• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inovasi TDDC Memberi Dampak Ekonomis Bagi Peternak Cucak Rowo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Inovasi TDDC Memberi Dampak Ekonomis Bagi Peternak Cucak Rowo"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Inovasi TDDC Memberi Dampak

Ekonomis Bagi Peternak Cucak

Rowo

UNAIR NEWS – Tropical Disease Diagnostic Center (TDDC) UNAIR

berhasil mengembangkan metode untuk melihat jenis kelamin pada unggas monomorfik (hewan yang sulit dibedakan hanya dari struktur anatomi dan morfologi). Pusat studi yang bermarkas di Institute Tropical Diseases (ITD) tersebut sanggup memastikan, apakah seekor unggas berjenis betina atau jantan, hanya dengan melihat bulunya.

Peternak burung Cucak Ruwo asal Wisma Mukti Sukolilo Surabaya bernama Gunawan sudah membuktikan hal itu. Dia menyebutkan, pengembangan teknologi yang diinisiasi oleh UNAIR itu sudah sukses menerobos banyak mitos. Selama ini, penentuan jenis kelamin Cucak Rowo sekadar mengacu pada kebiasaan. Teknologi dan metode yang dikembangkan peneliti UNAIR, kata Gunawan, memiliki dampak aplikatif dan langsung ke masyarakat. Khususnya, bagi para peternak Cucak Rowo. Nilai ekonomisnya tinggi. Karena, pengetahuan mutlak akan jenis kelamin itu bakal meningkatkan laba penjualan.

Peneliti TDDC Dr. Eduardus Bimo Aksono menjelaskan, metode yang digunakan UNAIR tergolong sederhana dan tidak berbahaya. Tidak ada pengambilan sampel darah maupun rekayasa pada unggas yang akan didiagnosa. Cukup pakai bulu yang sebelumnya melekat pada hewan. Bulu yang jatuh pun bisa dijadikan objek.

Saat ini, metode yang dikembangkan itu sudah memberi manfaat bagi peternak di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, dan beberapa provinsi lainnya.

(2)

UNAIR”]

Lab Proteomik ITD didukung

Peralatan Canggih dan Lengkap

UNAIR NEWS – Salah satu laboratorium andalan UNAIR adalah Lab.

Proteomik di Institute of Tropical Disease (ITD). Peralatannya canggih dan lengkap. Selalu kaya akan inovasi untuk bersumbangsih buat negeri.

[Best_Wordpress_Gallery id=”59″ gal_title=”lab proteimik”]

Tinggalkan Zona Nyaman, Diana

Nurjanah Lulus Terbaik S-1

FKH UNAIR

UNAIR NEWS – “Prestasi saya tidak banyak, kalau prestasi saya

banyak nanti jadi wisudawan berprestasi dong,” canda Diana Nurjanah. Tapi dia dikukuhkan sebagai wisudawan terbaik S1 Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, dalam wisuda periode Maret 2017 ini. Ia lulus dengan IPK 3,97.

Berawal dari usaha terbaik yang telah ia lakukan serta berani keluar dari zona nyamannya, Diana bisa meraih prestasi membanggakan ini. Dibalik IPK yang nyaris sempurna itu,

(3)

ternyata mahasiswa angkatan 2013 ini juga sempat menjadi asisten dosen patologi veteriner, juara III lomba cerdas cermat veteriner nasional di Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2014, dan mendapat hibah Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Di akhir studi, Diana melakukan riset tentang diare, hal ini ia lakukan mengingat angka diare pada anak kecil masih tinggi. Dari riset tersebut ia berhasil mengembangkan vaksin rotavirus untuk menekan angka diare yang selama ini banyak diderita oleh masyarakat, khususnya terhadap anak kecil.

Keprihatinan dan semangatnya untuk memberikan sumbangsih kepada Indonesia itulah yang mendorong Dian melakukan penelitian skripsi dengan judul “Uji Toksisitas Pra Klinis

Formula Vaksin Rotavirus Terhadap Gambaran Histopatologi Organ Usus Halus Kelinci Jantan”.

“Pokoknya selalu berusaha yang terbaik, karena memang para dokter hewan dapat mengabdi kepada masyarakat melalui hewan. Jadi jatuhnya harus bisa bermanfaat juga buat masyarakat” tambahnya.

Menikmati masa-masa kuliah terakhir, selain menjadi asisten dosen, Diana juga disibukkan menjadi staf magang di Avian Influenza Research Centre (AIRC).

“Menjadi staf magang dapat memberikan pengalaman lebih bagi saya. Selain itu juga bisa menumbuhkan motivasi saya ke depan untuk selalu meneliti lebih jauh dan lebih dalam lagi,” pungkasnya. (*)

Penulis : Disih Sugianti Editor : Nuri Hermawan

(4)

Merancang Minat Sejak SMA,

Vidya HS Lulus Terbaik S-1

Psikologi UNAIR

UNAIR NEWS – Keputusan untuk melanjutkan jenjang studi di

jurusan Psikologi Universitas Airlangga merupakan pilihan Vidya Hesti Setyorini yang telah direncanakan matang sejak SMA. Perempuan kelahiran Cilacap ini, dinobatkan menjadi wisudawan terbaik, wisuda Maret 2017. Ia lulus dengan IPK 3,65.

Selain itu, jenjang S-1 juga ditempuh Vidya hanya 7 semester. Diawal perkuliahannya ia mengaku ingin fokus pada perkuliahan dan membangun pertemanan dengan kawan barunya. Maklum, diawal dirinya menginjakkan kaki di dunia kampus, ia masih banyak teman yang tidak ia kenal, sehingga harus ada relasi yang baik untuk bisa mendapatkan teman yang baik pula.

“Saya jarang ikut kepanitian atau organisasi, saya lebih memilih fokus kuliah, itu dulu saat awal-awal tahu dunia kampus,” tuturnya.

Baru di semester II, perempuan tiga bersaudara ini memutuskan untuk magang di kampus, bergabung dengan Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas (PKPK). “Unit PKPK ini bergerak di bidang sosial, seperti mengadakan outbond dengan peserta dari anak panti asuhan, kampanye untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, dilakukan di Taman Bungkul, selain itu terkadang membantu penelitian,” ungkapnya.

Vidya juga mengatakan bahwa perjuangannya untuk menyelesaikan skripsinya tidaklah mudah dan instan. Baginya, butuh perjuangan ekstra keras dan usaha maksimal. Dari usaha itu,

(5)

skripsinya yang bertajuk “Hubungan Antara Defense Style dan Stres pada Emerging Adult” dapat terselesaikan hanya dalam waktu empat bulan saja.

“Yang penting yakin, insya Allah akan ada jalan,” ucapnya.

Setelah mendapatkan gelar sarjana, Vidya ingin bekerja untuk membalas kebaikan orang tua yang selama ini telah membiayai kuliahnya. Selain itu ia juga ingin mengaplikasikan ilmu yang didapat selama ini agar tidak sia-sia nantinya. “Jangan pernah berhenti walaupun rasanya ingin menyerah, karena sekecil apapun itu usahamu pasti ada jalan,” katanya berpesan untuk adik-adik kelasnya. (*)

Penulis: Ainul Fitriyah Editor: Nuri Hermawan

Diskusi

Santai

antara

Mahasiswa Internasional dan

Pimpinan

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga terus meningkatkan kualitas

diri untuk menuju pentas universitas berkelas dunia. Salah satunya, adalah dengan menggelar forum diskusi serius namun santai antara mahasiswa internasional dengan pimpinan akademik dan kemahasiswaan.

Forum “Lunch with International Students” diikuti oleh 230 mahasiswa internasional di UNAIR dari berbagai program, antara lain penerima beasiswa Kemitraan Negara Berkembang,

(6)

Darmasiswa, program AMERTA, dan peserta Kelas Internasional sarjana, magister hingga doktoral.

Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D, Sp.PD., K-GH, mengharapkan adanya masukan dari para mahasiswa internasional mengenai urusan akademik maupun non akademik. “Karena saat ini kita sedang menuju perguruan tinggi berkelas dunia. Oleh karena itu, keberadaan kalian sangat penting di sini,” tutur Djoko.

Topik publikasi penelitian menjadi bahasan awal dari peserta forum kali ini. Salah satu mahasiswa yang menempuh studi doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat, mengatakan banyaknya tugas rutin perkuliahan dan waktu studi yang singkat membuat jumlah publikasi penelitian di jurnal bereputasi menjadi tidak tinggi. Menanggapi hal tersebut, Warek I menuturkan, publikasi merupakan tuntutan seorang sivitas akademika. Apalagi, saat ini, pemerintah sudah menerbitkan peraturan yang mewajibkan mahasiswa master dan doktor untuk menerbitkan artikel penelitian di jurnal.

“Kuliah di jenjang doktor lebih banyak tuntutannya daripada master. Di negara Anda, pasti setiap mahasiswa juga akan menemui kewajiban tersebut,” tutur Djoko.

Di forum ini tak hanya membahas masalah akademis, tetapi juga kemahasiswaan. Koordinator Unit Kegiatan Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan, Deny Yasmara, M.Kep., mengatakan bahwa seluruh UKM di UNAIR terbuka dan secara senang menerima mahasiswa internasional untuk bergabung dengan setiap klub.

Di UNAIR, ada 40 UKM yang terdiri dari berbagai kelompok seperti kerohanian, bela diri, seni, olahraga, dan khusus.

“Mahasiswa internasional bisa bergabung dengan UKM-UKM. Tinggal datang ke Student Center, dan bertanya apakah bisa bergabung. Kalian bisa bergabung dengan UKM-UKM tersebut tanpa dipungut biaya,” tutur Deny.

(7)

Ketua International Office and Partnership, Dian Ekowati, Ph.D, mengatakan acara ini merupakan pertama kalinya digelar oleh unit kerja yang dipimpinnya. Menurutnya, proses internasionalisasi memang tak sepenuhnya berjalan mudah. Maka, salah satu langkah mengevaluasi diri adalah dengan mendengarkan masukan-masukan dari mahasiswa asing.

“Karena mereka ini adalah salah satu elemen penting buat kami untuk internasionalisasi, maka kami ingin mendengarkan banyak masukan dari mereka,” tutur Dian.

Penulis: Defrina Sukma S

Pusat Pengembangan Stem Cell

Surabaya Kembangkan Scaffold

untuk Rekayasa Jaringan

UNAIR NEWS – Tahun 2008, RSUD Dr. Soetomo bersama Institute of

Tropical Diseases (ITD) dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sepakat membentuk Surabaya Regenerative Medicine Center sebagai pusat pengembangan metode pengobatan Stem Cell. Kini, memasuki tahun ke-9, Surabaya Regenerative Medicine Center semakin eksis berinovasi.

Surabaya Regenerative Medicine Center melalui Instalasi Bank Jaringan RSUD Dr. Soetomo telah menangani puluhan pasien dengan berbagai penyakit menggunakan metode stem cell. Mulai dari pasien penderita diabetes, kanker darah, stroke, cerebral

palsy, hingga osteoarthritis.

Jika sebelumnya stem cell banyak dikembangkan menggunakan metode Sel Based Terapy, kini pusat pengembangan ini tengah

(8)

mengembangkan metode rekayasa jaringan. Demikian disampaikan oleh Ketua Surabaya Regenerative Medicine Center DR. Dr. Ferdiansyah, SpOT yang ditemui beberapa waktu lalu.

Seiring berjalannya waktu, metode stem cell berkembang menjadi dua kelompok, yaitu stem cell menggunakan Sel Based Terapy dan stem cell menggunakan sel dan biomaterial bernama scaffold atau biasa disebut rekayasa jaringan.

“Bank jaringan RSUD Dr. Soetomo telah memproduksi banyak jenis biomaterial. Seperti scaffold yang kemudian dikombinasikan dengan stem cell untuk rekayasa jaringan. Dan itu hanya ada di RSUD Dr. Soetomo,” ungkapnya.

Sel Based Terapy banyak digunakan oleh dokter ‘non bedah’.

Tujuannya untuk mengganti sel yang rusak akibat penyakit maupun proses penuaan (degenerasi). Selain itu, metode ini juga bertujuan mengganti protein untuk metabolisme tubuh.

Sementara gabungan stemcell dengan scaffold memiliki keunggulan yang berbeda. Rekayasa jaringan ini umumnya digunakan oleh dokter bedah untuk menangani kasus penyakit yang lebih besar.

Jika hanya terjadi kerusakan di area sel saja, seperti stroke, diabetes, parkinson, maka dapat digunakan metode penyembuhan menggunakan Sel Based Terapy. Namun jika kerusakannya lebih besar dan kompleks, maka harus diimbangi dengan menggunakan rekayasa jaringan, yaitu teknik menggabungkan stemcell dengan scaffold.

Ferdiansyah mencontohkan ada beberapa kasus yang sering ia tangani menggunakan metode rekayasa jaringan. Beberapa diantaranya seperti kasus tumor tulang. Menurutnya, kasus ini terbilang cukup rumit, karena selain harus membuang seluruh tumor juga harus mengurangi cukup banyak bagian tulangnya. Untuk mengganti fungsi jaringan yang rusak dalam skala kerusakan yang besar, diperlukan metode penggabungan stemcell dengan scaffold.

(9)

Kasus lainnya seperti pengapuran tulang atau osteoarthritis. Dengan menggunakan teknik rekayasa jaringan, maka dapat digunakan untuk mengganti fungsi jaringan yang rusak dalam skala kerusakan yang besar.

“Contoh lain pada pasien kecelakaan. Bisa jadi akibat benturan hebat, bagian tulangnya terlepas dan hilang. Kalau yang hilang cukup besar, maka sulit jika hanya menggunakan stemcell saja. Akan lebih sulit lagi kalau dilakukan cangkok dari bagian tubuhnya yang lain, bisa jadi cacat sebelah. Maka itu perlu dilakukan rekayasa jaringan,” ungkapnya.

Scaffold terbuat dari bahan tulang donor atau tulang hewan yang diproses, atau berbahan biomaterial yang dibuat di bank jaringan RSUD Dr. Soetomo. Untuk mengaplikasikan metode rekayasa jaringan ini, scaffold digabungkan dengan stem cell kemudian ‘ditanam’ pada bagian yang terluka atau bagian tulang yang hilang.

“Pada saat ‘ditanamkan’ stem cell dan scaffold di area yang rusak, akan terjadi proses penyembuhan. Perlahan, area tubuh yang luka akan sembuh dan dapat berfungsi kembali seperti semula,” ungkapnya.

Kombinasi pemberian stemcell dan scaffold pada bagian tulang yang rusak atau hilang akan memberikan peluang pemulihan seperti semula. Untuk kasus tulang, diperlukan waktu sekitar enam bulan hingga satu tahun.

“Saat ini, pemakaian scaffold lebih banyak untuk kasus cidera tulang, tendon, hingga tulang rawan. Untuk kasus organ masih menggunakan Sel Based Terapy. Sementara scaffold untuk kasus organ masih dalam pengembangan riset. Semoga ke depan kasus organ dapat diaplikasikan menggunakan rekayasa jaringan,” ungkapnya.

Konsep regeneratif atau memperbaiki sel-sel yang rusak merupakan prinsip kerja stem cell. Artinya, jika timbul kerusakan, maka dengan stem cell jaringan yang terbentuk akan

(10)

sama dengan aslinya.

Lahirnya berbagai inovasi tentu telah melalui serangkaian proses penelitian yang panjang dan berkelanjutan. Selama sembilan tahun berkembang, proses riset dasar in vitro di laboratorium dan animal study dilakukan di Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR. Proses ini bertujuan untuk memantapkan stabilitas dan keamanan sel sebelum diaplikasikan ke pasien. Setelah sel stabil dan aman, maka proses selanjutnya adalah isolasi dan kultur stem cell yang dilakukan di Bank Jaringan RSUD Dr. Soetomo untuk kemudian diaplikasikan ke pasien.

Instalasi Bank jaringan dan Sel RSUD Dr. Soetomo merupakan badan pelayanan nirlaba yang bertugas mengambil, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan jaringan biologis untuk dicangkokkan pada pasien yang membutuhkan.

Instalasi tersebut dirintis sejak tahun 1992. Pada saat itu, bank jaringan telah memproduksi tulang beku (Fresh Frozen Bone). Tahun 2000 Bank Jaringan mendapat fasilitas baru berupa peralatan canggih untuk mendukung proses produksi jaringan biologis. Sejak saat itu, bank jaringan dapat memproduksi berbagai jenis jaringan biologis dengan standar mutu yangn terjamin, sesuai dengan standart di Asia Pacific Association of Surgical Tissue Banking. (*)

Penulis : Sefya Hayu

(11)

Dubes RI untuk Singapura

Kunjungi UNAIR

UNAIR NEWS – Sebagai bentuk dukungan terhadap kerja sama

bidang pendidikan antar kedua negara, Kedutaan Besar RI untuk Singapura akan membantu penyelenggaraan konferensi internasional yang akan diselenggarakan oleh sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, bulan September 2017.

Dukungan tersebut diutarakan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes RI untuk Singapura, Aisyah Endah Palupi, ketika berkunjung ke Ruang Rektor, Rabu (12/4). Pihaknya akan berkoordinasi dengan para akademisi perguruan tinggi di negeri yang dipimpin Lee Hsien Loong untuk turut serta dalam konferensi internasional yang diadakan oleh FISIP UNAIR. Konferensi yang dimaksud adalah The Second International Conference on Social and Political Science (ICoCSPA).

“Nanti kami akan hubungkan untuk mendapatkan keynote speaker yang sesuai dengan audiens. Dari (akademisi) Singapura,” tutur Aisyah.

Wakil Dekan III FISIP, Prof. Myrtati Dyah Artaria, Ph.D., mengatakan konferensi ICoCSPA tersebut merupakan ajang diskusi ilmiah para akademisi yang terdiri dari mahasiswa sarjana hingga doktor, dan para dosen. Rencananya, konferensi tersebut akan dihadiri oleh para akademisi dari perguruan tinggi dari negara-negara lain.

Selain bicara soal konferensi, kedua belah pihak juga membicarakan potensi-potensi kerja sama pendidikan lainnya, seperti pertukaran mahasiswa dan pengajar, riset dan publikasi bersama.

Dalam kunjungan tersebut juga hadir Dubes RI untuk Singapura Ngurah Swajaya, Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, Sekretaris

(12)

Universitas, dan Wakil Rektor III UNAIR.

Sebelumnya, Ngurah Swajaya mengisi kuliah tamu di FISIP UNAIR. Materi yang dipaparkan bertema “RI-Singapura 50 Goes to FISIP UNAIR: Peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Republik Indonesia-Singapura.”

Penulis: Defrina Sukma S

Mahasiswa FKM Ikuti Bakti

Sosial di Pulau Masalembu

UNAIR NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga mengikuti

kegiatan bakti sosial di Pulau Masalembu, Sumenep, salah satu daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) di Jawa Timur. Mahasiswa tersebut adalah Anca Laika, mahasiswa semester empat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR.

Anca berangkat bersama beberapa sukarelawan eks. peserta

Ekspedisi Nusantara Jaya 2016, ekspedisi yang diselenggarakan

oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya RI. Keikutsertaan Anca terhadap kegiatan yang berlangsung sejak 29 Maret hingga 7 April itu berawal dari keprihatinan dirinya terhadap kondisi anak-anak di Pulau Masalembu.

“Ini untuk kedua kalinya saya ke Pulau Masalembu. Pertama saat saya tergabung dalam Ekspedisi Nusantara Jaya tahun 2016 silam,” ujar Anca.

Bakti sosial di Pulau Masalembu meliputi periksa dan konsultasi kesehatan, sosialisasi gosok gigi, serta Kelas

Inspirasi di SD, SMP, maupun SMA di Pulau Masalembu.

(13)

Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI) Mandar, Desa Sukajeruk, Kecamatan Masalembu.

Sosialisasi ini dilakukan mengingat hampir semua anak di Pulau Masalembu jarang menggosok gigi. Selain itu, dalam menggosok gigi mereka masih menggunakan sikat gigi orang dewasa. Maka tak heran, banyak anak-anak yang memiliki gigi keropos, munculnya karang gigi, dan masalah gigi lainnya. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat di pulau Masalembu juga tergolong minim.

Selain sosialisasi gosok gigi, dalam bakti sosial itu juga dilakukan bagi-bagi sikat gigi anak sesuai dengan usia mereka. Dalam pembagian sikat gigi ini para relawan mendapat bantuan dari Rumah Zakat, Malang.

“Sempet kaget waktu tahu kalau mereka mengosok gigi hanya pagi saja, bahkan ada yang 3 hari sekali. Dan juga mareka kalau gosok gigi mengunakan sikat gigi orang tuanya yang gede, kan nggak sesuai dengan kapasitas mulut mereka. Selain itu, sikat gigi anak di sini sangat jarang. Kalaupun ada harganya mahal,” ujur mahasiswa yang pernah meraih juara I Lomba Cipta Media Promosi Kesehatan memperingati hari AIDS Dunia, Provinsi Jawa Timur ini.

Saat sosialisasi, anak-anak diberi wawasan seputar tata cara menggosok gigi yang benar. Sebab, cara mengosok gigi yang salah dapat menjebabkan bakteri dalam mulut tetap ada walaupun sudah mengosok gigi.

“Mereka taunya kalau menggosok gigi yang benar itu gerakan sikat giginya ke kanan dan ke kiri, dan itu salah besar. Gerakan yang benar saat mengosok gigi adalah untuk gigi depan gerakannya ke atas dan ke bawah, supaya sela-sela gigi kita juga ikut bersih. Kalau ke kanan dan ke kiri, sela-sela gigi kita nggak kesikat alias nggak bersih,” imbuhnya.

Puskesmas setempat di Dusun Sukajeruk, Masalembu, sangat mendukung kegiatan ini. Terlihat, saat pelaksanaan kegiatan

(14)

sosialisasi, pukesmas setempat turut serta mengawasi dan membantu perizinan ke tempat sasaran.

“Saya sangat mendukung kegiatan ini. Memang benar PHBS di Masalembu sangat minim, karena memang jarang atau bahkan tidak ada sama sekali sosialisasi tentang PHBS,” ujar Suaidi, salah satu pegawai di Pukesmas Masalembu dengan logat khas Madura-nya.

Menurut Suaidi, minimnya sosialisasi kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep disebabkan terbatasnya Sumber Daya Manusia. Adapun sosialissai yang pernah dilakukan hanya ketika ada masyarakat yang sakit atau munculnya wabah seperti malaria.

Selain pembagian sikat gigi gratis, dalam bakti sosial ini juga dilakukan pembagian susu gratis, serta hadiah bagi anak-anak yang berani maju ke depan menjawab pertanyaan atau mempraktikkan cara mengosok gigi yang benar.

Harapannya, usai kegiatan ini mengosok gigi dapat menjadi budaya bagi anak-anak, khususnya di Pulau Masalembu. Sehingga, PHBS di Pulau Masalembu dapat meningkat. (*)

Editor : Binti Q. Masruroh

Riset Kusta Berkolaborasi

dengan Belanda, India, dan

Brazil

UNAIR NEWS – Saat ini jumlah pasien kusta di Indonesia nomor

tiga terbanyak di dunia setelah India dan Brazil. Sejak era

(15)

tahun 1980, angka kejadian penyakit kusta di Indonesia dari tahun ke tahun secara keseluruhan mengalami penurunan. Namun, penemuan kasus baru (New Case Detection Rate / NCDR) pada kantung-kantung endemis relatif stabil.

Berdasarkan kajian riset tentang kusta yang dilakukan Dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, dr., SpKK(K) dan tim, salah satu potensi stabilnya penemuan kasus baru adalah belum dapat diputuskan rantai transmisi kusta. Yakni, belum tersentuhnya penatalaksanaan pada kusta stadium subklinis (KSS) atau dikenal dengan subclinical leprosy (orang-orang yang tampak sehat namun berpotensi untuk menjadi sakit tentu saja dapat menjadi sumber penularan di kemudian hari).

Pada bulan Februari 2017 lalu, Cita dan tim dipercaya oleh The

Netherland Leprosy Relief untuk melaksanakan kolaborasi riset

multi center bersama India dan Brazil. Workshop untuk persiapan riset telah dilakukan pada bulan Maret lalu dengan dukungan dana dari The Netherland Leprosy Relief. Selain itu, Cita dan tim juga mendapat dukungan pemeriksaan laboratorium dari Infectious Disease Research Center, Seattle, USA.

Aktivitas penelitian ini juga didukung oleh Kementerian Kesehatan Indonesia dan Dinas Kesehatan Provinsi jawa Timur.

Pilot study akan segera dimulai pada akhir April 2017 di

Pasuruan, yang merupakan salah satu daerah hiperendemis kusta di Jawa Timur.

(16)

D r . C i t a R o s i t a Sigit Prakoeswa, dr., SpKK(K)

“Kusta masih merupakan problem kesehatan bagi masyarakat Indonesia, walau jarang mengancam jiwa seperti infeksi berat lainnya. Namun, penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup pasien karena potensi kecacatan dan bila terjadi pada anak-anak,” ujar Cita ditemui di ruang kerjanya di kantor Bidang Penelitian dan Pengembangan RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Kamis (6/4).

Cita mengatakan, sulit untuk benar-benar memberantas penyakit kusta. Program penatalaksanaan kusta yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil karena jumlah kasus secara keseluruhan menurun. Namun masih terdapat masalah untuk menurunkan jumlah NCDR.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh tim leprosy FK Universitas Airlangga – RSUD Dr Soetomo yang terdiri dari Prof. Dr. Indropo Agusni, dr, SpKK(K); Dr. M Y Listiawan, dr, SpKK(K); Linda Astari, dr, SpKK; Irmadita, dr, SpKK; Medhi D Alinda, dr, SpKK; Bagus H Kusuma, dr, SpKK serta tim Leprosy

Study Group- Institute of Tropical Disease, Universitas

Airlangga yang terdiri dari Dinar Adriaty, SSi, M Kes; Iswahyudi, SKM, M Kes; Ratna Wahyuni, SSi, M Kes serta didukung oleh Kementerian Kesehatan Indonesia dalam hal ini

(17)

Dinas Kesehatan Provinsi jawa Timur, maupun riset yang didukung oleh WHO, Jepang, dan Belanda, dilakukan kajian tentang potensi KSS yang berasal dari narakontak kusta terhadap sulitnya penurunan NCDR.

Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian angka prediksi KSS menjadi kusta manifes pada daerah kantung endemik dengan angka NCDR yang dilaporkan pertahun. Dengan demikian, semakin kuat dugaan peran KSS pada kegagalan pemutusan rantai transmisi kusta.

Riset ini akan melibatkan 200 pasien kusta beserta 100 narakontak masing-masing pasien pada daerah hiperendemis kusta. Pemeriksaan klinis dan laboratorium akan dilakukan pada seluruh narakontak sebelum diputuskan untuk mendapatkan obat profilaksis. Pengamatan terus menerus akan dilakukan selama 5 tahun. Hasil riset ini diharapkan dapat menurunkan NCDR.

“Ini riset kami yang pertama dengan menggunakan sampel dalam jumlah besar, yaitu 20 ribu orang. Bila riset ini dapat berjalan baik dan terbukti peran KSS pada penurunan NCDR melalui pemutusan rantai transmisi, berarti kita ikut mengukir sejarah pada penatalaksanaan penyakit kusta yang telah dikenal setua peradaban manusia,” ujar Cita. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh

Prinsip Sabar Antar Fenita

Lulus Terbaik S-2 Farmasi

(18)

UNAIR

UNAIR NEWS – “Barang siapa sabar maka dia akan beruntung”.

Itulah kunci yang selalu dipegang oleh Fenita Shoviantari, S.Farm., Apt. M.Farm., wisudawan terbaik S-2 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, periode Maret 2017. Perjuangan perempuan asal Kediri ini patut diapresiasi. Demi mengejar lulus tepat waktu, Fenita rela menguras tenaga dan pikirannya untuk sidang proposal saat usia kehamilannya sudah tua.

“Saya hamil di semester II, jadi harus menjalani kuliah dengan aneka macam keluhan khas ibu hamil. Ya mual, muntah, pusing, sakit punggung, dsb. Di semester III ketika sedang menggebu untuk sidang proposal sebelum melahirkan, anak dalam kandungan saya ngambek, tak mau gerak, terpaksa saya harus diobservasi di rumah sakit dan tidak boleh stres,” cerita Fenita.

Kondisi itu membuat niatan untuk seminar proposal sebelum melahirkan akhirnya tertunda sampai satu bulan setelah ia melahirkan buah hatinya. Tak semulus yang dibayangkan, tantangan merampungkan tesis setelah melahirkan pun dibutuhkan banyak kesabaran dan keikhlasan.

“Pengerjaan tesis pun penuh drama, mulai dari alat rusak, terpaksa pending mengerjakan karena ASI seret, harus berkeliling berbagai fakultas di UNAIR, berbagai kampus, bahkan sampai ke UGM,” kenang Fenita.

Sempat pesimis tidak dapat lulus tepat waktu, Fenita terus dengan prinsip sabarnya. Sebab dengan bersabar ia bisa menyelesaikan tanggungjawabnya hingga tepat pada waktunya. “Semakin lama saya lulus, akan semakin lama saya meninggalkan anak. Menjadi wisudawan terbaik ini adalah bonus karena tujuan utama saya mengejar lulus tepat waktu dan bisa fokus pada anak,” kata ibu seorang anak ini. (*)

(19)

Penulis : Disih Sugianti Editor : Nuri Hermawan

Referensi

Dokumen terkait

• #da juga orang batak sakit karena tarhirim +is $ seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati. arena janji tersebut

Dengan melihat hasil pengujian yang diperoleh, maka pembuatan sistem ini telah memenuhi tujuan awal dari penelitian, yaitu membuat sistem navigasi gedung SMK Pancasila

Tindakan perbaikan pembelajaran siklus II ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Untuk tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II ini sama dengan

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan kasih-Nya peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Make A Match Untuk Meningkatkan

Situs web Mindlab Kelapa Gading dapat menjadi sarana untuk mengumumkan secara luas event-event nonrutin yang akan diselenggarakan, sehingga mempermudah

Justifikasi Produk furniture yang diproduksi CV Noble Gallery Indonesia tidak termasuk dalam produk yang yang berasal dari bahan baku yang dibatasi

Skripsi ini merupakan bentuk dari ekspresi penulis terhadap kebudayaan Dayak khususnya budaya Tiwah, karena banyak sekali penulis yang meneliti tentang Tiwah dalam

Menurut penulis adanya pergeseran kebijakan luar negeri Australia yang kemudian memutuskan unutk menjalin kerjasama militer dengan Cina sangat dipengaruhi oleh