• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PERTUMBUHAN IKAN LAIS (Cryptopterus lais) DI SUNGAI WAY KIRI, TULANG BAWANG BARAT, LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK PERTUMBUHAN IKAN LAIS (Cryptopterus lais) DI SUNGAI WAY KIRI, TULANG BAWANG BARAT, LAMPUNG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK PERTUMBUHAN IKAN LAIS (Cryptopterus lais) DI SUNGAI WAY KIRI, TULANG BAWANG BARAT, LAMPUNG

Septi M.E. Putri*1, Rara Diantari*2dan Qadar Hasani*3 Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145 *

Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

e-mail: semnasfpik@yahoo.com

Sungai Way Kiri memiliki spesies ikan yang beragam. Salah satu spesies ikan yang ada di Sungai Way Kiri adalah ikan lais (Cryptopterus lais). Kelestarian ikan lais di Sungai Way Kiri perlu dijaga perlu pemahaman mengenai pertumbuhan ikan lais. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek pertumbuhan yang meliputi hubungan panjang berat dan faktor. Sehingga sumberdaya perikan tetap terjaga kelestariannya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 hingga September 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan lais pada bulan Juni dan Juli adalah allometrik negatif sedangkan bulan Agustus dan September adalah allometrik positif. Faktor kondisi ikan lais mengalami penurunan disetiap bulan karena musim kemarau. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pola pertumbuhan ikan lais di Sungai Way Kiri dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

Kata kunci: ikan lais, pertumbuhan, allometrik positif, allometrik negative, Way Kiri. ABSTRACT

Way Kiri river has diverse fish species. One of fish species in Way Kiri is Lais (Cryptopterus Lais). Lais preservation in Way Kiri need to be preserved and need an understanding about the growth of Lais (Cryptopterus lais). The aim of this study was to determine the growth aspects such as the relation of fish lenght, weight and condition factors. So, the sustainability of fisheries resources was maintained. The research was conducted in June until september 2015. The result showed that the growth scheme of lais fish in June and July were negatively allometric, whereas in August and september were positively allometric. The condition factor of lais fish was decreased in every months because of the dry season. The conclusion in this research was the grow scheme of lais fish in way kiri river was influenced by environmental condition.

(2)

Pendahuluan

Sungai Way Kiri memiliki spesies ikan yang beragam. Salah satu spesies ikan yang ada di Sungai Way Kiri adalah ikan lais (Cryptopterus lais). Ikan lais merupakan salah satu spesies ikan yang berasal dari famili Siluridae. Harga ikan lais yang cukup tinggi yaitu mencapai Rp 50.000/kg membuat nelayan melakukan penangkapan secara intensif dan menyebabkan penurunan populasi ikan lais. Penangkapan secara intensif ini dapat mengakibatkan penurunan populasi ikan lais di Sungai Way Kiri.

Terkait kondisi tersebut maka perlu dilakukan upaya pelestarian ikan lais (Cryptopterus lais). Salah satu usaha pelestarian dilakukan dengan mengkaji aspek pertumbuhan ikan lais (Cryptopterus lais). Informasi mengenai aspek pertumbuhan dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya pelestarian sumberdaya perikanan. Sehingga sumberdaya perikan tetap terjaga kelestariannya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek pertumbuhan yang meliputi hubungan panjang berat dan faktor kondisi. Hal ini dapat menjadi dasar informasi untuk melakukan domestikasi sehingga kelestarian jenis ikan lais tetap terjaga.

Metode dan Material

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 hingga September 2015 agar dapat mengetahui pola pemijahan. Pengambilan sampel dilakukan di sungai Way Kiri, Tulang Bawang Barat. Pengukuran Biologi Reproduksi sampel dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah penggaris (ketelitian 1 mm), alat bedah, kertas label, alat tulis, mikroskop, GPS (global positioning system), neraca analitik dengan sensitifitas 0,001 gram, botol sampel/plastik sampel, cool box, cawan petri, dan tisu. Bahan yang akan digunakan adalah ikan lais (Cryptopterus lais) yang ditangkap dari Sungai Way Kiri, aquades, dan larutan formalin 5%.

Penelitian yang dilaksanakan di lapangan meliputi, penentuan titik koordinat “terdiri dari 3 titik” stasiun pengamatan dengan menggunakan GPS (global positioning system), dilakukan satu kali selama penelitian. Kemudian pengukuran kualitas air yang meliputi faktor fisika ( kecerahan, kecepatan arus, suhu, kedalaman, dan salinitas) dan faktor kimia (PH, NH4+, PO4, TSS (Total Suspended Solid), dan TOM (Total Organic Matter). Penangkapan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan alat bubu. Lalu pengangkutan sampel ikan dilakukan dengan cool box yang berisikan bongkahan es di dalamnya.

Melakukan pengukuran panjang dengan menggunakan penggaris dengan tingkat ketelitian 1mm, kemudian dilakukan penimbangan berat ikan sampel dengan menggunakan neraca analitik dengan tingkat sensifitas 0,001 g. Kemudian pencatatan hasil pengamatan sebagai bahan laporan penelitian ini.

Penghitungan faktor kondisi menggunakan rumus dengan persamaan (Effendi, 2002)

(3)

Keterangan :

K(TI) = faktor kondisi

W= berat rata-rata ikan dalam satu kelas (gram) L= panjang rata-rata ikan dalam satu kelas (mm)

Ikan yang mempunyai pertumbuhan yang bersifat allometrik apabila b ≠ 3, maka persamaan yang digunakan adalah :

= keterangan :

K = faktor kondisi

W= berat rata-rata ikan satu kelas (gram) L = panjang total rata-rata satu kelas (mm) a dan b = konstanta dari regresi

Hubungan panjang – berat ikan dinyatakan dalam bentuk rumus yang dikemukakan oleh Ricker (1970) :

W = aLb Keterangan :

W = Berat ikan (gram) L = Panjang total ikan (mm) a dan b konstanta

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik sungai Way Kiri memiliki aliran yang tidak terlalu deras dengan warna perairan yang kecoklatan. Banyak perkebunan warga setempat tidak jauh dengan pemukiman warga desa penumangan lama. Pada musim penghujan kedalaman Sungai Way Kiri mencapai ±20 meter, sedangkan pada musim kemarau kedalam sungai hanya berkisar ±1,5 meter. Pada musim hujan, air akan menggenangi daratan, akibat penggenangan lahan dan terbawanya nutrien dari daratan ke perairan, habitat dan sumber makanan berkembang sangat besar. Hal ini memengaruhi pertumbuhan ikan. Sumber makanan yang melimpah menjadikan pertumbuhan ikan menjadi cepat (Moyle & Cech, 2004). Periode musim hujan adalah periode utama untuk mencari makan, tumbuh, dan meremajakan (Lowe-McConnell, 1987).

(4)

Kondisi kualitas air pada Sungai Way Kiri selama penelitian disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Rata-rata parameter kualitas air pada masing-masing stasiun pengambilan sampel.

Berdasarkan Fujaya(2004), kandungan oksigen dalam air tawar pada suhu 250C yaitu 5,77 - 8,24 mg/l dan mengalami penurunan pada suhu 300C yaitu 5,28 - 7,54 mg/l. Selama penelitian, kandungan oksigen terlarut terendah di Sungai Way Kiri yaitu 6,20 mg/l sedangkan tertinggi yaitu 7,00 mg/l. Salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan oksigen terlarut di perairan yaitu suhu. Hubungan antar kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen akan semakin berkurang kelarutan oksigen cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan tawar (Effendi, 2003). Selain suhu kandungan bahan organik (TOM) juga mempengaruhi kandungan oksigen terlarut di perairan. Proses dekomposisi baik aerob maupun anaerob merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen (Novonty dan olem, 1994 dalam Hadinafta, 2009). kandungan oksigen terlarut di Sungai Way Kiri tergolong optimal untuk kelangsungan hidup ikan lais.

Hasil pengukuran kecerahan selama penelitian di Sungai Way Kiri berkisar 36,83 -47,83. Tingkat kecerahan yang baik untuk mendukung produktifitas organisme akuatik berkisar antara 30 - 65 cm (Boyd dan Licthkoppler, 1979 dalam Suwondo dkk, 2005). Sehingga dapat dikatakan bahwa Sungai Way Kiri masih baik untuk kelangsungan hidup ikan.

suhu Sungai Way Kiri berkisar antara 27,80 - 32,00 0C. nilai tersebut memperlihatkan bahwa pada musim kemarau suhu perairan lebih tinggi dibandingkan pada saat musim penghujan. Berdasarkan pernyataan Welcomme (1979) dalam Simanjuntak (2007), bahwa derajat penyinaran, komposisi substrat, kekeruhan, aliran air bawah tanah dan air hujan, angin serta penutupan oleh vegetasi dapat mempengaruhi suhu air di perairan sungai dan rawa banjira. Suhu yang terbaik untuk mendukung kehidupan organisme perairan berada pada kisaran 25 - 32 0C (Cholik dkk, 1982 dalam Sinaga, 1995). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa suhu di Sungai Way Kiri selama penelitian masih mendukung proses biologis organisme.

Kedalaman air Sungai Way Kiri selama penelitian mengalami perubahan setiap bulan. Kedalaman tertinggi berada pada bulan Juni yaitu 7,10 m sedengkan terendah terjadi pada bulan September yaitu 0,97 m. Selama penelitian ketinggian paras air mengalami penurunan karena bersamaan dengan musim kemarau.

Terdapat tiga proses reduksi nitrat disimilatif yaitu: denitrifikasi, reduksi nitrat menjadi amonium disimilatif, dan oksidasi amonium disimilatif (Rusmana, 2003). Hasil uji ammonia yang terkandung dalam Sungai Way Kiri selama penelitian adalah 0,01 -0,02 yang berarti perairan tesebut baik untuk kelangsungan hidup organisme akuatik.

ST 1 ST 2 ST 3 ST 1 ST 2 ST 3 ST 1 ST 2 ST 3 ST 1 ST 2 ST 3 Arus m/s 9,99 8,97 4,25 6,90 7,16 4,21 11,46 8,60 5,30 11,49 8,70 10,70 Do mg/l 6,50 6,60 6,60 6,67 6,20 7,00 6,73 6,70 6,60 6,30 6,70 6,30 Kecerahan cm 42,83 43,50 44,50 44,17 46,33 42,67 39,00 37,83 37,00 36,83 47,83 41,67 Suhu 0C 29,00 28,70 28,70 28,00 28,33 27,80 30,33 31,00 31,33 31,33 30,67 32,00 Kedalaman M 1,93 7,10 4,73 1,42 4,22 4,02 1,20 3,46 2,70 0,97 2,73 1,26 Amoniak (NH3) mg/l 0,25 0,24 0,24 0,010 0,014 0,012 0,015 0,013 0,017 0,010 0,017 0,015 Nitrat (NO3) mg/l 0,00 0,00 0,00 3,640 3,158 3,240 4,207 4,360 4,170 5,037 5,810 4,970 Nitrit (NO2) mg/l 0,01 0,01 0,01 0,010 0,02 0,013 0,020 0,010 0,009 0,029 0,058 0,016 Phospat (PO4) mg/l 0,09 0,09 0,09 0,015 0,02 0,020 0,02 0,021 0,024 0,015 0,018 0,02 TOM mg/l 11,76 13,78 10,93 4,290 5,850 5,670 5,620 5,480 6,530 4,730 5,120 5,480 TSS mg/l 0,112 0,094 0,098 38,00 47,00 55,00 40,00 45,00 60,00 36,00 40,00 50,00 pH 5,30 6,00 6,00 5,67 6,00 5,67 6,00 6,33 6,33 6,00 6,00 6,33 Parameter Satuan Hasil

(5)

Selama penelitian, fosfat yang terkandung pada Sungai Way Kiri berkisar antara 0,02 - 0,09 mg/liter. Menurut Apridayanti (2008), perairan oligotropik mempunyai kandungan ortofosfat < 0,01 mg/l, mesotrofik 0,01 - 0,05 mg/l, dan eutrofik > 0,1 mg/l. Jika mengacu pada pernyataan Apridayanti maka dapat disimpulkan bahwa perairan Sungai Way Kiri termasuk tipe perairan eutrofik dengan tingkat kesuburan tinggi.

Bahan organik total atau Total Organic Matter (TOM) menggambarkan jumlah bahan organik suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut dan bahan organik tersuspensi. Bahan organik total (TOM) di Sungai Way Kiri berkisar 4,29 - 6,53. Bahan organik ini berasal dari sisa feses, tumbuhan yang mati, bangkai ikan, dan masih banyak yang lain. Jumlah padatan tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah bahan-bahan tersuspensi yang terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Nilai TSS yang berpangaruh terhadap kepentingan perikanan adalah berkisar antara 80 -81 mg/l (Effendie, 2003). Nilai TSS pada Sungai Way Kiri yang diperoleh selama penelitian berkisar 36,00 mg/l - 60,00 mg/l, menunjukkan bahwa kondisi TSS di Sungai Way Kiri sedikit berpengaruh terhadap kepentingan perikanan, namun masih dapat ditolerir oleh organisme air.

Selama penelitian didapatkan nilai pH terendah yaitu 5,30 sedangkan yang tertinggi adalah 6,33. Seperti yang dikemukakan Elvyra (2004) ikan lais di Sungai Kampar Kiri mampu hidup pada air dengan pH sedikit asam yaitu 5,5 - 6,0. Diduga ikan selais yang terdapat di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri telah memiliki adaptasi khusus terhadap kondisi perairan dengan pH yang rendah, yaitu dengan mekanisme pengaturan ion oleh sel klor (Chloride cells) yang terdapat pada insang (Hirata dkk, 2003). Mengacu pada pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ikan lais yang hidup di Sungai Way Kiri memiliki ciri-ciri yang sama dengan ikan lais yang berada di perairan sungai Kampar Kiri yang hidup pada air sedikit asam.

Aspek Pertumbuhan Hubungan Panjang-Berat

Analisis hubungan panjang dan berat ikan merupakan metoda yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pertumbuhan panjang ikan dengan bobot tubuh ikan. Berikut merupakan tabel hubungan panjang dan berat ikan lais, yang ditangkap di perairan Sungai Way Kiri.

Tabel 3 : Hubungan panjang dan berat ikan lais (Cryptopterus lais) yang tertangkap di Sungai Way Kiri selama penelitian.

Berdasarkan tabel 3, hubungan panjang berat ikan lais yang tertangkap di perairan Sungai Way Kiri pada bulan Juni dan Juli memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif (b < 3) yang artinya pertambahan panjang ikan lebih cepat dari pada pertambahan bobot tubuh ikan. Sedangkan pada bulan Agustus dan September menunjukan pola pertumbuhan allometrik positif artinya pertambahan bobot tubuh ikan

W A B R2

Juni y=2,4939x-4,1861 -4,1861 2,4939 0,5121 Alometrik Negatif

Juli y=2,447x-4,0933 -4,0933 2,447 0,6248 Alometrik Negatif

Agustus y=3,1626x-5,6404 -5,6404 3,1626 0,7511 Alometrik Positif

September y=3,253x-5,9079 -5,9079 3,253 0,86 Alometrik Positif

(6)

lebih cepat dari pada pertambahan panjang ikan. Pada bulan Juni dan Juli rata-rata nilai pH mencapai 5,7 atau sedikit asam. sesuai dengan pernyataan Kordi dan Tanjung, (2007) dalam Ubamnata, (2014) bahwa pada kondisi pH asam ikan akan sedikit mengalami gangguan untuk pertumbuhan, pada kondisi yang bersifat asam, ikan akan mengalami gangguan metabolisme. dalam budidaya pada pH 5 masih dapat ditolerir oleh ikan tapi pertumbuhan ikan akan terhambat. Sedangkan pada bulan Agustus dan September menunjukan nilai rata-rata pH mencapai 6,17 yang artinya keasaman perairan tersebut sudah sedikit berkurang sehingga pola pertumbuhan ikan. Secara umum, nilai b tergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan teknik sampling (Jenning dkk, 2001 dalam Muchlisin 2012). Sesuai dengan pernyataan tersebut dapat diperkirakan bahwa pertumbuhan ikan lais dipengaruhi oleh kondisi terutama pH di perairan.

Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan keadaan yang menyatakan kondisi tubuh ikan yang dinyatakan dengan angka-angka berdasarkan data panjang dan berat (Lagler dkk, 1977 dalam Tholifin, 2014). Faktor kondisi ikan lais selama penelitian disajikan pada tabel 4. Tabel 4.Faktor kondisi relatif ikan lais yang tertangkap di Sungai Way Kiri selama penelitian.

Bulan Panjang Tubuh Berat Tubuh Rata-Rata

(mm) (gr) Faktor Kondisi

Juni 100 - 225 Feb-69 1,091

Juli 105 - 180 38 - 33 1,021

Agustus 155 - 213 20 - 58 1,01

September 145 - 221 Des-58 1,008

Berdasarkan hasil perhitungan faktor kondisi selama penelitian dinyatakan bahwa faktor kondisi ikan lais mengalami penurunan disetiap bulannya. Nilai rata-rata faktor kondisi (Kn) tertinggi terdapat pada bulan Juni yaitu 1,091 kemudian dibulan berikutnya nilai faktor kondisi mengalami penurunan secara terus menerus yaitu pada bulan Juli 1,021 dan Agustus 1,010. Kemudian nilai terendah faktor kondisi yaitu terdapat pada bulan September 1,008.

Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa musim kemarau mempengaruhi faktor kondisi ikan karena pada musim kemarau volume air di sungai menurun sehingga sumber makanan menjadi sedikit. Sama dengan pernyataan Enchina & GranadoLorencio, 1997; Riberio dkk., 2004; Lalèyè, 2006 dalam Simanjuntak 2007 bahwa faktor yang menjadi penyebab terjadinya fluktuas dan variasi nilai faktor kondisi ikan adalah ketersediaan makanan (kualitas dan kuantitas) yang berfuktuasi di sungai dan rawa banjiran. Sesuai dengan nilai bahan organik (TOM) selama penelitian mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September semakin menurun sehingga menyebabkan ketersediaan makanan di perairan juga menurun.

(7)

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disumpulkan bahwa ikan lais (Cryptopterus lais) di Sungai Way Kiri memiliki pola pertumbuhan yang berbeda pada setiap bulannya karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berbeda pula.

Daftar Pustaka

Apridayanti E. (2008). Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kapubaten Malang Jawa Timur. Tesis.

Effendi, H. (2003.). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius

Effendi, I.(2002). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor.

Elvyra, R. (2004). Beberapa Aspek Ekologi Ikan Selais (Cryptopterus Lais) di Sungai Kampar Kiri Riau. Tesis. Padang. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Fujaya, Y. (2004). Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan). Jakarta.

PT. Rineka Cipta.

Harmiyati, D. (2009). Analisis hasil tangkapan sumberdaya ikan ekor kuning (Caesiocuning) yang didaratkan di PPI Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor. Departemen Manajemen SumberdayaPerairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 71 hlm.

Hirata T., Kaneko T., Ono T, Nakazato T., Furukawa N. (2003). Mechanism of acid adaptation of fish living in a pH 3.5 lake. Journal. Physiol. Integr. Comp. Physiol. 284:1199-1212

Lowe-McConnell, R.H. (1987). Ecological Studies in Tropical Fish Communities. In: Peter S Ashton, Stephen P Hubbell, Daniel H Janzen, Peter H Raven, PB Tomlinson, editor. Cambridge: Cambridge University Press.

Moyle, PB & JJ Cech, Jr. 2004. Fishes: An Introduction to Ichtyology. 5th edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Muchlisin, Z. A. (2012). Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Depik, 1 (1) : 1-9.

Ricker, W.E. (1970). IPB Handbook no.3: Methods fpr assesment of fish production in freshwater. Second printing. International Biological Programme. Blackwell Scientic Publications. Oxford and Edinburgh London. 313 p.

Rusmana I. (2003). Reduksi Nitrat Disimilatif Pada Bakteri: Isu Lingkungan dan Penerapannya. Jurnal Hayati (4): 158-160.

Simanjuntak, Charles, P. (2007). Reproduksi Ikan Lais, Ompok hypophthalmus (BLEEKER) Berkaitan dengan Perubahan Hidromorfologi Perairan di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri. Tesis. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Sinaga TP. (1995). Bioekologi Komunitas Ikan di Sungai Banjaran Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tesis. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ubamnata, B. (2014). Kajian Pertumbuhan Ikan Tembakang (Helostoma temminckii) Di Rawa Bawang Latak Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, Vol 15 (2): 90-99.

Gambar

Tabel 2. Rata-rata parameter kualitas air pada masing-masing stasiun pengambilan sampel.
Tabel 3 : Hubungan panjang dan berat ikan lais (Cryptopterus lais) yang tertangkap di Sungai Way Kiri selama penelitian.
Tabel  4.Faktor  kondisi  relatif  ikan  lais  yang  tertangkap  di  Sungai  Way  Kiri  selama penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Inspeksi Internal hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa setiap pakan mengandung bahan baku pakan dengan mutu yang benar sesuai dengan jumlah

Untuk mengetahui total biaya produksi usaha pupuk kompos di Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas dapat di lihat pada Tabel

Teknologi : vaccine carrier, spuit, safety  box Pengelola Imunisasi Bidan Desa Metode pemberian imunisasi di Posyandu sudah efektif, karena lebih dekat ke masyarakat.

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji syukur dengan setulus hati penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufiq serta Hidayah- Nya dan tak lupa Shalawat

Hasil penjajaran berganda gen sitokrom b Kryptopterus limpok dan Kryp- topterus apogon dengan pembanding Kryptop- terus (GenBank) adalah 159 nukleotida yang di-

1 Melanjutkan penusukan jarum sampai tepi luka bertemu dengan rapi dan tidak terlalu ketat, sesuai teknik jahitan 9berdasar kasus dan benang tetap dalam keadaan steril.

Bab IV yaitu mengenai dinamika kehidupan Paguyuban Sumarah di Surakarta pada tahun 1970-1998, pada era ini nampak adanya kecenderungan dukungan politik Orde Baru

Pemain pertahanan mestilah berada sekurang-kurangnya 9.15m (10 ela) dari kedudukan bola untuk membuat tendangan percuma langsung dan tidak langsung. Pemain pertahanan boleh