarakan oleh kantor Menteri negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 13 hal. (Unpublish)

Nadir, M., 2000. Teknologi Light Fishing di Perairan Barru Selat Makassar:

Deskripsi, Sebaran Cahaya dan Hasil Tangkapan (Tidak dipublikasikan). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 87 hal.

Najamuddin, M. N. Nessa., M. Palo, M.Yusran, Metusalach dan A. Assir., 1 994. Studi Penggunaan Lampu Neon Dalam Air Dengan Warna Yang berbeda Pada Perikanan

(12)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Email: sudiru2002@yahoo.com

Purse seine di Laut Flores Sulawesi Selatan. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan Volume II (7). Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.

Nikijuluw, V. P. H.2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Penerbit P.T. Pustaka Cidesindo. Jakarta. 254.hal.

Sudirman, M.S.Baskoro,S.Akiyama and T.Arimoto., 2000. Observation on Set net in Japan With Bibliographical Reviewing. Case Study in Tateyama Bay and Ishigaki (Okinawa Islands). Proceeding of the JSPS International Symposium Fisheries Sciences in Tropical Area; Bogor- Indonesia Agt, 19-21, 1999. .Sustainable Fishing Technology in Asia Toward the 21st. Published by TUF International JSPS Project Vol.8.March 2000.p 78-82.

Sudirman., M.S.Baskoro, Zulkarnain, S.Akiyama and T.Arimoto., 2001. Light Adaptation Process of Jack Mackerel (Trachurus japonicus) by different Light Intensities and Water Temperatures. Proceeding of the JSPS International Symposium Fisheries Sciences in Tropical Area; Bogor- Indonesia Agt, 21-25, 2000 .Sustainable Fisheries in Asia in The New Millennium. Published by TUF International JSPS Project Vol.10. p 205-208.

Sudirman, M.S.Baskoro, A.Purbayanto, D.R.Monintja, dan T. Arimoto. 2003 Profil

Pencahayaan dan Distribusi Ikan pada Areal Penangkapan Bagan Rambo. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2003 Volume 3. hal 28-42.

Tham, A. K., 1965. Notes on the Biology of the Anchovy, Stolephorus pseudoheterolobus Handerberg. Bull. Nat. Mus. Singapura 33 (4):23-26. Tiews, K. I.A.Ronquillo and L.M.Santos, 1970. On the Biology of Anchovies

(Stolephorus Lacepede) in Philippines waters. Proc.Indo.Indo.Facific. Fish.Counc,12(2):1-25

(13)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189

Ukuran Ikan Teri Bulan Pebruari

n = 13 n = 47 n = 93 n = 30 n = 18 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0 5.0-5.8 5.9-6.4 6.5-7.2 7.3-8.0 8.1-9.0 Klas Ukuran (cm) P e rs e n ta s e U k u ra n ( % )

Ukuran Ikan Teri Bulan Maret 2002

n = 1 n = 1 n = 13 n = 133 n = 277 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 3.5-4.8 4.9-6.1 6.2-7.4 7.5-8.7 8.8-9.9 Klas Ukuran (cm) P e rs e n ta s e U k u ra n ( % ) n = 4 n = 288 n = 487 n = 405 n = 87 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 2.5-4.0 4.1-5.5 5.6-7.0 7.1-8.5 8.6-10.0

Size class in Total length (Cm)

P e rc e n ta g e ( % ) Klas Ukuran (cm) April Pebruari Maret

(14)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189 n = 57 n = 371 n = 1185 n = 334 n = 13 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 5.2-6.2 6.3-7.2 7.3-8.2 8.3-9.2 9.3-10

Size class in Total length (cm)

P e rc e n ta g e (% ) n = 147 n = 215 n = 79 n = 1056 n = 333 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 2.0-3.7 3.8-5.4 5.5-7.1 7.2-8.8 8.9-10.3 Size class in Total length (cm)

P e rc e n t (% ) n = 20 n = 92 n = 144 n = 46 n = 20 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0 5.0-5.7 5.8-6.4 6.5-7.1 7.2-7.8 7.9-8.5

Size class in Total length (cm)

P e rc e n t (% ) Klas Ukuran (cm) Klas Ukuran (cm) Klas Ukuran (cm) Mei Juni Juli

(15)

Kontak Person: Dr. Ir. H.Sudirman, MPi Jurusan Perikanan FIKP Unhas Telp. 0411 – 585 189 n = 29 n = 51 n = 32 n = 9 n = 5 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 5.4-6.0 6.1-6.6 6.7-7.2 7.3-7.8 7.9-8.5

Size class in Total length (cm)

P e rc e n t (% ) Klas Ukuran (cm) Agustus

Gambar

Tabel 1.  Jumlah Total  Sampel yang Diamati Ukuran dan Tingkat Kematangan Gonadnya                  Selama Penelitian
Gambar 1. Standar Prosedur Pengamatan Histologi dalam Pengamatan TKG Ikan Teri SAMPLING  Gonad fiksasi dgn larutan Bouin’s Dehidrasi Diinfiltrasi dgn Parafin  Embedding Disayat dgn Microtome
Gambar 2.  Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Teri (S.insularis) selama penelitian  Hasil  penelitian  menunjukkan  adanya  pergeseran  ukuran  panjang  ikan    setiap  bulannya
Gambar 3.  Perkembangan TKG ikan Teri (Stolephorus insularis) selama penelitian.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan memberikan pesan untuk tetap semangat dalam

KESIMPULAN ILUSTRASI & TANTANGAN KEDEPAN UU DESA PP ATAS UU DESA PERATURAN PELAKSANA LAIN RANPERDES UU SEKTORAL PP PELAKSANA PERMEN-KEPMEN JUKLAK JUKNIS LAINNYA UU NO 12/2011

18 Apakah Petugas menarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria. 19 Apakah

(2) Perkiraan alokasi Dana Bagi Hasil masing-masing Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun berdasarkan asumsi yang digunakan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005

Akan  sedikit  naik  selama  persalinan;  tertingi  selama  dan  segera  setelah  kelahiran.  Untuk  bisa  dianggap  normal,  kenaikan  ini  tidak  boleh  melampaui 

disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak.. diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas

Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau cara suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia dengan kata lain fonetik

Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala- mi pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be- rada di tengah kata yang sebelum bunyi ter- sebut