• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAJALAH KEDOKTERAN NUSANTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAJALAH KEDOKTERAN NUSANTARA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MAJALAH KEDOKTERAN

NUSANTARA

The Journal of Medical School

Gambaran Laparoskopi Sterilisasi di KB Mantap Medan

Periode Januari S/D Desember 2015

Indra Setiawan*, Yusuf R. Surbakti, Rusli P. Barus, Delfi Lutan, Ichwanul Adenin, Johny Marpaung

Departemen Obstetri dan Ginekologi.Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan / RSUP H. Adam Malik Medan

Abstract. Laparoscopy is considered more effective and have fewer side effects compared to conventional technique. It is undeniable that the use of laparoscopic sterilization technique is increasing in recent years. To determine the demographics of sterilization laparoscopic patients in KB MANTAP Medan in the period of January until December 2015. This study is a descriptive study with cross sectional design conducted at KB MANTAP Medan from January until December 2015. All medical records of patients who underwent laparoscopic sterilization in KB MANTAP Medan were tabulated. Data collected were parity, age, ethnicity, post partum, body mass indeks and high school. There were 100 patients underwent laparoscopic sterilization at KB MANTAP Medan. All were included in the study. Majority of patients who underwent laparoscopic sterilization were aged 31-35 years (51%), multigravida (58%), Batak ethnicity (41%), post partum (92%), normo weigh 46 patien and high school SLTA (53%). Mostly subject with aged > 31 years, multigravida, and Batak ethinicity underwent laparoscopic sterilization.

Keyword: laparoscopy, sterilization, birth control

Abstrak. Laparoskopi dinilai lebih efektif dan memiliki efek samping yang lebih minimal dibandingkan teknik konvensional. Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan teknik laparoskopi sterilisasi makin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Untuk mengetahui gambaran pasien laparoskopi Sterilisasi di KB MANTAP Medan periode januari s/d desember 2015. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional di KB MANTAP Medan dari Bulan Januari s.d. Desmber 2015. Seluruh rekam medis pasien yang menjalani laparoskopi sterilisasi di KB MANTAP Medan ditabulasi. Data yang dinilai adalah paritas, usia, suku, post partum, indeks massa tubuh, pendidikan. Terdapat 100 pasien yangmenjalani laparo skopi sterilisasi ke KB MANTAP Medan dan seluruhnya dimasukkan dalam penelitian. Mayoritas pasien yang menjalani laparoskopi sterilisasi berusia 31-35 tahun (51%), multigravida (58%), dan suku Batak (41%), post partum (92%), Normoweigh 46 pasien, pendidikan SLTA (53%). Subjek dengan usia >31 tahun, multigravida, suku Batak, post partum, normo weigh dan pendidikan SLTA adalah yang paling banyak menjalani laparoskopi sterilisasi.

Kata Kunci:laparoskopi, sterilisasi, KB

1.

Pendahuluan

Laparoskopi adalah prosedur di mana rongga abdomen diperiksa dengan endoskopi yang dimasukkan melalui setiap titik di dinding abdomen. Laparoskopi adalah suatu instrumen untuk melihat rongga peritoneum, struktur rongga pelvik dan dapat juga dipakai untuk tindakan operatif.

(2)

Sejak pertama kali dicatat melihat rongga abdomen dengan alat optik dengan dilakukannya insisi kuldotomi pada tahun 1901, konsep visualisasi rongga pelvis baik untuk prosedur diagnostik maupun operatif mengalami perkembangan yang pesat.1

Laparoskopi sterilisasi pertama kali dilakukan pada akhir tahun 1930-an oleh Bösch1 di Swiss. Secara independen, dua ginekolog asal Amerika, Powers dan Barnes, mengembangkan prosedur yang sama di Amerika Serikat. Selama tahun 1940-an, sterilisasi wanita di Amerika Serikat pada umumnya dilakukan hanya untuk indikasi medis. Sterilisasi elektif menjadi sasaran formula yang mana usia dikalikan dengan paritas harus sama atau melebihi 120 sebelum prosedur dapat dipertimbangkan. Kurangnya permintaan untuk sterilisasi ditambah dengan kesulitan teknis dengan peralatan laparoskopi pada awal-awal mengakibatkan beberapa dokter di Amerika mencoba prosedur baru. Ketertarikan Amerika terhadap prosedur sterilisasi mulai menurun hingga perubahan iklim budaya pada akhir 1960-an mengakibatkan permintaan untuk keamanan prosedur sterilisasi invasive.2

2.

Metode

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian dengan observasi dengan pengumpulan data secara cross sectional. Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan gambaran pasien laparoskopi sterilisasi di KB MANTAP Medan periode januari s/d desember 2015.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di KB MANTAP Medan dan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data serta penyusunan laporan hasil penelitian.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah seluruh pasien yang dilakukan laparoskopi sterilisasi di KB MANTAP Medan.

Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari rekam medis. Besar sample yang digunakan adalah sama dengan jumlah populasi yang didapat (total sampling).

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a) Pasien yang dilakukan laparoskopi sterilisasi di KB MANTAP Medan. b) Pasien laparoskopi sterilisasi memiliki catatan medis yang lengkap. 2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a) Pasien laparoskopi sterilisasi yang memiliki status tidak lengkap dan status yang tidak lengkap di Medikal Rekor.

Cara kerja dan teknik pengumpulan data

1. Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik untuk melakukan penelitian, penelitian dimulai dengan mengumpulkan data pasien yang dilakukan tindakan laparoskopi.

2. Pasien diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan dicari data rekam medis pasien tersebut.

3. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan analisis statistik.

3.

Hasil

Penelitian ini dilaksanakan KB MANTAP Medan dalam periode januari – desember 2015. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 100 pasien.

Tabel 4.1. Distribusi Pasien Laparoskopi Sterilisasi berdasarkan parietas

Parietas Frekuensi (n) Persentase (%)

Secondary Gravida 2 2%

Multi Gravida 58 58%

GrandeMulti Gravida 40 40%

(3)

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa parietas pasien yang berkunjung untuk di lakukan Laparoskopi Sterilisasi dari total 100 pasien yang berkunjung yang terbanyak (58%) dengan paritas Multigravida.

Tabel 4.2. Distribusi Pasien Laparoskopi Sterilisasi berdasarkan umur

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

31 – 35 51 51%

36 – 40 41 41%

>41 8 8%

Total 100 100%

Berdasarkan umur wanita yang melakukan laparoskopi sterilisasi bahwa lebih banykak berada dalam kategori umur 31-35 tahun (51%).

Tabel 4.3. Distribusi Pasien Laparoskopi Sterilisasi berdasarkan suku

Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

Batak 41 41%

Jawa 30 30%

Minang 20 20%

Melayu 9 9%

Total 100 100%

Dari data diatas berdasarkan 4 kategori suku, adalah suku batak (41%) diikuti dengan suku jawa (30%) sedangkan yang paling terendah angka untuk laparoskopi sterilisasi adalah suku melayu dengan jumlah 9 %.

Tabel 4.4. Distribusi Pasien Laparoskopi Sterilisasi di berdasarkan Post Partum Post Partum (hari) Frekuensi (n) Persentase (%)

< 7 hari 92 92%

8 – 40 hari 8 8%

>41 hari 0 0%

Total 100 100%

Dari data diatas berdasarkan Post partum, adalah < 7 hari (92%) paling terbanyak diikuti dengan 8-40 hari (8%) post partum, sedangkan yang paling terendah angka untuk laparoskopi sterilisasi adalah > 41 hari (0%).

Tabel 4.5. Distribusi Pasien Laparoskopi Sterilisasi berdasarkan I.M.T. Indek Massa Tubuh (kg) Frekuensi (n) Persentase (%)

Under Weigh 31 31%

Normo Weigh 46 46%

Over Weigh 20 20%

Obese 3 3%

Total 100 100%

Berdasarkan Indeks massa tubuh wanita yang melakukan laparoskopi sterilisasi bahwa lebih banyak wanita dengan indeks massa tubuh Normoweight 46 pasien, dan yang paling sedikit adalah dengan indeks massa tubuh Obese 3 pasien.

Tabel 4.6. Distribusi Pasien Laparoskopi Sterilisasi berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SLTA 53 53%

D3 21 21%

S1 18 18%

S2 7 7%

(4)

4.

Pembahasan

Pada penelitian ini di jumpai tingkat pendidikan yang paling banyak melakukan laparaskopi strelisasi adalah SLTA sebanyak 53 pasien (53%). Dan yang paling sedikit melakukan laparoskopi sterilisasi adalah S2 sebanyak 7 pasien (7%).

Laparoskopi sterilisasi adalah suatu tindakan operatif tuba ligase untuk mencegah kehamilan dengan menggunakan instrumen yang dapat melihat rongga peritoneum dan struktur rongga pelvik. Laparoskopi tuba ligasi memberikan akses keselamatan kepada wanita, efektif, dan metode yang dapat diandalkan. Pada tangan dokter ahli yang berpengalaman, laparoskopi tuba sterilisasi dapat dilakukan baik dengan anastesi umum maupun anastesi lokal. Dalam kasus terakhir, selain dari kebutuhan untuk memasuki rongga peritoneum, prosedur ini hampir sebanding dengan vasektomi sehubungan dengan kemudahan kinerja, keamanan, dan keampuhan.3

Dari hasil penelitian yang melakukan laparaskopi sterilasasi berdasarkan paritas adalah paling banyak dengan paritas Multigravida dan grandemultigravida (98%), sedangkan parietas skundigravida hanya 2%. Hal ini menunjukkan bahwa satu keluarga untuk memiliki anak kurang dari 3 orang masih sangat sedikit sekali, namun banyak melahirkan sudah disadari oleh keluarga tentang dampak yang kurang baik terutama bagi kesehatan ibu.4

Hasil penelitian ini juga mendapatkan bahwa wanita yang melakukan laparaskopi sterilisasi umumnya berumur 31 – 40 tahun yang dapat dikategorikan wanita produktif (92%). Hal ini menjelaskan bahwa keluarga telah menyakini adanya rasa aman dalam tindakan laparaskopi sterilisasi.5

Kemajuan teknis dalam optik dan instrumentasi dipelopori oleh Jerman, Italia, dan Perancis membuat prosedur laparoskopi lebih mudah dan aman. Raoul Palmer dari Paris mengadopsi penggunaan posisi Trendelenburg dan manipulator rahim untuk memberikan akses yang lebih baik ke saluran tuba dan ovarium. Dia juga mempopulerkan penggunaan tang biopsi dan unipolar untuk sterilisasi tuba. Setelah publikasi buku pertama dalam bahasa Inggris mengenai laparoskopi, kebangkitan mengenai ketertarikan laparoskopi kembali terjadi di Amerika Serikat. Didorong oleh meningkatnya permintaan untuk sterilisasi elektif, laparoskopi menjadi metode yang paling umum dari sterilisasi. di Amerika Serikat pada pertengahan 1970-an.6

Berdasarkan karakteristik suku, penelitian ini mendapatkan bahwa yang paling banyak melakukan laparaskopi sterilisasi adalah suku batak (41%) dan suku jawa (30%). Hal ini dapat dimaknai bahwa konsep harus banyak anak dalam satu keluarga oleh sebagian besar suku-suku di Indonesia mulai ditinggalkan. Kondisi ini tidak terlepas dari program pemerintah yang terus menggalakkan program keluarga berencana yang mempromosikan tentang 2 anak cukup untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan kesehatan ibu dan anak.7

Tindakan operatif sterilisasi yang lebih nyaman dan aman serta jaminan terhadap kelangsungan hidup anak harus terus diupayakan untuk memberikan keyakinan yang tinggi kepada keluarga agar senang melakukan upaya penghentian kehamilan.8

5.

Simpulan

Jumlah kasus pasien yang dilakukan tindakan laparoskopi sterilisasi di KB MANTAP Medan pada periode januari s/d desember 2015 yang ditangani adalah 100 kasus. Umur pasien yang banyak menjalani laparoskopi sterilisasi adalah dalam kelompok umur 31-35 tahun (51%) dan yang paling sedikit yaitu dalam kelompok umur >41 tahun (8%). Parietas pasien yang berkunjung untuk di lakukan Laparoskopi Sterilisasi terbanyak dengan parietas Multigravida (58%) sedangkan parietas terendah Secondarigravida (2%). Berdasarkan 4 kategori suku yang terbanyak dilakukan laparoskopi sterilisasi adalah suku batak (41%) dan jawa (30%) sedangkan yang paling terendah angka untuk laparoskopi sterilisasi adalah suku melayu (9%).

Untuk Kedepannya Pada Penelitian ini sebaiknya dilakukan pengambilan data pasien dan penelitian pasien di mulai dari pasien yang kontrol kehamilan di poliklinik ibu hamil , agar tujuan pemanfaatan Laparoskopi lebih bermanfaat pada pasien yang direncanakan secara elektif dibandingkan Emergency agar dapat mengurangi angka kejadian kehamilan resiko tinggi. Pengambilan data sampel dapat lebih dikembangkan lagi dengan pengambilan sampel sampai 5 tahun ke depan agar dapat melihat pemanfaatan Laparoskopi lebih baik lagi. Penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan melihat jumlah angka kejadian komplikasi pasca sterilisasi secara Laparoskopi, atau merubah penilitian ini menjadi analisis Regresi.9

Penelitian ini juga dapat dikembangkan lagi dengan menambahkan dengan sampel pasien dengan adanya kelainan ginekologis seperti mioma uteri , kista ovarium dan lainnya.10

(5)

6.

Ucapan Terima Kasih

Tidak ada conflict of interest untuk laporan tulisan ini.

7.

Daftar Pustaka

1. Hadibroto B. R. 2007. Laparoskopi Operatif. Available from: http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/751/1/08E00133.pdf [Accessed on 8th August 2015]

2. Walker. D. M. and Campana.A. Practica Training and Research in Gynecologic Endoscopy for Developing Countries. 1999

3. Hadisaputra. W. 2014. Perkembangan Laparoskopi Operatif di Indonesia. eJKI Vol. 2. No. 2. April 2014

4. Suhadi dan Dasuki. 2009. Laparoskopi Oklusi Tuba Anestesi Lokal (LOTAL). Indones J Obstet Gynecol 2009. 33-1: 56-60

5. Sanders BH. Laparoscopic Sterilization: Clinical Aspects. 2008. DOI: 10.3843/GLOWM. 10404

6. Lipscomb GH. Laparoscopic Sterilization. 2008. DOI: 10.3843/GLOWM.10403

7. Ryder RM, Hulka JF: Bladder and bowel injury after electrodesiccation with Kleppinger bipolar forceps. A clinicopathologic study. J Reprod Med 38: 595.1993

8. Soderstrom RM: Sterilization failures and their causes. Am J Obstet Gynecol 152: 395. 1985 9. Kleppinger RK: Laparoscopic tubal sterilization. In Garcia CR. Mikuta JJ (eds): Current

Therapy in Surgical Gynecology. pp 80–86. Philadelphia. BC Decker.1987

10. Peterson HB. Xia Z. Wilcox LS et al: Pregnancy after tubal sterilization with bipolar electrocoagulation. U.S. Collaborative Review of Sterilization Working Group. Obstet Gynecol 94: 163. 1999

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Pasien Laparoskopi Sterilisasi berdasarkan parietas  Parietas  Frekuensi (n)  Persentase (%)

Referensi

Dokumen terkait

Studi kepustakaan yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui buku- buku pengetahuan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Penggunaan teknik ini

Modul I/O adalah suatu komponen dalam sistem komputer yang bertanggung jawab atas pengontrolan sebuah perangkat luar atau lebih dan bertanggung jawab pula dalam

Hasil penelitian pada tebel 4 bahwa waktu tunggu baik (≤60 menit) tetapi puas sebanyak 40 orang (20,1%), hal ini dikarenakan pasien puas tentang pelayanan di rawat

Naskah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan tentang kebijakan, penelitian, pemikiran, reviu teori/konsep/metodologi, resensi buku baru, dan informasi

secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks ulasan (review), lisan dan tulis, terkait penilaian film/buku/cerita Tindakan

Aplikasi Katalog Perpustakaan CD Program adalah Aplikasi software yang dapat membantu para user untuk memilih salah satu aplikasi software dari sebuah CD program yang berisi

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan tes IQ yang diletakkan di Jaringan Internet dengan menggunakan ASP, Dreamweaver dan Photoshop. Situs ini