BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dan Teori Terkait
Pada bab ini akan diuraikan tentang gagal ginjal kronik, hemodialisis
& dampaknya, serta kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan terapi
hemodialisis.
1. Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik adalah merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta menyebabkan
uremia. Sumber lain menyatakan bahwa gagal ginjal kronik adalah
destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus.
Penyebab gagal ginjal kronik antara lain glomerulonefritis, infeksi
kronis, infeksi vaskuler (nefrosklerosis) proses obstruksi (kalkuli), penyakit kologen (SLE), agen nefrotoksik dan penyakit endokrin
(Diabetes). Penyebab yang lain yaitu hipertensi yang tidak terkontrol.
Secara umum gejala-gejala ginjal kronik terjadi oliguri (kencing
berkurang), lemas, tidak nafsu makan, mual, muntah, bengkak, gatal, sesak
nafas, dan pucat/ anemia. Pada pemeriksaan laborat terdapat kenaikan
kretinin darah, Hb turun dan proteinuria selalu positif. Bila gejala semakin
berat dimana fungsi ginjal yang tersisa sudah minimal sehingga
obat-obatan tidak memberi pertolongan yang diharapkan lagi, keadaan tersebut
diberi nama gagal ginjal terminal. Pada pasien gagal ginjal terminal diukur
dengan klieren kreatinin tidak lebih 5 ml/ mt, maka diperlukan terapi pengganti yaitu dialisis atau dengan transplantasi ginjal.
2. Hemodialis dan Dampak Hemodialis
a. Hemodialisis
Dialisis adalah difusi partikel larut dari suatu kompartemen
cairan ke komptemen lain melewati membrane semi permeable. Pada
hemodialisis, darah adalah salah satu kompermiable dan dialisat adalah
bagian yang lain.
Membrane semi permeble adalah sintetik ukuran pori-pori
membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah
seperti urea, kreatirin dan asam urat berdifusi. Molekul air sangat kecil
dan bergerak bebas melalui membran, tetapi kebanyakan protein
plasma bakteri dan sel-sel darah terlalu besar untuk melewati
membran. Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen disebut
gradien konsentrasi.
Darah yang mengandung produksi sisa seperti urea dan
kreatinin, mengalir kedalam kompartemen dialier atau ginjal buatan,
tampak akan bertemu dengan dialisat, yang tidak mengandung urea
atau kreatinin. Ditetapkan gradien maksimum sehingga zat ini
pada rentang kecepatan 200 sampai 400 ml/ menit lebih dari 4 sampai
5 jam mengurangi produk sisa, ini menjadi keadaan yang lebih normal.
Supaya jumlah dan tekanan darah yang mengalir ke dialiser
memadahi maka perlu dibuat suatu akses khusus. Akses khusus ini
pada umumnya adalah vena lengan yang sudah dibuatkan fistula
dengan arteri radialis atau ulnaris. Terdapat shunt aliran darah arteri ke
vena sehingga vena akan melebar dan mengalami epitelisasi. Fistula
seperti ini dapat bertahan bertahun-tahun dan komplikasinya hampir
tidak ada.
b. Dampak Hemodialisis
Setelah dilakukan hemodialisis pasien merasa lelah, sakit
kepala, keringat dingin, kram, dan tak buang air seni. Hal ini terjadi
karena tekanan darah menurun dan sel darah merah pecah. Pengaruh
lain bersifat kejiwaan dimana pasien menjadi tidak bisa mandiri dan
bergantung pada mesin hemodialisis, petugas dan keluarga.
Diperkirakan bahwa dialisis yang cepat menyebabkan sindrome,
dimanifestasikan oleh sekelompok gejala dari mual ringan, muntah,
sakit kepala, hipertensi, sampai agitasi, keduatan dan kekacauan
mental. Sehingga penurunan kecepatan aliran darah dan pemberian
sedatif dapat mencegah gejala hemodialisis yang lebih berat.
Dampak lain dari hemodialisis yaitu terjadinya perdarahan.
Perdarahan selama dialisis mungkin karena kondisi medik yang
kogulasi berlebihan. Anti kogulasi yang sering dipakai adalah heparin
karena metode pemberian sederhana, meningkatkan masa pembekuan
dengan cepat dan mudah dimonitor. Kondisi psikologis pasien gagal
ginjal kronik akan mengalami perubahan. Dimana pasien merasa
berduka dan depresi. Namun demikian selanjutnya diikuti oleh
penerimaan bahwa terapi hemodialisis akan diperlukan untuk
sepanjang hidupnya demi mempertahankan hidup.
Dalam aspek sosial, pasien gagal ginjal kronik dengan
hemodialisis mengalami gangguan peran dan perubahan gaya hidup
sangat berhubungan dengan beban fisik dan psikologis karena sakit,
pasien tidak diikut sertakan dalam kehidupan sosial dikeluarga dan
masyarakat, tidak boleh mengurus pekerjaan, sehingga terjadi
perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga. Pasien merasa
bersalah karena ketidak mampuan dalam berperan, dan ini merupakan
ancaman bagi harga diri pasien.
Banyak permasalahan yang timbul akibat dari gagal ginjal
kronik dengan terapi hemodialisis, termasuk aspek fisik, psikologis,
sosial dan hubungan dengan keluarga. Semua ini akan dapat
mempengaruhi tingkat kualitas hidup pasien. Bagaimanapun
hemodialisis dapat memecahkan masalah ini, karena bermanfaat untuk
memelihara keadaan kesehatan pasien. Oleh karena itu perlu adanya
baik dan partisipasi dalam membuat keputusan untuk pasien gagal
ginjal kronik dengan hemodialisis.
3. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
a. Definisi Kualitas Hidup (Quality of Life/ QoL)
Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para
peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multi
disipliner tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi
dalam kontek penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang
khusus seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi.
Selain itu adanya perbedaan etnik, budaya dan agama juga dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Oleh karena adanya perbedaan disiplin
ilmu dan perspektif yang berbeda maka, kualitas hidup sulit
didefinisikan secara pasti.
Farquhar (1995) dikutip dari Kusman menuliskan tiga jenis
utama definisi dari QoL, yang pertama definisi global, yang kedua
definisi komponen, yang ketiga adalah definisi terfokus. Definisi
global biasanya berisikan pemikiran dalam kepuasan atau
ketidakpuasan, kebahagiaan dan kesedihan, kesejahteraan, evaluasi
diri, dari pengalaman hidup dan pencapaian kepuasan secara fisik dan
sosial. Definisi komponen adalah sesuatu hal mematahkan
(menurunkan) kualitas hidup dalan suatu komponen atau dimensi, atau
terfokus adalah hanya satu atau sebagian kecil komponen dari
kemampuan kesehatan atau fungsional.
Peneliti lain memandang kualitas hidup sebagai hal
multidimensional yang mencakup persepsi baik aspek positif maupun
aspek negatif dari fungsi fisik, emosional, sosial dan mental (King,
1998). Demikian pula menurut Ferrans dan Power (1993) kualitas
hidup dipadukan sebagai suatu multi dimensial yang terdiri dari empat
bidang kehidupan utama yaitu kesehatan dan fungsi, sosial dan
ekonomi, psikologi atau spiritual dan keluarga. Walaupun peneliti
mempunyai pandangan yang berbeda dalam menetapkan kualitas hidup
tetapi umumnya mereka setuju bahwa kualitas hidup adalah suatu
paduan multi dimensial.
Kualitas hidup ditetapkan sebagai suatu persepsi individual dari
posisi seseorang dalam kehidupan yang mempunyai budaya dan sistem
nilai dimana orang itu tinggal, berkaitan dengan tujuan, harapan
standar dan perhatian. Persepsi tersebut meliputi kesehatan fisik
seseorang, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan
hubungan mereka dengan lingkungan (4).
Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup menunjukkan suatu
konsep dari paduan multidimensional, yang secara umum telah
ditetapkan sebagai kebahagiaan atau kepuasan hidup. Kualitas hidup
ditetapkan secara berbeda dalam penelitian lain. Namun dalam
konsep WHO dari kesehatan fisik, psikologis, tingkat kebebasan,
hubungan sosial dan hubungan mereka dengan segi ketenangan dari
lingkungan mereka.
b. Dimensi Kualitas Hidup
Walaupun terjadi perbedaan mengenai dimensi kualitas hidup,
kebanyakan ahli setuju ada empat sampai lima dimensi QoL yang
diterima (King, 1998). Kelima dimensi tersebut yaitu :
1. Dimensi fisik adalah kemampuan fungsional seperti tingkat aktivitas, kekuatan energi, perawatan diri dan kesuburan.
2. Dimensi psikologis termasuk kepuasan hidup dan pencapaian tujuan hidup, stres, harga diri, mekanisme pertahanan diri,
keinginan, depresi dan ketakutan.
3. Dimensi sosial menunjukkan bagaimana seseorang menjalin hubungan dengan keluarga, teman, kolega pada pekerjaan, dan
masyarakat umum termasuk kepuasan seksual.
4. Dimensi somatik berhubungan dengan gejala penyakit dan efek samping perawatan.
5. Spiritual adalah menunjukkan pada tujuan dan arti hidup seseorang.
Pendapat lain menyatakan bahwa dimensi kualitas hidup dapat
dilihat dari beberapa aspek dalam tujuh kategori yaitu gejala fisik
seperti nyeri, kemampuan fungsional seperti aktivitas, kesejahteraan
finansial, seksualitas, dan keintiman termasuk citra tubuh, dan fungsi
sosial.
Dalam penelitian ini akan digunakan dimensi kualitas hidup dari
WHOQoL group yang terdiri dari 4 bidang. Keempat bidang dari
WHOQoL BREF meliputi :
1. Kesehatan fisik berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan, ketergantungan pada perawatan medis, energi dan kelelahan,
mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari-hari, dan
kapasitas kerja.
2. Kesehatan psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan negatif spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi, gambaran tubuh dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri sendiri.
3. Hubungan sosial terdiri dari hubungan personal, aktifitas seksual dan hubungan sosial.
4. Dimensi lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik, lingkungan fisik, sumber penghasilan, kesempatan memperoleh informasi, dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang.
c. Ukuran Kualitas Hidup
Pengukuran kualitas hidup oleh para ahli belum mencapai suatu pemahaman pada suatu standar atau metoda yang terbaik. Fokus pengukuran QoL dibagi menurut pengukuran kesehatan diri sendiri dan aspek lain dari kehidupan seseorang seperti spiritual atau keyakinan dan pekerjaan, yang menjadi lebih komprehensif. Secara umum pengukuran QoL dapat dengan cara kuantitatif maupun pengukuran kualitatif.
Dalam penelitian ini akan digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan daftar pertanyaan yang distandarisasi, pertanyaan yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Keuntungan dari alat yang distandarisasi adalah bahwa alat ini dapat dipercaya dan dibenarkan, dapat dipastikan setiap partisipan ditanya dengan satuan item yang sama, lebih mudah untuk mengolah data, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan penelitian lain yang menggunakan instrumen yang sama. Sedangkan kerugiannya adalah jawaban yang terbatas meskipun yang banyak aspek dari QoL yang harusnya dinilai diabaikan.
Pada tahun 1991 bagian kesehatan mental WHO memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQoL). Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan suatu instrumen penilaian kualitas hidup (QOL) yang dapat dipakai secara nasional dan secara antar budaya. Instrumen WHOQoL ini telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia. Setelah melalui beberapa tingkatan hasil akhir adalah 100 versi dari instrumen, yang dikeluarkan dengan WHOQoL-BREF untuk mengukur kualitas hidup pasien gagal ginjal dengan terapi hemodialisis. Instrumen WHOQoL-BREF terdiri dari 26 item, merupakan instrumen kualitas kehidupan paling pendek, namun instrumen ini bisa mengakomodasi ukuran dan kualitas kehidupan seperti yang ditunjukkan dalam sifat psikometrik dan hasil pemeriksaan internasional versi pendek ini lebih sesuai. Praktis dan sedikit memakan waktu dibandingkan WHOQoL-100 item atau instrumen lainnya.
d. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dalam penelitian terdahulu telah menguji kualitas kehidupan, penilaian dengan wawancara, data obyektif dan tes psikologis. Secara umum dilaporkan bahwa terdapat ketakutan pada kualitas kehidupan yang rendah untuk mayoritas pasien hemodialisis, dimana pasien yang lebih muda memiliki kualitas kehidupan yang tinggi dibandingkan pasien yang lebih tua.
Beberapa peneliti lain juga telah meneliti pengaruh latar belakang karakteristik tingkat kualitas hidup pasien hemodialisi. Mereka menemukan bahwa secara umum lama perawatan dialisis tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup tetapi disisi lain pendidikan, ras, status, perkawinan secara signifikan mempengaruhi kualitas kehidupan. Lok (1996) dikutip dari kusman melaporkan bahwa pasien hemodialisis merasa tingkat aktifitas fisik, aktifitas sosial, kemampuan hidup umumnya dibawah rata-rata.
4. Karakteristik individu
Karakteristik individu meliputi pendidikan, pengetahuan, umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik.
1. Pendidikan
Secara umum pendidikan diartikan sebagai segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi usia baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik ( Notoatmodjo, 2005).
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pembimbing, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Pengertian ini menekankan pada pendidikan formal dan tampak lebih dekat dengan penyuelenggaraan pendidikan secara operasional (Hasbullah, 2001).
Menurut UU nomor 20 tahun 2003, jalur pendidikan sekolah terdiri dari :
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama maa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Di akhir masa pendidikan dasart selama 6 (enam) tahun pertama (SD/MI), para siswa harus mengikutidan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs) dengan lama pendidikan 3 (tiga) tahun.
b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah
lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah jenjang pendidikan dasar.
(1) Pendidikan menengah umum
Pendidikan menengah umum diselenggarakan oleh sekolah
menengah atas (SMA) ( sempat dikenal dengan “sekolah
menengah umum” atau SMU)atau madrasahj aliyah (MA).
Pendidikan menengah umum dikelompokkan dalam program
studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di
perguruan tinggi dan hidup di dalam masyarakat. Pendidikan
menengah umum terdiri atas 3 (tiga) tingkat.
(2) Pendidikan menengah kejuruan
Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah kejuruan (MAK). Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik secara nasional, regional maupun
global, kecuali untuk program kejuruan yang terkait dengan upaya-upaya pelestarian warisan budaya. Pendidikan menengah kejuruan terdiri atas 3 (tiga) tingkat, dapat juga terdiri atas 4 (empat) tingkat sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Satuan pendidikan penyelenggara Sekolah menengah atas (SMA), Madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), madrasah aliyah kejuruan (MAK) dan program paket C.
c) Pendidikan Tinggi
pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah. Penyelenggara pendidikan tertinggi adalah akademi, institut, sekolah tinggi, universitas.
2) Pengetahuan a) Definisi
Pengetahuan merupakan resultan dari akibat proses penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran(Istiarti, 2000).
Menurut Bloom (1974) dalam Notoatmodjo (2005)_disebutkan bahwa perilaku seseprang terdiri dari 3 bagian penting yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran perilaku kognitif diperoleh dari penghetahuan, afektif dari sikap / tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan / praktik yang dilakukan.
b) Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut notoatmodjo (2005) dibagi menjadi 6 tingkat yaitu:
(1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Oleh sebab itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. (2) Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestrasikan metri tersebut secara benar.
(3) Aplikasi ( aplication )
A[likasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisireal ( sebenarnya ). (4) Analisa ( analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
(5) Sintesis ( synthesis )
Sintesis menunjuk kepada suatukemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
(6) Evaluasi ( evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatukriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek peneliti atau responden (Istiarti, 2000).
3) Umur
Dinyatakan dalam tahun, ditentukan berdasarkan tanda pengenal yang ada ( tanggal / bulan /tahun )
4 ) Jenis Kelamin
Dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
B. Penelitian Terkait
Berdasarkan penelusuran pustaka, peneliti menemukan penelitian yang terkait yaitu penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisis di RS. Dr. Kariadi Semarang, dilaksanakan oleh Sdr. Junait, tahun 2003. penelitian dengan desain deskriptif analitik mendapat kesimpulan bahwa 75% responden mengalami kecemasan karena faktor terancam kematian (14).
Hubungan antara adekuasi Hemodialisis dengan kualitas hidup
berdasarkan KDQOL di RS. Dr. Kariadi Semarang dilaksanakan oleh Endang
Agustyawati, tahun 2007.
Penelitian lain adalah thesis yang dibuat oleh Kusnan Ibrahim tahun
2004 dengan judul Correlation Betwen Coping and Quality of life of hemodilisis Patient ang Their Spouses di tiga rumah sakit di Jawa Barat. Hasilpenelitian menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara
strategi coping efektif dan kualitas hidup pasien dan pasangannya
C. KERANGKA TEORI
Gambar 1 : Kerangka teori kualitas hidup dari WHO (4). • Dimensi fisik:
Nyeri, ketergantungan perawatan medis, kekuatan dan kelemahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas dan kemampuan bekerja
• Dimensi psikologis: Pengaruh positif dan negative, spiritual, percaya diri, citra diri & peampilan, berfikir, pengetahuan, ingatan,serta konsentrasi
• Dimensi Sosial :
Hubungan pribadi, aktifitas seksual dan dorongan sosial
• Dimensi Lingkungan :
Lingkungan fisik, keselamatan, dan jaminan fisik, sumber keuangan, sumber informasi, rekreasi, lingkungan, rumah, perawatan, kesehatan dan social, transportasi
HEMODIALISIS Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ekonomi Pengetahuan
D. KERANGKA KONSEP
Gambar 2. kerangka Konsep
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
penelitian tertentu ( Notoatmomojo, 2007).
Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian
untuk diamati. Variabel itu sebagai abstrak dari sekelompok orang atau obyek
yang mempunyai variasi antara satu dan yang lainnya kelompok itu
(Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini variabelnya adalah
1. Variabel bebas (Independen)
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel independen adalah terapi hemodialisis dilihat dari
karakteristik individu.
2. Variabel terikat (Dependen)
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kualitas hidup dimensi fisik Karakteristik Individu
Terapi Hemodialisis
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Dimensi fisik
F. HIPOTESIS
Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah :
H1 : Ada hubungan karakteristik individu (Pengetahuan, pendidikan, umur,
jenis kelamin) dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dilihat
dari dimensi fisik
H2 : Ada hubungan terapi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien gagal