• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha

CV. ”X” di Cibinong, Bogor merupakan unit usaha mandiri yang memproduksi produk snack puff dengan berbagai macam bentuk dan rasa. Untuk pemasarannya unit usaha CV. ”X” ini tidak melakukan penjualan produk secara langsung namun menggunakan jasa saluran pemasaran berupa beberapa agen yang terletak di wilayah Bogor dan sekitarnya.

Unit usaha CV. ”X” ini dimulai pada tahun 1980 sebagai usaha keluarga (kakak beradik). Pada awalnya unit usaha ini memproduksi snack dalam bentuk kerupuk yang diproduksi secara sederhana. Produk kerupuk yang dihasilkan tidak banyak berbeda dengan produk kerupuk pada umumnya yang pada saat itu sudah banyak dijual di pasaran.

Seiring dengan perkembangan zaman serta tingkat persaingan usaha yang semakin tajam, produk kerupuk yang dihasilkan unit usaha ini semakin sulit berkembang. Dengan berbagai pertimbangan, maka pihak keluarga sepakat untuk melakukan perubahan terhadap barang produksinya. Pada tahun 2000 dengan mengajak anggota keluarga lain yang memiliki pengalaman di bidang produk ekstrusi, maka unit usaha ini memulai usaha barunya. Dengan modal sekitar 150 juta unit usaha ini mulai dengan membeli satu unit mesin ekstruder bekas, lengkap dengan oven untuk pemanggang produk serta mesin packing.

Pada awal usaha produk snack puff ini banyak sekali kendala yang ditemui, seperti kondisi mesin ekstruder yang seringkali tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga produk yang dihasilkan mutunya tidak seperti yang diharapkan. Ada kalanya produk tidak menggembung (puff) dan sering juga produk terlalu matang (gosong). Masalah lain yang ditemui seperti tidak sesuainya rasa atau flavor produk yang dihasilkan dengan selera konsumen, sehingga seringkali pula produk ditolak oleh beberapa toko yang biasanya menjadi tempat di mana unit usaha CV. ”X” ini menitipkan produknya untuk dijual.

Dengan seringnya melakukan perbaikan di sana sini serta terus mempelajari apa yang menjadi selera konsumen terhadap produk snack

(2)

puff maka dalam kurun waktu dua tahun sejak produk snack puff ini diproduksi akhirnya unit usaha CV.”X” ini mampu menghasilkan produk yang cukup diminati oleh konsumen yang memang menjadi sasaran pemasaran produk ini yaitu anak dan remaja. Penerimaan konsumen terhadap produk snack puff yang dihasilkan ternyata mampu menghasilkan jalinan kerjasama terhadap beberapa agen pemasaran produk.

Hingga kini unit usaha CV. ”X” masih terus eksis memproduksi snack puff dengan terus melakukan modifikasi terhadap bentuk dan rasa produk. Dan karena melihat adanya peluang pasar terhadap produk snack puff dengan penambahan tepung ikan nila sebagai asupan protein hewani terhadap produk yang dihasilkan, maka mulai tahun 2007 unit usaha CV. ”X” menjalin kerjasama dengan Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) Jakarta untuk memproduksi produk nila puff. Sebagai bentuk kepedulian pihak pengelola unit usaha CV. ”X” ini terhadap pentingnya asupan gizi pada produknya sekaligus juga tidak dipungkiri bahwa unit usaha ini melihat adanya peluang pasar yang bisa dimanfaatkan dengan memproduksi produk nila puff ini.

2. Struktur Organisasi Unit Usaha

Struktur organisasi di unit usaha CV. ”X” masih bersifat sederhana. Pemilik, manager dan pelaksana usaha masih dominan berada dalam satu tangan yaitu pimpinan/owner unit usaha CV. ”X”. Bagan struktur organisasi unit usaha CV. ”X” dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur organisasi unit usaha CV. ”X” Pemilik Koordinator Supervisor Bagian Promosi / Pemasaran Bagian Administrasi dan Keuangan Bagian Penelitian dan Pengembangan Bagian Produksi

(3)

Berdasarkan struktur organisasi (Swastha dkk, 1994), struktur organisasi perusahaan CV. ”X” termasuk pada bentuk organisasi lini (line organization), dimana kekuasaan mengalir secara langsung dari pimpinan ke kepala bagian dan kemudian diteruskan kepada pegawai-pegawai di bawahnya.

Unit usaha CV. ”X” ini dipimpin oleh pemilik perusahaan. Tugas dan wewenang yang dimiliki oleh pimpinan antara lain menetapkan kebijaksanaan seluruh aktivitas usaha, menetapkan harga jual produk dan menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan. Pimpinan juga turut melakukan pengawasan terhadap mutu produk.

Pimpinan usaha dibantu oleh koordinator dan supervisor dalam melakukan kegiatan pengawasan. Perbedaan antara koordinator dan supervisor terletak dalam hal pengawasannya. Koordinator merupakan karyawan yang ditunjuk oleh pimpinan perusahaan yang bertugas mengawasi lingkungan internal perusahaan serta mengatur hubungan perusahaan dengan lingkungan eksternal. Supervisor merupakan karyawan yang ditunjuk oleh pimpinan khusus untuk mengawasi kegiatan produksi.

Supervisor bertugas melakukan supervisi/pengawasan pada saat proses pembuatan snack puff. Pengawasan yang dilakukan supervisor meliputi jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Dalam pengambilan keputusan perusahaan, selain dilakukan oleh pimpinan perusahaan terlebih dahulu didiskusikan dengan tim inti yang terdiri atas koordinator, supervisor dan beberapa orang yang ditunjuk.

Terdapat beberapa bagian dalam perusahaan, yaitu bagian promosi/pemasaran, bagian administrasi dan keuangan, bagian penelitian dan pengembangan (R&D) serta bagian produksi yang seluruhnya mendapat pengawasan dari koordinator dan supervisor. Penerapan struktur organisasi pada unit usaha CV. ”X ini belum optimal karena uraian tugas dari masing-masing bagian belum cukup jelas. Selain itu pengaruh pimpinan masih mendominasi terutama dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan usaha. Dengan demikian seringkali terjadi, keputusan-keputusan yang seharusnya dapat diambil oleh level koordinator atau supervisor kerap harus terhambat karena harus menunggu keputusan dari pihak pimpinan perusahaan. Hal ini tentu saja dapat mengganggu kelancaran kegiatan produksi.

(4)

3. Karakteristik Responden yang merupakan Konsumen Produk Nila Puff Karakteristik umum responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik demografi yang mencakup umur, jenis kelamin, pekerjaan. Kuesioner untuk responden dapat dilihat pada Lampiran 1.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia.

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan terhadap selera dan kesukaan terhadap produk (Tabel 6). Seseorang yang berusia relatif muda lebih cepat menerima sesuatu yang baru.

Tabel 6. Sebaran persentase responden berdasarkan kelompok usia Kelompok Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%) ≤ 5 – 6 7 – 12 13 – 15 16 – 18 ≥ 19 22 43 25 8 2 22 43 25 8 2 Jumlah 100 100 Berdasarkan hasil penelitian, usia sebagian besar responden merupakan anak-anak menjelang remaja dengan kelompok usia 7 – 12 tahun dengan persentase 43%, dengan demikian dapat dikatakan di sini bahwa sebagian besar responden produk nila puff tergolong responden relatif muda yang selalu mempertimbangkan harga, kemasan yang menarik, kemudahan memperolehnya serta kebiasaan ingin mencoba hal-hal yang baru.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Pada penelitian ini jenis kelamin dibedakan menjadi jenis kelamin laki-laki dan perempuan (Tabel 7).

(5)

Tabel 7. Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 39 39

Perempuan 61 61

Jumlah 100 100

Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan 61% dan 39% adalah laki-laki. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan perempuan lebih dominan dalam melakukan kegiatan jajan makanan dibandingkan laki- laki.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pada penelitian ini status pekerjaan responden yang memang didominasi oleh pelajar dibedakan menjadi pelajar dengan berbagai tingkatan mulai dari TK, SD, SLTP, SLTA dan mahasiswa (Tabel 8). Tabel 8. Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Pelajar TK Pelajar SD Pelajar SLTP Pelajar SLTA Mahasiswa 15 53 24 6 2 15 53 24 6 2 Jumlah 100 100

Pada penelitian ini pekerjaan responden didominasi oleh pelajar SD 53% namun secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa responden produk nila puff ini adalah pelajar mulai dari tingkat TK, SD, SLTP sampai SLTA sebesar 88% dan responden mahasiswa yang hanya mencapai 2% (Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa selain faktor harga, kemasan yang menarik, kebiasaan ingin mencoba hal-hal yang baru ternyata serta budaya jajan makanan ringan (snack) cukup kuat di kalangan pelajar yang menjadi responden produk nila puff.

(6)

B. Hal yang dikaji

1. Pengamatan Mutu Produk Nila Puff a. Pengamatan Uji Mikrobiologi

Hasil uji Angka Lempeng Total (ALT) aerob yang dilakukan terhadap produk nila puff adalah 1,8 x 103 koloni/gr. Angka ini menunjukkan dari segi keamanan pangan, produk ini aman untuk dikonsumsi karena nilainya masih di bawah syarat mutu makanan ringan ekstrudat yang dikeluarkan oleh BSN (maksimal 1,0 x 104). Hal ini

disebabkan pada proses pembuatannya secara keseluruhan menggunakan alat atau mesin yaitu mesin ekstruder, mixer, spray dryer, oven yang dilengkapi dengan ban berjalan (conveyor belt) serta mesin pengemas. Dengan demikian kebersihannya cukup terjaga dan produk yang dihasilkan langsung dikemas setelah selesai diproduksi, hal ini juga merupakan faktor-faktor pendukung kebersihan produk yang dihasilkan.

b. Pengamatan Uji Kimia

Uji kimia yang dilakukan terhadap nila puff meliputi uji kadar air, kadar kalsium dan kadar protein, hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kandungan gizi nila puff per 100 gr bahan

Parameter Hasil

Kadar air 1,3%

Kadar kalsium 1,96% Kadar protein 7,06% Sumber: BBP2HP ( 2007)

Dari data di atas ditunjukkan bahwa tingkat kekeringan produk nila puff sudah sangat baik (hanya mencapai 1,3%), sehingga mengurangi resiko cepat rusak karena jamur dan sebagainya. Sedangkan untuk kandungan protein dan kalsium yang ada pada produk ini cukup baik sehingga memungkinkan adanya tambahan asupan gizi bagi konsumen yang mengkonsumsi produk ini. Dan memang faktor asupan gizi inilah yang membedakan produk nila puff dari produk snack ekstrudat lainnya.

(7)

2. Respon Konsumen terhadap Dimensi Performance Produk Nila Puff

a. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Produk Nila Puff

Atribut yang dianalisis meliputi komponen atribut mutu produk, yaitu barang dan jasa yang berjumlah 13 atribut dan dinilai oleh 100 responden. Atribut-atribut tersebut adalah :

1) Citarasa

Citarasa produk berkaitan dengan mutu bahan baku yang digunakan serta metode pengolahannya. Dengan demikian dapat menghasilkan produk nila puff yang gurih dan enak. Mutu makanan yang baik merupakan faktor utama yang harus diperhatikan oleh suatu unit usaha yang memproduksi produk makanan ringan (snack) dalam menciptakan citra yang baik. Konsumen dapat menjadi loyal pada suatu produk makanan karena mutu yang ditawarkan tidak mengecewakan. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10, responden menyatakan bahwa citarasa gurih dan enak pada produk nila puff adalah sangat penting. Selain beralasan bahwa mutu makanan adalah hal utama yang diperhatikan, responden juga beralasan makanan yang bersih penting untuk menjaga kesehatan. Total skor kepentingan terhadap atribut citarasa gurih dan enak sebesar 470 (Tabel 10).

Pelaksanaan kinerja unit usaha yang memproduksi nila puff terhadap atribut ini sudah dinilai baik oleh 66% responden, dengan kata lain citarasa nila puff sudah lezat di mata sebagian besar responden, yaitu sudah memiliki takaran adonan yang pas dan bahan baku bermutu. Kerenyahan dan rasa gurih pada produk ini menjadi alasan penting bagi responden untuk membelinya. Menurut sebagian responden produk nila puff yang mereka beli senantiasa dalam kondisi kemasan yang tertutup rapat (jarang terdapat kemasan yang rusak) sehingga produk ini senantiasa diterima oleh mereka dalam keadaan baik dan sesuai dengan selera. Tidak ada responden yang menyatakan bahwa mutu produk nila puff ini tidak baik ataupun kurang baik. Total skor kinerja adalah 380 (Tabel 10).

(8)

Tabel 10. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja citarasa Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 75 20 5 0 0 470* 7 66 27 0 0 380** Keterangan :

SP = Sangat Penting, P = Penting, CP = Cukup Penting, KP = Kurang Penting TP = Tidak Penting; SB = Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, KB = Kurang Baik, TB = Tidak Baik.

* 470 = 75x5 + 20x4 + 5x3 + 0x2 + 0x1; ** 380 = 7x5 + 66x4 + 27x3 + 0x2 + 0x1

2) Aroma

Mutu produk nila puff juga ditentukan oleh aromanya, yaitu perpaduan keharuman yang khas dari tepung jagung dan tepung ikan nila yang digunakan sebagai pelapis (coating). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden 36% mengatakan bahwa atribut dari aroma nila puff yang tercium pada saat kemasan dibuka adalah penting. Aroma yang harum akan menarik perhatian konsumen dan menimbulkan keinginan konsumen untuk mencobanya. Total nilai kepentingan adalah 379 (Tabel 11).

Aroma nila puff dinilai cukup baik oleh sebagian besar responden yaitu sebesar 68% dari keseluruhan responden seperti yang terlihat pada Tabel 11, dengan skor kinerja 331. Sebagian besar responden bahkan menyatakan bahwa aroma keharuman tepung jagung dan tepung ikan cukup kuat tercium setelah kemasannya dibuka.

Tabel 11. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja aroma Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 25 36 32 7 0 379 3 27 68 2 0 331

(9)

3) Bentuk dan Ukuran

Bentuk dan ukuran produk nila puff yang bervariasi dapat menimbulkan kesan tersendiri di mata konsumen. Beragamnya bentuk dan ukuran nila puff yang ditawarkan dapat membuat konsumen memiliki banyak pilihan dan pembelian dapat disesuaikan dengan tingkat kesukaan dan kondisi keuangan. Berdasarkan hasil penelitian, 52% responden menganggap bahwa atribut bentuk dan ukuran produk nila puff sangat penting karena dengan bervariasinya bentuk dan ukuran produk ini dapat membuat konsumen lebih variatif dalam memilih produk nila puff dan 35% menganggap penting. Skor total kepentingan adalah 434 (Tabel 12).

Sebesar 49% responden menyatakan bahwa bentuk dan ukuran produk nila puff sudah cukup baik kinerjanya sehingga mampu memenuhi selera konsumen dan dapat membantu konsumen dalam memilih produk nila puff yang sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Produk nila puff yang dijual di beberapa toko atau warung di daerah Cibinong ini tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti bentuk bola-bola, pipa, cincin, ikan dan kotak pipih. Secara umum ukuran dari setiap bentuk produk nila puff ini cukup mungil sehingga memungkinkankan produk tersebut ini masuk ke dalam mulut seorang anak dengan mudah. Para konsumen cilik ini juga mengharapkan adanya variasi bentuk-bentuk baru dari produk nila puff ini sehingga mereka bisa lebih leluasa lagi menikmatinya. Penilaian para responden ini dapat dilihat pada Tabel 12, dengan skor kinerja 352.

Tabel 12. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut bentuk dan ukuran

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 52 35 9 3 1 434 11 35 49 5 0 352

(10)

4) Keragaman dan Variasi Produk

Konsumen akan merasa puas, jika barang yang dibutuhkan dapat terpenuhi di satu tempat. Dengan demikian tidak perlu bersusah payah menuju ke beberapa tempat untuk memenuhi kebutuhannya. Keragaman barang suatu toko atau warung yang menjual produk nila puff dikatakan baik, jika seluruh variasi dari jenis produk nila puff tersedia sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49% responden berpendapat bahwa variasi dari jenis produk nila puff yang tersedia pada suatu toko atau warung adalah penting, karena bervariasinya jenis produk nila puff yang tersedia dalam suatu toko atau warung membuat konsumen lebih variatif untuk memilih produk tersebut sesuai dengan seleranya, baik untuk dinikmati sendiri maupun dimakan bersama-sama dengan teman atau anggota keluarga mereka. Skor kepentingan total terhadap atribut ini 372 (Tabel 13).

Berdasarkan penilaian terhadap tingkat kinerja, 48% responden mengatakan bahwa keragaman dan variasi produk sudah cukup baik dengan alasan produk nila puff yang tersedia bervariasi. Sebagian besar responden menyatakan cukup puas dengan ketersedian seluruh variasi dari jenis produk nila puff pada toko dan warung yang menjual produk ini dalam beragam jenis seperti produk nila puff rasa ayam bawang, rasa keju, rasa daging panggang (barbeque) yang semuanya memiliki rasa gurih, sedikit asin dan cukup lezat. Serta ada pula produk nila puff rasa coklat yang memiliki rasa lezat dan manis. Namun ada juga responden dengan jumlah sekitar 7% yang menyatakan bahwa variasi produk kurang beragam dan menyarankan agar pihak unit usaha produk nila puff dapat terus menciptakan rasa baru, misalnya rasa jagung bakar, balado dan lain-lain. Secara keseluruhan penilaian responden terhadap kinerja perusahaan cukup baik karena tidak ada responden yang menyatakan tidak baik terhadap atribut variasi produk. Namun bukan berarti pihak perusahaan boleh bersantai-santai karena kemungkinan berubahnya permintaan atau keinginan konsumen sangat dimungkinkan seiring dengan perjalanan waktu. Skor total kinerja

(11)

keseluruhan adalah 337. Hasil penilaian responden terhadap keragaman dan variasi produk dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut keragaman dan variasi produk

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 14 49 33 3 1 372 5 38 48 7 2 337

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9

5) Harga Produk

Pentingnya harga sebagai determinan untuk berlangganan di toko bervariasi menurut jenis produk. Pada suatu waktu, harga dapat menjadi determinan yang tidak penting dalam pemilihan suatu tempat berbelanja dan mutu yang dikembangkan oleh suatu toko menjadi suatu hal yang lebih penting. Pentingnya harga bergantung pada sifat pembeli. Beberapa pelanggan lebih menyukai faktor-faktor lain seperti penampilan kemasan dan kemudahan memperoleh produk yang diinginkan meskipun harga yang ditawarkan relatif mahal. Harga merupakan salah satu faktor penting yang menjadi perhatian konsumen. Penetapan harga produk yang ditetapkan oleh pihak perusahaan harus tepat sebab strategi harga produk memiliki pengaruh langsung terhadap volume penjualan. Harga yang ditawarkan kepada konsumen atau pembeli produk nila puff relatif tidak jauh berbeda dengan produk makanan ringan sejenis dalam hal ini adalah sesama produk ekstrudat. Namun meskipun dari segi harga produk nila puff ini tidak banyak berbeda dengan produk ekstrudat yang sejenis tetapi ada nilai gizi yang ditawarkan oleh pihak produsen kepada konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut. Nilai gizi yang ditawarkan adalah protein ikan yang bisa dijadikan sebagai asupan gizi bagi konsumen. Hal inilah yang membedakan produk nila puff terhadap produk ekstrudat lainnya sebagai sesama jenis makanan ringan (snack).

(12)

Berdasarkan hasil penelitian, 48% responden menyatakan bahwa atribut harga produk penting. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa dengan jenis teknologi pengolahan yang serupa diharapkan harga juga menyerupai sehingga tidak terlalu memberatkan konsumen yang memang menjadi target pemasaran produk nila puff ini. Dalam hal ini harga adalah faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam membeli suatu produk. Sedangkan untuk tingkat kinerja dari atribut ini dianggap cukup baik oleh 52% responden dengan alasan harga produk nila puff cukup terjangkau, tetapi walaupun demikian ternyata masih ada sekitar 2% responden menyatakan kurang baik karena harganya relatif mahal apabila dibandingkan dengan tempat lain yang juga menjual produk snack puff. Responden juga menyarankan agar unit usaha nila puff memberikan potongan harga untuk pembelian tertentu. Skor total kepentingan 372 dan skor total kinerja 349 (Tabel 14).

Tabel 14. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut harga produk

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 17 48 28 4 3 372 8 37 52 2 1 349

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9.

6) Usaha Promosi

Promosi merupakan salah satu peubah strategi pemasaran yang digunakan untuk memperkenalkan atau menginformasikan keberadaan produk maupun jasa kepada para konsumennya. Penggunaan iklan dapat membantu unit usaha pengolah produk nila puff untuk menginformasikan dan mengingatkan masyarakat akan keberadaan produknya. Promosi melalui iklan yang dilakukan untuk memberitahukan jenis produk yang dijual dan adanya penawaran khusus di beberapa tempat berkumpulnya sejumlah anak dan remaja misalnya di sekolah-sekolah, di pusat-pusat perbelanjaan, dapat pula

(13)

dilakukan di taman bermain anak-anak dan lain-lain. Dengan melakukan kegiatan promosi ini selain untuk menarik minat para calon konsumen untuk membeli produk nila puff juga untuk mensosialisasikan tentang diversifikasi produk olahan hasil perikanan kepada masyarakat luas. Dengan demikian masyarakat mendapatkan pengetahuan bahwa produk perikanan bukan hanya dapat dikonsumsi sebagai lauk pauk sebagaimana yang sudah lama dikenal selama ini tetapi juga dapat dikonsumsi sebagai makanan ringan (snack).

Berdasarkan hasil penelitian, 27% responden menyatakan bahwa atribut promosi adalah penting untuk diperhatikan maupun dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Sebesar 45% responden menyatakan atribut ini sangat penting dengan alasan promosi dapat memberikan informasi mengenai keberadaan produk baru sehingga sebagaimana kebiasaan anak-anak dan remaja pada umumnya yang senantiasa tertarik mencoba hal-hal baru maka bukanlah hal mustahil bila kemudian mereka merasa tertarik untuk mengkonsumsi produk nila puff ini. Ada pula sekitar 12% responden yang menganggap kalau penggunaan iklan kurang penting. Alasan yang mereka kemukakan di sini adalah kebiasaan mereka melihat-lihat langsung jajanan baru apa yang dijual di toko atau warung yang memang sudah menjadi langganannya.

Berdasarkan tingkat kinerja dari atribut promosi sebanyak 18% responden menilai usaha promosi perusahaan baik dan 48% responden menyatakan usaha promosi yang dilakukan perusahaan kurang baik. Hampir sebagian besar responden mengatakan tidak pernah melihat iklan yang mempromosikan produk nila puff, mereka hanya mengetahui keberadaan produk ini melalui informasi dari mulut ke mulut. Untuk itu disarankan agar unit usaha nila puff ini mengadakan promosi ke sekolah-sekolah, tempat bermain anak-anak atau dapat juga dengan menyebarkan pamflet atau brosur di pusat-pusat perbelanjaan atau perumahan-perumahan, untuk lebih memberi informasi kepada masyarakat tentang keberadaan produk nila puff ini. Penilaian responden terhadap atribut usaha promosi dapat dilihat pada Tabel 15.

(14)

Tabel 15. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut usaha promosi

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 45 27 15 12 1 403 5 18 29 48 0 352

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9.

7) Manfaat Yang Dirasakan

Konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu barang ataupun jasa berharap bahwa barang atau jasa tersebut dapat memberikan manfaat sesuai dengan yang diharapkannya. Berdasarkan hasil penelitian, 41% responden menganggap manfaat yang dirasakan dari mengkonsumsi produk nila puff cukup penting dan 36% responden menyatakan kurang penting (Tabel 16).

Penilaian terhadap kinerja menunjukkan 62% responden menyatakan manfaat yang diperoleh dari membeli dan mengkonsumsi produk nila puff sudah cukup baik, tetapi juga menyarankan agar unit usaha produk nila puff menambah variasi penambahan hasil perikanan dengan jenis yang lain seperti udang, rumput laut dan lain-lain sehingga bisa memberi keleluasaan mereka untuk memilih produk sesuai selera. Perolehan skor kepentingan dan kinerja adalah 273 dan 334. Penilaian responden pada atribut ini dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut manfaat yang dirasakan

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 1 17 41 36 5 273 2 33 62 3 0 334

(15)

8) Kandungan Gizi

Kandungan gizi dalam suatu produk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh produsen maupun konsumennya. Konsumen tidak hanya membeli produk berdasarkan kuantitasnya, melainkan memperhatikan mutu produk tersebut seperti kelengkapan zat gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian, 44% responden menyatakan bahwa kandungan gizi yang terdapat dalam produk nila puff maupun makanan adalah cukup penting dan 30% responden menyatakan kurang penting. Untuk kinerja atribut ini dinilai sudah cukup baik oleh responden yaitu 51% dan hanya 1% yang menyatakan tidak baik. Adapun penilaian responden terhadap atribut kandungan gizi ini dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut kandungan gizi

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 0 7 44 30 19 239 5 42 51 1 1 349

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9.

9) Kemudahan untuk Memperoleh Produk

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesetiaan seseorang terhadap suatu produk adalah kemudahan dalam memperoleh produk. Seseorang yang loyal terhadap suatu produk tertentu akan melakukan pembelian ulang terhadap produk yang bersangkutan, namun ketika usaha untuk memperoleh produk tersebut tidak sebanding dengan manfaat yang dirasakan maka kesetiaan tersebut dapat memudar dan beralih ke produk yang lebih mudah diperoleh bagi konsumen.

Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa 81% responden menyatakan bahwa kemudahan dalam memperoleh produk adalah penting. Hanya 35% responden yang memberi penilaian cukup baik terhadap kinerja

(16)

kemudahan memperoleh produk nila puff ini. Seperti diketahui bahwa produk nila puff ini merupakan produk baru sehingga pemasarannya masih terbatas pada wilayah Cibinong saja, hal ini menyebabkan produk tersebut akan sangat sulit diperoleh di luar wilayah Cibinong. Untuk itu sangat penting memperluas jangkauan pemasaran produk nila puff ini sehingga dapat membantu konsumen mengenal dan memperolehnya. Dengan demikian tidak mengejutkan bila ternyata sekitar 42% dari total responden menyatakan kinerja atribut ini kurang baik. Sebagian responden bila sedang berada di luar Cibinong mengaku kesulitan dalam mendapatkan produk ini.

Tabel 18. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut kemudahan untuk memperoleh produk

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 11 81 5 3 0 400 0 4 35 42 19 224

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9.

10) Daya Tahan Produk

Daya tahan produk merupakan suatu indikasi awet atau tidaknya suatu produk. Produk nila puff dibuat tanpa bahan pengawet buatan, sehingga daya tahan produk bertahan sekitar tiga hingga enam bulan bila kemasan masih tertutup rapat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% responden menganggap daya tahan produk cukup penting, 26% responden menganggap daya tahan produk nila puff penting dan sangat penting. Perolehan total skor kepentingan responden terhadap atribut ini 363 (Tabel 19).

Penilaian responden terhadap tingkat kinerja daya tahan produk nila puff dikatakan sudah cukup baik. Sebanyak 59% responden mengatakan bahwa daya tahan nila puff cukup baik sesuai dengan semestinya dan sebaiknya produk nila puff tidak boleh terlalu awet, karena mengindikasikan adanya bahan pengawet. Penilaian responden ini dapat dilihat pada Tabel 19.

(17)

Tabel 19. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut daya tahan produk

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 26 26 34 13 1 363 4 35 59 2 0 341

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9.

11) Kemasan

Kemasan merupakan salah satu faktor penting, konsumen menyukai kemasan yang praktis dan menarik karena sebagai nilai tambah (kepuasan atau prestise) dan mendapatkan kemudahan dalam membawanya. Dan sudah menjadi bukan rahasia lagi bahwa dalam menentukan jadi atau tidaknya suatu transaksi pembelian barang atau produk dilakukan seringkali ditentukan oleh menarik atau tidaknya kemasan barang atau produk yang ditawarkan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, 78% responden menyatakan bahwa kemasan sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, sedangkan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam hal penyediaan kemasan dianggap sudah cukup baik oleh responden (67%), karena kemasan terbilang cukup memiliki warna dan disain gambar yang menarik berupa kantong alumunium foil yang menggembung. Sekitar 10% responden menyatakan kemasan kurang baik karena harus ada informasi tambahan mengenai adanya kandungan gizi pada produk ini serta dapat juga ditampilkan gambar ikan yang lucu dan menarik pada kemasan produk ini sehingga para konsumen cilik ini dapat lebih mudah mengenal produk nila puff ini bila mencarinya di toko atau warung. Penilaian responden terhadap atribut ini dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut kemasan

(18)

SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 78 20 2 0 0 476 5 15 67 10 3 309

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9.

12) Merek

Merek merupakan nama atau istilah yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual, serta untuk membedakan produk yang satu dengan produk lain yang menjadi pesaingnya. Alasan berikutnya yang menjadi pertimbangan pihak produsen adalah mengenai hoki (membawa keberuntungan) atau tidaknya suatu merek digunakan. Karena sasaran utama konsumen produk nila puff ini adalah kelompok anak-anak dan remaja, maka secara naluri bisnis pihak produsen produk nila puff sengaja tidak mencantumkan “nila puff” sebagai merek melainkan istilah-istilah lain yang lebih familiar di telinga anak-anak dan remaja. Tidak dipungkiri ada semacam kekhawatiran di pihak produsen bila mencantumkan merek “nila puff” akan kurang pas di telinga anak-anak sehingga menyulitkan mereka untuk mengingatnya dan yang lebih penting lagi karena sukar mengingat mereknya maka anak-anak ini akan mencari produk ekstrudat lain dengan merek yang lebih mudah diingat, dan ini tentu saja menjadi hal yang tidak menguntungkan bagi pihak CV. “X” selaku produsen nila puff.

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 77% responden menganggap penting atribut merek, dengan total skor kepentingan 413. Penilaian tingkat kinerja dari atribut merek dinilai telah cukup baik oleh sekitar 68% responden karena merek yang melekat pada produk nila puff ini cukup mudah dikenal dan diingat oleh anak-anak selaku konsumen. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut merek dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut merek

(19)

Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 18 77 5 0 0 413 2 21 68 8 1 315

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9.

13) Halal

Kehalalan suatu produk mengisyaratkan bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi oleh konsumen khususnya bagi kaum muslim. Apabila suatu produk memang benar-benar halal, maka sebaiknya pada setiap kemasan produk dicantumkan label halal sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan dalam benak konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, 63% responden menyatakan sangat penting bagi perusahaan untuk menjamin produknya halal atau tidak (Tabel 22).

Penilaian responden terhadap tingkat kinerja menunjukkan bahwa hanya 11% responden menyatakan bahwa kehalalan produk nila puff cukup baik (Tabel 22). Dalam proses penilaiannya sebagian besar responden tidak menjawab hal ini disebabkan karena banyak juga responden yang tidak terlalu peduli dengan halal atau tidaknya produk ini karena mereka memang kurang memperhatikan apakah dalam kemasannya sudah terdapat tulisan halal atau belum.

Tabel 22. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut halal

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP (5) P (4) CP (3) KP (2) TP (1) Total Skor SB (5) B (4) CB (3) KB (2) TB (1) Total Skor Jumlah (%) responden yang menilai 63 30 7 0 0 456 8 4 11 47 30 213

Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 9.

Setelah diperoleh hasil penilaian tingkat kepentingan dan kinerja terhadap 13 atribut produk nila puff, maka langkah selanjutnya mencari nilai rataan tingkat kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut

(20)

dengan membagi skor yang diperoleh dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Rataan dari tingkat kepentingan dan kinerja ini digunakan sebagai dasar untuk membentuk diagram Kartesius, yaitu diagram yang terdiri dari empat kuadran yang digunakan untuk melihat prioritas perbaikan kinerja berdasarkan kepentingannya. Secara keseluruhan, skor rataan tingkat kepentingan dan kinerja dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Perhitungan rataan dari penilaian tingkat kepentingan dan kinerja atribut mutu produk nila puff pada unit usaha CV. “X” di Cibinong

Kode Atribut Rataan Kepentingan (Y) Rataan Kinerja (X) 1 Citarasa 4,70 3,80 2 Aroma 3,79 3,31

3 Bentuk dan ukuran 4,34 3,52

4 Keragaman dan variasi produk 3,72 3,37

5 Harga produk 3,72 3,49

6 Manfaat yang dirasakan 2,73 3,34

7 Kandungan gizi 2,39 3,49

8 Daya tahan produk 3,63 3,41

9 Kemasan 4,76 3,09

10 Merek 4,13 3,15

11 Halal 4,56 2,13

12 Usaha promosi 4,03 3,52

13 Kemudahan untuk memperoleh produk 4,00 2,24

Jumlah 50,50 41,86

Rataan 3,88 3,22

Setelah mengetahui nilai rataan tingkat kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut maka setiap atribut mutu produk yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen perlu diperbaiki seiring dengan berjalannya waktu. Meskipun demikian, perbaikan kinerja tersebut perlu mempertimbangkan sumber daya yang terbatas sehingga perusahaan harus dapat mengalokasikan sumber daya terhadap perbaikan kinerja atribut yang mampu memberikan manfaat lebih besar untuk kepuasan konsumen. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh pihak perusahaan adalah memprioritaskan atribut yang dianggap memiliki tingkat kepentingan tinggi oleh konsumen namun memiliki tingkat kinerja rendah. Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap kinerja atribut produk maupun jasa adalah

(21)

dengan menggunakan analisis kuadran Kartesius seperti terlihat pada Gambar 6. 13

12

Kuadran IV

Kuadran I

Kuadran II

Kuadran III

Kinerja Keterangan:

1. citarasa, 2. aroma, 3. bentuk dan ukuran, 4. keragaman dan variasi produk, 5. harga produk, 6. manfaat yang dirasakan, 7. kandungan gizi, 8. daya tahan produk, 9. kemasan, 10. merek, 11. halal, 12 usaha promosi, 13. kemudahan untuk memperoleh produk

Gambar 6. Diagram Kartesius kepuasan konsumen terhadap produk

Masing-masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda, angka pada setiap plot menunjukkan angka atribut. Pemetaan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja ini memungkinkan pihak unit usaha CV. “X” untuk segera melakukan perbaikan pada atribut yang dianggap penting oleh konsumen dengan rincian (Gambar 6) sebagai berikut :

(22)

1. Prioritas Utama (Kuadran 1)

Berdasarkan diagram Kartesius, terdapat tiga atribut produk yang menjadi prioritas utama unit usaha dan penanganannya perlu diprioritaskan oleh unit usaha karena keberadaan atribut tersebut dinilai sangat penting bagi konsumen sedangkan tingkat pelaksanaannya belum memuaskan. Ketiga atribut ini adalah kemasan (no 9), merek (no 10), halal (no 11) serta atribut kemudahan untuk memperoleh produk (no 13).

Kemasan produk perlu diperhatikan kembali oleh pihak unit usaha karena sebagian responden menyatakan bahwa kemasan produk nila puff sudah cukup menarik namun belum ada informasi mengenai kandungan gizi produk. Demikian pula mengenai disain kemasan belum terlalu memiliki keunikan. Untuk memenuhi permintaan konsumen ini perlu kiranya dilakukan pengujian nilai gizi produk yang nantinya perlu dicantumkan dalam kemasan, demikian pula mengenai disain kemasan perlu lebih ditonjolkan lagi informasi mengenai jenis ikan yang digunakan pada produk ini misalnya dengan menampilkan gambar ikan pada kemasannya secara menarik. Sedangkan untuk atribut merek menurut responden sudah cukup mudah diingat dan dikenal sehingga tidak menjadi masalah penting bagi mereka demikian pula mengenai atribut halal. Atribut kemudahan untuk memperoleh produk dianggap penting bagi konsumen namun pada kenyataannya penilaian kinerja perusahaan untuk atribut ini masih kurang, sehingga perlu diperhatikan masalah wilayah pemasaran agar lebih diperluas lagi. Dengan demikian produk nila puff ini dapat diperoleh bukan saja di wilayah Cibinong dan sekitarnya tapi dapat menyentuh pasar yang lebih luas lagi misalnya untuk wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).

2. Pertahankan Prestasi (Kuadran II)

Kuadran II menunjukkan kinerja atribut yang sudah sesuai dengan yang diharapkan konsumen, sehingga pihak unit usaha hendaknya tetap mempertahankan prestasi kinerjanya. Atribut-atribut yang

(23)

termasuk ke dalam kuadran ini adalah atribut citarasa (no 1), bentuk dan ukuran produk ( no 3) serta atribut usaha promosi (no 12).

Atribut-atribut tersebut dinilai oleh responden memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan telah dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan dan berharap agar perusahaan terus mempertahankannya.

3. Prioritas Rendah (Kuadran III)

Atribut yang berada pada kuadran III dianggap memiliki tingkat kepentingan yang rendah oleh responden, sehingga perbaikannya menjadi prioritas rendah dan pada kenyataannya kinerja unit usaha juga biasa atau cukup. Dari data yang menjadi bahan kuesioner untuk para responden diperoleh bahwa tidak satupun dari atribut-atribut di atas yang berada pada kuadran ini sehingga tidak ada pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan tindakan perbaikan apapun yang berhubungan dengan kuadran ini.

4. Berlebihan (Kuadran IV)

Atribut-atribut yang berada pada kuadran ini mempunyai tingkat kepentingan yang rendah namun pelaksanaannya dilakukan dengan baik sekali oleh pihak unit usaha. Atribut tersebut yaitu atribut aroma (no 2), atribut keragaman dan variasi produk (no 4), atribut harga produk (no 5), atribut manfaat yang dirasakan (no 6), atribut kandungan gizi (no 7) serta atribut daya tahan produk (no 8). Pada saat ini pihak unit usaha tidak perlu meningkatkan kinerja dari ketiga atribut ini karena peningkatan terhadap atribut ini akan dianggap berlebihan oleh konsumen.

3. Analisis Lingkungan Internal

a. Analisis Lingkungan Fungsional

Analisis lingkungan fungsional dilakukan terhadap beberapa sumber daya yang dimiliki CV. “X” selaku produsen produk nila puff, yang terdiri dari sumber daya produksi, pemasaran, personalia dan sumber daya keuangan.

(24)

Peubah ini menerangkan upaya unit usaha dalam menghasilkan produk dan jasa seoptimal mungkin, penggunaan dan pemeliharaan alat dan aset fisik lainnya yang dimiliki unit usaha. Sumber daya produksi berkaitan dengan pengadaan bahan baku, sistem produksi, proses dan fasilitas produksi serta kapasitas produksi.

a) Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk nila puff ini adalah tepung jagung, tepung ikan nila, minyak nabati, gula, garam, flavor. Jumlah tepung jagung yang dibutuhkan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan produk nila puff sepanjang tahun 2008 dalam satu minggunya bisa mencapai 480 kg, atau 1.920 kg per bulan. Unit usaha CV. “X” di Cibinong telah memiliki pemasok tetap untuk komoditi tepung jagung, tepung ikan nila, minyak nabati, gula halus, flavor, penyediaan bahan baku dilakukan setiap minggu oleh pemasok tersebut. Bahan baku tepung jagung diperoleh dari pemasok di Kediri dengan standar mutu tertentu.

Untuk bahan baku lainnya adalah tepung ikan nila 2%, gula halus (3%), minyak nabati (80%), flavor (5%), kebutuhan tepung ikan nila 480 kg per bulan. Sedangkan pemakaian minyak nabati 288 liter per bulan, gula halus 72 kg per bulan dan flavor 96 kg per bulan yang semuanya diperoleh di Bogor melalui agen atau dapat dibeli dari toko-toko yang banyak terdapat di Bogor.

b) Proses Produksi

Kegiatan produksi seluruhnya dilakukan di Cibinong karena produk nila puff yang dihasilkan adalah satu-satunya produk ekstrudat yang dimodifikasi dengan hasil perikanan dalam hal ini produk tepung ikan nila, sehingga untuk menjamin mutu dan keaslian rasa produk pembuatannya masih terkonsentrasi di Cibinong.

(25)

Kegiatan produksi terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pengolahan tepung ikan nila dan bagian pengolahan snack puff. Untuk bagian pengolahan tepung ikan nila terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap penyiangan dan pemfilletan yang dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan asam atau air jeruk nipis untuk mengurangi bau amis ikan. Kemudian dilakukan pengukusan selama + 30 menit yang dilanjutkan dengan tahap pengepresan dengan menggunakan alat press, Setelah itu daging ikan dijemur dan bila sudah mencapai tingkat kekeringan tertentu selanjutnya daging dihaluskan dengan menggunakan blender. Untuk memperoleh tepung dengan ukuran partikel yang diinginkan dilanjutkan dengan tahap pengayakan. Saat selesai diayak inilah tepung ikan nila dinyatakan siap untuk digunakan sebagai coating (pelapis) pada produk snack puff.

Untuk bagian pengolahan snack puff juga terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pembentukan puff (puff forming), tahap pelapisan (coating), tahap pengeringan serta tahap pengemasan (packing). Pada tahap pembentukan puff dilakukan melalui pemasakan tepung jagung dalam mesin ekstruder. Selanjutnya ke tahap pelapisan (coating) yang terdiri dari penyiapan adonan/larutan coating serta proses coating tepung ikan dan bumbu-bumbu ke seluruh permukaan produk nila puff dengan cara disemprotkan menggunakan mesin spray dryer. Setelah disemprot dengan larutan bumbu selanjutnya produk nila puff dikeringkan dalam oven untuk mengurangi kadar air yang ada pada produk. Terakhir adalah tahap pengemasan, dalam hal ini bahan pengemas yang dipakai adalah kantong aluminium foil yang dalam proses penutupannya dilakukan proses penggembungan agar dapat melindungi produk dari kemungkinan terjadinya kerusakan fisik. Sedangkan untuk pengawasan produksi, perusahaan menunjuk supervisor untuk bertanggungjawab terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Tetapi untuk pengawasan rasa dan mutu produk, keterlibatan pemilik unit usaha bisa dibilang cukup tinggi.

(26)

Volume penjualan rata-rata per harinya dapat mencapai 5.000 kantong.

2) Sumber Daya Manusia

Peubah ini berkaitan dengan keragaan SDM perusahaan, kompensasi, pelatihan dan pengembangan serta pemotivasian karyawan. Jumlah karyawan unit usaha CV. “X” di Cibinong Bogor saat ini 5 orang. Mutu pendidikan tenaga kerja pada bagian produksi dan distribusi relatif rendah. Sebagian besar tenaga kerja tersebut belum mencapai tingkat pendidikan tinggi, namun demikian tingkat pendidikan ini tidak mengganggu jalannya usaha, karena pekerjaan yang dilakukan relatif tetap dari waktu ke waktu.

Sebagian besar pengangkatan pegawai menggunakan sistem kekeluargaan dan pendekatan secara personal (personal approach), hal ini merupakan salah satu faktor yang menjamin loyalitas pegawai. Selain itu adanya insentif, bonus dan tunjangan hari raya, suasana kekeluargaan yang tercipta pada saat bekerja turut menyebabkan tingginya loyalitas para pegawai dan merupakan salah satu sumber kekuatan unit usaha.

Kelemahan unit usaha adalah dalam hal mutu para pegawai yang masih kurang. Hal ini sedikit banyak dapat menghambat kemajuan unit usaha, mengingat persaingan yang semakin ketat dalam usaha industri makanan ini. Salah satu tindakan unit usaha dalam hal peningkatan mutu SDM adalah mengadakan program training.

3) Sumber daya Keuangan

Peubah keuangan berkenaan dengan bagaimana unit usaha mendapatkan modal usaha, menginvestasikan dalam usaha, menggunakannya untuk tujuan-tujuan unit usaha, termasuk tujuan keuntungan tertentu dan permasalahan perimbangan biaya dan keuntungan yang ingin diraihnya. Pencatatan keuangan pada unit usaha CV. “X” ini sebagian besar mengenai penerimaan dan pengeluaran, sehingga belum menerapkan sistem akuntansi. Hal ini merupakan kelemahan dari unit usaha karena dengan adanya

(27)

sistem akuntansi untuk waktu mendatang, penilaian kinerja keuangan unit usaha dapat dilakukan secara lebih tepat. Dengan adanya informasi akuntansi, laporan keuangan juga dapat berguna bagi perusahaan bila unit usaha ingin mengajukan kredit kepada lembaga keuangan.

Permodalan unit usaha berasal dari 3 orang, yaitu pemilik unit usaha. Dengan tidak adanya bantuan modal dari pihak lain, dapat menjadi kelemahan unit usaha namun juga dapat merupakan kekuatan unit usaha. Kelemahannya karena mengandalkan modal sendiri, otomatis sumber perolehan modal menjadi terbatas, sehingga unit usaha dapat mengalami keterbatasan juga dalam hal peningkatan kapasitas produksi. Di sisi lain, unit usaha masih dapat terus bertahan hidup tanpa adanya kewajiban melunasi pinjaman kepada pihak lain.

b. Bauran Pemasaran.

Pemasaran merupakan bagian penting unit usaha dalam pencapaian hasil dan tujuan yang diharapkan. Pemasaran terkait dengan persoalan penetapan harga, penentuan penampilan (kinerja produk), penempatan produk, hingga masalah promosi. Analisis pemasaran berhubungan dengan analisis bauran pemasaran yang meliputi analisis produk, harga, distribusi, mutu, merek dan kemasan. Harga meliputi penetapan harga jual dan posisi harga di pasaran, distribusi meliputi saluran distribusi, jumlah distributor, promosi berhubungan dengan media promosi dan iklan.

1) Produk.

Produk snack puff (ekstrudat) termasuk jenis barang konsumsi yang dapat dikonsumsi sepanjang tahun dan memiliki daur pembelian yang singkat (short purchase cycle). Selain produk nila puff, unit usaha ini juga menyediakan jenis snack puff yang lain di mana pembedaannya hanya masalah rasa (flavor) dan bentuk tanpa mengalami penambahan tepung ikan seperti rasa coklat, jagung bakar, ayam bawang dan lain-lain. Kekuatan utama unit usaha CV. “X” terletak pada produknya yang khas dan keterjaminan mutu, nilai tambah lain adalah jenis produk yang alami tanpa bahan pengawet

(28)

tetapi mempunyai daya tahan yang cukup lama yaitu 2-3 bulan, bahkan bisa di atas 3 bulan jika disimpan kemasan tetap dalam keadaan baik.

Kemasan merupakan salah satu alat pemasaran yang penting. Kemasan mempunyai arti penting karena kemasan tidak hanya digunakan sebagai pelindung produk, tetapi juga digunakan untuk menarik perhatian konsumen.

Selain kemasan, nama merek (brand name) juga berperan penting dalam membedakan produk hasil produksi suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Produk nila puff diberi merek “X-TRA COMBO”. Sampai saat ini, belum ada penelitan yang menunjukkan sampai tahap mana tingkat kesadaran merek. Kesadaran merek adalah kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Terdapat tiga tingkat kesadaran merek berbeda, yaitu pengenalan merek, pengingatan kembali merek (brand recall) dan terakhir puncak pikiran (top of mind). Proses produksi nila puff pada unit usaha CV. “X” dapat dilihat pada Lampiran 2.

2) Lokasi

Lokasi CV “X” di Cibinong memang tidak begitu strategis bahkan cenderung agak tersembunyi, hal ini memang menjadi kelemahan unit usaha CV “X” ini. Namun menurut pemilik perusahaan karena mereka hanya memproduksi dan tidak memasarkan langsung, lokasi yang strategis tidak menjadi pilihan utama. Dan yang menjadi kekuatan unit usaha CV “X” ini adalah keluasan tempat berhubung mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksinya berukuran cukup besar. Tampilan pabrik dapat dilihat pada Lampiran 3.

3) Harga

Unit usaha menetapkan harga produk per kemasan yang terdiri dari dua ukuran, yaitu kemasan kecil (netto 10 gr), dan kemasan besar (netto 15 gr). Harga jual produk nila puff didasarkan pada harga bahan baku dan biaya produksi. Perkembangan harga jual nila puff selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 24.

(29)

Tabel 24. Perkembangan harga jual produk nila puff tahun 2007-2008 Tahun Kecil (Rupiah) Besar (Rupiah)

2007 600 750

2008 650 800

Sumber: CV “X” (2008)

Harga jual nila puff mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini didasarkan pada harga bahan baku dan biaya produksi yang semakin meningkat. Harga jual yang tercantum di atas adalah harga produk nila puff kepada agen penjualan, sedangkan harga penjualan di tingkat agen dan pengecer masing-masing mengambil profit margin yang berbeda-beda sehingga untuk sampai ke tangan konsumen harga akhir produk kemasan kecil biasanya berkisar pada Rp 800,- sedangkan untuk produk kemasan besar Rp 1.000,-.

Harga produk nila puff ditekan sedemikian rupa sehingga diusahakan harganya tidak jauh berbeda dengan produk ekstrudat lain yang sudah lebih dulu dikenal masyarakat. Hal ini merupakan strategi pemasaran pihak perusahaan agar harga produknya tidak terlalu memberatkan konsumen tetapi di sisi lain ada nilai tambah asupan gizii terutama protein ikan. Faktor penyusun harga jual produk nila puff pada tahun 2007 dapat digambarkan seperti pada Tabel 25.

Tabel 25. Faktor penyusun harga jual produk nila puff tahun 2007 Faktor Penyusun Kontribusi Rataan (dalam %) Biaya Bahan Langsung

Biaya Upah Langsung Biaya Bahan Penolong Biaya Overhead

Target Keuntungan Harga Jual Produk

27 20 6 22 25 100

Faktor-faktor yang dijadikan patokan oleh unit usaha dalam menetapkan harga jual adalah biaya bahan baku utama, biaya upah langsung, biaya bahan penolong dan biaya overhead (Tabel 25).

(30)

Biaya bahan baku utama diperoleh dari total pemakaian seluruh bahan baku. Biaya upah langsung diperoleh dari total upah tenaga kerja. Biaya overhead terdiri atas biaya angkutan dan perijinan, gaji pimpinan dan biaya-biaya tak terduga. Sedangkan biaya penolong diperoleh dari biaya kerugian akibat produk nila puff yang rusak.

4) Promosi

Dari empat bauran promosi (promotion mix) yaitu periklanan (promosi penjualan), penjualan perorangan, hubungan masyarakat dan publisitas, sejauh ini unit usaha CV “X” belum melakukannya secara khusus. Kegiatan promosi yang telah dilakukan adalah pembagian sample-sample produk nila puff ke beberapa sekolah dengan harapan produk akan dikenal dan disukai oleh para konsumen.

Kegiatan penjualan pribadi atau perseorangan memang tidak pernah dilakukan oleh unit usaha CV “X”, namun untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk nila puff ini pihak perusahaan beberapa kali mengikuti pameran ataupun sosialisasi program “Gemarikan” (Gemar Makan Ikan) yang dilakukan oleh DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan). Dengan mengikuti kegiatan tersebut pihak perusahaan optimis bahwa produk nila puff ini akan menjadi salah satu pilihan makanan ringan yang memiliki nilai gizi yang diminati konsumen.

Sebagai bagian dari publisitas, unit usaha ini pernah mengikuti program acara “Gerakan Makan Ikan” yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta yang juga bekerja sama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan.

4. Analisis Lingkungan Eksternal a. Analisis Lingkungan Makro

Analisis lingkungan makro pada unit usaha CV. “X” terdiri dari empat faktor yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, politik dan teknologi. 1) Faktor Ekonomi

Menteri negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali pada tahun 2007 menyatakan bahwa UKM menyumbang 53,3% atau

(31)

Rp 1.778,7 triliun Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2006 yang mencapai Rp 3.338,2 triliun. Nilai PDB dari UKM atas dasar harga berlaku meningkat Rp 287,69 triliun dibandingkan 2005 PDB UKM Rp 1941,06 triliun. PDB nasional tahun 2006 tumbuh 5,5%, PDM UKM 5,4% dan usaha besar tumbuh 5,6%.

Geliat industri ekonomi kreatif yang sebagian besar adalah UKM diprediksi memiliki prospek, sehingga dapat menaikkan pasokan terhadap PDB dari 5% menjadi 10%. Hambatan dari UKM dalam hal kesulitan pemenuhan order besar dalam waktu yang singkat dan konsistensi mutu, misalnya pengemasan pengiriman yang sesuai standar dan mutu. Oleh karena itu, harus dibuat road map jelas untuk mengarahkan industri kreatif ini menyumbang 10% PDB dengan pembahasan melibatkan berbagai departemen dan pelaku UKM itu sendiri.

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa UKM seperti unit usaha CV. “X” mampu berperanserta dalam mendukung perekonomian masyarakat. Meskipun demikian, dalam pengembangannya diperlukan dukungan dari pihak-pihak terkait. 2) Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang perlu mendapat perhatian adalah terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat modern dan pengetahuan gizi masyarakat yang umumnya telah sadar akan kesehatan dan lebih senang untuk mengkonsumsi produk snack (makanan ringan) yang mempunyai nila gizi, sehingga ciri khas nila puff sebagai snack ekstrudat yang diperkaya dengan protein ikan menjadi salah satu alasan penentuan pemilihan.

Perkembangan penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meningkatnya populasi penduduk ini berakibat terhadap meningkatnya permintaan masyarakat terhadap konsumsi makanan. Laju perkembangan penduduk ditandai dengan makin berkembangnya daerah perkotaan dan meningkatnya kesibukan dan pendapatan penduduk, dengan demikian diperlukan makanan yang praktis, mudah, cepat cara penghidangannya dan bernilai gizi baik.

(32)

3) Faktor Politik

Berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil menyatakan bahwa Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM dan teknologi dengan cara meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik produksi dan pengolahan, meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan, memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong dan kemasan. Hal ini merupakan jaminan dari pemerintah sehingga industri kecil lebih terpacu untuk mengembangkan diri.

Kesadaran konsumen akan mutu dan keamanan pangan serta kesadaran akan kesehatan juga masalah kehalalan telah merubah selera dan preferensi konsumen. Oleh karena itu, industri pangan harus memperhatikan standar mutu bahan baku dan bahan tambahan/pengawet, proses dan manajemen proses. Untuk menjamin keamanan pangan internasional ini, dibentuk suatu komite gabungan World Health Organization/Food Agriculture Organization (WHO/FAO), yaitu Codex Alimentarius Commision (CAC) yang menetapkan batas-batas keamanan ataupun produk-produk pangan dan yang terkait. Dalam rangka menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat, upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing usaha adalah melakukan kegiatan-kegiatan pemasyarakatan dan pelatihan seperti :

1. Penerapan GMP, khususnya industri makanan dan minuman. 2. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). 3. Penerapan ISO (SNI 9-9000) dan ISO 14.000

4. Penerapani teknologi proses dan teknologi pengemasan

5. Penerapan teknologi produksi bersih (Cleaner Production) dan program “Responsible Care

Selain tersebut diatas standar yang perlu diperhatikan adalah labeling, persyaratan halal dan periklanan. Penanganan masalah ini harus sesuai dengan persyaratan yang baik dan memperhatikan titik-titik kritis (HACCP), mulai dari pengadaan bahan baku, proses

(33)

pengolahan, pewadahan, pelabelan, penyimpanan, distribusi dan transportasi sampai ke tangan konsumen.

4) Faktor Teknologi.

Teknologi merupakan salah satu sumber utama perubahan, yaitu adanya penemuan-penemuan baru yang menggantikan penemuan lama. Peubah ini dapat mempengaruhi bahan baku, operasi dan produk perusahaan karena pada dasarnya perubahan teknologi dapat memberikan peluang besar untuk peningkatan hasil, tujuan bahkan mengancam kedudukan perusahaan.

Teknologi yang terus berkembang memberikan kontribusi yang besar bagi keberadaan perusahaan. Faktor teknologi turut membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari seperti telepon, mesin faksimili, komputer dan internet, serta mesin-mesin yang dapat membantu percepatan dan mutu produksi. Selanjutnya kemajuan di bidang transportasi juga memperlancar kegiatan perusahaan dalam memasarkan produknya ke wilayah-wilayah yang lebih jauh lagi.

Perkembangan teknologi informasi merupakan peluang yang harus ditangkap oleh perusahaan karena akan memudahkan konsumen untuk mengakses perusahaan, dengan adanya teknologi informasi seperti internet dan e-commerce, konsumen akan mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kebutuhannya, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai produk yang akan dibelinya.

Peluang pembaharuan yang tidak terbatas dan perubahan teknologi menjadi tantangan bagi perusahaan untuk mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan konsumen tanpa mengesampingkan perhatian pada lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan konsumen. Dengan demikian dukungan dan loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan akan dapat ditingkatkan, meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama akibat berlangsung dalam jangka panjang.

(34)

b. Analisis Lingkungan Mikro

Analisis Lingkungan Mikro berkaitan erat dengan situasi persaingan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Analisis lingkungan mikro dalam penelitian ini meliputi profil konsumen yang dituju, saluran distribusi, posisi pesaing dan posisi pemasok.

1) Profil Konsumen

Pemahaman profil konsumen berperan besar dalam perencanaan strategis terhadap perusahaan dalam industri kecil, dengan berdasarkan pada tiga peubah, yaitu geografi, demografi dan perilaku pembelian maka akan tercermin profil konsumen yang dihadapi oleh perusahaan.

Berdasarkan pertimbangan geografis, kegiatan pemasaran unit usaha CV. “X” sampai saat ini diarahkan pada pasar dalam wilayah Cibinong dan sekitarnya. Secara demografi, konsumen sasaran perusahaan ditujukan pada kelas sosial menengah dengan golongan usia anak-anak dan remaja. Sedangkan berdasarkan perilaku pembeliannya, produk nila puff sebagian besar dikonsumsi oleh konsumen yang memiliki tingkat penilaian terhadap keunikan produk cukup besar dalam hal ini produk nila puff yang dihasilkan oleh perusahaan.

2) Saluran Disribusi

Pemasaran produk nila puff dilakukan dengan menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan para agen secara langsung. Dalam hal ini, harga jual untuk agen ditentukan oleh perusahaan sendiri, begitu juga harga jual kepada konsumen akhir.

Sampai saat ini tidak terdapat perusahaan lain yang terlibat secara khusus dalam strategi pemasaran produk dari unit usaha CV. “X”. Kebijakan yang diambil oleh perusahaan untuk tidak memasarkan langsung produk yang dihasilkannya melainkan melalui para agen merupakan bentuk kebijaksanaan yang dilakukan dalam unit usaha CV. “X”. Hal ini disebabkan pemasaran secara tidak langsung dianggap sebagai alternatif distribusi yang efektif dan efisien untuk dilakukan.

(35)

3) Posisi Pemasok

Bahan baku yang digunakan oleh unit usaha CV. “X” diperoleh dari Kediri dan Bogor melalui pedagang perantara. Bahan baku utama yaitu tepung jagung diperoleh dari Kediri, Jawa Timur melalui pembelian langsung 2 kali dalam satu bulan, sedangkan pemasok bahan baku lainnya diperoleh dari toko yang banyak terdapat di Bogor. Sistem pembelian bahan baku dilakukan pada saat bahan baku diterima, tujuannya agar unit usaha tidak memiliki kewajiban pada pemasok yang dapat memberatkan unit usaha di kemudian hari, sedangkan untuk harga bahan baku, besarnya diperoleh berdasarkan hasil negosiasi antara perusahaan dan pemasok.

4) Posisi Pesaing

Dilihat dari penggolongan usahanya ke dalam kelompok usaha snack ekstrudat, sampai tahun 2008 terdapat banyak sekali unit usaha yang memproduksi produk sejenis karena memang produk ini sudah sangat familiar di kalangan anak dan remaja. Ada empat perusahaan yang menjadi pesaing kuat unit usaha CV.”X” di mana dua diantaranya sama-sama berproduksi di daerah Cibinong dan dua perusahaan lainnya adalah perusahaan yang sudah lebih dulu memproduksi produk snack ekstrudat dan sudah sangat dikenal di kalangan para konsumennya. Kategori tersebut dapat dilihat dari nilai investasinya yang mencapai lebih dari Rp. 200.000.000,-

Dua dari empat perusahaan tersebut sudah dapat dikatakan cukup lama berdiri dari tahun 1985, kemudian dua perusahaan lainnya berdiri pada tahun 1992 dan 1998 (Tabel 26). Namun hal ini tidak menjadikan penghalang bagi unit usaha CV. “X” untuk terus berinovasi dalam menghasilkan produk yang lebih bernilai saing sehingga bisa tetap eksis sebagai produsen produk snack ekstrudat. Karena pihak pemilik CV. “X” ini beranggapan bahwa eksistensi suatu kegiatan usaha bukan hanya bergantung pada lamanya usaha dijalankan dan besarnya modal tetapi juga tergantung pada tingkat kreatifitas si pengelola usaha.

(36)

Nama Perusahaan Tahun Berdiri Investasi (Rp/Juta) Alam Surya

Maxindo Karya Anugrah Sinar Murni Perkasa Food Sari Murni Abadi

1985 1985 1992 1998 350 320 200 180 Sumber: Disperindag Kota Bogor (2007)

c. Analisis Lingkungan Industri

Unit usaha CV. “X” digolongkan ke dalam industri pengolahan makanan ringan (snack). Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal perusahaan yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi relatif spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan. Dengan menggunakan analisis strategi 5P Michael Porter, yaitu persaingan antar anggota industri, pendatang baru, pemasok, pembeli dan produk pengganti, akan diperlihatkan analisis dan situasi perusahaan saat ini dan langkah-langkah strategis yang perlu diambil guna meningkatkan daya saing perusahaan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas. 1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri sangat tergantung pada hambatan yang mungkin ada untuk memasuki industri. Beberapa kriteria sumber utama hambatan untuk memasuki suatu industri adalah skala ekonomi, diferensiasi produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses ke saluran distribusi dan peraturan pemerintah.

Hambatan untuk memasuki industri ini bila dilihat dari skala ekonomi dan permodalan relatif rendah karena usaha ini tidak memerlukan pengoperasian pada skala ekonomi yang besar dan kebutuhan modal awal usaha yang relatif kecil. Secara legal formal, masalah regulasi tidak berpengaruh kepada pendatang baru yang ingin memasuki bisnis ini karena pemerintah tidak membatasi atau menghambat kemungkinan masuknya perusahaan ke dalam industri dengan peraturan-peraturan tertentu.

(37)

Untuk faktor akses ke saluran distribusi, umumnya perusahaan yang telah ada dalam industri mempunyai saluran distribusi sendiri, sehingga akan menghambat pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri ini. Hal ini disebabkan unit usaha CV.”X” memiliki keunikan dalam memproduksi produk ekstrudatnya, sehingga sulit untuk membuat pelanggan-pelanggan tersebut beralih.

Tingkat diferensiasi produk termasuk tinggi, karena unit usaha CV.”X” saat ini adalah satu-satunya produsen produk ekstrudat di Cibinong dengan cara penambahan protein ikan sehingga memiliki kekhususan pada citarasa dan nilai gizinya, artinya tidak saja menjual produk akan tetapi juga mempunyai kesadaran untuk memberi nilai tambah pada produk yang dihasilkannya. Dari segi keunggulan biaya, adanya perusahaan lain yang muncul dengan keunggulan biaya lebih rendah dapat menjadi ancaman bagi perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hambatan untuk masuk ke dalam industri tergolong rendah, sehingga ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri relatif besar. 2) Daya Tawar Menawar Pembeli

Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian daya tawar-menawar pembeli terhadap industri, diantaranya berupa faktor konsentrasi pembeli dan volume pembelian, kepentingan produk bagi pembeli, sifat produk industri yang dijual kepada pembeli merupakan produk standar atau terdiferensiasi.

Pembeli relatif terkonsentrasi yaitu wilayah Cibinong dan sekitarnya dengan volume pembelian relatif besar yaitu 5000 unit per hari. Bagi pembeli, produk yang dibeli merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup kecil tetapi cukup penting dalam hal mutu karena tuntutan konsumen terhadap mutu produk semakin tinggi.

Kekuatan tawar menawar pembeli dapat dikatakan kuat, karena penawaran terhadap nila puff masih lebih besar dibandingkan dengan permintaan terhadap produk tersebut. Pembeli dapat dengan mudah beralih ke produk lain yang sejenis, sehingga biaya pengalihan bagi pembeli kecil.

(38)

3) Daya Tawar Menawar Pemasok

Pemasok adalah pihak yang memberikan input bagi perusahaan, baik secara berkesinambungan maupun tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tawar-menawar pemasok yaitu konsentrasi dan dominasi pemasok serta sifat produk yang dijual kepada industri merupakan produk yang standar atau terdiferensiasi.

Unit usaha CV. “X” telah memiliki pemasok tetap bagi komoditi tepung jagung, tepung ikan,gula halus, minyak nabati dan flavor, penyediaan bahan baku dilakukan setiap dua kali dalam sebulan oleh pemasok tersebut. Bahan baku tepung jagung diperoleh dari pemasok di Kediri dengan cara pembayaran tunai, setelah pasokan bahan baku diterima.

Jumlah pemasok masih lebih banyak daripada industri. Kondisi ini cukup menguntungkan bagi industri karena industri akan mempunyai lebih banyak pilihan guna memenuhi kebutuhannya dalam hal kuantitas, mutu maupun harga. Namun demikian tidak mudah bagi industri untuk memperoleh pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan pasar yakni dalam hal mutu yang baik.

Ketergantungan pemasok kepada industri cukup besar, dalam arti industri merupakan pelanggan penting bagi pemasok. Hal ini disebabkan industri membeli produk kepada pemasok dalam jumlah relatif besar (permintaan harian tinggi). Berdasarkan penjelasan tersebut, kekuatan tawar menawar pemasok dapat dikatakan sedang, karena untuk mewujudkan bisnis yang saling menguntungkan antar produsen dengan pemasok dapat diterapkan sistem kerjasama yang baik. Sistem kerjasama dengan pemasok tersebut dapat berbentuk kontrak kerja atau bebas. Ancaman pemasok melakukan integrasi maju dapat dikatakan kecil kemungkinannya.

4) Tingkat Persaingan Antar Industri

Hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri seperti yang telah dijelaskan relatif rendah sehingga memungkinkan bagi industri untuk dimasuki oleh banyak perusahaan sejenis terutama perusahaan kecil. Selain itu pesaing mempunyai karakter yang berbeda seperti berbeda dalam strategi. Produk ekstrudat yang dijual

(39)

industri merupakan produk yang sudah sangat dikenal oleh kalangan anak dan remaja, maka dapat memicu berkembangnya strategi menurunkan harga, dengan kata lain persaingan diantara perusahaan-perusahaan dalam industri relatif tinggi.

5) Ancaman Produk Pengganti

Sampai saat ini, produk ekstrudat yang mengalami penambahan tepung ikan baru diproduksi oleh unit usaha CV. “X” di Cibinong, berbeda dengan produk ekstrudat yang diproduksi oleh perusahaan snack ekstrudat yang tidak diperkaya oleh protein ikan, sehingga pemilihan produk ditentukan oleh selera konsumen. Walaupun nila puff memiliki segmen pasar tersendiri, namun tidak menutup kemungkinan bagi konsumen potensial untuk beralih ke produk lain yang mempunyai fungsi yang sejenis, yaitu snack ekstrudat.

Oleh karena itu, tersedianya beberapa produk snack ekstrudat lain yang ada di pasaran membuat konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan yang dapat memuaskan keinginannya. Dengan kata lain, konsumen dapat bebas memilih produk sesuai dengan selera masing-masing. Hal ini juga berarti bahwa ancaman produk pengganti untuk menggeser produk nila puff relatif besar.

d. Indentifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan kondisi eksternal perusahaan yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan bisnis produk nila puff dan analisa respon pelanggan terhadap harapan dan kinerja produk dan unit usaha CV. “X”, maka selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menetapkan posisi perusahaan dengan menggunakan Matriks IE yang akan dipetakan posisi suatu perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bisnisnya ke dalam analisis matriks SWOT.

Berikut ini analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada unit usaha CV. “X”.

Gambar

Gambar 5. Struktur organisasi unit usaha CV. ”X”
Tabel 6.  Sebaran persentase responden berdasarkan kelompok usia  Kelompok Usia  (Tahun)  Frekuensi Persentase  (%)  ≤ 5 – 6   7 – 12  13 – 15   16 – 18   ≥ 19   22 43 25 8 2  22 43 25 8 2  Jumlah 100 100
Tabel 7.  Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin  Jenis Kelamin  Frekuensi  Persentase (%)
Tabel 21.  Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut                    merek
+6

Referensi

Dokumen terkait

Mengamati kondisi potensi produksi limbah tongkol jagung tersebut, maka perlu dilakukan analisa untuk mengetehui pemanfaatan energi yang dihasilkan, jika limbah

Karena dari hasil keempat formulir RVS dan laporan perencaan struktur keempat gedung tersebut sesuai, maka prosedur RVS bisa diterapkan untuk menilai kerentanan

Jadi, saran saya di halaman 9 ini, bagian kedua, itu norma itu langsung dimuat, jangan kita menunggu sampai kita melihat di alasan-alasan permohonan karena kita nanti

Jeli dengan konsentrasi gelling agent 2% dan rasio gelatin : kappa karagenan 2:1 merupakan jeli terbaik karena menghasilkan karakteristik fisik mendekati produk jeli

Karena bahan urin sebagai hasil sisa metabolisme tubuh sehingga banyak dipengaruhi berbagai hal seperti makanan atau obat-obatan dan pada wanita sering timbul gangguan karena lokasi

seharusnya rnernanusiakan rnanusia (pendidikan sebagai proses hurnanisasi, sebagai lawan dari dehurnanisasi) dengan penekanan istirnewa pada sistern pendidikan nasional

- klien lemah, terdapat luka jahitan di perineum sebanyak 20 jahitan yaitu jahitan bagian dalam 5 jahitan, jahitan bagian tengah 5 jahitan, jahitan bagian luar 10 jahitan, bentuk

Kata Jannah (kebun) sama dengan jin, yaitu sesuatu yang tersembunyi. Jannah itu seperti hutan, sebab itu tersembunyi dari keramaian. Seperti kebun yang terletak di dataran