• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA ULANG BAHASA DAYAK SALAKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA ULANG BAHASA DAYAK SALAKO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KATA ULANG BAHASA DAYAK SALAKO

TikaYulita

Program StudiPendidikanBahasa Indonesia, PBS FKIP Untan

e-mail: [email protected]

Abstract:Salako language is one of traditional languages that used by SalakoDayakness as a communication language in their traditional ceremony and culture. The problem in this survey is about repeatation words of this language. They are morphology and repeatation of meaning words. Survey theory that used is M. Ramlan theory and the method is qualitative descriptive, data in this survey is about repeatation of words of SalakoDayakness in Kaliau, Sajingan district, Sambas regency, and the technical are interview, and directing attention. Based on data analysis we can conclude that the forms of word are fall, part and combine repeatation b using affix.Therepeatation meaning words of SalakoDayakness are about many, repeating action, free action, very the basic from of and each other action.

Key words: form, meaning, repeatation word

Abstrak: Bahasa Dayak Salako merupakan salahbahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Dayak Salako sebagai alat komunikasi. Adapun pemanfaatan lainnya bahasa Dayak Salako juga digunakan sebagai sarana kebudayaan dalam berbagai upacara adat.Masalah dalam penelitian ini adalah Kata Ulang Bahasa Dayak Salako yang dibatasi dalam dua submasalah yaitu bentuk dan makna kata ulang bahasa Dayak Salako. Teori yang digunakan adalah Teori M. Ramlan. Metode yang digunakan yaitu Metode Deskriptif dengan bentuk Kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kata ulang bahasa Dayak Salako yang digunakan masyarakat Dayak Salakobertempat tinggal khusus di Dusun Sajingan Besar Desa Kaliau Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas. Teknik pengumpulan datayaitu Teknik wawancara, Teknik pemancingan dan Teknik simak.Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut bentuk kata ulang bahasa Dayak Salako yaitu kata ulang seluruh, kata ulang sebagian, dan kata ulang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, makna kata ulang bahasa Dayak Salako sebagai berikut menyatakan “banyak”, menyatakan bahwa "tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang”, menyatakan "sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar", menyatakan bahwa "tindakan itu dilakukan dengan seenaknya, hanya untuk bersenang-senang", menyatakan bahwa "tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai dengan kata lain menyatakan saling"dan menyatakan "sangat".

(2)

angsa Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman budaya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Satu di antara keanekaragaman budaya tersebut adalah keanekaragaman bahasa yang dimiliki suku bangsa Indonesia.Bahasa merupakan budaya yang paling erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat pemakaiannya karena bahasa merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa daerah di Indonesia merupakan suatu budaya yang perlu dijaga, dilestarikan dan dikembangkan agar tidak mengalami kepunahan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang bahasa daerah perlu ditingkatkan sebagai usaha untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan karena bahasa daerah juga dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembinaan pemakai bahasa Indonesia melalui kosakata, istilah dan ungkapan.

Selain menunjang perkembangan bahasa nasional, bahasa daerah juga tetap memainkan peranannya sebagai (1) lambang kebudayaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) sarana perhubungan di dalam masyarakat daerah, (4) sarana pengembangan dan pendukung kebudayaan.

Untuk menjaga dan mengembangkan serta melestarikan bahasa daerah maka penulis berusaha untuk melakukan penelitian tentang bahasa daerah. Hal ini dilakukan atas kesadaran penulis pentingnya bahasa daerah yang dapat memperkaya kosa kata dan istilah dalam bahasa Indonesia. Adapun alasan lain tentang penelitian ini yakni mengenai keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki penulis memilih untuk penelitian bahasa yang menjadi sasaran penelitian penulis.

Mengingat penelitian dalam bidang bahasa cakupannya sangat luas penulis berupaya untuk memfokuskan penelitiannya pada bidang morfologi. Adapun bagian-bagian materi yang terdapat dalam morfologi yakni nomina, verba, adjektiva, morfem, fonem, afiks dan proses pengulangan. Dari sekian banyak materi yang disajikan dalam morfologi maka penulis memilih tentang proses pengulangan dengan alasan untuk membatasi cakupan penelitian yang terlalu luas.

Alasan penulis melakukan penelitian tentang kata ulang adalah untuk mengetahui segala bentuk dan makna kata ulang yang terdapat dalam Bahasa Dayak Salako (BDS). Adapun alasan yang mendasar dari penilitian ini yaitu keingintahuan penulis lebih dalam tentang keunikan kata ulang yang digunakan dalam Bahasa Dayak Salako

Adapun masalah umum yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu Kata Ulang Bahasa Dayak Salako. Agar penelitian ini lebih terarah dan masalah yang dibahas tidak terlalu luas maka penulis menjabarkan masalah umum menjadi masalah khusus yakni bentuk dan makna kata ulang bahasa Dayak Salako.

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan Kata Ulang Bahasa Dayak Salako. Adapun tujuan umum di atas dijabarkan lagi dalam tujuan khusus yaitu untuk mendeskripsikan bentuk Kata Ulang Bahasa Dayak Salako dan untuk mendeskripsikan makna Kata Ulang Bahasa Dayak

(3)

Salako. Manfaat penelitian Kata Ulang Bahasa Dayak Salako dilihat secara teoritis dan praktis, adapun manfaat teoritisnya yakni sebagai bahan perbandingan dalam kajian teori kata ulang yang memang sudah ada dengan Kata Ulang Bahasa Dayak Salako, sebagai usaha pendokumentasian bahasa daerah khususnya mengenai Kata Ulang Bahasa Dayak Salako dan sebagai sumbangan bagi pengembangan dan pengayaan penelitian linguistik masyarakat Kalimantan Barat khususnya penutur Bahasa Dayak Salako. Manfaat Praktinya yaitu menambah wawasan penulis mengenai Kata Ulang Bahasa Dayak Salako, sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya tentang Kata Ulang Bahasa Dayak Salako, sebagai bahan penunjang bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di sekolah khususnya tentang Kata Ulang dan sebagai sumber informasi sehingga dapat membantu pembaca yang mengalami kesulitan dalam menemukan Kata Ulang.

Berdasarkan paparan masalah yang ada bahwa dalam reduplikasi morfologi Bahasa Dayak Salako akan dibahas bentuk kata ulang dan makna kata ulang. Dengan demikian ruang lingkup penelitian ini terbatas pada bentuk dan makna kata ulang yang digunakan dengan tujuan tertentu dalam Bahasa Dayak Salako.

M. Ramlan (1978:38) menyatakan proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut dengan kata ulang, sedangkan bentuk yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang

rumah-rumah dari bentuk dasar rumah,kata ulang perumahanperumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang berjalan-jalan dibentuk dari bentuk dasar

berjalan, kata ulang bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik.

Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi dan akronimisasi Abdul Chaer, (2008 : 178 ). Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak (Muslich, 2010 : 48).

Berdasarkan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa suatu kata dikatakan sebagai hasil proses pengulangan apabila kata itu ada bentuk dasarnya yang diulang jika tidak ada bentuk dasarnya jelaslah bahwa kata itu bukanlah hasil proses pengulangan atau bukanlah kata ulang.

Dalam proses pengulangan, yang dimaksud dengan bentuk dasar ialah bentuk linguistik yang diulang yang menjadi dasar dari proses pengulangan. Untuk menentukan bentuk dasar dari kata ulang seperti sepeda-sepeda, pembangunan-pembangunan, muda-muda, dan perbaikan-perbaikan. Hal tersebut tidak mudah dilakaukan maka dari itu perlu bagi kita untuk mengetahui ciri-ciri bentuk dasar kata ulang bahasa Indonesia. Adapun ciri-ciri bentuk dasar kata ulang bahasa Indonesia antaralain kelas kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas kata-kata ulangnya, apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga dengan kata ulang berkelas kata kerja, bentuk dasarnya pun berkelas kata kerja dan apabila kata ulangnya berkelas kata sifat maka bentuk dasarnya pun berkelas kata sifat, bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa, maksud dalam pemakaian bahasa adalah

(4)

dapat dipakai dalam konteks kalimat dan arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya, ciri-ciri bentuk ketiga ini dapat menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan. Berdasarkan ciri-ciri ini jelaslah bahwa bentuk alun bukan bentuk dasar dari kata alun-alun, bentuk undang bukan bentuk dasar dari kata undang-undang dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan antara bentuk dasar kata ulang dengan arti kata ulangnya.

Reduplikasi atau pengulangan adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mengalami proses morfologis reduplikasi, entah dwipurwa (pengulangan suku awal), entah dwilingga (pengulangan penuh), entah dwilingga salin suara (pengulangan penuh yang berubah bunyi), entah dwiwasana (pengulangan suku akhir). Misalnya leksem rumah dapat dibentuk menjadi sebuah kata ulang dengan menggunakan proses morfologis reduplikasi dwilingga (pengulangan utuh) menjadi rumah-rumah pengulangan utuh terdapat dalam kata ulang semu atau yang menyatakan jamak seperti cuma-cuma, kisi-kisi, lupa-lupa, lobi-lobi dan ubur-ubur.

Setiap kata ulang memiliki bentuk yang diulang. Bentuk yang diulang itu disebut bentuk dasar, ialah suatu bentuk linguistik yang menjadi dasar pembentukan bagi bentuk yang lebih besar. Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks dan pengulangan dengan perubahan fonem. Makna kata ulang dapat digolongkan menjadi sebelas bagian yakni menyatakan "banyak", menyatakan "meskipun Menyatakan "sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar",menyatakan bahwa "tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang", menyatakan bahwa "tindakan itu dilakukan dengan seenaknya, hanya untuk bersenang-senang", menyatakan bahwa "tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai dengan kata lain menyatakan saling", menyatakan "hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar”, menyatakan "pengulangan berkombinasi dengan ber-an, menyatakan saling", menyatakan "sangat",pengulangan berkombinasi dengan ke-an "menyatakan agak" danpengulangan berkombinasi dengan se-nya menyatakan "tingkat yang paling tinggi atau superlatif”.

METODE

Metode penelitian adalah prosedural pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian atau dapat juga dikatakan suatu cara yang dipakai/digunakan untuk memecahkan suatu masalah penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti, menurut Kuntoro (dalam Jauhari 2008:35).

(5)

Menurut Nawawi (2007:63), "Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya".

Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan menampakkan keadaan objek penelitian berdasarkan faktafakta yang ada. Penulis menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pemakaian bahasa yang sebenarnya mengenai kata ulang bahasa Damea Dayak Salako.

Penelitian kualitatif melakukan penlitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity), (Moleong, 1991 : 4). Pada dasarnya penelitian kualitatif adalah penelitian yang perlu dilakukan sesuai suatu masalah diteliti secara kuantitatif, tetapi belum terungkapkan penyelesaiannya. Oleh karena itu, salah satu ciri dari penelitian kualitatif adalah sukarnya kita merumuskan hipotesis. Penelitian ini lebih memfokuskan atau memperhatikan proses daripada hasil. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesisi (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari

gejala-gejala yang diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien antarvariabel.

Adapun bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif dgunakan sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian yang dimulai dari tahap mencari dan memilih masalah yang tepat untuk diteliti, penulis mencari informan sebagai sumber informasi bagi penulis untuk mengungkapkan tentang pemakaian bahasa khususnya kata ulang bahasa Damea Dayak Salako.Data dalam penelitian ini adalah kata ulang Bahasa Dayak Salako yang dikaji dari segi bentuk dan makna BDS.Sumber data merupakan sentral pusat untuk memperoleh data penelitian. Adapun sumber data penelitian ini yaitu BDS yang diperoleh dari informan yang memberikan informasinya tentang pemakaian kata ulang Bahasa Dayak Salako serta adanya penutur yang menuturkan informasi tersebut tentang kata ulang bahasa Dayak Salako.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi langsung, dan teknik simak. Teknik wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai informan dan penutur dengan melontarkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pemakaian kata ulang BDS. Teknik pemancingan dilakukan dengan cara menampilkan gambar atau peragaan yang berhubungan dengan kata ulang yang akan diteliti dalam BDS. Teknik simak dilakukan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan, ( Mahsun, 2007 : 93 ). Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung dalam dialog yakni menyimak segala informasi yang dibicarakan oleh informan.

Instrumen pengumpul data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pedoman daftar pertanyaan,gambar atau alat peraga yang berfungsi untuk mengungkapkan penggunaan kata ulang BDS dan alat perekam untuk membantu penulis dalam menyimak informasi yang diungkapkan oleh informan.

(6)

Teknik pemerikasaan keabsahan data perlu dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar objektif sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Lebih lanjut Moleong (1991: 175) mengatakan bahwa pemerikasaan keabsahan data mencakup: 1)ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara tekun, dengan rincian terhadap berbagai fenomena yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2) triangulasi, yaitu menyelidiki keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti dengan didukung oleh dosen pembimbing, informan bahasa, teman sejawat (mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia) yang sama meneliti bahasa khususnya tentang kata ulang, serta pihak lain yang memahami hakekat penelitian itu. 3) kecakupan referensi, berkaitan dengan informasi yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian. Kecakupan referensi dilakukan dengan cara membaca dan menelaah sumber-sumber data serta berbagai pustaka yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar memperoleh pemahaman arti yang memadai dan mencakupi.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan langkah-langkah menganalisis data sesuai dengan masalah, yaitu:1) mendengarkan kembali hasil rekaman yang berisi cerita rakyat,2) membaca secara intensif catatan hasil dari wawancara antara peneliti dengan informan, 3) mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data-data berdasarkan masalah penelitian sebagai berikut a) bentuk kata ulang, b) makna kata ulang, 4) menerjemahkan data dalam bahasa Indonesia, 5) data dianalisis dengan mengacu pada teori yang tertulis dalam penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu mendeskripsikan bentuk kata ulang dan makna kata ulang Bahasa Dayak Salako sesuai dengan permasalahan yang ada.

A. Bentuk Kata UlangBahasaDayakSalako

1. Pengulangan Seluruhialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem, dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.

Contohnya:

anak ‘anak’ anak-anak (C2B23) ‘anak-anak’

Contoh kata ulang di atas merupakan bentuk pengulangan seluruh yaitu (kata dasar+pengulangan) tanpa adanya pembubuhan afiks maupun perubahan fonem.

2. Pengulangansebagianadalahpengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.

Dalamhalinibentukdasartidakdiulangseluruhnyamelainkansebagiansaja. a. Bentuk ba-. Misalnya:

basalaman ‘bersalaman’ basalam-salaman (G7) ‘bersalam-salaman’

Contoh kata ulang di atas merupakan pengulangan sebagian yaitu (prefiks+kata dasar+pengulangan), akan tetapi pada kata ulang [batapuk-tapuk] dalamBDS proses pengulangan itu terjadi yakni (prefiks+kata dasar+pengulangan, sedangkan pada kata ulang

(7)

(sembunyi-sembunyi)proses pengulangan terjadi yakni (kata dasar+pengulangan). Dalam kata ulang [bagogoh-gogoh] dan [bajameh-jameh]dalam BDS pengulangan itu terjadi yakni (prefiks+kata dasar+pengulangan), sedangkan (kedingin-dinginan=[ke-an]) dan

(berpegang-pegangan=[ke-an]) proses pengulangan terjadi yakni (konfiks (ke-an)+kata dasar+pengulangan).

b. Bentuk ga-. Misalnya:

garemes ‘meremas’ garemes-remes (WK57) ‘meremas-remas’

contoh kata ulang di atas merupakan bentuk pengulangan sebagian dengan rumusan (prefiks + kata dasar + pengulangan).

c. Bentuk ka-. Misalnya:

kalingas ‘melihat’ kalingas-lingas (WK47) ‘melihat-lihat’ contoh kata ulang di atas merupakan bentuk pengulangan sebagian dengan rumusan (prefiks + kata dasar + pengulangan). Pada kata ulang [karebeh-rebeh] dalam BDS rumusan pengulangannya (prefiks + kata dasar + pengulangan), sedangkan pada kata ulang (marah-marah) dalam bahasa Indonesia rumusan pengulangannya (kata dasar + pengulangan). Pada kata ulang [kalatap-latap] dan [kajameh-jameh]dalam BDSrumusan pengulangannya tidak berubah sama dengan yang di atas yakni (prefiks + kata dasar + pengulangan), sedangkan pada kata ulang (ketegang-tegangan) dan (berpegang-pegangan) dalam bahasa Indonesia rumusan pengulangannya (konfiks [ke_an dan ber_an] + kata dasar + pengulangan).

d. Bentuk sa-. Misalnya:

sabaya ‘sama’ sabaya-baya (WK58) ‘sama-sama’ sakabatn ‘sekelompok’ sakabatn-sakabatn ‘sekelompok-kelompok’(C1B13)

Contoh kata ulang di atas merupakan bentuk pengulangan sebagian dengan rumusan (prefiks + kata dasar + pengulangan).

e. Bentuk ta-. Misalnya:

takameh ‘tekencing’ takameh-kameh (WK55) ‘tekencing-kencing’

takiji ‘terkencing’ takiji-kiji(G20) ‘tertawa-tawa’ Contoh kata ulang di atas merupakan bentuk pengulangan sebagian dengan rumusan (prefiks + kata dasar + pengulangan).

3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. a. Bentuk ba-i. Misalnya:

baberai ‘marah’ babera-berai (WK59) ‘marah-marah’ batunggui ‘menunggu’ batunggu-tunggui (WK60) ’tunggu-menunggu’

Contoh kata ulang di atas merupakan bentuk pengulangan sebagian yakni (konfiks [ba-i] + kata dasar + pengulangan), tetapi pada kata ulang [babera-berai] dalam BDS yakni (konfiks [ba-i] + kata dasar + pengulangan), sedangkan dalam bahasa Indonesia (marah-marah) yakni (kata dasar + pengulangan). Pada kata ulang [batunggu-tunggui] dalam

(8)

BDS yakni (konfiks [ba-i] + kata dasar + pengulangan), sedangkan pada kata ulang (tunggu-menunggu) dalam bahasa Indonesia yakni (kata dasar + prefiks (me)+ pengulangan).

b. Bentuk ka-atn. Misalnya:

kaiyaatn ‘terbayang’ kaiya-iyaatn(WK51)‘terbayang-bayang’ kagaiatn ‘ketakutan’ kagai-gaiatn (WK52) ‘ketakut-takutan’ Contoh kata ulang di atas merupakan pengulangan sebagian dengan rumusan pengulangan (konfiks [ka_atn] + kata dasar + pengulangan). c. Bentuk -e dan -an. Misalnya:

tuah ‘untung’ tuah-tuahe (WK53) ‘untung-untungan’ ujungk ‘ujung’ ujungk-ujungke (WK54)‘ujung-ujungnya’ Contoh kata ulang di atas merupakan bentuk pengulangan sebagian dengan rumusan ( kata dasar + pengulangan + surfiks).

B. Makna Kata Ulang BahasaDayakSalako 1. Menyatakan “banyak” misalnya:

a. taor-taor (G19) ‘telur-telur’ “banyaktelur” b. koeh-koeh (G12) ‘kueh-kueh’ “banyak kueh”

2. Menyatakan bahwa "tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang" misalnya:

bakatok-katok (WK37) ‘becubit-cubit’ “cubit berkali-kali” 3. Menyatakan "sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk

dasar" misalnya oto-otoan (G11) ‘mobil-mobilan’ “yang menyerupai mobil”

4. Menyatakan bahwa "tindakan itu dilakukan dengan seenaknya, hanya untuk bersenang-senang" misalnya bajatn-jatn (WK31) ‘berjalan-jalan’ “berjalan seenaknya dan untuk bersenang-senang”

5. Menyatakan bahwa "tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai dengan kata lain menyatakan saling" misalnya babera-berai (WK59) ‘marah-marah’ “saling marah”.

6. Menyatakan "sangat" misalnya rajitn-rajitn(WK27) ‘rajin-rajin’

“sangat rajin” contoh dalam kalimat Rumahe barasih sidi baranggakabatne rajitn-rajitn bakomos (Rumahnya sangat bersih karena mereka rajin-rajin bekemas).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam BDS terdapat tiga bentu kata ulang dan menyatakan enam makna dalam kata ulangnya. 1. Bentuk Kata Ulang BDS antara lain: a) Pengulangan Seluruhpengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem, dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.b) Pengulangan SebagianPengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Dalam hal ini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya melainkan sebagian saja.bentuk ba-, bentuk ga-, bentuk ka-, bentuk sa-, bentuk

ta-. c) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks Dalam proses golongan ini, proses pengulangan berkombinasi dengan proses

(9)

pembubuhan afiks, maksudnya proses pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi.bentuk ba-I, bentuk ka-atn, bentuk -e dan -an. 2. Makna Kata Ulang BDS antara lain: a) Menyatakan “banyak”, b) Menyatakan bahwa "tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang" c) Menyatakan "sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar" d) Menyatakan bahwa "tindakan itu dilakukan dengan seenaknya, hanya untuk bersenang-senang" e) Menyatakan bahwa "tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai dengan kata lain menyatakan saling" f) Menyatakan "sangat".

Saran

Berdasarkan simpulan sebagaimana telah dirangkumkan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai mengingat bahasa daerah merupakan aset budaya yang sangat penting untuk dilestarikan maka perlu adanya pendokumentasian khususnya mengenai Bahasa Dayak Salako yang belum pernah diteliti sebelumnya.

DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Jauhari, Heri. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Moleong Lexy. 1991. MetodePenelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya. Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Gajahmada University Press.

Ramlan. 1987. Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.

(10)

ARTIKEL PENELITIAN

TIKA YULITA

F11408056

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Sindanglaya, Segunung, Pacet-Cianjur 43253, Telp. merupakan kendala utama dalam budi daya krisan di Indonesia. Kehilangan hasil krisan oleh patogen tersebut pada varietas rentan

[r]

dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia dididik dan dibina di Sekolah Tinggi Teologi Aletheia Lawang untuk. dipersiapkan menjadi

Kertas kerja ini melihat kesan pembangunan lazim di Bintulu terhadap pengetahuan tempatan yang diamalkan oleh pesawah Iban dalam aktiviti penanaman padi di Kuala Tatau yang

SUDAHKAH ANDA PINJER PRINT?.

Dari temuan tersebut, pemerintah kabupaten dan kota harus berupaya seoptimal mungkin meningkatkan efektivitas pembangunan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang

Analisis hubungan antara Obat yang diminum bersama TTD terhadap tingkat anemia pada siswi SMP seluruh kecamatan Pare diperoleh bahwa sebagian besar responden hanya minum TTD

Skenario kedua menggunakan dua buah ASN- GW, berbeda dengan skenario pertama yang langsung men deploy langsung skenario yang ada maka pada skenario kedua