• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi kehidupan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesejahteraan

2.1.1 Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi kehidupan individu dan masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup yang dipersepsi masyarakat (Swasono, 2004). Tingkat kelayakan hidup dipahami secara relatif oleh berbagai kalangan dan latar belakang budaya, mengingat tingkat kelayakan ditentukan oleh persepsi normatif suatu masyarakat atas kondisi sosial, material, dan psikologis tertentu.

Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari Undang– Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman hidup.

(2)

Menurut konsep lain, kesejahteraan bisa di ukur melalui dimensi moneter maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi pendapatan, yang didasarkan pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk di suatu daerah. Kemudian masalah kerentanan (vulnerability), yang merupakan suatu kondisi dimana peluang atau kondisi fisik suatu daerah yang membuat seseorang menjadi miskin atau menjadi lebih miskin pada masa yang akan datang. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius karena bersifat struktural dan mendasar yang mengakibatkan risiko-risiko sosial ekonomi dan akan sangat sulit untuk memulihkan diri (recover). Kerentanan merupakan suatu dimensi kunci dimana perilaku individu dalam melakukan investasi, pola produksi, strategi penanggulangan dan persepsi mereka akan berubah dalam mencapai kesejahteraan.

Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai sejahtera.

Ada beberapa indikator keluarga sejahtera berdasarkan Badan Pusat Statistik(2000), yaitu:

(3)

1. Pendapatan

2. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga 3. Keadaan tempat tinggal

4. Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehatan anggota keluarga

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

7. Kemudahaan memasukkan anak kejenjang pendidikan

2.1.3 Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga

Konsep sejahtera menurut BKKBN, dirumuskan lebih luas daripada sekedar definisi kemakmuran ataupun kebahagiaan. Konsep sejahtera tidak hanya mengacu pada pemenuhan kebutuhan fisik orang ataupun keluarga sebagai entitas, tetapi juga kebutuhan psikologisnya. Ada tiga kelompok kebutuhan yang harus terpenuhi, yaitu: kebutuhan dasar, sosial, dan kebutuhan pengembangan. Apabila hanya satu kebutuhan saja yang dapat dipenuhi oleh keluarga, misalnya kebutuhan dasar, maka keluarga tersebut belum dapat dikatakan sejahtera menurut konsep ini. Konsep kesejahteraan tidak terlepas dari kualitas hidup masyarakat (Widyastuti, 2012). Indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara adalah pendapatan perkapita (Supartono dkk, 2011). Namun demikian, pengukuran tingkat kesejahteraan yang hanya menggunakan peningkatan pendapatan per kapita banyak mengandung kelemahan dimana pada kenyataannya kondisi kesejahteraan tidak menggambarkan kelompok masyarakat yang paling relative miskin (Todaro,2000) oleh karena itu dalam rangka lebih menguatkan Indikator kesejahteraan adapun Indikator kesejahteraan tersebut adalah

(4)

Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Semakin tinngi pendapatan yang di dapatkan semakin akan meningkatkkan standar kehidupan rumah tangga

(b) pendidikan yang semakin tinggi dan berkualitas

Pendidikan sangat berpengaruh positif juga terhadap promosi pertumbah ekonomi karena akan lahir tenaga-tenaga kerja yang ulet, terampil dan terdidik sehingga sehingga bermanfaat untuk pembangunan ekonomi karena mmpunyai SDM yang tidak perlu diragukan. Dalam pendidikan ini terdapat tiga jenis indikator yang digunakan untuk pnndidikan yang meliputi, tingkat pendidikan anggota rumah tangga, ketersediaan palayanan pendidikan, dan penggunaan layanan pendidikan tersebut.

(c) kualitas kesehatan yang semakin baik.

Untuk dapat meningkatkan kesehatan dan standar hidup rumah tangga ada empat jenis indikator yang digunakan, yang meliputi status gizi, status penyakit, ketersediaan pelayanan kemiskinan, dan penggunaan layanan-layanan kesehatan tersebut

2.2 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan dimana seseorang hidup dibawah standar kebutuhan minimum yang telah ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan yang membuat seseorang cukup untuk bekerja dan hidup sehat berdasarkan kebutuhan beras dan gizi

(5)

mereka. Menurut teori konservatif, kemiskinan berasal dari karakteristik khas orang-orang miskin. Seseorang-orang menjadi miskin bukan hanya karena masalah mental atau tiadanya kesempatan untuk sejahtera, tetapi juga karena adanya prespektif masyarakat yang menyisihkan dan memiskinkan orang. mendefinisikan mengenai jenis-jenis dari kemiskinan. Kemiskinan secara asal penyebabnya terbagi menjadi 2 macam. Pertama adalah kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya tetap melekat dengan kemiskinan. Kemiskinan seperti ini bisa dihilangkan atau sedikitnya bisa dikurangi dengan mengabaikan faktor-faktor yang menghalanginya untuk melakukan perubahan ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik. Kedua Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap sistem atau tatanan sosial yang tidak adil, karenanya mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap kemiskinan atau dengan perkataan lain ”seseorang atau sekelompok masyarakat menjadi miskin karena mereka miskin”.

Standar kehidupan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar ini disebut sebagai garis kemiskinan. Ukuran kemiskinan terbagi atas dua yaitu ukuran kemiskinan relatif dan ukuran kemiskinan absolut.

(6)

2.2.1 Ukuran Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.

Ukurankemiskinanrelatif menggambarkan tingkat kesejahteraan ekonomi seseorang (kelompok orang) yang relatif jauh di bawah kondisi ekonomi anggota masyarakat (kelompok) yang lain di dalam suatu lingkungan tertentu. Jadi di sini dilihat tingkat kesejahteraan ekonomi anggota masyarakat yang satu dibandingkan dengan yang lain. Kelompok miskin dalam pengertian ini dijumpai dalam setiap lingkungan masyarakat betapapun tingkat kemajuan ekonomi yang telah dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan. Di dalam masyarakat tanpa melihat tingkat kemajuan ekonominya selali ada kelompok yang jauh kurang beruntung dari yang lain. Cuma saja disparitas kesejahteraan ekonomi antara anggota masyarakat di dalam suatu masyarakat yang tergolong maju kehidupan ekonominya relatif tidak setinggi indeks disparitas yang dijumpai di lingkungan masyarakat yang masih tertinggal kemajuan ekonominya.

Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama.

(7)

2.2.2. Ukuran Kemiskinan Absolut

Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,

perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis

kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.

Kemiskinan absolut memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan ekonomi yang tidak memadai dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup sebagai makhluk individu dan sebagai anggota masyarakat. Sebagai makhluk setiap anggota masyarakat mempunyai kebutuhan yang secara minimal diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti pakaian, pangan, papan, dan lain-lain. Di samping itu sebagai anggota masyarakat seseorang juga memiliki sejumlah kebutuhan sosisal di sampingkebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan sosial ini sangat tergantung kepada lingkungan dan tingkat kemajuan masyarakat. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan absolut yang dialami oleh suatu masyarakat tergantung kepada tingkat penyimpangan ke bawah dari patokan yang dipakai untuk mengukur tingkat kemiskinan dalam masyarakat tersebut. Patokan yang dipakai dalam menentukan siapa diantara anggota masyarakat yang tergolong miskin sering di sebut garis

(8)

kemiskinan. Mereka yang berada dibawah garis kemiskinan tersebut dikelompokkan sebagai golongan miskin.

Indikator kemiskinan yang ditetapkan menurut Badan Pusat Statistik adalah kemampuan seseorang dalam memenuhi khususnya kebutuhan pangan minimal sebesar 2.100 kalori/hari/orang atau sekitar Rp. 35.000 per kapita per bulan kemudian kemampuan memenuhi basic needs atau kebutuhan dasar seperti pakaian, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, rasa aman, partisipasi sosial politik, dll. Idnikator dari BPS ini juga dipandang masih terlalu rendah karena pendapatan sebesar itu tentunya hanya “cukup” untk memenuhi kebutuhan “sangat dasar”. Dengan batas kemiskinan yang rendah ini, sangat dimaklumi jika banyak penduduk yang sebenarnya masih dalam kategori miskin, misalnya pendapatan Rp. 36.000 per kapita per bulan terangkat menjadi kelompok “tidak miskin” atau “agak miskin” (nearly poor).

2.2.3. Penyebab Kemiskinan

Emil Salim menyoroti beberapa sumber dan penyebab terjadinyakemiskinan, yaitu :

1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induced of policy) diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.

(9)

2. Socio economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marginal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung.

4. Resources Management and The Environment, yaitu adanya unsur misalnya manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

5. Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal di lahan kritis dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal terus-menerus.

6. The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan karena perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja diberikan lebih rendah dari laki-laki.

7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat-istiadat yang konsumtif saat upacara adatistiadat keagamaan.

(10)

8. Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir (lintah darat).

9. Internal Political Fragmentation and Civil Stratfe, yaitu suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya yang kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.

10. International Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi semakin miskin.

2.2.4 Penanggulangan Kemiskinan

Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan dan memeratakan pendapatan dengan melalui delapan jalur pemerataan, yaitu:

1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan perumahan.

2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. 3. Pemerataan pembagian pendapatan.

4. . Pemerataan kesempatan kerja. 5. Pemerataan kesempatan berusaha.

6. Pemerataan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan wanita

7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air. 8. Pemerataan memperoleh keadilan.

(11)

2.3 Rumah Tangga Miskin

Menurut Mubyarto yang dimaksud kelompok miskin ialah mereka yang aktif bekerja namun memiliki penghasilan yang rendah sekali, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar yang mereka perlukan khususnya kebutuhan pangan. Konsumsi makanan pokok mereka amat rendah yaitu rata-rata 1600-1860 kalori sehari. BPS (2008) memiliki kriteria dalam menentukan rumah tangga miskin. Kriteria tersebut antara lain:

mereka amat rendah yaitu rata-rata 1600-1860 kalori sehari. BPS (2008) memiliki kriteria dalam menentukan rumah tangga miskin. Kriteria tersebut antara lain:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah,bambu,kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamboo,rumbia,kayu berkualitas

rendah,atau tembok tanpa di plester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar,bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur,mata air tidak terlindung,sungai,dan air hujan

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar,arang,minyak tanah.

(12)

9. Hanya membeli satu pasang/stel baju baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5ha,buruh tani,nelayan,bruh bangunan,buruh perkebunan,atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 perbulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah,tidak tamat SD/hanya SD

14. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dngan nilai Rp 500.000 seperti sepeda motor(kredit/non kredit),emas,ternak,dan lainnya Dari kedua pendapat mengenai kriteria rumah tangga miskin di atas, maka yang dimaksud rumah tangga miskin dalam penelitian ini ialah rumah tangga miskin yang masuk dalam kriteria yang sudah ditentukan oleh Kota Binjai. Hal itu dimaksudkan agar memudahkan peneliti dalam menentukan responden yang akan diambil saat penelitian. Rumah tangga miskin berdasarkan kriteria dari Kota Binjai. 2.4 Pengertian Pendapatan,Pendidikan, dan Kesehatan

2.4.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas jasanya dalam proses Balas jasa tersebut bisa berupa upah, bunga, sewa, maupun, laba tergantung pada faktor produksi pada yang dilibatkan dalam proses produksi. Pendapatan ini dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga.

(13)

Konsumsi akan barang juga sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan pendapatan yang diterima (YulianaSudremi 2007:133)

Pendapatan juga diartikan sebagai salah satu komponen penting dalam perekonomian. Pendapatan ini dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Konsumsi akan barang juga sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan pendapatan yang diterima.Maka dari itu penndapatan juga sebagai salah satu penujang kesejahteraan dan Pendapatan juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup seseorang maupun rumah tangga, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Dan secara umumnya , pendapatan dapat diartikan sebagai sejumlah uang yang diterima sebagai balas jasa atas apa yang telah dikerjakan.Pendapatan setiap rumah tanggapun berbeda-beda tergantung jenis pendapatan,pendidikan dan kesehatan keluarga tersebut. Variasi itu tidak hanya disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik rumah

tangga.

2.4.2 Pengertian Pendidikan

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan ialah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran kita mampu secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi diri sendiri. masyarakat, bangsa, dan Negara.

(14)

Pendidikan juga adalah suatu usaha untuk mempengaruhi meningkatkan ilmu pengetahuan dan terciptanya ahlak yang bagus untuk ke depannya,pendidikan juga berguna untuk diri sendiri,masyarakat,dan orang-orang sekitar. Pendidikan sangat berpengaruh positif juga terhadap promosi pertumbah ekonomi karena akan lahir tenaga-tenaga kerja yang ulet, terampil dan terdidik sehingga sehingga bermanfaat untuk pembangunan ekonomi karena mmpunyai SDM yang tidak perlu diragukan. pendidikan juga suatu usaha dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.

2.4.3 Pengertian Kesehatan

Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi kesehatan yaitu:

(15)

1. Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi,berpakian rapi,berotot,tidak gemuk,nafas tidak bau,selerak makan baik,nyenyak,gesit, dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan lancer dan normal.

2. Sehat Mental

Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In Corpore Sano).

3. Sehat Spritual

Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

2.5 Pengaruh Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Kesejahteraan rumah tangga miskin

Pendapatan suatu negara biasanya dapat diukur dengan pendapatan perkapita penduduk nya,besar rendahnya pendapatan ini ditentukan yang bekerja di dalam rumah tangga, dalam rumah tangga tidak semua anggota keluarga bekerja produktif sehingga anggota keluarga itu menjadi beban tanggungan dan karena semakin banyak

(16)

anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan semakin banyak juga anggota keluarga yang harus bekerja menggali pedapatan yang lainnya untuk memenuhi standar hidup dan meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka.

Ada beberapa faktor tingkat besar dan rendahnya pendapatan perkapita di kota yaitu:

1. Rendahnya produktivitas tenaga kerja yang masih rendah

2. Adanya ketergantungan antara sesama keluarga hingga menyebabkan pendapatan tidak menjangkau kesejahteraan.

3. Pendidikan yang rendah dan kurangnya keahlian dalam pekerjaan.

Dalam penelitian ini, yang di maksud dengan pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin adalah pendapatan yang diterima anggota keluarga yang bekerja dalam satu bulan ,pendapatan masing-masing anggota keluarga tersebut lalu dijumlah menjadi satu.

Pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan, dengan meningkatkan pendidikan seseorang ini akan berpengaruh kepada cara berfikir dan kualitas hidupnya, rendahnya tingkat pendidikan akan berdampak kedalam pengambilan keputusan dalam menghadapi permasalahan dalam rumah tangga dan juga rumah tangga yang berpendidikan rendah cenderung miskin di bandingkan rumah tangga yang berpendidikan tinggi. Berikut ini adalah dampak yang di timbulkan karena rendahnya pendidikan terhadap pembangunan yaitu :

(17)

1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.

2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.

Selain pendapatan,pendidikan, kesehatan juga mempunyai hubungan karena jika rumah tangga miskin itu kondisi kesehatan nya dalam keadaan rendah akan berakibat kepada fungsi sosialnya karena mereka tidak bisa melakukan aktifitas mereka bekerja. Seringkali rumah tangga mengabaikan kesehatannya karena Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan, Gizi yang rendah, Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).

Dalam penelitian ini pengaruh kesehatan dalam kesejahteraan rumah tangga keadaan fisik, mental, dan sosial rumah tangga dalam kesehariannya.

(18)

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Iskandar,hartoyo,Ujang Sumarwan, dan Ali Khomsan(2006) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif,dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling,dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa, pendidikan suamidan istri,jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan,kepemilikan aset, pekerjaan suami bukan dagang. Unsur yang mempegaruhi kesejahteraan adalah perencanaan dan pembagian tugas dalam keluarga.

2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rusli Burhansyah(2008) dengan judul Dinamika Indikator Kesejahteraan Petani di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat bahwa Kesejahteraan dapat digambarkan oleh lima indikator, yaitu tingkat pendapatan, proporsi pengeluaran pangan rumah tangga, nilai tukar petani, indeks daya beli, dan ketahanan pangan. Dari indikator di atas diketahui bahwa proporsi pengeluaran pangan mencapai 59,5-62,4 persen dari nilai total pengeluaran rumah tangga. Kondisi ini menyimpulkan bahwa petani padi di kedua kabupaten tersebut belum sejahtera.

3. Analisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan selalu menarik diteliti.Penelitian yang dilakukan oleh Liony Wijayanti dan Ihsannudin

(19)

dengan judul Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarkat Nelayan kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi 35 kemiskinan dan strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan di Kecamatan Pademawu.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa didasarkan pada kriteria World Bank dinyatakan nelayan belum sejahtera.Namun jika didasarkan pada kriteria BPS propinsi Jawa Timur dinyatakan sudah sejahtera.

2.7 Kerangka Pemikiran

2.9. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena, jawaban yang

Tingkat Pendapatan (X1)

Tingkat Pendidikan(X2)

Tingkat Kesehatan (X3)

Kesejahteraan Rumah tangga Miskin (Y)

(20)

diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam persoalaan.Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian ini biasanya disusundalam kalimat pernyataan.

Dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendapatan dengan kesejahteraan rumah tangga miskin.

2. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendidikan dengan kesejahteraan rumah tangga miskin.

3. Terdapat pengaruh positif antara tingkat kesehatan dengan kesejahteraan rumah tangga miskin.

Referensi

Dokumen terkait

Jika semua data pada form data kasus telah terisi, maka sistem akan melakukan perankingan alternatif sesuai prosedur metode TOPSIS dan menampilan hasil

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Fokus Penelitiannya adalah 1) Bagaimana perencanaan metode

- Keterbatasan tingkat perkembangan biakan burung hantu di suatu lokasi umumnya disebabkan keterbatasan jumlah sarang (tempat tinggal) burung hantu baik alami maupun artifical. -

Hasil ini juga sejalan dengan hasil evaluasi kinerja guru terkait implementasi konsep Green School yaitu masih rendahnya keterlibatan orangtua pada program Green

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan sikap siswa SMP. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan

Pedoman penting dalam kesuksesan sebuah KS & T adalah menciptakan sebuah lingkungan yang dapat dipercaya dalam sebuah perusahaan, kerjasama bukanlah sebuah

PERANCANGAN BUKU EDUTAINMENT INTERAKTIF BERISI TUTORIAL KEGIATAN KREATIF UNTUK ANAK USIA PRASEKOLAH Diajukan oleh Fransisca Ayu Hapsari C.A, NIM 1012017024, Program

Bisa saja dimulai dari hubungan A ke C yang bersifat pengaduan atau keluhan-keluhan yang dirasakan masyarakat berkaitan dengan pelayanan dalam proses Administrasi